Loggo
LAPORAN
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
UPAYA
PENINGKATAN HASIL DAN MOTIVASI BELAJAR KIMIA KELAS X MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT
FACILITATOR AND EXPLAINING (SFAE) PADA
SISWA KELAS X SMA ………………
TAHUN PELAJARAN
2013/2014
Disusun Sebagai Salah Satu Syarat
Kenaikan Pangkat dari Golongan IV/a ke IV/b
Oleh
..........................................
NIP. ..............................
DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN
..................................
SMA ...........................................................
Jl. ............................................
20..........
HALAMAN
PENGESAHAN
LAPORAN
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
1. a. Judul Penelitian : UPAYA
PENINGKATAN HASIL DAN MOTIVASI BELAJAR KIMIA KELAS X MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT
FACILITATOR AND EXPLAINING (SFAE) PADA
SISWA KELAS X SMA ……………… TAHUN PELAJARAN 2013/2014
b.
Bidang Ilmu : IPA
(Kimia)
c.
Kategori Penelitian : Strategi
Pembelajaran
d. Jenis Penelitian : Penelitian
Tindakan Kelas
2. Ketua
Peneliti
a. Nama Lengkap dan Gelar : ……………..
b.
NIP : ………….
c. Pangkat / Golongan : Pembina, IV/a
d. Jabatan :
e. Instansi :
SMA ………………………….
f.
Tempat Penelitian : SMA
………………………….
3. Lama
Penelitian : 3 bulan (Bulan ……….. sampai dengan Bulan …….
20…)
4. Sumber
Biaya : Swadaya
Tanda tangan disesuaikan dengan kondisi setempat
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdullilah kehadirat Allah SWT atas segala
limpahan rahmat dan hidayahNya
sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan Penelitian Tindakan Kelas di SMA ................ dengan lancar.
Laporan ini dibuat oleh
penulis dalam rangka memenuhi pengajuan
pada penilaian angka kredit unsur pengembangan profesi guru untuk kenaikan
pangkat dari golongan IVa ke IVb.
Terselesaikannya penelitian
ini tidak lepas dari bantuan beberapa pihak dan pada kesempatan ini ijinkan
peulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada
semua pihak yang baik langsung maupun tidak langsung telah membantu penyusunan
laporan ini, yaitu kepada yang terhormat:
1.
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten
……………………., atas Ijin dan
pertimbangan terhadap pelaksanaan PTK selama kegiatan berlangsung.
2.
Pengawas SMP, Dinas Pendidikan Kabupaten
……………………., atas Saran, Ijin dan
pertimbangan terhadap pelaksanaan PTK selama kegiatan berlangsung
3.
Kepala
sekolah SMA ................ yang telah memberikan Saran, Ijin dan pertimbangan
terhadap pelaksanaan PTK selama kegiatan berlangsung.
4.
Bapak
dan Ibu Guru SMA ................ yang telah membimbing dan memotifasi serta
mengarahkan kami hingga kegiatan Program Penelitian Tindakan Kelas ini dapat terselesaikan dengan lancar.
Dan akhirnya saya menyadari sepenuhnya bahwa dalam
penyusunan laporan ini banyak kelemahan atau kekurangan untuk itu, saya
berharap kepada pembaca berkenan memberikan saran dan kritik yang membangun.
Untuk itu sebelumnya kami ucapkan terimakasih.
......................, ...................
Peneliti
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR JUDUL............................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................. ii
KATA PENGANTAR....................................................................................... iii
DAFTAR ISI..................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL.............................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR......................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... vii
ABSTRAK......................................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah.........................................................
B.
Identifikasi Masalah ..............................................................
C.
Pembatasan Masalah .............................................................
D.
Perumusan Masalah ...............................................................
E.
Tujuan Penelitian ...................................................................
F.
Kegunaan Penelitian ..............................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori ...........................................................................
B. Kerangka Berpikir .................................................................
C. Hipotesis Tindakan ................................................................
BAB III METODE PENELITIAN
A.
Setting Penelitian...................................................................
B.
Subjek Penelitian ...................................................................
C.
Faktor yang Diteliti ...............................................................
D.
Data dan Sumber Data...........................................................
E.
Variabel Penelitian ................................................................
F.
Desain Penelitian ...................................................................
G.
Metode Pengumpulan Data ...................................................
H.
Tehnik Analisis Data .............................................................
I.
Indikator Keberhasilan Tindakan ..........................................
BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Tindakan
1. Kondisi Awal....................................................................
2. Siklus I ..............................................................................
3. Siklus II.............................................................................
B. Pembahasan............................................................................
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ............................................................................
B. Saran.......................................................................................
DAFTAR
PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
TABEL Halaman
Tabel 3.1 Kriteria
Penilaian Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa.........
Tabel 4.1 Hasil
Belajar Ranah Kognitif Siswa Kondisi Awal....................
Tabel 4.2 Hasil
Belajar Ranah Afektif Siswa Kondisi Awal......................
Tabel 4.3 Hasil
Belajar Ranah Psikomotorik Siswa Kondisi Awal.............
Tabel 4.4 Hasil
Belajar Ranah Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik Siswa Kondisi Awal
Tabel 4.5 Hasil
Belajar Ranah Kognitif Siswa Siklus I...............................
Tabel 4.6 Hasil
Belajar Ranah Afektif Siswa Siklus pertama.....................
Tabel 4.7 Hasil
Belajar Ranah Psikomotorik Siswa Siklus Pertama............
Tabel 4.8 Hasil
Belajar Ranah Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik Siswa Siklus Pertama
Tabel 4.9 Rekapitulasi
Hasil Observasi Peningkatan Motivasi Belajar Siswa pada Siklus I
Tabel 4.10 Hasil
Belajar Ranah Kognitif Siswa Siklus II.............................
Tabel 4.11 Hasil
Belajar Ranah Afektif Siswa Siklus kedua........................
Tabel 4.12 Hasil
Belajar Ranah Psikomotorik Siswa Siklus kedua...............
Tabel 4.13 Hasil
Belajar Ranah Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik Siswa Siklus kedua
Tabel 4.14 Rekapitulasi
Hasil Observasi Peningkatan Motivasi Belajar Siswa pada Siklus II
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR Halaman
Gambar 2.1 Kerangka
Berpikir Penerapan Model Pembelajaran Student Facilitator And Explaining (SFAE)
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Kelas X SMA .......
Gambar 3.1 Siklus
Penelitian Tindakan Kelas..............................................
Gambar 4.1 Diagram
Batang Hasil Belajar Ranah Kognitif Siswa Kondisi Awal
Gambar 4.2 Diagram
Batang Hasil Belajar Ranah Afektif Siswa Kondisi Awal
Gambar 4.3 Diagram
Batang Hasil Belajar Ranah Kognitif Siswa Kondisi Awal
Gambar 4.4 Diagram
Batang Hasil Belajar Ranah Kognitif, Afektif dan Psikomotor Siswa Kondisi Awal..................................................................................................
Gambar 4.5 Diagram
Batang Hasil Belajar Ranah Kognitif Siswa Siklus Pertama
Gambar 4.6 Diagram
Batang Hasil Belajar Ranah Afektif Siswa Siklus Pertama
Gambar 4.7 Diagram
Batang Hasil Belajar Ranah Kognitif Siswa Siklus Pertama
Gambar 4.8 Diagram
Batang Hasil Belajar Ranah Kognitif, Afektif dan Psikomotor Siswa Siklus
Pertama ..................................................................................................
Gambar 4.9 Diagram
Batang Hasil Belajar Ranah Kognitif Siswa Siklus kedua
Gambar 4.10 Diagram
Batang Hasil Belajar Ranah Afektif Siswa Siklus kedua
Gambar 4.11 Diagram
Batang Hasil Belajar Ranah Kognitif Siswa Siklus kedua
Gambar 4.12 Diagram
Batang Hasil Belajar Ranah Kognitif, Afektif dan Psikomotor Siswa Siklus kedua ..................................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat
Ijin Penelitian
Lampiran 2 Jurnal
Kegiatan Penelitian
Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) Siklus I
Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) Siklus II
Lampiran 5 Daftar
Hadir Siswa Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II
Lampiran 6 Daftar Hadir Peneliti Dan
Observer Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II
Lampiran 7 Daftar Nilai Tes Formatif
Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II
Lampiran 8 Lembar Observasi
Peningkatan Motivasi Siswa Dalam Kegiatan Pembelajaran Kondisi Awal, Siklus I
dan Siklus II
Lampiran 9 Contoh Hasil Pekerjaan
Siswa
Lampiran 10 Dokumentasi Pelaksanaan Kegiatan Penelitian Kondisi Awal,
Siklus I dan Siklus II
ABSTRAK
Oleh :
..............................................
NIP. ...........................
Kimia adalah suatu ilmu yang
lebih banyak memerlukan pemahaman daripada hafalan. Sehingga siswa dituntut
untuk lebih memahami materi kimia secara konsep. Hasil observasi awal di SMA
………… diperoleh data bahwa pembelajaran kimia di kelas X memiliki hasil belajar
yang rendah. Rendahnya hasil belajar dikarenakan penerapan model pembelajaran
yang kurang sesuai, siswa pasif dalam pembelajaran, tidak ada penilaian
terhadap tugas. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis peningkatan motivasi
dan hasil belajar kelas X SMA …………… melalui penerapan model pembelajaran Student
Facilitator and Explaining (SFAE). Untuk meningkatkan hasil belajar siswa
pada mata pelajaran kimia, maka dilakukan penelitian tindakan kelas yang
terdiri dari dua siklus. Setiap siklus terdiri dari tahap perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah siswa SMA
………… Kelas X tahun pelajaran 2014/2015 yang terdiri dari 30 siswa. Instrumen
pengumpulan data dalam penelitian ini adalah soal evaluasi untuk ranah kognitif
yang dilaksankan setiap akhir siklus dan lembar observasi untuk ranah afektif
dan psikomotorik. Hasil penelitian menunjukkan
peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa. Peningkatan ini dapat dilihat
dari kenaikan nilai rata-rata secara klasikal dari kondisi awal, siklus I ke
siklus II. Nilai rata-rata secara klasikal ranah kognitif pada kondisi awal
sebesar 42,50, siklus I sebesar 66,67
dan meningkat pada siklus II sebesar 78,33. Nilai rata-rata secara klasikal
ranah Afektif pada kondisi awal sebesar 48,33 siklus I sebesar 65,00 meningkat
sebesar 76,67 pada siklus II. Sedangkan nilai rata-rata secara klasikal ranah
psikomotorik pada kondisi awal sebesar 45,83, siklus I sebesar 70,00 dan pada
siklus II meningkat sebesar 74,17. Penjelasan mengenai ketuntasan belajar
secara klasikal ranah kognitif pada
kondisi awal sebesar 10%, siklus I
sebesar 66,67% dan meningkat pada siklus II sebesar 86,67%. Ketuntasan belajar
secara klasikal secara klasikal ranah Afektif pada kondisi awal sebesar 26,67% siklus
I sebesar 63,33% meningkat sebesar 90% pada siklus II. Sedangkan ketuntasan
belajar secara klasikal secara klasikal ranah psikomotorik pada kondisi awal
sebesar 23,33%, siklus I sebesar 70,00% dan pada siklus II meningkat sebesar
93,33% serta peningkatan motivasi belajar dari 7 siswa atau 23,33% pada kondisi
awal, menjadi 20 siswa atau 66,67% dan 29 siswa atau 96,67% pada siklus kedua.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan Model
Pembelajaran Student Facilitator and Explaining (SFAE) dapat
meningkatkan motivasi dan hasil belajar.
Kata kunci : Model pembelajaran,
Student Facilitator and Explaining
(SFAE), Hasil, Motivasi.
(SFAE), Hasil, Motivasi.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Pengertian
Belajar
Belajar didefinisikan sebagai perubahan perilaku yang diakibatkan
oleh pengalaman (Ratna Willis,1988:25). Paling sedikit ada lima macam perilaku
perubahan pengalaman dan dianggap sebagai faktor – faktor penyebab dasar dalam
belajar. (Ratna Willis, 1988: 25) Pertama pada tingkat emosional yang
paling primitif, terjadi perubahan perubahan perilaku diakibatkan dari
perpasangan suatu stimulus tak terkondisi dengan suatu stimulus terkondisi.
Sebagai suatu fungsi pengalaman, stimulus terkondisi itu pada suatu waktu
memperoleh kemampuan untuk mengeluarkan respon terkondisi. Bentuk belajar
semacam ini disebut belajar responden, dan menolong kita untuk memahami
bagaiman peserta didik menyenangi atau tidak menyenangi sekolah atau mata
pelajaran. Kedua, dibahas belajar kontinyuitas yaitu bagaimana dua
peristiwa dipasangkan satu dengan yang lain pada suatu waktu dan hal ini banyak
kita alami. Kita melihat bagaimana asosiasi ini dapat menyebabkan belajar dari
drill.
Ketiga, kita belajar bahwa konsekunsi – konsekuensi perilaku mempengaruhi apakah perilaku itu akan diulangi atau tidak. Belajar semacam itu disebut belajar aperant. Keempat, pengalaman belajar sebagai hasil hasil observasi manusia dan kejadian – kejadian. kita belajar dari model – model, dan masing – masing kita mungkin menjadi model suatu model bagi orang lain dalam belajar observasional.
Kelima, belajar kognitif terjadi dalam kepala kita, bila kita melihat dan memahami peristiwa – peristiwa di sekitar kita dan uk menjawab pertanyaan, ternyata banyak yang masih belum mengerti mengenai senyawa hidrokarbon.
Ketiga, kita belajar bahwa konsekunsi – konsekuensi perilaku mempengaruhi apakah perilaku itu akan diulangi atau tidak. Belajar semacam itu disebut belajar aperant. Keempat, pengalaman belajar sebagai hasil hasil observasi manusia dan kejadian – kejadian. kita belajar dari model – model, dan masing – masing kita mungkin menjadi model suatu model bagi orang lain dalam belajar observasional.
Kelima, belajar kognitif terjadi dalam kepala kita, bila kita melihat dan memahami peristiwa – peristiwa di sekitar kita dan uk menjawab pertanyaan, ternyata banyak yang masih belum mengerti mengenai senyawa hidrokarbon.
2.
Hasil Belajar
Adalah perubahan perilaku akibat interaksi individu dengan
lingkungan. Artinya seseorang dikatakan telah belajar, jika ia dapat melakukan
sesuatu yang tidak dapat dilakukan sebelumnya.(Sumiati,2008: 38). Proses
belajar terlaksana melalui berbagai kegiatan yang khas dan mempunyai
salurannya sendiri serta hasilnya sendiri (perubahan dalam sikap atau tingkah
laku yang tercapai dan nampak dalam prestasi tertentu). Menurut Winkel (1987:9)
terdapat lima katagori hasil belajar yaitu : 1) Ketrampilan motorik :
melibatkan bagian – bagian badan yang bergerak menurut pola tertentu secara
otomatis, urutan gerak teratur dan berjalan tanpa disertai pikiran tentang apa
yang harus dilakukan dan mengapa dilakukan 2) Sikap : kecenderungan menerima atau
menolak suatu hal (aspek afektif) serta bentuk tingkah laku sebagai konsekuensi
suatu pilihan. 3) Kemahiran intelektual : kemampuan bergaul dengan lingkungan
di sekitarnya dan dengan dirinya sendiri secara simbolis, lambang, kata- kata,
gambar maupun tulisan. 4) Informasi verbal : pengetahuan yang dimiliki dengan
menggunakan bahasa baik bila menggali informasi maupun bila menyampaikan
informasi / pengetahuan 5) Pengaturan kegiatan intelektual : konsep untuk
mengatur intelektualnya sendiri ( mengatur jalan pikirannya sendiri untuk
memecahkan masalah yang dihadapi)
Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai,
pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan (Suprijono,
2009:5).Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar
setelah mengalami aktivitas belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku
tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh pembelajar (Anni, 2007:5).
Menurut Gagne, sebagaimana dikutip oleh Suprijono (2009:5), hasil belajar
berupa sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian
terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan menginternalisasi dan
eksternalisasi nilai-nilai.Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai
sebagai standar perilaku.
Menurut Bloom, sebagaimana dikutip oleh Anni (2007:7), hasil
belajar mencakup kemampuan tiga ranah belajar, yaitu: 1. Ranah Kognitif Ranah
kognitif berkaitan dengan hasil berupa pengetahuan, kemampuan dan kemahiran
intelektual. Ranah kognitif mencakup kategori pengetahuan, pemahaman,
penerapan, analisis,sintesis, penilaian. 2. Ranah Afektif Tujuan pembelajaran
ranah afektif berhubungan dengan perasaan, sikpa, minat, dan nilai.Kategori
ranah afektif meliputi penerimaan, penanggapan, penilaian, pengorganisasian,
dan pembentukan pola hidup. 3. Ranah Psikomotorik
Tujuan pembelajaran ranah psikomotorik menunjukkan adanya
kemampuan fisik seperti keterampilan motorik dan syaraf, manipulasi objek, dan
koordinasi syaraf. Kategori ranah psikomotorik meliputi persepsi, kesiapan,
gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian, dan
kreativitas. Dalam penelitian ini, hasil belajar yang dimaksud aalah perubahan
pada diri siswa yang mencakup ranah kognitif, ranah afektif dan ranah
psikomotorik. Ranah kognitif yang dinilai dengan soal evaluasi. Ranah afektif
yang meliputi tanggungjawab, mandiri, menjadi pendengar yang baik, menghargai
pendapat orang lain dan keberanian menyampaikan pendapat. Ranah psikomotorik
yang meliputi aktif dalam diskusi, membuat pertanyaan yang kreatif, kemampuan
menjawab pertanyaan baik dari guru atau siswa lainnya.
3.
Motivasi Belajar
Motivasi diartikan sebagai kekuatan atau dorongan yang
menggerakkan seseorang untuk memilih, memulai dan mengarahkan kegiatan serta
serta mempertahankannya. Peserta didik mempunyai motivasi belajar bila ia
dengan kesadarannya sendiri mau melibatkan diri secara mental maupun fisik
dalam proses belajar dan dapat mempertahankan dalam waktu lama. Kondisi yang
memotivasi siswa untuk belajar adalah kondisi yang menumbuhkan kemauan untuk
melibatkan diri dalam proses belajar. Kondisi semacam ini tidak serta merta
muncul namun perlu diuasahakan terus menerus (Kartika Budi, 1998 : 173)
Sedangkan menurut Winkel (1987:27) motivasi belajar adalah
keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan
belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arah pada
kegiatanbelajar itu. Motivasi belajar merupakan faktor psikis dan mempunyai
peran dalam hal gairah / semangat belajar. Motivasi belajar terbagi menjadi dua
bentuk , yaitu : 1) Motivasi eksentrik : bentuk motivasi dengan aktivitas
belajar dimulai dan diteruskan berdasar suatu dorongan yang tidak secara mutlak
berkaitan dengan aktivitas belajar misalnya anak rajin belajar untuk
mendapatkan hadiah 2) Motivasi intrisik : bentuk motivasi dengan aktifitas
belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan yang secara mutlak
berkaitan dengan aktivitas belajar, misal anak rajin belajar karena ingin
mengetahui segala sesuatu yang berhubungan dengan materi senyawa hidrokarbon.
Bentuk motivasi belajar tergantung dari tahap perkembangan yang telah dicapai
peserta didik. Peserta didik sekolah dasar lebih bermotivasi instrinsik karena
sudah mampu menyadari kepentingan belajar bagi perkembangannya sendiri (Muhamad
Nur, 1998:33)
Seperti halnya Uno, Hamalik (2009:162) mengemukakan bahwa motivasi
dibedakan menjadi dua jenis, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.
Motivasi intrinsik adalah motivasi yang tercakup di dalam situasi belajar dan
menemui kebutuhan dan tujuan-tujuan murid. Motivasi intrinsik timbul dari dalam
diri individu, misalnya keinginan untuk mendapatkan keterampilan tertentu,
memperoleh informasi dan pengertian, mengembangkan sikap untuk berhasil,
menyenangi kehidupan, dan lain-lain. Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang
disebabkan oleh faktor-faktor dari luar situasi belajar, seperti angka kredit,
ijazah, tingkatan hadiah, dan persaingan yang bersifat negatif.
Menurut Uno (2008:23), indikator
motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Adanya Hasrat dan Keinginan
Berhasil
Hasrat dan keinginan untuk berhasil
dalam belajar dan dalam kehidupan sehari-hari pada umumnya disebut motif berprestasi,
yaitu motif untuk berhasil dalam melakukan suatu tugas dan pekerjaan atau motif
untuk memperolah kesempurnaan. Motif semacam ini merupakan unsur kepribadian
dan prilaku manusia, sesuatu yang berasal dari ‘’dalam’’ diri manusia yang
bersangkutan. Motif berprestasi adalah motif yang dapat dipelajari, sehingga
motif itu dapat diperbaiki dan dikembangkan melalui proses belajar. Seseorang
yang mempunyai motif berprestasi tinggi cenderung untuk berusaha menyelesaikan
tugasnya secara tuntas, tanpa menunda-nunda pekerjaanya. Penyelesaian tugas
semacam ini bukanlah karena dorongan dari luar diri, melainkan upaya pribadi.
b. Adanya Dorongan dan
Kebutuhan Dalam Belajar
Penyelesaian suatu tugas tidak
selamanya dilatar belakangi oleh motif berprestasi atau keinginan untuk
berhasil, kadang kala seorang individu menyelesaikan suatu pekerjaan sebaik
orang yang memiliki motif berprestasi tinggi, justru karena dorongan
menghindari kegagalan yang bersumber pada ketakutan akan kegagalan itu. Seorang
anak didik mungkin tampak bekerja dengan tekun karena kalau tidak dapat
menyelesaikan tugasnya dengan baik maka dia akan mendapat malu dari dosennya,
atau di olok-olok temannya, atau bahkan dihukum oleh orang tua. Dari keterangan
diatas tampak bahwa ‘’keberhasilan’’ anak didik tersebut disebabkan oleh
dorongan atau rangsangan dari luar dirinya.
c. Adanya Harapan dan
Cita-cita Masa Depan
Harapan didasari pada keyakinan
bahwa orang dipengaruhi oleh perasaan mereka tantang gambaran hasil tindakan
mereka contohnya orang yang menginginkan kenaikan pangkat akan menunjukkan
kinerja yang baik kalau mereka menganggap kinerja yang tinggi diakui dan
dihargai dengan kenaikan pangkat.
d. Adanya Penghargaan Dalam
Belajar
Pernyataan verbal atau penghargaan
dalam bentuk lainnya terhadap prilaku yang baik atau hasil belajar anak didik
yang baik merupakan cara paling mudah dan efektif untuk meningkatkan motif
belajar anak didik kepada hasil belajar yang lebih baik. Pernyataan seperti
‘’bagus’’, ‘’hebat’’ dan lain-lain disamping akan menyenangkan siswa,
pernyataan verbal seperti itu juga mengandung makna interaksi dan pengalaman
pribadi yang langsung antara siswa dan guru, dan penyampaiannya konkret,
sehingga merupakan suatu persetujuan pengakuan sosial, apalagi kalau
penghargaan verbal itu diberikan didepan orang banyak.
e. Adanya Kegiatan yang
Menarik Dalam Belajar
Baik simulasi maupun permainan
merupakan salah satu proses yang sangat menarik bagi siswa. Suasana yang
menarik menyebabkan proses belajar menjadi bermakna. Sesuatu yang bermakna akan
selalu diingat, dipahami, dan dihargai. Seperti kegiatan belajar seperti
diskusi, brainstorming, pengabdian masyarakat dan sebagainya.
f. Adanya Lingkungan Belajar
yang Kondusif
Pada
umumnya motif dasar yang bersifat pribadi muncul dalam tindakan individu setelah dibentuk oleh lingkungan. Oleh
karena itu motif individu untuk melakukan sesuatu misalnya untuk belajar dengan
baik, dapat dikembangkan, diperbaiki, atau diubah melalui belajar dan latihan,
dengan perkataan lain melalui pengaruh lingkungan Lingkungan belajar yang
kondusif salah satu faktor pendorong belajar anak didik, dengan demikian anak
didik mampu memperoleh bantuan yang tepat dalam mengatasi kesulitan atau
masalah dalam belajar. Berdasarkan
uraian diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat dua aspek yang menjadi indikator
pendorong motivasi belajar siswa, yaitu (1) dorongan internal: adanya hasrat
dan keinginan berhasil, adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, adanya
harapan dan cita-cita masa depan, faktor fisiologis dan (2) dorongan
eksternal: adanya kegiatan yang menarik dalam belajar, adanya lingkungan
belajar yang kondusif.
Selain memiliki tiga komponen yang telah dijelaskan pada bagian
sebelumnya, motivasi juga memiliki ciri-ciri dan fungsi. Ciri-ciri motivasi
menurut Sardiman (2007:83) adalah sebagai berikut: a) Tekun menghadapi tugas
(dapat bekerja terus-menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti
sebelum selesai). b) Ulet dalam menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa).
Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak
cepat puas dengan prestasi yang telah dicapainya). c) Menunjukkan minat
terhadap bermacam-macam. d) Lebih senang bekerja sendiri. e) Cepat bosan
terhadap tugas-tugas rutin. f) Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah
yakin akan sesuatu). g) Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu. h) Senang
mencari dan memecahkan masalah soal-soal.
Motivasi sebagai proses memiliki beberapa fungsi khususnya dalam
pencapaian tujuan pembelajaran. Fungsi tersebut menurut Hamalik (2009:161)
meliputi: (1) Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan. (2) Motivasi
berfungsi sebagai pengarah. (3) Motivasi berfungsi sebagai penggerak. Setelah
memahami fungsi-fungsi dari motivasi, dalam kegiatan pembelajaran guru dapat
menggunakan berbagai cara untuk menggerakkan atau membangkitkan motivasi
belajar siswa.
Cara untuk menggerakkan motivasi siswa menurut Hamalik (2009:166)
diantaranya: (a) Memberi angka (g) Sarkasme (b) Pujian (h) Penilaian (c) Hadiah
(i) Karyawisata dan ekskrusi (d) Kerja kelompok (j) Film pendidikan (e)
Persaingan (k) Belajar melalui radio (f) Tujuan dan level of aspiration
Dari pejelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa motivasi
adalah suatu dorongan dalam diri seseorang untuk mencapai tujuan yang
diharapkan. Motivasi sangat besar pengaruhnya terhadap belajar. Motivasi
belajar timbul karena adanya faktor intrinsik dan juga faktor ekstrinsik.
Seseorang dapat dikatakan memiliki motivasi belajar diantaranya jika mereka tekun
menghadapi tugas, ulet dalam menghadapi kesulitan, lebih senang bekerja
sendiri, dan cepat bosan terhadap tugas tugas rutin.
4.
Pembelajaran Kimia
a. Hakekat
Pembelajaran Kimia
Pembelajaran merupakan proses yang mengandung serangkaian
perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung
dalam situasi kependidikan untuk mencapai tujuan tertentu. Muhibbin Syah (1995
: 239) menyatakan pembelajaran adalah kegiatan yang integral ( utuh terpadu)
antara siswa sebagai pembelajar dan guru sebagai pengajar. Dalam kegiatan
pembelajaran terjadi hubungan antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa
atau terjadi komunikasi dua arah dan multi arah yang akan menimbulkan perubahan
perilaku siswa yang berdimensi akal, afektif dan pskomotorik.
Pembelajaran kimia menempatkan peserta didik atau dipandang
sebagai subyek bukan sebagai objek. Sebagai subyek mereka adalah pribadi
dinamis yang sedang berjuang mengembangkan diri menjadi lebih sempurna dalam
seluruh aspek kemanusiaannya antara lain pengetahuan, kemampuan, ketrampilan,
sikap dan perasaannya. Jadi pembelajaran harus ditafsirkan sebagai penciptaan
situasi, kemudahan, pemberian bimbingan agar mereka membentuk dan mengembangkan
dirinya secara optimal melalui serangkaian proses yang mereka alami (Kartika
Budi ,1998: 181)
Menurut Sukarjo (dalam Depdikbud, 1987:2) pembelajaran ilmu kimia
lebih menekankan pada penguasaan konsep – konsep kimia dari pada penguasaan
fakta – fakta yang banyak. Tujuan pendidikan kimia tercermin dalam prestasi
belajar kimia yaitu tinggi rendahnya hasil belajar.
Menurut Hadari Nawami (dalam Sri Supriyati,1994:23) prestasi
belajar adalah tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di
sekolah yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes
mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu.Faktor dominan yang mempengaruhi
proses belajar antara lain bekal ajar siswa, saran dan prasaran. Faktor –
faktor yang menentukan proses belajar dapat digambarkan sebagai
berikut.(Wardono Budi, 1998 : 13)
b. Kedudukan
Metode dalam Sistem Pembelajaran Kimia
Kegiatan belajar mengajar yang melahirkan unsur-unsur manusiawi
adalah sebagai suatu proses dalam rangka mencapai tujuan pengajaran. Guru dengan
sadar berusaha mengatur lingkungan belajar agar bergairah bagi anak didik.
Dengan seperangkat teori dan pengalamannya guru gunakan untuk, bagaimana
mempersiapkan program pengajaran yang baik dan sistematis. Salah satu usaha
yang tidak pernah guru tinggalkan adalah, bagaimana memahami kedudukan metode
sebagai salah satu komponen yang ikut ambil bagian dalam keberhasilan kegiatan
belajar mengajar.
Metode mengajar adalah cara yang digunakan guru dalam mengadakan
hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran (Sudjana, 1989:76).
Oleh karena itu peranan metode mengajar sebagai alat untuk menciptakan proses
belajar mengajar. Dengan penggunaan metode diharapkan tumbuh berbagai kegiatan
belajar siswa sehubungan dengan kegiatan mengajar guru. Metode mengajar sangat
menentukan dan menunjang berhasilnya proses belajar mengajar yang diciptakan
oleh seorang guru. Apabila metode mengajar yang digunakan tidak tepat,
memungkinkan pelajaran yang semula mudah bagi siswa menjadi sulit, sebaliknya
metode yang tepat dalam penyampaian materi yang dirasa sulit dapat menjadi
mudah dan menarik. Bila siswa tertarik dengan materi yang disampaikan, maka
siswa akan lebih aktif dalam proses pembelajaran, sehingga dapat tercapai
interaksi edukatif dan kondisi yang kondusif dalam kegiatan pembelajaran.
Penggunaan metode dalam kegiatan belajar mengajar bermacam macam,
dan penggunaannya tergantung dari rumusan tujuan. Dalam mengajar, jarang
ditemukan guru menggunakan satu metode, tetapi kombinasi dari dua atau beberapa
macam metode. Penggunaan metode gabungan dimaksudkan untuk menggairahkan
belajar anak didik, sehingga tujuan pengajaran dapat tercapai. Kimia merupakan
ilmu mengkaji tentang upaya oleh karena itu agar pembelajaran kimia menjadi
pelajaran yang disukai dan siswa terlibat aktif dalam belajar, maka diperlukan
metode pengajaran yang inovatif, yang mampu meningkatkan keaktifan belajar
siswa dan penguasaan konsep materi sesuai dengan tujuan pembelajaran serta
kondisi siswa dan sekolah yang bersangkutan.
5.
Model Pembelajaran Student Facilitator And Explaining (SFAE)
a.
Model Pembelajaran Student
Facilitator and Explaining
1) Model
Pembelajaran
Menurut Arends, sebagaimana dikutip oleh Suprijono (2009:46),
model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di
dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan
kelas. Soekamto et.al., sebagaimana dikutip oleh Trianto (2007:5),
mengemukakan maksud dari model pembelajaran adalah: Kerangka konseptual yang
melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar
untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para
perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar
mengajar.
Menurut Joyce & Weil, sebagaimana dikutip oleh Rusman
(2012:133), berpendapat bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola
yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka
panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di
kelas atau yang lain. Model pembelajaran merupakan suatu pola yang dipakai oleh
guru untuk membentuk kurikulum, artinya para guru boleh memilih model
pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajarannya.
Dengan demikian model pembelajaran tersebut merupakan pola umum perilaku untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Peserta didik akan lebih mudah mendapatkan informasi,
ide, keterampilan, cara berpikir, dan mengekspresikan ide melalui model
pembelajaran yang digunakan oleh guru. Model pembelajaran dapat digunakan guru
sebagai pedoman dalam merencanakan proses belajar mengajar.
2) Faktor-faktor
yang mempengaruhi
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan model pembelajaran,
sebagai berikut:
a) Tujuan
yang hendak dicapai
Tujuan adalah sasaran yang dituju dari setiap kegiatan
belajar-mengajar. Karakteristik tujuan yang akan dicapai sangat mempengaruhi
penentuan model.
b) Materi
pelajaran
Materi pelajaran ialah sejumlah materi yang hendak disampaikan
oleh guru untuk bisa dipelajari dan dikuasai oleh peserta didik.
c) Peserta
didik
Peserta didik sebagai subjek belajar memiliki karakteristik yang
berbeda beda, baik minat, bakat, kebiasaan, motivasi, situasi sosial,
lingkungan keluarga dan harapan terhadap masa depannya. Semua perbedaan itu
akan berpengaruh terhadap penentuan model pembelajaran.
d) Fasilitas
Fasilitas dapat mempengaruhi pemilihan dan penentuan model
pembelajaran. Ketiadaan fasilitas akan sangat mengganggu pemilihan model yang
tepat.
e) Situasi
Situasi kegiatan belajar merupakan setting lingkungan pembelajaran
yang dinamis. Guru harus teliti dalam melihat situasi.
f) f.
Guru
Setiap orang memiliki kepribadian, perfomance style,
kebiasaan dan pengalaman mengajar berbeda-beda. Kompetensi mengajar biasanya
dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan. Guru yang latar belakang pendidikan
keguruan biasanya lebih terampil dalam memilih model dan tepat dalam
menerapkannya.
b. Pengertian
Student Facilitator And Explaining
Model pembelajaran Student Facilitator and Explaining merupakan
salah satu dari tipe model pembelajaran kooperatif. Di dalam kelas kooperatif
siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang
siswa yang sederajat tetapi heterogen, kemampuan, jenis kelamin, suku/ras, dan
satu sama lain saling membantu. Tujuan dibentuknya kelompok tersebut adalah
untuk memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk dapat terlibat secara
aktif dalam proses berpikir dan kegiatan belajar mengajar (Trianto, 2007:41).
Devira (2012) Model Student Facilitator and Explaining merupakan
suatu model yang memberikan kesempatan kepada siswa atau peserta untuk
mempresentasikan ide atau pendapat pada rekan peserta lainnya. Model Student
Facilitator and Explaining mempunyai kelebihan yaitu siswa diajak untuk
dapat menjelaskan kepada siswa lain, siswa dapat mengeluarkan ide-ide yang ada
dipikirannya sehingga dapat lebih memahami materi tersebut. Model pembelajaran Student
Facilitator and Explaining adalah model pembelajaran yang digunakan oleh
pendidik dengan maksud meminta peserta didik untuk berperan menjadi narasumber
terhadap temannya di kelas.
Rachmad Widodo (2009) model pembelajaran Student Facilitator
and Explaining merupakan model pembelajaran dimana siswa/peserta didik
belajar mempresentasikan ide/pendapat pada rekan peserta didik lainnya. Model
pembelajaran ini efektif untuk melatih siswa berbicara untuk menyampaikan
ide/gagasan atau pendapatnya sendiri. Model ini merupakan model yang mudah,
guna memperoleh keaktifan kelas secara keseluruhan dan tanggungjawab secara
individu. Model ini memberikan kesempatan kepada setiap peserta didik untuk bertindak
sebagai seorang “pengajar/penjelas materi dan seorang yang memfasilitasi proses
pembelajaran” terhadap peserta didik lain. Dengan model ini, peserta didik yang
selama ini tidak mau terlibat akan ikut serta dalam pembelajaran secara aktif.
c. Langkah-langkah
Penerapan Model Pembelajarn Student Facilitator and
Explaining
Menurut Suprijono (2009: 128) terdapat enam langkah dalam
pelaksanaan model pembelajarn Student Facilitator and Explaining, yaitu
sebagai berikut:
1) Guru
menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai. Guru menjelaskan tujuan belajarnya,
menyampaikan ringkasan dari isi dan mengaitkan dengan gambaran yang lebih besar
mengenai silabus atau skema kerja.
2) Guru
mendemonstrasikan atau menyajikan materi. Guru menyajikan materi yang
dipelajari pada saat itu dan siswa memperhatikan. Setelah selesai menjelaskan
guru membagi siswa menjadi berkelompok secara heterogenitas. Guru menjelaskan
dan mencontohkan kepada siswa bagaimana membuat bagan/peta konsep. Kemudian
guru bisa meminta siswa untuk mencatat apa yang telah mereka ketahui atau yang
bisa dilakukan, berkaitan dengan aspek apapun yang berhubungan dengan materi
tersebut. Guru juga bisa meminta siswa saling bertukar pikiran sehingga mereka
lebih percaya diri.
3) Memberikan
kesempatan siswa untuk menjelaskan kepada siswa lainnya misalnya melalui
bagan/peta konsep. Dalam tahap ini guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk menjelaskan kepada siswa lainnya misalnya melalui bagan/peta konsep.
Meminta seorang sukarelawan untuk maju dan menjelaskan di depan kelas apa yang
dia
ketahui. Siswa lain boleh bertanya, dan sang sukarelawan berhak berkata “lewat” jika dia tidak yakin dengan jawabannya dan guru dapat menambahkan komentar pada tahap berikutnya.
ketahui. Siswa lain boleh bertanya, dan sang sukarelawan berhak berkata “lewat” jika dia tidak yakin dengan jawabannya dan guru dapat menambahkan komentar pada tahap berikutnya.
4) Guru
menyimpulkan ide/pendapat dari siswa. Ketika sang sukarelawan menjelaskan apa
yang mereka ketahui di depan kelas, guru mencatat poin-poin penting untuk
diulas kembali. Informasi yang tidak akurat, ide yang kurang tepat atau yang
hanya dijelaskan separuh, miskonsepsi, bagian yang hilang, hal ini bisa
ditangani langsung sehingga siswa tidak membentuk kesan yang salah, atau mereka
dapat membuat dasar dari rencana pembelajaran yang telah diperbaiki untuk
beberapa pelajaran berikutnya.
5) Guru
menerangkan semua materiyang disajikan saat itu. Guru menjelaskan keseluruhan
dari materi agar siswa lebih memahami materi yang sudah dibahas pada saat itu.
6) Penutup.
d. Kelebihan
dan Kekurangan Model Pembelajaran Student Facilitator and
Explaining
Setiap model yang sudah ada selama ini memiliki kelebihan dan
kekurangan, begitu juga dengan model Student Facilitator and Explaining
memiliki kedua hal tersebut.
Menurut Prasetya (2009) adapun kelebihan dan kekurangan dari model
ini yaitu:
1) Kelebihan
a) Dapat
mendorong tumbuh dan berkembangya potensi berpikir kritis siswa secara optimal.
b) Melatih
siswa aktif, kreatif dalam menghadapi setiap permasalahan.
c) Mendorong
tumbuhnya tenggang rasa, mau mendengarkan dan menghargai pendapat orang lain.
d) Mendorong
tumbuhnya sikap demonstrasi.
e) Melatih
siswa untuk meningkatkan kemampuan saling bertukar pendapat secara obyektif,
rasional guna menemukan suatu kebenaran dalam kerjasama anggota kelompok.
f) Mendorong
tumbuhnya keberanian mengutarakan pendapat siswa secara terbuka.
g) Melatih
siswa untuk selalu dapat mandiri dalam menghadapi setiap masalah.
h) Melatih
kepemimpinan siswa.
i) Memperluas
wawasan siswa melalui kegiatan saling bertukar informasi, pendapat dan
pengalaman antar mereka.
2) Kekurangan
a) Timbul
rasa yang kurang sehat antar siswa satu dengan yang lainnya.
b) Peserta
didik yang malas mungkin akan menyerahkan bagian pekerjaannya kepada siswa yang
pintar.
c) Penilaian
individu sulit karena tersembunyi dibalik kelompoknya.
d) Model
Student Facilitator and Explaining memerlukan persiapan yang rumit
dibanding dengan model lain, misalnya model ceramah.
e) Apabila
terjadi persaingan yang negatif hasil pekerjaan akan memburuk.
f) Peserta
didik yang malas memiliki kesempatan untuk tetap pasif dalam kelompoknya, dan
memungkinkan akan mempengaruhi kelompoknya sehingga usaha kelompok tersebut
gagal.
B. Kerangka Berfikir
Kimia adalah suatu ilmu yang memiliki kaitan yang erat dengan
kehidupan sehari-hari. Dalam pembelajaran kimia, materi kimia kebanyakan
disajikan dalam bentuk rumus-rumus daripada dalam bentuk kalimat. Setiap pokok
bahasan memiliki rumus tersendiri dan rumus tersebut berkaitan antara pokok
bahasan yang satu dengan yang lain. Sehingga kimia lebih memerlukan pemahaman
daripada hafalan. Karena jika hanya hafalan tanpa memahami konsep siswa akan
merasa bingung ketika menemukan rumus yang harus didapatkan terlebih dahulu
dari rumus yang lain. Dari rumus juga mengandung makna yang bisa diaplikasikan
dalam kehidupan sehari-hari, sehingga jika tidak memahami konsep siswa tidak
bisa mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, umumnya
siswa menganggap bahwa kimia itu sulit dan menjadi momok dalam belajar. Hal
tersebut menjadikan siswa pasif dalam belajar dan mengakibatkan hasil belajar
siswa rendah.
Guru sebagai pendidik memegang peranan yang sangat penting dalam
proses belajar mengajar. Melaui proses belajar mengajar, guru dituntut untuk
menampilkan keahliannya di depan kelas. Salah satu keahlian yang dimiliki guru
yaitu kemampuan menyampaikan pelajaran. Agar penyampaian pelajaran tepat pada
tujuan pembelajaran maka harus memilih model pembelajaran yang inovatif tidak
monoton. Pemilihan model pembelajaran pada materi kimia misalnya dengan model
yang melibatkan keaktifan siswa dan menuntut siswa untuk menemukan konsep
sendiri, sehingga memudahkan siswa untuk memahami konsep-konsep kimia.
Cara mengatasi masalah tersebut, maka dipilih model pembelajaranStudent
Facilitator and Explaining (SFAE). Model Pembelajaran Student
Facilitator and Explaining merupakan model pembelajaran dimana
siswa/peserta didik belajar mempresentasikan ide/pendapat pada rekan peserta
didik lainnya. Dalam pelaksanaanya siswa diminta untuk berkelompok, dengan
kelompoknya membuat bagan/peta konsep dari materi pelajaran yang telah diterima
kemudian mempresentasikannya. Model ini memberikan kesempatan kepada setiap
peserta didik untuk bertindak sebagai seorang “pengajar/penjelas materi dan seorang
yang memfasilitasi proses pembelajaran” terhadap peserta didik lain.
Dengan model ini, peserta didik yang selama ini tidak mau terlibat
akan ikut serta dalam pembelajaran secara aktif. Sehingga siswa dapat lebih
mudah memahami konsep kimia dan pemahaman siswa terhadap suatu konsep akan
meningkat. Dengan meningkatnya pemahaman terhadap suatu konsep kimia melalui
penerapan Student Facilitator and Explaining dalam pembelajaran,
diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar kognitif, afektif maupun psikomotorik
siswa.
Model Student Facilitator and Explaining (SFAE) pada
penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK)
yang terdiri dari dua siklus. Pelaksanaan penelitian ini mengacu pada
instrument yang sudah disusun pada tahap perencanaan berupa silabus dan
RPP.Penyusunan RPP pada siklus II mengacu pada hasil penelitian dari siklus I
dengan materi yang berbeda. Penilaian terhadap hasil belajar kognitif siswa
dilaksanakan setiap akhir siklus. Penilaian hasil belajar afektif dan
psikomotorik diambil dari pengamatan selama pembelajaran berlangsung dengan
menggunakan lembar observasi. Kemudian hasil penilaiannya dikumpullkan untuk
dianalisis peningkatan hasil belajarnya. Jika hasil belajar siswa setelah
dianalisis belum memenuhi indikator ketuntasan belajar baik ranah kognitif,
ranah afektif maupun ranah psikomotorik, maka kekurangan penelitian akan
diperbaiki pada siklus berikutnya.
Berdasarkan uraian di atas, maka kerangka berpikir dalam
penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Masalah
|
Penerapan
Model Pembelajaran Student Facilitator and
Explaining (SFAE)
|
Siklus
I
1. Perencanaan
2. Tindakan
3. Observasi
4. Refleksi
|
Siklus
II
1. Perencanaan
2. Tindakan
3. Observasi
4. Refleksi
|
Meningkatnya
Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Setelah Menerapkan Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining (SFAE)
|
Gambar
2.1
Kerangka
Berpikir Penerapan Model Pembelajaran Student Facilitator And Explaining (SFAE)
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kimia
Kelas
X SMA ………………….
C. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap
permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto,
2006:71). Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis penelitian ini
adalah “Ada peningkatan motivasi dan hasil belajar kimia kelas X SMA ……………..
dengan menerapkan model pembelajaran Student Facilitator And Explaining (SFAE)”.
bila berkenan untuk bab selanjutnya secara lengkap sampai dengan lampiran dan halaman depan dalam format *.doc/*.docx silahkan
klik DOWNLOADatau hub. 081327121707 terima kasih.