Menerima Pembuatan TESIS-SKRIPSI-PKP UT, Silahkan Baca Cara Pemesanan di bawah ini

Lencana Facebook

banner image

Thursday, 29 January 2015

KTI KENAIKAN PANGKAT PENILIK SEKOLAH












LAPORAN
KARYA TULIS ILMIAH


Peningkatan Kreativitas  Tutor dalam Mengembangkan Alat Permainan Edukatif di Kelompok Bermain (KB) Gohong Permai Desa ………. Kecamatan Rungan Tahun 2011





Diajukan untuk Memenuhi  Persyaratan Kenaikan Pangkat
............................... dst disesuaikan





Oleh :

………………………………………..
NIP. ……………..

UPT ………………………………….







UPT DINAS……………………………..
KECAMATAN ............
............
KATA PENGANTAR


Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan karya tulis ilmiah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Penyusunan laporan karya ilmiah ini diajukan untuk melengkapi syarat-syarat Kenaikan pangkat dari golongan ………. Ke golongan …... di Lingkungan UPT Dinas ………… Kecamatan Rungan khususnya Penilik Luar Sekolah (PLS).
Peneliti mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan penelitian ini khususnya kepada:
1.    ……………….., selaku Kepala Dinas  ………………..
2.    ……………….., selaku Kepala UPT ……………
3.    ……………….., selaku Ketua Pengelola ……………………………..
4.    Segenap Tutor Kelompok Bermain ……. …………….  Beserta seluruh anak didiknya yang telah membantu penyelesaian karya tulis ilmiah ini.
Harapan saya semoga karya tulis ilmiah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

............,     ............
Penulis





LEMBAR PENGESAHAN


1.
Judul Penelitian
PENINGKATAN KREATIVITAS  TUTOR DALAM MENGEMBANGKAN ALAT PERMAINAN EDUKATIF DI KELOMPOK BERMAIN (KB) GOHONG PERMAI DESA ………. KECAMATAN RUNGAN TAHUN 2011
2.
Identitas Peneliti
a.    Nama Lengkap
b.   NIP
c.    Pangkat. Golongan
d.   Tempat Tugas
e.    Kabupaten/Kota
f.    Provinsi
g.   Alamat Kantor
h.   Telepon

3.
Lama Penelitian

4.
Sumber Dana
Swadaya




Catt :
Untuk lembar pengesahan yang bertanda tangan disesuaikan dengan kondisi setempat











PENINGKATAN KREATIVITAS  TUTOR DALAM MENGEMBANGKAN ALAT PERMAINAN EDUKATIF DI KELOMPOK BERMAIN (KB)
GOHONG PERMAI DESA ………. KECAMATAN RUNGAN
TAHUN 2011

Oleh

…………………………………………
NIP. ………………..

ABSTRAK

Permasalahan  dalam  penelitian  ini  adalah  bagaimana  kreativitas  tutor  dalam mengembangkan Alat Permainan Edukatif di Kelompok Bermain (KB) Gohong Permai, serta kendala apa yang  dihadapi  dan  bagaimana  upaya  pemecahannya?  Tujuan  penelitian  yaitu mendeskripsikan kreativitas tutor dalam mengembangkan alat permainan edukatif di Kelompok Bermain (KB) Gohong Permai,   serta   kendala-kendala   yang   dihadapi   dan   bagaimana   upaya pemecahannya.  Metode penelitian adalah metode kualitatif, serta teknik pengumpulan  data  adalah  observasi,  dokumentasi,  dan  wawancara.  Analisis  data  yang  digunakan  adalah  model  interaktif  yang  dimulai  dengan pengumpulan  data,  reduksi  data,  penyajian  data,  dan  penarikan  kesimpulan/ verifikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kreativitas tutor dalam mengembangkan Alat  Permainan  Edukatif  bahan  bekas  di  Kelompok Bermain (KB) Gohong Permai, dapat meningkatkan motivasi belajar anak, dapat menciptakan pemanfaatan bahan-bahan bekas sebagai media pembelajaran,  serta dapat melakukan efisiensi anggaran pendidikan.  Kendalakendala  yang dihadapi tutor  meliputi  kendala  internal  dan  kendala  eksternal. Adapun kendala internal seperti; kurangnya perhatian dan motivasi warga belajar terhadap alat permainan yang digunakan, adanya kemajemukan tingkat imajinasi untuk memahami materi yang diajarkan melalui alat permainan penggunaan bahan bekas, serta adanya perasaan risih atau jijik warga belajar terhadap bahan-bahan bekas yang digunakan. Sedangkan kendala eksternal dapat berupa; keadaan bahan bekas yang kurang bersih, kumuh dan tidak layak digunakan untuk alat permainan serta adanya lingkungan belajar yang tidak kondusif. Terhadap kendala-kendala tersebut, maka solusi yang dilakukan tutor sebelum melangsungkan pembelajaran di   antaranya;   a)   mengidentifikasi   kesiapan   belajar   warga   belajar,   b) mengelompokkan  belajar  warga  belajar  berdasarkan  tingkat  imajinasi  dan kepribadian yang dimiliki, c) memilih alat permainan yang cocok bagi warga belajar, d) memberi aneka warna yang menarik pada setiap jenis permainan, dan e)  menjadikan   tempat   bermain   warga   belajar   bersifat   fleksibel   dan menyenangkan serta tidak terganggu dengan hal-hal negatif lainnya

Kata Kunci: Kreativitas, Tutor dan APE, Kelompok Bermain
DAFTAR ISI

Halaman Judul.....................................................................................................      
Halaman Pengesahan...........................................................................................      
Kata Pengantar....................................................................................................      
Daftar Isi..............................................................................................................      
Abstrak................................................................................................................      
Daftar Tabel.........................................................................................................      
Daftar Gambar.....................................................................................................      
Daftar Lampiran..................................................................................................      

BAB    I     PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang Masalah ...........................................................      
B.       Rumusan Masalah .....................................................................      
C.       Tujuan Penelitian ......................................................................      
D.      Manfaat Penelitian ....................................................................      
BAB    II   KAJIAN PUSTAKA
A.  Hakikat Kreativitas Tutor ...........................................................      
B.   Hakikat Alat Permainan Edukatif ..............................................      
C.   Manfaat Alat Permainan Edukatif (APE) dalam Pembelajaran .      
BAB    III METODE PENELITIAN           
A.  Lokasi Penelitian..........................................................................      
B.  Pendekatan dan Jenis Penelitian .................................................      
C.  Kehadiran Peneliti .......................................................................      
D.  Sumber Data ...............................................................................      
E.   Prosedur Pengumpulan Data .......................................................      
F.   Pengecekan Keabsahan Data ......................................................      
G.  Analisis Data ...............................................................................      
H.  Tahap-Tahap Penelitian ...............................................................      
BAB    IV  HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.  Hasil Penelitian ...........................................................................      
B.  Pembahasan Hasil Penelitian .......................................................      
KESIMPULAN DAN SARAN                    
A.  Kesimpulan .................................................................................      
B.  Saran ...........................................................................................      

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN






DAFTAR TABEL

Tabel                                                                                                           Halaman
Tabel      2.1    Jenis Permainan Pembelajaran dan Manfaatnya....................            
Tabel      4.1    Keadaan Anak Kelompok Bermain (KB) Gohong Permai Tahun Pelajaran 2011/2012        ...............................................................................................
Tabel      4.2    Keadaan Sarana dan Prasarana Pendidikan Kelompok Bermain (KB) Gohong Permai Desa ………. Kecamatan Rungan Tahun Pelajaran 2011/2012.....            


































DAFTAR GAMBAR

Gambar                                                                                                      Halaman

Gambar  4.1    Struktur Organisasi Kelompok Bermain (KB) Gohong Permai Desa ………. Kecamatan RunganTahun Pelajaran 2011/2012.......................................            

























DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 
                                                                                                                                   
Lampiran    :    1   Pedoman Wawancara

Lampiran    :    2   Kisi-Kisi Wawancara

Lampiran    :    3   Draf Wawancara

Lampiran    :    4   Foto Dokumentasi Kegiatan  Wawancara Ketua Pengelola

Lampiran    :    5   Draf Wawancara

Lampiran    :    6   Foto Dokumentasi Kegiatan  Wawancara Dengan Tutor

Lampiran    :    7   Foto Dokumentasi Alat Peraga Edukatif

Lampiran    :    8   Foto Dokumentasi Pelaksanaan KBM Dengan  Menggunakan Alat Peragga Edukatif



BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang Masalah
Prinsip pendidikan anak usia dini selalu berorientasi pada kebutuhan anak secara individu, karena anak merupakan individu yang unik tentu saja rangsangan pendidikannya pun harus berbeda. Selanjutnya kegiatan bermain juga harus menerapkan metode, strategi, sarana dan media belajar yang merangsang anak untuk melakukan eksplorasi, menemukan dan menggunakan benda-benda yang ada di sekitarnya. Olehnya itu guru PAUD khususnya kelompok bermain (KB) hendaknya menyediakan lingkungan yang mendukung proses belajar lingkungan yang menarik dan menyenangkan bagi anak selama kegiatan bermain. Rangsangan pendidikan mencakup semua aspek perkembangan anak, saat anak melakukan sesuatu sesungguhnya dia sedang mengembangkan berbagai aspek perkembangan kecerdasannya.
Di era pembangunan saat ini tidak dapat dipungkiri bahwa kesejahteraan, kejayaan masyarakat dan negara bergantung pada sumbangan kreatif. Sumbangan kreatif  yang  dimaksud  berupa  ide-ide  baru,  penemuan-penemuan  baru  dan teknologi baru dari anggota masyarakatnya  (James R. Evans,2010:32). Untuk mencapai semua itu, perlulah ditingkatkan kualitas sumber daya manusia yang kreatif. Pentingnya peningkatan kualitas sumber daya manusia sejak dini sebagai persiapan  bagi  pembangunan  di  masa  mendatang  yang  tentunya  memerlukan penanganan yang cukup serius baik dari pihak pemerintah maupun masyarakat secara umum.
Pendidikan anak usia dini khususnya Taman Kanak-kanak pada dasarnya adalah pendidikan yang diselenggarakan dengan tujuan untuk memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh, atau menekankan pada pengembangan seluruh aspek kepribadian anak. Sebagaimana dikemukakan oleh Anderson yang dikutip oleh Masitoh (2003: 2) menyatakan bahwa, “Early childhood education is based on a number of methodical didactic consideration the aim of which is provide opportunities for development of children personality”. Artinya, pendidikan Taman Kanak-kanak memberi kesempatan untuk mengembangkan kepribadian anak, oleh karena itu pendidikan untuk anak usia dini khususnya di Taman Kanak-kanak perlu menyediakan berbagai kegiatan yang dapat mengembangkan berbagai aspek perkembangan anak (Masitoh dkk, 2005:2), mereka butuh permainan sebagai media pendidikan dalam pembelajaran disekolah.
Dewasa ini Kementerian  Pendidikan  dan  Kebudayaan (Kemendikbud) turut memberikan perhatian dalam kaitannya dengan usaha peningkatan sumber daya manusia. Hadirnya Pendidikan Non Formal sebagai penjabaran dari sistem Pendidikan  Nasional  telah  mengatur  adanya  usaha-usaha  untuk  menciptakan generasi yang unggul melalui pengembangan program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).
Berdasarkan UU Sisdiknas Nomor  20 Tahun  2003  (Depdiknas,  2003:8) dijelaskan bahwa PAUD adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani  agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Mengingat pesatnya perkembangan yang terjadi pada periode awal tersebut, maka para ahli psikologi perkembangan menyebut masa usia dini sebagai “ the golden age “ (usia emas).  Pada  masa  usia  dini  merupakan  periode  terpenting  untuk  merangsang pertumbuhan otak anak dengan belajar melalui berbagai alat permainan.
Menurut Badru Zaman (2007: 63) menyatakan bahwa alat permainan edukatif berfungsi sebagai alat untuk membantu dan mendukung proses pendidikan dan kegiatan pembelajaran anak usia dini dalam mengembangkan kemampuan berhitung anak, pengenalan bilangan dan untuk peningkatan keterampilan anak dalam berpikir agar lebih baik, menarik, dan dapat mengembangkan seluruh aspek perkembangan anak. Memberi kesempatan pada anak usia dini untuk memperoleh pengetahuan baru dan memperkaya pengalamannya dengan berbagai alat permainan serta memberi kesempatan pada anak usia dini untuk mengenali lingkungan sehingga mengajarkan pada anak untuk mengetahui kekuatan dirinya. Oleh karena itu salah satu alat permaian.
Alat Permainan Edukatif merupakan sarana yang penting untuk memicu perkembangan saraf dan motorik anak. Meski demikian, Alat Permainan Edukatif tidak  selalu  identik  dengan  permainan  canggih  dan  mahal.  Alat  permainan edukatifpun dapat diciptakan dengan menggunakan bahan limbah yang biasanya terbuang atau bahan yang mudah didapat. Bahan limbah yang dimaksud di atas merupakan  barang-barang  bekas  yang  sudah  tidak  terpakai  lagi  seperti  botol, karton, kardus, plastik dan kayu.
Pemanfaatan barang limbah untuk menjadi Alat Permainan Edukatif bagi Anak  PAUD khususnya kelompok bermain (KB),  tentu  saja  tidak  lepas  dari  kreativitas  para  tutor  dalam mengoptimalkan segala potensi yang dimilikinya. Semakin kreatif tutor memberi rangsangan belajar melalui barang-barang bekas (limbah) sebagai Alat Permainan Edukatif pada anak usia PAUD, maka dengan sendirinya anak akan terangsang untuk tumbuh dan berkembang menjadi sosok manusia yang suka memanfaatkan kekayaan  sumber  daya  alam  sebagai  sumber  belajar  utama.  Di  samping  itu, dengan memanfaatkan bahan limbah menjadi Alat Permainan Edukatif, anak akan merasakan  bahwa  dalam  kehidupan  sehari-hari  di  lingkungan  sekitar  mereka terdapat berbagai alat permainan yang bisa memenuhi seluruh aspek kebahagiaan serta  memudahkan   anak  untuk  melakukan   proses  pembelajarannya (Semiawan, 2008:71).
Di sinilah tutor bisa mencermati bahwa mereka mempunyai peran yang sangat  penting  dalam  menciptakan  generasi  bangsa  yang  pintar,  baik  secara akademis, moral maupun dalam bentuk interaksi dengan alam sekitar. Ditangan tutor,  bisa  tercipta  manusia  yang  kreatif,  pintar,  mandiri,  percaya  diri,  dan bijaksana.
Kreativitas tutor perlu dikembangkan dan ditingkatkan dalam merancang pembelajaran  yang  menarik  dan  unik  serta  menyenangkan  bagi  anak  PAUD, terutama dalam memenuhi kebutuhan bermain anak, mengantisipasi kurangnya alat permainan, mengurangi dari segi biaya yang ditimbulkan dan melakukan terobosan baru dalam mengembangkan Alat Permainan Edukatif yang murah, mudah dan menarik.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa keberadaan tutor yang kreatif menggunakan Alat Permainan Edukatif, maka sangat memberi pengaruh terhadap pendidikan anak serta dapat pula menentukan kualitas dan perkembangan lembaga  pendidikan PAUD yang memiliki program kelompok bermain (KB). Itulah sebabnya, tutor dituntut untuk selalu kreatif dan memiliki multikompetensi dalam membelajarkan anak. Tutor harus mampu menyampaikan sesuatu hal yang bisa diterima dengan baik oleh anak dan bermanfaat bagi kehidupan mereka. Penggunaan Alat Permainan Edukatif dari bahan  bekas  adalah  salah  satu  alternatif  untuk  dapat  membangkitkan  gairah belajar anak. Sebab dengan pemanfaatan bahan bekas sebagai Alat Permainan Edukatif,  maka  tidak  menimbulkan  rasa  bosan  dalam  setiap  memainkannya, karena selalu saja ada alat permainan yang berbeda dalam melakukan kegiatan di sentra-sentra yang ada di khususnya kelompok bermain (KB) (Geoffrey Petty, 2009:54).
Selanjutnya,  tutor  yang  kreatif  merupakan  sebuah  tuntutan  untuk keberlangsungan  kegiatan  pembelajaran  yang  inovatif  dan  dalam  rangka meningkatkan  kualitas  pendidikan  secara  komprehensif.  Kriteria  tutor  yang tersebut di antaranya dapat ditunjukkan dalam sikap; 1) mampu memotivasi anak untuk belajar secara aktif tanpa dibebani dengan hal-hal yang bersifat hukuman atau  ancaman, 2)  mengetahui  seluruh  komponen  pembelajaran  dan  dapat menerapkannya  secara  profesional, 3)  dapat  menyampaikan  seluruh  materi pelajaran dengan baik serta meningkatkan kognifitas dan sikap anak,  4) dapat mengembangkan media pembelajaran (Alat Permainan Edukatif) yang efisien dan realistis, 5) dapat memilih dan menggunakan metode pembelajaran yang efektif dan kegiatan belajar bersifat aktif, serta 6) dapat memberikan hasil yang aplikatif bagi anak sebagai peserta ajar. (Geoffrey Petty, 2009:57).
Berdasarkan  uraian  di  atas,  setelah  peneliti  komparasikan  dengan fenomena yang terjadi di lapangan bahwa ternyata para tutor di Kelompok Bermain (KB) Gohong Permai Desa ………. Kecamatan Rungan,  belum optimal  dalam  melaksanakan  kegiatan  pembelajaran  terutama  pada  saat mengembangkan Alat Permainan Edukatif. Meskipun diketahui bahwa tutor di bermain (KB) tersebut telah menggunakan Alat Permainan Edukatif, tetapi peneliti ingin mengatakan bahwa kreativitas tutor dalam menggunakan Alat Permainan Edukatif perlu dikembangkan lagi agar motivasi dan prestasi belajar anak dapat meningkat sesuai yang diharapkan.
Hasil observasi awal menunjukkan bahwa, Alat Permainan Edukatif (APE) yang selama ini digunakan tutor di Kelompok Bermain (KB) Gohong Permai Desa ………. Kecamatan Rungan hanya disediakan oleh pihak sekolah dan siap pakai atau dapat di beli di toko tetapi dengan harga yang cukup mahal, maka perlu dikembangkan lagi pada Alat Permainan Edukatif (APE) lain yang mudah didapat di sekitar tempat tinggal anak dan sangat efisien, terutama yang berasal dari bahan bekas seperti; botol bekas minuman air mineral, kaleng bekas, kardus-kardus bekas dan lain-lain.
Berdasarkan uraian di atas, maka untuk lebih obyektifnya pendeskripsian tentang kreativitas tutor pada penelitian ini, peneliti melakukan kajian lebih lanjut pada  skripsi  ini  dengan  mengangkat  sebuah  judul  tentang “Peningkatan Kreativitas  Tutor dalam Mengembangkan Alat Permainan Edukatif di Kelompok Bermain (KB) Gohong Permai Desa ………. Kecamatan Rungan”.
B.  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan pokok yang hendak dibahas   dalam   skripsi   ini   adalah   bagaimana   kreativitas   tutor   dalam mengembangkan Alat Permainan Edukatif di Kelompok Bermain (KB) Gohong Permai Desa ………. Kecamatan Rungan? Adapun sub masalah yang dijadikan fokus pembahasan dalam peneltian ini adalah: Bagaimana  kreativitas  tutor  dalam  mengembangkan  Alat  Permainan Edukatif  bahan  bekas  di  Kelompok Bermain (KB) Gohong Permai Desa ………. Kecamatan Rungan? Kendala-kendala  apa  yang  dihadapi  tutor  dalam  mengembangkan  Alat Permainan  Edukatif  bahan  bekas  di  Kelompok Bermain (KB) Gohong Permai Desa ………. Kecamatan Rungan dan  bagaimana solusinya?
C.  Tujuan Penelitian
1.    Untuk mengetahui kreativitas tutor dalam mengembangkan Alat Permainan  Edukatif bahan bekas di Kelompok Bermain (KB) Gohong Permai Desa ………. Kecamatan Rungan.
2.    Untuk   mengetahui   kendala-kendala   yang   dihadapi   tutor   dalam  mengembangkan Alat Permainan Edukatif bahan bekas di Kelompok Bermain (KB) Gohong Permai Desa ………. Kecamatan Rungan dan solusinya.
D.  Manfaat Penelitian
1.    Manfaat Teoritis
a.    Hasil  penelitian  ini  diharapkan  dapat  menambah  khasanah  keilmuwan pendidikan, khususnya tentang kreativitas tutor dalam mengembangkan Alat Permainan Edukatif khususnya yang berasal dari bahan bekas.
b.    Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran kepada  para  tutor  dalam  mengatasi  kendala-kendala  yang  dihadapi terhadap  penggunaan  alat  permainan  edukatif  yang  berasal  dari  bahan bekas.
2.    Manfaat Praktis
a.    Bagi para tutor, hasil penelitian ini diharapkan dapat mendorong kreativitas tutor dalam merancang Alat Permainan Edukatif yang berasal dari bahan bekas  di  Kelompok Bermain (KB) Gohong Permai Desa ………. Kecamatan Rungan.
b.    Bagi Anak PAUD, diharapkan hasil penelitian ini dapat  meningkatkan motivasi belajar melalui sistem belajar sambil bermain.
c.    Bagi lembaga PAUD, penelitian ini akan memberikan sumbangan yang berarti bagi  Kelompok Bermain (KB) Gohong Permai Desa ………. Kecamatan Rungan untuk meningkatkan kualitas pendidikan melalui penggunaan Alat Permainan Edukatif khususnya yang berasal dari bahan bekas.
d.   Bagi pemerintah, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan awal untuk meningkatkan kualitas lembaga pendidikan PAUD.
e.    Bagi peneliti, hasil penelitian ini akan memberi pengetahuan baru bagi tutor  untuk  dapat  meningkatkan  kreativitas  dan  mengembangkan  Alat Permainan Edukatif di Kelompok Bermain (KB) Gohong Permai Desa ………. Kecamatan Rungan, serta mampu membagi pengalaman kepada tutor  lain  tentang  pemanfaataan  bahan  limbah  untuk  dijadikan  Alat Permainan Edukatif yang berasal dari bahan bekas.





BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.  Hakikat Kreativitas Tutor
1.    Pengertian Kreativitas
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:529), kreativitas berasal dari kata “kreatif”  yang  berarti  memiliki  daya  cipta,  memiliki  kemampuan  untuk menciptakan,  bersifat  (mengandung)  daya  cipta,  pekerjaan  yang  menghendaki kecerdasan  dan  imajinasi.  Menurut  Coni  Semiawan (2008:17)  kreativitas  itu adalah daya cipta yang didasari oleh motif atau dorongan dari dalam hati (niat) yang  terwujud  pada  kemauan  untuk  menciptakan  sesuatu.  Sebagaimana  yang dikatakan Semiawan, bahwa kreativitas itu adalah “kemampuan untuk mencipta suatu produk yang baru, mungkin saja gabungannya, kombinasi, sedangkan unsurunsurnya sudah ada sebelumnya.
Berdasarkan pengertian di atas, peneliti memaknai bahwa yang dimaksud dengan kreativitas yaitu suatu kemampuan untuk membuat kombinasi-kombinasi baru,  atau  melihat  kombinasi  antar  unsur,  data  atau  hasil  yang  sudah  ada sebelumnya. Dengan kata lain, kreativitas menunjukkan pada usaha-usaha untuk meramu berbagai hal dari obyek-obyek yang ada atau belum ada sebelumnya hingga menjadi sesuatu yang baru. Itulah sebabnya, kreativitas itu bukan sesuatu yang mandiri atau bukan semata-mata kelebihan yang dimiliki oleh seseorang, melainkan bagian dari buah hasil usaha.
Di samping itu, ada pula yang melihat bahwa kreativitas itu bukanlah produk proses inspirasi, melainkan hasil usaha yang gigih dan peningkatan yang mantap.  Kreativitas  itu  tidak  memerlukan  intelegensi  yang  besar,  karena kreativitas  itu  hanyalah  hasil  dari  imajinasi  yang  terfokus,  kerja  giat,  dan peningkatan yang mantap sebagai hasil usaha seseorang dalam mewujudkan ideidenya.
Munandar (2008:25) mengatakan, “Kreativitas (berfikir   kreatif   atau   divergen)   adalah   kemampuan berdasarkan data atau informasi yang tersedia, menemukan banyak hal yang mencerminkan kelancaran, keluwesan  (fleksibilitas), dan orsinilitas dalam  berfikir,  serta   kemampuan   mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya, memperinci) suatu gagasan”.
Dalam  definisi  operasional   Munandar  menambahkan  bahwa kreativitas  pada  intinya  merupakan  kemampuan  seseorang  untuk  melakukan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, baik dalam bentuk ciri-ciri  atitude  atau  non-atitude,  baik  dalam  karya  baru  maupun  kombinasi dengan hal-hal yang sudah ada, yang kesemuanya itu relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya.
Dengan demikian, kreativitas adalah kemampuan untuk menemukan caracara baru bagi pemecahan problema-problema baik yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan,  seni  sastra  dan  seni  lainnya,  yang  sama  sekali  baru  bagi  yang bersangkutan, meskipun bagi orang lain hal itu tidak begitu asing lagi. Dengan kata  lain,  kreativitas  itu  bukanlah  sesuatu  yang  belum  pernah  diketahui sebelumnya melainkan bahwa produk kreativitas itu merupakan sesuatu yang baru bagi orang-orang tertentu atau dunia pada umumnya termasuk dirinya sendiri.
Lebih  lanjut  Geoffrey  dalam  Wahyudi (2009:78)  mengatakan  bahwa kreativitas adalah suatu potensi yang besar dan penting dalam meningkatkan taraf hidup dan kepercayaan diri terhadap kemampuan yang dimiliki manusia. Karena itu kreativitas dapat dipandang sebagai suatu ide atau pola pikir seseorang yang timbul secara spontan dan imajinatif yang memberikan hasil penemuan baru yakni kemampuan   mendefinisikan   kembali,   dan   dari   hasil   berfikir   tersebut memungkinkan terciptanya suatu tindakan dalam mewujudkan ide dari proses berpikir seseorang.
Jika  dikaitkan  dengan  aktivitas  tutor,  maka  kreativitas  itu  merupakan kemampuan  tutor  dalam  bertindak  atau  menemukan  ide-ide  untuk  meramu berbagai  hal  yang  menarik  dalam  kegiatan  pembelajaran,  baik    yang  sudah dikatahuinya  maupun  cara-cara  baru  dalam  memecahkan  masalah  yang  sama sekali baru bagi dirinya meskipun orang lain telah mengetahuinya, agar kehidupan lebih  bermakna  bagi  dirinya  maupun  terhadap  anak  disaat  mereka  mengikuti pembelajaran.
Anak  yang  kreatif  biasanya  lebih  agresif  dan  selalu  responsif  untuk mengetahui hal-hal yang baru dan belum dikatahuinya. Ia memiliki rasa ingin tahu dan   mencari   terobosan-terobosan   pemecahan   segala   ketidaktahuan   itu, memprediksi cara-cara penyembuhannya dan sekaligus menciptakan hal-hal baru yang belum terjamah oleh temannya lain yang semisal. Keluasan wawasan bagi  anak yang kreatif dan inovatif tidak hanya pada saat berada di sekolah dalam mengikuti proses pembelajaran, akan tetapi lebih bersifat global.
2.    Jenis-Jenis Kreativitas
Menurut  Munandar  (2008:26),  pada  dasarnya kreativitas itu dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
a. Aptitude
Kreativitas jenis aptitude memiliki kedekatan dengan kognisi dan proses berpikir.  Berpikir  kreatif  adalah  sutu  proses  kreativitas,  oleh  karena  dalam berpikir berarti memberdayakan kognisi untuk menemukan sesuatu yang baru atau yang asing baginya untuk diketahui.
Sebagai pemikiran yang kreatif maka kreativitas jenis aptitude ini tidak lain adalah gagasan-gagasan atau ide-ide untuk menemukan hal baru atau cara baru dalam memecahkan suatu permasalahan  yang  muncul sebagai  hasil dari berpikir kreatif. Atau dengan kata lain, beruasaha menghasilkan sesuatu yang baru melalui  penggabungan  baru  dari  unsur-unsur  yang  telah  ada  dalam  pikiran seseorang melalui sebuah proses, yaitu proses berpikir.
b.  Non aptitude
Kreativitas jenis non aptitude lebih banyak berhubungan dengan sikap dan perasaan, di samping kemampuan kognitif. Oleh karena itu, kreativitas jenis ini dikenal dengan kreativitas yang bersifat afektif atau tindakan. Munandar dalam Hawardi (2008:27) menegaskan, produktivitas kreativitas adalah kreatif bertindak yang  memiliki  variabel  majemuk,  di  samping  memiliki  ciri-ciri  seperti  kepercayaan   diri,  keuletan,  apresiasi   estetik,  kemandirian,   serta   mampu menciptakan sesuatu yang bernilai.
Orang  yang  memiliki  pemikiran  kreatif  belum  tentu  mampu  bertindak kreatif. Gagasan-gagasan buah dari pemikiran kreatif hanya akan tetap sebagai gagasan, jika tidak  menghasilkan pekerjaan  yang bernilai atau bila  seseorang hanya  memiliki  pemikiran kreatif tanpa dibarengi oleh  kemampuan  bertindak kreatif
Bertindak kreatif sangat diwarnai oleh perasaan dan motivasi. Sejauh mana seseorang mampu menghasilkan prestasi kreatif ikut pula ditentukan oleh non aptitide (kepercayaan diri, keuletan, apresiasi estetik, kemandirian). Olehnya itu, jenis kreativitas ini sangat sulit dimiliki, namun bukan berarti bertindak kreatif tidak dapat dimiliki oleh setiap orang.
Di samping itu, Nursinto (2009:132) mengemukakan empat prinsip dasar sinektik yang menentang pandangan lama tentang kreativitas, yaitu:  (1) Kreativitas merupakan sesuatu yang penting dalam kehidupan sehari-hari. Sebab  hampir  semua  manusia  berhubungan  dengan  kreativitas,  yang dikembangkan  melalui  seni  atau  penemuan-penemuan  baru.  Kreativitas merupakan  bagian  dari  kehidupan  kita  sehari-hari  dan  berlangsung sepanjang  hayat.  Kreativitas  dirancang  untuk  meningkatkan  kapasitas pemecahan masalah, ekspresi kreatif, empati, dan hubungan sosial. Ia juga menekankan  bahwa  ide-ide  yang  bermakna  dapat  ditingkatkan  melalui aktivitas kreatif untuk memperkaya pemikiran, (2) Proses kreatif bukanlah sesuatu  yang  misterius.  Secara tradisional, kreativitas dipandang sebagai sesuatu yang misterius, bawaan sejak lahir, yang bisa hilang setiap saat, (3)  kreativitas  ditandai  dengan  beberapa  proses  intelektual  dan  seni, (4) kreativitas adalah pengalaman pribadi.
Berdasarkan urain tentang jenis-jenis kreativitas yang telah dikemukakan oleh  para  ahli  sebagaimana  yang  disebutkan  sebelumnya,  maka  peneliti berkesimpulan bahwa dalam pelaksanaan proses pembelajaran, kreativitas tutor sangat diperlukan sebagai upaya menjembatani terjadinya peningkatan prestasi belajar anak serta ketercapaian tujuan pembelajaran secara maksimal.
3.    Pengertian Tutor
Sebagaimana  yang  dijelaskan  sebelumnya  bahwa  kreativitas  adalah kemampuan untuk mewujudkan sesuatu yang baru. Atau suatu kemampuan untuk bisa   menemukan   banyak   hal   dan   mencerminkan   kelancaran,   keluwesan (fleksibilitas),  dan  orsinilitas  dalam  berfikir,  serta  mampu  mengelaborasikan, mengembangkan,  memperkaya,  dan  memperinci  suatu  ide  atau  gagasan. Sedangkan  tutor  adalah  petugas  lapangan  dalam  pendidikan  yang  selalu berhubungan  secara  langsung  dengan  anak  sebagai  obyek  pokok  dalam pendidikan.
Menurut Sanjaya  (2006:24) tutor adalah seseorang yang bertugas untuk mengajar, sekaligus mendidik anak yang berada dalam pendidikan non formal. Menurut Mulyasa (2007:67) tutor   adalah orang yang pernah memberikan suatu ilmu atau kepandaian tertentu kepada seseorang atau sekelompok orang. Atau dengan kata lain tutor adalah tenaga pengajar yang diserahi tanggung jawab untuk membimbing, mengarahkan, mendidik, dan melatih anak agar supaya mempunyai sifat dan tabiat sesuai dengan cita-cita pendidikan.
Dengan demikian, jika dikaitkan dengan eksistensi kinerja tutor, maka kreativitas tutor  dapat  diberikan pengertian sebagai  segenap kompetensi  yang dimiliki oleh para tutor dalam menemukan, dan mengembangkan suatu karya atau gagasan  yang  bersifat  pedagogik  untuk  dilakukan  pada  proses  kegiatan pembelajaran.
Menjadi tutor kreatif tidaklah terbentuk secara tiba-tiba, melainkan lahir dari  proses  pergumulan  dengan  ruang  dan  waktu  seiring  pengalaman  yang dilaluinya. Tutor yang kreatif artinya tutor yang memiliki daya cipta, misalnya dalam menyiapkan metode, perangkat, media/alat permainan dan muatan materi pembelajaran.  Dari  kreativitas  tutor  tersebut,  akan  menular  pada  anak  secara jangka  pendek  maupun  panjang.  Karena  anak  disadari  atau  tidak  cenderung belajar dari aktivitas dan kreativitas tutornya dalam proses pembelajaran.
Membangun  kreativitas  tutor  membutuhkan  proses,  kreativitas  tidaklah lahir tiba-tiba, ada proses yang mengawalinya seperti: Pertama,   belajar   dari   pengalaman   mengajar,   baik   diperoleh   dari pengalaman sendiri maupun dari pengalaman tutor lain. Tutor dapat belajar dan merefleksikan   perjalanan   proses   belajar   mengajarnya   ke   dalam   praktik pembelajaran bersama anak. Kedua, rasa cinta dan kasih sayang yang mendalam terhadap anak-anak agar anak menjadi manusia ideal di masa yang akan datang. Cinta adalah energi kehidupan. Cinta merupakan sumber pemicu yang kuat atas lahirnya kreativitas. Jika ada cinta dan kasih sayang, maka rasa dan jiwa tutor terlibat dalam proses pengajaran dan pendidikannya sehingga totalitas kinerja tutor lahir. Perasaan anak dapat  menangkap  cinta  kasih  tutornya  sehingga  terjalin  hubungan  psikologis antara anak dan tutor. Ketiga,  adanya  tanggung  jawab  yang  mendalam  terhadap  tugasnya. Keempat, tutor giat belajar untuk meningkatkan kualitas pengetahuan, kepribadian dan keterampilannya yang berhubungan dengan tugas dan tanggung jawabnya sebagai tutor. Keberhasilan anak untuk belajar secara efektif tidak lepas dari peran tutor dalam melakukan pendekatan dan pengontrolan terhadap anak dalam kelas, melakukan  interaksi  yang  baik  dan  harus  kreatif  dalam  menciptakan  suasana pengajaran yang menyenangkan sehingga anak lebih efektif dalam belajar dan lebih maksimal.
Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa pada dasarnya tutor yang kreatif tidak pernah merasa puasa dengan apa yang ada pada dirinya.dia terus belajar dan berusaha menciptakan sesuatu yang bisa bermanfaat untuk orang lain. Baginya menemukan sesuatu yang baru dalam pembelajaran adalah sesuatu hal yang harus dicari dan kemudian dibagikan kepada teman-teman (tutor) yang lain.
Berkaitan dengan alat permainan edukatif dari limbah, maka tutor yang kreatif  adalah  tutor  yang  selalu  memiliki  kemampuan  untuk  mendesain  dsn mrngrmbsngksn  berbagai  macam  alat  permainan  edukatif  dari  limbah,  serta terampil memotivasi anak untuk belajar melalui permaian yang didesain tersebut.
B.  Hakikat Alat Permainan Edukatif
1.    Pengertian Alat Permainan Edukatif
Alat permainan adalah semua alat yang digunakan anak untuk memenuhi kebutuhan naluri bermainnya (Depdiknas, 2004:69). Alat permainan untuk anak dalam pengadaannya selain dapat dibeli di toko mainan, juga dapat digali dan dikumpulkan  dari sekeliling kita. Alat permainan yang dimaksud misalnya bola sepak,  mobil-mobilan,  kapal-kapalan,  pistol-  pistolan, boneka, dan alat tiruan lainyang kesemuanya terbuat dari barang bekas atau limba plastik dan kertas. Dalam perkembangannya, istilah alat permainan ini seringkali dilengkapi dengan menggunakan istilah  yang lain  yaitu Alat  Permainan Edukatif yang disingkat APE.
Robert  A.  Baron, (2006:4),  mengemukakan  bahwa  Alat  Permainan Edukatif  (APE) adalah alat permainan yang sengaja dirancang secara khusus untuk  kepentingan  pendidikan.  Pengertian  alat  permainan  edukatif  tersebut menunjukkan bahwa pada pengembangan dan pemanfaatannya tidak semua alat permainan yang digunakan anak di PAUD itu dirancang secara khusus untuk mengembangkan aspek-aspek perkembangan anak. Sebagai contoh bola sepak yang  dibuat  dari  plastik  yang  dibeli  langsung   dari  toko  mainan.  Dalam  hal ukurannya seringkali susah untuk dipegang secara nyaman oleh anak, jika mau saling melempar dengan teman-temannya akan terasa sakit di telapak tangan. Warnanya pun sering kali menggunakan satu warna saja sehingga tidak menarik bagi anak karena anak biasanya menyenangi benda- benda yang berwarna-warni.
Direktorat  PAUD,  Depdiknas  (2003:7)  mendefinisikan  alat  permainan edukatif sebagai segala  sesuatu  yang  dapat  digunakan  sebagai  sarana  atau peralatan  untuk   bermain  yang mengandung  nilai  edukatif (pendidikan)  dan dapat  mengembangkan seluruh  kemampuan anak.
Apabila  kita  menelaah  pengertian  tersebut,  tampak  rumusannya  tidak terlalu  jauh berbeda dengan pengertian sebelumnya. Kedua pengertian tersebut menggarisbawahi bahwa perbedaan  antara  alat  permainan  yang  biasa  dengan alat  permainan  edukatif  adalah  bahwa pada alat permainan edukatif terdapat unsur  perencanaan  pembuatan  secara  mendalam  dengan  mempertimbangkan karakterisitk  anak  dan  mengaitkannya  pada  pengembangan   berbagai aspek perkembangan anak. Sedangkan alat permainan biasa dibuat dengan tujuan yang berbeda,  mungkin   saja  hanya  dalam  rangka  memenuhi  kepentingan  bisnis semat tanpa adanya kajian secara mendalam tentang aspek-aspek perkembangan anak apa saja yang dapat dikembangkan melalui alat permainan tersebut.
     Untuk dapat  melihat  dan  memahami  secara  lebih  mendalam  mengenai apakah suatu alat permainan dapat dikategorikan sebagai alat permainan edukatif untuk anak PAUD atau tidak, berikut ini ciri-ciri alat permainan edukatif yang dikemukakan oleh Natawijaya (2006:47): alat permainan tersebut ditujukan untuk anak PAUD difungsikan untuk mengembangkan berbagai perkembangan anak PAUD - dapat  digunakan  dengan  berbagai  cara,  bentuk,  dan  untuk  bermacam tujuan  aspek pengembangan atau bermanfaat multiguna
Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa, untuk membuat alat permainan  edukatif yang akan digunakan pada anak PAUD hendaknya untuk memperjelas  materi  pelajaran  materi  pelajaran  yang  akan  diajarkan,  bersifat realistis dan aplikatif atau dapat digunakan olek anak itu sendiri serta bermanfaat bagi  perkembangan  taraf  berfikir  dan  keterampilan  hidupnya.
 Hal  ini  sesuai dengan tujuan Alat Permainan Edukatif bagi anak PAUD yang dikemukakan oleh Depdiknas (2003:79)  adalah;   memperjelas   materi   yang   diberikan, memberikan  motivasi  atau  rangsangan  kepada  anak  untuk  belajar,  dan memberikan kesenangan kepada anak untuk bermain. Berikut ini akan diuraikan ketiga tujuan tersebut:
a.  Memperjelas  materi  yang  diberikan.  Pemanfaatan  alat  permainan  edukatif dalam  kegiatan  belajar  anak  diharapkan  dapat  memperjelas  materi  yang disampaikan oleh tutor dan dapat menirukan  ucapan  tutor  tentang  berbagai warna atau jenis benda. Di samping itu, anak juga akan mampu menguasai kelebihan lainnya seperti membandingkan berbagai warna dan benda yang satu dengan yang lainnya. Sebagai contoh apabila tutor ingin menjelaskan konsep warna-warna  dasar  seperti  merah,  biru,  hitam,  putih,  kuning  dan  lain sebagainya jika penyampaian kepada anak hanya secara lisan atau diceritakan, anak hanya sebatas mampu menirukan ucapan tutor tentang berbagai warna tanpa tahu secara nyata bagaimana yang dimaksud warna merah, kuning dan lain sebagainya. Akan sangat berbeda jika tutor memanfaatkan alat permainan edukatif misalnya dengan menggunakan Lotto Warna.  Dengan  memanfaatkan alat  permainan  tersebut  anak  dapat  secara  langsung melihat, mengamati, membandingkan, memasangkan, dan mengenali berbagai warna. Dengan   demikian    kita    dapat    menyimpulkan   bahwa   dengan memanfaatkan alat permainan edukatif  selain  anak  menguasai  kemampuan menirukan   ucapan    tutor    tentang   berbagai  warna,  anak  juga  mampu menguasai  kemampuan  yang  lainnya  seperti  kemampuan  membandingkan berbagai  warna  karena  warna  yang  satu  dengan  yang  lain  berbeda  dan kemampuan-kemampuan yang lainnya
b.  Memberikan  motivasi   dan   merangsang  anak  untuk  bereksplorasi  dan bereksperimen  dalam  mengembangkan  berbagai  aspek  perkembangannya. Motivasi dan minat anak untuk bereksplorasi dan bereksperimen merupakan faktor  penting  yang  menunjang keberhasilan belajar  anak.  Oleh  karena itu harus  dilakukan  berbagai  upaya  sehingga  motivasi  dan  minat  anak  bisa tumbuh  dengan  baik.  Salah  satu  upaya  yang  dapat  dilakukan  untuk memenuhi hal   tersebut   adalah   dengan   memanfaatkan   alat   permainan edukatif. Alat permainan edukatif berupa balok merupakan alat  permainan  yang  sangat  potensial  untuk meningkatkan motivasi dan minat anak  untuk  bereksperimen.  Anak  PAUD  pada  umumnya  menyukai  alat  permaian ini. Dengan bermain balok anak dapat membentuk bangunan tertentu sesuai  dengan  imajinasinya,  anak  mencoba/bereksperimen untuk  menyusun benda tertentu misalnya  bangunan rumah dengan memilih  berbagai bentuk balok yang ada, anak menemukan sendiri konsep bahwa jika menyusun benda yang tinggi dengan fondasi yang kecil dan kurang kokoh akan menyebabkan bangunan yang telah disusunnya runtuh berantakan. Alat permainan seperti itu akan menumbuhkan kegairahan belajar anak sehingga berbagai potensi anak berkembangan dengan baik.  Memberikan kesenangan  pada anak dalam bermain. Apabila kita mengamati anak-anak  PAUD  yang  sedang  memainkan  alat  permainan  tertentu  dan mereka sangat tertarik untuk memainkannya, mereka tampak sangat serius dan terkadang susah untuk diganggu dan dialihkan perhatiannya pada benda atau kegiatan yang lain. Kondisi tersebut terjadi karena anak-anak merasa senang dan nyaman dengan alat permainan yang mereka gunakan. Alat permainan yang dirancang secara khusus dan dibuat dengan baik akan  menumbuhkan perasaan senang anak dalam melakukan aktivitas belajarnya. Jika anak sudah merasa senang dengan kegiatannya, maka belajar tidak lagi dianggap sebagai beban yang ditimpakan tutor di pundaknya. Anak mengartikan belajar dengan baik bahwa belajar ternyata tidak selalu dikesankan sebagai kegiatan  yang membosankan bahkan menyebalkan tapi justeru bermakna dan menyenangkan.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dipahami bahwa Alat permainan  edukatif adalah suatu alat permainan yang khusus digunakan dalam pendidikan  anak antara lain untuk merangsang berbagai kemampuan anak balita dalam hal gerakan kasar dan halus (otot tubuh, anggota badan, jari jemari) berbicara dan mengadakan hubungan dengan orang lain, kecerdasan, menolong diri sendiri dan bergaul.
2.    Fungsi Alat Permainan Edukatif
Alat-alat permainan yang dikembangkan memiliki berbagai fungsi dalam mendukung  penyelenggaraan  proses  belajar  anak  sehingga  kegiatan  dapat berlangsung dengan baik dan bermakna serta menyenangkan bagi anak. Menurut Heininch (dalam Natawijaya, 2006:96) fungsi Alat Permainan Edukatif tersebut adalah:
a.  Menciptakan  situasi  bermain (belajar)  yang  menyenangkan  bagi  anak  dalam   proses   pemberian   perangsangan   indikator   kemampuan   anak. Sebagaimana yang telah dikemukakan  sebelumnya  bahwa  kegiatan  bermain itu  ada  yang  menggunakan  alat,  ada  pula  yang  tidak  menggunakan  alat. Khusus dalam permainan yang menggunakan alat, dengan penggunaan alat-alat permainan  tersebut  anak-anak  tampak  sangat  menikmati  kegiatan  belajar karena banyak hal yang mereka peroleh melalui kegiatan belajar tersebut.
b.  Menumbuhkan rasa percaya diri dan membentuk citra diri anak yang positif. Dalam  suasana   yang  menyenangkan,  anak  akan   mencoba  melakukan berbagai kegiatan yang  disukainya  dengan  cara  menggali  dan  menemukan sesuai   yang  ingin  diketahuinya. Kondisi tersebut sangat mendukung anak dalam  mengembangkan rasa percaya diri  dalam  melakukan  kegiatan.  Alat  permainan  edukatif memiliki  fungsi  yang sangat strategis   sebagai   bagian yang  tidak  terpisahkan  dari  kegiatan  anak  dalam  melakukan kegiatankegiatannya sehingga rasa percaya diri dan citra diri berkembang secara wajar. Pada  kegiatan  anak  memainkan  suatu  alat  permainan  dengan  tingkat kesulitan  tertentu misalnya  menyusun  balok-balok  menjadi  suatu  bentuk bangunan  tertentu,  pada  saat tersebut ada  suatu  proses yang dilalui  anak sehingga anak mengalami suatu kepuasaan setelah  melampaui  suatu  tahap kesulitan  tertentu  yang  terdapat  dalam  alat  permainan tersebut. Prosesproses  seperti  itu  akan  dapat  mengembangkan  rasa  percaya  secara  wajar dimana     anak merasakan bahwa tiada suatu kesulitan yang tidak ditemukan penyelesaiannya.
c.  Memberikan  stimulus  dalam  pembentukan  perilaku  dan  pengembangan kemampuan dasar. Pembentukan    perilaku    melalui    pembiasaan    dan pengembangan   kemampuan   dasar merupakan fokus pengembangan pada anak usia dini. Alat permainan edukatif dirancang dan  dikembangkan  untuk memfasilitasi   kedua   aspek   pengembangan   tersebut.   Sebagai  contoh pengembangan   alat   permainan   dalam   bentuk   boneka   tangan   akan dapat mengembangan  kemampuan  berbahasa  anak  karena  ada  dialog  dari tokoh-tokoh   yang   diperankan   boneka   tersebut,   anak   memperoleh pengetahuan  tentang  berbagai  hal  yang disampaikan  melalui  tokoh-tokoh boneka tersebut, dan pada saat yang sama anak-anak memperoleh pelajaran berharga mengenai karakteristik dan sifat yang dimiliki oleh para tokok yang disimbolkan oleh boneka-boneka tersebut.
d.  Memberikan  kesempatan  anak  bersosialisasi,  berkomunikasi  dengan  teman sebaya. Alat permainan edukatif berfungsi memfasilitasi anak-anak mengembangkan hubungan  yang  harmonis  dan  komunikatif  dengan  lingkungan  di  sekitar misalnya  dengan  teman-  temannya.  Ada  alat-alat  permainan  yang  dapat digunakan bersama-sama antara satu anak dengan anak yang lain misalnya anak-anak menggunakan botol suara secara bersama-sama dengan suara yang berbeda sehingga dihasilkan suatu irama yang merdu hasil karya anak- anak. Untuk menghasilkan suatu irama yang merdu dengan perbedaan botol-botol suara tersebut  perlu  kerjasama,  komunikasi  dan  harmonisasi  antar  anak sehingga dihasilkan suara yang merdu.
     Agar Alat Permainan Edukatif dapat berfungsi sebagaimana di atas, maka sebaiknya  alat  permainan  tersebut  dibuat  berdasarkan  syarat-syarat  sebagai berikut;  (1) Aman; alat permainan harus sesuai dengan taraf perkembangan anak, (2) Alat permainan yang baik harus awet dan  tidak mudah rusak, (3) Mudah diganti bila rusak,  (4) Ukurannya harus tepat sesuai dengan kebutuhan anak, (5) Harus menarik, baik dalam bentuknya maupun warnanya, (6) Mudah dicontoh, (7) Ukuran dan berat alat permainan sesuai dengan ukuran anak, (8) Harus dapat berfungsi mengembangkan berbagai aspek perkembangan, (9) Harus mudah diterima oleh semua budaya. (Munandar, 2008:79)
Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa Alat Permainan Edukatif  merupakan   sebuah   tuntutan   yang   harus   dioptimalkan   dengan   tetap mempertimbangkan   segi   kemudahan   memperolehnya,   kreativitas   tutor menggunakannya,  manfaat  terhadap  kegiatan  pembelajaran  anak  serta  aspek negatif yang dapt ditimbulkannya.
3.    Jenis-jenis Alat Permainan Edukatif pada Anak PAUD
Dewasa ini terdapat beraneka ragam jenis alat permainan edukatif yang telah dikembangkan untuk anak usia dini. Pada umumnya jenis alat permainan edukatif untuk anak usia dini dirancang dan dikembangkan berakar pada jenis permainan yang telah dikembangkan lebih dulu oleh para pakar pendidikan anak dari negara maju, walaupun ada juga beberapa jenis alat permainan edukatif yang dirancang dan dibuat oleh tutor sendiri disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi lingkungan setempat.
Jenis-jenis  alat  permainan edukatif  untuk  anak  usia  dini  yang  telah dikembangkan ini diilhami oleh alat- alat permainan yang diciptakan oleh para ahli pendidikan anak seperti Maria Montessori, George Cuisenaire, Peabody dan Frobel. Alat-alat permainan edukatif tersebut banyak ditemukan pada lembaga-lembaga PAUD di Indonesia. (Rahman, 2010:17)
1 x 1 x1 cm dengan warna kayu asli
2 x 1 x1 cm berwarna merah
3 x 1 x 1 cm berwarna hijau muda
4 x 1 x 1 cm berwarna merah muda
5 x 1 x 1 cm berwarna kuning
6 x 1 x 1 cm berwarna hijau tua
7 x 1 x1 cm berwarna hitam
8 x 1 x 1 cm berwarna coklat
9 x 1 x 1 cm berwarna biru tua
10 x 1 x 1 cm berwarna jingga
Balok Cuisenaire ini juga dikembangkan sebagai salah satu jenis alat permainan edukatif untuk anak usia dini walaupun ukuran dan warna telah
dimodifikasi sedemikian rupa. Sebenarnya masih banyak jenis-jenis alat permainan edukatif untuk anak usia dini yang ada. Bahkan keragaman alat permainan edukatif ini dikelompokkan berdasarkan sudut pandang dan cara masing-masing. Apakah dari segi kegunaannya atau aspek perkembangan yang dipantau maupun dampak pemakaian dan berdasarkan penempatannya.
Selain tersebut di atas, jenis-jenis Alat Permainan Edukatif yang banyak digunakan dalam pendidikan anak PAUD adalah: warna dan suara, boneka kain,Selain tersebut di atas, jenis-jenis Alat Permainan Edukatif yang banyak digunakan dalam pendidikan anak PAUD adalah: warna dan suara, boneka kain,  kotak bentuk, permainan beroda, lotto warna, menara gelang, tanah liat/lilin lunak, tangga slinder, papan pasak dan kantong biji. Adapun manfaat masing-masing jenis  Alat  Permainan  Edukatif  sebagaimana  yang  dikatakan  oleh  Natawijaya (2006:103) dapat dilihat pada tampilan tabel berikut ini :

Tabel 2.1
Jenis Permainan Pembelajaran dan Manfaatnya

No
Jenis Alat Permainan
Edukatif
Manfaat /
Kemampuan yang Dapat Dikembangkan
1
Warna dan Suara
Kecerdasan, Gerakan kasar, gerakan halus dan emosi
2
Boneka Kain
Kecerdasan, Bahasa, Mengerti pembicaraanpembicaraan orang lain dan bergaul
3
Kotak Bentuk
Kecerdasan dan gerakan halus
4
Permainan beroda
Gerakan Kasar, bergaul dan kecerdasan
5
Lotto Warna
Kecerdasan, gerakan halus, Bahasa, bergaul, dan mengerti pembicaraan orang lain
6
Menara Gelang
Kecerdasan dan gerakan halus
7
Tanah Liat
Bahasa, Mengerti pembicaraan orang dan kecerdasan
8
Tangga Slinder
Bergaul, menolong diri sendiri, kecerdasan dankreativitas
9
Papan Pasak lain
Kecerdasan, Bahasa, Mengerti Pembicaraan orang
10
Kantong Biji
Gerakan Kasar, Bahasa, bergaul mengerti pembicaraan orang lain

Alat Permainan Edukatif tersebut pada dasarnya masih bersifat umum.
Dalam prakteknya setiap kelompok usia PAUD memiliki jenis Alat Permainan Edukatif yang disesuaikan pada segi manfaatnya dan hal apa yang ingin dikembangkan.
Di samping itu, dalam proses pendidikan di Pendidikan Anak Usia Dini, Alat Permainan Edukatif yang banyak digunakan lebih bersifat alat atau media untuk  memperoleh  serangkaian  pengetahuan  anak,  sehingganya  hal  ini  harus memenuhi persyaratan atau kriteria dalam penggunaan dan pengembangannya.  Adapun persyaratan atau prinsip pemilihan Alat Permainan Edukatif Pendidikan Anak Usia Dini diharapkan mampu mencakup hal-hal sebagai berikut :
a.  Alat Permainan Edukatif yang dipersiapkan sesuai dengan tujuan dan
fungsi penggunaan sarana tersebut.
b. Dapat memberi pengertian atau menjelaskan suatu konsep tertentu.
c. Dapat mendorong kreativitas anak, memberi kesempatan kepada anak
bereksperimen, dan bereksplorasi (menemukan sendiri).
d.  Alat Permainan Edukatif atau alat bermain harus memenuhi unsur
kebenaran ukuran, ketelitian dan kejelasan.
e. Alat Permainan Edukatif harus aman, tidak membahayakan bagi anak.
f. Alat Permainan Edukatif harus hendaknya menarik, menyenangkan dan
tidak membosankan.
g. Alat Permainan Edukatif hendaknya memenuhi unsur keindahan dalam
bentuk maupun warna/kombinasi warnanya, serta rapih dalam
pembuatannya.
h. Alat Permainan Edukatif atau alat bermain harus mudah digunakan oleh
tutor maupun anak.
Dari beberapa kriteria pemilihan Alat Permainan Edukatif tersebut maka pada dasarnya Alat Permainan Edukatif pendidikan untuk Pendidikan Anak Usia Dini memiliki spesifikasi khusus karena lebih mengarahkan proses pembelajaran pada permainan.
4.    Pembuatan Alat Permainan Edukatif untuk Anak Usia Dini
Pembuatan  alat  permainan  edukatif  merupakan  suatu  kegiatan  yang memerlukan  bekal  kemampuan  yang  memadai.  Bekal  kemampuan  yang dimaksudkan adalah  pengetahuan dan  keterampilan bagaimana  melakukannya sesuai dengan persyaratan-persyaratan tertentu sehingga alat permainan eduaktif yang   dibuat   betul-betul   efektif   dalam   mengembangkan   aspek-aspek perkembangan anak. Sebelum  membuat  alat  permainan edukatif,  tutor harus memperhatikan dulu beberapa persyaratan pembuatannya. Persyaratan  tersebut  meliputi  syarat edukatif,  syarat  teknis  dan syarat estetika. Penjabaran mengenai syarat-syarat tersebut adalah sebagai berikut:
                  a.     Syarat Edukatif
Syarat  edukatif  maksudnya  bahwa    pembuatan    alat    permainan edukatif   harus disesuaikan dengan program pendidikan yang berlaku sehingga pembuatannya akan sangat membantu  pencapaian  tujuan-tujuan  yang  terdapat di  dalam  program  pendidikan  yang disusun.  Secara lebih khusus lagi menurut Heininch, (2006:75) syarat edukatif ini maksudnya bahwa:
                  b.     Syarat Teknis
Persyaratan  teknis  yang  harus  diperhatikan  dalam  pembuatan  alat permainan  edukatif  berkaitan  dengan  hal-hal  teknis  seperti  pemilihan  bahan, kualitas bahan, pemilihan warna, kekuatan bahan dalam suhu-suhu tertentu dan lain  sebagainya. Secara lebih  rinci  syarat-syarat teknis dalam pembuatan alat permainan edukatif menurut Heininch, (2006:76) adalah:
1)        Alat permainan edukatif dirancang sesuai dengan tujuan, fungsi sarana (tidak menimbulkan kesalahan konsep) contoh dalam membuat balok bangunan, ketepatan bentuk dan ukuran yang akurat mutlak dipenuhi karena jika ukurannya tidak tepat akan menimbulkan kesalahan konsep.
2)        Alat permainan edukatif hendaknya multiguna, walaupun ditujukan untuk tujuan tertentu tidak menutup kemungkinan digunakan untuk tujuan pengembangan yang lain.
3)        Alat permainan edukatif dibuat dengan menggunakan bahan yang mudah didapat di lingkungan sekitar, murah atau dari bahan bekas/sisa.
4)        Aman (tidak mengandung unsur yang membahayakan anak misalnya tajam, beracun dan lain-lain)
5)        Alat permainan edukatif hendaknya awet, kuat dan tahan lama (tetap efektif walau cahaya berubah)
6)        mudah dalam pemakaian, menambah kesenangan anak untuk bereksperimen dan bereksplorasi
7)        dapat digunakan secara individual, kelompok dan klasikal.
Berdasarkan  uraian  tersebut  menunjukkan  bahwa  secara  teknis  dalam  pembuatan alat permainan edukatif lebih difokuskan pada; tujuan dan fungsi yang ingn dicapai, mudah untuk mendapatkannya serta penggunannaya, sangat efesian dari segi pembiayaan,  dapat memotivasi anak  untuk belajar aktif,  serta dapat digunakan langsung oleh anak baik bersifat individual maupun kelompok belajar.
                  c.     Syarat Estetika
Persyaratan  estetika  ini  menyangkut  unsur  keindahan  alat  permainan edukatif yang dibuat. Unsur keindahan/ estetika ini sangat penting diperhatikan karena akan memotivasi dan menarik perhatian anak untuk menggunakannya. Hal-hal yang lebih rinci yang berkaitan dengan syarat estetis ini menyangkut hal-hal sebagai berikut:
1)   bentuk yang elastis, ringan (mudah dibawa anak)
2)   keserasian ukuran (tidak terlalu besar atau terlalu kecil)
3)   warna (kombinasi warna) serasi dan menarik.
Jika  tutor  telah  memahami  berbagai  persyaratan  pembuatan  alat permainan  edukatif,  selanjutnya  tutor  harus  memahami  bagaimana  prosedur pembuatan alat permainan edukatif. Menurut Howard dan Dane   (dalam Musfiroh, 2010:158),  prosedur pembuatan alat permainan edukatif itu sendiri dapat dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
1)   Tutor mengkaji dan memahami karakteristik anak yang ada di lembaga PAUD.
Jika tutor akan membuat alat permainan edukatif maka tutor perlu terlebih dahulu memahami karakteristik anak yang menjadi sasaran pembuatan alat permainan  edukatif  yang  dilakukan  tutor.  Setiap  anak  pada  hakekatnya mempunyai karakteristik yang berbeda-beda, maka tutor perlu menentukan secara khas siapa sesungguhnya anak  yang akan kita layani dengan alat permainan edukatif tersebut.
2)   Tutor menelaaah program kegiatan dan tujuan belajar anak.
Langkah  selanjutnya  yang  harus  diperhatikan  tutor  dalam  pembuatan alat  permainan adalah menelaah program kegiatan dan tujuan belajar anak. Program kegiatan dan tujuan belajar anak yang dimaksud adalah kurikulum yang digunakan di lembaga PAUD. Di dalam   kurikulum   telah   secara jelas   dan   gamblang     disajikan   mengenai   rumusan kemampuan atau kompetensi dan penjabarannya berupa indikator-indikator kemampuan yang harus dicapai atau diperoleh oleh anak. Rumusan    kompetensi  dan   indikator-indikator  yang   terdapat   didalam kurikulum harus ditelaah dan difahami oleh tutor sehingga tutor memperoleh pemahaman yang utuh mengenai apa saja yang harus dicapai oleh anak usia dini  melalui  kegiatan  belajar/  bermainnya.    Dengan   pemahaman   yang memadai  mengenai  isi  program  kegiatan  dan tujuan belajar anak akan memudahkan tutor dalam membuat alat permainan eduaktif dan disisi lain alat permainan edukatif yang dibuat menjadi efektif untuk mengembangkan kemampuan anak.
3)   Memilih isi/ tema dan tujuan belajar dari tema tersebut
Langkah berikutnya yang dilakukan tutor dalam pembuatan alat permainan edukatif adalah memilih tema dan yang terdapat di dalam kurikulum PAUD atau tema yang dirancang sendiri. Tema adalah alat yang digunakan untuk mencapai berbagai aspek perkembangan anak. Sebenarnya penentuan tema tersebut tidak harus selalu terpaku pada tema-tema yang terdapat di dalam kurikulum, tutor dapat membuat dan mengembangkan tema sendiri.
4)   Menginventarisasi alat permainan edukatif yang sudah ada dan menelaah  apakah alat permainan edukatif tersebut telah sesuai dengan kurikulum atau belum.
Proses  ini  penting  dilakukan  tutor  sehingga  tutor  dapat  mengetahui  alat permainan edukatif apa saja yang sebenarnya sangat penting diadalah dan dibuat oleh tutor. Seringkali tutor membuat alat permainan edukatif yang sudah  ada  dan  sebenarnya  tidak  diperlukan  lagi  sementara  yang   belum ada terabaikan.
5)   Menentukan   jenis   alat   permainan   edukatif   yang   akan   dibuat   dan dikembangkan
Setelah dilakukan inventarisasi terhadap berbagai alat permainan edukatif yang telah ada di lembaga PAUD, tutor akan mengetahui secara pasti apa saja alat permainan edukatif yang dibutuhkan untuk kegiatan belajar anak. Dalam   kenyataannya   berdasarkan   daftar   kebutuhan   yang   dibuat seringkali   alat  permainan  edukatif  yang  harus  dibuat  sangat  banyak jumlahnya  dan  semuanya  ingin  kita  buat.  Hal  tersebut  tentunya  kurang realistis  sehingga  harus  ditentukan  prioritas  pembuatan  alat  permainan edukatif yang benar- benar penting atau krusial untuk dipenuhi.
6)   Membuat rancangan untuk pembuatan alat permainan
Jika  alat  permainan  edukatif  yang  akan  dibuat  telah  ditentukan  maka selanjutnya tutor membuat rancangan atau desain alat permainan tersebut untuk memudahkan dalam pembuatannya. Dalam rancangan pembuatan alat permainan edukatif  tersebut  biasanya  dikemukakan  aspek  perkembangan anak yang dapat dikembangkan melalui alat permainan edukatif tersebut, Alat  dan  bahan  pembuatan  yang  dibutuhkan,  teknik  pembuatan  dan bagaimana cara menggunakannya.
7)   Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
Pada  tahap  berikutnya  berdasarkan  rancangan  yang  telah  ada,  tutor mempersiapkan alat dan bahan-bahan yang   diperlukan sehingga pada saat proses pembuatan tidak mengahadapi kendala dan dapat dilakukan sesuai rencana.  Ketersediaan   alat   dan   bahan  ini   akan   sangat   menunjang pembuatan alat permainan edukatif yang dibutuhkan oleh lembaga PAUD.
8)   Membuat alat permainan sesuai dengan rencana atau sesuai dengan kondisi  alat dan bahan yang ada.
Pada  tahap  ini  apa  yang  telah  menjadi  rencana  dilaksanakan  dengan mengikuti prosedur pembuatan yang telah ditentukan. Pada tahap ini ide dan rencana  dilaksanakan  dengan  memanfaatkan  alat  dan  bahan  yang  telah dipilih. Kejelian dan kreativitas tutor akan sangat mendukung  dihasilkannya alat   permainan   yang   benar-benar  sesuai   dengan   kebutuhan lembaga PAUD.
9)   Memeriksa hasil pembuatan alat permainan, apakah sesuai atau benar telah menghasilkan alat permainan edukatif.
Setelah  tutor  membuat  alat  permainan  edukatif  tertentu,  tutor  masih perlu  mengecek apakah alat permainan edukatif yang dibuat telah sesuai dengan alat permainan edukatif yang diharapkan dalam arti telah memenuhi syarat edukatif, teknis dan estetis. Hal tersebut perlu diperhatikan  sebab tidak  jarang  tutor   yang  membuat   alat   permainan  edukatif,  setelah ditelaah belum menghasilkan alat permainan edukatif yang sesuai dengan persyaratan yang ada (standar).
5.    Peranan Alat Permainan Edukatif (APE) dalam Pendidikan Anak Usia  Dini
Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa anak dalam pertumbuhannya tidak lepas dari dunianya yaitu bermain. Menurut para ahli bahwa salah satu faktor  yang  menentukan  keberhasilan  mengupayakan  agar  anak  cerdas  dan terampil  ialah  apabila  anak  memperoleh  pengalaman  sendiri  melalui  bermain dengan mempergunakan alat permainan.
Biga Cs (dalam Michael J. Marquardt, 2006: 49) mengemukakan beberapa kegunaan bermain bagi anak berikut ini ;
a.    Permainan adalah salah satu dari pada alat-alat terpenting untuk membawa anak ke dalam persekutuan hidup.
b.    Dalam permainan anak belajar mengenal kekuatan-kekuatannya
c.    Dalam permainan, anak mendapat lapangan di mana mungkin dinyatakan fantasi, bakat dan kecenderungannya yang dilahirkan.
d.   Dalam permainan anak mengalami berbagai emosi.
e.    Permainan  memberikan  kepuasan,  kesenangan  dan  kebahagiaan  dalam dunia anak.
f.     Permainan   sosial   mewajibkan   anak   taat   pada   peraturan-peraturan permainan, bertindak jujur dan berusaha bermain positif.
Teori di atas   memberikan gambaran akan arti pentingnya bermain bagi anak sekaligus menekankan bagaimana tanggung jawab tutor di sekolah untuk memilih dan menentukan alat permainan yang baik dan memiliki nilai pendidikan bagi anak.   Nilai pendidikan ini diharapkan dapat tertanam pada diri anak yang nantinya dapat dipraktekkan dalam kehidupannya kelak.
Bermain  dengan  mempergunakan  alat  atau  media  dapat  menyebabkan anak percaya diri atau dengan kata lain bermain bersama dengan berbagai macam bentuk  permainan  membantu  anak-anak  menjadi  berkemampuan  dalam  memanipulasi objek-objek dan mempelajari peran-peran orang dewasa atau pertama kali anak-anak akan tumbuh menjadi kooperatif menghadapi tugas-tugas yang serius dan kompleks (Baron, 2006: 75).
Bermain   bagi   anak   pada   dasarnya   merupakan   sumber   belajar, pengembangan kreativitas dan sumber latihan fisiknya. Bermain bagi anak dapat memberikan manfaat di antaranya:
a.    Permainan seperti menendang, melompat, lari, loncat dan lain sebagainya akan menguatkan dan menterampilkan anggota badan anak.
b.    Bermain  merupakan  sumber  belajar  anak  melalui  kegiatan  bermainnya
c.    yang  akan  memberikan  kesempatan  bagi  anak  untuk  belajar  tentang pengertian baru tentang sesuatu.
d.   Bermain mendorong anak untuk menjadi kreatif. Sifat ingin tahu anak akan mendorong ia untuk mencoba-coba sesuatu yang baru.
e.    Bermain membantu mengembangkan kepribadian yang baik, yaitu antara bertanggung jawab, mematuhi peraturan, bekerja sama dan sebagainya. Masih  banyak  lagi  manfaat  bermain  bagi  anak  yang  pada  prinsipnya merupakan perwujudan dari proses belajarnya. Dengan bermain diharapkan anak dapat menemukan pengalaman sekaligus pengetahuan baru.
Sebagai contoh dapat disajikan adalah, bermain yang dicontohkan oleh orang  dewasa  seperti  ayah  maupun  ibu  akan  membimbing  anak  bagaimana memiliki  sikap,  karakter  orang  dewasa  yang  sehari-harinya  dilihat  dalam lingkungan  keluarganya.  Selain  memberikan  rasa  kesenangan  pada  diri  anak, kegiatan tersebut dapat memberikan pembelajaran hidup kedewasaan pada anak.
C.  Manfaat Alat Permainan Edukatif (APE) dalam Pembelajaran
Alat  Permainan  Edukatif  sebagai  salah  satu  sumber  belajar  PAUD mengandung  makna  bahwa  alat  permainan  tersebut  dirancang,  dibuat,  dan dimanfaatkan  untuk  memberikan  kemudahan  kepada  anak  dalam  kegiatan bermain sambil belajar. Di samping itu, Alat Permainan Edukatif merupakan alat informasi, memberi kesenangan maupun mengembangkan imajinasi pada anak. Pemahaman  mengenai  konsep  bermain  sudah  barang  tentu  akan  berdampak positif pada cara tutor dalam membantu proses belajar anak. Pengamatan yang dilakukan oleh tutor ketika anak bermain secara aktif maupun pasif, akan banyak membantu memahami jalan pikiran anak dan akan meningkatkan keterampilan berkomunikasi (Robert Heininch, 2006:36).
Melalui penggunaan Alat Permainan Edukatif bagi anak PAUD, maka sendirinya  akan  mendorong  kreativitas  tutor  untuk  selalu  proaktif  dalam merancang,  membuat,  memanfaatkan,  memelihara,  dan  menilai  sendiri  alat permainan yang akan digunakan. Sebab semakin baik dan kreatif tutor dalam membuat alat permainan edukatif yang digunakan, maka akan semakin baik pula hasil  yang  akan  ditelorkan  oleh  anak  sebagai  peserta  didik  dan  subjek pembelajaran.
Selanjutnya, tutor sebagai ujung tombak dalam pembelajaran di PAUD hendaknya memiliki pemahaman yang memadai dan menyeluruh mengenai alat permainan dan pengembangannya yang digunakan, karena alat  permainan ini selain untuk memenuhi kebutuhan naluri bermainnya, juga sebagai sumber yang mutlak diperlukan untuk  mengembangkan seluruh aspek  perkembangan anak. Aspek-aspek  tersebut  meliputi  aspek  moral,  agama,  sosial,  emosi,  kognitif, bahasa,  fisik-motorik,  dan  seni.  Kesemua  aspek  perkembangan  tersebut hendaknya  dikembangkan  secara  serempak  dan  bersamaan  sehingga  anak diharapkan lebih siap  untuk menghadapi lingkungannya dan untuk mengikuti jenjang pendidikan selanjutnya yang lebih tinggi.
Berdasarkan  uraian  di  atas,  maka  tutor  sangat  dituntut  untuk  memiliki kreativiatas dalam membuat berbagai alat permainan bersifat edukatif yang dapat merangsang  minat  dan  keaktifan  berfikir  anak-anak.  Tutor  harus  menyadari, bahwa bermain adalah sebagian daripada kehidupan anak. Tidak lengkap hidup seseorang  anak  jika  anak  tidak  bermain.  Melalui  bermain  anak-anak  belajar mengungkapkan perasaan, belajar ketrampilan, dan menunjukkan dirinya yang sebenarnya serta merangsang kreativitas.
Menurut  Marquardt (2006:27),  hampir  semua  aktivitas  yang  dapat merangsang  atau  memberi  peluang  anak-anak  belajar  dan  meningkatkan berkembangan  otak  diperoleh  melalui  bermain.  Itulah  sebabnya  pemilihan permainan yang bersifat edukatif haruslah berdasarkan minat, kesediaan bekerja sama dan kemudahan yang ada. Di samping itu, saat permainan berlangsung para tutor diharapkan dapat memberikan perhatian penuh kepada anak-anak yang ada masalah  bersosial,  tidak  pandai  berbicara,  ada  masalah  bahasa  dan  kognitif (pasien yang lambat berfikir). Sehingga dengan demikian, bentuk permainan lebih bersifat  ekspresif  persuasif  serta  meluahkan  perasaan  dalam  suasana  ceria, gembira dan bisa merangsang anak untuk belajar.
Menurut Munandar (2008: 57), hal lain yang perlu dikondisikan oleh tutor dalam melakukan permainan di antaranya;
1.    Permainan harus disesuaikan dengan energi anak
Permainan yang dilakukan harus berujung pada kepuasan anak dan bukan pada tingkat kelelahan atau kejenuhan anak..
2.    Waktu
Anak harus mempunyai cukup waktu untuk bermain.
3.    Alat permainan
Untuk bermain diperlukan alat permainan yang sesuai dengan umur dan taraf perkembangannya.
4.    Ruangan untuk bermain.
Ruangan bermain anak harus bebas dari segala sesuatu yang mengganggu atau menimbulkan bahaya pada diri anak.
5.    Teman bermain
Anak  harus  merasa  yakin  bahwa  ia  mempunyai  teman  bermain  kalau  ia memerlukan, apakah itu saudaranya, orangtuanya atau temannya. Karena kalau anak bermain sendiri, maka ia akan kehilangan kesempatan belajar dari teman-temannya.
Permainan  merupakan  fondasi  bagi  pembelajaran  anak  usia  dini  yang menjembatani antara kehidupan anak di rumah dan di sekolah. Itulah sebabnya permainan  yang  bersifat  edukatif  perlu  dikembangkan  oleh  tutor,  karena    di samping  dapat  membantu  tutor  dalam  melangsungkan  kegiatan  pembelajaran yang efektif dan efesen, juga dapat mengasah kreativitas tutor untuk melakukan hal-hal yang baru yang bersifat alami dengan memanfaatkan bahan-bahan limbah yang ada disekitar lingkungan hidup anak.



bila berkenan untuk bab selanjutnya secara lengkap sampai dengan lampiran dan halaman depan dalam format *.doc/*.docx silahkan
klik DOWNLOAD
atau hub. 081327121707 terima kasih.