Lencana Facebook

banner image

Saturday 23 August 2014

PKP UT : PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI MENJELASKAN BERBAGAI ENERGI ALTERNATIF DANCARA PENGGUNAANNYA MELALUI PENDEKATANSAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR NEGERI ..............










PENINGKATAN MOTIVASI  DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI MENJELASKAN BERBAGAI ENERGI ALTERNATIF DANCARA PENGGUNAANNYA MELALUI PENDEKATANSAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT SISWA KELAS IV
SEKOLAH DASAR NEGERI ..............


Disusun dan Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Tugas Akhir Program
dalam  Mata Kuliah Pemantapan Kemampuan Profesional
(PDGK 4501) Program S1 PGSD FKIP
Universitas Terbuka






Oleh :

..............................................
NIM  ...........................










UNIVERSITAS TERBUKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIT PROGRAM BELAJAR JARAK JAUH
................................................
………………





BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah

Ilmu  Pengetahuan  Alam  (IPA)  merupakan  mata  pelajaran  yang  berhubungan  dengan  cara  mencari  tahu  tentang  alam  secara  sistematis. Pengetahuan IPA menjadi penting dikuasai siswa karena dengan dikuasainya ilmu ini  secara  bermakna  oleh  seorang  siswa  akan  menjadikan  diri  siswa  menjadi pribadi  yang  survive karena  mampu  menyelesaikan  permasalahan  yang  ada  dan yang tak kalah penting adalah menjadikan seorang siswa dapat mengenal Tuhan-nya lebih baik.
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam   mempunyai potensi besar untuk memainkan  peran  strategis  dalam  menyiapkan  sumber  daya  manusia  untuk menghadapi  era  industrialisasi  dan  globalisasi.  Potensi  ini  dapat  terwujud  jika pendidikan  IPA  mampu  melahirkan  siswa  yang  cakap  dalam  IPA  dan  berhasil menumbuhkan  kemampuan  berpikir  logis,  bersifat  kritis,  kreatif,  inisiatif  dan adaptif  terhadap  perubahan  dan  perkembangan.  Kualitas  sumber  daya  manusia seperti  ini  menjamin  keberhasilan  upaya  penguasaan  teknologi  untuk pembangunan di Indonesia.
Kenyataannya  pelajaran  IPA  masih  dianggap  menjadi suatu mata pelajaran yang sulit,  Ketidaktahuan peserta didik mengenai kegunaan IPA  dalam  praktik  sehari-hari  menjadi  penyebab  mereka  lekas  bosan  dan  tidak tertarik  pada  pelajaran  IPA,  disamping  pengajar  IPA  yang  mengajar  secara monoton dan hanya berpegang teguh pada diktat-diktat atau buku-buku paket saja.
Demikian  pula  yang  terjadi  di  sekolah  kami,  hasil tes pendahuluan menunjukkan hasil hanya 4 siswa (18,18%) dari 22 siswa dinyatakan tuntas belajarnya, sedangkan 18 orang siswa (81,82%) tidak tuntas belajarnya. Jumlah tersebut sangatlah besar, dan bisa simpulkan bahwa proses pembelajaran tidak berhasil. Hasil  refleksi menunjukkan bahwa pembelajaran  IPA di kelas IV SD Negeri .............. masih dilakukan secara konvensional  (pembelajaran  berpusat  pada  guru)  dan  nilai  rata-rata  pada mata pelajaran IPA yang diperoleh adalah 56,82, hal ini menunjukan belum mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang ditentukan yaitu 65.
Upaya mengatasi  permasalahan  yang  terjadi,  diperlukan  suatu  upaya untuk  memperbaiki  kualitas  pembelajaran  agar  dapat  meningkatkan  pembelajaran  yang  lebih  menitikberatkan  pada  model  pembelajaran  yang  dapat memberikan  kesempatan  kepada  siswa  untuk  mengembangkan  dan Salah  satu  upaya  yang  diharapkan  dapat  memperbaiki  kualitas pembelajaran  IPA  di  kelas IV SD Negeri ..............  adalah  pembelajaran  dengan  menggunakan  Model  Sains  Teknologi  Masyarakat.
Alasan  digunakannya  model  ini  sebagai  upaya  memperbaiki  pembelajaran  IPA adalah  karena  model  ini  memberikan  pengalaman  yang  lebih  banyak  kepada siswa,  karena  siswa  sendiri  yang  mengkonstruksi  konsep  IPA  berdasarkan interaksinya dengan berbagai sumber yang ada. Selain itu model ini memberikan kesempatan  pada  siswa  untuk  dapat  berbuat  sesuatu  untuk  alam  sekitar  melalui pengajuan  solusi  dan    tindakan  yang  nyata.  sehingga  pembelajaran  IPA  melalui model Sains Teknologi Masyarakat akan menjadi lebih berarti dan bermakna bagi siswa.  Dengan  lebih  berarti  dan  bermakna  nya  pembelajaran  IPA,  diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA, sebab itu Model Sains Teknologi Mayarakat akan menjadi salah satu  model  pembelajaran    yang  bisa  dipertimbangkan,  dimana  dengan  model Sains  Teknologi  Masyarakat.  siswa  dituntut  untuk:  1)  Aktif  mencari  informasi untuk  menemukan  jawaban  permasalahan  2)  mengajukan  solusi,  dan   3)  mengambil tindakan.
Berdasarkan data tersebut di atas, maka peneliti meminta bantuan teman sejawat dan kepala sekolah untuk membantu mengidentifikasi kekurangan dari pembelajaran yang dilaksanakan. Dari hasil diskusi terungkap beberapa masalah yang terjadi dalam pembelajaran, yaitu :
  1. Siswa kurang menguasai konsep tentang energi alternatif dan cara penggunaannya sehingga hasil belajar siswa rendah.
  2. Siswa tidak dapat menjawab pertanyaan guru
  3. Siswa tidak mencatat hal-hal penting kalau tidak disuruh
  4. Tidak ada media atau alat peraga yang mendukung materi pembelajaran.
  5. Siswa  tidak  mampu  mengaplikasikan  materi  yang  dipelajarinya dalam kehidupan sehari-hari.
Melalui refleksi diri, kaji literatur dan diskusi dengan supervisor dapat diketahui bahwa kemungkinan faktor penyebab timbulnya masalah di atas adalah :
1.      Pendekatan  pembelajaran yang digunakan guru tidak sesuai dengan karakteristik siswa sekolah dasar
2.      Penggunaan alat peraga pembelajaran yang kurang bervariasi
3.      Guru tidak melibatkan siswa untuk aktif dalam pembelajaran dan penemuan informasi
4.      Guru kurang memotivasi siswa dalam pembelajaran
5.      Guru dalam menjelaskan materi terlalu cepat.
Melihat permasalahan pembelajaran yang ada, peneliti perlu melakukan upaya perbaikan karena jika hal tersebut dibiarkan maka tidak menutup kemungkinan akan menjadi sumber utama penyebab turunnya hasil belajar siswa. Oleh karena itu perlu diupayakan solusi alternatif dari persoalan tersebut dengan melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam materi berbagai energi alternatif dan cara penggunaannya melalui pendekatan model sains teknologi masyarakat pada siswa kelas IV SDN ...............

B.     Perumusan Masalah

Dari uraian sebagaimana latar belakang masalah di atas, maka dapat ditentukan perumusan masalahnya yaitu :
1.      Bagaimana meningkatkan motivasi belajar siswa dengan menggunakan model Sains Teknologi Masyarakat dalam pembelajaran ilmu pengetahuan alam materi berbagai energi alternatif dan cara penggunaannya?
2.      Bagaimana meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan model Sains Teknologi Masyarakat dalam pembelajaran ilmu pengetahuan alam materi berbagai energi alternatif dan cara penggunaannya?

C.    Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, dan agar memiliki arah yang jelas, maka ditetapkan tujuan dari perbaikan tersebut sebagai berikut :
1.      Untuk memperbaiki pembelajaran IPA materi berbagai energi alternatif dan cara penggunaannya melalui pendekatan  model Sains Teknologi Masyarakat sehingga motivasi belajar siswa meningkat.
2.      Untuk memperbaiki pembelajaran IPA materi berbagai energi alternatif dan cara penggunaannya melalui pendekatan  model Sains Teknologi Masyarakat sehingga hasil belajar siswa meningkat.

D.    Manfaat Penelitian

Diharapkan dengan penelitian tindakan kelas ini juga dapat memberikan manfaat bagi :
1.      Siswa
a.       Meningkatkan aktivitas dan kreativitas siswa.
b.      Memberi pengalaman belajar siswa dengan berbagai macam pendekatan.
c.       Meningkatkan minat serta pemahaman dalam pembelajaran IPA.
d.      Meningkatkan  dan  mengembangkan  kualitas  siswa  dalam pembelajaran IPA.
e.       Merangsang penemuan dan penyelidikan mandiri di dalam dan di luar kelas.
f.       Peka  terhadap  permasalahan-permasalahan  yang  terjadi  dalam kehidupan sehari-hari.
2.      Bagi Guru
a.       Membantu dan memperlancar proses belajar siswa.
b.      Memberikan  dasar  ilmiah  bagi  guru  sekolah  gunamengembangkan  dan  melaksanakan  pembelajaran  yangberorientasi pada siswa.
c.       Sumbangan pemikiran dalam mengembangkan dan meningkatkanmutu serta kualitas pendidikan.
 
3.      Bagi Sekolah
a.       Memberikan  landasan  dan  argumentasi  bagi  kebijakan  yang  akan  diambil guna  meningkatkan  mutu  pendidikan  nasional  melalui  model dan metode pembelajaran yang tepat di sekolah.
b.      Meningkatkan kualitas pendidikan bagi siswa
c.       Mengembangkan mutu dan hasil belajarnya
d.      Mempunyai kesempatan untuk berkembang pesat





BAB II

TINJAUAN  PUSTAKA

A.    Kajian Teori

1.      Pembelajaran IPA
Ilmu  Pengetahuan  Alam  atau  IPA  bisa  juga  di  sebut  dengan  Sains.  IPA dapat  pula  disebut  dengan  ilmu  yang  mempelajari  ilmu  kealaman  atau  yang mempelajari tentang alam. ( Poedijadi, 2001:3 )  Beberapa ilmuan memberikan definisi sains sesuai dengan pengamatan dan pemahamannya. Carin (1993:3) mendefinisikan science sebagai The activity of questioning and exploring the universe and finding and expressing it’s hidden order,  yaitu    Suatu  kegiatan  berupa  pertanyaan  dan  penyelidikan  alam semesta  dan  penemuan  dan  pengungkapan  serangkaian  rahasia  alam.    Sains mengandung  makna  pengajuan  pertanyaan,  pencarian  jawaban,  pemahaman jawaban, penyempurnaan baik tentang gejala maupun karakteristik alam sekitar melalui cara-cara sistematis (Depdiknas 2002a 1 ).
Ilmu  Pengetahuan  Alam  atau  IPA  bisa  juga  di  sebut  dengan  Sains.  IPA dapat  pula  di  sebut  dengan  ilmu  yang  mempelajari  ilmu  kealaman  atau  yang mempelajari tentang alam. ( Poedijadi, 2001:3 ) 
Beberapa ilmuan memberikan definisi sains sesuai dengan pengamatan dan pemahamannya. Carin (1993:3) mendefinisikan science sebagai The activity of questioning and exploring the universe and finding and expressing it’s hidden order,  yaitu    Suatu  kegiatan  berupa  pertanyaan  dan  penyelidikan  alam semesta  dan  penemuan  dan  pengungkapan  serangkaian  rahasia  alam.    Sains mengandung  makna  pengajuan  pertanyaan,  pencarian  jawaban,  pemahaman jawaban, penyempurnaan baik tentang gejala maupun karakteristik alam sekitar melalui cara-cara sistematis (Depdiknas 2002a 1 ).
James Conant ( Samatawo, 2006:1), mendefinisikan Sains sebagai “ suatu deretan  konsep  serta  konseptual  yang  berhubungan  satu  sama  lain  dan  yang tumbuh sebagai hasil eksperimentasi dan observasi serta berguna untuk diamati dan dieksperimrntasikan lebih lanjut.
Sedangkan  menurut  Powler  (  Samatowa,  2006:2  )  bahwa    IPA merupakan  ilmu  yang  berhungan  dengan  gejala-gejala  alam  dan  kebendaan yang sistematis yang tersusun secara teratur berlaku untuk umum yang berupa kumpulan hasil observasi dan eksperimen.
Ilmu  Pengetahuan  Alam  atau  IPA  atau  Sains,  merupakan  salah  satu  mata pelajaran  yang  dalam  penyampaiannya  menekankan  pada  pemberian pengalaman  secara  langsung,  dimana  siswa  dibekali  untuk  mengembangkan sejumlah  keterampilan  proses  guna  menjelajahi  alam  sekitar  dan memahaminya.  Yuliariantiningsih  (2004:28)  berpendapat  bahwa  pada prinsipnya  sains  di  sekolah  dasar  membekali  siswa  kemampuan  berbagai  cara mengetahui  dan  suatu  cara  mengerjakan  yang  dapat  membantu  siswa  untuk memahami alam sekitar secara mendalam.
Di dalam  kurikulum  tingkat  satuan  pendidikan disebutkan bahwa  Ilmu Pengetahuan  Alam  (IPA)  merupakan  cara  untuk  mencari  tahu  tentang  alam secara  sistematis  untuk  menguasai  pengetahuan,  fakta-fakta,  konsep-konsep, prinsip-pronsip, proses penemuan, dan memiliki sikap ilmiah. Pendidikan IPA di  sekolah  dasar  bermanfaat  bagi  peserta  didik  untuk  mempelajari  diri  sendiri dan  alam  sekitar.  Pendidikan  IPA  menekankan  pada  pemberian  pengalaman langsung  untuk  mengembangkan  kompetensi  agar  peserta  didik  mampu menjelajahi  dan  memahami  alam  sekitar  secara  ilmiah.  Pendidikan  IPA diarahkan  untuk    “mencari  tahu“    dan  “berbuat“  sehingga  dapat  membantu peserta  didik  untuk  memperoleh  pemahaman  yang  lebih  mendalam  tentang alam sekitar”
Pengaplikasian  pendidikan  IPA  sebagaimana  yang  tercantum  dalam Kurikulum  Tingkat  Satuan  Pendidikan  serta  mengarah  kepada  pencapaian tujuan  dan  fungsi  Pendidkan  Nasional  akan  terarah  kepada  elemen  yang bersentuhan langsung dengan peserta didik yaitu Guru.
Guru  sebagai  pelaksana  kegiatan  yang  sangat  mendasar  yaitu  proses belajar  mengajar  (PMB),  sehingga  mempunyai  peran  yang  sangat  penting  di dalam mencapai tujuan pembelajaran, tidak terkecuali pembelajaran IPA. Perbaikan  PMB  merupakan  suatu  keharusan  yang  harus  dilakukan  oleh seorang  guru.  Perbaikan  PMB  tersebut  sangat  berkaitan  erat  dengan  kinerja-kinerja dari guru itu sendiri sebagai pelaksana dan pengembangan PMB.
Keberhasilan  PMB  sekarang  ini  sangat  sulit  sekali  untuk  ditinggalkan, khususnya  di  daerah  pedesaan  yang  identik  masih  berfikir  tradisional.  Hal  ini terlihat dari cara pandang bahwa proses pembelajaran hanya dijadikan sebagai keharusan  bukan  sebagai  kebutuhan.  Proses  pembelajaran  hanya  untuk memperoleh  ijazah  saja  sebagai  pengakuan  dari  pemerintah,  bukan  sebagai kegiatan  untuk  mendapatkan  wawasan  yang  kelak  akan  berguna  untuk kehidupannya  di masa  datang.  Sepertinya  gaya  berfikir  seperti  ini  masih  harus diturunkan,  apalagi  dengan  keadaan  yang  semakin  sulit  semakin  memperkuat cara berfikir seperti itu.
Teori  belajar  Hilda  dan  Taba  (Kardisaputra,  2000  :  26),    semua  teori belajar bertitik tolak dari konsep mengenai manusia dan tingkah laku”. Dengan demikian,  teori  belajar  disebut  juga  dengan  teori  perkembangan  mental  yang membicarakan  tentang  kesiapan  seseoarang  untuk  melakukan  tugas-tugasnya sesusai dengan fase-fase tertentu sedangkan teori-teori mengajar adalah uraian tentang petunjuk bagaimana semestinya seoarang guru mengajar kepada anak. 
Berdasarkan  pengertian-pengertian  di  atas  dapat  disimpulkan  bahwa  IPA adalah  Pengetahuan  (  ilmiah  yang  dapat  meliputi  fakta,  konsep,  prinsif, gagasan-gagasan atau ide teori, hukum-hukum dan model-model ) tentang alam sekitar yang diperoleh melalui proses ilmiah ( eksperimen dan observasi ) yang dilakukan  melaui  indra  dan  interaksi  dua  arah,  serta  berkaitan  dengan pengembangan sikap ilmiah,tindakan dan mengasung nilai-nilai atau manfaat.
Fungsi  dan  tujuan  utama  pendidikan  IPA  di  SD  (Yager,  1996:9)  tentang ruang  lingkup  hasil  belajar  IPA  yang  mencakup  kognisi  atau  konsep, keterampilan  proses,  sikap,  kreatifitas  dan  aflikasi.  Seperti  halnya  tujuan pendidikan  di  SD  adalah  agar  siswa  mampu  menerapkan  konsep-konsep  dan prinsip-prinsip  IPA  yang  telah  dipelajari  menggunakan  teknologi  sederhana untuk  memecahkan  masalah-masalah  yang  di  temukan  dalam  kehidupan sehari-hari. Untuk memenuhi kebutuhan belajar siswa maka pembelajaran IPA di  sekolah  diupayakan  untuk  sesederhana  mungkin  supaya  siswa  dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari dan mereka berfikiran IPA sangat penting untuk di pelajari untuk menunjang kehidupannya dan bermanfaat bagi mereka.
Dengan  demikian  dapat  disimpulkan  bahwa  pada  hakekatnya  sains  terdiri atas  tiga  komponen,  yaitu  produk,  proses  dan  sikap  ilmiah.  Jadi  tidak  hanya terdiri  atas  kumpulan  pengetahuan  atau  fakta  yang  dihafal,  namun  juga merupakan kegiatan atau proses aktif menggunakan fikiran dalam mempelajari rahasia gejala Alam.
Pendidikan  IPA  dengan  menggunakan  pendekatan  STM  adalah  suatu bentuk  pengajaran  yang  tidak  hanya  menekankan  penuasaan  konsepnya  saja tetapi  menekankan  peran  IPA  dan  teknologi  dalam  berbagai  kehidupan  di masyarakat  dan  dapat  menumbuhkan  rasa  tanggung  jawab  terhadap  dampak teknologi di masyarakat.
Tujuan mata pelajaran IPA/Sains, yaitu agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :
a.   Meningkatkan keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaanNya.
b.   Mengembangkan pemahaman tentang berbagai macam gejala alam, konsep dan prinsip IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
c.   Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan serta sumber daya alam. (Permen 22 tahun 2006)
2.      Karakteristik Pembelajaran IPA
Objek kajian pendidikan IPA berada pada berbagai persoalan/fenomena alam. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Supriyadi (1999: 1) bahwa objek kajian IPA adalah segala fenomena lingkungan (alam) yang berujud titik kecil hingga alam raya yang sangat besar. IPA menurut Depdiknas (2003: 6) merupakan cara mencari tahu tentang alam semesta secara sistematis untuk menguasai pengetahuan fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses penemuan, dan memiliki sikap ilmiah.
Trowbidge dan Byebee (1986: 38) mendefinisikan IPA sebagai berikut : Science is body of knowledge, formed by of continous inquiry, and compassing the people who are engaged in the scientific enterprise. Jadi karakteristik IPA yang kemudian membedakannya dengan ilmu pengetahuan yang lain adalah bahwa IPA ditempuh melalui berbagai penemuan proses empiris secara berkelanjutan yang masing-masing akan memberi kontribusi dengan berbagai jalan untuk membentuk sistem unik yang disebut IPA.
Suyoso (2001: 1-4) mengungkapkan bahwa nilai intelektualitas IPA menuntut kecerdasan dan ketekunan, dalam mencari jawaban suatu persoalan didasarkan atas pertimbangan rasional dan objektivitas dengan
 melalui observasi atau kegiatan eksperimen untuk memperoleh data yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Secara lebih terperinci. Robert B. Sund (1973: 12) menjelaskan tentang bagaimana suatu pemahaman IPA ditemukan atau yang sekarang dikenal sebagai metode IPA (scientific method). Setidaknya ada enam langkah untuk melakukan proses IPA , yaitu (1) stating the problem, (2) formulating hypotheses, (3) designing an experiment, (4) making obsevation, (5) collecting data from the experiment, (6) drawing conclutions.
3.      Hasil Belajar
Dari hasil penelitian yang dikemukakan oleh Bloom (dalam Semiawan dan Munandar, 2004 ; 4) berangkat dari pola distribusi normal, anak-anak yang terletak di ujung sebelah kiri dan kanan tidak dapat memanfaatkan secara baik layanan pendidikan yang disediakan sekolah untuk kelompok normal atau kelompok biasa. Hasil belajar sangat dipengaruhi oleh interaksi semakin baik semakin  baik hasil belajar, dan semakin rendah interaksi semakin rendah pula hasil belajarnya.
Hasil  belajar  adalah  segala  perilaku  siswa  baik  berupa  pengetahuan,  sikap, nilai,  dan  keterampilan  berkat  latihan  dan  pengalaman.  Hasil  belajar  merupakan tolok ukur keberhasilan siswa di dalam memahami materi yang telah disampaikan oleh  guru  ketika  kegiatan  belajar  mengajar  berlangsung.  Seseorang  dikatakan telah  belajar  apabila  ia  telah  memperoleh  hasil  belajar  yang  telah  dicapai  yakni perubahan tingkah laku. Hasil belajar sangat tergantung pada proses belajar yang dilaksanakan. Hasil belajar tersebut akan terlihat setelah diberikan perlakuan pada proses belajar yang dianggap sebagai proses pemberian pengalaman belajar. 
Menurut Hamalik (2006: 30)“hasil belajar  adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti”.
Dari penjelasan-penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa hasil belajar adalah suatu  proses  yang  sifatnya  kompleks  mulai  dari  mengamati,  membaca,  meniru, mencoba,  mendengar,  dan  sebagainya  yang  pada  akhirnya  menimbulkan  suatu perubahan  tingkah  laku  dalam  diri  seseorang  melalui  pengalaman  yang ditempuhnya.  Hasil  belajar  dalam  penelitian  ini  adalah  suatu  ukuran  nilai  dari suatu perlakuan yaitu perlakuan dengan menggunakan media berbasis STM (Sains Teknologi Masyarakat).
Pada masa sekarang, aspek-aspek kemampuan hasil belajar di bagi dalam tiga golongan  yaitu  ranah  kognitif,  afektif  dan  psikomotor.  Perumusan  aspek-aspek kemampuan  yang  menggambarkan  output  peserta  didik  yang  dihasilkan  dari proses  pembelajaran  dapat  digolongkan  kedalam  tiga  klasifikasi  berdasarkan taksonomi  Bloom.  Bloom  menamakan  cara  mengklasifikasi  itu  dengan  “The taxonomy  of  education  objectives”.  Menurut  Bloom  tujuan  pendidikan  atau pembelajaran  dapat  diklasifikasikan  ke  dalam  tiga  domain  (daerah,  aspek,  ranah atau matra), yaitu:
a.  Domain  kognitif;  berkenaan  dengan  kemampuan  dan  kecakapan-kecakapan intelektual berpikir;
b.   Domain  afektif;  berkenaan  dengan  sikap,  kemampuan  dan  penguasaan segi-segi emosional, yaitu perasaan, sikap, dan nilai;
c.   Domain  psikomotor;  berkenaan  dengan  suatu  keterampilan-keterampilan atau gerakan-gerakan fisik.
Menurut  Anderson  (2001:268)  ranah  kognitif  dibagi  dalam  6  (enam) tingkatan,  yaitu  mengingat  (remembering),  memahami  (understanding), menerapkan  (apply),  menganalisa  (analyze),  mengevaluasi  (evaluate),  dan mencipta (create). Penelitian ini hanya dibatasi pada ranah kognitif saja, terutama dalam aspek mengingat (remembering), dan memahami (understanding).
Hasil  belajar  yang  digunakan  untuk  diteliti  pada  penelitian  ini  adalah  hasil belajar ranah  kognitif  aspek  mengetahui,  dan  memahami.  Aspek  mengetahui mengacu  kepada  kemampuan  siswa  dalam  mengingat  dan  mengulang  kembali materi  pelajaran  yang  telah  dipelajari.  Aspek  memahami  mengacu  kepada kemampuan  siswa  dalam  memahami  isi  materi  pelajaran  yang  meliputi kemampuan  dalam  menjelaskan,  menerangkan,  menerjemahan,  menafsirkan  atau menangkap makna atau arti suatu konsep.  Ranah  kognitif,  dan  aspek  mengetahui  serta  memahami  pada  penelitian  ini digunakan  berdasarkan  pada  karakteristik  siswa  sekolah  dasar,  jenis  materi  yang ada  untuk  sekolah  dasar,  serta  disesuaikan  berasarkan  pada  perkembangan pengetahuan  siswa  sekolah  dasar. 
Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa kemampuan siswa (hasil belajar) dipengaruhi oleh interaksi dan kondisi proses pembelajaran. Kondisi pembelajaran yang dikelola dengan baik akan  tercipta suasana belajar mengajar yang menyenangkan sehingga akan dapat mempengaruhi pencapaian tujuan pendidikan. Menurut Ahmadi (1991;147) apabila perhatian terhadap sesuatu obyek tidak ada, tetapi obyek tersebut ternyata ada hubungannya dengan kebutuhan kita maka dapat diharapkan bahwa kita akan mempunyai kemauan yang besar terhadap obyek itu. Dengan kata lain, sasaran perhatian terhadap obyek tertentu ada hubungannya dengan kebutuhan yang dapat diharapkan, obyek-obyek tertentu tersebut akan mempengaruhi pola pikir seseorang.
4.      Motivasi Belajar
Motivasi merupakan suatu hal yang sangat penting bagi setiap kehidupan seseorang dalam setiap aktivitasnya dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu. Kata "motif" diartikan sebagai daya upaya yang mendorong  seseorang untuk menentukan sesuatu, berawal dari "motif" itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Menurut Hudoyo (1995:24)  Motivasi Belajar adalah "Dorongan untuk mempelajari sesuatu dengan sungguh-sungguh sehingga memiliki pengertian yang lebih mendalam dalam bidang tersebut untuk mendapatkan  kepandaian."
Sedangkan menurut Mc. Donal dalam Suyabrata (1981:30), Motivasi adalah perubahan energi dari seseorang yang ditandai dengan muncul feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian tersebut mengandung tiga elemen penting, yaitu : (a) Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri individu manusia, yang penampakannya menyangkut kegiatan fisik  manusia; (b) Motivasi ditandai dengan munculnya rasa "feeling" afeksi seseorang; (c) Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Motivasi bukanlah hal yang dapat diamati, tetapi hal yang dapat disimpulkan adanya, karena sesuatu yang dapat kita saksikan tiap aktivitas yang dilakukan  seseorang itu didorong oleh sesuatu kekuatan dari dalam diri seseorang, kekuatan pendorong itulah yang disebut motif.
Motivasi adalah suatu perubahan energi dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan. Perubahan energi dalam diri seseorang itu berbentuk suatu aktifitas nyata berupa kegiatan fisik.
Dari hal di atas maka dapat dikatakan bahwa motivasi adalah suatu hal yang sangat penting bagi setiap insan manusia untuk mencapai suatu  keberhasilan atau tercapainya keinginan apa yang diidam-idamkan oleh setiap orang.
5.      Energi Alternatif
Energi alternatif adalah energi pengganti  yang dapat menggantikan peranan minyak Bumi.  Energi alternatif yang sedang dikembangkan  adalah energi matahari, energi angin, energi air  terjun, dan panas bumi. (Depdiknas : 138)
6.      Sains Teknologi Masyarakat
Pendekatan sains-teknologi-masyarakat (STM) merupakan Sains-Teknologi-Masyarakat (STM) yang diterjemahkan dari akronim bahasa Inggris STS (“Science-Technology-Society”) adalah sebuah gerakan pembaharuan dalam pendidikan IPA. Pembaharuan ini mula-mula terjadi di Inggris dan Amerika, sekarang sudah merebak ke negara-negara lain. Pendekatan STM dalam pendidikan IPA diyakini oleh pakar-pakar di Amerika sebagai pendekatan yang tepat, sebab pendekatan ini berusaha untuk menjembatani materi di dalam kelas dengan situasi dunia nyata di luar kelas yang menyangkut perkembangan teknologi dan situasi sosial kemasyarakatan. Hal ini menggambarkan bahwa pendekatan STM dijalankan untuk mempersiapkan peserta didik dalam menghadapi masa depannya.
Pendekatan ini menuntut agar peserta didik diikutsertakan dalam penentuan tujuan, perencanaan, pelaksanaan, cara mendapatkan informasi, dan evaluasi pembelajaran. Adapun yang digunakan sebagai penata (organizer) dalam pendekatan STM adalah isu-isu dalam masyarakat yang ada kaitannya dengan Sains dan Teknologi. National Science Teachers Association (NSTA) (1990 :1) memandang STM sebagai the teaching and learning of science in the context of human experience. STM dipandang sebagai proses pembelajaran yang senantiasa sesuai dengan konteks pengalaman manusia. Dalam pendekatan ini siswa diajak untuk meningkatakan kreativitas, sikap ilmiah, menggunakan konsep dan proses sains dalam kehidupan sehari-hari.
Definisi lain tentang STM dikemukakan oleh PENN STATE (2006:1) bahwa STM merupakan an interdisciplinary approach which reflects the widespread realization that in order to meet the increasing demands of a technical society, education must integrate across disciplines. Dengan demikian, pembelajaran dengan pendekatan STM haruslah diselenggarakan dengan cara mengintegrasikan berbagai disiplin (ilmu) dalam rangka memahami berbagai hubungan yang terjadi di antara sains, teknologi dan masyarakat. Hal ini berarti bahwa pemahaman kita terhadap hubungan antara sistem politik, tradisi masyarakat dan bagaimana pengaruh sains dan teknologi terhadap hubungan-hubungan tersebut menjadi bagian yang penting dalam pengembangan pembelajaran di era sekarang ini.
Pandangan tersebut senada dengan pendapat NC State University (2006: 1), bahwa STM merupakan an interdisciplinery field of study that seeks to explore a understand the many ways that scinence and technology shape culture, values, and institution, and how such factors shape science and technology. STM dengan demikian adalah sebuah pendekatan yang dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana sains dan teknologi masuk dan merubah proses-proses sosial di masyarakat, dan bagaimana situasi sosial.
Pendekatan STM, sesuai dengan pengertian dan tujuan yang diungkapkan sebelumnya, dalam penerapannya di dalam kelas sesungguhnya tidak membutuhkan konsep ataupun proses yang terlalu unik. Sebagaimana menurut pandangan National Science Teachers Association (1990:1), there are no concepts and/or processes uniqe to STS. Hanya saja, ada beberapa prinsip yang harus dimunculkan dalam pendekatan STM menurut National Science Teachers Association (1990:2) yaitu sebagai berikut:
1)   Peserta didik melakukan identifikasi terhadap persoalan dan dampak yang ditimbulkan dari persoalan tersebut yang muncul di sekitar lingkungannya
2)   Menggunakan sumberdaya lokal untuk mencari informasi yang dapat digunakan dalam penyelesaian persoalan yang telah berhasil diidentifikasi
3)   Menfokuskan pembelajaran pada akibat yang ditimbulkan oleh sains dan teknologi bagi peserta didik
4)   Pandangan bahwa pemahaman terhadap konten sains lebih berharga daripada sekedar mampu mengerjakan soal
5)   Adanya penekanan kepada keterampilan proses yang dapat digunakan peserta didik untuk menyelesaikan persoalannya sendiri
6)   Adanya penekanan pada kesadaran berkarir, terutama karir yang berhubungan dengan sains dan teknologi
7)   Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memperoleh pengalaman tentang aturan hidup bermasyarakat yang dapat digunakan untuk menyelesaikan persoalan yang telah diidentifikasi
Dengan melihat karakteristik IPA dan pendekatan STM sebagaimana yang diungkapkan di muka, maka dapat dilihat bahwa keduanya memiliki prospek yang cukup baik dalam rangka peningkatan life skills peserta didik. Pendekatan STM menghajatkan agar peserta didik mampu merespon setiap perkembangan di masyarakat secara scientific, itu berarti bahwa peserta didik diarahkan untuk memiliki thinking skills dan sekaligus academic skills agar bisa eksis hidup di masyarakat.
Secara  rinci  Yager  (dalam  As’ari  2006:34-35)  merumuskan  karakteristik pendekatan STM adalah berikut :
a.       Berawal  dari  identifikasi  masalah-masalah  lokal  yang  ada  kaitannya dengan IPA dan teknologi oleh siswa (dengan bimbingan guru ).
b.      Penggunaan  sumberdaya  setempat  baik  sumberdaya  manusia  maupun material.
c.       Keikutsertaan  siswa  secara  aktif  dalam  mencari  informasi  yang  dapat diterapkan untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
d.      Pengidentifikasian  cara-cara  yang  memungkinkan  IPA  dan  teknologi untuk memecahkan masalah sehari-hari.
e.       Dilaksanakan  menurut  strategi  pembuatan  keputusan.  Setiap  siswa  harus menggunakan  informasi  sebagai  bukti,  baik  untuk  membuat  keputusan tentang  kehidupan  sehari-hari  maupun  keputusan  tentang  masa  depan masyarakat.
f.       Belajar tidak hanya berlangsung di dalam kelas atau sekolah, tetapi juga di luar sekolah atau lapangan nyata.
g.      Penekanan  pada  keterampilan  proses  yang  dapat  digunakan  siswa  dalam memecahkan masalah mereka sendiri
h.      Membuka  wawasan  siswa  tentang  pentingnya  kesadaran  karir/propesi, terutama karir yang berkaitan dengan IPA dan teknologi.
i.        Adanya  kesempatan  bagi  siswa  untuk  memperoleh  pengalaman  dalam berperan  sebagai  warga  negara  untuk  mencoba  memecahkan  masalah-masalah yang telah mereka identifikasi.
Mengingat  karakteristik  seperti  tersebut  di  atas  maka  Yager  et.Al  (dalam Margaretha  dan  Karli.2002:29)  mengemukakan  bahwa  dalam  pembelajaran STM terdapat 5 domain seperti domain konsep, proses, aplikasi, kreativitas dan sikap.
a.       Domain  konsep,  mempfokuskan  pada  muatan  IPA  yang  meliputi  faktor, informasi,  hukum,  prinsip,  penjelasan  keberadaan  sesuatu  dan  teori  yang digunakan  oleh  saintis.  Tujuannya  untuk  dapat  mengelompokkan  alam  yang teramati  ke  dalam  unit-unit  yang  teratur  untuk  studi  dan  penjelasan  hubungan antara konsep satu dan lainnya.
b.      Domain  proses,  mengemukakan  15  proses  bagian  bagian  saintis  berfikir dan bekerja yaitu: mengobservasi, menggunakan ruang/waktu mengklasifikasi, mengelompokkan,  dan  mengorganisasi,  menggunakan  bilangan, mengkuantifikasi,  mengukur,  mengkomunikasikan,  menginfer, memprediksikan,  mengendalikan  dan  mengidentifikasian  variabel, menginterpretasikan  data,  merumuskan  hipotesis,  memberikan  definisi  secara operasional dan maelaksanakan eksperimen.
c.       Domain  aplikasi  meliputi  aplikasi  konsep  dan  keterampilan  dalam memecahkan  masalah  sehari-hari,  menggunakan  proses  ilmiah  dalam memecahkan masalah yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
d.      Domain  kreativitif  meliputi  penggabungan  objek-objek  dan  ide-ide  dalam cara-cara baru memecahkan masalah dan teka-teki, menyarankan alasan-alasan yang mungkin menghasilkan ide-ide yang tidak biasa, mendesain alat.
e.       Domain sikap meliputi pengembangan sikap positif terhadap IPA dan diri sendiri,  pengembangan  kepekaan  dan  rasa  hormat  terhadap  perasaan  orang lain, mengeksresikan perasaan dengan cara-cara yang konstruktif.
Sains  merupakan  suatu  tubuh  pengetahuan  (body  of  knowledge)  dan proses  penemuan  pengetahuan.  Teknologi  merupkan  suatu  perangkat  keras ataupun  perangkat  lunak  yang  di  gunakan  untuk  memecahkan  masalah  bagi pemenuhan  kebutuhan  manusia.  Sedangkan  masyarakat  adalah  sekolompok manusia  yang  memiliki  wilayah,  kebutuhan  dan  norma-norma  tertentu.  Sains, teknologi dan masyarakat satu sama lain saling berinteraksi ( Widyatiningtyas, 2009 :81).  Menurut    Widyatiningtyas  (2009:78),  pendekatan  STM  dapat menghubungkan  kehidupan  dunia  nyata  anak  sebagai  anggota  masyarakat dengan  kelas  sebagai  ruang  belajar  sains.  The  process  should  give  the  student practice  in  identifying  potential  problems,  collecting  data  with  regard  to  the problem,  considering  alternative  solutions,  and  considering  the  consequences based  on  a  particular  decisions.  Proses  pendekatan  ini  dapat  memberikan pengalaman  belajar  bagi  anak  yang  mengidentifikasi  potensi  masalah, mengumpulkan data yang berkaitan dengan masalah, mempertimbngkan solusi alternative dan mempertimbngkan konsekuensi berdasarkan keputusan tertentu. Menurut podjiadji (2005:89), pelaksanaan pendekatan STM dapat dilakukan melalui  tiga  macam  strategi,  yaitu  :  Strategi  pertama,  menyusun  topik-topik tertentu  yang  menyangkut  konsep-konsep  yang  ingin  ditanamkan  kepada peserta  didik.  Pada  strategi  ini,  di  awal  pembelajaran  ini  (topik  baru)  guru memperkenalkan  atau  menunjukan  kepada  peserta  didik  adanya  isu  atau masalah  di  lingkungan  sekitar  atau  menunjukan  apalikasi  sains  atau  suatu produk  teknologi  yang  ada  di  lingkungan  mereka.  Masalah  atau  isu  yang  ada di lingkungan  masayarakat  dapat  pula  di  usahakan  agar  ditemukan  oleh  anak sendiri  setelah  guru  membimbing  dengan  cara-cara  tertentu.  Melalui  kegiatan eksperimen  atau  diskusi  kelompok  yang  dirancang  oleh  guru,  akhinya  di bangun atau dikonstruksi pengetahuan pada  anak. Dalam hal ini, pengetahuan yang berbentuk konsep-konsep. Strategi  kedua  ,  menyajikan  suatu  topik  yang  relevan  dengan  konsep-konsep  tertentu  yang  termasuk  dalam  standar  kompetensi  atau  kompetensi dasar.  Pada  saat  membahas  konsep-konsep  tertentu,  suatu  topic  relevan  yang telah  dirancang  sesuai  strategi  pertama  dapat  diterapkan  dalam  pembelajaran. Dengan demikian program STM merupakan suplemen dari kurikulum. Strategi  ketiga  ,  mengajak  anak  untuk  berfikir  dan  menemukan  aplikasi konsep  sains  dalam industri  atau  produk  teknologi  yang  ada pada  masyarakat di sela-sela  kegiatan  belajar  mengajar  berlangsung.  Contoh-contoh  adanya aplikasi  konsep  sains,  isu  atau  masalah,  sebaiknya  diperkenalkan  pada  awal pokok  bahasan  tertentu  untuk  meningkatkan  motivasi  peserta  didik.
Untuk mengimplementasikan pendekatan STM dalam pembelajaran, Dass (1999) dalam Raja (2009:143) mengemukakan empat langkah kegiatan kelas yang secara  komfrehensif  merupakan  upaya  yang  mengembangkan  pemahaman murid dan pelaksanaan suatu proyek STM yang berhubungan preservice guru. Keempat  langkah  pembelajaran  tersebut  adalah  fase  invitasi  atau  undanagan atau  inisiasi,  eksplorasi,  mengusulkan  penjelasan  dan  solusi,  dan  mengambil tindakan
a.       Tahap invitasi
Pada  tahap  ini  guru  meminta  pendapat  siswa  untuk  dapat  menyampaikan masalah-masalah  yang  diamati  atau  masalah-masalah  baru  yang  mungkin timbul  di  masyarakat.  Misalnya  dengan  membaca  buku,  melihat  kondisi langsung keadaan lingkungan dan lain sebagainya.
b.      Tahap eksplorasi
Pada  tahap  eksplorasi  guru  memberikan  kesempatan  pada  siswa  untuk memahami dan mempelajari masalah-masalah yang diamati atau masalah-masalah  baru  yang mungkin  timbul  di  masyarakat.  Misalnya  dengan membaca  buku,  melihat  kondisi  langsung  keadaan  lingkungan  dan  lain sebagainya.
c.       Tahap solusi atau penjelasan
Pada  tahap  ini  siswa  diminta  untuk  menjelaskan  hal-hal  yang  dapat dilakukan  untuk  memberikan  pendapat  untuk  memecahkan  masalah-masalah.
d.      Tahap aplikasi
1)      Pada  tahap  aplikasi,  siswa  diharapkan  agar  pengetahuan  yang  telah diperolehnya  dapat  diterapkan  dalam  kehidupan  nyata.  Misalnya menggunakan saran, pertanyaan, yang digunakan untuk mengatasi masalah lingkungan.
2)      Pembelajaran Konsep Keseimbangan Ekosistem dengan Pendekatan STM
Menurut  Wahyudi,  dkk  dalam  Munawarah  (2004  :  7)  ada  beberapa keunggulan  yang  dapat  diperoleh  dari  model  pendekatan  Sains  Teknologi Masyarakat yaitu:
a.       Keunggulan model Sains  Teknologi Masyarakat jika ditinjau dari segi tujuan
1)      Meningkatkan keterampilan inquiry dan pemecahan,  masalah di samping keterampilan proses.
2)      Menekankan cara belajar yang baik yang mencakup ranah kognitif, afektif  dan psikomotorik. 
3)      Menekankan sains dalam keterpaduan di antara bidang studi. 
b.      Keunggulan  model  Sains  Teknologi  Masyarakat    jika  ditinjau  dari  segi  pembelajaran
1)      Menekankan keberhasilan siswa
2)      Menggunakan berbagai strategi
3)      Menyadarkan  guru  bahwa  kadang-kadang  dirinya  tidak  selalu  berfungsi sebagai sumber informasi.
c.       Keunggulan model Sains  Teknologi Masyarakat ditinjau dari segi evaluasi
1)      Ada hubungan antara tujuan, proses dan hasil belajar
2)      Perbedaan  antara  kecakapan,  kematangan  serta  latar  belakang  siswa  juga diperhatikan. 
3)      Kualitas efisiensi dan keefektifan serta fungsi program juga dievaluasi.  Guru  juga  termasuk  yang  dievaluasi  usahanya  yang  terus  menerus  dalam membantu siswa.  

B.     Hasil Penelitian yang Relevan

Sebagai bahan perbandingan dalam proses penulisan laporan pelaksanaan perbaikan pembelajaran, peneliti mengambil beberapa referensi yang berkaitan erat dengan materi penulisan laporan yang peneliti susun, diantara :
1.      Rizkarima. 2011. Penerapan Model Sains Teknologi Masyarakat (Science Technologi Society) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPA Pokok Bahasan Perubahan Permukaan Bumi Akibat Kegiatan Manusia.. Skripsi. Program Studi S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Jurusan Kependidikan Sekolah Dasar dan Prasekolah FIP Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (1) Drs. Ir. Endro Wahyuno, M.Si (2) Drs. Tomas Iriyanto, M.Pd
Salah satu tujuan pembelajaran IPA di SD adalah agar siswa mampu mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, dan karakteristik pembelajarannya yang dilakukan dengan menggunakan berbagai macam cara (teknik) misalnya, observasi, eksplorasi, dan eksperimentasi. Kegiatan pembelajaran dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA khususnya materi  perubahan permukaan bumi akibat kegiatan manusia belum memuaskan.  Hasil perolehan nilai rata-rata hanya 60, sementara KKM yang harus dicapai siswa adalah 70. Hal ini dikarenakan rendahnya keterlibatan dan keaktifan siswa dalam pembelajaran disamping model pembelajaran yang digunakan guru cenderung teacher centered. Kondisi nyata tersebut ditemui pada pembelajaran IPA di SDN Tilil III.  Berdasarkan kenyataan tersebut, perlu diadakan perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas dengan menggunakan Model Sains Teknologi Masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perencanaan, pelaksanaan dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran ilmu pengetahuan alam materi perubahan permukaan bumi akibat kegiatan manusia.
Perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam tiga siklus pembelajaran, masing-masing siklus terdiri atas empat langkah dengan menggunakan model yang dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart, yaitu: (1) Perencanaan, (2) Tindakan, (3) Obseravsi, dan (4) Refleksi. Perencanaan pembelajaran dengan menerapkan Model Sains Teknologi Masyarakat harus disusun secara cermat berdasarkan ciri khusus melalui langkah-langkah invitasi, eksplorasi, pengajuan penjelasan dan solusi, dan tindak lanjut. Adapun pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan Model Sains Teknologi Masyarakat dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran, guru berperan sebagai fasilitator atau pembimbing. Sedangkan hasil belajar siswa menunjukkan adanya peningkatan, yaitu pada siklus 1 perolehan nilai rata-rata siswa adalah 59,9 nilai rata-rata pada siklus 2 adalah 82,28, dan nilai rata-rata siswa pada siklus 3 adalah 84,15 .  Persentase KKM pada siklus 1 adalah 59,9%  pada siklus 2 adalah 89,74 % dan pada siklus 3 adalah 100%
2.      Yulaikah, Ari. 2010. Universitas Pendidikan Bandung (UPI). Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Ipa  Melalui Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM)  pada Materi Sumber Daya Alam Dan Teknologi. (Penelitian Tindakan Kelas pada Kelas IV Semester 2 di SDN Wanaherang 03 Kecamatan Gunungputri Kabupaten Bogor). Tujuan peneliti melakukan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk  mengetahui gambaran hasil belajar dan respon siswa sebelum dan sesudah menggunakan pendekatan sains teknologi masyarakat. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas yang terdiri dari dua siklus dengan langlah-langkah penelitian yang meliputi perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi tindakan, evaluasi, dan refleksi yang menjadi acuan perencanaan tindakan selanjutnya. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes akhir, lembar observasi dan angket. Dari temuan dan pengolahan data dapat diperoleh kesimpulan bahwa dengan menggunakan pendekatan sains teknologi masyarakat hasil belajar siswa pada materi sumber daya alam dan teknologi mengalami peningkatan,yaitu post test siklus I tergolong cukup yaitu 63 tetapi setelah diberi tindakan, nilai rata-rata yang dicapai siswa pada post test siklus II yaitu 77.3 atau meningkat 14,3. Respon yang diberikan siswa menunjukkan respon yang positif dan sebagian besar siswa menyenangi dan setuju diterapkannya pendekatan STM dalam pembelajaran. Aktivitas siswa dan guru dari siklus I ke siklus II dapat berkembang dengan baik hal ini terlihat dari hasil lembar observasi guru dan siswa. termasuk katagori baik. Rencana pelaksanaan pembelajaran yang digunakan untuk melakukan penelitian dengan menggunakan pendekatan sains teknologi masyarakat dipersiapkan dengan memperhatikan kompetensi dasar, indikator, model pembelajaran, alat dan bahan yang digunakan, serta alat evaluasi yang akan digunakan. Proses pembelajaran dengan menggunakan sains teknologi masyarakat hendaknya mengoptimalkan partisipasi siswa dalam memecahkan masalah yang berkaitan dengan IPA melalui penguasaan keterampilan proses secara menyeluruh yang dapat dikuasai oleh siswa dengan mengemukakan isu-isu yang ada dalam masyarakat
3.      Susanti, Elis (2010). Peningkatan Hasil Belajar Siswa MElalui Pendekatan Sains TEknologi Masyarakat (STM) Pada Konsep Sifat Dan Perubahan Wujud Benda Di Kelas IV. Undergraduate thesis, University of Muhammadiyah Malang.
Penelitian tindakan kelas ini di dasarkan atas pola pendidikan di Indonesia di masa lalu dan saat ini yang lebih berpusat pada guru, sehingga berimbas pada minimnya motivasi dan keterampilan siswa dalam memecahkan berbagai permasalahan sehari-hari. Berdasarkan hal tersebut maka bagaimanakah penerapan pendekatan STM, aktifitas siswa dalam pembelajaran, dan hasil belajar siswa pada konsep sifat dan perubahan wujud benda. Dari rumusan masalah tersebut maka tujuannya untuk memahami cara pendekatan STM, memperoleh gambaran tentang aktifitas siswa dan hasil belajar siswa yang maksimal pada bidang sains.
Model pendekatan Sains Teknologi Masyarakat menawarkan konsep-konsep yang lebih berpihak pada siswa, berupa konsep yang menitikberatkan pada penyelesaian masalah dan proses berpikir yang melibatkan transfer jarak jauh dan di dalamnya terkandung proses pembelajaran dengan tahapan-tahapan tertentu yang bertujuan mengajarkan konsep-konsep baru dengan cara tertentu sehingga siswa mampu memahami secara lebih baik materi-materi yang disajikan, selain itu STM juga merupakan suatu bentuk pengajaran yang tidak hanya menekankan pada penguasaan konsep-konsep sains saja, tetapi menekankan pada peran sains dan teknologi di dalam berbagai kehidupan masyarakat dan menumbuhkan rasa tanggungjawab sosial terhadap dampak sains dan teknologi di masyarakat. Efek yang dihasilkan dari proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan STM ini adalah meningkatnya keterampilan siswa dalam memecahkan permasalahan yang muncul dalam proses pembelajaran seperti pada mata pelajaran IPA yang dijadikan sebagai dasar penelitian ini.
Dari data hasil penelitian yang telah analisis diperoleh bahwa pendekatan STM ternyata dapat membimbing siswa bekerjasama dan berinteraksi dengan baik dan memungkinkan siswa terlihat secara aktif pada proses pembelajaran dengan menumbuhkan rasa tanggungjawab serta meningkatkan pemahaman dan aktivitas siswa sehingga hasil belajar siswa meningkat. Hal ini terlihat adanya peningkatan dalam setiap tindakan, nilai rata-rata yang diperoleh pada siklus I adalah 18,08 atau sekitar 47,58% siswa yang mendapat nilai di atas 6 sebanyak 28 orang atau sekitar 72,81% sedangkan pada siklus II nilai rata-ratanya adalah 23,13 atau sekitar 60,87% dan siswa yang mendapat nilai di atas 6 ada 37 orang yaitu sekitar 97,37% dengan persentase ini maka penelitian dengan menggunakan pendekatan STM dikatakan berhasil.

C.    Kerangka Berpikir

Kondisi awal yang muncul sebagai permasalahan adalah rendahnya motivasi dan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri .............. Kecamatan Majenang Kabupaten Cilacap dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam materi energi alternatif.
Pengalaman,  pengetahuan  dan  pemahaman  dapat  diperoleh melalui  pembelajaran  formal  maupun  non  formal.  Salah  satu pembelajaran  pada  pendidikan  formal  yaitu  pembelajaran  IPA dikarenakan  IPA  merupakan  konsep  pembelajaran  alam  dan mempunyai  hubungan  yang  sangat  luas  terkait  dengan  kehidupan manusia.  Pembelajaran  IPA  sangat  berperan  dalam  proses  pendidikan dan  perkembangan  teknologi,  karena  IPA  memiliki  upaya  dalam membangkitkan  minat  manusia  serta  kemampuan  dalam mengembangkan  ilmu  pengetahuan  dan  teknologi  serta  pemahaman tentang  alam  semesta  yang  mempunyai  banyak  fakta  yang  belum terungkap dan masih bersifat rahasia sehingga hasil penemuannya dapat dikembangkan  menjadi  ilmu  pengetahuan  yang  baru  dan  dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Langkah-langkah yang ditempuh untuk mengatasi masalah tersebut adalah melaksanakan kegiatan perbaikan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam materi energi alternatif dan penggunaannya dengan menerapkan pendekatan sains teknologi masyarakat yang diharapkan dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.
Dalam  kurikulum  2006 (KTSP) disebutkan bahwa pembelaajran  IPA  sangat  penting  sebagai ilmu  pengetahuan  dan  untuk  pengembangan  teknologi.  Namun  pada kenyataannya  di  kelas  peneliti  menemukan  bahwa  pembelajaran  IPA  masih  didominasi  oleh  penggunaan  metode  ceramah  dan  kegiatannya lebih  berpusat  pada  guru,  aktifitas  siswa  dapat  dikatakan  hanya mendengarkan  penjelasan  guru  dan  mencatat  hal-hal  yang  dianggap penting.  Guru  menjelaskan  IPA  hanya  sebatas  produk  dan  sedikit proses,  salah  satu  penyebabnya  adalah  padatnya  materi  yang  dibahas dan  diselesaikan  berdasarkan  kurikulum  yang  berlaku.  Padahal  dalam membahas  IPA  tidak  cukup  hanya  menekankan  pada  produk  tetapi yang  lebih  penting  proses  membuktikan  atau  mendapatkan  suatu  teori atau hukum.
Kondisi akhir yang diharapkan adalah untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa sehingga tingkat ketuntasan belajar siswa dapat tercapai, memperbaiki proses dan memberikan  pengalaman nyata kepada siswa  tentang konsep pembelajaran yang diterimanya sehingga proses  pembelajaran dapat berjalan dengan baik serta tercapainya tujuan pelaksanaan proses pembelajaran..
Dalam bentuk bagan, kerangka pikir pelaksanaan  penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut :



 Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

D.    Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan untuk penelitian ini adalah sebagai berikut :
a.       Penerapan pendekatan  Sains Teknologi Masyarakat  dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam materi energi alternatif dan cara penggunaannyam dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas IV SDN ...............
b.      Penerapan pendekatan  Sains Teknologi Masyarakat  dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam materi energi alternatif dan cara penggunaannyam dapat meningkatkan  hasil belajar siswa kelas IV SDN ...............



Bab 2, 3, 5 dan lampiran2 serta halaman depan silahkan klik DOWNLOAD
atau hub. 081327121707 (sms only).