PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL
BELAJAR IPA MATERI MENJELASKAN BERBAGAI ENERGI ALTERNATIF DANCARA PENGGUNAANNYA MELALUI PENDEKATANSAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT SISWA
KELAS IV
SEKOLAH DASAR NEGERI ..............
Disusun dan Diajukan sebagai Salah
Satu Syarat Tugas Akhir Program
dalam Mata Kuliah Pemantapan Kemampuan Profesional
(PDGK 4501) Program S1 PGSD
FKIP
Universitas Terbuka
Oleh :
..............................................
NIM ...........................
UNIVERSITAS TERBUKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIT PROGRAM BELAJAR JARAK JAUH
................................................
………………
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA)
merupakan mata pelajaran
yang berhubungan dengan
cara mencari tahu
tentang alam secara
sistematis. Pengetahuan IPA menjadi penting dikuasai siswa karena dengan
dikuasainya ilmu ini secara bermakna
oleh seorang siswa
akan menjadikan diri
siswa menjadi pribadi yang survive karena mampu
menyelesaikan permasalahan yang
ada dan yang tak kalah penting
adalah menjadikan seorang siswa dapat mengenal Tuhan-nya lebih baik.
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam mempunyai potensi besar untuk memainkan peran
strategis dalam menyiapkan
sumber daya manusia
untuk menghadapi era industrialisasi dan
globalisasi. Potensi ini
dapat terwujud jika pendidikan IPA
mampu melahirkan siswa
yang cakap dalam
IPA dan berhasil menumbuhkan kemampuan
berpikir logis, bersifat
kritis, kreatif, inisiatif
dan adaptif terhadap perubahan
dan perkembangan. Kualitas
sumber daya manusia seperti ini
menjamin keberhasilan upaya
penguasaan teknologi untuk pembangunan di Indonesia.
Kenyataannya
pelajaran IPA masih
dianggap menjadi suatu mata
pelajaran yang sulit, Ketidaktahuan
peserta didik mengenai kegunaan IPA
dalam praktik sehari-hari
menjadi penyebab mereka
lekas bosan dan
tidak tertarik pada pelajaran
IPA, disamping pengajar
IPA yang mengajar
secara monoton dan hanya berpegang teguh pada diktat-diktat atau
buku-buku paket saja.
Demikian
pula yang terjadi
di sekolah kami, hasil tes pendahuluan menunjukkan hasil
hanya 4 siswa (18,18%) dari 22 siswa dinyatakan tuntas belajarnya, sedangkan 18
orang siswa (81,82%) tidak tuntas belajarnya. Jumlah tersebut sangatlah besar,
dan bisa simpulkan bahwa proses pembelajaran tidak berhasil. Hasil refleksi menunjukkan
bahwa pembelajaran IPA di kelas IV SD
Negeri .............. masih dilakukan secara konvensional (pembelajaran
berpusat pada guru)
dan nilai rata-rata
pada mata pelajaran IPA yang diperoleh adalah 56,82, hal ini menunjukan
belum mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang ditentukan yaitu 65.
Upaya mengatasi
permasalahan yang terjadi,
diperlukan suatu upaya untuk
memperbaiki kualitas pembelajaran
agar dapat meningkatkan
pembelajaran yang lebih
menitikberatkan pada model
pembelajaran yang dapat memberikan kesempatan
kepada siswa untuk
mengembangkan dan Salah satu
upaya yang diharapkan
dapat memperbaiki kualitas pembelajaran IPA di kelas IV SD Negeri .............. adalah
pembelajaran dengan menggunakan
Model Sains Teknologi
Masyarakat.
Alasan
digunakannya model ini
sebagai upaya memperbaiki
pembelajaran IPA adalah karena
model ini memberikan
pengalaman yang lebih
banyak kepada siswa, karena
siswa sendiri yang
mengkonstruksi konsep IPA
berdasarkan interaksinya dengan berbagai sumber yang ada. Selain itu
model ini memberikan kesempatan
pada siswa untuk
dapat berbuat sesuatu
untuk alam sekitar
melalui pengajuan solusi dan
tindakan yang nyata.
sehingga pembelajaran IPA
melalui model Sains Teknologi Masyarakat akan menjadi lebih berarti dan
bermakna bagi siswa. Dengan lebih
berarti dan bermakna
nya pembelajaran IPA,
diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran
IPA, sebab itu Model Sains Teknologi Mayarakat akan menjadi salah satu model
pembelajaran yang bisa
dipertimbangkan, dimana dengan
model Sains Teknologi Masyarakat.
siswa dituntut untuk:
1) Aktif mencari
informasi untuk menemukan jawaban
permasalahan 2) mengajukan
solusi, dan 3)
mengambil tindakan.
Berdasarkan data tersebut di
atas, maka peneliti meminta bantuan teman sejawat dan kepala sekolah untuk
membantu mengidentifikasi kekurangan dari pembelajaran yang dilaksanakan. Dari
hasil diskusi terungkap beberapa masalah yang terjadi dalam pembelajaran, yaitu
:
- Siswa kurang menguasai konsep tentang energi alternatif dan cara penggunaannya sehingga hasil belajar siswa rendah.
- Siswa tidak dapat menjawab pertanyaan guru
- Siswa tidak mencatat hal-hal penting kalau tidak disuruh
- Tidak ada media atau alat peraga yang mendukung materi pembelajaran.
- Siswa tidak mampu mengaplikasikan materi yang dipelajarinya dalam kehidupan sehari-hari.
Melalui refleksi diri, kaji
literatur dan diskusi dengan supervisor dapat diketahui bahwa kemungkinan
faktor penyebab timbulnya masalah di atas adalah :
1. Pendekatan
pembelajaran yang digunakan guru tidak sesuai dengan karakteristik siswa
sekolah dasar
2. Penggunaan alat peraga pembelajaran yang
kurang bervariasi
3. Guru tidak melibatkan siswa untuk aktif
dalam pembelajaran dan penemuan informasi
4. Guru kurang memotivasi siswa dalam
pembelajaran
5. Guru dalam menjelaskan materi terlalu
cepat.
Melihat permasalahan
pembelajaran yang ada, peneliti perlu melakukan upaya perbaikan karena jika hal
tersebut dibiarkan maka tidak menutup kemungkinan akan menjadi sumber utama
penyebab turunnya hasil belajar siswa. Oleh karena itu
perlu diupayakan solusi alternatif dari persoalan tersebut dengan melaksanakan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam materi berbagai energi
alternatif dan cara penggunaannya melalui pendekatan model sains teknologi
masyarakat pada siswa kelas IV SDN ...............
B. Perumusan Masalah
Dari uraian sebagaimana
latar belakang masalah di atas, maka dapat ditentukan perumusan masalahnya
yaitu :
1. Bagaimana meningkatkan motivasi belajar
siswa dengan menggunakan model Sains Teknologi Masyarakat dalam pembelajaran ilmu
pengetahuan alam materi berbagai energi alternatif dan cara penggunaannya?
2. Bagaimana meningkatkan hasil belajar siswa
dengan menggunakan model Sains Teknologi Masyarakat dalam pembelajaran ilmu
pengetahuan alam materi berbagai energi alternatif dan cara penggunaannya?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di
atas, dan agar memiliki arah yang jelas, maka ditetapkan tujuan dari perbaikan
tersebut sebagai berikut :
1. Untuk memperbaiki pembelajaran IPA materi berbagai
energi alternatif dan cara penggunaannya melalui pendekatan model Sains Teknologi Masyarakat sehingga motivasi
belajar siswa meningkat.
2. Untuk memperbaiki pembelajaran IPA materi berbagai
energi alternatif dan cara penggunaannya melalui pendekatan model Sains Teknologi Masyarakat sehingga
hasil belajar siswa meningkat.
D. Manfaat Penelitian
Diharapkan dengan penelitian
tindakan kelas ini juga dapat memberikan manfaat bagi :
1. Siswa
a.
Meningkatkan aktivitas dan
kreativitas siswa.
b.
Memberi pengalaman belajar
siswa dengan berbagai macam pendekatan.
c.
Meningkatkan minat serta
pemahaman dalam pembelajaran IPA.
d.
Meningkatkan dan
mengembangkan kualitas siswa
dalam pembelajaran IPA.
e.
Merangsang penemuan dan
penyelidikan mandiri di dalam dan di luar kelas.
f.
Peka terhadap
permasalahan-permasalahan
yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
2. Bagi Guru
a.
Membantu dan memperlancar
proses belajar siswa.
b.
Memberikan dasar
ilmiah bagi guru
sekolah gunamengembangkan dan
melaksanakan pembelajaran yangberorientasi pada siswa.
c.
Sumbangan pemikiran dalam
mengembangkan dan meningkatkanmutu serta kualitas pendidikan.
3. Bagi Sekolah
a. Memberikan
landasan dan argumentasi
bagi kebijakan yang
akan diambil guna meningkatkan
mutu pendidikan nasional
melalui model dan metode
pembelajaran yang tepat di sekolah.
b. Meningkatkan kualitas pendidikan bagi siswa
c. Mengembangkan mutu dan hasil belajarnya
d. Mempunyai kesempatan untuk berkembang
pesat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Pembelajaran IPA
Ilmu
Pengetahuan Alam atau
IPA bisa juga
di sebut dengan
Sains. IPA dapat pula
disebut dengan ilmu
yang mempelajari ilmu
kealaman atau yang mempelajari tentang alam. ( Poedijadi,
2001:3 ) Beberapa ilmuan memberikan
definisi sains sesuai dengan pengamatan dan pemahamannya. Carin (1993:3)
mendefinisikan science sebagai The activity of questioning and exploring the
universe and finding and expressing it’s hidden order, yaitu
“ Suatu kegiatan
berupa pertanyaan dan
penyelidikan alam semesta dan
penemuan dan pengungkapan
serangkaian rahasia alam.
“ Sains mengandung makna
pengajuan pertanyaan, pencarian
jawaban, pemahaman jawaban,
penyempurnaan baik tentang gejala maupun karakteristik alam sekitar melalui
cara-cara sistematis (Depdiknas 2002a 1 ).
Ilmu
Pengetahuan Alam atau
IPA bisa juga
di sebut dengan
Sains. IPA dapat pula
di sebut dengan
ilmu yang mempelajari
ilmu kealaman atau
yang mempelajari tentang alam. ( Poedijadi, 2001:3 )
Beberapa ilmuan memberikan definisi
sains sesuai dengan pengamatan dan pemahamannya. Carin (1993:3) mendefinisikan
science sebagai The activity of questioning and exploring the universe and
finding and expressing it’s hidden order,
yaitu “ Suatu
kegiatan berupa pertanyaan
dan penyelidikan alam semesta
dan penemuan dan
pengungkapan serangkaian rahasia
alam. “ Sains mengandung makna
pengajuan pertanyaan, pencarian
jawaban, pemahaman jawaban, penyempurnaan
baik tentang gejala maupun karakteristik alam sekitar melalui cara-cara
sistematis (Depdiknas 2002a 1 ).
James Conant ( Samatawo, 2006:1),
mendefinisikan Sains sebagai “ suatu deretan
konsep serta konseptual
yang berhubungan satu
sama lain dan
yang tumbuh sebagai hasil eksperimentasi dan observasi serta berguna
untuk diamati dan dieksperimrntasikan lebih lanjut.
Sedangkan menurut
Powler ( Samatowa,
2006:2 ) bahwa
“ IPA merupakan ilmu
yang berhungan dengan
gejala-gejala alam dan
kebendaan yang sistematis yang tersusun secara teratur berlaku untuk
umum yang berupa kumpulan hasil observasi dan eksperimen.
Ilmu
Pengetahuan Alam atau
IPA atau Sains,
merupakan salah satu
mata pelajaran yang dalam
penyampaiannya menekankan pada
pemberian pengalaman secara langsung,
dimana siswa dibekali
untuk mengembangkan sejumlah keterampilan
proses guna menjelajahi
alam sekitar dan memahaminya. Yuliariantiningsih (2004:28)
berpendapat bahwa pada prinsipnya sains
di sekolah dasar
membekali siswa kemampuan
berbagai cara mengetahui dan
suatu cara mengerjakan
yang dapat membantu
siswa untuk memahami alam sekitar
secara mendalam.
Di dalam kurikulum
tingkat satuan pendidikan disebutkan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA) merupakan cara
untuk mencari tahu
tentang alam secara sistematis
untuk menguasai pengetahuan,
fakta-fakta, konsep-konsep,
prinsip-pronsip, proses penemuan, dan memiliki sikap ilmiah. Pendidikan IPA
di sekolah dasar
bermanfaat bagi peserta
didik untuk mempelajari
diri sendiri dan alam
sekitar. Pendidikan IPA
menekankan pada pemberian
pengalaman langsung untuk mengembangkan
kompetensi agar peserta
didik mampu menjelajahi dan
memahami alam sekitar
secara ilmiah. Pendidikan
IPA diarahkan untuk “mencari
tahu“ dan “berbuat“
sehingga dapat membantu peserta didik
untuk memperoleh pemahaman
yang lebih mendalam
tentang alam sekitar”
Pengaplikasian pendidikan
IPA sebagaimana yang
tercantum dalam Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan serta
mengarah kepada pencapaian tujuan dan
fungsi Pendidkan Nasional
akan terarah kepada
elemen yang bersentuhan langsung
dengan peserta didik yaitu Guru.
Guru
sebagai pelaksana kegiatan
yang sangat mendasar
yaitu proses belajar mengajar
(PMB), sehingga mempunyai
peran yang sangat
penting di dalam mencapai tujuan
pembelajaran, tidak terkecuali pembelajaran IPA. Perbaikan PMB
merupakan suatu keharusan
yang harus dilakukan
oleh seorang guru. Perbaikan
PMB tersebut sangat
berkaitan erat dengan
kinerja-kinerja dari guru itu sendiri sebagai pelaksana dan pengembangan
PMB.
Keberhasilan PMB
sekarang ini sangat
sulit sekali untuk
ditinggalkan, khususnya di daerah
pedesaan yang identik
masih berfikir tradisional.
Hal ini terlihat dari cara pandang
bahwa proses pembelajaran hanya dijadikan sebagai keharusan bukan
sebagai kebutuhan. Proses
pembelajaran hanya untuk memperoleh ijazah
saja sebagai pengakuan
dari pemerintah, bukan
sebagai kegiatan untuk mendapatkan
wawasan yang kelak
akan berguna untuk kehidupannya di masa
datang. Sepertinya gaya
berfikir seperti ini
masih harus diturunkan, apalagi
dengan keadaan yang
semakin sulit semakin
memperkuat cara berfikir seperti itu.
Teori
belajar Hilda dan
Taba (Kardisaputra, 2000
: 26), “
semua teori belajar bertitik
tolak dari konsep mengenai manusia dan tingkah laku”. Dengan demikian, teori
belajar disebut juga
dengan teori perkembangan
mental yang membicarakan tentang
kesiapan seseoarang untuk
melakukan tugas-tugasnya sesusai
dengan fase-fase tertentu sedangkan teori-teori mengajar adalah uraian tentang
petunjuk bagaimana semestinya seoarang guru mengajar kepada anak.
Berdasarkan pengertian-pengertian di
atas dapat disimpulkan
bahwa IPA adalah Pengetahuan
( ilmiah yang
dapat meliputi fakta,
konsep, prinsif, gagasan-gagasan
atau ide teori, hukum-hukum dan model-model ) tentang alam sekitar yang
diperoleh melalui proses ilmiah ( eksperimen dan observasi ) yang
dilakukan melaui indra
dan interaksi dua
arah, serta berkaitan
dengan pengembangan sikap ilmiah,tindakan dan mengasung nilai-nilai atau
manfaat.
Fungsi dan
tujuan utama pendidikan
IPA di SD
(Yager, 1996:9) tentang ruang
lingkup hasil belajar
IPA yang mencakup
kognisi atau konsep, keterampilan proses,
sikap, kreatifitas dan
aflikasi. Seperti halnya
tujuan pendidikan di SD
adalah agar siswa
mampu menerapkan konsep-konsep
dan prinsip-prinsip IPA yang
telah dipelajari menggunakan
teknologi sederhana untuk memecahkan
masalah-masalah yang di
temukan dalam kehidupan sehari-hari. Untuk memenuhi
kebutuhan belajar siswa maka pembelajaran IPA di sekolah
diupayakan untuk sesederhana
mungkin supaya siswa
dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari dan mereka berfikiran
IPA sangat penting untuk di pelajari untuk menunjang kehidupannya dan
bermanfaat bagi mereka.
Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa
pada hakekatnya sains
terdiri atas tiga komponen,
yaitu produk, proses
dan sikap ilmiah.
Jadi tidak hanya terdiri
atas kumpulan pengetahuan
atau fakta yang
dihafal, namun juga merupakan kegiatan atau proses aktif
menggunakan fikiran dalam mempelajari rahasia gejala Alam.
Pendidikan IPA
dengan menggunakan pendekatan
STM adalah suatu bentuk
pengajaran yang tidak
hanya menekankan penuasaan
konsepnya saja tetapi menekankan
peran IPA dan
teknologi dalam berbagai
kehidupan di masyarakat dan
dapat menumbuhkan rasa
tanggung jawab terhadap
dampak teknologi di masyarakat.
Tujuan mata
pelajaran IPA/Sains, yaitu agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai
berikut :
a. Meningkatkan keyakinan terhadap kebesaran
Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam
ciptaanNya.
b. Mengembangkan pemahaman tentang berbagai macam
gejala alam, konsep dan prinsip IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari.
c. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta
dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan serta sumber daya alam. (Permen
22 tahun 2006)
2. Karakteristik Pembelajaran IPA
Objek
kajian pendidikan IPA berada pada berbagai persoalan/fenomena alam. Hal ini
seperti yang diungkapkan oleh Supriyadi (1999: 1) bahwa objek kajian IPA adalah
segala fenomena lingkungan (alam) yang berujud titik kecil hingga alam raya
yang sangat besar. IPA menurut Depdiknas (2003: 6) merupakan cara mencari tahu tentang
alam semesta secara sistematis untuk menguasai pengetahuan fakta-fakta,
konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses penemuan, dan memiliki sikap ilmiah.
Trowbidge
dan Byebee (1986: 38) mendefinisikan IPA sebagai berikut : Science is body of knowledge, formed by of continous inquiry, and
compassing the people who are engaged in the scientific enterprise. Jadi
karakteristik IPA yang kemudian membedakannya dengan ilmu pengetahuan yang lain
adalah bahwa IPA ditempuh melalui berbagai penemuan proses empiris secara
berkelanjutan yang masing-masing akan memberi kontribusi dengan berbagai jalan untuk
membentuk sistem unik yang disebut IPA.
Suyoso
(2001: 1-4) mengungkapkan bahwa nilai intelektualitas IPA menuntut kecerdasan
dan ketekunan, dalam mencari jawaban suatu persoalan didasarkan atas
pertimbangan rasional dan objektivitas dengan
melalui observasi atau kegiatan eksperimen
untuk memperoleh data yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Secara
lebih terperinci. Robert B. Sund (1973: 12) menjelaskan tentang bagaimana suatu
pemahaman IPA ditemukan atau yang sekarang dikenal sebagai metode IPA
(scientific method). Setidaknya ada enam langkah untuk melakukan proses IPA ,
yaitu (1) stating the problem, (2)
formulating hypotheses, (3) designing an experiment, (4) making obsevation, (5)
collecting data from the experiment, (6) drawing conclutions.
3. Hasil Belajar
Dari hasil
penelitian yang dikemukakan oleh Bloom (dalam Semiawan dan Munandar, 2004 ; 4)
berangkat dari pola distribusi normal, anak-anak yang terletak di ujung sebelah
kiri dan kanan tidak dapat memanfaatkan secara baik layanan pendidikan yang
disediakan sekolah untuk kelompok normal atau kelompok biasa. Hasil belajar
sangat dipengaruhi oleh interaksi semakin baik semakin baik hasil belajar, dan semakin rendah
interaksi semakin rendah pula hasil belajarnya.
Hasil
belajar adalah segala
perilaku siswa baik
berupa pengetahuan, sikap, nilai,
dan keterampilan berkat
latihan dan pengalaman.
Hasil belajar merupakan tolok ukur keberhasilan siswa di
dalam memahami materi yang telah disampaikan oleh guru
ketika kegiatan belajar
mengajar berlangsung. Seseorang
dikatakan telah belajar apabila
ia telah memperoleh
hasil belajar yang
telah dicapai yakni perubahan tingkah laku. Hasil belajar
sangat tergantung pada proses belajar yang dilaksanakan. Hasil belajar tersebut
akan terlihat setelah diberikan perlakuan pada proses belajar yang dianggap
sebagai proses pemberian pengalaman belajar.
Menurut Hamalik (2006: 30)“hasil
belajar adalah bila seseorang telah
belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari
tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti”.
Dari penjelasan-penjelasan di atas
dapat dikatakan bahwa hasil belajar adalah suatu proses
yang sifatnya kompleks
mulai dari mengamati,
membaca, meniru, mencoba, mendengar,
dan sebagainya yang
pada akhirnya menimbulkan
suatu perubahan tingkah laku
dalam diri seseorang
melalui pengalaman yang ditempuhnya. Hasil
belajar dalam penelitian
ini adalah suatu
ukuran nilai dari suatu perlakuan yaitu perlakuan dengan
menggunakan media berbasis STM (Sains Teknologi Masyarakat).
Pada masa sekarang, aspek-aspek
kemampuan hasil belajar di bagi dalam tiga golongan yaitu
ranah kognitif, afektif
dan psikomotor. Perumusan
aspek-aspek kemampuan yang menggambarkan
output peserta didik
yang dihasilkan dari proses
pembelajaran dapat digolongkan
kedalam tiga klasifikasi
berdasarkan taksonomi Bloom. Bloom
menamakan cara mengklasifikasi itu
dengan “The taxonomy of
education objectives”. Menurut
Bloom tujuan pendidikan
atau pembelajaran dapat diklasifikasikan ke
dalam tiga domain
(daerah, aspek, ranah atau matra), yaitu:
a. Domain kognitif;
berkenaan dengan kemampuan
dan kecakapan-kecakapan
intelektual berpikir;
b. Domain
afektif; berkenaan dengan
sikap, kemampuan dan
penguasaan segi-segi emosional, yaitu perasaan, sikap, dan nilai;
c. Domain
psikomotor; berkenaan dengan
suatu keterampilan-keterampilan
atau gerakan-gerakan fisik.
Menurut Anderson
(2001:268) ranah kognitif
dibagi dalam 6
(enam) tingkatan, yaitu mengingat
(remembering), memahami (understanding), menerapkan (apply),
menganalisa (analyze), mengevaluasi
(evaluate), dan mencipta
(create). Penelitian ini hanya dibatasi pada ranah kognitif saja, terutama
dalam aspek mengingat (remembering), dan memahami (understanding).
Hasil
belajar yang digunakan
untuk diteliti pada
penelitian ini adalah
hasil belajar ranah kognitif aspek
mengetahui, dan memahami.
Aspek mengetahui mengacu kepada
kemampuan siswa dalam
mengingat dan mengulang
kembali materi pelajaran yang
telah dipelajari. Aspek memahami
mengacu kepada kemampuan siswa
dalam memahami isi
materi pelajaran yang
meliputi kemampuan dalam menjelaskan,
menerangkan, menerjemahan, menafsirkan
atau menangkap makna atau arti suatu konsep. Ranah
kognitif, dan aspek
mengetahui serta memahami
pada penelitian ini digunakan
berdasarkan pada karakteristik
siswa sekolah dasar,
jenis materi yang ada
untuk sekolah dasar,
serta disesuaikan berasarkan
pada perkembangan
pengetahuan siswa sekolah
dasar.
Dari uraian
di atas dapat dikatakan bahwa kemampuan siswa (hasil belajar) dipengaruhi oleh
interaksi dan kondisi proses pembelajaran. Kondisi pembelajaran yang dikelola
dengan baik akan tercipta suasana
belajar mengajar yang menyenangkan sehingga akan dapat mempengaruhi pencapaian
tujuan pendidikan. Menurut Ahmadi (1991;147) apabila perhatian terhadap sesuatu
obyek tidak ada, tetapi obyek tersebut ternyata ada hubungannya dengan
kebutuhan kita maka dapat diharapkan bahwa kita akan mempunyai kemauan yang besar
terhadap obyek itu. Dengan kata lain, sasaran perhatian terhadap obyek tertentu
ada hubungannya dengan kebutuhan yang dapat diharapkan, obyek-obyek tertentu
tersebut akan mempengaruhi pola pikir seseorang.
4. Motivasi Belajar
Motivasi
merupakan suatu hal yang sangat penting bagi setiap kehidupan seseorang dalam
setiap aktivitasnya dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu. Kata "motif"
diartikan sebagai daya upaya yang mendorong
seseorang untuk menentukan sesuatu, berawal dari "motif" itu,
maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif.
Menurut Hudoyo (1995:24) Motivasi
Belajar adalah "Dorongan untuk mempelajari sesuatu dengan sungguh-sungguh
sehingga memiliki pengertian yang lebih mendalam dalam bidang tersebut untuk
mendapatkan kepandaian."
Sedangkan
menurut Mc. Donal dalam Suyabrata (1981:30), Motivasi adalah perubahan energi
dari seseorang yang ditandai dengan muncul feeling
dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian tersebut
mengandung tiga elemen penting, yaitu : (a) Bahwa motivasi itu mengawali
terjadinya perubahan energi pada diri individu manusia, yang penampakannya
menyangkut kegiatan fisik manusia; (b)
Motivasi ditandai dengan munculnya rasa "feeling" afeksi seseorang; (c) Motivasi akan dirangsang karena
adanya tujuan. Motivasi bukanlah hal yang dapat diamati, tetapi hal yang dapat
disimpulkan adanya, karena sesuatu yang dapat kita saksikan tiap aktivitas yang
dilakukan seseorang itu didorong oleh
sesuatu kekuatan dari dalam diri seseorang, kekuatan pendorong itulah yang
disebut motif.
Motivasi
adalah suatu perubahan energi dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan
timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan. Perubahan energi dalam diri seseorang itu
berbentuk suatu aktifitas nyata berupa kegiatan fisik.
Dari hal di
atas maka dapat dikatakan bahwa motivasi adalah suatu hal yang sangat penting
bagi setiap insan manusia untuk mencapai suatu
keberhasilan atau tercapainya keinginan apa yang diidam-idamkan oleh
setiap orang.
5. Energi Alternatif
Energi
alternatif adalah energi pengganti yang
dapat menggantikan peranan minyak Bumi.
Energi alternatif yang sedang dikembangkan adalah energi matahari, energi angin, energi
air terjun, dan panas bumi. (Depdiknas :
138)
6. Sains Teknologi Masyarakat
Pendekatan
sains-teknologi-masyarakat (STM) merupakan Sains-Teknologi-Masyarakat (STM)
yang diterjemahkan dari akronim bahasa Inggris STS (“Science-Technology-Society”) adalah sebuah gerakan pembaharuan
dalam pendidikan IPA. Pembaharuan ini mula-mula terjadi di Inggris dan Amerika,
sekarang sudah merebak ke negara-negara lain. Pendekatan STM dalam pendidikan
IPA diyakini oleh pakar-pakar di Amerika sebagai pendekatan yang tepat, sebab
pendekatan ini berusaha untuk menjembatani materi di dalam kelas dengan situasi
dunia nyata di luar kelas yang menyangkut perkembangan teknologi dan situasi
sosial kemasyarakatan. Hal ini menggambarkan bahwa pendekatan STM dijalankan
untuk mempersiapkan peserta didik dalam menghadapi masa depannya.
Pendekatan
ini menuntut agar peserta didik diikutsertakan dalam penentuan tujuan,
perencanaan, pelaksanaan, cara mendapatkan informasi, dan evaluasi
pembelajaran. Adapun yang digunakan sebagai penata (organizer) dalam pendekatan STM adalah isu-isu dalam masyarakat
yang ada kaitannya dengan Sains dan Teknologi. National Science Teachers
Association (NSTA) (1990 :1) memandang STM sebagai the teaching and learning of science in the context of human experience.
STM dipandang sebagai proses pembelajaran yang senantiasa sesuai dengan konteks
pengalaman manusia. Dalam pendekatan ini siswa diajak untuk meningkatakan kreativitas,
sikap ilmiah, menggunakan konsep dan proses sains dalam kehidupan sehari-hari.
Definisi
lain tentang STM dikemukakan oleh PENN STATE (2006:1) bahwa STM merupakan an interdisciplinary approach which reflects
the widespread realization that in order to meet the increasing demands of a
technical society, education must integrate across disciplines. Dengan
demikian, pembelajaran dengan pendekatan STM haruslah diselenggarakan dengan
cara mengintegrasikan berbagai disiplin (ilmu) dalam rangka memahami berbagai
hubungan yang terjadi di antara sains, teknologi dan masyarakat. Hal ini
berarti bahwa pemahaman kita terhadap hubungan antara sistem politik, tradisi masyarakat
dan bagaimana pengaruh sains dan teknologi terhadap hubungan-hubungan tersebut
menjadi bagian yang penting dalam pengembangan pembelajaran di era sekarang
ini.
Pandangan
tersebut senada dengan pendapat NC State University (2006: 1), bahwa STM
merupakan an interdisciplinery field of
study that seeks to explore a understand the many ways that scinence and
technology shape culture, values, and institution, and how such factors shape
science and technology. STM dengan demikian adalah sebuah pendekatan yang
dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana sains dan teknologi masuk dan merubah proses-proses
sosial di masyarakat, dan bagaimana situasi sosial.
Pendekatan
STM, sesuai dengan pengertian dan tujuan yang diungkapkan sebelumnya, dalam
penerapannya di dalam kelas sesungguhnya tidak membutuhkan konsep ataupun
proses yang terlalu unik. Sebagaimana menurut pandangan National Science
Teachers Association (1990:1), there are no concepts and/or processes uniqe to STS.
Hanya saja, ada beberapa prinsip yang harus dimunculkan dalam pendekatan STM
menurut National Science Teachers Association (1990:2) yaitu sebagai berikut:
1) Peserta didik melakukan
identifikasi terhadap persoalan dan dampak yang ditimbulkan dari persoalan
tersebut yang muncul di sekitar lingkungannya
2) Menggunakan sumberdaya lokal
untuk mencari informasi yang dapat digunakan dalam penyelesaian persoalan yang
telah berhasil diidentifikasi
3) Menfokuskan pembelajaran pada
akibat yang ditimbulkan oleh sains dan teknologi bagi peserta didik
4) Pandangan bahwa pemahaman
terhadap konten sains lebih berharga daripada sekedar mampu mengerjakan soal
5) Adanya penekanan kepada
keterampilan proses yang dapat digunakan peserta didik untuk menyelesaikan
persoalannya sendiri
6) Adanya penekanan pada kesadaran
berkarir, terutama karir yang berhubungan dengan sains dan teknologi
7) Memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk memperoleh pengalaman tentang aturan hidup bermasyarakat
yang dapat digunakan untuk menyelesaikan persoalan yang telah diidentifikasi
Dengan
melihat karakteristik IPA dan pendekatan STM sebagaimana yang diungkapkan di
muka, maka dapat dilihat bahwa keduanya memiliki prospek yang cukup baik dalam
rangka peningkatan life skills peserta didik. Pendekatan STM menghajatkan agar
peserta didik mampu merespon setiap perkembangan di masyarakat secara scientific, itu berarti bahwa peserta
didik diarahkan untuk memiliki thinking
skills dan sekaligus academic skills
agar bisa eksis hidup di masyarakat.
Secara rinci
Yager (dalam As’ari
2006:34-35) merumuskan karakteristik pendekatan STM adalah berikut
:
a.
Berawal dari
identifikasi masalah-masalah lokal
yang ada kaitannya dengan IPA dan teknologi oleh siswa
(dengan bimbingan guru ).
b.
Penggunaan sumberdaya
setempat baik sumberdaya
manusia maupun material.
c.
Keikutsertaan siswa
secara aktif dalam
mencari informasi yang
dapat diterapkan untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
d.
Pengidentifikasian cara-cara
yang memungkinkan IPA
dan teknologi untuk memecahkan
masalah sehari-hari.
e.
Dilaksanakan menurut
strategi pembuatan keputusan.
Setiap siswa harus menggunakan informasi
sebagai bukti, baik
untuk membuat keputusan tentang kehidupan
sehari-hari maupun keputusan
tentang masa depan masyarakat.
f.
Belajar tidak hanya berlangsung
di dalam kelas atau sekolah, tetapi juga di luar sekolah atau lapangan nyata.
g.
Penekanan pada
keterampilan proses yang
dapat digunakan siswa
dalam memecahkan masalah mereka sendiri
h.
Membuka wawasan
siswa tentang pentingnya
kesadaran karir/propesi, terutama
karir yang berkaitan dengan IPA dan teknologi.
i.
Adanya kesempatan
bagi siswa untuk
memperoleh pengalaman dalam berperan sebagai
warga negara untuk
mencoba memecahkan masalah-masalah yang telah mereka
identifikasi.
Mengingat karakteristik
seperti tersebut di
atas maka Yager
et.Al (dalam Margaretha dan
Karli.2002:29) mengemukakan bahwa
dalam pembelajaran STM terdapat 5
domain seperti domain konsep, proses, aplikasi, kreativitas dan sikap.
a.
Domain konsep,
mempfokuskan pada muatan
IPA yang meliputi
faktor, informasi, hukum, prinsip,
penjelasan keberadaan sesuatu
dan teori yang digunakan oleh
saintis. Tujuannya untuk
dapat mengelompokkan alam
yang teramati ke dalam
unit-unit yang teratur
untuk studi dan
penjelasan hubungan antara konsep
satu dan lainnya.
b.
Domain proses,
mengemukakan 15 proses
bagian bagian saintis
berfikir dan bekerja yaitu: mengobservasi, menggunakan ruang/waktu
mengklasifikasi, mengelompokkan,
dan mengorganisasi, menggunakan
bilangan, mengkuantifikasi,
mengukur, mengkomunikasikan, menginfer, memprediksikan, mengendalikan
dan mengidentifikasian variabel, menginterpretasikan data,
merumuskan hipotesis, memberikan
definisi secara operasional dan
maelaksanakan eksperimen.
c.
Domain aplikasi
meliputi aplikasi konsep
dan keterampilan dalam memecahkan masalah
sehari-hari, menggunakan proses
ilmiah dalam memecahkan masalah
yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
d.
Domain kreativitif
meliputi penggabungan objek-objek
dan ide-ide dalam cara-cara baru memecahkan masalah dan
teka-teki, menyarankan alasan-alasan yang mungkin menghasilkan ide-ide yang
tidak biasa, mendesain alat.
e.
Domain sikap meliputi pengembangan
sikap positif terhadap IPA dan diri sendiri,
pengembangan kepekaan dan
rasa hormat terhadap
perasaan orang lain,
mengeksresikan perasaan dengan cara-cara yang konstruktif.
Sains
merupakan suatu tubuh
pengetahuan (body of knowledge) dan proses
penemuan pengetahuan. Teknologi
merupkan suatu perangkat
keras ataupun perangkat lunak
yang di gunakan
untuk memecahkan masalah
bagi pemenuhan kebutuhan manusia.
Sedangkan masyarakat adalah
sekolompok manusia yang memiliki
wilayah, kebutuhan dan
norma-norma tertentu. Sains, teknologi dan masyarakat satu sama
lain saling berinteraksi ( Widyatiningtyas, 2009 :81). Menurut
Widyatiningtyas (2009:78), pendekatan
STM dapat menghubungkan kehidupan
dunia nyata anak
sebagai anggota masyarakat dengan kelas
sebagai ruang belajar
sains. The process
should give the
student practice in identifying
potential problems, collecting
data with regard
to the problem, considering
alternative solutions, and
considering the consequences based on
a particular decisions.
Proses pendekatan ini
dapat memberikan pengalaman belajar
bagi anak yang
mengidentifikasi potensi masalah, mengumpulkan data yang berkaitan
dengan masalah, mempertimbngkan solusi alternative dan mempertimbngkan
konsekuensi berdasarkan keputusan tertentu. Menurut podjiadji (2005:89),
pelaksanaan pendekatan STM dapat dilakukan melalui tiga macam strategi,
yaitu : Strategi
pertama, menyusun topik-topik tertentu yang
menyangkut konsep-konsep yang
ingin ditanamkan kepada peserta didik.
Pada strategi ini,
di awal pembelajaran
ini (topik baru)
guru memperkenalkan atau menunjukan
kepada peserta didik
adanya isu atau masalah
di lingkungan sekitar
atau menunjukan apalikasi
sains atau suatu produk
teknologi yang ada di lingkungan
mereka. Masalah atau
isu yang ada di lingkungan masayarakat
dapat pula di
usahakan agar ditemukan
oleh anak sendiri setelah
guru membimbing dengan
cara-cara tertentu. Melalui
kegiatan eksperimen atau diskusi
kelompok yang dirancang
oleh guru, akhinya
di bangun atau dikonstruksi pengetahuan pada anak. Dalam hal ini, pengetahuan yang
berbentuk konsep-konsep. Strategi
kedua , menyajikan
suatu topik yang
relevan dengan konsep-konsep
tertentu yang termasuk
dalam standar kompetensi
atau kompetensi dasar. Pada
saat membahas konsep-konsep
tertentu, suatu topic
relevan yang telah dirancang
sesuai strategi pertama
dapat diterapkan dalam
pembelajaran. Dengan demikian program STM merupakan suplemen dari kurikulum.
Strategi ketiga ,
mengajak anak untuk
berfikir dan menemukan
aplikasi konsep sains dalam industri atau
produk teknologi yang
ada pada masyarakat di
sela-sela kegiatan belajar
mengajar berlangsung. Contoh-contoh
adanya aplikasi konsep sains,
isu atau masalah,
sebaiknya diperkenalkan pada
awal pokok bahasan tertentu
untuk meningkatkan motivasi
peserta didik.
Untuk mengimplementasikan pendekatan
STM dalam pembelajaran, Dass (1999) dalam Raja (2009:143) mengemukakan empat
langkah kegiatan kelas yang secara
komfrehensif merupakan upaya
yang mengembangkan pemahaman murid dan pelaksanaan suatu proyek
STM yang berhubungan preservice guru. Keempat
langkah pembelajaran tersebut
adalah fase invitasi
atau undanagan atau inisiasi,
eksplorasi, mengusulkan penjelasan
dan solusi, dan
mengambil tindakan
a.
Tahap invitasi
Pada
tahap ini guru
meminta pendapat siswa
untuk dapat menyampaikan masalah-masalah yang
diamati atau masalah-masalah baru
yang mungkin timbul di
masyarakat. Misalnya dengan
membaca buku, melihat
kondisi langsung keadaan lingkungan dan lain sebagainya.
b.
Tahap eksplorasi
Pada
tahap eksplorasi guru
memberikan kesempatan pada
siswa untuk memahami dan
mempelajari masalah-masalah yang diamati atau masalah-masalah baru
yang mungkin timbul di
masyarakat. Misalnya dengan membaca buku,
melihat kondisi langsung
keadaan lingkungan dan
lain sebagainya.
c.
Tahap solusi atau penjelasan
Pada
tahap ini siswa
diminta untuk menjelaskan
hal-hal yang dapat dilakukan untuk
memberikan pendapat untuk
memecahkan masalah-masalah.
d.
Tahap aplikasi
1)
Pada tahap
aplikasi, siswa diharapkan
agar pengetahuan yang
telah diperolehnya dapat diterapkan
dalam kehidupan nyata.
Misalnya menggunakan saran, pertanyaan, yang digunakan untuk mengatasi
masalah lingkungan.
2)
Pembelajaran Konsep
Keseimbangan Ekosistem dengan Pendekatan STM
Menurut Wahyudi,
dkk dalam Munawarah
(2004 : 7)
ada beberapa keunggulan yang
dapat diperoleh dari
model pendekatan Sains
Teknologi Masyarakat yaitu:
a.
Keunggulan model Sains Teknologi Masyarakat jika ditinjau dari segi
tujuan
1)
Meningkatkan keterampilan
inquiry dan pemecahan, masalah di
samping keterampilan proses.
2)
Menekankan cara belajar yang
baik yang mencakup ranah kognitif, afektif
dan psikomotorik.
3)
Menekankan sains dalam
keterpaduan di antara bidang studi.
b.
Keunggulan model
Sains Teknologi Masyarakat
jika ditinjau dari
segi pembelajaran
1)
Menekankan keberhasilan siswa
2)
Menggunakan berbagai strategi
3)
Menyadarkan guru
bahwa kadang-kadang dirinya
tidak selalu berfungsi sebagai sumber informasi.
c.
Keunggulan model Sains Teknologi Masyarakat ditinjau dari segi
evaluasi
1)
Ada hubungan antara tujuan,
proses dan hasil belajar
2)
Perbedaan antara
kecakapan, kematangan serta
latar belakang siswa
juga diperhatikan.
3)
Kualitas efisiensi dan keefektifan
serta fungsi program juga dievaluasi.
Guru juga termasuk
yang dievaluasi usahanya
yang terus menerus
dalam membantu siswa.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Sebagai
bahan perbandingan dalam proses penulisan laporan pelaksanaan perbaikan pembelajaran,
peneliti mengambil beberapa referensi yang berkaitan erat dengan materi
penulisan laporan yang peneliti susun, diantara :
1.
Rizkarima. 2011. Penerapan
Model Sains Teknologi Masyarakat (Science Technologi Society) Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPA Pokok Bahasan Perubahan
Permukaan Bumi Akibat Kegiatan Manusia.. Skripsi. Program Studi S1
Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Jurusan Kependidikan Sekolah Dasar dan
Prasekolah FIP Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (1) Drs. Ir. Endro
Wahyuno, M.Si (2) Drs. Tomas Iriyanto, M.Pd
Salah
satu tujuan pembelajaran IPA di SD adalah agar siswa mampu mengembangkan
pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, dan karakteristik pembelajarannya yang
dilakukan dengan menggunakan berbagai macam cara (teknik) misalnya, observasi,
eksplorasi, dan eksperimentasi. Kegiatan pembelajaran dan hasil belajar siswa
pada mata pelajaran IPA khususnya materi perubahan permukaan bumi akibat
kegiatan manusia belum memuaskan. Hasil perolehan nilai rata-rata hanya
60, sementara KKM yang harus dicapai siswa adalah 70. Hal ini dikarenakan
rendahnya keterlibatan dan keaktifan siswa dalam pembelajaran disamping model
pembelajaran yang digunakan guru cenderung teacher centered. Kondisi nyata
tersebut ditemui pada pembelajaran IPA di SDN Tilil III. Berdasarkan kenyataan tersebut, perlu
diadakan perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas dengan
menggunakan Model Sains Teknologi Masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui bagaimana perencanaan, pelaksanaan dan hasil belajar siswa dalam
pembelajaran ilmu pengetahuan alam materi perubahan permukaan bumi akibat
kegiatan manusia.
Perbaikan
pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam tiga siklus
pembelajaran, masing-masing siklus terdiri atas empat langkah dengan
menggunakan model yang dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart, yaitu: (1)
Perencanaan, (2) Tindakan, (3) Obseravsi, dan (4) Refleksi. Perencanaan
pembelajaran dengan menerapkan Model Sains Teknologi Masyarakat harus disusun
secara cermat berdasarkan ciri khusus melalui langkah-langkah invitasi,
eksplorasi, pengajuan penjelasan dan solusi, dan tindak lanjut. Adapun
pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan Model Sains Teknologi Masyarakat
dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran, guru berperan sebagai fasilitator atau
pembimbing. Sedangkan hasil belajar siswa menunjukkan adanya peningkatan, yaitu
pada siklus 1 perolehan nilai rata-rata siswa adalah 59,9 nilai rata-rata pada
siklus 2 adalah 82,28, dan nilai rata-rata siswa pada siklus 3 adalah 84,15
. Persentase KKM pada siklus 1 adalah 59,9% pada siklus 2 adalah
89,74 % dan pada siklus 3 adalah 100%
2.
Yulaikah, Ari. 2010. Universitas Pendidikan Bandung
(UPI). Upaya Meningkatkan Hasil Belajar
Ipa Melalui Pendekatan Sains Teknologi
Masyarakat (STM) pada Materi Sumber Daya
Alam Dan Teknologi. (Penelitian Tindakan Kelas pada Kelas IV Semester 2 di SDN
Wanaherang 03 Kecamatan Gunungputri Kabupaten Bogor). Tujuan peneliti
melakukan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk mengetahui gambaran
hasil belajar dan respon siswa sebelum dan sesudah menggunakan pendekatan sains
teknologi masyarakat. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas
yang terdiri dari dua siklus dengan langlah-langkah penelitian yang meliputi
perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi tindakan, evaluasi, dan
refleksi yang menjadi acuan perencanaan tindakan selanjutnya. Instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah tes akhir, lembar observasi dan angket.
Dari temuan dan pengolahan data dapat diperoleh kesimpulan bahwa dengan
menggunakan pendekatan sains teknologi masyarakat hasil belajar siswa pada
materi sumber daya alam dan teknologi mengalami peningkatan,yaitu post test
siklus I tergolong cukup yaitu 63 tetapi setelah diberi tindakan, nilai
rata-rata yang dicapai siswa pada post test siklus II yaitu 77.3 atau meningkat
14,3. Respon yang diberikan siswa menunjukkan respon yang positif dan sebagian
besar siswa menyenangi dan setuju diterapkannya pendekatan STM dalam
pembelajaran. Aktivitas siswa dan guru dari siklus I ke siklus II dapat
berkembang dengan baik hal ini terlihat dari hasil lembar observasi guru dan
siswa. termasuk katagori baik. Rencana pelaksanaan pembelajaran yang digunakan
untuk melakukan penelitian dengan menggunakan pendekatan sains teknologi
masyarakat dipersiapkan dengan memperhatikan kompetensi dasar, indikator, model
pembelajaran, alat dan bahan yang digunakan, serta alat evaluasi yang akan
digunakan. Proses pembelajaran dengan menggunakan sains teknologi masyarakat
hendaknya mengoptimalkan partisipasi siswa dalam memecahkan masalah yang
berkaitan dengan IPA melalui penguasaan keterampilan proses secara menyeluruh
yang dapat dikuasai oleh siswa dengan mengemukakan isu-isu yang ada dalam
masyarakat
3.
Susanti, Elis (2010). Peningkatan Hasil Belajar Siswa MElalui Pendekatan Sains TEknologi
Masyarakat (STM) Pada Konsep Sifat Dan Perubahan Wujud Benda Di Kelas IV. Undergraduate
thesis, University of Muhammadiyah Malang.
Penelitian
tindakan kelas ini di dasarkan atas pola pendidikan di Indonesia di masa lalu
dan saat ini yang lebih berpusat pada guru, sehingga berimbas pada minimnya
motivasi dan keterampilan siswa dalam memecahkan berbagai permasalahan
sehari-hari. Berdasarkan hal tersebut maka bagaimanakah penerapan pendekatan
STM, aktifitas siswa dalam pembelajaran, dan hasil belajar siswa pada konsep
sifat dan perubahan wujud benda. Dari rumusan masalah tersebut maka tujuannya
untuk memahami cara pendekatan STM, memperoleh gambaran tentang aktifitas siswa
dan hasil belajar siswa yang maksimal pada bidang sains.
Model
pendekatan Sains Teknologi Masyarakat menawarkan konsep-konsep yang lebih
berpihak pada siswa, berupa konsep yang menitikberatkan pada penyelesaian
masalah dan proses berpikir yang melibatkan transfer jarak jauh dan di dalamnya
terkandung proses pembelajaran dengan tahapan-tahapan tertentu yang bertujuan
mengajarkan konsep-konsep baru dengan cara tertentu sehingga siswa mampu
memahami secara lebih baik materi-materi yang disajikan, selain itu STM juga
merupakan suatu bentuk pengajaran yang tidak hanya menekankan pada penguasaan
konsep-konsep sains saja, tetapi menekankan pada peran sains dan teknologi di
dalam berbagai kehidupan masyarakat dan menumbuhkan rasa tanggungjawab sosial
terhadap dampak sains dan teknologi di masyarakat. Efek yang dihasilkan dari
proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan STM ini adalah meningkatnya
keterampilan siswa dalam memecahkan permasalahan yang muncul dalam proses
pembelajaran seperti pada mata pelajaran IPA yang dijadikan sebagai dasar
penelitian ini.
Dari
data hasil penelitian yang telah analisis diperoleh bahwa pendekatan STM
ternyata dapat membimbing siswa bekerjasama dan berinteraksi dengan baik dan
memungkinkan siswa terlihat secara aktif pada proses pembelajaran dengan
menumbuhkan rasa tanggungjawab serta meningkatkan pemahaman dan aktivitas siswa
sehingga hasil belajar siswa meningkat. Hal ini terlihat adanya peningkatan
dalam setiap tindakan, nilai rata-rata yang diperoleh pada siklus I adalah
18,08 atau sekitar 47,58% siswa yang mendapat nilai di atas 6 sebanyak 28 orang
atau sekitar 72,81% sedangkan pada siklus II nilai rata-ratanya adalah 23,13
atau sekitar 60,87% dan siswa yang mendapat nilai di atas 6 ada 37 orang yaitu
sekitar 97,37% dengan persentase ini maka penelitian dengan menggunakan
pendekatan STM dikatakan berhasil.
C. Kerangka Berpikir
Kondisi
awal yang muncul sebagai permasalahan adalah rendahnya motivasi dan hasil belajar
siswa kelas IV SD Negeri .............. Kecamatan Majenang Kabupaten Cilacap
dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam materi energi alternatif.
Pengalaman, pengetahuan
dan pemahaman dapat
diperoleh melalui
pembelajaran formal maupun
non formal. Salah
satu pembelajaran pada pendidikan
formal yaitu pembelajaran
IPA dikarenakan IPA merupakan
konsep pembelajaran alam
dan mempunyai hubungan yang
sangat luas terkait
dengan kehidupan manusia. Pembelajaran
IPA sangat berperan
dalam proses pendidikan dan perkembangan
teknologi, karena IPA
memiliki upaya dalam membangkitkan minat
manusia serta kemampuan
dalam mengembangkan ilmu pengetahuan
dan teknologi serta
pemahaman tentang alam semesta
yang mempunyai banyak
fakta yang belum terungkap dan masih bersifat rahasia
sehingga hasil penemuannya dapat dikembangkan
menjadi ilmu pengetahuan
yang baru dan
dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Langkah-langkah yang ditempuh untuk mengatasi
masalah tersebut adalah melaksanakan kegiatan perbaikan pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam materi energi alternatif dan penggunaannya dengan menerapkan
pendekatan sains teknologi masyarakat yang diharapkan dapat meningkatkan
motivasi dan hasil belajar siswa.
Dalam
kurikulum 2006 (KTSP) disebutkan
bahwa pembelaajran IPA sangat
penting sebagai ilmu pengetahuan
dan untuk pengembangan
teknologi. Namun pada kenyataannya di
kelas peneliti menemukan
bahwa pembelajaran IPA
masih didominasi oleh
penggunaan metode ceramah
dan kegiatannya lebih berpusat
pada guru, aktifitas
siswa dapat dikatakan
hanya mendengarkan
penjelasan guru dan
mencatat hal-hal yang
dianggap penting. Guru menjelaskan
IPA hanya sebatas
produk dan sedikit proses, salah
satu penyebabnya adalah
padatnya materi yang
dibahas dan diselesaikan berdasarkan
kurikulum yang berlaku.
Padahal dalam membahas IPA
tidak cukup hanya
menekankan pada produk
tetapi yang lebih penting
proses membuktikan atau
mendapatkan suatu teori atau hukum.
Kondisi akhir
yang diharapkan adalah untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa sehingga
tingkat ketuntasan belajar siswa dapat tercapai, memperbaiki proses dan
memberikan pengalaman nyata kepada
siswa tentang konsep pembelajaran yang
diterimanya sehingga proses pembelajaran
dapat berjalan dengan baik serta tercapainya tujuan pelaksanaan proses
pembelajaran..
Dalam
bentuk bagan, kerangka pikir pelaksanaan
penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut :
Gambar 2.1 Kerangka
Berpikir
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan
kerangka berpikir di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan untuk
penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Penerapan pendekatan Sains Teknologi Masyarakat dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam materi
energi alternatif dan cara penggunaannyam dapat meningkatkan motivasi belajar
siswa kelas IV SDN ...............
b. Penerapan pendekatan Sains Teknologi Masyarakat dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam materi
energi alternatif dan cara penggunaannyam dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN ...............
Bab 2, 3, 5 dan lampiran2 serta halaman depan silahkan klik DOWNLOAD
atau hub. 081327121707 (sms only).