LAPORAN
KARYA
TULIS ILMIAH
Peningkatan Kreativitas
Tutor dalam Mengembangkan Alat Permainan Edukatif di Kelompok Bermain
(KB) Gohong Permai Desa ………. Kecamatan Rungan Tahun 2011
Diajukan
untuk Memenuhi Persyaratan Kenaikan
Pangkat
............................... dst disesuaikan
Oleh :
………………………………………..
NIP.
……………..
UPT
………………………………….
UPT
DINAS……………………………..
KECAMATAN ............
............
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan
penyusunan karya tulis ilmiah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat
sederhana. Penyusunan laporan karya ilmiah ini diajukan untuk melengkapi
syarat-syarat Kenaikan pangkat dari golongan ………. Ke golongan …... di Lingkungan UPT Dinas ………… Kecamatan Rungan
khususnya Penilik Luar Sekolah (PLS).
Peneliti mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang
telah membantu dalam penyusunan penelitian ini khususnya kepada:
1.
……………….., selaku Kepala Dinas ………………..
2.
……………….., selaku Kepala UPT ……………
3.
……………….., selaku Ketua Pengelola ……………………………..
4.
Segenap Tutor Kelompok Bermain ……. ……………. Beserta
seluruh anak didiknya yang telah membantu penyelesaian karya tulis ilmiah ini.
Harapan saya semoga karya tulis ilmiah ini membantu menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun
isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini saya akui masih banyak
kekurangan karena pengalaman yang saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu
saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang
bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
............, ............
Penulis
LEMBAR PENGESAHAN
1.
|
Judul Penelitian
|
PENINGKATAN
KREATIVITAS TUTOR DALAM MENGEMBANGKAN
ALAT PERMAINAN EDUKATIF DI KELOMPOK BERMAIN (KB) GOHONG PERMAI DESA ……….
KECAMATAN RUNGAN TAHUN 2011
|
2.
|
Identitas Peneliti
a. Nama Lengkap
b. NIP
c. Pangkat. Golongan
d. Tempat Tugas
e. Kabupaten/Kota
f. Provinsi
g. Alamat Kantor
h. Telepon
|
|
3.
|
Lama Penelitian
|
|
4.
|
Sumber Dana
|
Swadaya
|
Catt :
Untuk lembar pengesahan yang bertanda tangan disesuaikan dengan kondisi
setempat
PENINGKATAN KREATIVITAS
TUTOR DALAM MENGEMBANGKAN ALAT PERMAINAN EDUKATIF DI KELOMPOK BERMAIN
(KB)
GOHONG PERMAI DESA ………. KECAMATAN RUNGAN
TAHUN 2011
Oleh
…………………………………………
NIP. ………………..
ABSTRAK
Permasalahan dalam
penelitian ini adalah
bagaimana kreativitas tutor
dalam mengembangkan Alat Permainan Edukatif di Kelompok Bermain (KB)
Gohong Permai, serta kendala apa yang dihadapi
dan bagaimana upaya
pemecahannya? Tujuan penelitian
yaitu mendeskripsikan kreativitas tutor dalam mengembangkan alat
permainan edukatif di Kelompok Bermain (KB) Gohong Permai, serta kendala-kendala yang
dihadapi dan bagaimana
upaya pemecahannya. Metode
penelitian adalah metode kualitatif, serta teknik pengumpulan data
adalah observasi, dokumentasi,
dan wawancara. Analisis
data yang digunakan
adalah model interaktif
yang dimulai dengan pengumpulan data,
reduksi data, penyajian
data, dan penarikan
kesimpulan/ verifikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kreativitas tutor dalam mengembangkan
Alat
Permainan Edukatif bahan
bekas di Kelompok Bermain (KB) Gohong Permai, dapat meningkatkan motivasi belajar anak, dapat
menciptakan pemanfaatan bahan-bahan bekas sebagai media pembelajaran, serta dapat melakukan efisiensi anggaran
pendidikan. Kendalakendala yang dihadapi tutor meliputi
kendala internal dan
kendala eksternal. Adapun kendala
internal seperti; kurangnya perhatian dan motivasi warga belajar terhadap alat
permainan yang digunakan, adanya kemajemukan tingkat imajinasi untuk memahami
materi yang diajarkan melalui alat permainan penggunaan bahan bekas, serta
adanya perasaan risih atau jijik warga belajar terhadap bahan-bahan bekas yang
digunakan. Sedangkan kendala eksternal dapat berupa; keadaan bahan bekas yang
kurang bersih, kumuh dan tidak layak digunakan untuk alat permainan serta
adanya lingkungan belajar yang tidak kondusif. Terhadap kendala-kendala
tersebut, maka solusi yang dilakukan tutor sebelum melangsungkan pembelajaran
di antaranya;
a) mengidentifikasi kesiapan
belajar warga belajar,
b) mengelompokkan belajar warga
belajar berdasarkan tingkat
imajinasi dan kepribadian yang
dimiliki, c) memilih alat permainan yang cocok bagi warga belajar, d) memberi
aneka warna yang menarik pada setiap jenis permainan, dan e) menjadikan
tempat bermain warga
belajar bersifat fleksibel
dan menyenangkan serta tidak terganggu dengan hal-hal negatif lainnya
Kata Kunci:
Kreativitas, Tutor dan APE, Kelompok Bermain
DAFTAR ISI
Halaman Judul.....................................................................................................
Halaman Pengesahan...........................................................................................
Kata Pengantar....................................................................................................
Daftar Isi..............................................................................................................
Abstrak................................................................................................................
Daftar Tabel.........................................................................................................
Daftar Gambar.....................................................................................................
Daftar Lampiran..................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...........................................................
B. Rumusan Masalah .....................................................................
C. Tujuan Penelitian ......................................................................
D. Manfaat Penelitian ....................................................................
BAB II KAJIAN
PUSTAKA
A. Hakikat Kreativitas Tutor ...........................................................
B. Hakikat Alat Permainan Edukatif ..............................................
C. Manfaat Alat Permainan Edukatif (APE)
dalam Pembelajaran .
BAB III METODE
PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian..........................................................................
B. Pendekatan dan Jenis Penelitian .................................................
C. Kehadiran Peneliti .......................................................................
D. Sumber Data ...............................................................................
E. Prosedur Pengumpulan Data .......................................................
F. Pengecekan Keabsahan Data ......................................................
G. Analisis Data ...............................................................................
H. Tahap-Tahap Penelitian ...............................................................
BAB IV HASIL
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ...........................................................................
B. Pembahasan Hasil Penelitian .......................................................
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
.................................................................................
B. Saran ...........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 2.1
Jenis Permainan Pembelajaran dan
Manfaatnya....................
Tabel 4.1 Keadaan Anak Kelompok Bermain (KB) Gohong
Permai Tahun Pelajaran 2011/2012 ...............................................................................................
Tabel 4.2 Keadaan Sarana dan Prasarana Pendidikan
Kelompok Bermain (KB) Gohong Permai Desa ………. Kecamatan Rungan Tahun Pelajaran
2011/2012.....
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 4.1 Struktur
Organisasi Kelompok Bermain (KB) Gohong Permai Desa ………. Kecamatan RunganTahun
Pelajaran 2011/2012.......................................
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Lampiran :
1 Pedoman
Wawancara
Lampiran :
2 Kisi-Kisi
Wawancara
Lampiran :
3 Draf
Wawancara
Lampiran
: 4 Foto Dokumentasi Kegiatan Wawancara Ketua Pengelola
Lampiran :
5 Draf
Wawancara
Lampiran : 6 Foto
Dokumentasi Kegiatan Wawancara Dengan
Tutor
Lampiran :
7 Foto
Dokumentasi Alat Peraga Edukatif
Lampiran :
8 Foto
Dokumentasi Pelaksanaan KBM Dengan
Menggunakan Alat Peragga Edukatif
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Prinsip pendidikan anak usia dini selalu berorientasi pada
kebutuhan anak secara individu, karena anak merupakan individu yang unik tentu
saja rangsangan pendidikannya pun harus berbeda. Selanjutnya kegiatan bermain
juga harus menerapkan metode, strategi, sarana dan media belajar yang
merangsang anak untuk melakukan eksplorasi, menemukan dan menggunakan
benda-benda yang ada di sekitarnya. Olehnya itu guru PAUD khususnya kelompok
bermain (KB) hendaknya menyediakan lingkungan yang mendukung proses belajar
lingkungan yang menarik dan menyenangkan bagi anak selama kegiatan bermain.
Rangsangan pendidikan mencakup semua aspek perkembangan anak, saat anak
melakukan sesuatu sesungguhnya dia sedang mengembangkan berbagai aspek
perkembangan kecerdasannya.
Di era pembangunan saat ini tidak dapat dipungkiri bahwa
kesejahteraan, kejayaan masyarakat dan negara bergantung pada sumbangan
kreatif. Sumbangan kreatif yang dimaksud
berupa ide-ide baru,
penemuan-penemuan baru dan teknologi baru dari anggota masyarakatnya (James R. Evans,2010:32). Untuk mencapai
semua itu, perlulah ditingkatkan kualitas sumber daya manusia yang kreatif.
Pentingnya peningkatan kualitas sumber daya manusia sejak dini sebagai
persiapan bagi pembangunan
di masa mendatang
yang tentunya memerlukan penanganan yang cukup serius baik
dari pihak pemerintah maupun masyarakat secara umum.
Pendidikan anak usia dini khususnya Taman Kanak-kanak pada
dasarnya adalah pendidikan yang diselenggarakan dengan tujuan untuk
memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh, atau
menekankan pada pengembangan seluruh aspek kepribadian anak. Sebagaimana dikemukakan
oleh Anderson yang dikutip oleh Masitoh (2003: 2) menyatakan bahwa, “Early childhood education is based on a
number of methodical didactic consideration the aim of which is provide
opportunities for development of children personality”. Artinya, pendidikan
Taman Kanak-kanak memberi kesempatan untuk mengembangkan kepribadian anak, oleh
karena itu pendidikan untuk anak usia dini khususnya di Taman Kanak-kanak perlu
menyediakan berbagai kegiatan yang dapat mengembangkan berbagai aspek
perkembangan anak (Masitoh dkk, 2005:2), mereka butuh permainan sebagai media
pendidikan dalam pembelajaran disekolah.
Dewasa ini Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) turut memberikan
perhatian dalam kaitannya dengan usaha peningkatan sumber daya manusia.
Hadirnya Pendidikan Non Formal sebagai penjabaran dari sistem Pendidikan Nasional
telah mengatur adanya
usaha-usaha untuk menciptakan generasi yang unggul melalui
pengembangan program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).
Berdasarkan UU Sisdiknas Nomor
20 Tahun 2003 (Depdiknas,
2003:8) dijelaskan bahwa PAUD adalah suatu upaya pembinaan yang
ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan
melalui rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan
jasmani dan rohani agar anak memiliki
kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Mengingat pesatnya
perkembangan yang terjadi pada periode awal tersebut, maka para ahli psikologi
perkembangan menyebut masa usia dini sebagai “ the golden age “ (usia
emas). Pada masa
usia dini merupakan
periode terpenting untuk
merangsang pertumbuhan otak anak dengan belajar melalui berbagai alat
permainan.
Menurut Badru Zaman (2007: 63) menyatakan bahwa alat permainan
edukatif berfungsi sebagai alat untuk membantu dan mendukung proses pendidikan
dan kegiatan pembelajaran anak usia dini dalam mengembangkan kemampuan
berhitung anak, pengenalan bilangan dan untuk peningkatan keterampilan anak
dalam berpikir agar lebih baik, menarik, dan dapat mengembangkan seluruh aspek
perkembangan anak. Memberi kesempatan pada anak usia dini untuk memperoleh pengetahuan
baru dan memperkaya pengalamannya dengan berbagai alat permainan serta memberi
kesempatan pada anak usia dini untuk mengenali lingkungan sehingga mengajarkan
pada anak untuk mengetahui kekuatan dirinya. Oleh karena itu salah satu alat
permaian.
Alat Permainan Edukatif merupakan sarana yang penting untuk memicu
perkembangan saraf dan motorik anak. Meski demikian, Alat Permainan Edukatif
tidak selalu identik
dengan permainan canggih
dan mahal. Alat
permainan edukatifpun dapat diciptakan dengan menggunakan bahan limbah
yang biasanya terbuang atau bahan yang mudah didapat. Bahan limbah yang
dimaksud di atas merupakan
barang-barang bekas yang
sudah tidak terpakai
lagi seperti botol, karton, kardus, plastik dan kayu.
Pemanfaatan barang limbah untuk menjadi Alat Permainan Edukatif
bagi Anak PAUD khususnya kelompok
bermain (KB), tentu saja
tidak lepas dari
kreativitas para tutor
dalam mengoptimalkan segala potensi yang dimilikinya. Semakin kreatif
tutor memberi rangsangan belajar melalui barang-barang bekas (limbah) sebagai
Alat Permainan Edukatif pada anak usia PAUD, maka dengan sendirinya anak akan
terangsang untuk tumbuh dan berkembang menjadi sosok manusia yang suka
memanfaatkan kekayaan sumber daya
alam sebagai sumber
belajar utama. Di
samping itu, dengan memanfaatkan
bahan limbah menjadi Alat Permainan Edukatif, anak akan merasakan bahwa
dalam kehidupan sehari-hari
di lingkungan sekitar
mereka terdapat berbagai alat permainan yang bisa memenuhi seluruh aspek
kebahagiaan serta memudahkan anak
untuk melakukan proses
pembelajarannya (Semiawan, 2008:71).
Di sinilah tutor bisa mencermati bahwa mereka mempunyai peran yang
sangat penting dalam
menciptakan generasi bangsa
yang pintar, baik
secara akademis, moral maupun dalam bentuk interaksi dengan alam
sekitar. Ditangan tutor, bisa tercipta
manusia yang kreatif,
pintar, mandiri, percaya
diri, dan bijaksana.
Kreativitas tutor perlu dikembangkan dan ditingkatkan dalam
merancang pembelajaran yang menarik
dan unik serta
menyenangkan bagi anak
PAUD, terutama dalam memenuhi kebutuhan bermain anak, mengantisipasi
kurangnya alat permainan, mengurangi dari segi biaya yang ditimbulkan dan
melakukan terobosan baru dalam mengembangkan Alat Permainan Edukatif yang
murah, mudah dan menarik.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa keberadaan tutor yang kreatif
menggunakan Alat Permainan Edukatif, maka sangat memberi pengaruh terhadap
pendidikan anak serta dapat pula menentukan kualitas dan perkembangan
lembaga pendidikan PAUD yang memiliki
program kelompok bermain (KB). Itulah sebabnya, tutor dituntut untuk selalu
kreatif dan memiliki multikompetensi dalam membelajarkan anak. Tutor harus
mampu menyampaikan sesuatu hal yang bisa diterima dengan baik oleh anak dan
bermanfaat bagi kehidupan mereka. Penggunaan Alat Permainan Edukatif dari
bahan bekas adalah
salah satu alternatif
untuk dapat membangkitkan
gairah belajar anak. Sebab dengan pemanfaatan bahan bekas sebagai Alat
Permainan Edukatif, maka tidak
menimbulkan rasa bosan
dalam setiap memainkannya, karena selalu saja ada alat
permainan yang berbeda dalam melakukan kegiatan di sentra-sentra yang ada di khususnya
kelompok bermain (KB) (Geoffrey Petty, 2009:54).
Selanjutnya, tutor yang
kreatif merupakan sebuah
tuntutan untuk keberlangsungan kegiatan
pembelajaran yang inovatif
dan dalam rangka meningkatkan kualitas
pendidikan secara komprehensif.
Kriteria tutor yang tersebut di antaranya dapat ditunjukkan
dalam sikap; 1) mampu memotivasi anak untuk belajar secara aktif tanpa dibebani
dengan hal-hal yang bersifat hukuman atau
ancaman, 2) mengetahui seluruh
komponen pembelajaran dan
dapat menerapkannya secara profesional, 3) dapat
menyampaikan seluruh materi pelajaran dengan baik serta
meningkatkan kognifitas dan sikap anak,
4) dapat mengembangkan media pembelajaran (Alat Permainan Edukatif) yang
efisien dan realistis, 5) dapat memilih dan menggunakan metode pembelajaran
yang efektif dan kegiatan belajar bersifat aktif, serta 6) dapat memberikan
hasil yang aplikatif bagi anak sebagai peserta ajar. (Geoffrey Petty, 2009:57).
Berdasarkan uraian di
atas, setelah peneliti
komparasikan dengan fenomena yang
terjadi di lapangan bahwa ternyata para tutor di Kelompok Bermain (KB) Gohong
Permai Desa ………. Kecamatan Rungan, belum
optimal dalam melaksanakan
kegiatan pembelajaran terutama
pada saat mengembangkan Alat
Permainan Edukatif. Meskipun diketahui bahwa tutor di bermain (KB) tersebut
telah menggunakan Alat Permainan Edukatif, tetapi peneliti ingin mengatakan
bahwa kreativitas tutor dalam menggunakan Alat Permainan Edukatif perlu
dikembangkan lagi agar motivasi dan prestasi belajar anak dapat meningkat
sesuai yang diharapkan.
Hasil observasi awal menunjukkan bahwa, Alat Permainan Edukatif
(APE) yang selama ini digunakan tutor di Kelompok Bermain (KB) Gohong Permai
Desa ………. Kecamatan Rungan hanya disediakan oleh pihak sekolah dan siap pakai
atau dapat di beli di toko tetapi dengan harga yang cukup mahal, maka perlu
dikembangkan lagi pada Alat Permainan Edukatif (APE) lain yang mudah didapat di
sekitar tempat tinggal anak dan sangat efisien, terutama yang berasal dari
bahan bekas seperti; botol bekas minuman air mineral, kaleng bekas, kardus-kardus
bekas dan lain-lain.
Berdasarkan uraian di atas, maka untuk lebih obyektifnya
pendeskripsian tentang kreativitas tutor pada penelitian ini, peneliti
melakukan kajian lebih lanjut pada
skripsi ini dengan
mengangkat sebuah judul
tentang “Peningkatan Kreativitas
Tutor dalam Mengembangkan Alat Permainan Edukatif di Kelompok Bermain
(KB) Gohong Permai Desa ………. Kecamatan Rungan”.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan pokok yang
hendak dibahas dalam skripsi
ini adalah bagaimana
kreativitas tutor dalam mengembangkan Alat Permainan Edukatif
di Kelompok Bermain (KB) Gohong Permai Desa ………. Kecamatan Rungan? Adapun sub
masalah yang dijadikan fokus pembahasan dalam peneltian ini adalah:
Bagaimana kreativitas tutor
dalam mengembangkan Alat
Permainan Edukatif bahan bekas
di Kelompok Bermain (KB) Gohong
Permai Desa ………. Kecamatan Rungan? Kendala-kendala apa
yang dihadapi tutor
dalam mengembangkan Alat Permainan Edukatif
bahan bekas di Kelompok
Bermain (KB) Gohong Permai Desa ………. Kecamatan Rungan dan bagaimana solusinya?
C.
Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui kreativitas tutor dalam mengembangkan Alat
Permainan Edukatif bahan bekas di Kelompok
Bermain (KB) Gohong Permai Desa ………. Kecamatan Rungan.
2. Untuk mengetahui kendala-kendala yang
dihadapi tutor dalam
mengembangkan Alat Permainan Edukatif bahan bekas di Kelompok Bermain
(KB) Gohong Permai Desa ………. Kecamatan Rungan dan solusinya.
D.
Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian ini
diharapkan dapat menambah
khasanah keilmuwan pendidikan,
khususnya tentang kreativitas tutor dalam mengembangkan Alat Permainan Edukatif
khususnya yang berasal dari bahan bekas.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
pemikiran kepada para tutor
dalam mengatasi kendala-kendala yang
dihadapi terhadap penggunaan alat
permainan edukatif yang
berasal dari bahan bekas.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi para tutor, hasil penelitian ini diharapkan dapat mendorong
kreativitas tutor dalam merancang Alat Permainan Edukatif yang berasal dari
bahan bekas di Kelompok Bermain (KB) Gohong Permai Desa ……….
Kecamatan Rungan.
b. Bagi Anak PAUD, diharapkan hasil penelitian ini dapat meningkatkan motivasi belajar melalui sistem
belajar sambil bermain.
c. Bagi lembaga PAUD, penelitian ini akan memberikan sumbangan yang
berarti bagi Kelompok Bermain (KB)
Gohong Permai Desa ………. Kecamatan Rungan untuk meningkatkan kualitas pendidikan
melalui penggunaan Alat Permainan Edukatif khususnya yang berasal dari bahan
bekas.
d. Bagi pemerintah, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi
rujukan awal untuk meningkatkan kualitas lembaga pendidikan PAUD.
e. Bagi peneliti, hasil penelitian ini akan memberi pengetahuan baru
bagi tutor untuk dapat
meningkatkan kreativitas dan
mengembangkan Alat Permainan
Edukatif di Kelompok Bermain (KB) Gohong Permai Desa ………. Kecamatan Rungan,
serta mampu membagi pengalaman kepada tutor
lain tentang pemanfaataan
bahan limbah untuk
dijadikan Alat Permainan Edukatif
yang berasal dari bahan bekas.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.
Hakikat Kreativitas Tutor
1. Pengertian Kreativitas
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:529), kreativitas berasal
dari kata “kreatif” yang berarti
memiliki daya cipta,
memiliki kemampuan untuk menciptakan, bersifat
(mengandung) daya cipta,
pekerjaan yang menghendaki kecerdasan dan
imajinasi. Menurut Coni
Semiawan (2008:17)
kreativitas itu adalah daya cipta
yang didasari oleh motif atau dorongan dari dalam hati (niat) yang terwujud
pada kemauan untuk
menciptakan sesuatu. Sebagaimana
yang dikatakan Semiawan, bahwa kreativitas itu adalah “kemampuan untuk
mencipta suatu produk yang baru, mungkin saja gabungannya, kombinasi, sedangkan
unsurunsurnya sudah ada sebelumnya.
Berdasarkan pengertian di atas, peneliti memaknai bahwa yang
dimaksud dengan kreativitas yaitu suatu kemampuan untuk membuat
kombinasi-kombinasi baru, atau melihat
kombinasi antar unsur,
data atau hasil
yang sudah ada sebelumnya. Dengan kata lain, kreativitas
menunjukkan pada usaha-usaha untuk meramu berbagai hal dari obyek-obyek yang
ada atau belum ada sebelumnya hingga menjadi sesuatu yang baru. Itulah
sebabnya, kreativitas itu bukan sesuatu yang mandiri atau bukan semata-mata
kelebihan yang dimiliki oleh seseorang, melainkan bagian dari buah hasil usaha.
Di samping itu, ada pula yang melihat bahwa kreativitas itu
bukanlah produk proses inspirasi, melainkan hasil usaha yang gigih dan
peningkatan yang mantap.
Kreativitas itu tidak
memerlukan intelegensi yang
besar, karena kreativitas itu
hanyalah hasil dari
imajinasi yang terfokus,
kerja giat, dan peningkatan yang mantap sebagai hasil
usaha seseorang dalam mewujudkan ideidenya.
Munandar (2008:25) mengatakan, “Kreativitas (berfikir kreatif
atau divergen) adalah
kemampuan berdasarkan data atau informasi yang tersedia, menemukan
banyak hal yang mencerminkan kelancaran, keluwesan (fleksibilitas), dan orsinilitas dalam berfikir,
serta kemampuan mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya,
memperinci) suatu gagasan”.
Dalam definisi operasional
Munandar menambahkan bahwa kreativitas pada
intinya merupakan kemampuan
seseorang untuk melakukan sesuatu yang baru, baik berupa
gagasan maupun karya nyata, baik dalam bentuk ciri-ciri atitude
atau non-atitude, baik
dalam karya baru
maupun kombinasi dengan hal-hal
yang sudah ada, yang kesemuanya itu relatif berbeda dengan apa yang telah ada
sebelumnya.
Dengan demikian, kreativitas adalah kemampuan untuk menemukan
caracara baru bagi pemecahan problema-problema baik yang berkaitan dengan ilmu
pengetahuan, seni sastra
dan seni lainnya,
yang sama sekali
baru bagi yang bersangkutan, meskipun bagi orang lain
hal itu tidak begitu asing lagi. Dengan kata
lain, kreativitas itu
bukanlah sesuatu yang
belum pernah diketahui sebelumnya melainkan bahwa produk
kreativitas itu merupakan sesuatu yang baru bagi orang-orang tertentu atau
dunia pada umumnya termasuk dirinya sendiri.
Lebih lanjut Geoffrey
dalam Wahyudi (2009:78) mengatakan
bahwa kreativitas adalah suatu potensi yang besar dan penting dalam
meningkatkan taraf hidup dan kepercayaan diri terhadap kemampuan yang dimiliki
manusia. Karena itu kreativitas dapat dipandang sebagai suatu ide atau pola
pikir seseorang yang timbul secara spontan dan imajinatif yang memberikan hasil
penemuan baru yakni kemampuan
mendefinisikan kembali, dan
dari hasil berfikir
tersebut memungkinkan terciptanya suatu tindakan dalam mewujudkan ide
dari proses berpikir seseorang.
Jika dikaitkan dengan
aktivitas tutor, maka
kreativitas itu merupakan kemampuan tutor
dalam bertindak atau
menemukan ide-ide untuk
meramu berbagai hal yang
menarik dalam kegiatan
pembelajaran, baik yang
sudah dikatahuinya maupun cara-cara
baru dalam memecahkan
masalah yang sama sekali baru bagi dirinya meskipun orang
lain telah mengetahuinya, agar kehidupan lebih
bermakna bagi dirinya
maupun terhadap anak
disaat mereka mengikuti pembelajaran.
Anak yang kreatif
biasanya lebih agresif
dan selalu responsif
untuk mengetahui hal-hal yang baru dan belum dikatahuinya. Ia memiliki
rasa ingin tahu dan mencari terobosan-terobosan pemecahan
segala ketidaktahuan itu, memprediksi cara-cara penyembuhannya
dan sekaligus menciptakan hal-hal baru yang belum terjamah oleh temannya lain
yang semisal. Keluasan wawasan bagi anak
yang kreatif dan inovatif tidak hanya pada saat berada di sekolah dalam
mengikuti proses pembelajaran, akan tetapi lebih bersifat global.
2. Jenis-Jenis Kreativitas
Menurut Munandar (2008:26),
pada dasarnya kreativitas itu
dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
a. Aptitude
Kreativitas jenis aptitude memiliki kedekatan dengan kognisi dan
proses berpikir. Berpikir kreatif
adalah sutu proses
kreativitas, oleh karena
dalam berpikir berarti memberdayakan kognisi untuk menemukan sesuatu
yang baru atau yang asing baginya untuk diketahui.
Sebagai pemikiran yang kreatif maka kreativitas jenis aptitude ini
tidak lain adalah gagasan-gagasan atau ide-ide untuk menemukan hal baru atau
cara baru dalam memecahkan suatu permasalahan
yang muncul sebagai hasil dari berpikir kreatif. Atau dengan kata
lain, beruasaha menghasilkan sesuatu yang baru melalui penggabungan
baru dari unsur-unsur
yang telah ada
dalam pikiran seseorang melalui
sebuah proses, yaitu proses berpikir.
b. Non aptitude
Kreativitas jenis non aptitude lebih banyak berhubungan dengan
sikap dan perasaan, di samping kemampuan kognitif. Oleh karena itu, kreativitas
jenis ini dikenal dengan kreativitas yang bersifat afektif atau tindakan.
Munandar dalam Hawardi (2008:27) menegaskan, produktivitas kreativitas adalah
kreatif bertindak yang memiliki variabel
majemuk, di samping
memiliki ciri-ciri seperti
kepercayaan diri, keuletan,
apresiasi estetik, kemandirian,
serta mampu menciptakan sesuatu
yang bernilai.
Orang yang memiliki
pemikiran kreatif belum
tentu mampu bertindak kreatif. Gagasan-gagasan buah dari
pemikiran kreatif hanya akan tetap sebagai gagasan, jika tidak menghasilkan pekerjaan yang bernilai atau bila seseorang hanya memiliki
pemikiran kreatif tanpa dibarengi oleh
kemampuan bertindak kreatif
Bertindak kreatif sangat diwarnai oleh perasaan dan motivasi.
Sejauh mana seseorang mampu menghasilkan prestasi kreatif ikut pula ditentukan
oleh non aptitide (kepercayaan diri, keuletan, apresiasi estetik, kemandirian).
Olehnya itu, jenis kreativitas ini sangat sulit dimiliki, namun bukan berarti
bertindak kreatif tidak dapat dimiliki oleh setiap orang.
Di samping itu, Nursinto (2009:132) mengemukakan empat prinsip
dasar sinektik yang menentang pandangan lama tentang kreativitas, yaitu: (1) Kreativitas merupakan sesuatu yang
penting dalam kehidupan sehari-hari. Sebab
hampir semua manusia
berhubungan dengan kreativitas,
yang dikembangkan melalui seni
atau penemuan-penemuan baru.
Kreativitas merupakan bagian dari
kehidupan kita sehari-hari
dan berlangsung sepanjang hayat.
Kreativitas dirancang untuk
meningkatkan kapasitas pemecahan
masalah, ekspresi kreatif, empati, dan hubungan sosial. Ia juga menekankan bahwa
ide-ide yang bermakna
dapat ditingkatkan melalui aktivitas kreatif untuk memperkaya
pemikiran, (2) Proses kreatif bukanlah sesuatu
yang misterius. Secara tradisional, kreativitas dipandang
sebagai sesuatu yang misterius, bawaan sejak lahir, yang bisa hilang setiap
saat, (3) kreativitas ditandai
dengan beberapa proses
intelektual dan seni, (4) kreativitas adalah pengalaman
pribadi.
Berdasarkan urain tentang jenis-jenis kreativitas yang telah
dikemukakan oleh para ahli
sebagaimana yang disebutkan
sebelumnya, maka peneliti berkesimpulan bahwa dalam
pelaksanaan proses pembelajaran, kreativitas tutor sangat diperlukan sebagai
upaya menjembatani terjadinya peningkatan prestasi belajar anak serta
ketercapaian tujuan pembelajaran secara maksimal.
3. Pengertian Tutor
Sebagaimana yang dijelaskan
sebelumnya bahwa kreativitas
adalah kemampuan untuk mewujudkan sesuatu yang baru. Atau suatu
kemampuan untuk bisa menemukan banyak
hal dan mencerminkan kelancaran,
keluwesan (fleksibilitas),
dan orsinilitas dalam
berfikir, serta mampu
mengelaborasikan, mengembangkan,
memperkaya, dan memperinci
suatu ide atau
gagasan. Sedangkan tutor adalah
petugas lapangan dalam
pendidikan yang selalu berhubungan secara
langsung dengan anak
sebagai obyek pokok
dalam pendidikan.
Menurut Sanjaya (2006:24)
tutor adalah seseorang yang bertugas untuk mengajar, sekaligus mendidik anak
yang berada dalam pendidikan non formal. Menurut Mulyasa (2007:67) tutor adalah orang yang pernah memberikan suatu
ilmu atau kepandaian tertentu kepada seseorang atau sekelompok orang. Atau
dengan kata lain tutor adalah tenaga pengajar yang diserahi tanggung jawab
untuk membimbing, mengarahkan, mendidik, dan melatih anak agar supaya mempunyai
sifat dan tabiat sesuai dengan cita-cita pendidikan.
Dengan demikian, jika dikaitkan dengan eksistensi kinerja tutor,
maka kreativitas tutor dapat diberikan pengertian sebagai segenap kompetensi yang dimiliki oleh para tutor dalam
menemukan, dan mengembangkan suatu karya atau gagasan yang
bersifat pedagogik untuk
dilakukan pada proses
kegiatan pembelajaran.
Menjadi tutor kreatif tidaklah terbentuk secara tiba-tiba,
melainkan lahir dari proses pergumulan
dengan ruang dan
waktu seiring pengalaman
yang dilaluinya. Tutor yang kreatif artinya tutor yang memiliki daya
cipta, misalnya dalam menyiapkan metode, perangkat, media/alat permainan dan
muatan materi pembelajaran. Dari kreativitas
tutor tersebut, akan
menular pada anak
secara jangka pendek maupun
panjang. Karena anak
disadari atau tidak
cenderung belajar dari aktivitas dan kreativitas tutornya dalam proses
pembelajaran.
Membangun kreativitas tutor
membutuhkan proses, kreativitas
tidaklah lahir tiba-tiba, ada proses yang mengawalinya seperti:
Pertama, belajar dari
pengalaman mengajar, baik
diperoleh dari pengalaman
sendiri maupun dari pengalaman tutor lain. Tutor dapat belajar dan
merefleksikan perjalanan proses
belajar mengajarnya ke
dalam praktik pembelajaran
bersama anak. Kedua, rasa cinta dan kasih sayang yang mendalam terhadap
anak-anak agar anak menjadi manusia ideal di masa yang akan datang. Cinta
adalah energi kehidupan. Cinta merupakan sumber pemicu yang kuat atas lahirnya
kreativitas. Jika ada cinta dan kasih sayang, maka rasa dan jiwa tutor terlibat
dalam proses pengajaran dan pendidikannya sehingga totalitas kinerja tutor
lahir. Perasaan anak dapat
menangkap cinta kasih
tutornya sehingga terjalin
hubungan psikologis antara anak
dan tutor. Ketiga, adanya tanggung
jawab yang mendalam
terhadap tugasnya. Keempat, tutor
giat belajar untuk meningkatkan kualitas pengetahuan, kepribadian dan
keterampilannya yang berhubungan dengan tugas dan tanggung jawabnya sebagai
tutor. Keberhasilan anak untuk belajar secara efektif tidak lepas dari peran
tutor dalam melakukan pendekatan dan pengontrolan terhadap anak dalam kelas,
melakukan interaksi yang
baik dan harus
kreatif dalam menciptakan
suasana pengajaran yang menyenangkan sehingga anak lebih efektif dalam
belajar dan lebih maksimal.
Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa pada dasarnya
tutor yang kreatif tidak pernah merasa puasa dengan apa yang ada pada
dirinya.dia terus belajar dan berusaha menciptakan sesuatu yang bisa bermanfaat
untuk orang lain. Baginya menemukan sesuatu yang baru dalam pembelajaran adalah
sesuatu hal yang harus dicari dan kemudian dibagikan kepada teman-teman (tutor)
yang lain.
Berkaitan dengan alat permainan edukatif dari limbah, maka tutor
yang kreatif adalah tutor
yang selalu memiliki
kemampuan untuk mendesain
dsn mrngrmbsngksn berbagai macam
alat permainan edukatif
dari limbah, serta terampil memotivasi anak untuk belajar
melalui permaian yang didesain tersebut.
B.
Hakikat Alat Permainan Edukatif
1. Pengertian Alat Permainan Edukatif
Alat permainan adalah semua alat yang digunakan anak untuk
memenuhi kebutuhan naluri bermainnya (Depdiknas, 2004:69). Alat permainan untuk
anak dalam pengadaannya selain dapat dibeli di toko mainan, juga dapat digali
dan dikumpulkan dari sekeliling kita.
Alat permainan yang dimaksud misalnya bola sepak, mobil-mobilan, kapal-kapalan, pistol-
pistolan, boneka, dan alat tiruan lainyang kesemuanya terbuat dari
barang bekas atau limba plastik dan kertas. Dalam perkembangannya, istilah alat
permainan ini seringkali dilengkapi dengan menggunakan istilah yang lain
yaitu Alat Permainan Edukatif
yang disingkat APE.
Robert A. Baron, (2006:4), mengemukakan
bahwa Alat Permainan Edukatif (APE) adalah alat permainan yang sengaja
dirancang secara khusus untuk
kepentingan pendidikan. Pengertian
alat permainan edukatif
tersebut menunjukkan bahwa pada pengembangan dan pemanfaatannya tidak
semua alat permainan yang digunakan anak di PAUD itu dirancang secara khusus
untuk mengembangkan aspek-aspek perkembangan anak. Sebagai contoh bola sepak
yang dibuat dari
plastik yang dibeli
langsung dari toko
mainan. Dalam hal ukurannya seringkali susah untuk dipegang
secara nyaman oleh anak, jika mau saling melempar dengan teman-temannya akan
terasa sakit di telapak tangan. Warnanya pun sering kali menggunakan satu warna
saja sehingga tidak menarik bagi anak karena anak biasanya menyenangi benda-
benda yang berwarna-warni.
Direktorat PAUD, Depdiknas
(2003:7) mendefinisikan alat
permainan edukatif sebagai segala
sesuatu yang dapat
digunakan sebagai sarana
atau peralatan untuk bermain
yang mengandung nilai edukatif (pendidikan) dan dapat
mengembangkan seluruh kemampuan anak.
Apabila kita menelaah
pengertian tersebut, tampak
rumusannya tidak terlalu jauh berbeda dengan pengertian sebelumnya.
Kedua pengertian tersebut menggarisbawahi bahwa perbedaan antara
alat permainan yang
biasa dengan alat permainan
edukatif adalah bahwa pada alat permainan edukatif terdapat
unsur perencanaan pembuatan
secara mendalam dengan
mempertimbangkan karakterisitk
anak dan mengaitkannya
pada pengembangan berbagai aspek perkembangan anak. Sedangkan
alat permainan biasa dibuat dengan tujuan yang berbeda, mungkin
saja hanya dalam
rangka memenuhi kepentingan
bisnis semat tanpa adanya kajian secara mendalam tentang aspek-aspek
perkembangan anak apa saja yang dapat dikembangkan melalui alat permainan
tersebut.
Untuk dapat melihat
dan memahami secara
lebih mendalam mengenai apakah suatu alat permainan dapat
dikategorikan sebagai alat permainan edukatif untuk anak PAUD atau tidak,
berikut ini ciri-ciri alat permainan edukatif yang dikemukakan oleh Natawijaya
(2006:47): alat permainan tersebut ditujukan untuk anak PAUD difungsikan untuk
mengembangkan berbagai perkembangan anak PAUD - dapat digunakan
dengan berbagai cara,
bentuk, dan untuk
bermacam tujuan aspek
pengembangan atau bermanfaat multiguna
Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa, untuk membuat
alat permainan edukatif yang akan
digunakan pada anak PAUD hendaknya untuk memperjelas materi
pelajaran materi pelajaran
yang akan diajarkan,
bersifat realistis dan aplikatif atau dapat digunakan olek anak itu
sendiri serta bermanfaat bagi
perkembangan taraf berfikir
dan keterampilan hidupnya.
Hal ini
sesuai dengan tujuan Alat Permainan Edukatif bagi anak PAUD yang dikemukakan
oleh Depdiknas (2003:79) adalah; memperjelas
materi yang diberikan, memberikan motivasi
atau rangsangan kepada
anak untuk belajar,
dan memberikan kesenangan kepada anak untuk bermain. Berikut ini akan
diuraikan ketiga tujuan tersebut:
a. Memperjelas materi yang
diberikan. Pemanfaatan alat
permainan edukatif dalam kegiatan
belajar anak diharapkan
dapat memperjelas materi
yang disampaikan oleh tutor dan dapat menirukan ucapan
tutor tentang berbagai warna atau jenis benda. Di samping
itu, anak juga akan mampu menguasai kelebihan lainnya seperti membandingkan
berbagai warna dan benda yang satu dengan yang lainnya. Sebagai contoh apabila
tutor ingin menjelaskan konsep warna-warna
dasar seperti merah,
biru, hitam, putih,
kuning dan lain sebagainya jika penyampaian kepada anak
hanya secara lisan atau diceritakan, anak hanya sebatas mampu menirukan ucapan
tutor tentang berbagai warna tanpa tahu secara nyata bagaimana yang dimaksud
warna merah, kuning dan lain sebagainya. Akan sangat berbeda jika tutor
memanfaatkan alat permainan edukatif misalnya dengan menggunakan Lotto
Warna. Dengan memanfaatkan alat permainan
tersebut anak dapat
secara langsung melihat,
mengamati, membandingkan, memasangkan, dan mengenali berbagai warna.
Dengan demikian kita
dapat menyimpulkan bahwa
dengan memanfaatkan alat permainan edukatif selain
anak menguasai kemampuan menirukan ucapan
tutor tentang berbagai
warna, anak juga
mampu menguasai kemampuan yang
lainnya seperti kemampuan
membandingkan berbagai warna karena
warna yang satu
dengan yang lain
berbeda dan kemampuan-kemampuan
yang lainnya
b. Memberikan motivasi dan
merangsang anak untuk
bereksplorasi dan
bereksperimen dalam mengembangkan
berbagai aspek perkembangannya. Motivasi dan minat anak
untuk bereksplorasi dan bereksperimen merupakan faktor penting
yang menunjang keberhasilan
belajar anak. Oleh
karena itu harus dilakukan berbagai
upaya sehingga motivasi
dan minat anak
bisa tumbuh dengan baik.
Salah satu upaya
yang dapat dilakukan
untuk memenuhi hal tersebut adalah
dengan memanfaatkan alat
permainan edukatif. Alat permainan edukatif berupa balok merupakan
alat permainan yang
sangat potensial untuk meningkatkan motivasi dan minat anak untuk
bereksperimen. Anak PAUD
pada umumnya menyukai
alat permaian ini. Dengan bermain
balok anak dapat membentuk bangunan tertentu sesuai dengan
imajinasinya, anak mencoba/bereksperimen untuk menyusun benda tertentu misalnya bangunan rumah dengan memilih berbagai bentuk balok yang ada, anak
menemukan sendiri konsep bahwa jika menyusun benda yang tinggi dengan fondasi
yang kecil dan kurang kokoh akan menyebabkan bangunan yang telah disusunnya
runtuh berantakan. Alat permainan seperti itu akan menumbuhkan kegairahan
belajar anak sehingga berbagai potensi anak berkembangan dengan baik. Memberikan kesenangan pada anak dalam bermain. Apabila kita
mengamati anak-anak PAUD yang
sedang memainkan alat
permainan tertentu dan mereka sangat tertarik untuk
memainkannya, mereka tampak sangat serius dan terkadang susah untuk diganggu
dan dialihkan perhatiannya pada benda atau kegiatan yang lain. Kondisi tersebut
terjadi karena anak-anak merasa senang dan nyaman dengan alat permainan yang
mereka gunakan. Alat permainan yang dirancang secara khusus dan dibuat dengan
baik akan menumbuhkan perasaan senang
anak dalam melakukan aktivitas belajarnya. Jika anak sudah merasa senang dengan
kegiatannya, maka belajar tidak lagi dianggap sebagai beban yang ditimpakan
tutor di pundaknya. Anak mengartikan belajar dengan baik bahwa belajar ternyata
tidak selalu dikesankan sebagai kegiatan
yang membosankan bahkan menyebalkan tapi justeru bermakna dan
menyenangkan.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dipahami bahwa Alat
permainan edukatif adalah suatu alat
permainan yang khusus digunakan dalam pendidikan anak antara lain untuk merangsang berbagai
kemampuan anak balita dalam hal gerakan kasar dan halus (otot tubuh, anggota
badan, jari jemari) berbicara dan mengadakan hubungan dengan orang lain,
kecerdasan, menolong diri sendiri dan bergaul.
2. Fungsi Alat Permainan Edukatif
Alat-alat permainan yang dikembangkan memiliki berbagai fungsi
dalam mendukung penyelenggaraan proses
belajar anak sehingga
kegiatan dapat berlangsung dengan
baik dan bermakna serta menyenangkan bagi anak. Menurut Heininch (dalam
Natawijaya, 2006:96) fungsi Alat Permainan Edukatif tersebut adalah:
a. Menciptakan
situasi bermain (belajar) yang
menyenangkan bagi anak
dalam proses pemberian
perangsangan indikator kemampuan
anak. Sebagaimana yang telah dikemukakan
sebelumnya bahwa kegiatan
bermain itu ada yang
menggunakan alat, ada
pula yang tidak
menggunakan alat. Khusus dalam
permainan yang menggunakan alat, dengan penggunaan alat-alat permainan tersebut
anak-anak tampak sangat
menikmati kegiatan belajar karena banyak hal yang mereka peroleh
melalui kegiatan belajar tersebut.
b. Menumbuhkan rasa percaya diri dan membentuk
citra diri anak yang positif. Dalam
suasana yang menyenangkan,
anak akan mencoba
melakukan berbagai kegiatan yang
disukainya dengan cara
menggali dan menemukan sesuai yang
ingin diketahuinya. Kondisi
tersebut sangat mendukung anak dalam
mengembangkan rasa percaya diri
dalam melakukan kegiatan.
Alat permainan edukatif memiliki fungsi
yang sangat strategis
sebagai bagian yang tidak
terpisahkan dari kegiatan
anak dalam melakukan kegiatankegiatannya sehingga rasa
percaya diri dan citra diri berkembang secara wajar. Pada kegiatan
anak memainkan suatu
alat permainan dengan
tingkat kesulitan tertentu misalnya menyusun
balok-balok menjadi suatu
bentuk bangunan tertentu, pada
saat tersebut ada suatu proses yang dilalui anak sehingga anak mengalami suatu kepuasaan
setelah melampaui suatu
tahap kesulitan tertentu yang
terdapat dalam alat
permainan tersebut. Prosesproses
seperti itu akan
dapat mengembangkan rasa
percaya secara wajar dimana anak merasakan bahwa tiada suatu kesulitan
yang tidak ditemukan penyelesaiannya.
c. Memberikan stimulus dalam
pembentukan perilaku dan
pengembangan kemampuan dasar. Pembentukan perilaku
melalui pembiasaan dan pengembangan kemampuan
dasar merupakan fokus pengembangan pada anak usia dini. Alat permainan
edukatif dirancang dan dikembangkan untuk memfasilitasi kedua
aspek pengembangan tersebut.
Sebagai contoh pengembangan alat
permainan dalam bentuk
boneka tangan akan dapat mengembangan kemampuan
berbahasa anak karena
ada dialog dari tokoh-tokoh yang
diperankan boneka tersebut,
anak memperoleh pengetahuan tentang
berbagai hal yang disampaikan melalui
tokoh-tokoh boneka tersebut, dan pada saat yang sama anak-anak
memperoleh pelajaran berharga mengenai karakteristik dan sifat yang dimiliki
oleh para tokok yang disimbolkan oleh boneka-boneka tersebut.
d. Memberikan kesempatan anak
bersosialisasi,
berkomunikasi dengan teman sebaya. Alat permainan edukatif
berfungsi memfasilitasi anak-anak mengembangkan hubungan yang
harmonis dan komunikatif
dengan lingkungan di
sekitar misalnya dengan teman-
temannya. Ada alat-alat
permainan yang dapat digunakan bersama-sama antara satu anak
dengan anak yang lain misalnya anak-anak menggunakan botol suara secara
bersama-sama dengan suara yang berbeda sehingga dihasilkan suatu irama yang
merdu hasil karya anak- anak. Untuk menghasilkan suatu irama yang merdu dengan
perbedaan botol-botol suara tersebut
perlu kerjasama, komunikasi
dan harmonisasi antar
anak sehingga dihasilkan suara yang merdu.
Agar Alat Permainan
Edukatif dapat berfungsi sebagaimana di atas, maka sebaiknya alat
permainan tersebut dibuat
berdasarkan syarat-syarat sebagai berikut; (1) Aman; alat permainan harus sesuai dengan
taraf perkembangan anak, (2) Alat permainan yang baik harus awet dan tidak mudah rusak, (3) Mudah diganti bila
rusak, (4) Ukurannya harus tepat sesuai
dengan kebutuhan anak, (5) Harus menarik, baik dalam bentuknya maupun warnanya,
(6) Mudah dicontoh, (7) Ukuran dan berat alat permainan sesuai dengan ukuran
anak, (8) Harus dapat berfungsi mengembangkan berbagai aspek perkembangan, (9)
Harus mudah diterima oleh semua budaya. (Munandar, 2008:79)
Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa Alat Permainan
Edukatif merupakan sebuah
tuntutan yang harus
dioptimalkan dengan tetap mempertimbangkan segi
kemudahan memperolehnya, kreativitas
tutor menggunakannya,
manfaat terhadap kegiatan
pembelajaran anak serta
aspek negatif yang dapt ditimbulkannya.
3. Jenis-jenis Alat Permainan Edukatif pada Anak PAUD
Dewasa ini terdapat beraneka ragam jenis alat permainan edukatif
yang telah dikembangkan untuk anak usia dini. Pada umumnya jenis alat permainan
edukatif untuk anak usia dini dirancang dan dikembangkan berakar pada jenis
permainan yang telah dikembangkan lebih dulu oleh para pakar pendidikan anak
dari negara maju, walaupun ada juga beberapa jenis alat permainan edukatif yang
dirancang dan dibuat oleh tutor sendiri disesuaikan dengan kebutuhan dan
kondisi lingkungan setempat.
Jenis-jenis alat permainan edukatif untuk
anak usia dini
yang telah dikembangkan ini
diilhami oleh alat- alat permainan yang diciptakan oleh para ahli pendidikan
anak seperti Maria Montessori, George Cuisenaire, Peabody dan Frobel. Alat-alat
permainan edukatif tersebut banyak ditemukan pada lembaga-lembaga PAUD di
Indonesia. (Rahman, 2010:17)
1 x 1 x1 cm dengan warna kayu asli
2 x 1 x1 cm berwarna merah
3 x 1 x 1 cm berwarna hijau muda
4 x 1 x 1 cm berwarna merah muda
5 x 1 x 1 cm berwarna kuning
6 x 1 x 1 cm berwarna hijau tua
7 x 1 x1 cm berwarna hitam
8 x 1 x 1 cm berwarna coklat
9 x 1 x 1 cm berwarna biru tua
10 x 1 x 1 cm berwarna jingga
Balok Cuisenaire ini juga dikembangkan sebagai salah satu jenis
alat permainan edukatif untuk anak usia dini walaupun ukuran dan warna telah
dimodifikasi sedemikian rupa. Sebenarnya masih banyak jenis-jenis alat permainan edukatif untuk anak usia dini yang ada. Bahkan keragaman alat permainan edukatif ini dikelompokkan berdasarkan sudut pandang dan cara masing-masing. Apakah dari segi kegunaannya atau aspek perkembangan yang dipantau maupun dampak pemakaian dan berdasarkan penempatannya.
dimodifikasi sedemikian rupa. Sebenarnya masih banyak jenis-jenis alat permainan edukatif untuk anak usia dini yang ada. Bahkan keragaman alat permainan edukatif ini dikelompokkan berdasarkan sudut pandang dan cara masing-masing. Apakah dari segi kegunaannya atau aspek perkembangan yang dipantau maupun dampak pemakaian dan berdasarkan penempatannya.
Selain tersebut di atas, jenis-jenis Alat Permainan Edukatif yang
banyak digunakan dalam pendidikan anak PAUD adalah: warna dan suara, boneka
kain,Selain tersebut di atas, jenis-jenis Alat Permainan Edukatif yang banyak
digunakan dalam pendidikan anak PAUD adalah: warna dan suara, boneka kain, kotak bentuk, permainan beroda, lotto warna,
menara gelang, tanah liat/lilin lunak, tangga slinder, papan pasak dan kantong
biji. Adapun manfaat masing-masing jenis
Alat Permainan Edukatif
sebagaimana yang dikatakan
oleh Natawijaya (2006:103) dapat
dilihat pada tampilan tabel berikut ini :
Tabel 2.1
Jenis
Permainan Pembelajaran dan Manfaatnya
No
|
Jenis
Alat Permainan
Edukatif |
Manfaat /
Kemampuan yang Dapat Dikembangkan |
1
|
Warna dan Suara
|
Kecerdasan, Gerakan kasar,
gerakan halus dan emosi
|
2
|
Boneka Kain
|
Kecerdasan, Bahasa,
Mengerti pembicaraanpembicaraan orang lain dan bergaul
|
3
|
Kotak Bentuk
|
Kecerdasan dan gerakan
halus
|
4
|
Permainan beroda
|
Gerakan Kasar, bergaul dan
kecerdasan
|
5
|
Lotto Warna
|
Kecerdasan, gerakan halus,
Bahasa, bergaul, dan mengerti pembicaraan orang lain
|
6
|
Menara Gelang
|
Kecerdasan dan gerakan
halus
|
7
|
Tanah Liat
|
Bahasa, Mengerti
pembicaraan orang dan kecerdasan
|
8
|
Tangga Slinder
|
Bergaul, menolong diri
sendiri, kecerdasan dankreativitas
|
9
|
Papan Pasak lain
|
Kecerdasan, Bahasa,
Mengerti Pembicaraan orang
|
10
|
Kantong Biji
|
Gerakan Kasar, Bahasa,
bergaul mengerti pembicaraan orang lain
|
Alat Permainan Edukatif tersebut pada dasarnya masih bersifat
umum.
Dalam prakteknya setiap kelompok usia PAUD memiliki jenis Alat Permainan Edukatif yang disesuaikan pada segi manfaatnya dan hal apa yang ingin dikembangkan.
Dalam prakteknya setiap kelompok usia PAUD memiliki jenis Alat Permainan Edukatif yang disesuaikan pada segi manfaatnya dan hal apa yang ingin dikembangkan.
Di samping itu, dalam proses pendidikan di Pendidikan Anak Usia
Dini, Alat Permainan Edukatif yang banyak digunakan lebih bersifat alat atau
media untuk memperoleh serangkaian
pengetahuan anak, sehingganya
hal ini harus memenuhi persyaratan atau kriteria
dalam penggunaan dan pengembangannya.
Adapun persyaratan atau prinsip pemilihan Alat Permainan Edukatif
Pendidikan Anak Usia Dini diharapkan mampu mencakup hal-hal sebagai berikut :
a. Alat Permainan Edukatif yang dipersiapkan sesuai dengan tujuan dan
fungsi penggunaan sarana tersebut.
fungsi penggunaan sarana tersebut.
b. Dapat memberi pengertian atau menjelaskan suatu konsep tertentu.
c. Dapat mendorong kreativitas anak, memberi kesempatan kepada anak
bereksperimen, dan bereksplorasi (menemukan sendiri).
bereksperimen, dan bereksplorasi (menemukan sendiri).
d. Alat Permainan Edukatif atau alat bermain harus memenuhi unsur
kebenaran ukuran, ketelitian dan kejelasan.
kebenaran ukuran, ketelitian dan kejelasan.
e. Alat Permainan Edukatif harus aman, tidak membahayakan bagi anak.
f. Alat Permainan Edukatif harus hendaknya menarik, menyenangkan dan
tidak membosankan.
tidak membosankan.
g. Alat Permainan Edukatif hendaknya memenuhi unsur keindahan dalam
bentuk maupun warna/kombinasi warnanya, serta rapih dalam
pembuatannya.
bentuk maupun warna/kombinasi warnanya, serta rapih dalam
pembuatannya.
h. Alat Permainan Edukatif atau alat bermain harus mudah digunakan oleh
tutor maupun anak.
tutor maupun anak.
Dari beberapa kriteria pemilihan Alat Permainan Edukatif tersebut
maka pada dasarnya Alat Permainan Edukatif pendidikan untuk Pendidikan Anak
Usia Dini memiliki spesifikasi khusus karena lebih mengarahkan proses
pembelajaran pada permainan.
4. Pembuatan Alat Permainan Edukatif untuk Anak Usia Dini
Pembuatan alat permainan
edukatif merupakan suatu
kegiatan yang memerlukan bekal
kemampuan yang memadai.
Bekal kemampuan yang dimaksudkan adalah pengetahuan dan keterampilan bagaimana melakukannya sesuai dengan
persyaratan-persyaratan tertentu sehingga alat permainan eduaktif yang dibuat
betul-betul efektif dalam
mengembangkan aspek-aspek
perkembangan anak. Sebelum membuat alat
permainan edukatif, tutor harus
memperhatikan dulu beberapa persyaratan pembuatannya. Persyaratan tersebut
meliputi syarat edukatif, syarat
teknis dan syarat estetika.
Penjabaran mengenai syarat-syarat tersebut adalah sebagai berikut:
a. Syarat Edukatif
Syarat edukatif maksudnya
bahwa pembuatan alat
permainan edukatif harus
disesuaikan dengan program pendidikan yang berlaku sehingga pembuatannya akan
sangat membantu pencapaian tujuan-tujuan
yang terdapat di dalam
program pendidikan yang disusun.
Secara lebih khusus lagi menurut Heininch, (2006:75) syarat edukatif ini
maksudnya bahwa:
b. Syarat Teknis
Persyaratan teknis yang
harus diperhatikan dalam
pembuatan alat permainan edukatif
berkaitan dengan hal-hal
teknis seperti pemilihan
bahan, kualitas bahan, pemilihan warna, kekuatan bahan dalam suhu-suhu
tertentu dan lain sebagainya. Secara
lebih rinci syarat-syarat teknis dalam pembuatan alat
permainan edukatif menurut Heininch, (2006:76) adalah:
1)
Alat permainan edukatif
dirancang sesuai dengan tujuan, fungsi sarana (tidak menimbulkan kesalahan konsep)
contoh dalam membuat balok bangunan, ketepatan bentuk dan ukuran yang akurat
mutlak dipenuhi karena jika ukurannya tidak tepat akan menimbulkan kesalahan
konsep.
2)
Alat permainan edukatif
hendaknya multiguna, walaupun ditujukan untuk tujuan tertentu tidak menutup
kemungkinan digunakan untuk tujuan pengembangan yang lain.
3)
Alat permainan edukatif
dibuat dengan menggunakan bahan yang mudah didapat di lingkungan sekitar, murah
atau dari bahan bekas/sisa.
4)
Aman (tidak mengandung unsur
yang membahayakan anak misalnya tajam, beracun dan lain-lain)
5)
Alat permainan edukatif
hendaknya awet, kuat dan tahan lama (tetap efektif walau cahaya berubah)
6)
mudah dalam pemakaian,
menambah kesenangan anak untuk bereksperimen dan bereksplorasi
7)
dapat digunakan secara
individual, kelompok dan klasikal.
Berdasarkan uraian tersebut
menunjukkan bahwa secara
teknis dalam pembuatan alat permainan edukatif lebih
difokuskan pada; tujuan dan fungsi yang ingn dicapai, mudah untuk
mendapatkannya serta penggunannaya, sangat efesian dari segi pembiayaan, dapat memotivasi anak untuk belajar aktif, serta dapat digunakan langsung oleh anak baik
bersifat individual maupun kelompok belajar.
c. Syarat Estetika
Persyaratan estetika ini
menyangkut unsur keindahan
alat permainan edukatif yang
dibuat. Unsur keindahan/ estetika ini sangat penting diperhatikan karena akan
memotivasi dan menarik perhatian anak untuk menggunakannya. Hal-hal yang lebih
rinci yang berkaitan dengan syarat estetis ini menyangkut hal-hal sebagai
berikut:
1) bentuk yang elastis, ringan (mudah dibawa anak)
2) keserasian ukuran (tidak terlalu besar atau terlalu kecil)
3) warna (kombinasi warna) serasi dan menarik.
Jika tutor telah
memahami berbagai persyaratan
pembuatan alat permainan edukatif,
selanjutnya tutor harus
memahami bagaimana prosedur pembuatan alat permainan edukatif.
Menurut Howard dan Dane (dalam Musfiroh, 2010:158),
prosedur pembuatan alat permainan edukatif itu sendiri dapat dilakukan
dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
1) Tutor mengkaji dan memahami karakteristik anak yang ada di lembaga
PAUD.
Jika tutor akan membuat alat permainan edukatif maka tutor perlu
terlebih dahulu memahami karakteristik anak yang menjadi sasaran pembuatan alat
permainan edukatif yang
dilakukan tutor. Setiap
anak pada hakekatnya mempunyai karakteristik yang
berbeda-beda, maka tutor perlu menentukan secara khas siapa sesungguhnya
anak yang akan kita layani dengan alat
permainan edukatif tersebut.
2) Tutor menelaaah program kegiatan dan tujuan belajar anak.
Langkah selanjutnya yang
harus diperhatikan tutor
dalam pembuatan alat permainan adalah menelaah program kegiatan
dan tujuan belajar anak. Program kegiatan dan tujuan belajar anak yang dimaksud
adalah kurikulum yang digunakan di lembaga PAUD. Di dalam kurikulum
telah secara jelas dan
gamblang disajikan mengenai
rumusan kemampuan atau kompetensi dan penjabarannya berupa
indikator-indikator kemampuan yang harus dicapai atau diperoleh oleh anak.
Rumusan kompetensi dan
indikator-indikator yang terdapat
didalam kurikulum harus ditelaah dan difahami oleh tutor sehingga tutor
memperoleh pemahaman yang utuh mengenai apa saja yang harus dicapai oleh anak
usia dini melalui kegiatan
belajar/ bermainnya. Dengan
pemahaman yang memadai mengenai
isi program kegiatan
dan tujuan belajar anak akan memudahkan tutor dalam membuat alat
permainan eduaktif dan disisi lain alat permainan edukatif yang dibuat menjadi
efektif untuk mengembangkan kemampuan anak.
3) Memilih isi/ tema dan tujuan belajar dari tema tersebut
Langkah berikutnya yang dilakukan tutor dalam pembuatan alat
permainan edukatif adalah memilih tema dan yang terdapat di dalam kurikulum
PAUD atau tema yang dirancang sendiri. Tema adalah alat yang digunakan untuk
mencapai berbagai aspek perkembangan anak. Sebenarnya penentuan tema tersebut
tidak harus selalu terpaku pada tema-tema yang terdapat di dalam kurikulum,
tutor dapat membuat dan mengembangkan tema sendiri.
4) Menginventarisasi alat permainan edukatif yang sudah ada dan
menelaah apakah alat permainan edukatif
tersebut telah sesuai dengan kurikulum atau belum.
Proses ini penting
dilakukan tutor sehingga
tutor dapat mengetahui
alat permainan edukatif apa saja yang sebenarnya sangat penting diadalah
dan dibuat oleh tutor. Seringkali tutor membuat alat permainan edukatif yang
sudah ada dan
sebenarnya tidak diperlukan
lagi sementara yang
belum ada terabaikan.
5) Menentukan jenis alat
permainan edukatif yang
akan dibuat dan dikembangkan
Setelah dilakukan inventarisasi terhadap berbagai alat permainan
edukatif yang telah ada di lembaga PAUD, tutor akan mengetahui secara pasti apa
saja alat permainan edukatif yang dibutuhkan untuk kegiatan belajar anak.
Dalam kenyataannya berdasarkan
daftar kebutuhan yang
dibuat seringkali alat permainan
edukatif yang harus
dibuat sangat banyak jumlahnya dan
semuanya ingin kita
buat. Hal tersebut
tentunya kurang realistis sehingga
harus ditentukan prioritas
pembuatan alat permainan edukatif yang benar- benar penting
atau krusial untuk dipenuhi.
6) Membuat rancangan untuk pembuatan alat permainan
Jika alat permainan
edukatif yang akan
dibuat telah ditentukan
maka selanjutnya tutor membuat rancangan atau desain alat permainan
tersebut untuk memudahkan dalam pembuatannya. Dalam rancangan pembuatan alat
permainan edukatif tersebut biasanya
dikemukakan aspek perkembangan anak yang dapat dikembangkan
melalui alat permainan edukatif tersebut, Alat
dan bahan pembuatan
yang dibutuhkan, teknik
pembuatan dan bagaimana cara
menggunakannya.
7) Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
Pada tahap berikutnya
berdasarkan rancangan yang
telah ada, tutor mempersiapkan alat dan bahan-bahan
yang diperlukan sehingga pada saat
proses pembuatan tidak mengahadapi kendala dan dapat dilakukan sesuai
rencana. Ketersediaan alat
dan bahan ini
akan sangat menunjang pembuatan alat permainan edukatif
yang dibutuhkan oleh lembaga PAUD.
8) Membuat alat permainan sesuai dengan rencana atau sesuai dengan
kondisi alat dan bahan yang ada.
Pada tahap ini
apa yang telah
menjadi rencana dilaksanakan
dengan mengikuti prosedur pembuatan yang telah ditentukan. Pada tahap
ini ide dan rencana dilaksanakan dengan
memanfaatkan alat dan
bahan yang telah dipilih. Kejelian dan kreativitas tutor
akan sangat mendukung dihasilkannya
alat permainan yang
benar-benar sesuai dengan
kebutuhan lembaga PAUD.
9) Memeriksa hasil pembuatan alat permainan, apakah sesuai atau benar
telah menghasilkan alat permainan edukatif.
Setelah tutor membuat
alat permainan edukatif
tertentu, tutor masih perlu
mengecek apakah alat permainan edukatif yang dibuat telah sesuai dengan
alat permainan edukatif yang diharapkan dalam arti telah memenuhi syarat
edukatif, teknis dan estetis. Hal tersebut perlu diperhatikan sebab tidak
jarang tutor yang
membuat alat permainan
edukatif, setelah ditelaah belum
menghasilkan alat permainan edukatif yang sesuai dengan persyaratan yang ada
(standar).
5. Peranan Alat Permainan Edukatif (APE) dalam Pendidikan Anak
Usia Dini
Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa anak dalam pertumbuhannya
tidak lepas dari dunianya yaitu bermain. Menurut para ahli bahwa salah satu
faktor yang menentukan
keberhasilan mengupayakan agar
anak cerdas dan terampil
ialah apabila anak
memperoleh pengalaman sendiri
melalui bermain dengan
mempergunakan alat permainan.
Biga Cs (dalam Michael J. Marquardt, 2006: 49) mengemukakan
beberapa kegunaan bermain bagi anak berikut ini ;
a. Permainan adalah salah satu dari pada alat-alat terpenting untuk
membawa anak ke dalam persekutuan hidup.
b. Dalam permainan anak belajar mengenal kekuatan-kekuatannya
c. Dalam permainan, anak mendapat lapangan di mana mungkin dinyatakan
fantasi, bakat dan kecenderungannya yang dilahirkan.
d. Dalam permainan anak mengalami berbagai emosi.
e. Permainan memberikan kepuasan,
kesenangan dan kebahagiaan
dalam dunia anak.
f. Permainan sosial mewajibkan
anak taat pada
peraturan-peraturan permainan, bertindak jujur dan berusaha bermain
positif.
Teori di atas memberikan
gambaran akan arti pentingnya bermain bagi anak sekaligus menekankan bagaimana
tanggung jawab tutor di sekolah untuk memilih dan menentukan alat permainan
yang baik dan memiliki nilai pendidikan bagi anak. Nilai pendidikan ini diharapkan dapat tertanam
pada diri anak yang nantinya dapat dipraktekkan dalam kehidupannya kelak.
Bermain dengan mempergunakan
alat atau media
dapat menyebabkan anak percaya
diri atau dengan kata lain bermain bersama dengan berbagai macam bentuk permainan
membantu anak-anak menjadi
berkemampuan dalam memanipulasi objek-objek dan mempelajari
peran-peran orang dewasa atau pertama kali anak-anak akan tumbuh menjadi
kooperatif menghadapi tugas-tugas yang serius dan kompleks (Baron, 2006: 75).
Bermain bagi anak pada
dasarnya merupakan sumber
belajar, pengembangan kreativitas dan sumber latihan fisiknya. Bermain
bagi anak dapat memberikan manfaat di antaranya:
a. Permainan seperti menendang, melompat, lari, loncat dan lain
sebagainya akan menguatkan dan menterampilkan anggota badan anak.
b. Bermain merupakan sumber
belajar anak melalui
kegiatan bermainnya
c. yang akan memberikan
kesempatan bagi anak
untuk belajar tentang pengertian baru tentang sesuatu.
d. Bermain mendorong anak untuk menjadi kreatif. Sifat ingin tahu
anak akan mendorong ia untuk mencoba-coba sesuatu yang baru.
e. Bermain membantu mengembangkan kepribadian yang baik, yaitu antara
bertanggung jawab, mematuhi peraturan, bekerja sama dan sebagainya. Masih banyak
lagi manfaat bermain
bagi anak yang
pada prinsipnya merupakan
perwujudan dari proses belajarnya. Dengan bermain diharapkan anak dapat
menemukan pengalaman sekaligus pengetahuan baru.
Sebagai contoh dapat disajikan adalah, bermain yang dicontohkan
oleh orang dewasa seperti
ayah maupun ibu
akan membimbing anak
bagaimana memiliki sikap, karakter
orang dewasa yang
sehari-harinya dilihat dalam lingkungan keluarganya.
Selain memberikan rasa
kesenangan pada diri
anak, kegiatan tersebut dapat memberikan pembelajaran hidup kedewasaan
pada anak.
C.
Manfaat Alat Permainan Edukatif (APE) dalam Pembelajaran
Alat Permainan Edukatif
sebagai salah satu
sumber belajar PAUD mengandung makna
bahwa alat permainan
tersebut dirancang, dibuat,
dan dimanfaatkan untuk memberikan
kemudahan kepada anak
dalam kegiatan bermain sambil belajar.
Di samping itu, Alat Permainan Edukatif merupakan alat informasi, memberi
kesenangan maupun mengembangkan imajinasi pada anak. Pemahaman mengenai
konsep bermain sudah
barang tentu akan
berdampak positif pada cara tutor dalam membantu proses belajar anak.
Pengamatan yang dilakukan oleh tutor ketika anak bermain secara aktif maupun
pasif, akan banyak membantu memahami jalan pikiran anak dan akan meningkatkan
keterampilan berkomunikasi (Robert Heininch, 2006:36).
Melalui penggunaan Alat Permainan Edukatif bagi anak PAUD, maka
sendirinya akan mendorong
kreativitas tutor untuk
selalu proaktif dalam merancang, membuat,
memanfaatkan, memelihara, dan
menilai sendiri alat permainan yang akan digunakan. Sebab
semakin baik dan kreatif tutor dalam membuat alat permainan edukatif yang
digunakan, maka akan semakin baik pula hasil
yang akan ditelorkan
oleh anak sebagai
peserta didik dan
subjek pembelajaran.
Selanjutnya, tutor sebagai ujung tombak dalam pembelajaran di PAUD
hendaknya memiliki pemahaman yang memadai dan menyeluruh mengenai alat
permainan dan pengembangannya yang digunakan, karena alat permainan ini selain untuk memenuhi kebutuhan
naluri bermainnya, juga sebagai sumber yang mutlak diperlukan untuk mengembangkan seluruh aspek perkembangan anak. Aspek-aspek tersebut
meliputi aspek moral,
agama, sosial, emosi,
kognitif, bahasa, fisik-motorik, dan
seni. Kesemua aspek
perkembangan tersebut
hendaknya dikembangkan secara
serempak dan bersamaan
sehingga anak diharapkan lebih
siap untuk menghadapi lingkungannya dan
untuk mengikuti jenjang pendidikan selanjutnya yang lebih tinggi.
Berdasarkan uraian di
atas, maka tutor
sangat dituntut untuk
memiliki kreativiatas dalam membuat berbagai alat permainan bersifat
edukatif yang dapat merangsang
minat dan keaktifan
berfikir anak-anak. Tutor
harus menyadari, bahwa bermain
adalah sebagian daripada kehidupan anak. Tidak lengkap hidup seseorang anak
jika anak tidak
bermain. Melalui bermain
anak-anak belajar mengungkapkan
perasaan, belajar ketrampilan, dan menunjukkan dirinya yang sebenarnya serta
merangsang kreativitas.
Menurut Marquardt
(2006:27), hampir semua
aktivitas yang dapat merangsang atau
memberi peluang anak-anak
belajar dan meningkatkan berkembangan otak
diperoleh melalui bermain.
Itulah sebabnya pemilihan permainan yang bersifat edukatif
haruslah berdasarkan minat, kesediaan bekerja sama dan kemudahan yang ada. Di
samping itu, saat permainan berlangsung para tutor diharapkan dapat memberikan
perhatian penuh kepada anak-anak yang ada masalah bersosial,
tidak pandai berbicara,
ada masalah bahasa
dan kognitif (pasien yang lambat
berfikir). Sehingga dengan demikian, bentuk permainan lebih bersifat ekspresif
persuasif serta meluahkan
perasaan dalam suasana
ceria, gembira dan bisa merangsang anak untuk belajar.
Menurut Munandar (2008: 57), hal lain yang perlu dikondisikan oleh
tutor dalam melakukan permainan di antaranya;
1. Permainan harus disesuaikan dengan energi anak
Permainan yang dilakukan harus berujung pada kepuasan anak dan
bukan pada tingkat kelelahan atau kejenuhan anak..
2. Waktu
Anak harus mempunyai cukup waktu untuk bermain.
3. Alat permainan
Untuk bermain diperlukan alat permainan yang sesuai dengan umur
dan taraf perkembangannya.
4. Ruangan untuk bermain.
Ruangan bermain anak harus bebas dari segala sesuatu yang
mengganggu atau menimbulkan bahaya pada diri anak.
5. Teman bermain
Anak harus merasa
yakin bahwa ia
mempunyai teman bermain
kalau ia memerlukan, apakah itu
saudaranya, orangtuanya atau temannya. Karena kalau anak bermain sendiri, maka
ia akan kehilangan kesempatan belajar dari teman-temannya.
Permainan merupakan fondasi
bagi pembelajaran anak
usia dini yang menjembatani antara kehidupan anak di
rumah dan di sekolah. Itulah sebabnya permainan
yang bersifat edukatif
perlu dikembangkan oleh
tutor, karena di samping
dapat membantu tutor
dalam melangsungkan kegiatan
pembelajaran yang efektif dan efesen, juga dapat mengasah kreativitas
tutor untuk melakukan hal-hal yang baru yang bersifat alami dengan memanfaatkan
bahan-bahan limbah yang ada disekitar lingkungan hidup anak.
bila berkenan untuk bab selanjutnya secara lengkap sampai dengan lampiran dan halaman depan dalam format *.doc/*.docx silahkan
klik DOWNLOADatau hub. 081327121707 terima kasih.