Menerima Pembuatan TESIS-SKRIPSI-PKP UT, Silahkan Baca Cara Pemesanan di bawah ini

Lencana Facebook

banner image

Thursday, 29 January 2015

KTI KENAIKAN PANGKAT PENILIK SEKOLAH




LAPORAN
KARYA TULIS ILMIAH


PENINGKATAN MENINGKATKAN PARTISIPASI ORANG TUA DALAM PENYELENGGARAAN PROGRAM KELOMPOK BERMAIN (KB) EKA HUANG DESA ...................
KECAMATAN RUNGAN
TAHUN 2012




Diajukan untuk Memenuhi  Persyaratan Kenaikan Pangkat
............................... dst disesuaikan





Oleh :

………………………………………..
NIP. ……………..

UPT ………………………………….






UPT DINAS……………………………..
KECAMATAN ............
............
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan ke hadirat Tuhan YME, karena dengan karunia-Nya kami dapat menyelesaiakan karya tulis ilmiah yang berjudul “Peningkatan Partisipasi Orang tua Dalam Penyelenggaraan Program Kelompok Bermain (KB) Eka Huang Desa ........ Kecamatan Rungan”. Meskipun banyak hambatan yang kami alami dalam proses pengerjaannya, tapi kami berhasil menyelesaikan karya ilmiah ini tepat pada waktunya sebagai salah satu persyaratan kenaikan pangkat dari golongan ….. ke golongan ….  Pada unsur Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB).
Peneliti mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan penelitian ini khususnya kepada:
1.    ……………….., selaku Kepala Dinas  ………………..
2.    ……………….., selaku Kepala UPT ……………
3.    ……………….., selaku Ketua Pengelola ……………………………..
4.    Segenap Tutor Kelompok Bermain ……. …………….  Beserta seluruh anak didiknya yang telah membantu penyelesaian karya tulis ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun karya tulis ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna sempurnanya karya tulis ilmiah ini. Penulis berharap semoga karya tulis ilmiah ini bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
............,     ............
Penulis







LEMBAR PENGESAHAN


1.
Judul Penelitian
Peningkatan Partisipasi Orang tua Dalam Penyelenggaraan Program Kelompok Bermain (KB) Eka Huang Desa ........ Kecamatan Rungan Tahun 2012
2.
Identitas Peneliti
a.    Nama Lengkap
b.   NIP
c.    Pangkat. Golongan
d.   Tempat Tugas
e.    Kabupaten/Kota
f.    Provinsi
g.   Alamat Kantor
h.   Telepon

3.
Lama Penelitian

4.
Sumber Dana
Swadaya




Catt :
Untuk lembar pengesahan yang bertanda tangan disesuaikan dengan kondisi setempat












PENINGKATAN PARTISIPASI ORANG TUA DALAM PENYELENGGARAAN PROGRAM KELOMPOK BERMAIN (KB) EKA HUANG DESA ................... KECAMATAN RUNGAN
TAHUN 2012

Oleh

…………………………………………
NIP. ………………..

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan upaya-upaya meningkatkan partisipasi orang tua dalam penyelenggaraan program PAUD pada Kelompok Bermain (KB) Eka Huang Desa ........ Kecamatan Rungan. Penelitan ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan angket observasi dan dokumentasi. Sedangkan teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan tingkat partisipasi orang tua dalam penyelenggaraan Kelompok Bermain (KB) Eka Huang Desa ........ Kecamatan Rungan pada kategori baik dengan persentase 77,92%. Perolehan persentase ini merupakan akumulasi  dari  sub  indikator    partisipasi  orang  tua  dalam  bentuk  materil berada pada kategori baik dengan persentase  80%, sedangkan sub indikator   partisipasi orang tua dalam bentuk non materil berada pada kategori cukup dengan persentase 75,83%. Usaha  meningkatkan  partisipasi  orang  tua  dalam  penyelenggaraan  Kelompok Bermain (KB) Eka Huang Desa ........ Kecamatan Rungan berada pada kategori baik, dengan   persentase 78,75. Temuan ini merupakan akumulasi dari sub indikator   mengintensifkan kegiatan pembinaan terhadap orang tua   yang berada pada kategori baik dengan persentase 76,67%, dan sub indikator mensosialisasikan pentingnya penyelenggaraan program Pendidikan Anak   di Kelompok Bermain (KB) Eka Huang Desa ........ Kecamatan Rungan yang berada pada kategori baik dengan persentase 80,83%. Terkait hasil penelitian tersebut maka dapat disarankan hal-hal sebagai berikut: 1) perlu pemberian penyadaran lebih intensif kepada orang tua tentang perlunya partisipasi mereka dalam penyelenggaraan program Kelompok Bermain (KB) Eka Huang Desa ........ Kecamatan Rungan, 2) peningkatan partisipasi orang tua dalam penyelenggaraan program Kelompok Bermain (KB) Eka Huang Desa ........ Kecamatan Rungan perlu melibatkan kepala desa serta tokoh masyarakat sehingga diharapkan orang tua tergerak hatinya untuk membantu meningkatkan partisipasinya dalam membantu penyelenggaraan program Kelompok Bermain (KB) Eka Huang Desa ........ Kecamatan Rungan.

Kata Kunci: partisipasi, orang tua  kelompok bermain

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..........................................................................................      
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................      
KATA PENGANTAR........................................................................................      
DAFTAR ISI.......................................................................................................      
ABSTRAK..........................................................................................................      
DAFTAR TABEL...............................................................................................      
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................      
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................      

BAB    I     PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang Masalah ...........................................................      
B.       Identifikasi Masalah .................................................................      
C.       Rumusan Masalah .....................................................................      
D.      Tujuan Penelitian ......................................................................      
E.       Manfaat Penelitian ....................................................................      
BAB    II   KAJIAN PUSTAKA
A.  Hakikat Partisipasi Orang Tua Dalam Penyelenggaraan Program Kelompok Bermain (KB)                                                                                                                  
B.  Strategi Penyelenggaraan Program Pendidikan di kelompok bermain (KB)             
C.  Upaya-Upaya Meningkatkan Partisipasi Orang Tua dalam Penyelenggaraan Program kelompok bermain (KB)...............................................................................      
BAB    III METODE PENELITIAN           
A.  Tempat dan Waktu Penelitian .....................................................      
B.  Desain Penelitian .........................................................................      
C.  Populasi dan Sampel ...................................................................      
D.  Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ...............      
E.   Teknik Pengumpulan Data ..........................................................      
F.   Teknik Analisis data ....................................................................      
BAB    IV  HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.  Deskripsi Hasil Penelitian ...........................................................      
B.  Interpretasi Data .........................................................................      
C.  Pembahasan .................................................................................      
KESIMPULAN DAN SARAN                    
A.  Kesimpulan .................................................................................      
B.  Saran ...........................................................................................      

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN




DAFTAR TABEL

Tabel                                                                                                           Halaman
Tabel      3.1    Jadwal Waktu Pelaksanaan Kegiatan Penelitian ...................            
Tabel      3.2    Tabel Klasifikasi Hasil Penelitian ..........................................            
Tabel      4.1    Bantuan Dalam Bentuk Uang Untuk Kegiatan Pembelajaran di Kelompok Bermain (KB) ...............................................................................................
Tabel      4.2    Aktif dalam Pengumpulan Dana Untuk Membantu Penyelenggaraan Kelompok Bermain (KB)
Tabel      4.3.   Memberikan Bantuan Berupa Alat Peraga
Tabel      4.4    Memnberikan Bantuan Berupa Mainan
Tabel      4.5    Membantu Guru Melakukan Identifikasi Terhadap Kekurangan Bahan dan Alat Belajar     ...............................................................................................
Tabel      4.6    Ikut Dalam Kegiatan Pembuatan Mainan..............................            
Tabel      4.7    Aktif Dalam Kegiatan Rapat Untuk Menyusun Program Kelompok Bermain (KB)             ...............................................................................................
Tabel      4.8    Membantu Guru Dalam Menata Sudut Belajar ....................            
Tabel      4.9. Saya Membantu Guru Untuk Memfasilitasi Anak Dalam Belajar                   
Tabel      4.10  Saya Membantu Guru Untuk Memfasilitasi Anak Dalam Belajar                 
Tabel      4.11  Mengajak Orang Tua Yang Lain Membantu Mengembangkan Program Kelompok Bermain (KB).......................................................................................            
Tabel      4.12  Membantu Guru Dalam Menata Pajangan ............................            
Tabel      4.13  Kegiatan Pembinaan Terhadap Orang Tua ...........................            
Tabel      4.14  Pendekatan Secara Persuasive Untuk Meningkatkan Kesadaran Orang Tua                        
Tabel      4.15  Pendekatan Secara Personal Untuk Memberikan Penyadaran Tentang Pentingnya Dukungan   Penyelenggaraan Kelompok Bermain (KB) ..........................            
Tabel      4.16  Sosialisasi Tentang Program Jangka Pendek Dan Program Jangka  Menengah Kelompok Bermain (KB).........................................................................            
Tabel      4.17  Perbaikan Terhadap Persepsi Orang Tua ...............................            
Tabel      4.18  SosialisasiTentang Kondisi Riil Penyelenggaraan Kelompok Bermain (KB)                        
Tabel      4.19  Sosialisasi Tentang Kendala Dalam Penyelenggaraan Kelompok Bermain (KB)                  
Tabel      4.20  Sosialisasi Tentang Keunggulan Yang Dicapai Setiap Tahun                        
Tabel      4.21  Laporan Tentang  Perkembangan Kelompok Bermain (KB)            
Tabel      4.22 Ringkasan Sub Indikator Partisipasi dalam Bentuk Materil..            
Tabel      4.23 Ringkasan Sub Indikator Partisipasi dalam Bentuk Non Materil                  
Tabel      4.24  Ringkasan Indikator Partisipasi Orang Tua...........................            
Tabel      4.25  Ringkasan Sub Indikator Mengintensifkan Kegiatan Pembinaan Terhadap Orang Tua        ...............................................................................................
Tabel      4.26  Ringkasan Sub Indikator Mensosialisasikan pentingnya penyelenggaraan program Pendidikan Anak di Kelompok Bermain (KB) Eka Huang......................            
Tabel      4.27  Ringkasan Indikator Usaha Meningkatkan Partisipasi Orang Tua                


























DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 
                                                                                                                                   

Lampiran    :    1   DAFTAR NAMA RESPONDEN
Lampiran    :    2   ANGKET PENELITIAN
Lampiran    :    3   REKAPITULASI HASIL ANGKET PENELITIAN
Lampiran    :    4   REKAPITULASI HASIL PENILAIAN ANGKET PER KRITERIA JAWABAN
Lampiran    :    5   FOTO DOKUMENTASI KEGIATAN PENELITIAN



BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang Masalah
Pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan nonformal berupa Kelompok Bermain (KB), menurut Dirjen PAUDNI (2011:1-2) menyatakan bahwa dalam Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mengamanatkan dengan tegas perlunya penanganan pendidikan anak usia dini, hal tersebut bisa dilihat pada pasal 1 butir 14 yang menyatakan bahwa: “Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut”.
Selanjutnya pada pasal 28 Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003, dinyatakan bahwa pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan informal. PAUD pada jalur pendidikan nonformal dapat berupa Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA), atau bentuk lain yang sederajat.
Usia dini merupakan masa emas perkembangan. Pada masa itu terjadi lonjakan luar biasa pada perkembangan anak yang tidak terjadi pada periode berikutnya. Para ahli menyebutnya sebagai usia emas perkembangan (golden age). Untuk melejitkan potensi perkembangan tersebut, setiap anak membutuhkan asupan gizi seimbang, perlindungan kesehatan, asuhan penuh kasih sayang, dan rangsangan pendidikan yang sesuai dengan tahap perkembangan dan kemampuan masing-masing anak. Pemberian rangsangan pendidikan dapat dilakukan sejak lahir, bahkan sejak anak masih dalam kandungan. Rangsangan pendidikan ini hendaknya dilakukan secara bertahap, berulang, konsisten, dan tuntas, sehingga memiliki daya ubah (manfaat) bagianak (Dirjen PAUDNI, 2011:1).
Agar anak memiliki manfaat bagi dirinya sendiri maupun manfaat bagi orang lain, perlu adanya
intervensi dari lingkungannya. Intervensi yang dimaksud adalah adanya upaya pengaruh pendidikan terhadap diri anak. Pendidikan pada anak usia dini haruslah memperhatikan tugas-tugas perkembangan anak, sesuai dengan tahap perkembangannya.
Menurut Hurlock (1999:78) menyampaikan jika anak gagal dalam upaya mencapai tugas perkembangannya bisa mengakibatkan dua kemungkinan yang serius yaitu: (1) anak dinilai oleh teman sebayanya dan orang tua sebagai anak yang terlambat perkembangannya, dan penilaian ini bisa membuat anak yang bersangkutan memiliki penilaian negatif terhadap dirinya sendiri, dan pada akhirnya membuat anak memiliki gambaran diri yang negatif, dan (2) fondasi untuk tahap perkembangan berikutnya menjadi kurang kuat sehingga sulit mengejar ketertinggalan perkembangan dari teman sebayanya. Akibat lebih lanjut adalah perasaan tidak mampu bersaing dengan teman-teman seusianya. Hal inilah yang perlu diwaspadai oleh para pendidik yaitu agar dalam setiap usaha pendidikan bagi anak-anak usia dini dirancang sedemikian rupa sehingga sesuai dengan tahap perkembangan anak yang bersangkutan.
Upaya pendidikan (pembelajaran) yang dilakukan haruslah sesuai dengan dunia anak. Dunia anak-anak adalah dunia bermain, jadi sambil bermain anak-anak bisa belajar berbagai hal. Bermain merupakan proses dinamis yang mendukung anak dalam proses belajar. Menurut Sadono (2000:7) fungsi bermain memberi kesempatan proses bersosialisasi kepada anak-anak untuk mendapatkan dan memperkaya pengetahuan dengan menggunakan berbagai alat, buku, narasumber, atau memanfaatkan sumber daya lingkungan.
Pemerintah  sebagai  salah  satu  pihak  yang  bertanggung  jawab  dalam pendidikan  berupaya  keras  mengadakan  pengembangan  dan  pembaharuan terhadap pendidikan anak, serta menyediakan sarana dan prasarana penunjang bagi terlaksananya suatu proses pendidikan yang memadai. Sejalan dengan hal itu pula  pemerintah  secara  rutin  memberikan  pembinaan  serta  Pendidikan  dan Latihan (diklat) kepada guru PAUD khususnya kelompok bermain dengan berbagai kecakapan dan keterampilan dalam  membelajarkan  anak,  sehingga  diharapkan  dapat  berimplikasi  pada peningkatan kualitasnya.
Namun  disadari  upaya  penyelenggaraan  program  kelompok bermain (KB)  tidak  hanya tergantung pada pihak pemerintah melainkan pula ditentukan oleh guru sebagai pengelola pendidikan serta masyarakat dan orang tua sebagai motivator untuk memperlancar proses penyelenggaraan program pendidikan di lembaga ini.
Dalan konteks ini guru sebagai pengajar haruslah profesional dan memiliki tingkat  kualitas  yang  tinggi.  Salah  satu  indikasi  dari  tingginya  kualitas  dan profesionalitas  guru  antara  lain  dapat  dilihat  dari  kemampuannya  untuk mengembangkan potensi anak serta dapat mengelola proses belajar mengajar yang optimal. Sementara itu orang tua   dan orang tua diharapkan dapat   menunjukkan partisipasinya untuk mendukung segala aktivitas penyelenggaraan program kelompok bermain (KB) baik secara material maupun non material. Orang  tua     sebagai  salah  satu  di  antara  komponen  di  atas  dituntut partisipasinya dalam penyelenggaraan program kelompok bermain (KB). Bentuk partisipasi yang dapat diberikan orang tua   terhadap penyelenggaraan program kelompok bermain (KB) antara lain dalam bentuk pemberian iuran atau dana bulanan serta donasi terhadap kelompok bermain (KB).
Pemberian  iuran  bulanan  ini  sangat  diperlukan,  mengingat  bahwa  keberadaan kelompok bermain (KB) berbeda dengan Institusi pendidikan lainnya. Jika institusi pendidikan lain seperti  Sekolah  Dasar (SD)  banyak  mendapatkan  subsidi  atau  bantuan  dari pemerintah sebagai dana operasional, maka berbeda dengan kelompok bermain (KB) lebih dituntut kemampuannya untuk secara mandiri mencari  dana  guna dimanfaatkan dalam penyelenggaraan  program  pendidikan  pada  lembaga  ini.  Oleh  karenanya dukungan atau partisipasi orang tua   dalam bentuk pemberian iuran tiap bulan atau donasi, sangat penting keberadaannya guna menunjang penyelenggaraan program kelompok bermain (KB).  Sejalan  dengan  hal  tersebut  orang  tua    dapat  pula  berperan  untuk memberikan  masukan  kepada  pengelola  kelompok bermain (KB) tentang  penyediaan  fasilitas penunjang berupa alat-alat bermain yang dapat di manfaatkan di kelompok bermain (KB). Melalui upaya ini maka akan   terjadi sinkronisasi antara apa yang diharapkan   orang tua serta  model  pembelajaran  yang  diterapkan  guru  terutama  dalam  penyediaan fasilitas pendidikan bagi anak kelompok bermain (KB).
Bentuk partisipasi lainnya yang   dapat dilakukan oleh orang tua   terhadap penyelenggaraan program kelompok bermain (KB) yaitu dengan memotivasi anak untuk mengikuti program Pendidikan di kelompok bermain (KB). Dalam hal ini partisipasi yang dapat dilakukan orang tua adalah mendorong anak-anak agar setiap hari mengikuti pendidikan di kelompok bermain (KB) sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan.   Di samping itu pula orang tua baik secara individual maupun kelompok perlu memberikan penguatan terhadap anak agar secara rutin mengikuti program Pendidikan di kelompok bermain (KB).
Berdasarkan uraian di atas jelas   menunjukkan bahwa orang tua memiliki partisipasi yang sangat strategis untuk berperan dalam penyelenggaraan program kelompok bermain (KB). Partisipasi orang tua   tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk partisipasi secara materiil yaitu berupa sumbangan dalam berupa dana atau peralatan lain serta partisipasi secara inmaterial yaitu berupa pemberian saran atau pendapat tentang upaya pengadaan alat bermain yang dapat digunakan di kelompok bermain (KB)   Selain itu diberikan bimbingan dan motivasi kepada anak agar bersedia mengikuti program Pendidikan di kelompok bermain (KB). Melalui partisipasi yang digambarkan di atas diharapkan secara   maksimal   dapat   meningkatkan   penyelenggaran   kelompok bermain (KB),   sehingga meningkatkan kualitas tamatannya.
Hasil observasi awal menunjukkan bahwa kelompok bermain (KB) Eka Huang merupakan salah satu kelompok bermain (KB)  yang saat ini sedang berusaha untuk meningkatkan kualitas anak didiknya. Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa persepsi orang tua terhadap penyelenggaraan kelompok bermain (KB) belum sesuai dengan yang diharapkan. Orang tua  cenderung  memiliki  persepsi  bahwa  penyelenggaraan  program  kelompok bermain (KB) sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengelola dan pemerintah sehingga orang tua  merasa  kurang  perlu  untuk  ikut  terlibat  dalam  kegiatan  penyelenggaraan program kelompok bermain (KB). Hal ini antara lain ditunjukkan dengan kurangnya kepedulian orang  tua  untuk  mengkuti  rapat  pembahasan  program kelompok bermain (KB). 
Terbatasnya fasilitas yang terdapat di kelompok bermain (KB) juga belum mendapat partisipasi sepenuhnya dari orang tua. Sebagian lainnya berpendapat bahwa penyediaan fasilitas penunjang merupakan tanggung jawab sepenuhnya pihak pengelola kelompok bermain (KB) serta pemerintah. Kondisi   lainnya   berdasarkan   observasi   awal   menunjukkan   bahwa sosialisasi   tentang   perlunya   partisipasi   dan   dukungan   orang   tua   dalam penyelenggaraan program  kelompok bermain (KB) kurang dilaksanakan sehingga orang tua kurang memiliki  wawasan  yang  memadai  tentang  perlunya  peningkatan  peran  dalam penyelenggaraan kelompok bermain (KB). Kurangnya sosialisasi dan tingkat wawasan yang kurang ini  menyebabkan  penyelengaraan  kelompok bermain (KB)  berjalan  kurang  sesuai  dengan  yang diharapkan. Hal ini pula dipertajam dengan tingkat pendidikan orang yang sangat bervariasi dan didominasi oleh orang tua yang memiliki tingkat pendidikan rendah sehingga   sangat   mempengaruhi   partisipasi   orang   tua   dalam   membantu penyelenggaraan kelompok bermain (KB).  Dalam  konteks  ini  tingkat  pendidikan  yang  rendah menyebabkan orang tua kurang memahami pentingnya partisipasi mereka dalam penyelenggaraan kelompok bermain (KB).
Terkait kondisi riil ini maka perlu upaya untuk meningkatkan partisipasi orang  tua  dalam  penyelenggaraan  program  kelompok bermain (KB)  Eka Huang     Desa  ........ Kecamatan  Rungan,  sehingga  diharapkan  penyelenggaraan  kelompok bermain (KB)  berjalan optimal dengan dukungan dan partisipasi penuh orang tua. Jika   dicermati   bahwa   selama   ini   telah   dilakukan   upaya   untuk meningkatkan partisipasi orang tua dalam penyelenggaraan program kelompok bermain (KB). Hal tersebut antara lain ditunjukkan dengan pendekatan persuasif yang dilakukan oleh pihak sekolah untuk membina orang tua agar memiliki kesadaran yang tinggi dalam membantu penyelenggaraan kelompok bermain (KB). Upaya lainnya yang telah dilakukan selama  ini  yaitu     dengan  melibatkan  tokoh  masyarakat  yang  terkait  untuk melakukan sosialisasi kepada orang tentang perlunya partisipasi mereka dalam penyelenggaraan  program  kelompok bermain (KB).  Namun  upaya  yang  dilakukan  ini  belum sepenuhnya mampu meningkatkan   partisipasi orang tua dalam penyelenggaraan Program kelompok bermain (KB) Eka Huang   Desa ………. Kecamatan Rungan. Dalam konteks ini belum terjadi peningkatan partisipasi orang tua dalam penyelenggaraan Program kelompok bermain (KB). Kondisi riil ini perlu diantisipasi, mengingat bahwa partisipasi orang tua dalam penyelenggaraan kelompok bermain (KB) sangat diperlukan sebagai salah satu pendukung dalam  penyelenggaraan  program  kelompok bermain (KB).  Jika  partisipasi  orang  tua  dalam penyelenggaraan program kelompok bermain (KB) tidak dapat ditingkatkan maka diduga menjadi salah  satu  faktor  yang  menghambat  penyelenggaraan  program kelompok bermain (KB) secara menyeluruh.
Mencermati hal ini maka perlu diadakan penelitian untuk mengkaji secara mendalam upaya yang dapat dilakukan agar tingkat partisipasi orang tua terhadap penyelenggaraan program kelompok bermain (KB), melalui penelitian yang diformulasikan dengan judul: Upaya-Upaya Meningkatkan Partisipasi Orang tua Dalam Penyelenggaraan Program Kelompok Bermain (KB) Eka Huang Desa ........ Kecamatan Rungan.
B.       Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:
1. Rendahnya  peran serta aktif orang tua peserta didik dalam  penyelenggaraan  program kelompok bermain (KB)
2. Kurangnya partisipasi orang tua terhadap penyelengaraan kelompok bermain (KB)
3.  Kurang baiknya wawasan orang tua peserta didik tentang perlunya partisipasi orang tua terhadap penyelengaraan kelompok bermain (KB).
4.  Ketidaktahuan orang tua peserta didika dalam upaya meningkatkan partisipasi orang tua dalam penyelenggaraan program kelompok bermain (KB) Eka Huang   Desa ........ Kecamatan Rungan
C.      Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah maka masalah dalam penelitian ini difokuskan pada: bagaimana upaya meningkatkan partisipasi orang tua   dalam penyelenggaraan program kelompok bermain (KB) Eka Huang   di Desa ........   Kabupaten ............?
D.      Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui upaya meningkatkan partisipasi orang tua    dalam penyelenggaraan program PAUD Eka Huang    di Desa ........ Kabupaten .............
E.       Manfaat Penelitian
1.    Manfaat Teoretis
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
a.    Bermanfaat  bagi  pengembangan  ilmu  pengetahuan  khususnya  yang terkait dengan  peningkatan  upaya  meningkatkan  partisipasi  orang  tua     dalam penyelenggaraan program kelompok bermain (KB) sehingga lebih memperkaya khasanah kajian dari ilmu Pendidikan Luar Sekolah.
b.    Sebagai media informasi kepada orang tua   tentang perlunya partisipasi dalam penyelenggaraan program kelompok bermain (KB).
c.    Sebagai bahan informasi bagi pemerintah dalam pengambilan kebijakan yang terkait dengan pengembangan kualitas pengelolaan kelompok bermain (KB)
2.    Manfaat Praktis
     Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
a.    Sebagai bahan informasi kepada para orang tua tentang bentuk partisipasi yang dapat dilakukan dalam mendukung penyelenggaraan program kelompok bermain (KB)
b.    Meningkatkan  kepedulian  orang  tua  dalam  membantu  penyelenggaraan program kelompok bermain (KB) sehingga mendukung pencapaian tujuan   kelompok bermain (KB).
c.    Bagi    peneliti    bermanfaat    dalam    melatih    berfikir    ilmiah    dalam mengembangkan sikap ilimah
d.   Bermanfaat bagi penelitian lanjutan terutama yang terkait dengan peningkatan kualitas penyelenggaraan program kelompok bermain (KB).





BAB II
KAJIAN TEORETIS
A.  Hakikat Partisipasi Orang Tua Dalam Penyelenggaraan Program Kelompok Bermain (KB)
1.    Pengertian Partisipasi
Partisipasi berasal dari bahasa Inggris yaitu  “participation” yang berarti pengambilan bagian atau pengikutsertaan. Menurut Keith Davis (dalam Turindra. 2009:2) partisipasi didefenisikan sebagai berikut: “Partisipation is defined as a mental and emotional involved at a person in a group situasion which encourager then  contribut  to  group  goal  and  share  responsibility  in  them”. (Partisipasi dimaksudkan sebagai keterlibatan mental dan emosi seseorang kepada pencapaian tujuan dan ikut bertanggung jawab di dalamnya).   Dalam defenisi tersebut kunci pemikirannya adalah keterlibatan mental dan emosi.
Adapun konsep partisipasi menurut ensiklopedi pendidikan adalah sebagai berikut: Sebenarnya partisipasi adalah suatu gejala demokrasi dimana orang diikutsertakan  dalam  perencanaan  serta  pelaksanaan  dan  juga  ikut  memikul tanggung jawab  sesuai  dengan  tingkat  kematangan  dan  tingkat  kewajibannya. Partisipasi itu menjadi baik dalam bidang-bidang fisik maupun bidang mental serta penentuan kebijaksanaan.
Jadi  dari  beberapa  pengertian  di  atas,  maka  dapat  ditarik  kesimpulan bahwa partisipasi adalah keterlibatan mental dan emosi serta pisik orang dalam memberikan respon terhadap kegiatan yang dilaksanakan dalam proses belajar mengajar  serta  mendukung  pencapaian  tujuan  dan  bertanggung  jawab  atas keterlibatannya.
Menurut Cohen dan Uphoff (dalam Harry, 2001:1) bahwa partisipasi adalah  keterlibatan  masyarakat  dalam  proses  perencanaan  dan  pembuatan keputusan  tentang  apa  yang  dilakukan,  dalam  pelaksanaan  program  dan pengambilan keputusan untuk berkontribusi sumberdaya atau bekerjasama dalam organisasi atau kegiatan khusus, berbagi manfaat dari program pembangunan dan evaluasi program pembangunan.
Sarkiyah (2010:1)    mengemukakan    bahwa    partisipasi    adalah pemrosesan secara sadar sejumlah kecil informasi dari sejumlah besar informasi yang tersedia. Informasi didapatkan dari penginderaan, ingatan maupun proses kognitif  lainnya.  Proses  atensi  membantu  efisiensi  penggunaan  sumberdaya mental yang terbatas yang kemudian akan membantu kecepatan reaksi terhadap rangsang tertentu.
Pendapat di atas menunjukkan bahwa partisipasi mengikutsertakan pihak lain. Seorang pemimpin akan lebih berhasil dalam melaksanakan tugas-tugasnya bila  mampu  meningkatkan  partisipasi  bawahannya.  Oleh  karena  itu,  setiap pemimpin dalam bidang apapun, mulai dari tingkat paling atas sampai tingkat yang paling bawah, harus mampu meningkatkan partisipasi bawahannya. Kompas (2005:2) mengemukakan  bahwa  secara  harfiah,  partisipasi berarti "turut ikutserta dalam suatu kegiatan”, “keikutsertaan atau partisipasi serta dalam suatu kegiatan”, “partisipasi serta aktif atau proaktif dalam suatu kegiatan”. Partisipasi  dapat  didefinisikan  secara  luas  sebagai  "bentuk  keterlibatan  dan keikutsertaan orang tua secara aktif dan sukarela, baik karena alasan-alasan dari dalam dirinya (intrinsik) maupun dari luar dirinya (ekstrinsik) dalam keseluruhan proses kegiatan yang bersangkutan"
Berdasarkan pengertian di atas dapat diketahui bahwa dalam partisipasi terdapat unsur-unsur sebagai berikut, 1) keterlibatan orang dalam segala kegiatan yang  dilaksanakan  dalam  proses  belajar  mengajar, 2)  kemauan  orang  untuk merespon dan berkreasi dalam kegiatan yang dilaksanakan.
Menurut  Depdiknas  (2010:1)  bahwa  dalam  konteks  pendidikan    tujuan utama peningkatan partisipasi adalah untuk: (1) meningkatkan dedikasi/kontribusi stakeholders terhadap penyelenggaraan pendidikan di sekolah, baik dalam bentuk (pemikiran/intelektualitas, keterampilan), moral,    finansial, dan /barang; (2)  memberdayakan  kemampuan  yang  ada  pada  stakeholders bagi pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional; (3) meningkatkan peran  dalam  penyelenggaraan  pendidikan  di  sekolah,  baik  sebagai  advisor, supporter, mediator, controller, resource linker and education provider, dan (4) menjamin  agar  setiap  keputusan  dan  kebijakan  yang  dimabil  benar-benar mencerminkan aspirasi stakeholders dan menjadikan aspirasi stakeholders sebagai panglima bagi penyelenggaraan pendidikan di sekolah
Sugiharto (2010:1) mengemukakan bahwa partisipasi mengandung arti hal memperhatikan; apa yang diperhatikan; minat. Dengan memperhatikan pengertian partisipasi tersebut, maka yang dimaksudkan partisipasi di sini adalah partisipasi orang tua anak yaitu ayah dan ibu anak. Yang diperhatikan adalah hal belajar anak, baik yang menyangkut tentang kebutuhan belajar anak, partisipasi belajar di rumah,  partisipasi  dalam  mengerjakan  pekerjaan  rumah,  maupun  partisipasi terhadap prestasi belajar anak.
Silvana (2008  :1)  mengemukakan  bahwa  terdapat  lima  kriteria  sebagai indikasi seseorang itu dikatakan ikut serta atau berperan sebagai berikut: a) sikap dan selalu ikut memberikan sumbangan pikiran dalam setiap pertemuan dan rapat, b) aktif dalam berbagai kegiatan untuk menunjang pembangunan, c) berusaha sedikitnya dapat memberikan sumbangan material yang di butuhkan, d) selalu memberikan  motivasi  dan  mengajak  orang  lain  agar  ikut  bersama-sama,  e) bersikap sosial dan selalu peduli melihat keadaan orang tua.
Pendapat di atas menunjukkan bahwa partisipasi seseorang dalam suatu kegiatan terlihat dari   kemampuan atau potensi mereka miliki baik pikiran, tenaga, dan lain-lain dapat disalurkan dalam berbagai kegiatan yang ada. Di samping itu juga hal tersebut dapat diberikan melalui sumbangan pikiran, dukungan moril pisik material, baik dalam perencanaan, pelaksanaan maupun pemanfaatan potensi daya dalam setiap pelaksanaan kegiatan.
Berdasarkan uraian secara keseluruhan jelas bahwa partisipasi merupakan bentuk kegiatan    yang dilakukan untuk membantu baik dalam bentuk material maupun non material yang diberikan guna menjamin terselenggaranya kegiatan pada suatu institusi secara maksimal sehingga dapat mencapai tujuan yang dicitacitakan.
2.    Tahap-Tahap Partisipasi
Turindra (2009:3)  mengemukakan  bahwa  partisipasi  memiliki  tahapan tertentu.  Terkait  dengan  uraian  dari  masing-masing tahapan  partisipasi  adalah sebagai berikut :
a.    Tahap partisipasi dalam pengambilan keputusan
Pada  umumnya,  setiap  program  pembangunan  masyarakat (termasuk pemanfaatan  sumber  daya  lokal  dan  alokasi  anggarannya)  selalu  ditetapkan sendiri  oleh  pemerintah  pusat,  yang  dalam  hal  ini  lebih  mencerminkan  sifat kebutuhan  kelompok-kelompok  elit  yang  berkuasa  dan  kurang  mencerminkan keinginan dan kebutuhan masyarakat banyak. Karena itu, partisipasi masyarakat dalam   pembangunan   perlu   ditumbuhkan   melalui   dibukanya   forum   yang memungkinkan  masyarakat  banyak  berpartisipasi  langsung  di  dalam  proses pengambilan  keputusan  tentang  program-program  pembangunan  di  wilayah setempat atau di tingkat lokal (Mardikanto, 2001:3).
b.    Tahap partisipasi dalam perencanaan kegiatan
Slamet (2003:2) membedakan ada tingkatan partisipasi yaitu : partisipasi dalam tahap perencanaan, partisipasi dalam tahap pelaksanaan, partisipasi dalam tahap pemanfaatan. Partisipasi dalam tahap perencanaan merupakan tahapan yang paling  tinggi  tingkatannya  diukur  dari  derajat  keterlibatannya.  Dalam  tahap perencanaan, orang sekaligus diajak turut membuat keputusan yang mencakup merumusan tujuan, maksud dan target. Salah  satu  metodologi  perencanaan  pembangunan  yang  baru  adalah mengakui adanya kemampuan  yang berbeda dari setiap kelompok masyarakat dalam  mengontrol  dan  ketergantungan  mereka  terhadap  sumber-sumber  yang dapat diraih di dalam sistem lingkungannya. Pengetahuan para perencana teknis yang  berasal  dari  atas  umumnya  amat  mendalam.  Oleh  karena  keadaan  ini, peranan masyarakat sendirilah akhirnya yang mau membuat pilihan akhir sebab mereka  yang  akan  menanggung  kehidupan  mereka.  Oleh  sebab  itu,  sistem perencanaan harus didesain sesuai dengan respon masyarakat, bukan hanya karena keterlibatan mereka yang begitu esensial dalam meraih komitmen, tetapi karena masyarakatlah  yang  mempunyai  informasi  yang  relevan  yang  tidak  dapat dijangkau perencanaan teknis atasan (Slamet, 2003:2).
c.    Tahap partisipasi dalam pelaksanaan kegiatan
Partisipasi  masyarakat  dalam  pembangunan,  Banyak  kalikali  diartikan sebagai partisipasi masyarakat banyak (yang umumnya lebih miskin) untuk secara sukarela menyumbangkan tenaganya di dalam kegiatan pembangunan. Di lain pihak, lapisan yang ada di atasnya (yang umumnya terdiri atas orang kaya) yang lebih  banyak  memperoleh  manfaat  dari  hasil  pembangunan,  tidak  dituntut sumbangannya secara proposional. Karena itu, partisipasi masyarakat dalam tahap pelaksanaan  pembangunan  harus  diartikan  sebagai  pemerataan  sumbangan masyarakat  dalam  bentuk  tenaga  kerja,  uang  tunai,  dan  atau  beragam  bentuk korbanan lainnya yang sepadan dengan manfaat yang akan diterima oleh warga yang bersangkutan (Mardikanto, 2001:12).
d.   Tahap partisipasi dalam pemantauan dan evaluasi kegiatan
Kegiatan  pemantauan  dan  evaluasi  program  dan  proyek  pembangunan sangat  diperlukan.  Bukan  saja  agar  tujuannya  dapat  dicapai  seperti  yang diharapkan,  tetapi  juga  diperlukan  untuk  memperoleh  umpan  balik  tentang masalah-masalah  dan  kendala  yang  muncul  dalam  pelaksanaan  pembangunan yang  bersangkutan.  Dalam  hal  ini,  partisipasi  masyarakat  mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan perkembangan kegiatan serta perilaku aparat pembangunan sangat diperlukan (Mardikanto, 2001:2).
e.    Tahap partisipasi dalam pemanfaatan hasil kegiatan
Partisipasi  dalam  pemanfaatan  hasil  pembangunan,  merupakan  unsur terpenting yang Banyak kali terlupakan. Sebab tujuan pembangunan adalah untuk memperbaiki  mutu  hidup  masyarakat  banyak  sehingga  pemerataan  hasil pembangunan  merupakan  tujuan  utama.  Di  samping  itu,  pemanfaaatan  hasil pembangunan  akan  merangsang  kemauan  dan  kesukarelaan  masyarakat  untuk selalu  berpartisipasi  dalam  setiap  program  pembangunan  yang  akan  datang (Mardikanto, 2001:2).
3.    Tingkat Kesukarelaan Partisipasi
Dusseldorp (dalam Erman dan Prayitno. 2008:44) membedakan adanya beberapa jenjang kesukarelaan sebagai  berikut: 1)  partisipasi  spontan,  yaitu  peranserta  yang  tumbuh  karena motivasi intrinsik berupa pemahaman, penghayatan, dan keyakinannya sendiri, 2) partisipasi terinduksi, yaitu peranserta yang tumbuh karena terinduksi oleh adanya motivasi ekstrinsik  (berupa bujukan, pengaruh, dorongan) dari luar; meskipun yang  bersangkutan  tetap  memiliki  kebebasan  penuh  untuk  berpartisipasi, 3) partisipasi tertekan oleh kebiasaan, yaitu peranserta yang tumbuh karena adanya tekanan yang dirasakan sebagaimana layaknya warga masyarakat pada umumnya, atau peranserta yang dilakukan untuk mematuhi kebiasaan, nilai-nilai, atau norma yang dianut oleh masyarakat setempat. Jika tidak berperanserta, khawatir akan tersisih atau dikucilkan masyarakatnya, 4) partisipasi tertekan oleh alasan sosialekonomi, yaitu peranserta yang dilakukan karena takut akan kehilangan status sosial atau menderita kerugian/tidak memperoleh bagian manfaat dari kegiatan yang dilaksanakan, 5) partisipasi tertekan oleh peraturan, yaitu peranserta yang dilakukan karena takut menerima hukuman dari peraturan/ketentuan-ketentuan yang sudah diberlakukan.
   Margono Slamet (2009:4) menyatakan bahwa tumbuh dan berkembangnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan, sangat ditentukan oleh 3 (tiga) unsur pokok,  yaitu: 1)  adanya  kemauan  yang  diberikan  kepada  masyarakat,  untuk berpartisipasi, 2)   adanya   kesempatan   masyarakat   untuk   berpartisipasi, 3). adanya kemampuan masyarakat untuk berpartisipasi.
Lebih  rinci  Slamet  menjelaskan  tiga  persyaratan  yang  menyangkut kemauan,  kemampuan  dan  kesempatan  untuk  berpartisipasi  adalah  sebagai berikut
a.    Kemauan
Secara  psikologis  kemauan  berpartisipasi  muncul  oleh  adanya  motif intrinsik  (dari dalam sendiri) maupun ekstrinsik  (karena rangsangan, dorongan atau   tekanan   dari   pihak   luar).   Tumbuh   dan   berkembangnya   kemauan berpartisipasi   sedikitnya   diperlukan   sikap-sikap   yang: 1)   sikap   untuk meninggalkan  nilai-nilai  yang  menghambat  pembangunan, 2)  sikap  terhadap penguasa  atau pelaksana pembangunan pada umumnya,  3) sikap  untuk selalu ingin memperbaiki mutu hidup dan tidak cepat puas sendiri, 4) sikap kebersamaan untuk dapat memecahkan masalah, dan tercapainya tujuan pembangunan, 5) sikap kemandirian  atau  percaya  diri  atas  kemampuannya  untuk  memperbaiki  mutu hidupnya,
b.    Kemampuan.
Beberapa  kemampuan  yang  dituntut  untuk  dapat  berpartisipasi  dengan baik itu antara lain adalah: a) kemampuan untuk mengidentifikasi masalah, b) kemampuan  untuk  memahami  kesempatan-kesempatan  yang  dapat  dilakukan untuk memecahkan masalah yang dihadapi dengan memanfaatkan sumberdaya yang tersedia, c) kemampuan untuk melaksanakan pembangunansesuai  dengan  pengetahuan  dan  keterampilan  serta  sumber  daya  lain  yang dimiliki. Robbins  (2008:34) kemampuan adalah kapasitas individu melaksanakan berbagai   tugas   dalam   suatu   pekerjaan.   Lebih   lanjut   Robbins (2008:35) menyatakan pada hakikatnya kemampuan individu tersuusun dari dua perangkat faktor yaitu kemampuan intelektual dan kemampuan fisik.
c.    Kesempatan
Menurut   Herlambang (2007:1)   bahwa   berbagai   kesempatan   untuk berpartisipasi ini sangat dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu: 1) kemauan politik dari  penguasa/pemerintah  untuk  melibatkan  masyarakat  dalam  pembangunan, 2) kesempatan untuk memperoleh informasi, 3) kesempatan untuk memobilisasi dan   memanfaatkan   sumberdaya, 4)   kesempatan   untuk   memperoleh   dan menggunakan teknologi tepat guna, 5) kesempatan untuk berorganisasi, termasuk untuk  memperoleh  dan  mempergunakan  peraturan,  perizinan  dan  prosedur kegiatan  yang  harus  dilaksanakan, 6)  kesempatan  untuk  mengembangkan kepemimpinan yang mampu menumbuhkan, menggerakkan dan mengembangkan serta memelihara partisipasi masyarakat dalam pembangunan.
4.    Bentuk-Bentuk   Partisipasi   Orang   Tua   dalam   Penyelenggaraan Program Kelompok Bermain
   Gutama  (2006:2)  mengemukakan  bahwa  bentuk  upaya  meningkatkan partisipasi orang tua    dalam penyelenggaraan program kelompok bermain (KB) dapat dijelaskan sebagai berikut:
a.    Partisipasi dalam bentuk materil
Salah satu bentuk partisipasi yang dapat diberikan orang tua    terhadap penyelenggaraan  program  kelompok bermain (KB)  yaitu  berupa  pemberian  partisipasi  dalam bentuk materil. Partisipasi dalam bentuk materil antara lain diberikan  melalui iuran atau donatur yang telah ditetapkan oleh pihak pengelola kelompok bermain (KB). Iuran atau donasi ini sangat diperlukan bagi kelompok bermain (KB) sebagai dana kegiatan operasional. Hal ini memang perlu dilakukan oleh kelompok bermain (KB), karena dalam penyelenggaraan program pendidikannya belum mendapatkan bantuan operasional dari pemerintah seperti subsidi  Bantuan  Operasional  Sekolah (BOS)  atau  bantuan  lainnya.  Oleh karenanya penyelenggara kelompok bermain (KB) sangat memerlukan dana yang berasal dari orang tua   atau dari pihak lain yang peduli dengan pendidikan. Partisipasi materil  yang diberikan orang tua    baik dalam bentuk iuran maupun donatur biasanya digunakan lembaga ini untuk biaya pemeliharaan dan pembelian fasilitas belajar serta bermain bagi anak. Dalam konteks tertentu pula iuran yang diberikan
Banyak kali digunakan sebagai honorarium bagi tenaga guru yang  dikontrak  sebagai  tenaga  pengajar  di  lembaga  ini.  Kondisi  seperti  ini memang Banyak kali terjadi karena sebagian besar PAUD hanya memiliki 1 atau 2 orang guru Pegawai Negeri Sipil (PNS). Hal tersebut tidak sebanding dengan jumlah  anak  yang  mengikuti  pendidikan  pada  lembaga  ini.  Oleh  karenanya dikontrak  tenaga  guru  untuk  menambah  personil  yang ada  agar  memudahkan dalam membimbing serta mengajar anak yang ada di kelompok bermain (KB).    Dengan adanya iuran yang dibayar oleh orang tua   maupun melalui pos donasi, sangat membantu sebagai honorarium bagi guru yang dikontrak. Selain dalam bentuk iuran maupun donasi, bentuk partisipasi materil lainnya yang dapat diberikan oleh orang tua yaitu berupa penyediaan fasilitas  yang menunjang agar anaknya dapat  belajar dengan  baik.  Penyediaan  fasilitas  ini  sangat  perlu  sebab  sangat  menentukan kelancaran aktivitas anak yang mengikuti program kelompok bermain (KB). Sejalan dengan hal itu pula  orang  tua    perlu  menyediakan  seragam  bagi  anaknya  yang  mengikuti program  pendidikan  ini.    Penyediaan  fasilitas  bermain  bagi     anak  maupun menyediakan seragam sekolah, merupakan bentuk partisipasi orang tua    dalam bentuk materil terhadap penyelenggaraan program kelompok bermain (KB).
b.    Partisipasi dalam bentuk non materil
Partisipasi  dalam  bentuk  non  materil  merupakan  bentuk  lain dari partisipasi yang dapat diberikan orang tua terhadap penyelenggaraan program kelompok bermain (KB). Bentuk partisipasi non materil   yang dapat diberikan orang tua   antara lain dalam bentuk sumbangan pikiran tentang mekanisme pengembangan   sarana dan prasarana kelompok bermain (KB), serta segala hal yang terkait dengan pengelolaannya. Partisipasi  dalam     bentuk  non  material  ini  sangat  diperlukan,  bagi pengembangan program kelompok bermain (KB). Kondisi ini mengingat bahwa banyak orang tua yang memiliki pandangan positif   dalam penyelenggaraan program kelompok bermain (KB). Oleh karenanya berbagai saran dan ide positif sangat diperlukan, sehingga diharapkan memaksimalkan penyelenggaraan program kelompok bermain (KB). Bentuk partisipasi lainnya yang dapat diberikan oleh orang tua    adalah dengan cara memberi partisipasi terhadap aktivitas atau perkembangan belajar anak setelah mengikuti program kelompok bermain (KB).
Dalam konteks ini orang tua   harus dapat memberikan  penghargaan/penguatan  terhadap  anak,  karena  orang  tua    lebih mengetahui  apa  yang  patut  diberikan  sebagai  hadiah  dari  usaha  belajar  yang dicapainya. Penguatan yang   dilakukan orang tua   sangat praktis dan efektif untuk menunjang prestasi anak dalam belajar. Oleh karenanya penguatan maupun pujian hendaknya  selalu  diberikan  oleh  orang  tua    terhadap  aktivitas  belajar  yang dilakukan anak.
Malla, Akil (2000:2)  mengemukakan  bahwa  orang  tua     pun  harus menyokong  aktivitas  belajar  anak,  dengan  cara  memperhatikan  minat  yang dimiliki anak. Orang tua    hendaknya menghindari sikap otoriter dan memaksa anak  untuk  belajar  sesuai  dengan  keinginan  orang  tua.  Hal  tersebut  dapat menyebabkan anak menjadi pembangkang dan tidak mau diikat dengan aturan yang ditetapkan. Hal ini menunjukkan bahwa orang tua    seyogyanya bersikap bijaksana dalam menyikapi setiap perkembangan anak.
Aktualisasi  perilaku  seperti  ini  merupakan  bagian  dari  partisipasi  non material yang diberikan orang tua    terhadap penyelenggaraan program kelompok bermain (KB). Partisipasi yang seperti ini perlu terus dipelihara dan ditumbuhkembangkan agar terbiasa sehingga memberi kontribusi yang positif bagi penyelenggaraan program kelompok bermain (KB).
Berdasarkan uraian di atas jelaslah bahwa bentuk partisipasi yang dapat diberikan orang tua   dalam penyelenggaraan program kelompok bermain (KB) meliputi dua aspek yaitu  partisipasi  material  dan  non  material.  Kedua  partisipasi  ini  hendaknya mendapat partisipasi orang tua. Melalui partisipasi yang diberikan baik dalam bentuk  material  maupun  non  material  diharapkan  mampu  memperbaiki  dan meningkatkan penyelenggaraan program kelompok bermain (KB).
B.  Strategi Penyelenggaraan Program Pendidikan di kelompok bermain (KB)
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) khususnya kelompok bermain merupakan lembaga pendidikan pra sekolah,  yang  bertujuan  untuk  meletakkan  dasar  perkembangan  anak  menuju perkembangan  yang optimal. Secara umum tujuan pendidikan PAUD khususnya kelompok bermain  adalah membantu   meletakan   dasar   ke   arah   perkembangan   sikap,   pengetahuan, keterampilan dan daya cipta yang diperlukan oleh anak didik dalam menyesuaikan diri  di  lingkungannya.  Hal  ini  menunjukkan  bahwa  kelompok bermain (KB)  pada  dasarnya merupakan institusi yang berperan penting sebagai peletak dasar pengembangan sikap dan kepribadian anak didik. Oleh karena itu lembaga ini secara maksimal berusaha  menunjukkan  jati  dirinya  sebagai  institusi  yang  kredibel  dalam mengembangkan kemampuan anak.
Penyelenggaraan  program  Pendidikan  di  kelompok bermain (KB)  merupakan  salah  satu program pemerintah melalui Departemen Pendidikan Nasional untuk membina dan  mengembangkan  kemampuan  anak    sehingga  memiliki  kemampuan  yang maksimal  sebelum  memasuki  jenjang  pendidikan  dasar.  Bentuk  keseriusan pemerintah  untuk  menyelenggarakan  program  Pendidikan  di  kelompok bermain (KB)  secara maksimal dibentuk direktorat yang khusus menangani Pendidikan Anak    Usia Dini
Hal  yang  paling  penting  dalam  penyelenggaraan  program  Pendidikan Anak     di  kelompok bermain (KB)    perlu  merujuk  pada  rambu-rambu  sebagaimana  yang dikemukakan oleh   Yunianto (2002:89-90) sebagai berikut:
1.    Berorientasi  pada  kebutuhan  anak.  Kegiatan  pembelajaran  berorientasi kepada kebutuhan anak untuk mendapatkan layanan pendidikan, kesehatan dan gizi yang di laksanakan secara integratif dan holistik.
2.    Belajar  melalui  bermain.  Bermain  adalah  pendekatan  pendidikan  anak. Dengan  menggunakan  strategi,  metode,  materi/bahan,  dan  media  yang menarik agar mudah diikuti oleh anak. Melalui bermain anak diajak untuk bereksplorasi, menemukan, dan memanfaatkan benda-benda di sekitarnya.
3.    Kreatif dan inovatif, proses kreatif dan inovatif dapat dilakukan melalui kegiatan-kegiatan  yang  menarik,  membangkitkan  rasa  ingin  tahu  anak, memotivasi anak untuk berfikir kritis, dan menemukan hal-hal baru.
4.    Lingkungan  yang  kondusif.  Lingkungan  harus  diciptakan  sedemikian menarik  dan  menyenangkan,  dengan  memperhatikan  keamanan  dan kenyamanan anak dalam bermain.
5.    Menggunakan pembelajaran terpadu. Model pembelajaran terpadu. Model pembelajaran terpadu beranjak dari tema yang menarik anak  (center of interest) dimasukkan agar anak mampu mengenal berbagai konsep secara mudah dan jelas sehingga pembelajaran menjadi bermakna bagi anak.
6.    Mengembangkan  keterampilan  hidup,  mengembangkan  keterampilan melalui  pembiasaan-pembiasaan  agar  mampu  menolong  diri  sendiri (mandiri),   disiplin,   mampu   bersosialisasi,   dan   memperoleh   bekal keterampilan dasar yang berguna untuk kelangsungan hidupnya.
7.    Menggunakan  berbagai  media  dan  sumber  belajar.  Media  dan  sumber belajar dapat berasal dari lingkungan alam sekitar atau bahan-bahan yang sengaja di siapkan.
8.    Pembelajaran yang berorientasi pada prinsip perkembangan anak. Ciri-ciri pembelajaran ini adalah: (1) anak belajar dengan sebaik-baiknya apabila kebutuhan fisiknya terpenuhi serta merasakan aman dan tentram secara psikologis; (2)  siklus  belajar anak  selalu  berulang,  di  mulai  dari membangun   kesadaran,   melakukan   eksplorasi,   menemukan   untuk selanjutnya  anak  dapat  menggunakannya; (3)  anak  belajar  melalui interaksi dengan teman sebayanya; (4) minat anak dan keingintahuannya memotivasi belajarnya, (5) perkembangan dan belajar anak harus memperhatikan perbedaan individual: (6) Anak belajar dengan cara dari sederhana ke rumit, dari konkrit ke abstrak, dari gerakan ke verbal, dan dari keakuan ke rasa sosial.
9.    Stimulasi  terpadu.  Pada  saat  anak  melakukan  kegiatan,  anak  dapat mengembangkan  beberapa  aspek  pengembangan  sekaligus.  Contoh : ketika anak melakukan kegiatan makan, kemampuan yang di kembangkan antara  lain;  bahasa (mengenal  kosa  kata  tentang  jenis  sayuran,  dan peralatan makan), motorik halus (memegang sendok, menyuap makanan ke mulut), daya pikir (membandingkan   makan sedikit dan banyak), sosialemosional  (duduk rapih dan menolong diri sendiri), dan moral  (berdoa sebelum    dan    sesudah    makan). Tantangan  yang dihadapi penyelenggara/pengelola pendidikan anak adalah tuntunan orang tua  yang  tidak  Kadang-kadang  bertentangan  dengan  prinsip-prinsip pembelajaran anak. Beberapa tuntutan orang tua yang   cukup Banyak kali di lontarkan antara lain kemampuan membaca dan menulis, kemampuan berhitung, penguasaan   bahasa asing, pemanfaatan teknologi elektronika dan informasi, sampai dengan cara anak belajar. Penguasaan kemampuan membaca, menulis, berhitung dan bahasa asing pada anak dini usia telah dimungkinkan, karena sebagian besar anak usia 4-6 tahun   dewasa ini telah cukup  siap/matang  untuk  menguasai  keempat  kemampuan  tersebut, Persoalan baru muncul pada saat metode pembelajaran yang di pergunakan tidak  tepat  atau  bahkan  menjadikan  anak  stres.  Pemanfaatan  teknologi elektronika dan informasi, yang memang sangat membantu pembelajaran pada  anak namun   sangat   tergantung  dari   kemampuan  finansial penyelenggara. Tuntutan atau campur tangan orang tua dalam hal cara anak belajar inilah  yang harus disikapi dengan  bijaksana. Cara belajar dengan setumpuk buku di tambah dengan berbagai macam penugasan atau Pekerjaan Rumah  (PR) sambil mendengarkan ceramah. Masih dianggap sebagai  cara  belajar  yang  sebenarnya.  Melalui  sosialisasi  yang  tepat, anggapan tersebut harus mulai dikikis. orang tua, dalam hal ini orang tua perlu  mendapatkan  informasi  yang  tepat  mengenai  cara,  anak    dalam belajar. Di mana anak belajar melalui seluruh indera yang di miliki dengan cara bermain dan kegiatan menyenangkan lainnya untuk mengeksplorasi lingkungannya, inilah mantra sakti untuk mengubah dunia, menyiapkan anak bangsa untuk menimpa dunia yang berubah.
        Berdasarkan  uraian  di  atas  jelaslah  bahwa  penyelenggaran  program Pendidikan  Anak      di  kelompok bermain (KB) merupakan  bentuk  pemberian  pendidikan  yang diberikan kepada anak   sehingga diharapkan mereka memiliki tingkat kecakapan yang  baik  sebelum  memasuki  jenjang  pendidikan  dasar.  Berbekal  berbagai pengetahuan  dan  pengembangan  yang  diberikan  melalui  paket  kelompok bermain (KB),  anak diharapkan  dapat  mengembangkan  daya  kreasi  yang  dimilikinya  sebelum memasuki jenjang pendidikan dasar.
C.  Upaya-Upaya Meningkatkan Partisipasi Orang Tua dalam Penyelenggaraan Program kelompok bermain (KB)
Keberhasilan  penyelenggaraan  program kelompok bermain (KB) sangat  ditentukan  oleh komitmen   pengelola   serta   partisipasi   orang   tua dalam   membantu terselenggaranya  kegiatan  yang  dilaksanakan  di  kelompok bermain (KB).  Partisipasi  orang  tua sangat diperlukan mengingat bahwa orang tua   memegang partisipasi yang sangat signifikan  dalam  membentuk  kepribadian  anak  untuk  tertarik  dengan  suatu kegiatan,  termasuk  aplikasi  program kelompok bermain (KB).  Adapun  partisipasi    orang  tua terhadap  penyelenggaraan  kelompok bermain (KB)  diartikan  sebagai  kegiatan  orang  tua    untuk berperan aktif dalam aplikasi kelompok bermain (KB) yang dapat dilakukan dengan cara   memberi masukan tentang berbagai hal yang diperlukan dalam pengembangan kelompok bermain (KB) baik yang berbentuk materil maupun non materil.
Upaya  meningkatkan  partisipasi  orang  tua     dalam  penyelenggaraan program kelompok bermain (KB) perlu terus ditingkatkan    guna membantu lembaga pendidikan anak   dalam memberikan layanan maksimal kepada anak-anak. Pentingnya usaha peningkatan upaya meningkatkan partisipasi orang tua   dalam penyelenggaraan program kelompok bermain (KB) mengingat bahwa orang tua   merupakan salah satu stakeholder pendidikan yang diharapkan berperan aktif   dalam membantu penyelenggaraan program kelompok bermain (KB).
Adapun  bentuk  usaha   yang  dapat  dilakukan  untuk  meningkatkan partisipasi orang tua   dalam penyelenggaraan program   Program kelompok bermain (KB) adalah sebagai berikut:
1.         Mengintensifkan kegiatan pembinaan terhadap orang tua
   Rangga  (2011:1)  kegiatan  pembinaan  dipandang merupakan  salah  satu strategi  yang  dapat  dikembangkan  dalam  meningkatkan  partisipasi  orang  tua terhadap penyelenggaraan program kelompok bermain (KB). Pembinaan ini dapat dilakukan oleh Dinas Pendidikan Nasional atau melalui organisasi keorang tuaan yang ada di desa. Materi pembinaan yaitu berupa pentingnya partisipasi orang tua   terhadap penyelenggaraan  program  kelompok bermain (KB).  Dalam  pembinaan  tersebut  dapat  dijelaskan tentang   bentuk   partisipasi   yang   dapat   dilakukan   orang   tua terhadap penyelenggaraan program Pendidikan Anak   di kelompok bermain (KB). Hal ini mengingat bahwa tidak semua orang tua   memahami partisipasi serta bentuk partisipasi yang dapat diberikan terhadap penyelenggaraan program kelompok bermain (KB). Oleh karenanya perlu wadah yang mampu memberikan pemahaman kepada orang tua tentang jenis partisipasi yang dapat diberikan terhadap penyelenggaraan program Pendidikan Anak    di kelompok bermain (KB). Dalam aktualisasinya kegiatan pembinaan ini perlu dilaksanakan secara kontinu,  karena  kontinuitas  program  ini  dapat  memperkuat  pemahaman  serta mampu  menggugah  semangat  orang  tua    untuk  memberikan  partisipasi  yang maksimal terhadap penyelenggaraan program di kelompok bermain (KB).
2.         Mensosialisasikan  Pentingnya  Penyelenggaraan  Program  Pendidikan  Anak
Sosialisasi tentang pentingnya partisipasi orang tua terhadap penyelenggaraan program kelompok bermain (KB) ini dapat dilakukan oleh pengelola kelompok bermain (KB) atau tokoh orang tua yang peduli dengan pendidikan. Sosialisasi tentang  pentingnya  partisipasi  orang  tua     dalam  penyelenggaraan  program Pendidikan Anak Usia Dini khususnya kelompok bermain dapat dilakukan dalam situasi yang informal. Dalam konteks ini pengelola PAUD atau tokoh orang tua dapat melakukan pendekatan secara face to face untuk menumbuhkan kesadaran orang tua tentang perlunya partisipasi mereka  terhadap  penyelenggaraan  program  Pendidikan  Anak  Usia Dini. Sosialisasi ini pun dapat dijadikan sebagai wahana strategis bagi pengelola kelompok bermain (KB) untuk menjelaskan kepada orang tua  tentang kelompok bermain (KB) yang akan dijalankan. Hal  ini tentu akan lebih memotivasi semangat mereka untuk meningkatakan partisipasinya.
Berdasarkan  uraian  di  atas  jelas  bahwa  partisipasi  orang  tua    dalam penyelenggaraan program kelompok bermain (KB) perlu terus dibangun dibina  dan ditingkatkan, agar tingkat partisipasi orang tua selalu mengalami peningkatan. Sisi lain dari pentingnya usaha peningkatan partisipasi orang tua dalam penyelenggaraan program kelompok bermain (KB) yaitu agar orang tua semakin menyadari bahwa mereka merupakan bagian yang tidak terpisahkan   dari keseluruhan rangkaian kegiatan pendidikan khususnya pada lembaga kelompok bermain (KB). Lahirnya  kesadaran  tersebut   diharapkan   akan   mampu meningkatkan partisipasi orang tua   dalam penyelenggaraan program Pendidikan Anak   di kelompok bermain (KB) secara komprehensip.




bila berkenan untuk bab selanjutnya secara lengkap sampai dengan lampiran dan halaman depan dalam format *.doc/*.docx silahkan
klik DOWNLOAD
atau hub. 081327121707 terima kasih.