PENINGKATAN MOTIVASI  DAN HASIL
BELAJAR IPA MATERI MENJELASKAN BERBAGAI ENERGI ALTERNATIF DANCARA PENGGUNAANNYA MELALUI PENDEKATANSAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT SISWA
KELAS IV 
SEKOLAH DASAR NEGERI ..............
Disusun dan Diajukan sebagai Salah
Satu Syarat Tugas Akhir Program 
dalam  Mata Kuliah Pemantapan Kemampuan Profesional 
(PDGK 4501) Program S1 PGSD
FKIP 
Universitas Terbuka
Oleh :
..............................................
NIM  ...........................
UNIVERSITAS TERBUKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIT PROGRAM BELAJAR JARAK JAUH 
................................................
………………
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ilmu 
Pengetahuan  Alam  (IPA) 
merupakan  mata  pelajaran 
yang  berhubungan  dengan 
cara  mencari  tahu 
tentang  alam  secara 
sistematis. Pengetahuan IPA menjadi penting dikuasai siswa karena dengan
dikuasainya ilmu ini  secara  bermakna 
oleh  seorang  siswa 
akan  menjadikan  diri 
siswa  menjadi pribadi  yang  survive karena  mampu 
menyelesaikan  permasalahan  yang 
ada  dan yang tak kalah penting
adalah menjadikan seorang siswa dapat mengenal Tuhan-nya lebih baik. 
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam   mempunyai potensi besar untuk memainkan  peran 
strategis  dalam  menyiapkan 
sumber  daya  manusia 
untuk menghadapi  era  industrialisasi  dan 
globalisasi.  Potensi  ini 
dapat  terwujud  jika pendidikan  IPA 
mampu  melahirkan  siswa 
yang  cakap  dalam 
IPA  dan  berhasil menumbuhkan  kemampuan 
berpikir  logis,  bersifat 
kritis,  kreatif,  inisiatif 
dan adaptif  terhadap  perubahan 
dan  perkembangan.  Kualitas 
sumber  daya  manusia seperti  ini 
menjamin  keberhasilan  upaya 
penguasaan  teknologi  untuk pembangunan di Indonesia. 
Kenyataannya 
pelajaran  IPA  masih 
dianggap  menjadi suatu mata
pelajaran yang sulit,  Ketidaktahuan
peserta didik mengenai kegunaan IPA 
dalam  praktik  sehari-hari 
menjadi  penyebab  mereka 
lekas  bosan  dan 
tidak tertarik  pada  pelajaran 
IPA,  disamping  pengajar 
IPA  yang  mengajar 
secara monoton dan hanya berpegang teguh pada diktat-diktat atau
buku-buku paket saja.
Demikian 
pula  yang  terjadi 
di  sekolah  kami,  hasil tes pendahuluan menunjukkan hasil
hanya 4 siswa (18,18%) dari 22 siswa dinyatakan tuntas belajarnya, sedangkan 18
orang siswa (81,82%) tidak tuntas belajarnya. Jumlah tersebut sangatlah besar,
dan bisa simpulkan bahwa proses pembelajaran tidak berhasil. Hasil  refleksi menunjukkan
bahwa pembelajaran  IPA di kelas IV SD
Negeri .............. masih dilakukan secara konvensional  (pembelajaran 
berpusat  pada  guru) 
dan  nilai  rata-rata 
pada mata pelajaran IPA yang diperoleh adalah 56,82, hal ini menunjukan
belum mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang ditentukan yaitu 65. 
Upaya mengatasi 
permasalahan  yang  terjadi, 
diperlukan  suatu  upaya untuk 
memperbaiki  kualitas  pembelajaran 
agar  dapat  meningkatkan 
pembelajaran  yang  lebih 
menitikberatkan  pada  model 
pembelajaran  yang  dapat memberikan  kesempatan 
kepada  siswa  untuk 
mengembangkan  dan Salah  satu 
upaya  yang  diharapkan 
dapat  memperbaiki  kualitas pembelajaran  IPA  di  kelas IV SD Negeri ..............  adalah 
pembelajaran  dengan  menggunakan 
Model  Sains  Teknologi 
Masyarakat. 
Alasan 
digunakannya  model  ini 
sebagai  upaya  memperbaiki 
pembelajaran  IPA adalah  karena 
model  ini  memberikan 
pengalaman  yang  lebih 
banyak  kepada siswa,  karena 
siswa  sendiri  yang 
mengkonstruksi  konsep  IPA 
berdasarkan interaksinya dengan berbagai sumber yang ada. Selain itu
model ini memberikan kesempatan 
pada  siswa  untuk 
dapat  berbuat  sesuatu 
untuk  alam  sekitar 
melalui pengajuan  solusi  dan   
tindakan  yang  nyata. 
sehingga  pembelajaran  IPA 
melalui model Sains Teknologi Masyarakat akan menjadi lebih berarti dan
bermakna bagi siswa.  Dengan  lebih 
berarti  dan  bermakna 
nya  pembelajaran  IPA, 
diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran
IPA, sebab itu Model Sains Teknologi Mayarakat akan menjadi salah satu  model 
pembelajaran    yang  bisa 
dipertimbangkan,  dimana  dengan 
model Sains  Teknologi  Masyarakat. 
siswa  dituntut  untuk: 
1)  Aktif  mencari 
informasi untuk  menemukan  jawaban 
permasalahan  2)  mengajukan 
solusi,  dan   3) 
mengambil tindakan. 
Berdasarkan data tersebut di
atas, maka peneliti meminta bantuan teman sejawat dan kepala sekolah untuk
membantu mengidentifikasi kekurangan dari pembelajaran yang dilaksanakan. Dari
hasil diskusi terungkap beberapa masalah yang terjadi dalam pembelajaran, yaitu
:
- Siswa kurang menguasai konsep tentang energi alternatif dan cara penggunaannya sehingga hasil belajar siswa rendah.
 - Siswa tidak dapat menjawab pertanyaan guru
 - Siswa tidak mencatat hal-hal penting kalau tidak disuruh
 - Tidak ada media atau alat peraga yang mendukung materi pembelajaran.
 - Siswa tidak mampu mengaplikasikan materi yang dipelajarinya dalam kehidupan sehari-hari.
 
Melalui refleksi diri, kaji
literatur dan diskusi dengan supervisor dapat diketahui bahwa kemungkinan
faktor penyebab timbulnya masalah di atas adalah :
1.      Pendekatan 
pembelajaran yang digunakan guru tidak sesuai dengan karakteristik siswa
sekolah dasar
2.      Penggunaan alat peraga pembelajaran yang
kurang bervariasi
3.      Guru tidak melibatkan siswa untuk aktif
dalam pembelajaran dan penemuan informasi
4.      Guru kurang memotivasi siswa dalam
pembelajaran
5.      Guru dalam menjelaskan materi terlalu
cepat.
Melihat permasalahan
pembelajaran yang ada, peneliti perlu melakukan upaya perbaikan karena jika hal
tersebut dibiarkan maka tidak menutup kemungkinan akan menjadi sumber utama
penyebab turunnya hasil belajar siswa. Oleh karena itu
perlu diupayakan solusi alternatif dari persoalan tersebut dengan melaksanakan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam materi berbagai energi
alternatif dan cara penggunaannya melalui pendekatan model sains teknologi
masyarakat pada siswa kelas IV SDN ...............
B. Perumusan Masalah
Dari uraian sebagaimana
latar belakang masalah di atas, maka dapat ditentukan perumusan masalahnya
yaitu : 
1.      Bagaimana meningkatkan motivasi belajar
siswa dengan menggunakan model Sains Teknologi Masyarakat dalam pembelajaran ilmu
pengetahuan alam materi berbagai energi alternatif dan cara penggunaannya?
2.      Bagaimana meningkatkan hasil belajar siswa
dengan menggunakan model Sains Teknologi Masyarakat dalam pembelajaran ilmu
pengetahuan alam materi berbagai energi alternatif dan cara penggunaannya?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di
atas, dan agar memiliki arah yang jelas, maka ditetapkan tujuan dari perbaikan
tersebut sebagai berikut :
1.      Untuk memperbaiki pembelajaran IPA materi berbagai
energi alternatif dan cara penggunaannya melalui pendekatan  model Sains Teknologi Masyarakat sehingga motivasi
belajar siswa meningkat.
2.      Untuk memperbaiki pembelajaran IPA materi berbagai
energi alternatif dan cara penggunaannya melalui pendekatan  model Sains Teknologi Masyarakat sehingga
hasil belajar siswa meningkat.
D. Manfaat Penelitian
Diharapkan dengan penelitian
tindakan kelas ini juga dapat memberikan manfaat bagi :
1.      Siswa 
a.      
Meningkatkan aktivitas dan
kreativitas siswa. 
b.     
Memberi pengalaman belajar
siswa dengan berbagai macam pendekatan. 
c.      
Meningkatkan minat serta
pemahaman dalam pembelajaran IPA. 
d.     
Meningkatkan  dan 
mengembangkan  kualitas  siswa 
dalam pembelajaran IPA. 
e.      
Merangsang penemuan dan
penyelidikan mandiri di dalam dan di luar kelas. 
f.      
Peka  terhadap 
permasalahan-permasalahan 
yang  terjadi  dalam kehidupan sehari-hari. 
2.      Bagi Guru 
a.      
Membantu dan memperlancar
proses belajar siswa.
b.     
Memberikan  dasar 
ilmiah  bagi  guru 
sekolah  gunamengembangkan  dan 
melaksanakan  pembelajaran  yangberorientasi pada siswa. 
c.      
Sumbangan pemikiran dalam
mengembangkan dan meningkatkanmutu serta kualitas pendidikan. 
3.      Bagi Sekolah 
a.       Memberikan 
landasan  dan  argumentasi 
bagi  kebijakan  yang 
akan  diambil guna  meningkatkan 
mutu  pendidikan  nasional 
melalui  model dan metode
pembelajaran yang tepat di sekolah. 
b.      Meningkatkan kualitas pendidikan bagi siswa
c.       Mengembangkan mutu dan hasil belajarnya
d.      Mempunyai kesempatan untuk berkembang
pesat
BAB II
TINJAUAN  PUSTAKA
A. Kajian Teori
1.      Pembelajaran IPA
Ilmu 
Pengetahuan  Alam  atau 
IPA  bisa  juga 
di  sebut  dengan 
Sains.  IPA dapat  pula 
disebut  dengan  ilmu 
yang  mempelajari  ilmu 
kealaman  atau  yang mempelajari tentang alam. ( Poedijadi,
2001:3 )  Beberapa ilmuan memberikan
definisi sains sesuai dengan pengamatan dan pemahamannya. Carin (1993:3)
mendefinisikan science sebagai The activity of questioning and exploring the
universe and finding and expressing it’s hidden order,  yaitu 
“  Suatu  kegiatan 
berupa  pertanyaan  dan 
penyelidikan  alam semesta  dan 
penemuan  dan  pengungkapan 
serangkaian  rahasia  alam. 
“  Sains mengandung  makna 
pengajuan  pertanyaan,  pencarian 
jawaban,  pemahaman jawaban,
penyempurnaan baik tentang gejala maupun karakteristik alam sekitar melalui
cara-cara sistematis (Depdiknas 2002a 1 ). 
Ilmu 
Pengetahuan  Alam  atau 
IPA  bisa  juga 
di  sebut  dengan 
Sains.  IPA dapat  pula 
di  sebut  dengan 
ilmu  yang  mempelajari 
ilmu  kealaman  atau 
yang mempelajari tentang alam. ( Poedijadi, 2001:3 )  
Beberapa ilmuan memberikan definisi
sains sesuai dengan pengamatan dan pemahamannya. Carin (1993:3) mendefinisikan
science sebagai The activity of questioning and exploring the universe and
finding and expressing it’s hidden order, 
yaitu  “  Suatu 
kegiatan  berupa  pertanyaan 
dan  penyelidikan  alam semesta 
dan  penemuan  dan 
pengungkapan  serangkaian  rahasia 
alam.  “  Sains mengandung  makna 
pengajuan  pertanyaan,  pencarian 
jawaban,  pemahaman jawaban, penyempurnaan
baik tentang gejala maupun karakteristik alam sekitar melalui cara-cara
sistematis (Depdiknas 2002a 1 ). 
James Conant ( Samatawo, 2006:1),
mendefinisikan Sains sebagai “ suatu deretan 
konsep  serta  konseptual 
yang  berhubungan  satu 
sama  lain  dan 
yang tumbuh sebagai hasil eksperimentasi dan observasi serta berguna
untuk diamati dan dieksperimrntasikan lebih lanjut. 
Sedangkan  menurut 
Powler  (  Samatowa, 
2006:2  )  bahwa 
“  IPA merupakan  ilmu 
yang  berhungan  dengan 
gejala-gejala  alam  dan 
kebendaan yang sistematis yang tersusun secara teratur berlaku untuk
umum yang berupa kumpulan hasil observasi dan eksperimen. 
Ilmu 
Pengetahuan  Alam  atau 
IPA  atau  Sains, 
merupakan  salah  satu 
mata pelajaran  yang  dalam 
penyampaiannya  menekankan  pada 
pemberian pengalaman  secara  langsung, 
dimana  siswa  dibekali 
untuk  mengembangkan sejumlah  keterampilan 
proses  guna  menjelajahi 
alam  sekitar  dan memahaminya.  Yuliariantiningsih  (2004:28) 
berpendapat  bahwa  pada prinsipnya  sains 
di  sekolah  dasar 
membekali  siswa  kemampuan 
berbagai  cara mengetahui  dan 
suatu  cara  mengerjakan 
yang  dapat  membantu 
siswa  untuk memahami alam sekitar
secara mendalam. 
Di dalam  kurikulum 
tingkat  satuan  pendidikan disebutkan bahwa  Ilmu Pengetahuan  Alam 
(IPA)  merupakan  cara 
untuk  mencari  tahu 
tentang  alam secara  sistematis 
untuk  menguasai  pengetahuan, 
fakta-fakta,  konsep-konsep,
prinsip-pronsip, proses penemuan, dan memiliki sikap ilmiah. Pendidikan IPA
di  sekolah  dasar 
bermanfaat  bagi  peserta 
didik  untuk  mempelajari 
diri  sendiri dan  alam 
sekitar.  Pendidikan  IPA 
menekankan  pada  pemberian 
pengalaman langsung  untuk  mengembangkan 
kompetensi  agar  peserta 
didik  mampu menjelajahi  dan 
memahami  alam  sekitar 
secara  ilmiah.  Pendidikan 
IPA diarahkan  untuk    “mencari 
tahu“    dan  “berbuat“ 
sehingga  dapat  membantu peserta  didik 
untuk  memperoleh  pemahaman 
yang  lebih  mendalam 
tentang alam sekitar” 
Pengaplikasian  pendidikan 
IPA  sebagaimana  yang 
tercantum  dalam Kurikulum  Tingkat 
Satuan  Pendidikan  serta 
mengarah  kepada  pencapaian tujuan  dan 
fungsi  Pendidkan  Nasional 
akan  terarah  kepada 
elemen  yang bersentuhan langsung
dengan peserta didik yaitu Guru. 
Guru 
sebagai  pelaksana  kegiatan 
yang  sangat  mendasar 
yaitu  proses belajar  mengajar 
(PMB),  sehingga  mempunyai 
peran  yang  sangat 
penting  di dalam mencapai tujuan
pembelajaran, tidak terkecuali pembelajaran IPA. Perbaikan  PMB 
merupakan  suatu  keharusan 
yang  harus  dilakukan 
oleh seorang  guru.  Perbaikan 
PMB  tersebut  sangat 
berkaitan  erat  dengan 
kinerja-kinerja dari guru itu sendiri sebagai pelaksana dan pengembangan
PMB. 
Keberhasilan  PMB 
sekarang  ini  sangat 
sulit  sekali  untuk 
ditinggalkan, khususnya  di  daerah 
pedesaan  yang  identik 
masih  berfikir  tradisional. 
Hal  ini terlihat dari cara pandang
bahwa proses pembelajaran hanya dijadikan sebagai keharusan  bukan 
sebagai  kebutuhan.  Proses 
pembelajaran  hanya  untuk memperoleh  ijazah 
saja  sebagai  pengakuan 
dari  pemerintah,  bukan 
sebagai kegiatan  untuk  mendapatkan 
wawasan  yang  kelak 
akan  berguna  untuk kehidupannya  di masa 
datang.  Sepertinya  gaya 
berfikir  seperti  ini 
masih  harus diturunkan,  apalagi 
dengan  keadaan  yang 
semakin  sulit  semakin 
memperkuat cara berfikir seperti itu. 
Teori 
belajar  Hilda  dan 
Taba  (Kardisaputra,  2000 
:  26),  “ 
semua  teori belajar bertitik
tolak dari konsep mengenai manusia dan tingkah laku”. Dengan demikian,  teori 
belajar  disebut  juga 
dengan  teori  perkembangan 
mental  yang membicarakan  tentang 
kesiapan  seseoarang  untuk 
melakukan  tugas-tugasnya sesusai
dengan fase-fase tertentu sedangkan teori-teori mengajar adalah uraian tentang
petunjuk bagaimana semestinya seoarang guru mengajar kepada anak.  
Berdasarkan  pengertian-pengertian  di 
atas  dapat  disimpulkan 
bahwa  IPA adalah  Pengetahuan 
(  ilmiah  yang 
dapat  meliputi  fakta, 
konsep,  prinsif, gagasan-gagasan
atau ide teori, hukum-hukum dan model-model ) tentang alam sekitar yang
diperoleh melalui proses ilmiah ( eksperimen dan observasi ) yang
dilakukan  melaui  indra 
dan  interaksi  dua 
arah,  serta  berkaitan 
dengan pengembangan sikap ilmiah,tindakan dan mengasung nilai-nilai atau
manfaat. 
Fungsi  dan 
tujuan  utama  pendidikan 
IPA  di  SD 
(Yager,  1996:9)  tentang ruang 
lingkup  hasil  belajar 
IPA  yang  mencakup 
kognisi  atau  konsep, keterampilan  proses, 
sikap,  kreatifitas  dan 
aflikasi.  Seperti  halnya 
tujuan pendidikan  di  SD 
adalah  agar  siswa 
mampu  menerapkan  konsep-konsep 
dan prinsip-prinsip  IPA  yang 
telah  dipelajari  menggunakan 
teknologi  sederhana untuk  memecahkan 
masalah-masalah  yang  di 
temukan  dalam  kehidupan sehari-hari. Untuk memenuhi
kebutuhan belajar siswa maka pembelajaran IPA di  sekolah 
diupayakan  untuk  sesederhana 
mungkin  supaya  siswa 
dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari dan mereka berfikiran
IPA sangat penting untuk di pelajari untuk menunjang kehidupannya dan
bermanfaat bagi mereka. 
Dengan  demikian 
dapat  disimpulkan  bahwa 
pada  hakekatnya  sains 
terdiri atas  tiga  komponen, 
yaitu  produk,  proses 
dan  sikap  ilmiah. 
Jadi  tidak  hanya terdiri 
atas  kumpulan  pengetahuan 
atau  fakta  yang 
dihafal,  namun  juga merupakan kegiatan atau proses aktif
menggunakan fikiran dalam mempelajari rahasia gejala Alam. 
Pendidikan  IPA 
dengan  menggunakan  pendekatan 
STM  adalah  suatu bentuk 
pengajaran  yang  tidak 
hanya  menekankan  penuasaan 
konsepnya  saja tetapi  menekankan 
peran  IPA  dan 
teknologi  dalam  berbagai 
kehidupan  di masyarakat  dan 
dapat  menumbuhkan  rasa 
tanggung  jawab  terhadap 
dampak teknologi di masyarakat.
Tujuan mata
pelajaran IPA/Sains, yaitu agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai
berikut : 
a.   Meningkatkan keyakinan terhadap kebesaran
Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam
ciptaanNya.
b.   Mengembangkan pemahaman tentang berbagai macam
gejala alam, konsep dan prinsip IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari.
c.   Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta
dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan serta sumber daya alam. (Permen
22 tahun 2006)
2.      Karakteristik Pembelajaran IPA
Objek
kajian pendidikan IPA berada pada berbagai persoalan/fenomena alam. Hal ini
seperti yang diungkapkan oleh Supriyadi (1999: 1) bahwa objek kajian IPA adalah
segala fenomena lingkungan (alam) yang berujud titik kecil hingga alam raya
yang sangat besar. IPA menurut Depdiknas (2003: 6) merupakan cara mencari tahu tentang
alam semesta secara sistematis untuk menguasai pengetahuan fakta-fakta,
konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses penemuan, dan memiliki sikap ilmiah.
Trowbidge
dan Byebee (1986: 38) mendefinisikan IPA sebagai berikut : Science is body of knowledge, formed by of continous inquiry, and
compassing the people who are engaged in the scientific enterprise. Jadi
karakteristik IPA yang kemudian membedakannya dengan ilmu pengetahuan yang lain
adalah bahwa IPA ditempuh melalui berbagai penemuan proses empiris secara
berkelanjutan yang masing-masing akan memberi kontribusi dengan berbagai jalan untuk
membentuk sistem unik yang disebut IPA.
Suyoso
(2001: 1-4) mengungkapkan bahwa nilai intelektualitas IPA menuntut kecerdasan
dan ketekunan, dalam mencari jawaban suatu persoalan didasarkan atas
pertimbangan rasional dan objektivitas dengan
 melalui observasi atau kegiatan eksperimen
untuk memperoleh data yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Secara
lebih terperinci. Robert B. Sund (1973: 12) menjelaskan tentang bagaimana suatu
pemahaman IPA ditemukan atau yang sekarang dikenal sebagai metode IPA
(scientific method). Setidaknya ada enam langkah untuk melakukan proses IPA ,
yaitu (1) stating the problem, (2)
formulating hypotheses, (3) designing an experiment, (4) making obsevation, (5)
collecting data from the experiment, (6) drawing conclutions.
3.      Hasil Belajar 
Dari hasil
penelitian yang dikemukakan oleh Bloom (dalam Semiawan dan Munandar, 2004 ; 4)
berangkat dari pola distribusi normal, anak-anak yang terletak di ujung sebelah
kiri dan kanan tidak dapat memanfaatkan secara baik layanan pendidikan yang
disediakan sekolah untuk kelompok normal atau kelompok biasa. Hasil belajar
sangat dipengaruhi oleh interaksi semakin baik semakin  baik hasil belajar, dan semakin rendah
interaksi semakin rendah pula hasil belajarnya.
Hasil 
belajar  adalah  segala 
perilaku  siswa  baik 
berupa  pengetahuan,  sikap, nilai, 
dan  keterampilan  berkat 
latihan  dan  pengalaman. 
Hasil  belajar  merupakan tolok ukur keberhasilan siswa di
dalam memahami materi yang telah disampaikan oleh  guru 
ketika  kegiatan  belajar 
mengajar  berlangsung.  Seseorang 
dikatakan telah  belajar  apabila 
ia  telah  memperoleh 
hasil  belajar  yang 
telah  dicapai  yakni perubahan tingkah laku. Hasil belajar
sangat tergantung pada proses belajar yang dilaksanakan. Hasil belajar tersebut
akan terlihat setelah diberikan perlakuan pada proses belajar yang dianggap
sebagai proses pemberian pengalaman belajar. 
Menurut Hamalik (2006: 30)“hasil
belajar  adalah bila seseorang telah
belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari
tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti”.
Dari penjelasan-penjelasan di atas
dapat dikatakan bahwa hasil belajar adalah suatu  proses 
yang  sifatnya  kompleks 
mulai  dari  mengamati, 
membaca,  meniru, mencoba,  mendengar, 
dan  sebagainya  yang 
pada  akhirnya  menimbulkan 
suatu perubahan  tingkah  laku 
dalam  diri  seseorang 
melalui  pengalaman  yang ditempuhnya.  Hasil 
belajar  dalam  penelitian 
ini  adalah  suatu 
ukuran  nilai  dari suatu perlakuan yaitu perlakuan dengan
menggunakan media berbasis STM (Sains Teknologi Masyarakat). 
Pada masa sekarang, aspek-aspek
kemampuan hasil belajar di bagi dalam tiga golongan  yaitu 
ranah  kognitif,  afektif 
dan  psikomotor.  Perumusan 
aspek-aspek kemampuan  yang  menggambarkan 
output  peserta  didik 
yang  dihasilkan  dari proses 
pembelajaran  dapat  digolongkan 
kedalam  tiga  klasifikasi 
berdasarkan taksonomi  Bloom.  Bloom 
menamakan  cara  mengklasifikasi  itu 
dengan  “The taxonomy  of 
education  objectives”.  Menurut 
Bloom  tujuan  pendidikan 
atau pembelajaran  dapat  diklasifikasikan  ke 
dalam  tiga  domain 
(daerah,  aspek,  ranah atau matra), yaitu: 
a.   Domain  kognitif; 
berkenaan  dengan  kemampuan 
dan  kecakapan-kecakapan
intelektual berpikir; 
b.   Domain 
afektif;  berkenaan  dengan 
sikap,  kemampuan  dan 
penguasaan segi-segi emosional, yaitu perasaan, sikap, dan nilai; 
c.   Domain 
psikomotor;  berkenaan  dengan 
suatu  keterampilan-keterampilan
atau gerakan-gerakan fisik.
Menurut  Anderson 
(2001:268)  ranah  kognitif 
dibagi  dalam  6 
(enam) tingkatan,  yaitu  mengingat 
(remembering),  memahami  (understanding), menerapkan  (apply), 
menganalisa  (analyze),  mengevaluasi 
(evaluate),  dan mencipta
(create). Penelitian ini hanya dibatasi pada ranah kognitif saja, terutama
dalam aspek mengingat (remembering), dan memahami (understanding).
Hasil 
belajar  yang  digunakan 
untuk  diteliti  pada 
penelitian  ini  adalah 
hasil belajar ranah  kognitif  aspek 
mengetahui,  dan  memahami. 
Aspek  mengetahui mengacu  kepada 
kemampuan  siswa  dalam 
mengingat  dan  mengulang 
kembali materi  pelajaran  yang 
telah  dipelajari.  Aspek  memahami 
mengacu  kepada kemampuan  siswa 
dalam  memahami  isi 
materi  pelajaran  yang 
meliputi kemampuan  dalam  menjelaskan, 
menerangkan,  menerjemahan,  menafsirkan 
atau menangkap makna atau arti suatu konsep.  Ranah 
kognitif,  dan  aspek 
mengetahui  serta  memahami 
pada  penelitian  ini digunakan 
berdasarkan  pada  karakteristik 
siswa  sekolah  dasar, 
jenis  materi  yang ada 
untuk  sekolah  dasar, 
serta  disesuaikan  berasarkan 
pada  perkembangan
pengetahuan  siswa  sekolah 
dasar.  
Dari uraian
di atas dapat dikatakan bahwa kemampuan siswa (hasil belajar) dipengaruhi oleh
interaksi dan kondisi proses pembelajaran. Kondisi pembelajaran yang dikelola
dengan baik akan  tercipta suasana
belajar mengajar yang menyenangkan sehingga akan dapat mempengaruhi pencapaian
tujuan pendidikan. Menurut Ahmadi (1991;147) apabila perhatian terhadap sesuatu
obyek tidak ada, tetapi obyek tersebut ternyata ada hubungannya dengan
kebutuhan kita maka dapat diharapkan bahwa kita akan mempunyai kemauan yang besar
terhadap obyek itu. Dengan kata lain, sasaran perhatian terhadap obyek tertentu
ada hubungannya dengan kebutuhan yang dapat diharapkan, obyek-obyek tertentu
tersebut akan mempengaruhi pola pikir seseorang. 
4.      Motivasi Belajar 
Motivasi
merupakan suatu hal yang sangat penting bagi setiap kehidupan seseorang dalam
setiap aktivitasnya dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu. Kata "motif"
diartikan sebagai daya upaya yang mendorong 
seseorang untuk menentukan sesuatu, berawal dari "motif" itu,
maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif.
Menurut Hudoyo (1995:24)  Motivasi
Belajar adalah "Dorongan untuk mempelajari sesuatu dengan sungguh-sungguh
sehingga memiliki pengertian yang lebih mendalam dalam bidang tersebut untuk
mendapatkan  kepandaian."
Sedangkan
menurut Mc. Donal dalam Suyabrata (1981:30), Motivasi adalah perubahan energi
dari seseorang yang ditandai dengan muncul feeling
dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian tersebut
mengandung tiga elemen penting, yaitu : (a) Bahwa motivasi itu mengawali
terjadinya perubahan energi pada diri individu manusia, yang penampakannya
menyangkut kegiatan fisik  manusia; (b)
Motivasi ditandai dengan munculnya rasa "feeling" afeksi seseorang; (c) Motivasi akan dirangsang karena
adanya tujuan. Motivasi bukanlah hal yang dapat diamati, tetapi hal yang dapat
disimpulkan adanya, karena sesuatu yang dapat kita saksikan tiap aktivitas yang
dilakukan  seseorang itu didorong oleh
sesuatu kekuatan dari dalam diri seseorang, kekuatan pendorong itulah yang
disebut motif.
Motivasi
adalah suatu perubahan energi dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan
timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan. Perubahan energi dalam diri seseorang itu
berbentuk suatu aktifitas nyata berupa kegiatan fisik. 
Dari hal di
atas maka dapat dikatakan bahwa motivasi adalah suatu hal yang sangat penting
bagi setiap insan manusia untuk mencapai suatu 
keberhasilan atau tercapainya keinginan apa yang diidam-idamkan oleh
setiap orang.
5.      Energi Alternatif 
Energi
alternatif adalah energi pengganti  yang
dapat menggantikan peranan minyak Bumi. 
Energi alternatif yang sedang dikembangkan  adalah energi matahari, energi angin, energi
air  terjun, dan panas bumi. (Depdiknas :
138)
6.      Sains Teknologi Masyarakat 
Pendekatan
sains-teknologi-masyarakat (STM) merupakan Sains-Teknologi-Masyarakat (STM)
yang diterjemahkan dari akronim bahasa Inggris STS (“Science-Technology-Society”) adalah sebuah gerakan pembaharuan
dalam pendidikan IPA. Pembaharuan ini mula-mula terjadi di Inggris dan Amerika,
sekarang sudah merebak ke negara-negara lain. Pendekatan STM dalam pendidikan
IPA diyakini oleh pakar-pakar di Amerika sebagai pendekatan yang tepat, sebab
pendekatan ini berusaha untuk menjembatani materi di dalam kelas dengan situasi
dunia nyata di luar kelas yang menyangkut perkembangan teknologi dan situasi
sosial kemasyarakatan. Hal ini menggambarkan bahwa pendekatan STM dijalankan
untuk mempersiapkan peserta didik dalam menghadapi masa depannya. 
Pendekatan
ini menuntut agar peserta didik diikutsertakan dalam penentuan tujuan,
perencanaan, pelaksanaan, cara mendapatkan informasi, dan evaluasi
pembelajaran. Adapun yang digunakan sebagai penata (organizer) dalam pendekatan STM adalah isu-isu dalam masyarakat
yang ada kaitannya dengan Sains dan Teknologi. National Science Teachers
Association (NSTA) (1990 :1) memandang STM sebagai the teaching and learning of science in the context of human experience.
STM dipandang sebagai proses pembelajaran yang senantiasa sesuai dengan konteks
pengalaman manusia. Dalam pendekatan ini siswa diajak untuk meningkatakan kreativitas,
sikap ilmiah, menggunakan konsep dan proses sains dalam kehidupan sehari-hari.
Definisi
lain tentang STM dikemukakan oleh PENN STATE (2006:1) bahwa STM merupakan an interdisciplinary approach which reflects
the widespread realization that in order to meet the increasing demands of a
technical society, education must integrate across disciplines. Dengan
demikian, pembelajaran dengan pendekatan STM haruslah diselenggarakan dengan
cara mengintegrasikan berbagai disiplin (ilmu) dalam rangka memahami berbagai
hubungan yang terjadi di antara sains, teknologi dan masyarakat. Hal ini
berarti bahwa pemahaman kita terhadap hubungan antara sistem politik, tradisi masyarakat
dan bagaimana pengaruh sains dan teknologi terhadap hubungan-hubungan tersebut
menjadi bagian yang penting dalam pengembangan pembelajaran di era sekarang
ini.
Pandangan
tersebut senada dengan pendapat NC State University (2006: 1), bahwa STM
merupakan an interdisciplinery field of
study that seeks to explore a understand the many ways that scinence and
technology shape culture, values, and institution, and how such factors shape
science and technology. STM dengan demikian adalah sebuah pendekatan yang
dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana sains dan teknologi masuk dan merubah proses-proses
sosial di masyarakat, dan bagaimana situasi sosial.
Pendekatan
STM, sesuai dengan pengertian dan tujuan yang diungkapkan sebelumnya, dalam
penerapannya di dalam kelas sesungguhnya tidak membutuhkan konsep ataupun
proses yang terlalu unik. Sebagaimana menurut pandangan National Science
Teachers Association (1990:1), there are no concepts and/or processes uniqe to STS.
Hanya saja, ada beberapa prinsip yang harus dimunculkan dalam pendekatan STM
menurut National Science Teachers Association (1990:2) yaitu sebagai berikut:
1)   Peserta didik melakukan
identifikasi terhadap persoalan dan dampak yang ditimbulkan dari persoalan
tersebut yang muncul di sekitar lingkungannya
2)   Menggunakan sumberdaya lokal
untuk mencari informasi yang dapat digunakan dalam penyelesaian persoalan yang
telah berhasil diidentifikasi
3)   Menfokuskan pembelajaran pada
akibat yang ditimbulkan oleh sains dan teknologi bagi peserta didik
4)   Pandangan bahwa pemahaman
terhadap konten sains lebih berharga daripada sekedar mampu mengerjakan soal
5)   Adanya penekanan kepada
keterampilan proses yang dapat digunakan peserta didik untuk menyelesaikan
persoalannya sendiri
6)   Adanya penekanan pada kesadaran
berkarir, terutama karir yang berhubungan dengan sains dan teknologi
7)   Memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk memperoleh pengalaman tentang aturan hidup bermasyarakat
yang dapat digunakan untuk menyelesaikan persoalan yang telah diidentifikasi 
Dengan
melihat karakteristik IPA dan pendekatan STM sebagaimana yang diungkapkan di
muka, maka dapat dilihat bahwa keduanya memiliki prospek yang cukup baik dalam
rangka peningkatan life skills peserta didik. Pendekatan STM menghajatkan agar
peserta didik mampu merespon setiap perkembangan di masyarakat secara scientific, itu berarti bahwa peserta
didik diarahkan untuk memiliki thinking
skills dan sekaligus academic skills
agar bisa eksis hidup di masyarakat.
Secara  rinci 
Yager  (dalam  As’ari 
2006:34-35)  merumuskan  karakteristik pendekatan STM adalah berikut
: 
a.      
Berawal  dari 
identifikasi  masalah-masalah  lokal 
yang  ada  kaitannya dengan IPA dan teknologi oleh siswa
(dengan bimbingan guru ). 
b.     
Penggunaan  sumberdaya 
setempat  baik  sumberdaya 
manusia  maupun material. 
c.      
Keikutsertaan  siswa 
secara  aktif  dalam 
mencari  informasi  yang 
dapat diterapkan untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. 
d.     
Pengidentifikasian  cara-cara 
yang  memungkinkan  IPA 
dan  teknologi untuk memecahkan
masalah sehari-hari. 
e.      
Dilaksanakan  menurut 
strategi  pembuatan  keputusan. 
Setiap  siswa  harus menggunakan  informasi 
sebagai  bukti,  baik 
untuk  membuat  keputusan tentang  kehidupan 
sehari-hari  maupun  keputusan 
tentang  masa  depan masyarakat. 
f.      
Belajar tidak hanya berlangsung
di dalam kelas atau sekolah, tetapi juga di luar sekolah atau lapangan nyata. 
g.     
Penekanan  pada 
keterampilan  proses  yang 
dapat  digunakan  siswa 
dalam memecahkan masalah mereka sendiri 
h.     
Membuka  wawasan 
siswa  tentang  pentingnya 
kesadaran  karir/propesi, terutama
karir yang berkaitan dengan IPA dan teknologi. 
i.       
Adanya  kesempatan 
bagi  siswa  untuk 
memperoleh  pengalaman  dalam berperan  sebagai 
warga  negara  untuk 
mencoba  memecahkan  masalah-masalah yang telah mereka
identifikasi.
Mengingat  karakteristik 
seperti  tersebut  di 
atas  maka  Yager 
et.Al  (dalam Margaretha  dan 
Karli.2002:29)  mengemukakan  bahwa 
dalam  pembelajaran STM terdapat 5
domain seperti domain konsep, proses, aplikasi, kreativitas dan sikap. 
a.      
Domain  konsep, 
mempfokuskan  pada  muatan 
IPA  yang  meliputi 
faktor, informasi,  hukum,  prinsip, 
penjelasan  keberadaan  sesuatu 
dan  teori  yang digunakan  oleh 
saintis.  Tujuannya  untuk 
dapat  mengelompokkan  alam 
yang teramati  ke  dalam 
unit-unit  yang  teratur 
untuk  studi  dan 
penjelasan  hubungan antara konsep
satu dan lainnya. 
b.     
Domain  proses, 
mengemukakan  15  proses 
bagian  bagian  saintis 
berfikir dan bekerja yaitu: mengobservasi, menggunakan ruang/waktu
mengklasifikasi, mengelompokkan, 
dan  mengorganisasi,  menggunakan 
bilangan, mengkuantifikasi, 
mengukur,  mengkomunikasikan,  menginfer, memprediksikan,  mengendalikan 
dan  mengidentifikasian  variabel, menginterpretasikan  data, 
merumuskan  hipotesis,  memberikan 
definisi  secara operasional dan
maelaksanakan eksperimen. 
c.      
Domain  aplikasi 
meliputi  aplikasi  konsep 
dan  keterampilan  dalam memecahkan  masalah 
sehari-hari,  menggunakan  proses 
ilmiah  dalam memecahkan masalah
yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
d.     
Domain  kreativitif 
meliputi  penggabungan  objek-objek 
dan  ide-ide  dalam cara-cara baru memecahkan masalah dan
teka-teki, menyarankan alasan-alasan yang mungkin menghasilkan ide-ide yang
tidak biasa, mendesain alat. 
e.      
Domain sikap meliputi pengembangan
sikap positif terhadap IPA dan diri sendiri, 
pengembangan  kepekaan  dan 
rasa  hormat  terhadap 
perasaan  orang lain,
mengeksresikan perasaan dengan cara-cara yang konstruktif. 
Sains 
merupakan  suatu  tubuh 
pengetahuan  (body  of  knowledge)  dan proses 
penemuan  pengetahuan.  Teknologi 
merupkan  suatu  perangkat 
keras ataupun  perangkat  lunak 
yang  di  gunakan 
untuk  memecahkan  masalah 
bagi pemenuhan  kebutuhan  manusia. 
Sedangkan  masyarakat  adalah 
sekolompok manusia  yang  memiliki 
wilayah,  kebutuhan  dan 
norma-norma  tertentu.  Sains, teknologi dan masyarakat satu sama
lain saling berinteraksi ( Widyatiningtyas, 2009 :81).  Menurut   
Widyatiningtyas  (2009:78),  pendekatan 
STM  dapat menghubungkan  kehidupan 
dunia  nyata  anak 
sebagai  anggota  masyarakat dengan  kelas 
sebagai  ruang  belajar 
sains.  The  process 
should  give  the 
student practice  in  identifying 
potential  problems,  collecting 
data  with  regard 
to  the problem,  considering 
alternative  solutions,  and 
considering  the  consequences based  on 
a  particular  decisions. 
Proses  pendekatan  ini 
dapat  memberikan pengalaman  belajar 
bagi  anak  yang 
mengidentifikasi  potensi  masalah, mengumpulkan data yang berkaitan
dengan masalah, mempertimbngkan solusi alternative dan mempertimbngkan
konsekuensi berdasarkan keputusan tertentu. Menurut podjiadji (2005:89),
pelaksanaan pendekatan STM dapat dilakukan melalui  tiga  macam  strategi, 
yaitu  :  Strategi 
pertama,  menyusun  topik-topik tertentu  yang 
menyangkut  konsep-konsep  yang 
ingin  ditanamkan  kepada peserta  didik. 
Pada  strategi  ini, 
di  awal  pembelajaran 
ini  (topik  baru) 
guru memperkenalkan  atau  menunjukan 
kepada  peserta  didik 
adanya  isu  atau masalah 
di  lingkungan  sekitar 
atau  menunjukan  apalikasi 
sains  atau  suatu produk 
teknologi  yang  ada  di  lingkungan 
mereka.  Masalah  atau 
isu  yang  ada di lingkungan  masayarakat 
dapat  pula  di 
usahakan  agar  ditemukan 
oleh  anak sendiri  setelah 
guru  membimbing  dengan 
cara-cara  tertentu.  Melalui 
kegiatan eksperimen  atau  diskusi 
kelompok  yang  dirancang 
oleh  guru,  akhinya 
di bangun atau dikonstruksi pengetahuan pada  anak. Dalam hal ini, pengetahuan yang
berbentuk konsep-konsep. Strategi 
kedua  ,  menyajikan 
suatu  topik  yang 
relevan  dengan  konsep-konsep 
tertentu  yang  termasuk 
dalam  standar  kompetensi 
atau  kompetensi dasar.  Pada 
saat  membahas  konsep-konsep 
tertentu,  suatu  topic 
relevan  yang telah  dirancang 
sesuai  strategi  pertama 
dapat  diterapkan  dalam 
pembelajaran. Dengan demikian program STM merupakan suplemen dari kurikulum.
Strategi  ketiga  , 
mengajak  anak  untuk 
berfikir  dan  menemukan 
aplikasi konsep  sains  dalam industri  atau 
produk  teknologi  yang 
ada pada  masyarakat di
sela-sela  kegiatan  belajar 
mengajar  berlangsung.  Contoh-contoh 
adanya aplikasi  konsep  sains, 
isu  atau  masalah, 
sebaiknya  diperkenalkan  pada 
awal pokok  bahasan  tertentu 
untuk  meningkatkan  motivasi 
peserta  didik. 
Untuk mengimplementasikan pendekatan
STM dalam pembelajaran, Dass (1999) dalam Raja (2009:143) mengemukakan empat
langkah kegiatan kelas yang secara 
komfrehensif  merupakan  upaya 
yang  mengembangkan  pemahaman murid dan pelaksanaan suatu proyek
STM yang berhubungan preservice guru. Keempat 
langkah  pembelajaran  tersebut 
adalah  fase  invitasi 
atau  undanagan atau  inisiasi, 
eksplorasi,  mengusulkan  penjelasan 
dan  solusi,  dan 
mengambil tindakan 
a.      
Tahap invitasi 
Pada 
tahap  ini  guru 
meminta  pendapat  siswa 
untuk  dapat  menyampaikan masalah-masalah  yang 
diamati  atau  masalah-masalah  baru 
yang  mungkin timbul  di 
masyarakat.  Misalnya  dengan 
membaca  buku,  melihat 
kondisi langsung keadaan lingkungan dan lain sebagainya. 
b.     
Tahap eksplorasi 
Pada 
tahap  eksplorasi  guru 
memberikan  kesempatan  pada 
siswa  untuk memahami dan
mempelajari masalah-masalah yang diamati atau masalah-masalah  baru 
yang mungkin  timbul  di 
masyarakat.  Misalnya  dengan membaca  buku, 
melihat  kondisi  langsung 
keadaan  lingkungan  dan 
lain sebagainya. 
c.      
Tahap solusi atau penjelasan 
Pada 
tahap  ini  siswa 
diminta  untuk  menjelaskan 
hal-hal  yang  dapat dilakukan  untuk 
memberikan  pendapat  untuk 
memecahkan  masalah-masalah. 
d.     
Tahap aplikasi 
1)     
Pada  tahap 
aplikasi,  siswa  diharapkan 
agar  pengetahuan  yang 
telah diperolehnya  dapat  diterapkan 
dalam  kehidupan  nyata. 
Misalnya menggunakan saran, pertanyaan, yang digunakan untuk mengatasi
masalah lingkungan. 
2)     
Pembelajaran Konsep
Keseimbangan Ekosistem dengan Pendekatan STM 
Menurut  Wahyudi, 
dkk  dalam  Munawarah 
(2004  :  7) 
ada  beberapa keunggulan  yang 
dapat  diperoleh  dari 
model  pendekatan  Sains 
Teknologi Masyarakat yaitu: 
a.      
Keunggulan model Sains  Teknologi Masyarakat jika ditinjau dari segi
tujuan 
1)     
Meningkatkan keterampilan
inquiry dan pemecahan,  masalah di
samping keterampilan proses. 
2)     
Menekankan cara belajar yang
baik yang mencakup ranah kognitif, afektif 
dan psikomotorik.  
3)     
Menekankan sains dalam
keterpaduan di antara bidang studi.  
b.     
Keunggulan  model 
Sains  Teknologi  Masyarakat   
jika  ditinjau  dari 
segi  pembelajaran 
1)     
Menekankan keberhasilan siswa 
2)     
Menggunakan berbagai strategi 
3)     
Menyadarkan  guru 
bahwa  kadang-kadang  dirinya 
tidak  selalu  berfungsi sebagai sumber informasi. 
c.      
Keunggulan model Sains  Teknologi Masyarakat ditinjau dari segi
evaluasi 
1)     
Ada hubungan antara tujuan,
proses dan hasil belajar 
2)     
Perbedaan  antara 
kecakapan,  kematangan  serta 
latar  belakang  siswa 
juga diperhatikan.  
3)     
Kualitas efisiensi dan keefektifan
serta fungsi program juga dievaluasi. 
Guru  juga  termasuk 
yang  dievaluasi  usahanya 
yang  terus  menerus 
dalam membantu siswa.  
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Sebagai
bahan perbandingan dalam proses penulisan laporan pelaksanaan perbaikan pembelajaran,
peneliti mengambil beberapa referensi yang berkaitan erat dengan materi
penulisan laporan yang peneliti susun, diantara : 
1.     
Rizkarima. 2011. Penerapan
Model Sains Teknologi Masyarakat (Science Technologi Society) Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPA Pokok Bahasan Perubahan
Permukaan Bumi Akibat Kegiatan Manusia.. Skripsi. Program Studi S1
Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Jurusan Kependidikan Sekolah Dasar dan
Prasekolah FIP Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (1) Drs. Ir. Endro
Wahyuno, M.Si (2) Drs. Tomas Iriyanto, M.Pd
Salah
satu tujuan pembelajaran IPA di SD adalah agar siswa mampu mengembangkan
pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, dan karakteristik pembelajarannya yang
dilakukan dengan menggunakan berbagai macam cara (teknik) misalnya, observasi,
eksplorasi, dan eksperimentasi. Kegiatan pembelajaran dan hasil belajar siswa
pada mata pelajaran IPA khususnya materi  perubahan permukaan bumi akibat
kegiatan manusia belum memuaskan.  Hasil perolehan nilai rata-rata hanya
60, sementara KKM yang harus dicapai siswa adalah 70. Hal ini dikarenakan
rendahnya keterlibatan dan keaktifan siswa dalam pembelajaran disamping model
pembelajaran yang digunakan guru cenderung teacher centered. Kondisi nyata
tersebut ditemui pada pembelajaran IPA di SDN Tilil III.  Berdasarkan kenyataan tersebut, perlu
diadakan perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas dengan
menggunakan Model Sains Teknologi Masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui bagaimana perencanaan, pelaksanaan dan hasil belajar siswa dalam
pembelajaran ilmu pengetahuan alam materi perubahan permukaan bumi akibat
kegiatan manusia. 
Perbaikan
pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam tiga siklus
pembelajaran, masing-masing siklus terdiri atas empat langkah dengan
menggunakan model yang dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart, yaitu: (1)
Perencanaan, (2) Tindakan, (3) Obseravsi, dan (4) Refleksi. Perencanaan
pembelajaran dengan menerapkan Model Sains Teknologi Masyarakat harus disusun
secara cermat berdasarkan ciri khusus melalui langkah-langkah invitasi,
eksplorasi, pengajuan penjelasan dan solusi, dan tindak lanjut. Adapun
pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan Model Sains Teknologi Masyarakat
dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran, guru berperan sebagai fasilitator atau
pembimbing. Sedangkan hasil belajar siswa menunjukkan adanya peningkatan, yaitu
pada siklus 1 perolehan nilai rata-rata siswa adalah 59,9 nilai rata-rata pada
siklus 2 adalah 82,28, dan nilai rata-rata siswa pada siklus 3 adalah 84,15
.  Persentase KKM pada siklus 1 adalah 59,9%  pada siklus 2 adalah
89,74 % dan pada siklus 3 adalah 100%
2.     
Yulaikah, Ari. 2010. Universitas Pendidikan Bandung
(UPI). Upaya Meningkatkan Hasil Belajar
Ipa  Melalui Pendekatan Sains Teknologi
Masyarakat (STM)  pada Materi Sumber Daya
Alam Dan Teknologi. (Penelitian Tindakan Kelas pada Kelas IV Semester 2 di SDN
Wanaherang 03 Kecamatan Gunungputri Kabupaten Bogor). Tujuan peneliti
melakukan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk  mengetahui gambaran
hasil belajar dan respon siswa sebelum dan sesudah menggunakan pendekatan sains
teknologi masyarakat. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas
yang terdiri dari dua siklus dengan langlah-langkah penelitian yang meliputi
perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi tindakan, evaluasi, dan
refleksi yang menjadi acuan perencanaan tindakan selanjutnya. Instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah tes akhir, lembar observasi dan angket.
Dari temuan dan pengolahan data dapat diperoleh kesimpulan bahwa dengan
menggunakan pendekatan sains teknologi masyarakat hasil belajar siswa pada
materi sumber daya alam dan teknologi mengalami peningkatan,yaitu post test
siklus I tergolong cukup yaitu 63 tetapi setelah diberi tindakan, nilai
rata-rata yang dicapai siswa pada post test siklus II yaitu 77.3 atau meningkat
14,3. Respon yang diberikan siswa menunjukkan respon yang positif dan sebagian
besar siswa menyenangi dan setuju diterapkannya pendekatan STM dalam
pembelajaran. Aktivitas siswa dan guru dari siklus I ke siklus II dapat
berkembang dengan baik hal ini terlihat dari hasil lembar observasi guru dan
siswa. termasuk katagori baik. Rencana pelaksanaan pembelajaran yang digunakan
untuk melakukan penelitian dengan menggunakan pendekatan sains teknologi
masyarakat dipersiapkan dengan memperhatikan kompetensi dasar, indikator, model
pembelajaran, alat dan bahan yang digunakan, serta alat evaluasi yang akan
digunakan. Proses pembelajaran dengan menggunakan sains teknologi masyarakat
hendaknya mengoptimalkan partisipasi siswa dalam memecahkan masalah yang
berkaitan dengan IPA melalui penguasaan keterampilan proses secara menyeluruh
yang dapat dikuasai oleh siswa dengan mengemukakan isu-isu yang ada dalam
masyarakat 
3.     
Susanti, Elis (2010). Peningkatan Hasil Belajar Siswa MElalui Pendekatan Sains TEknologi
Masyarakat (STM) Pada Konsep Sifat Dan Perubahan Wujud Benda Di Kelas IV. Undergraduate
thesis, University of Muhammadiyah Malang.
Penelitian
tindakan kelas ini di dasarkan atas pola pendidikan di Indonesia di masa lalu
dan saat ini yang lebih berpusat pada guru, sehingga berimbas pada minimnya
motivasi dan keterampilan siswa dalam memecahkan berbagai permasalahan
sehari-hari. Berdasarkan hal tersebut maka bagaimanakah penerapan pendekatan
STM, aktifitas siswa dalam pembelajaran, dan hasil belajar siswa pada konsep
sifat dan perubahan wujud benda. Dari rumusan masalah tersebut maka tujuannya
untuk memahami cara pendekatan STM, memperoleh gambaran tentang aktifitas siswa
dan hasil belajar siswa yang maksimal pada bidang sains.
Model
pendekatan Sains Teknologi Masyarakat menawarkan konsep-konsep yang lebih
berpihak pada siswa, berupa konsep yang menitikberatkan pada penyelesaian
masalah dan proses berpikir yang melibatkan transfer jarak jauh dan di dalamnya
terkandung proses pembelajaran dengan tahapan-tahapan tertentu yang bertujuan
mengajarkan konsep-konsep baru dengan cara tertentu sehingga siswa mampu
memahami secara lebih baik materi-materi yang disajikan, selain itu STM juga
merupakan suatu bentuk pengajaran yang tidak hanya menekankan pada penguasaan
konsep-konsep sains saja, tetapi menekankan pada peran sains dan teknologi di
dalam berbagai kehidupan masyarakat dan menumbuhkan rasa tanggungjawab sosial
terhadap dampak sains dan teknologi di masyarakat. Efek yang dihasilkan dari
proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan STM ini adalah meningkatnya
keterampilan siswa dalam memecahkan permasalahan yang muncul dalam proses
pembelajaran seperti pada mata pelajaran IPA yang dijadikan sebagai dasar
penelitian ini.
Dari
data hasil penelitian yang telah analisis diperoleh bahwa pendekatan STM
ternyata dapat membimbing siswa bekerjasama dan berinteraksi dengan baik dan
memungkinkan siswa terlihat secara aktif pada proses pembelajaran dengan
menumbuhkan rasa tanggungjawab serta meningkatkan pemahaman dan aktivitas siswa
sehingga hasil belajar siswa meningkat. Hal ini terlihat adanya peningkatan
dalam setiap tindakan, nilai rata-rata yang diperoleh pada siklus I adalah
18,08 atau sekitar 47,58% siswa yang mendapat nilai di atas 6 sebanyak 28 orang
atau sekitar 72,81% sedangkan pada siklus II nilai rata-ratanya adalah 23,13
atau sekitar 60,87% dan siswa yang mendapat nilai di atas 6 ada 37 orang yaitu
sekitar 97,37% dengan persentase ini maka penelitian dengan menggunakan
pendekatan STM dikatakan berhasil.
C. Kerangka Berpikir
Kondisi
awal yang muncul sebagai permasalahan adalah rendahnya motivasi dan hasil belajar
siswa kelas IV SD Negeri .............. Kecamatan Majenang Kabupaten Cilacap
dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam materi energi alternatif.
Pengalaman,  pengetahuan 
dan  pemahaman  dapat 
diperoleh melalui 
pembelajaran  formal  maupun 
non  formal.  Salah 
satu pembelajaran  pada  pendidikan 
formal  yaitu  pembelajaran 
IPA dikarenakan  IPA  merupakan 
konsep  pembelajaran  alam 
dan mempunyai  hubungan  yang 
sangat  luas  terkait 
dengan  kehidupan manusia.  Pembelajaran 
IPA  sangat  berperan 
dalam  proses  pendidikan dan  perkembangan 
teknologi,  karena  IPA 
memiliki  upaya  dalam membangkitkan  minat 
manusia  serta  kemampuan 
dalam mengembangkan  ilmu  pengetahuan 
dan  teknologi  serta 
pemahaman tentang  alam  semesta 
yang  mempunyai  banyak 
fakta  yang  belum terungkap dan masih bersifat rahasia
sehingga hasil penemuannya dapat dikembangkan 
menjadi  ilmu  pengetahuan 
yang  baru  dan 
dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Langkah-langkah yang ditempuh untuk mengatasi
masalah tersebut adalah melaksanakan kegiatan perbaikan pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam materi energi alternatif dan penggunaannya dengan menerapkan
pendekatan sains teknologi masyarakat yang diharapkan dapat meningkatkan
motivasi dan hasil belajar siswa.
Dalam 
kurikulum  2006 (KTSP) disebutkan
bahwa pembelaajran  IPA  sangat 
penting  sebagai ilmu  pengetahuan 
dan  untuk  pengembangan 
teknologi.  Namun  pada kenyataannya  di 
kelas  peneliti  menemukan 
bahwa  pembelajaran  IPA 
masih  didominasi  oleh 
penggunaan  metode  ceramah 
dan  kegiatannya lebih  berpusat 
pada  guru,  aktifitas 
siswa  dapat  dikatakan 
hanya mendengarkan 
penjelasan  guru  dan 
mencatat  hal-hal  yang 
dianggap penting.  Guru  menjelaskan 
IPA  hanya  sebatas 
produk  dan  sedikit proses,  salah 
satu  penyebabnya  adalah 
padatnya  materi  yang 
dibahas dan  diselesaikan  berdasarkan 
kurikulum  yang  berlaku. 
Padahal  dalam membahas  IPA 
tidak  cukup  hanya 
menekankan  pada  produk 
tetapi yang  lebih  penting 
proses  membuktikan  atau 
mendapatkan  suatu  teori atau hukum. 
Kondisi akhir
yang diharapkan adalah untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa sehingga
tingkat ketuntasan belajar siswa dapat tercapai, memperbaiki proses dan
memberikan  pengalaman nyata kepada
siswa  tentang konsep pembelajaran yang
diterimanya sehingga proses  pembelajaran
dapat berjalan dengan baik serta tercapainya tujuan pelaksanaan proses
pembelajaran..
Dalam
bentuk bagan, kerangka pikir pelaksanaan 
penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut : 
 Gambar 2.1 Kerangka
Berpikir
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan
kerangka berpikir di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan untuk
penelitian ini adalah sebagai berikut :
a.       Penerapan pendekatan  Sains Teknologi Masyarakat  dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam materi
energi alternatif dan cara penggunaannyam dapat meningkatkan motivasi belajar
siswa kelas IV SDN ...............
b.      Penerapan pendekatan  Sains Teknologi Masyarakat  dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam materi
energi alternatif dan cara penggunaannyam dapat meningkatkan  hasil belajar siswa kelas IV SDN ...............
Bab 2, 3, 5 dan lampiran2 serta halaman depan silahkan klik DOWNLOAD
atau hub. 081327121707 (sms only).








