UPAYA MENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA KOMPETENSI DASAR
MENGIDENTIFIKASI CARA TUMBUHAN HIJAU MEMBUAT MAKANAN MELALUI METODE KERJA KELOMPOK DI KELAS
V SEMESTER 1 SEKOLAH DASAR ……………….
TAHUN
PELAJARAN ……………….
Disusun sebagai salah satu syarat
Kenaikan Pangkat dari Golongan ……….. ke Golongan
……………………………….
……………………
NIP. ……………
UPT ……………………
KECAMATAN …………………..
SEKOLAH DASAR NEGERI ………………..
Jl. …………………………………………….
LEMBAR PENGESAHAN
1.
a. Judul
Penelitian : Upaya Meningkatan Hasil Belajar IPA Kompetensi
Dasar Mengidentifikasi Cara Tumbuhan Hijau Membuat Makanan Melalui Metode Kerja Kelompok Di Kelas V Semester 1 Sekolah Dasar ………… Tahun Pelajaran ……………
b. Bidang
Ilmu : IPA
c. Kategori
Penelitian : Teknik Pembelajaran
d. Jenis
Penelitian : Penelitian Tindakan Kelas
2.
Ketua Peneliti
a. Nama
Lengkap dan Gelar : ………………………………..
b. NIP
: ………………………………..
c. Pangkat
/ Golongan : ………………………………..
d. Jabatan
:
e. Instansi
: SD Negeri ……………………….
f. Tempat
Penelitian : SD Negeri ………………..
3.
Lama Penelitian : 3
bulan (Bulan ……….. sampai dengan Bulan …………….)
4. Sumber Biaya :
Swadaya
……………, ……………..
Mengetahui/Mengesahkan Peneliti
……………………… …………………………
NIP. ………………..
KATA
PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha
Esa karena Hanya atas rahmat, hidayah dan inayah-Nya, saya dapat menyelesaikan
laporan Penelitian Tindakan Kelas di SDN ....................... dengan lancar.
Laporan ini saya susun dalam
rangka memenuhi Diajukan pada penilaian
angka kredit unsur pengembangan profesi guru untuk kenaikan pangkat dari
golongan IVa ke IVb yang telah saya laksanakan dari awal ……… sampai dengan akhir ……………….
Pada kesempatan ini saya
mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua
pihak yang baik langsung maupun tidak langsung telah membantu penyusunan
laporan ini, yaitu kepada yang terhormat:
1. Kepala sekolah SDN .......................
yang telah memberikan Saran, Ijin dan pertimbangan terhadap pelaksanaan PTK selama kegiatan berlangsung.
2. Kepala UPT Disdikpora Kecamatan .......................
yang telah memberi pengesahan terhadap laporan PTK ini.
3. Bapak dan Ibu Guru SDN .......................
yang telah membimbing dan memotifasi serta mengarahkan kami hingga kegiatan
Program Penelitian Tindakan Kelas ini
dapat terselesaikan dengan lancar.
Dan akhirnya saya menyadari sepenuhnya bahwa dalam
penyusunan laporan ini banyak kelemahan atau kekurangan untuk itu, saya
berharap kepada pembaca berkenan memberikan saran dan kritik yang membangun.
Untuk itu sebelumnya kami ucapkan terimakasih.
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL ......................................................................................... i
LEMBAR
PENGESAHAN ............................................................................... ii
KATA
PENGANTAR ....................................................................................... iii
DAFTAR
ISI ...................................................................................................... iv
DAFTAR
TABEL .............................................................................................. v
DAFTAR
GAMBAR ......................................................................................... vi
DAFTAR
LAMPIRAN...................................................................................... vii
ABSTRAK/RINGKASAN
................................................................................ viii
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah .......................................................
B.
Identifikasi Masalah .............................................................
C.
Pembatasan Masalah .............................................................
D.
Rumusan Masalah .................................................................
E.
Tujuan Penelitian ..................................................................
F.
Manfaat Penelitian ................................................................
BAB II
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
A.
Kajian Teori ..........................................................................
B.
Kerangka Berfikir .................................................................
C.
Hipotesis Tindakan ...............................................................
BAB III
METODOLODI PENELITIAN
A.
Setting Penelitian ..................................................................
B.
Subyek Penelitian .................................................................
C.
Data dan Sumber Data..........................................................
D.
Teknik Pengumpulan Data.....................................................
E.
Validasi Data.........................................................................
F.
Teknik Analisis Data..............................................................
G.
Indikator Keberhasilan .........................................................
H.
Prosedur Penelitian ...............................................................
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Deskripsi Kodisi Awal .........................................................
B.
Deskripsi Siklus 1 .................................................................
C.
Deskripsi Siklus II.................................................................
D.
Pembahasan ..........................................................................
E.
Hasil Penelitian .....................................................................
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan ...........................................................................
B.
Implikasi ...............................................................................
C.
Saran .....................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel
4.1 Rekapitulasi Nilai Tes Formatif Pembelajaran IPA Kompetensi Dasar
Mengidentifikasi Cara Tumbuhan Hijau Membuat Makanan pada Kondisi Awal ......... 39
Tabel 4.2 Rekapitulasi Nilai Tes Formatif Pembelajaran IPA Kompetensi Dasar
Mengidentifikasi Cara Tumbuhan Hijau Membuat Makanan Pada Siklus I.................... 41
Tabel 4.3 Rekapitulasi Peningkatan
Partisipasi Siswa Pembelajaran IPA Kompetensi Dasar Mengidentifikasi Cara
Tumbuhan Hijau Membuat Makanan pada Siklus I 43
Tabel 4.4 Rekapitulasi Nilai Tes Formatif
Pembelajaran IPA Kompetensi Dasar Mengidentifikasi Cara Tumbuhan Hijau Membuat
Makanan pada Siklus II................... 45
Tabel
4.5 Rekapitulasi Peningkatan Partisipasi
Siswa Pembelajaran IPA Kompetensi Dasar Mengidentifikasi Cara Tumbuhan
Hijau Membuat Makanan Siklus II 47
Tabel
4.6 Rekapitulasi Prestasi Belajar Siswa pada Pembelajaran IPA Kompetensi Dasar
Mengidentifikasi Cara Tumbuhan Hijau Membuat Makanan pada Kondisi Awal, Siklus
I dan Siklus II ..................................................................................................... 49
Tabel
4.7 Rekapitulasi
Peningkatan Partisipasi Belajar Siswa pada Pembelajaran IPA Kompetensi Dasar
Mengidentifikasi Cara Tumbuhan Hijau Membuat Makanan...... 50
DAFTAR GAMBAR
Gambar
2.1 Kerangka
Berpikir ................................................................. 25
Gambar
3.1 Daur
PTK (dimodifikasi dari Rusna Ristasa, Prayitno, 2006:
46).......................................................................................... 33
Gambar
4.1 Diagram
Batang Perbandingan Angka Nilai Rerata Prestasi Belajar, dan Siswa Belum Tuntas
pada Setiap Siklus Perbaikan Pembelajaran .......................... 50
Gambar
4.2 Diagram
Batang Peningkatan Partisipasi Siswa pada Setiap Siklus Perbaikan Pembelajaran ............................................................................................... 51
DAFTAR LAMPIRAN
Surat
Ijin Penelitian
Jurnal
Kegiatan Penelitian
Nilai
Pra Siklus (Kondisi Awal)
Daftar
Hadir Penelitian
1.
Lampiran Siklus I
2.1
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP)
2.2
Lembar Observasi Pelaksanaan
Penelitian Tindakan Kelas
2.3
Angket Pelaksanaan Penelitian
Tindakan Kelas
2.4
Daftar Nilai Siklus I
2.5
Foto Pelaksanaan Penelitian Tindakan
Kelas
2.6
Contoh Hasil Kegiatan Pembelajaran
Anak
2.
Lampiran Siklus I
2.1
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP)
2.2
Lembar Observasi Pelaksanaan
Penelitian Tindakan Kelas
2.3
Angket Pelaksanaan Penelitian
Tindakan Kelas
2.4
Daftar Nilai Siklus I
2.5
Foto Pelaksanaan Penelitian Tindakan
Kelas
2.6
Contoh Hasil Kegiatan Pembelajaran
Anak
-------------SESUAIKAN
DENGAN LAMPIRAN2 YANG ADA--------
ABSTRAK
Gambaran ideal tentang siswa yang cerdas,
aktif, kreatif dan mempunyai minat yang besar dalam mempelajari materi
pembelajaran, serta hasil yang memuaskan dalam setiap tes yang dilakukan tidak
terwujud. Dari hasil tes pada studi pendahuluan menunjukkan 5 siswa (13,89%) dari 36 siswa yang memperoleh nilai 70 ke atas dan
31 orang siswa (86,11%) yang
memperoleh nilai di bawah nilai 70, dengan perolehan rata-rata hasil belajar
secara klasikal sebesar 57,78. Untuk mengetahui masalah yang sedang terjadi,
peneliti melakukan anlisis masalah dan menempuh refleksi terhadap kinerja yang
telah dilakukan, mengkaji literatur, serta diskusi dengan supervisor dan teman
sejawat sedangkan yang menjadi pokok masalah yang akan diteliti adalah apakah
dengan penerapan metode kerja kelompok dalam pembelajaran IPA kompetensi dasar
mengidentifikasi cara tumbuhan hijau membuat makanan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran
dapat ditingkatkan? Metode penelitian dengan kuantitatif dan subyek penelitian
adalah siswa kelas V SD
Negeri ....................... UPT Disdikpora Kecamatan .......................
Kabupaten ....................... Tahun Pelajaran ………….. yang berjumlah
36 orang, terdiri
dari …. siswa
laki-laki dan …. siswa perempuan.
Teknik pegumpulan data dengan observasi, dan teknik tes. Kesimpulan dan hasil yang diperoleh setelah penelitian adalah
Penggunaan metode kerja kelompok pada pembelajaran ilmu pengetahuan
alam kompetensi dasar mengidentifikasi cara tumbuhan hijau
membuat makanan terbukti mampu meningkatkan
partisipasi belajar siswa. Hal ini dapat dibuktikan dengan peningkatan partisipasi belajar dari 30,56% atau 11 siswa pada
studi awal menjadi, 66,67%
atau 24 siswa, meningkat
menjadi 97,22% atau 35 siswa pada siklus terakhir. Penggunaan metode kerja kelompok pada pembelajaran ilmu pengetahuan
alam kompetensi dasar mengidentifikasi cara tumbuhan hijau membuat makanan terbukti mampu meningkatkan hasil
belajar siswa. Hal ini dapat dibuktikan dengan peningkatan hasil belajar
siswa dari nilai rata-rata hasil belajar terus mengalami peningkatan dari 5 siswa (13,89%), setelah dilaksanakan
perbaikan dengan penerapan metode kerja
kelompok pada pembelajaran IPA materi mengidentifikasi cara tumbuhan
hijau membuat makanan, pada siklus I
meningkat menjadi 15 siswa atau 41,67% dan pada siklus II meningkat kembali menjadi 33 siswa atau 91,67%.. Dari perolehan angka-angka di atas
dapat disimpulan bahwa pada siklus kedua, proses pelaksanaan perbaikan
pembelajaran dinyatakan berhasil dan tuntas pada siklus kedua. Dari perolehan angka-angka di atas dapat
disimpulan bahwa pada siklus kedua, proses pelaksanaan perbaikan pembelajaran
dinyatakan berhasil dan tuntas pada siklus kedua
Kata Kunci : …………………. Isi sendiri saja
aja…. wkwkwkwkw
BAB I
|
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Penyelenggaraan pendidikan secara formal sudah
berlangsung lama, namun sistem penyelenggaraan dan hasil belum sesuai yang kita
harapkan. Salah satu fakta kongkrit adalah sampai sekarang masih terlalu
sedikit para pendidik yang menerapkan rumusan tujuan instruksional secara jelas
dan benar, memang sebagian sekolah mewajibkan guru-guru merancangkan
pembelajaran dan tidak harus menerima apa-apa yang telah tersirat di buku mata
pelajaran, pembelajaran itu dilaksanakan sesuai dengan kurikulum yang berlaku
saat itu, seperti sekarang sekolah harus menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP), kurikulum ini merupakan kurikulum mandiri berdasarkan
kebutuhan, kepentingan masyarakat dan daerah. Mata pelajaran yang disampaikan
kepada siswa-siswa di sekolah harus berdasarkan silabus atau pokok-pokok
pelajaran yang dikembangkan oleh para guru yang disebut pengembangan silabus.
Pengembangan silabus itu berisi standar kompetensi, kompetensi dasar, materi
pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu,
dan sumber belajar.
Penggunaan prinsip mengajar bisa
direncanakan guru sebelum proses belajar-mengajar berlangsung, bisa pula secara
spontan dilaksanakan pada saat berlangsungnya proses belajar-mengajar, terutama
bila kondisi belajar sudah menurun. Beberapa prinsip mengajar yang penting
ialah motivasi, kooperasi dan kompetisi, korelasi dan integrasi, aplikasi dan
transformasi, serta individualitas.
Motivasi ialah kekuatan tersembunyi di dalam diri
seseorang yang mendorongnya
untuk berkelakuan dan bertindak dengan cara yang khas. Kadang-kadang kekuatan
itu berpangkal pada naluri, kadang-kadang pula berpangkal pada suatu keputusan
rasional, tetapi lebih sering hal itu merupakan perpaduan kedua proses
tersebut. Motivasi mempunyai banyak relevansi dengan tugas guru yang selalu
dihadapkan kepada pengambilan keputusan mengenai pengorganisasian suatu tugas
kegiatan belajar.
Motivasi hendaknya tidak dianggap sebagai prasyarat
mutlak untuk kegiatan belajar. Lebih baik motivasi dianggap sebagai kemauan
biasa untuk memasuki suatu situasi belajar. Kegiatan belajar tidak perlu
ditunda sampai ada motivasi yang tepat untuk belajar. Strategi mengajar yang
paling baik barangkali tidak menghiraukan ada atau tidak adanya motivasi,
tetapi memusatkan perhatian pada penyampaian bahan pelajaran dengan cara yang
begitu rupa sehingga motivasi pelajar dapat dikembangkan dan diperkuat
selama proses belajar.
Berkenaan dengan hal itu peneliti menyadari
sepenuhnya masalah-masalah yang selalu muncul dalam kegiatan pembelajaran.
Seringkali guru merasa bingung menentukan model pembelajaran atau metode
mengajar apa yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Gambaran ideal
tentang siswa yang cerdas, aktif, kreatif dan mempunyai minat yang besar dalam
mempelajari materi pembelajaran, serta hasil yang memuaskan dalam setiap tes
yang dilakukan tidak terwujud. Kenyataan yang dijumpai malah sebaliknya, siswa
kurang aktif dalam kegiatan, tidak berani bertanya, kurang percaya diri dalam menjawab
pertanyaan guru, kurang bersemangat dalam mempelajari materi pembelajaran serta
hasil tes yang dicapai rendah, dan masih banyak lagi kekurangan yang ditemui
pada perilaku siswa yang mencerminkan keberhasilan pembelajaran.
Dari penjelasan latar belakang masalah sebagaimana
tersebut di atas, dan dikaitkan dengan hasil belajar siswa mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) kompetensi dasar mengidentifikasi cara tumbuhan hijau
membuat makanan. Dari hasil tes pada studi pendahuluan menunjukkan 5 siswa (13,89%)
dari 36 siswa yang memperoleh nilai 70 ke atas dan 31 orang siswa (86,11%) yang
memperoleh nilai di bawah nilai 70, dengan perolehan rata-rata hasil belajar
secara klasikal sebesar 57,78.
B.
Indentifikasi
Masalah
Berdasarkan data di atas peneliti
melakukan konsultasi kepada supervisor dan teman sejawat, untuk
mengidentifikasi kelemahan dan atau kekurangan yang telah menyebabkan aktivitas
guru dan siswa dalam pembelajaran yang telah dilaksanakan kurang memenuhi
tuntutan yang diharapkan. Sehingga, dampaknya pada hasil belajar siswa tidak
memenuhi target pembelajaran. Melalui hasil diskusi, diperoleh identifikasi
masalah sebagai berikut.
- Rendahnya minat siswa terhadap materi pembelajaran
- Siswa menyepelekan materi pembelajaran yang dianggap terlalu mudah.
- Suasana pembelajaran yang terkesan monoton dan kurang menarik siswa.
- Kondisi lingkungan di kelas yang tidak mendukung proses pembelajaran secara aktif.
- Rendahnya tingkat penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran yang disampaikan.
Untuk mengetahui masalah yang
sedang terjadi, peneliti melakukan anlisis masalah dan menempuh refleksi
terhadap kinerja yang telah dilakukan, mengkaji literatur, serta diskusi dengan
supervisor dan teman sejawat. Hasil analisis masalah yang telah dilakukan dapat
diketahui bahwa kemungkinan yang menjadi faktor penyebab rendahnya hasil
belajar siswa dan aktivitas pembelajaran kurang kondusif adalah sebagai
berikut.
- Model pembelajaran yang diambil tidak tepat dan penjelasan materi terlalu cepat, sehingga kurangnya model dialog yang interaktif, efektif dan kreatif.
- Guru tidak mampu mengembangkan model dialog yang efektif, aktif dan kreatif yang mengakibatkan kurangnya perhatian siswa saat pembelajaran berlangsung
- Guru tidak mampu menciptakan partisipasi aktif siswa dalam proses pembelajaran dan penemuan informasi.
C.
Pembatasan
Masalah
Untuk
mengefektifkan proses pelaksanaan penelitian tindakan kelas yang akan
dilaksanakan, peneliti memberikan batasan pengkajian sebagai berikut :
1. Penelitian ini
hanya dilaksanakan untuk materi pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) kompetensi dasar mengidentifikasi cara tumbuhan
hijau membuat makanan
dengan menggunakan metode kerja kelompok yang terangkum dalam suatu kegiatan penelitian tindakan kelas (Classroom
Action Research).
2. Subjek penelitian adalah siswa kelas V SD
Negeri ................ Kecamatan ................ Kabupaten ................ Semester 1 Tahun Pelajaran ................
sebanyak 24 siswa, terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan.
D.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan hal tersebut, maka
dapat dirumuskan masalah untuk menjadi fokus perbaikan pembelajaran adalah :
1.
Apakah dengan
penerapan metode kerja kelompok dalam pembelajaran IPA kompetensi dasar
mengidentifikasi cara tumbuhan hijau membuat makanan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran
dapat ditingkatkan ?
2.
Apakah dengan
penerapan metode kerja kelompok dalam pembelajaran IPA kompetensi dasar
mengidentifikasi cara tumbuhan hijau membuat makanan hasil belajar siswa dapat ditingkatkan ?
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang diharapkan dari penelitian perbaikan pembelajaran ini
adalah sebagai berikut
1.
Untuk menganalisis dapat penggunaan
metode kerja kelompok dalam pembelajaran IPA kompetensi dasar mengidentifikasi cara tumbuhan
hijau membuat makanan terhadap peningkatan partisipasi aktif siswa dalam
pembelajaran.
2.
Untuk menganalisis dapat penggunaan
metode kerja kelompok dalam pembelajaran IPA kompetensi dasar mengidentifikasi cara tumbuhan
hijau membuat makanan terhadap peningkatan hasil belajar siswa.
F.
Manfaat
Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari
penelitian perbaikan pembelajaran ini adalah sebagai berikut :
1.
Bagi Guru
Guru dapat memperbaiki kinerjanya
untuk berkembang lebih profesional, dan dapat meningkatkan rasa percaya diri,
dan untuk ikut aktif mengembangkan inovasi pembelajaran khususnya mata
pelajaran IPA.
2.
Bagi siswa
Siswa dapat memperbaiki hasil
belajarnya menjadi lebih baik dan menumbuhkan sikap kritis terhadap hasil
belajarnya.
3.
Bagi Sekolah
Sekolah dapat berkembang karena
adanya peningkatan kemampuan profesioanal guru dan kemampuan siswa, yang mana
hal ini akan membawa citra positif bagi sekolah yang bersangkutan.
BAB II
KAJIAN TEORI
DAN HIPOTESIS TINDAKAN
A.
Kajian
Teori
1.
Pembelajaran IPA
Ilmu Pengetahuan
Alam atau IPA
bisa juga di
sebut dengan Sains.
IPA dapat pula disebut
dengan ilmu yang
mempelajari ilmu kealaman
atau yang mempelajari tentang alam.
( Poedijadi, 2001:3 ) Beberapa ilmuan
memberikan definisi sains sesuai dengan pengamatan dan pemahamannya. Carin
(1993:3) mendefinisikan science sebagai The activity of questioning and
exploring the universe and finding and expressing it’s hidden order, yaitu
“ Suatu kegiatan
berupa pertanyaan dan
penyelidikan alam semesta dan
penemuan dan pengungkapan
serangkaian rahasia alam.
“ Sains mengandung makna
pengajuan pertanyaan, pencarian
jawaban, pemahaman jawaban,
penyempurnaan baik tentang gejala maupun karakteristik alam sekitar melalui
cara-cara sistematis (Depdiknas 2002a 1 ).
Ilmu Pengetahuan
Alam atau IPA
bisa juga di
sebut dengan Sains.
IPA dapat pula di
sebut dengan ilmu
yang mempelajari ilmu
kealaman atau yang mempelajari tentang alam. ( Poedijadi,
2001:3 )
Beberapa
ilmuan memberikan definisi sains sesuai dengan pengamatan dan pemahamannya.
Carin (1993:3) mendefinisikan science sebagai The activity of questioning and
exploring the universe and finding and expressing it’s hidden order, yaitu
“ Suatu kegiatan
berupa pertanyaan dan
penyelidikan alam semesta dan
penemuan dan pengungkapan
serangkaian rahasia alam.
“ Sains mengandung makna
pengajuan pertanyaan, pencarian
jawaban, pemahaman jawaban,
penyempurnaan baik tentang gejala maupun karakteristik alam sekitar melalui
cara-cara sistematis (Depdiknas 2002a 1 ).
James
Conant ( Samatawo, 2006:1), mendefinisikan Sains sebagai “ suatu deretan konsep
serta konseptual yang
berhubungan satu sama
lain dan yang tumbuh sebagai hasil eksperimentasi dan
observasi serta berguna untuk diamati dan dieksperimrntasikan lebih lanjut.
Sedangkan menurut
Powler ( Samatowa,
2006:2 ) bahwa
“ IPA merupakan ilmu
yang berhungan dengan
gejala-gejala alam dan
kebendaan yang sistematis yang tersusun secara teratur berlaku untuk umum
yang berupa kumpulan hasil observasi dan eksperimen.
Ilmu Pengetahuan
Alam atau IPA
atau Sains, merupakan
salah satu mata pelajaran yang dalam penyampaiannya menekankan
pada pemberian pengalaman secara
langsung, dimana siswa
dibekali untuk mengembangkan sejumlah keterampilan
proses guna menjelajahi
alam sekitar dan memahaminya. Yuliariantiningsih (2004:28)
berpendapat bahwa pada prinsipnya sains
di sekolah dasar
membekali siswa kemampuan
berbagai cara mengetahui dan
suatu cara mengerjakan
yang dapat membantu
siswa untuk memahami alam sekitar
secara mendalam.
Di
dalam kurikulum tingkat
satuan pendidikan disebutkan
bahwa Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA) merupakan cara
untuk mencari tahu
tentang alam secara sistematis
untuk menguasai pengetahuan,
fakta-fakta, konsep-konsep,
prinsip-pronsip, proses penemuan, dan memiliki sikap ilmiah. Pendidikan IPA
di sekolah dasar
bermanfaat bagi peserta
didik untuk mempelajari
diri sendiri dan alam
sekitar. Pendidikan IPA
menekankan pada pemberian
pengalaman langsung untuk mengembangkan
kompetensi agar peserta
didik mampu menjelajahi dan
memahami alam sekitar
secara ilmiah. Pendidikan
IPA diarahkan untuk “mencari
tahu“ dan “berbuat“
sehingga dapat membantu peserta didik
untuk memperoleh pemahaman
yang lebih mendalam
tentang alam sekitar”
Pengaplikasian
pendidikan IPA
sebagaimana yang tercantum
dalam Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan serta mengarah
kepada pencapaian tujuan dan
fungsi Pendidkan Nasional
akan terarah kepada
elemen yang bersentuhan langsung
dengan peserta didik yaitu Guru.
Guru sebagai
pelaksana kegiatan yang
sangat mendasar yaitu
proses belajar mengajar (PMB),
sehingga mempunyai peran
yang sangat penting
di dalam mencapai tujuan pembelajaran, tidak terkecuali pembelajaran
IPA. Perbaikan PMB merupakan
suatu keharusan yang
harus dilakukan oleh seorang
guru. Perbaikan PMB
tersebut sangat berkaitan
erat dengan kinerja-kinerja dari guru itu sendiri sebagai
pelaksana dan pengembangan PMB.
Keberhasilan PMB
sekarang ini sangat
sulit sekali untuk
ditinggalkan, khususnya di daerah
pedesaan yang identik
masih berfikir tradisional.
Hal ini terlihat dari cara
pandang bahwa proses pembelajaran hanya dijadikan sebagai keharusan bukan
sebagai kebutuhan. Proses
pembelajaran hanya untuk memperoleh ijazah
saja sebagai pengakuan
dari pemerintah, bukan
sebagai kegiatan untuk mendapatkan
wawasan yang kelak
akan berguna untuk kehidupannya di masa
datang. Sepertinya gaya
berfikir seperti ini
masih harus diturunkan, apalagi
dengan keadaan yang
semakin sulit semakin
memperkuat cara berfikir seperti itu.
Teori belajar
Hilda dan Taba
(Kardisaputra, 2000 :
26), “ semua
teori belajar bertitik tolak dari konsep mengenai manusia dan tingkah
laku”. Dengan demikian, teori belajar
disebut juga dengan
teori perkembangan mental
yang membicarakan tentang kesiapan
seseoarang untuk melakukan
tugas-tugasnya sesusai dengan fase-fase tertentu sedangkan teori-teori
mengajar adalah uraian tentang petunjuk bagaimana semestinya seoarang guru
mengajar kepada anak.
Berdasarkan pengertian-pengertian di
atas dapat disimpulkan
bahwa IPA adalah Pengetahuan
( ilmiah yang
dapat meliputi fakta,
konsep, prinsif, gagasan-gagasan
atau ide teori, hukum-hukum dan model-model ) tentang alam sekitar yang
diperoleh melalui proses ilmiah ( eksperimen dan observasi ) yang
dilakukan melaui indra
dan interaksi dua
arah, serta berkaitan
dengan pengembangan sikap ilmiah,tindakan dan mengasung nilai-nilai atau
manfaat.
Fungsi dan
tujuan utama pendidikan
IPA di SD
(Yager, 1996:9) tentang ruang
lingkup hasil belajar
IPA yang mencakup
kognisi atau konsep, keterampilan proses,
sikap, kreatifitas dan
aflikasi. Seperti halnya
tujuan pendidikan di SD
adalah agar siswa
mampu menerapkan konsep-konsep
dan prinsip-prinsip IPA yang
telah dipelajari menggunakan
teknologi sederhana untuk memecahkan
masalah-masalah yang di
temukan dalam kehidupan sehari-hari. Untuk memenuhi
kebutuhan belajar siswa maka pembelajaran IPA di sekolah
diupayakan untuk sesederhana
mungkin supaya siswa
dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari dan mereka berfikiran
IPA sangat penting untuk di pelajari untuk menunjang kehidupannya dan
bermanfaat bagi mereka.
Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa
pada hakekatnya sains
terdiri atas tiga komponen,
yaitu produk, proses
dan sikap ilmiah.
Jadi tidak hanya terdiri
atas kumpulan pengetahuan
atau fakta yang dihafal, namun
juga merupakan kegiatan atau proses aktif menggunakan fikiran dalam
mempelajari rahasia gejala Alam.
Pendidikan IPA
dengan menggunakan pendekatan
STM adalah suatu bentuk
pengajaran yang tidak
hanya menekankan penuasaan
konsepnya saja tetapi menekankan
peran IPA dan
teknologi dalam berbagai
kehidupan di masyarakat dan
dapat menumbuhkan rasa
tanggung jawab terhadap
dampak teknologi di masyarakat.
Tujuan mata pelajaran IPA/Sains, yaitu agar peserta
didik memiliki kemampuan sebagai berikut :
a. Meningkatkan
keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan,
keindahan dan keteraturan alam ciptaanNya.
b. Mengembangkan
pemahaman tentang berbagai macam gejala alam, konsep dan prinsip IPA yang bermanfaat
dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
c. Meningkatkan
kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan
lingkungan serta sumber daya alam. (Permen 22 tahun 2006)
2.
Karakteristik Pembelajaran IPA
Objek kajian pendidikan IPA berada pada berbagai
persoalan/fenomena alam. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Supriyadi (1999:
1) bahwa objek kajian IPA adalah segala fenomena lingkungan (alam) yang berujud
titik kecil hingga alam raya yang sangat besar. IPA menurut Depdiknas (2003: 6)
merupakan cara mencari tahu tentang alam semesta secara sistematis untuk
menguasai pengetahuan fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses
penemuan, dan memiliki sikap ilmiah.
Trowbidge dan Byebee (1986: 38) mendefinisikan IPA
sebagai berikut : Science is body of
knowledge, formed by of continous inquiry, and compassing the people who are
engaged in the scientific enterprise. Jadi karakteristik IPA yang kemudian
membedakannya dengan ilmu pengetahuan yang lain adalah bahwa IPA ditempuh
melalui berbagai penemuan proses empiris secara berkelanjutan yang
masing-masing akan memberi kontribusi dengan berbagai jalan untuk membentuk
sistem unik yang disebut IPA.
Suyoso (2001: 1-4) mengungkapkan bahwa nilai
intelektualitas IPA menuntut kecerdasan dan ketekunan, dalam mencari jawaban
suatu persoalan didasarkan atas pertimbangan rasional dan objektivitas dengan
melalui observasi atau kegiatan
eksperimen untuk memperoleh data yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Secara lebih terperinci. Robert B. Sund (1973: 12) menjelaskan tentang
bagaimana suatu pemahaman IPA ditemukan atau yang sekarang dikenal sebagai
metode IPA (scientific method). Setidaknya ada enam langkah untuk melakukan
proses IPA , yaitu (1) stating the
problem, (2) formulating hypotheses, (3) designing an experiment, (4) making
obsevation, (5) collecting data from the experiment, (6) drawing conclutions.
3.
Belajar
Berbicara tentang
belajar pada dasarnya berbicara tentang bagaimana tingkahlaku seseorang berubah
sebagai akibat pengalaman (Snelbeker 1974 dalam Toeti 1992:10) Dari pengertian
di atas dapat dibuat kesimpulan bahwa agar terjadi proses belajar atau
terjadinya perubahan tingkahlaku sebelum kegiatan belajar mengajar di kelas
seorang guru perlu menyiapkan atau merencanakan berbagai pengalaman belajar
yang akan diberikan pada siswa dan pengalaman belajar tersebut harus sesuai
dengan tujuan yang ingin dicapai.
Proses belajar itu terjadi secara
internal dan bersifat pribadi dalam diri siswa, agar proses belajar tersebut
mengarah pada tercapainya tujuan dalam kurikulum maka guru harus merencanakan
dengan seksama dan sistematis berbagai pengalaman belajar yang memungkinkan
perubahan tingkahlaku siswa sesuai dengan apa yang diharapkan. Aktifitas guru
untuk menciptakan kondisi yang memungkinkan proses belajar siswa berlangsung
optimal disebut dengan kegiatan pembelajaran.
Dengan kata lain pembelajaran
adalah proses membuat orang belajar. Guru bertugas membantu orang belajar
dengan cara memanipulasi lingkungan sehingga siswa dapat belajar dengan mudah,
artinya guru harus mengadakan pemilihan terhadap berbagai starategi
pembelajaran yang ada, yang paling memungkinkan proses belajar siswa
berlangsung optimal. Dalam pembelajaran proses belajar tersebut terjadi secara
bertujuan ( Arief Sukadi 1984:8) dan terkontrol.
Tujuan-tujuan pembelajaran telah
dirumuskan dalam kurikulum yang berlaku. Peran guru di sini adalah sebagai
pengelola proses belajar mengajar tersebut. Dalam sistem pendidikan kita (UU.
No. 20 Tahun 2003), seorang guru tidak saja dituntut sebagai pengajar yang
bertugas menyampaikan materi pelajaran tertentu tetapi juga harus dapat
berperan sebagai pendidik. Davies mengatakan untuk dapat melaksanakan tugasnya
dengan baik seorang guru perlu memiliki pengetahuan dan pemahaman berbagai
prinsip-prinsip belajar, khususnyai prinsip berikut:
1.
Apapun yang dipelajari siswa, maka
siswalah yang harus belajar, bukan orang lain. Untuk itu siswalah yang harus bertindak aktif;
2.
Setiap mahasiswa akan belajar sesuai
dengan tingkat kemampuannya;
3.
Seorang siswa akan belajar lebih baik
apabila mempengoreh penguatan langsung pada setiap langkah yang dilakukan
selama proses belajarnya terjadi
4.
Penguasaan yang sempurna dari setiap
langkah yang dilakukan mahasiswa akan membuat proses belajar lebih berarti; dan
5.
Seorang
siswa akan lebih meningkat lagi motivasinya untuk belajar apabula ia diberi
tangungjawab serta kepercayaan penuh atas belajarnya (Davies dalam Tahalele, 1988 : 46-48).
4.
Partisipasi Belajar
Menurut
Keit Davis dalam Sastroputro (1989:35) menyatakan bahwa partisipasi adalah
keterlibatan mental dan emosi seseorang dalam situasi kelompok yang mendorongnya
untuk memberikan sumbangan kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan serta
tanggung jawab terhadap usaha yang bersangkutan. George Terry dalam Winardi
menyatakan bahwa partisipasi adalah turut sertanya seseorang baik secara mental
maupun emosional untuk memberikan sumbangan-sumbangan pada proses pembuatan
keputusan, terutama mengenai persoalan dimana keterlibatan pribadi orang yang
bersangkutan melaksanakan tanggung jawabnya untuk melakukan hal tersebut
(Winardi, 2002:149). Partisipasi siswa dalam pembelajaran sering juga diartikan
sebagai keterlibatan siswa dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
pembelajaran (Mulyasa, 2004:156).
Partisipasi
siswa yang merupakan wujud tingkah laku siswa secara nyata dalam kegiatan
pembelajaran yang merupakan totalitas dari suatu keterlibatan mental dan
emosional siswa sehingga mendorong mereka untuk memberikan kontribusi dan
bertanggung jawab terhadap pencapaian suatu tujuan yaitu tercapainya prestasi
belajar yang memuaskan..
Menurut
Sudjana dalam Hayati (2001:16) partisipasi siswa di dalam pembelajaran merupakan
salah satu bentuk keterlibatan mental dan emosional. Di samping itu, partisipasi
merupakan salah satu bentuk tingkah laku yang ditentukan oleh lima faktor, antara lain:
1. Pengetahuan/kognitif, barupa Pengetahuan
tentang tema, fakta, aturan, dan ketrampilan membuat translation.
2. Kondisi situasional, seperti lingkungan
fisik, lingkungan sosial, psikososial dan faktor-faktor sosial.
3. Kebiasaan sosial, seperti kebiasaan menetap
dan lingkungan.
4. Kebutuhan, meliputi kebutuhan Approach (mendekatkan
diri), Avoid (menghindari), kebutuhan individual.
5. Sikap, meliputi pandangan/perasaan, kesediaan
bereaksi, interaksi sosial, minat dan perhatian.
Pada
hakekatnya belajar merupakan interaksi antara siswa dengan lingkungannya. Oleh
karena itu, untuk mencapai hasil belajar yang optimal perlu keterlibatan atau
partisipasi yang tinggi dari siswa dalam pembelajaran. Keterlibatan siswa
merupakan hal yang sangat penting dan menentukan keberhasilan pembelajaran.
Dalam kegiatan belajar, siswa dituntut secara aktif untuk ikut berpartisipasi
dalam pembelajaran. Karena dengan demikian siswalah yang akan membuat suatu pembelajaran
dikatakan sukses, efektif dan efesien. Siswa yang aktif dalam pembelajaran akan
terlihat pada baik dan buruknya prestasi yang diperoleh.
5.
Hasil
Belajar
Menurut Syaiful
Bahri Djamarah (1989 : 61), menyebutkan bahwa prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan
yang telah dikerjakan, atau diciptakan secara individu maupun secara kelompok” Pendapat
ini berarti prestasi tidak akan pernah dihasilkan apabila seseorang tidak
melakukan kegiatan. Hasil belajar atau prestasi belajar adalah suatu hasil yang
telah dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar. Oleh karena itu
prestasi belajar bukan ukuran, tetapi dapat diukur setelah melakukan kegiatan
belajar. Keberhasilan seseorang dalam mengikuti program pembelajaran dapat
dilihat dari prestasi belajar seseorang tersebut.
Menurut Gagne
(dalam Suryadarma, 1998:14), “prestasi belajar dapat dikelompokkan ke dalam 5 (lima)
kategori yaitu : 1) keterampilan intelektual, 2) informasi verbal, 3) strategi kognitif, 4) keterampilan motorik,
dan 5) sikap” . Prestasi belajar Gagne
di atas hampir sejalan dengan pemikiran Bloom. Menurut Bloom (dalam Rusdi,
1996:81), “prestasi belajar yang dicapai oleh siswa dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) kawasan, yaitu
kognitif, afektif, dan psikomotorik”
Jadi berdasarkan
beberapa pengertian di atas hasil belajar atau yang sering disebut prestasi
belajar diartikan suatu hasil usaha secara maksimal bagi seseorang dalam
menguasai bahan-bahan yang dipelajari atau
kegiatan yang dilakukan.
6.
Metode Kerja
Kelompok
Martinis Yamin (2006
: 152-154) menyebutkan Kerja kelompok dapat diartikan sebagai suatu kegiatan
belajar-mengajar di mana siswa dalam suatu kelas dipandang sebagai suatu
kelompok atau dibagi atas kelompok-kelompok kecil untuk mencapai suatu tujuan
pengajaran tertentu. Sebagai metode mengajar, kerja kelompok dapat dipakai
untuk mencapai barmacam macam tujuan pengajaran. Pelaksanaannya tergantung pada
beberapa fäktor misalnya tujuan khusus yang akan dicapai, umur, kemampuan
siswa, serta fasilitas pengajaran di dalam keIas.
Penggunaan
metode kerja kelompok :
a.
Pengelompokan untuk mengatasi kekurangan
alat-alat pelajaran : Dalam sebuah kelas, guru akan mengajarkan Sejarah Mesir
kuno; Ia tidak mempunyai bahan bacaan yang cukup untuk tiap siswa. Maka untuk
memberi kesempatan yang sebesar-besamya kepada siswa, kelas dibagi atas
beberapa kelompok. Tiap kelompok diberi sebuah buku untuk dibaca dan menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang telab disediakan guru.
b. Pengelompokan atas dasar perbedaan kemampuan
belajar : Di suatu kelas, guru dihadapkan pada persoalan bagai mana
melaksanakan tugas sebaik-baiknya terhadap kelas yang sifatnya heterogen, yakin
berbeda-beda dalam kemampuan belajar. Pada waktu pelajaran matematika, Ia
menemukan bahwa ada lima
orang siswa tidak sanggup memecahkan soal seperti teman-teman lainnya. Guru
menyadari bahwa ia tidak mungkin rnengajar kelas dengan menyamaratakan seluruh
siswa, karena ada perbedaan dalam kesanggupan belajar. Maka ia membagi para
siswa dalam beberapa kelompok dengan anggota yang mempunyai kemampuan setaraf
kemudian diberi tugas sesuai dengan kemampuan mereka. Sekali-kali ia meninjau
secara bergilir untuk melihat kelompok mana yang membutuhkan pertolongan atau
perhatian sepenuhnya.
c. Pengelompokan atas dasar perbedaan
minat belajar : Pada suatu saat para siswa perlu mendapat kesempatan untuk
memilih suatu materi pokok yang sesuai dengan minatnya. Untuk keperluan ini
guru memberikan suatu materi pokok yang terdiri dari beberapa sub-materi pokok.
Siswa yang berminat sama dapat berkumpul pada suatu kelompok untuk mempelajari
sub-materi pokok yang dimaksud.
d. Pengelompokan untuk memperbesar
partisipasi tiap siswa :
Di suatu kelas, guru sedang mengajarkan kesusastraan. Ia memilih suatu masalah tentang lahirnya sastra baru. Dikemukakanlah masalah-masalah khusus, satu diantaranya ialah mengapa ada pendapat yang mengatakan bahwa kesadaran kebangsaanlah yang menjadi perbedaan hakiki antara kesusastraan Melayu dengan kesusastraan Indonesia. Guru tidak mempunyai waktu yang berlebihan, akan tetapi ia mengingjnkan setiap siswa berpartisipasi secara penuh. Untuk setiap masalah diperlukan pendapat atau diskusi. Maka dipecahkan kesatuan kelas itu menjadi kelompok-kelompok yang lebih kecil dengan tugas membahas permasalahan tersebut dalam waktu yang sangat terbatas. Selesai pembahasan kelompok, setiap kelompok rnengemukakan pendapat yang dianggap pendapat kelompok tersebut..
Di suatu kelas, guru sedang mengajarkan kesusastraan. Ia memilih suatu masalah tentang lahirnya sastra baru. Dikemukakanlah masalah-masalah khusus, satu diantaranya ialah mengapa ada pendapat yang mengatakan bahwa kesadaran kebangsaanlah yang menjadi perbedaan hakiki antara kesusastraan Melayu dengan kesusastraan Indonesia. Guru tidak mempunyai waktu yang berlebihan, akan tetapi ia mengingjnkan setiap siswa berpartisipasi secara penuh. Untuk setiap masalah diperlukan pendapat atau diskusi. Maka dipecahkan kesatuan kelas itu menjadi kelompok-kelompok yang lebih kecil dengan tugas membahas permasalahan tersebut dalam waktu yang sangat terbatas. Selesai pembahasan kelompok, setiap kelompok rnengemukakan pendapat yang dianggap pendapat kelompok tersebut..
e. Pengelompokan untuk pembagian
pekerjaan : Pengelompokkan ini didasarkan pada luasnya masalah, serta
membutuhkan waktu untuk mem peroleh berbagal informasi yang dapat menunjang
pemecahan persoalan. Untuk keperluan ini pokok persoalan harus diuraikan dahulu
menjadi beberapa aspek yang akan dibagikan kepada tiap kelompok (tiap kelompok
menyelesaikan satu aspek persoalan). Siswa harus mengumpulkan data, baik dari
lingkungan sekitar maupun melalui bahan kepustakaan. Oleh karena itu proyek ini
tidak mungkin diselesaikan dalam waktu dekat seperti halnya rapat kilat,
melainkan kemungkinan membutuhkan waktu beberapa minggu. Jadi pengelompokkan
disini bertujuan membagi pekerjaan yang mempunyai cakupan agak luas. Kerja
kelonipok ini membutuhkan waktu yang panjang.
f. Pengelompokan untuk belajar bekerja
sama secara efisien menuju ke suatu tujuan : Langkah pertama adalah menjelaskan
tujuan dari tugas yang harus dikerjakan siswa, kemudian membagi siswa menurut
jenis dan sifat tugas, mengawasi jalannya kerja kelompok, dan menyimpulkan
kemajuan kelompok. Di sini jelas walaupun siswa bekerja dalam kelompok
masing-masing dan melaksanakan bagiannya sendiri-sendiri, namun mereka harus
memusatkan perhatian pada tujuan yang akan dicapai, dan menjaga agar jangan
sampai keluar dan persoalan pokok. Lain halnya dengan pengelompokkan untuk
pembagian pekerjaan seperti tersebut di atas, tugas kelompok di sini tidak
penlu diselesaikan dalam jangka waktu panjang, guru dapat memilih persoalan
yang dapat didlskusikan di kelas.
Kelebihan metode kerja kelompok : (1) dapat memupuk nasa kerjasama, (2) Suatu
tugas yang luas dapat segera diselesaikan, (3) adanya persaingan yang sebat. Kelemahan metode kerja kelompok : (1) adanya sifat-sifat
pribadi yang ingin menonjolkan diri atau sebaliknya yang lemah merasa rendah
diri dan selalu tergantung kepada orang lain, (2) bila kecakapan tiap anggota
tidak seimbang, akan rnenghambat kelancaran tugas, atau didominasi oleh
seseorang.
Saran-saran
pelaksanaan metode kerja kelompok (1) Usahakan jumlah anggota dari
masing-masing kelompok tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil/sedikit.
Biasanya jumlah anggota kelompok berkisar antara 4 (empat) sampai 6 (enam)
orang, sebaiknya 5 (lima)
orang, (2) Pembentukan dan pembagian kelompok hendaknya mempertimbangkan segi
minat dan kemampuan siswa, (3) Guru hendaknya menjelaskan pelaksanaan dan
manfaat dari tugas kerja kelompok, (4) Masing-masing siswa dalam kelompoknya harus
bertanggung jawab dan bekerja bersama-sama untuk kemajuan kelompoknya
B. Kerangka Berpikir
Masalah-masalah yang muncul dalam kegiatan
pembelajaran siswa kelas V SD Negeri ................ Kecamatan ................ Kabupaten ................ Semester 1 Tahun Pelajaran ………. pada
pembelajaran IPA kompetensi
dasar mengidentifikasi cara tumbuhan hijau membuat makanan adalah
ketidaktepatan dalam pemilihan model pembelajaran atau metode mengajar apa yang
efektif yang akan digunakan dalam proses pembelajaran sehingga keberhasilan
proses pembelajaran tidak tercapai sesuai dengan kriteria yang telah
ditetapkan, yaitu di atas KKM sebesar 80.
Upaya perbaikan proses pembelajaran melalui
penelitian tindakan kelas ini adalah memperbaiki proses pelaksanaan pembelajaran yang akan dilaksanakan dengan menerapkan metode kerja kelompok pada
pelaksanaan pembelajaran IPA kompetensi
dasar mengidentifikasi cara tumbuhan hijau membuat makanan Kondisi
akhir yang diharapkan adalah untuk meningkatkan partisipasi dan hasil belajar
siswa sehingga tingkat ketuntasan belajar siswa dapat tercapai minimal 85% dari seluruh siswa yang mengikuti
pembelajaran dan mendapat nilai di atas KKM baik secara individual maupun
klasikal yaitu 70.
Secara rinci dalam bentuk bagan, kerangka pikir pelaksanaan
kegiatan perbaikan pembelajaran siswa kelas V SD Negeri ................ Kecamatan ................
pada pembelajaran IPA kompetensi
dasar mengidentifikasi cara tumbuhan hijau membuat makanan dengan
metode eksperimen sebagaimana gambar di bawah ini :
Gambar 2.1
Kerangka Berpikir Penelitian
Tindakan Kelas
C.
Hipotesis
Tindakan
Dengan
mempertimbangakan dan merujuk kepada beberapa pendapat para pakar di atas,
disusunlah hipotesis sebagai berikut :
1. Penggunaan metode kerja kelompok pada pembelajaran mata pelajaran IPA kompetensi
dasar mengidentifikasi cara tumbuhan hijau membuat makanan dapat meningkatkan partisipasi
aktif siswa kelas
V SD Negeri ................ Kecamatan ................ Kabupaten ................ Semester 1 Tahun Pelajaran 2010/2011.
2. Penggunaan metode kerja kelompok pada pembelajaran mata pelajaran IPA kompetensi
dasar mengidentifikasi cara tumbuhan hijau membuat makanan dapat meningkatkan hasil
belajar siswa kelas
V SD Negeri ................ Kecamatan ................ Kabupaten ................ Semester 1 Tahun Pelajaran 2010/2011.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Setting Penelitian
1. Tempat
Penelitian
Dalam penelitian ini penulis mengambil
lokasi di SD Negeri ............... UPT Disdikpora Kecamatan ...............
Kabupaten ............... Tahun Pelajaran ................ Penulis mengambil
lokasi atau tempat ini dengan pertimbangan bekerja pada sekolah tersebut,
sehingga memudahkan dalam mencari data, peluang waktu yang luas dan subyek penelitian
yang sangat sesuai dengan profesi penulis sebagai tenaga pengajar di sekolah
tersebut.
2. Waktu
Penelitian
Penelitian
dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada bulan ........... ......... sampai dengan ..............., sebanyak
2 siklus dengan 2 pertemuan, penjelasan per siklusnya dapat dirinci sebagai
berikut :
Siklus Pertama :
............................. dan .............................
Siklus Kedua :
............................. dan .............................
B. Subyek Penelitian
Subjek
penelitian ini adalah
siswa kelas V SD
Negeri ............... UPT Disdikpora Kecamatan ............... Kabupaten ...............
Tahun Pelajaran ............... yang
berjumlah 24 orang,
terdiri dari 10
siswa laki-laki dan 14
siswa perempuan. Ruang kelas
yang dipakai penelitiaan
cukup memadai, jumlah
meja dan kursi sesuai
kebutuhan. Peneliti memilih
kelas V dikarenakan
peneliti sebagai guru di kelas tersebut.
Untuk menunjang kelancaran
proses pembelajaran di
kelas penelitian ini peneliti
menggunakan prinsip-prinsip penelitian
tindakan kelas yaitu
: (a) Tidak mengganggu komitmen
mengajar, (b) Pelaksanaan
penelitian tidak mengubah jadwal yang
sudah ada sebelumnya
disekolah, (c) Metode
pemecahan masalah sesuai karena
pendekatan yang digunakan
oleh peneliti merupakan
pendekatan yang pernah digunakan
peneliti lain sebelumnya, (d) Permasalahan yang diangkat berorientasi
pada pemecahan masalah
guru dalam tugas
keseharian.
C. Data dan Sumber Data
1.
Data
Data yang dikumpulkan adalah data kualitatif dan kuantitatif yang
terdiri atas:
a.
Proses belajar mengajar
b.
Data Hasil Belajar / tes
formatif
c. Data keterkaitan antara perencanaan dengan
pelaksanaan kegiatan pembelajaran berlangsung.
2.
Sumber Data
Sumber Data dalam penelitian ini adalah siswa
kelas V SD Negeri ............... UPT Disdikpora Kecamatan
............... Kabupaten ............... Tahun Pelajaran ............... dengan jumlah siswa sebanyak 24 orang terdiri
dari siswa laki-laki sebanyak 10 orang
dan perempuan 14 orang.
D. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan metode pengumpulan data yaitu metode observasi, wawancara, dan
teknik tes
1.
Observasi
Observasi adalah
semua kegiatan yang
ditujukan untuk mengenali, merekam, dan
mendokumentasikan setiap indikator
dari proses dan
hasil yang dicapai (perubahan
yang terjadi) baik yang ditimbulkan oleh tindakan terencana maupun tindakan
yang tidak direncanakan atau akibat sampingannya. Fungsi dari
observasi dalam penelitian ini
adalah untuk menukur rumusan masalah
pertama dan ketiga
mengetahui kesesuaian pelaksanaan tindakan dengan
rencana tindakan yang
disusun sebelumnya. Observasi
dalam pelaksanaannya dibagi menjadi
dua yaitu Observasi non-partisipasif dan Observasi
partisipasif.
2.
Wawancara
Wawancara adalah
bentuk komunikasi antara
dua orang. Melibatkan seseorang yang
ingin memperoleh informasi
dari seorang lainnya
dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan,
berdasarkan tujuan tertentu.
Wawancara digunakan untuk mengukur
rumusan pertama dalam
penelitian ini serta menggali dan
mengumpulkan data yang
hanya dapat diungkapkan
secara lisan dan tepat dengan
kata-kata seperti ide, pendapat,pemikiran, wawasan dari orang yang diamati.
2. Tes
Tes merupakan instrument
penelitian yang digunakan untuk melihat
hasil akhir prestasi siswa. Tes dibagi menjadi dua yaitu tes objektif dan tes subjektif. Teknik tes
objektif yaitu teknik
penilaian yang digunakan
dalam teknik non
tes yaitu berupa bentuk
soal benar salah,
pilihan ganda. Tes ini
digunakan untuk mengukur
hasil belajar yang
merupakan permasalahan kedua dalam penelitian ini.
E. Validitas Data
Suatu
instrumen dinyatakan telah memiliki validitas (kesahihan atau ketepatan) yang
baik “jika instrumen tersebut benar-benar mengukur apa yang seharusnya hendak
diukur” (Nunnally, 1978:86). Validitas instrumen lebih tepat diartikan sebagai
derajat kedekatan hasil pengukuran dengan keadaan yang sebenarnya (kebenaran),
bukan masalah sama sekali benar atau seluruhnya salah. Dalam hal ini, seseorang tidak melakukan validitas
instrumen semata-mata, melainkan melaksanakan validitas penggunaan dimana
instrumen ada di dalamnya. Sebagaimana dinyatakan oleh Gronlund dan Linn (1990)
dalam Herawati Susilo, validitas mengacu pada ketepatan interpretasi yang
dibuat dari data yang dihasilkan oleh suatu instrumen dalam hubungannya dengan suatu
tujuan tertentu.
Jadi
validitas suatu instrumen selalu bergantung pada situasi dan tujuan penggunaan instrumen
tersebut. Suatu tes yang
valid untuk satu situasi mungkin tidak valid untuk situasi yang lain. Tujuan penggunaan tes merupakan faktor utama penentu validitas, perbedaan tujuan
tes memerlukan validitas yang berbeda pula. Untuk data kuantitatif, ditetapkan untuk dilakukan
validasi teoritik, dengan cara memeriksa instrumen dan kisi yang telah dibuat, sedangkan untuk data
kualitatif, diakukan validasi melalui triangulasi sumber maupun triangulasi
metode.
F. Teknik Analisa Data
Untuk data
tentang aktivitas siswa dianalis dengan cara penilaian setiap siswa diberikan
penilaian 1 untuk yang memenuhi/sesuai dengan indikator sedangkan yang tidak
memenuhi indikator diberikan skor nol, selanjutnya skor masing-masing siswa
dicari melalui jumlah skor yang didapat siswa dibagi dengan jumlah skor maksimal
yaitu 20 dikalikan dengan 100, selanjutnya dikonversi kedalan pedoman konversi
berikut.
A = Sangat baik ( 80 – 100 )
B = Baik ( 70 – 79 )
C = Cukup ( 60 – 69 )
D = Kurang ( 50 – 59 )
E =
Sangat kurang ( 50 kebawah )
Untuk data tentang prestasi belajar
siswa dianalisis dengan memberikan skor 10 pada setiap item soal, sedangkan
prestasi masing-masing siswa di dapat dari jumlah item soal benar dikalikan
dengan 10, selanjunya baru dibandingkan dengan Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM) untuk mata pelajaran IPA kelas V yaitu 80 untuk menentukan apakah siswa
tersebut sudah tuntas atau belum.
G. Indikator Keberhasilan
Indikator yang digunakan untuk
mengukur peningkatan hasil belajar dan partisipasi belajar siswa dalam
mempelajari materi pembelajaran. Siswa dinyatakan tuntas dengan kriteria
mencapai penguasaan materi di atas KKM atau mendapat nilai minimal 70. Adapun
indikator yang digunakan untuk mengukur peningkatan partisipasi belajar adalah perhatian
siswa terhadap penjelasan guru, kemampuan siswa mengemukakan pendapat,
keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran dan pelaksanaan tugas
selama mengikuti kegiatan pembelajaran.
Indikator
keberhasilan kinerja dalam penelitian ini dapat ditetapkan sebagai berikut.
1.
Siswa dimaksud tuntas apabila
sudah dapat menguasai materi pembelajaran sebesar 80% atau mendapat nilai 70.
2.
Proses perbaikan pembelajaran IPA
materi konsep gaya magnet dinyatakan berhasil apabila 85% dari jumlah siswa
tuntas belajar.
3.
Proses perbaikan pembelajaran IPA
materi konsep gaya magnet dinyatakan
berhasil apabila 85% dari jumlah siswa mengalami peningkatan partisipasi dalam
belajar selama proses pembelajaran berlangsung.
H. Prosedur Penelitian
Sesuai dengan
model Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) prosedur penelitian yang
akan ditempuh adalah
suatu bentuk proses
pengkajian berdaur siklus yang
terdiri dari empat
tahapan dasar yang
saling terkait dan berkesinambungan. Adapun model
PTK dimaksud menggambarkan adanya empat tahap yakni:
1. Tahap 1 : Perencanaan tindakan
yaitu menyusun rancangan
tindakan untuk menjelaskan tentang
apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa dan bagaimana tindakan tersebut
dilaksanakan.
2. Tahap 2 : Ppelaksanaan tindakan,
yaitu implementasi atau
penerapan isi rancangan di dalam
penelitian tindakan di kelas.
3. Tahap 3 : Pengamatan
atau observasi, yaitu mengamati atas hasil atau dampak dari tindakan yang
dilaksanakan terhadap siswa.
4. Tahap 4 : Refleksi, yaitu
kegiatan untuk mengemukakan
kembali apa yang sudah terjadi.
Prosedur penelitian ini terdiri dari
atas dua siklus. Tiap siklus dilaksanakan dengan perubahan yang ingin dicapai
seperti terlihat pada gambar di bawah ini:
|
Gambar 3.1 Daur
PTK (dimodifikasi dari Rusna Ristasa, Prayitno, 2006:46)
Berdasarkan hal
di atas, prosedur
yang ditempuh dalam
melakukan penelitian tindakan kelas
adalah sebagai berikut:
1. Perencanaan
dan Persiapan PTK
a.
Permintaan izin
dari kepala sekolah tempat penelitian tindakan kelas dilaksanakan
dan merancang dan mengajukan
proposal
b.
Menetapkan tema yang akan
digunakan dalam penelitian.
c.
Merancang dan
menyusun rencana pembelajaran
yang akan dilaksanakan.
d.
Membuat instrumen
penelitian berupa tes
hasil belajar (tes
formatif), lembar observasi, wawancara dan jurnal.
e.
Konsultasi instrumen kepada
dosen pembimbing. Hal ini dilakukan agar instrumen yang dibuat memiliki
kualitas yang baik.
2.
Pelaksanaan PTK
a. Melaksanakan
skenario pembelajaran yang telah direncanakan.
b. Melaksanakan
pembelajaran klasikal dengan menggunakan media.
c. Dalam
meningkatkan hasil pembelajaran
dengan menggunakan media
konkrit peneliti menyediakan
soal-soal latihan untuk
mengetahui penguasaan siswa dalam pembelajaran.
d. Memberikan tes siklus I untuk menguji
pemahaman siswa terhadap konsep yang diajarkan dengan menerapkan pendekatan
kontekstual.
e. Melakukan
proses observasi terhadap
pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang
telah dibuat.
3.
Observasi
Dalam
tahap ini proses
obeservasi dilaksanakan pada
saat penelitian tindakan kelas
berlangsung dengan menggunakan lembar observasi, LKS dan lembar soal, wawancara
dan jurnal sebagai instrumen penelitian.
4.
Refleksi
Hasil
yang didapat dalam
tes dan non
tes (observasi, jurnal,
dan wawancara) dapat direfleksikan
dengan melihat data,
apakah kegiatan yang telah
dilakukan dapat meningkatkan
hasil belajar siswa
melalui beberapa tahapan yang
sudah diberikan? Hasil
analisa data yang
dilaksanakan dalam tahap ini
akan dipergunakan sebagai
acuan untuk merencanakan
siklus berikutnya.
Demikianlah empat tahap yang akan
penulis laksanakan dalam penelitian ini membentuk suatu siklus. Untuk jelasnya
rangkaian Penelitian Tindakan Kelas yang akan dilaksanakan dapat diuraikan
sebagai berikut :
1. Kegiatan
Siklus I
a.
Perencanaan
1)
Merancang rencana
pembelajaran IPA materi
Tumbuhan dan Bagiannya dengan
langkah-langkah pendekatan kontekstual.
2)
Membuat Lembar Kerja Siswa
(LKS)
3)
Menugaskan untuk membawa pot
yang berisi tanaman atau polibag.
b.
Pelaksanaan Tindakan
Melaksanakan rencana
pembelajaran IPA materi
Tumbuhan dan Bagiannya dengan
langkah-langkah pendekatan metode
kerja kelompok, melakukan wawancara dan
mengisi jurnal.
c.
Observasi
Pada
observasi dilakukan pengamatan
terhadap guru dan
siswa. Pengamatan pada guru
mencakup aspek keterampilan
mengajar guru dalam pendekatan
kontekstual, dan pengamatan
pada siswa meliputi aktivitas siswa selama proses
pembelajaran.
d.
Refleksi
Kegiatan refleksi
dilakukan untuk mengevaluasi
hasil tindakan, apakah masih
terdapat kelemahan yang nampak dari pemberian tindakan? Hasil evaluasi
tersebut akan digunakan
sebagai dasar untuk memberiankan tindakan siklus
berikutnya.
2. Kegiatan
Siklus II
a.
Perencanaan
Setelah melihat
hasil refleksi kegiatan
pada siklus I
maka untuk mengatasi kelemahan
yang terjadi disusun
perencanaan tindakan untuk kegiatan siklus II sebagai upaya
peningkatan pemahaman siswa terhadap materi
cara tumbuhan hijau membuat makanan.
Langkah-langkah yang disusun dalam perencanan kegiatan siklus II,
yaitu:
1)
Merancang Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
IPA materi materi cara tumbuhan hijau membuat makanan
dengan langkah-langkah pendekatan metode kerja kelompok.
2)
Menyusun instrumen
penelitian berupa : LKS, lembar
soal, lembar wawancara dan
jurnal.
b. Pelaksanaan Tindakan
Melaksanakan RPP
materi cara tumbuhan hijau
membuat makanan dengan langkah-langkah metode kerja kelompok, yaitu :
1)
Membawa siswa ke kebun sekolah.
2)
Mengamati tumbuhan
dan bagiannya beserta
fungsinya sambil mengisi LKS.
3)
Melakukan diskusi
4)
Mempresentasikan hasil diskusi
5)
Evaluasi hasil kegiatan berupa
tes dan non tes (observasi, wawancara dan jurnal)
c.
Observasi
Pada
observasi dilakukan pengamatan
terhadap guru dan
siswa dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat.
d. Refleksi
Data yang diperoleh dari hasil observasi dianalisa sesegera mungkin
berdasarkan kriteria yang
telah ditentukan. Hasil
analisa dipergunakan sebagai bahan
untuk pemberian tindakan
selanjutnya. Hasil data yang didapat dalam evaluasi kegiatan ini
dapat menjadi dasar untuk mengambil simpulan dari permasalahan penelitian.