Menerima Pembuatan TESIS-SKRIPSI-PKP UT, Silahkan Baca Cara Pemesanan di bawah ini

Lencana Facebook

banner image

Rabu, 02 Juli 2025

LEMBAR SOAL TUGAS TUTORIAL I DIFUSI

LEMBAR SOAL TUGAS TUTORIAL I

 

Fakultas

:

Pascasarjana

 

Sumber Soal

Program Studi

:

Magister Pendidikan Dasar

 

Kode MK & Nomor Modul

Nomor KB

Kode/Nama MK

:

MPDR 5204/ Difusi Inovasi Pendidikan

 

Penulis/Institusi

:

 

 

MPDR 5204, Modul 1

KB 1 & 2

Penelaah/Institusi

:

 

 

Tahun Pengembangan

:

2024

 

Butir Soal No.

:

1

 

Skor Maks.

:

25

 

 

Capaian Pembelajaran Khusus Mata Kuliah:

Setelah mengikuti kegiatan tutorial webinar dan tutorial online, mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan pengertian dan karakteristik inovasi.

 

Indikator:

Disajikan sebuah link artikel tentang  peran teknologi pendidikan sebagai konsep inovasi, mahasiswa mampu menganalisis karakteristik inovasi dan menjelaskan langkah inovasi berkelanjutan dalam dunia pendidikan.

 

 

Silahkan Saudara cermati artikel melalui link berikut ini

https://www.kompas.id/baca/humaniora/2023/07/31/teknologi-pendidikan-tidak-menggantikan-interaksi-guru-dan-siswa

 

PERTANYAAN:

Berdasarkan artikel tersebut, jawablah pertanyaan berikut.

1.    Dalam artikel tersebut, terdapat cuplikan “Pemakaian smartphone di sekolah lebih banyak mengganggu pembelajaran”. Coba saudara lakukan analisis SWOT mengenai smartphone sebagai inovasi pembelajaran! Kemudian jelaskan langkah-langkah apa saja yang harus dilakukan dalam mengimplementasikan program inovasi yang berkelanjutan dalam bidang pendidikan dengan menggunakan smartphone!

 

 

Jawab

Analisis SWOT Smartphone sebagai Inovasi Pembelajaran

1.    Strengths (Kekuatan):

a.    Aksesibilitas dan Mobilitas Tinggi

Smartphone sangat mudah diakses oleh sebagian besar siswa dan guru. Ukurannya yang ringkas memungkinkan pembelajaran terjadi kapan saja dan di mana saja.

b.    Kaya Fitur dan Aplikasi

Smartphone dilengkapi dengan berbagai fitur (kamera, mikrofon, perekam suara, GPS) dan dapat diinstal berbagai aplikasi pendidikan yang mendukung berbagai gaya belajar dan materi pelajaran (video pembelajaran, kuis interaktif, platform kolaborasi, kamus digital, dll.).

c.    Personalisasi Pembelajaran

Aplikasi dan platform pembelajaran di smartphone seringkali menawarkan fitur personalisasi yang memungkinkan siswa belajar sesuai dengan kecepatan dan minat mereka.

d.   Meningkatkan Keterlibatan Siswa

Penggunaan smartphone dalam pembelajaran dapat membuat materi lebih menarik dan interaktif, sehingga meningkatkan motivasi dan keterlibatan siswa.

e.    Memfasilitasi Komunikasi dan Kolaborasi

Aplikasi pesan instan, forum diskusi, dan platform kolaborasi di smartphone memudahkan siswa dan guru untuk berkomunikasi, berdiskusi, dan bekerja sama dalam proyek pembelajaran.

f.     Sumber Informasi yang Luas

Smartphone memberikan akses cepat ke berbagai sumber informasi di internet, memungkinkan siswa untuk melakukan riset dan memperdalam pemahaman mereka tentang materi pelajaran.

2.    Weaknesses (Kelemahan):

a.    Potensi Distraksi

Notifikasi media sosial, game, dan aplikasi hiburan lainnya dapat dengan mudah mengganggu fokus siswa saat belajar menggunakan smartphone.

b.    Keterbatasan Ukuran Layar dan Input

Layar smartphone yang relatif kecil dan keterbatasan input (dibandingkan laptop atau komputer) dapat menyulitkan untuk tugas-tugas tertentu seperti penulisan esai panjang atau analisis data yang kompleks.

c.    Ketergantungan pada Koneksi Internet

Sebagian besar aplikasi dan sumber daya pembelajaran daring memerlukan koneksi internet yang stabil, yang mungkin tidak selalu tersedia bagi semua siswa.

d.   Isu Kesehatan (Mata dan Postur)

Penggunaan smartphone dalam waktu lama dapat menyebabkan masalah kesehatan seperti kelelahan mata dan masalah postur tubuh.

e.    Kesenjangan Digital

Tidak semua siswa memiliki akses yang sama terhadap smartphone yang memadai dan koneksi internet yang stabil, yang dapat memperlebar kesenjangan digital dalam pendidikan.

f.     Potensi Penyalahgunaan

Smartphone dapat disalahgunakan untuk hal-hal yang tidak terkait dengan pembelajaran, seperti cyberbullying atau mengakses konten yang tidak pantas.

g.    Membutuhkan Literasi Digital

Penggunaan smartphone secara efektif untuk pembelajaran memerlukan tingkat literasi digital yang memadai dari siswa dan guru.

3.    Opportunities (Peluang):

a.    Pengembangan Aplikasi dan Konten Pendidikan yang Inovatif

Potensi besar untuk mengembangkan aplikasi dan konten pendidikan yang lebih menarik, interaktif, dan disesuaikan dengan kebutuhan siswa.

b.    Integrasi dengan Teknologi Lain

Smartphone dapat diintegrasikan dengan teknologi lain seperti augmented reality (AR) dan virtual reality (VR) untuk menciptakan pengalaman 1 belajar yang lebih imersif.  

4.    Threats (Ancaman):

a.     Kesenjangan Digital yang Semakin Lebar

Jika tidak ditangani dengan baik, pemanfaatan smartphone dalam pembelajaran dapat memperlebar kesenjangan antara siswa yang memiliki akses dan yang tidak.

b.     Keamanan dan Privasi Data

Penggunaan aplikasi pembelajaran dan penyimpanan data siswa menimbulkan kekhawatiran tentang keamanan dan privasi informasi pribadi.

c.     Kualitas Konten yang Tidak Terjamin

Tidak semua sumber daya dan aplikasi pendidikan yang tersedia memiliki kualitas yang baik atau akurat.

d.     Perubahan Teknologi yang Cepat

Perkembangan teknologi smartphone yang pesat dapat membuat perangkat dan aplikasi tertentu menjadi usang dengan cepat.

e.     Kebijakan dan Regulasi yang Kurang Mendukung

Kurangnya kebijakan dan regulasi yang jelas tentang penggunaan smartphone dalam pendidikan dapat menghambat implementasi yang efektif.

 

Langkah-langkah Implementasi Program Inovasi Berkelanjutan dalam Bidang Pendidikan dengan Menggunakan Smartphone:

Untuk mengimplementasikan program inovasi berkelanjutan yang efektif dengan menggunakan smartphone dalam pendidikan, diperlukan pendekatan yang terencana dan melibatkan berbagai pihak. Berikut adalah langkah-langkah yang dapat dilakukan:

1.    Pengembangan Visi dan Tujuan yang Jelas:

a.     Definisikan secara spesifik bagaimana penggunaan smartphone dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan (misalnya, peningkatan hasil belajar, pengembangan keterampilan abad ke-21, peningkatan aksesibilitas).

b.     Libatkan guru, siswa, orang tua, dan pemangku kepentingan lainnya dalam merumuskan visi dan tujuan ini.

2.    Penyusunan Kebijakan dan Pedoman:

a.     Kembangkan kebijakan yang jelas tentang penggunaan smartphone di lingkungan sekolah, termasuk aturan tentang waktu penggunaan, aplikasi yang diperbolehkan, etika digital, dan konsekuensi pelanggaran.

b.     Sosialisasikan kebijakan ini kepada seluruh komunitas sekolah.

3.    Pengembangan Kurikulum dan Materi Pembelajaran yang Terintegrasi:

a.     Rancang kurikulum dan materi pembelajaran yang secara efektif memanfaatkan fitur dan aplikasi smartphone untuk meningkatkan pemahaman konsep, mendorong eksplorasi, dan memfasilitasi pembelajaran aktif.

b.     Kembangkan sumber daya digital yang berkualitas dan relevan dengan kurikulum.

4.    Pelatihan dan Pengembangan Profesional Guru:

a.     Berikan pelatihan yang komprehensif kepada guru tentang cara mengintegrasikan smartphone ke dalam praktik pengajaran mereka secara efektif dan inovatif.

b.     Fokus pada pemanfaatan aplikasi pendidikan, strategi pembelajaran berbasis mobile, manajemen kelas digital, dan penilaian berbasis teknologi.

c.     Dorong kolaborasi antar guru untuk berbagi praktik baik dalam penggunaan smartphone untuk pembelajaran.

5.    Penyediaan Infrastruktur dan Dukungan Teknis:

a.     Pastikan ketersediaan jaringan Wi-Fi yang memadai di lingkungan sekolah.

b.     Sediakan dukungan teknis untuk mengatasi masalah perangkat lunak atau keras yang mungkin timbul.

c.     Pertimbangkan solusi bagi siswa yang tidak memiliki smartphone pribadi (misalnya, penyediaan perangkat pinjaman oleh sekolah).

6.    Pengembangan Konten dan Aplikasi Pendidikan yang Berkualitas:

a.     Bekerja sama dengan pengembang aplikasi dan penyedia konten pendidikan untuk menghasilkan materi yang relevan, menarik, dan sesuai dengan kurikulum.

b.     Lakukan evaluasi kualitas konten dan aplikasi secara berkala.

7.    Implementasi Bertahap dan Uji Coba:

a.     Implementasikan program inovasi secara bertahap, dimulai dengan kelompok kecil atau proyek percontohan.

b.     Lakukan uji coba dan evaluasi untuk mengidentifikasi tantangan dan peluang perbaikan sebelum implementasi skala luas.

8.    Monitoring dan Evaluasi Berkelanjutan:

a.    Kembangkan mekanisme untuk memantau dan mengevaluasi efektivitas penggunaan smartphone dalam meningkatkan hasil belajar siswa, keterlibatan, dan pengembangan keterampilan.

b.    Kumpulkan umpan balik dari siswa, guru, dan orang tua secara berkala.

c.    Gunakan data hasil monitoring dan evaluasi untuk melakukan perbaikan dan penyesuaian program secara berkelanjutan.

9.    Kemitraan dan Kolaborasi:

Jalin kemitraan dengan pihak-pihak terkait seperti perusahaan teknologi, organisasi pendidikan, dan komunitas untuk mendapatkan dukungan sumber daya, keahlian, dan berbagi praktik terbaik.

10.     Peningkatan Literasi Digital:

Selenggarakan program literasi digital bagi siswa, guru, dan orang tua untuk meningkatkan pemahaman tentang penggunaan smartphone yang aman, bertanggung jawab, dan efektif untuk pembelajaran.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Sumber Soal

 

 

Kode MK & Nomor Modul

Nomor KB

 

 

 

 

MPDR 5204, Modul 2

KB 1 dan KB 3

 

 

 

 

 

Butir Soal No.

:

2

 

Skor Maks.

:

25

 








 

Capaian Pembelajaran Khusus Mata Kuliah:

Setelah mengikuti kegiatan tutorial webinar dan tutorial online, mahasiswa mampu menganalisis perubahan paradigma pendidikan dan implikasinya pada pengembangan kompetensi peserta didik.

 

Indikator:

Disajikan sebuah link artikel tentang pentingnya kecakapan hidup abad 21, mahasiswa mampu mengevaluasi perubahan paradigma pendidikan dan implikasinya pada pengembangan kompetensi peserta didik.

 

 

Silahkan Saudara cermati artikel melalui link berikut ini

https://ditpsd.kemdikbud.go.id/artikel/detail/anak-anak-indonesia-perlu-dilatih-kecakapan-hidup-abad-21

 

PERTANYAAN:

Berdasarkan artikel tersebut, jawablah pertanyaan berikut.

2.    Coba saudara evaluasi paradigma pendidikan di Indonesia yang perlu diperbaiki supaya guru dapat melatih kecakapan hidup abad 21 siswa SD! Kemudian jelaskan upaya apa yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kapasitas dan kompetensi belajar siswa SD!

 

Jawab :

 

Evaluasi Paradigma Pendidikan di Indonesia

Paradigma pendidikan di Indonesia saat ini masih didominasi oleh beberapa hal yang kurang mendukung pengembangan kecakapan hidup abad ke-21, terutama di tingkat Sekolah Dasar (SD). Berikut adalah beberapa aspek yang perlu dievaluasi dan diperbaiki:

1.    Fokus pada Transfer Pengetahuan Pasif (Teacher-Centered Learning):

a.    Masalah

Pembelajaran cenderung berpusat pada guru sebagai sumber utama informasi. Siswa lebih banyak mendengarkan, mencatat, dan menghafal fakta. Hal ini kurang mengembangkan kemampuan berpikir kritis, pemecahan masalah, dan kreativitas.

b.    Perbaikan yang Dibutuhkan

Beralih ke pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa (student-centered learning). Guru berperan sebagai fasilitator, motivator, dan pembimbing yang mendorong siswa untuk aktif mencari tahu, bereksperimen, berdiskusi, dan membangun pemahaman mereka sendiri.

 

 

2.    Kurikulum yang Terlalu Padat dan Teoritis:

a.    Masalah

Kurikulum seringkali terlalu padat dengan materi yang bersifat teoritis dan kurang relevan dengan kehidupan sehari-hari siswa. Akibatnya, guru terfokus untuk menuntaskan materi daripada mengembangkan keterampilan praktis dan aplikatif.

b.    Perbaikan yang Dibutuhkan

Merampingkan kurikulum dan lebih menekankan pada pemahaman konsep mendalam serta keterkaitannya dengan konteks nyata. Mengintegrasikan tema-tema yang relevan dengan isu global dan lokal, serta memberikan ruang untuk proyek-proyek berbasis masalah (problem-based learning) dan proyek berbasis produk (project-based learning).

3.    Metode Pembelajaran yang Kurang Variatif dan Interaktif:

a.    Masalah

Metode pembelajaran seringkali monoton dan kurang melibatkan siswa secara aktif. Pembelajaran kurang memanfaatkan teknologi dan sumber belajar yang beragam.

b.    Perbaikan yang Dibutuhkan

Mengadopsi metode pembelajaran yang lebih variatif, interaktif, dan kolaboratif. Memanfaatkan teknologi (termasuk smartphone secara bijak), permainan edukatif, studi kasus, simulasi, dan kegiatan lapangan untuk membuat pembelajaran lebih menarik dan bermakna.

4.    Sistem Penilaian yang Terlalu Fokus pada Hasil Akhir (Sumatif):

a.    Masalah

Penilaian seringkali hanya berfokus pada hasil tes atau ujian di akhir periode pembelajaran. Proses belajar dan perkembangan keterampilan siswa kurang mendapatkan perhatian yang memadai.

b.    Perbaikan yang Dibutuhkan

Mengembangkan sistem penilaian yang lebih holistik dan berkelanjutan (formative assessment). Penilaian harus mencakup observasi partisipasi siswa, penilaian proyek, portofolio, dan penilaian diri, sehingga memberikan gambaran yang lebih komprehensif tentang kemajuan belajar dan pengembangan keterampilan siswa.

5.    Kurangnya Pengembangan Profesional Guru yang Berkelanjutan dan Relevan:

a.    Masalah

Program pengembangan profesional guru seringkali kurang fokus pada pengembangan keterampilan abad ke-21 dan kurang relevan dengan tantangan yang dihadapi guru di kelas.

b.    Perbaikan yang Dibutuhkan

Menyediakan program pengembangan profesional guru yang berkelanjutan, berbasis sekolah (school-based), dan fokus pada pengembangan kompetensi pedagogik inovatif, pemanfaatan teknologi, strategi pembelajaran yang mendorong berpikir kritis, kolaborasi, komunikasi, dan kreativitas.

6.    Kesenjangan antara Sekolah dan Dunia Nyata:

a.    Masalah

Pembelajaran di sekolah seringkali terasa terpisah dari kehidupan nyata dan tantangan yang akan dihadapi siswa di masa depan.

b.    Perbaikan yang Dibutuhkan

Mendorong kolaborasi antara sekolah dengan dunia industri, komunitas, dan orang tua. Mengintegrasikan pengalaman belajar di luar kelas, seperti kunjungan lapangan, magang (sesuai usia), dan keterlibatan dalam proyek komunitas.

 

 

7.    Mindset Guru yang Belum Sepenuhnya Adaptif terhadap Perubahan:

a.    Masalah

Beberapa guru mungkin masih terpaku pada paradigma pembelajaran tradisional dan kurang terbuka terhadap inovasi dan perubahan.

b.    Perbaikan yang Dibutuhkan

Mendorong mindset pertumbuhan (growth mindset) pada guru, menumbuhkan budaya belajar dan berbagi antar guru, serta memberikan dukungan dan motivasi untuk terus berinovasi dalam praktik pembelajaran.

 

Upaya yang dilakukan guru untuk mengembangkan kapasitas dan kompetensi belajar siswa SD. Upaya-upaya ini berfokus pada menciptakan lingkungan belajar yang menarik, relevan, dan mendukung perkembangan holistik siswa. Berikut adalah beberapa di antaranya:

1.    Menciptakan Lingkungan Belajar yang Positif dan Inklusif:

a.    Membangun Hubungan yang Hangat dan Saling Percaya

Guru perlu menciptakan suasana kelas yang aman, nyaman, dan penuh dukungan emosional. Siswa akan lebih termotivasi untuk belajar jika merasa dihargai, didengarkan, dan diterima.

b.    Menerapkan Disiplin Positif

Alih-alih hukuman yang menakutkan, guru dapat menerapkan disiplin positif yang fokus pada pemahaman konsekuensi dan pengembangan tanggung jawab.

c.    Menghargai Keberagaman

Guru perlu memahami dan menghargai perbedaan individual siswa dalam gaya belajar, minat, dan kemampuan. Pembelajaran harus diakomodasi agar semua siswa merasa memiliki kesempatan yang sama untuk berhasil.

d.   Mendorong Kolaborasi dan Kerja Sama

Menciptakan kegiatan belajar kelompok yang memungkinkan siswa untuk berinteraksi, berbagi ide, dan belajar dari satu sama lain.

2.    Menerapkan Pembelajaran yang Berpusat pada Siswa (Student-Centered Learning):

  1. Mengaktifkan Pengetahuan Awal Siswa

Memulai pembelajaran dengan mengaitkan materi baru dengan pengetahuan dan pengalaman yang sudah dimiliki siswa.

  1. Memberikan Pilihan dan Kebebasan

Memberikan siswa kesempatan untuk memilih topik, metode belajar, atau cara menyampaikan hasil belajar mereka. Hal ini meningkatkan rasa kepemilikan dan motivasi.

  1. Mendorong Pertanyaan dan Rasa Ingin Tahu

Menciptakan suasana di mana siswa merasa aman untuk bertanya dan mengeksplorasi ide-ide baru. Guru dapat memicu rasa ingin tahu melalui pertanyaan terbuka dan tantangan yang menarik.

  1. Memberikan Umpan Balik yang Konstruktif

Umpan balik yang spesifik, tepat waktu, dan berorientasi pada perbaikan sangat penting untuk membantu siswa memahami kekuatan dan kelemahan mereka serta langkah selanjutnya dalam belajar.

3.    Menggunakan Metode Pembelajaran yang Variatif dan Inovatif:

  1. Pembelajaran Berbasis Proyek (Project-Based Learning)

Melibatkan siswa dalam proyek-proyek yang menantang dan relevan dengan dunia nyata, sehingga mereka dapat mengaplikasikan pengetahuan dan mengembangkan keterampilan secara terpadu.

  1. Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-Based Learning)

Menyajikan masalah atau skenario yang menantang siswa untuk berpikir kritis, mencari solusi, dan mengembangkan kemampuan pemecahan masalah.

  1. Pembelajaran Inkuiri (Inquiry-Based Learning)

Mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan, melakukan penyelidikan, mengumpulkan data, dan menarik kesimpulan sendiri.

  1. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

Mengorganisir siswa dalam kelompok-kelompok kecil untuk bekerja sama mencapai tujuan pembelajaran bersama.

  1. Pemanfaatan Teknologi

Mengintegrasikan teknologi (termasuk smartphone secara bijak) sebagai alat bantu pembelajaran yang interaktif, menarik, dan menyediakan akses ke berbagai sumber belajar.

  1. Studi Lapangan dan Kunjungan Belajar

Mengajak siswa belajar di luar kelas untuk menghubungkan materi pelajaran dengan konteks dunia nyata.

4.    Mengembangkan Keterampilan Metakognitif Siswa:

  1. Mendorong Refleksi Diri

Meminta siswa untuk merefleksikan proses belajar mereka, mengidentifikasi apa yang sudah mereka pelajari, apa yang masih membingungkan, dan strategi belajar apa yang efektif bagi mereka.

  1. Mengajarkan Strategi Belajar yang Efektif

Memperkenalkan berbagai teknik belajar seperti membuat catatan, peta konsep, mengatur waktu belajar, dan mencari informasi dari berbagai sumber.

  1. Membantu Siswa Menetapkan Tujuan Belajar

Mendorong siswa untuk menetapkan tujuan belajar yang realistis dan terukur, serta memantau kemajuan mereka dalam mencapai tujuan tersebut.

5.    Mengintegrasikan Kecakapan Hidup Abad ke-21:

  1. Berpikir Kritis dan Pemecahan Masalah

Menyajikan tugas dan pertanyaan yang menantang siswa untuk menganalisis informasi, mengevaluasi argumen, dan menemukan solusi yang kreatif.

  1. Kreativitas dan Inovasi

Mendorong siswa untuk menghasilkan ide-ide baru, berpikir di luar kotak, dan mengekspresikan diri secara unik.

  1. Kolaborasi dan Komunikasi

Merancang kegiatan yang membutuhkan siswa untuk bekerja sama dalam tim, berbagi ide, mendengarkan pendapat orang lain, dan menyampaikan informasi secara efektif.

  1. Literasi Digital

Mengajarkan siswa cara menggunakan teknologi secara aman, bertanggung jawab, dan efektif untuk mencari informasi, berkomunikasi, dan berkreasi.

6.    Melakukan Asesmen yang Formatif dan Berkelanjutan:

  1. Menggunakan Berbagai Teknik Asesmen

Tidak hanya mengandalkan tes tertulis, tetapi juga menggunakan observasi, diskusi, presentasi, portofolio, dan penilaian diri untuk memahami perkembangan belajar siswa secara holistik.

  1. Memberikan Umpan Balik yang Tepat Waktu dan Spesifik

Umpan balik harus fokus pada kekuatan dan area yang perlu ditingkatkan, serta memberikan saran konkret untuk perbaikan.

  1. Menggunakan Hasil Asesmen untuk Memperbaiki Pembelajaran

Hasil asesmen harus digunakan untuk menginformasikan perencanaan pembelajaran selanjutnya dan menyesuaikan strategi pengajaran agar lebih efektif.

 

Sumber Soal

 

 

Kode MK & Nomor Modul

Nomor KB

 

 

 

 

MPDR 5204, Modul 3

KB 1 dan KB 2

 

 

 

 

 

Butir Soal No.

:

3

 

Skor Maks.

:

25

 








 

Capaian Pembelajaran Khusus Mata Kuliah:

Setelah mengikuti kegiatan tutorial webinar dan tutorial online, mahasiswa mampu menjelaskan peranan inovasi pembelajaran berbasis TIK.

 

Indikator:

Disajikan sebuah link artikel tentang makna pendidikan gen Z, mahasiswa mampu menganalisis peranan inovasi pembelajaran berbasis TIK pada generasi digital native.

 

 

Silahkan Saudara cermati artikel melalui link berikut ini

https://pskp.kemdikbud.go.id/produk/artikel/detail/3133/gen-z-dominan-apa-maknanya-bagi-pendidikan-kita

 

PERTANYAAN:

Berdasarkan artikel tersebut, jawablah pertanyaan berikut.

3.     Artikel tersebut menjelaskan mengenai karakteristik Gen Z dan Post Gen Z yang notabene sebagai generasi digital native. Jelaskan maksud dari pernyataan tersebut! Kemudian bagaimana peranan teknologi informasi dan komunikasai dalam pembelajaran kepada siswa SD generasi digital native!

 

 

Karakteristik Gen Z dan Post Gen Z sebagai generasi digital native

Generasi digital native adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan individu yang tumbuh besar di era digital dan telah terpapar teknologi digital sejak usia dini. Bagi mereka, internet, komputer, smartphone, dan berbagai perangkat digital lainnya bukanlah sesuatu yang baru atau asing, melainkan bagian integral dari kehidupan sehari-hari mereka.

Karakteristik Gen Z (lahir sekitar tahun 1997-2012). Sebagai generasi pertama yang benar-benar tumbuh di era internet dan media sosial yang sudah mapan, Gen Z memiliki karakteristik khas sebagai digital native:

1.    Sangat Melek Teknologi (Tech-Savvy)

Mereka sangat nyaman dan mahir dalam menggunakan berbagai perangkat teknologi, aplikasi, dan platform digital. Mereka dengan cepat beradaptasi dengan teknologi baru dan cenderung intuitif dalam menggunakannya.

2.    Ketergantungan Tinggi pada Internet dan Media Sosial

Internet bukan hanya sumber informasi, tetapi juga ruang utama untuk berkomunikasi, bersosialisasi, mencari hiburan, dan belajar. Media sosial adalah bagian tak terpisahkan dari interaksi sosial dan pembentukan identitas mereka.

3.    Multitasking Digital

Mereka terbiasa melakukan banyak hal secara bersamaan di berbagai perangkat digital, seperti mendengarkan musik sambil menjelajahi media sosial dan mengerjakan tugas.

4.    Informasi Cepat dan Instan

Mereka terbiasa mendapatkan informasi dengan cepat dan mengharapkan respons yang instan dalam komunikasi digital. Mereka cenderung kurang sabar dengan informasi yang lambat atau sulit diakses.

5.    Pembelajar Visual dan Mandiri

Mereka seringkali lebih menyukai konten visual seperti video dan gambar. Mereka juga cenderung mandiri dalam mencari informasi dan belajar melalui berbagai sumber daring.

6.    Kreatif dan Ekspresif Secara Digital

Mereka aktif dalam menciptakan dan berbagi konten secara daring melalui berbagai platform seperti TikTok, Instagram, dan YouTube.

7.    Kesadaran Sosial dan Kepedulian

Meskipun seringkali dianggap individualistis, banyak anggota Gen Z memiliki kesadaran sosial yang tinggi dan peduli terhadap isu-isu global. Mereka aktif menggunakan platform digital untuk menyuarakan pendapat dan mendukung perubahan sosial.

8.    Fleksibel dan Adaptif

Tumbuh di era perubahan teknologi yang pesat membuat mereka lebih fleksibel dan mudah beradaptasi dengan hal-hal baru.

9.    Menghargai Autentisitas dan Transparansi

Mereka cenderung skeptis terhadap informasi yang tidak jelas atau tidak autentik dan menghargai kejujuran serta transparansi.

 

Karakteristik Post Gen Z (Generasi Alpha, lahir sekitar tahun 2013-sekarang).  Generasi yang lebih muda ini tumbuh di dunia yang bahkan lebih terintegrasi dengan teknologi digital. Mereka bahkan tidak mengenal dunia sebelum adanya smartphone dan tablet secara luas. Karakteristik mereka sebagai digital native bahkan lebih mendalam:

1.    Lahir dengan Tablet di Tangan

Mereka terpapar perangkat layar sentuh dan aplikasi interaktif sejak usia sangat dini. Penggunaan teknologi bagi mereka sealami bernapas.

2.    Pembelajaran yang Sangat Terpersonalisasi

Mereka tumbuh di era algoritma dan personalisasi konten. Mereka mengharapkan pengalaman belajar yang disesuaikan dengan minat dan kebutuhan mereka secara individual.

3.    Integrasi Teknologi yang Lebih Dalam

Batasan antara dunia fisik dan digital bagi mereka semakin kabur. Mereka berinteraksi dengan teknologi secara lebih intuitif dan terintegrasi dalam semua aspek kehidupan mereka.

4.    Potensi Keterampilan Teknologi yang Lebih Tinggi

Karena paparan yang lebih awal dan intens, mereka berpotensi memiliki pemahaman dan keterampilan teknologi yang lebih mendalam di masa depan.

5.    Ekspektasi Hiburan dan Interaksi yang Tinggi

Mereka terbiasa dengan konten hiburan yang interaktif dan menarik. Mereka mungkin memiliki ekspektasi yang tinggi terhadap interaktivitas dalam pembelajaran.

6.    Pengaruh Kecerdasan Buatan (AI)

Mereka tumbuh di era di mana AI semakin hadir dalam kehidupan sehari-hari (misalnya, asisten virtual, rekomendasi konten). Hal ini kemungkinan akan membentuk cara mereka berinteraksi dengan informasi dan teknologi di masa depan.

7.    Fokus pada Visual dan Audio yang Lebih Kuat

Dengan dominasi platform seperti YouTube Kids dan aplikasi interaktif, mereka cenderung sangat responsif terhadap konten visual dan audio.

 

Peranan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam pembelajaran kepada siswa SD generasi digital native sangatlah signifikan dan beragam. Sebagai generasi yang tumbuh besar dengan teknologi, TIK bukan lagi barang baru, melainkan bagian integral dari kehidupan mereka.

Berikut adalah beberapa peran penting TIK dalam pembelajaran bagi siswa SD generasi digital native:

1.    Meningkatkan Keterlibatan dan Motivasi Belajar:

  1. Pembelajaran yang Interaktif dan Menarik. TIK menawarkan berbagai format pembelajaran yang lebih interaktif dan menarik dibandingkan metode tradisional. Aplikasi edukasi, video pembelajaran, permainan edukatif, dan simulasi dapat membuat materi pelajaran menjadi lebih hidup dan menyenangkan.
  2. Personalisasi Pembelajaran. Aplikasi dan platform pembelajaran daring seringkali dapat disesuaikan dengan kecepatan belajar dan minat masing-masing siswa, sehingga meningkatkan motivasi belajar.

2.    Menyediakan Akses ke Sumber Belajar yang Luas:

  1. Informasi Tanpa Batas. Internet membuka akses ke berbagai sumber informasi, artikel, video, dan materi pembelajaran dari seluruh dunia, melampaui batasan buku teks.
  2. Pembelajaran Mandiri. Siswa dapat dengan mudah mencari informasi tambahan atau mengulang materi pelajaran secara mandiri melalui perangkat mereka.
  3. Sumber Belajar yang Beragam. TIK memungkinkan guru menggunakan berbagai jenis media (teks, gambar, audio, video, animasi) untuk menyampaikan materi, mengakomodasi berbagai gaya belajar siswa.

3.    Memfasilitasi Pembelajaran yang Lebih Konkret dan Visual:

  1. Visualisasi Konsep Abstrak.

Materi pelajaran yang abstrak dapat divisualisasikan melalui gambar, video, dan animasi, membantu siswa memahaminya dengan lebih baik.

  1. Pengalaman Belajar yang Mendalam. Aplikasi augmented reality (AR) dan virtual reality (VR) dapat menciptakan pengalaman belajar yang lebih imersif dan mendalam.

4.    Mendukung Pengembangan Keterampilan Abad ke-21:

  1. Literasi Digital. Penggunaan TIK dalam pembelajaran secara alami mengembangkan keterampilan literasi digital siswa, termasuk kemampuan mencari, mengevaluasi, dan menggunakan informasi secara efektif dan bertanggung jawab.
  2. Berpikir Kritis dan Pemecahan Masalah. Aplikasi dan platform pembelajaran seringkali menyajikan masalah atau tantangan yang mendorong siswa untuk berpikir kritis dan mencari solusi.
  3. Kolaborasi dan Komunikasi. Alat-alat kolaborasi daring memungkinkan siswa untuk bekerja sama dalam proyek, berbagi ide, dan berkomunikasi dengan teman sekelas dan guru secara lebih efektif.
  4. Kreativitas dan Inovasi. Berbagai aplikasi dan platform memungkinkan siswa untuk membuat konten digital, seperti presentasi, video, dan karya seni, mendorong kreativitas dan inovasi.

5.    Mendukung Pembelajaran Jarak Jauh dan Blended Learning.

  1. Fleksibilitas Waktu dan Tempat. TIK memungkinkan pembelajaran terjadi kapan saja dan di mana saja, sangat berguna dalam situasi pembelajaran jarak jauh atau model blended learning (campuran tatap muka dan daring).
  2. Aksesibilitas. TIK dapat menjangkau siswa yang memiliki keterbatasan fisik atau geografis, memastikan akses ke pendidikan yang lebih merata.

 

Upaya Guru dalam Mengoptimalkan Peran TIK:

a.    Memilih dan Menggunakan Aplikasi serta Platform yang Tepat: Guru perlu memilih alat TIK yang relevan dengan tujuan pembelajaran dan sesuai dengan usia serta kemampuan siswa.

b.    Mengintegrasikan TIK secara Bermakna: TIK tidak boleh hanya menjadi pengganti metode tradisional, tetapi harus diintegrasikan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

c.    Memberikan Bimbingan dan Pendampingan: Guru perlu membimbing siswa dalam menggunakan TIK secara bertanggung jawab dan efektif.

d.   Menciptakan Kegiatan Pembelajaran yang Bervariasi: Mengkombinasikan penggunaan TIK dengan metode pembelajaran lainnya untuk menjaga keseimbangan dan mengakomodasi berbagai gaya belajar.

e.    Berkolaborasi dengan Orang Tua: Mengkomunikasikan kepada orang tua tentang manfaat dan cara penggunaan TIK dalam pembelajaran di rumah.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

LEMBAR SOAL TUGAS TUTORIAL I

 

 

Sumber Soal

 

 

Kode MK & Nomor Modul

Nomor KB

 

 

 

 

MPDR 5204, Modul 4

KB 1 dan KB 3

 

 

 

 

 

Butir Soal No.

:

4

 

Skor Maks.

:

25

 








 

Capaian Pembelajaran Khusus Mata Kuliah:

Setelah mengikuti kegiatan tutorial webinar dan tutorial online, mahasiswa mampu menganalisis implikasi tingkat e-readiness dan implikasi pada implementasi inovasi pembelajaran pada berbagai konteks pendidikan.

 

Indikator:

Disajikan sebuah link artikel tentang program digitalisasi sekolah, mahasiswa mampu mengevaluasi implikasi tingkat e-readiness dan implikasi pada implementasi inovasi pembelajaran pada berbagai konteks pendidikan.

 

 

Silahkan Saudara cermati artikel melalui link berikut ini

https://news.schoolmedia.id/artikel/Komitmen-Sukseskan-Digitalisasi-Sekolah-Lewat-ISODEL-583zttps://pskp.kemdikbud.go.id/produk/artikel/detail/3133/gen-z-dominan-apa-maknanya-bagi-pendidikan-kita

 

PERTANYAAN:

Berdasarkan artikel tersebut, jawablah pertanyaan berikut.

4.    Salah satu informasi yang diperoleh dari artikel di atas yakni bahwa Kemendikbudristek berkomitmen untuk menyukseskan program digitalisasi sekolah. Coba saudara evaluasi mengenai program digitalisasi sekolah tersebut! Kemudian kemukakan E-readiness Indonesia dalam mengimplementasikan program tersebut!

 

 

Evaluasi terhadap program digitalisasi sekolah di Indonesia menunjukkan hasil yang beragam dengan beberapa poin penting yang dapat disimpulkan.

1.    Dampak Positif:

Sumber belajar dan informasi menjadi lebih mudah dijangkau oleh siswa dan guru, tidak terbatas oleh ruang dan waktu. Ini membuka peluang belajar yang lebih luas. Cara mengoptimalkannya adalah dengan  memastikan platform dan konten digital mudah diakses oleh berbagai perangkat dan koneksi internet yang berbeda. Pembelajaran yang lebih interaktif dan menarik. Penggunaan multimedia, simulasi, dan aplikasi interaktif dapat membuat proses belajar lebih engaging dan meningkatkan pemahaman siswa. Cara mengoptimalkan adalah dengan memberikan dorongan terhadap pengembangan konten digital yang inovatif, kreatif, dan sesuai dengan prinsip-prinsip pedagogi yang efektif.

Melatih guru dalam memanfaatkan alat digital untuk menciptakan pembelajaran yang interaktif. Pengembangan keterampilan Abad 21.Digitalisasi secara alami melatih siswa dalam literasi digital, berpikir kritis, kolaborasi, dan pemecahan masalah, yang esensial untuk masa depan. Upaya yang dilakukan sebagai bentuk pengembangan keterampilan Abad 21 adalah dengan mengintegrasikan tugas dan proyek yang membutuhkan pemanfaatan teknologi secara kreatif dan bertanggung jawab dalam kurikulum.

Efisiensi administrasi sekolah. Manajemen data siswa, nilai, dan administrasi lainnya menjadi lebih terstruktur dan efisien dengan sistem digital.  Upaya untuk meningkatkan efisiensi administrasi adalah dengan memastikan sistem yang digunakan aman, terintegrasi, dan mudah digunakan oleh staf administrasi sekolah. Memberikan pelatihan yang memadai dalam penggunaan sistem.

Pembelajaran yang lebih personal. Teknologi memungkinkan adaptasi materi dan metode belajar sesuai dengan kebutuhan dan kecepatan belajar masing-masing siswa.  Cara untuk meningkatkan aspek ini adalah dengan mendorong penggunaan platform dan aplikasi yang mendukung pembelajaran adaptif dan memberikan pelatihan kepada guru dalam memanfaatkan data untuk personalisasi pembelajaran.

2.    Dampak Negatif:

Kesenjangan digital yang semakin lebar. Siswa dari keluarga kurang mampu atau di daerah dengan infrastruktur terbatas dapat semakin tertinggal karena keterbatasan akses terhadap perangkat dan internet.  Cara yang dapat dilakukan untuk meminimalisir kesenjangan tersebut diperlulan adanya kerjasama antara pemerintah dan pihak terkait perlu berinvestasi dalam pembangunan infrastruktur digital yang merata, memberikan subsidi atau bantuan perangkat dan kuota internet bagi siswa yang membutuhkan, serta menyediakan pusat-pusat belajar komunitas dengan fasilitas digital.

Ketergantungan Berlebihan pada Teknologi. Penggunaan teknologi yang tidak terkontrol dapat mengurangi interaksi sosial langsung, kemampuan berpikir kritis tanpa bantuan digital, dan kesehatan fisik (misalnya, masalah mata akibat terlalu lama menatap layar). Untuk mengatasi hal tersebut dilakukan dengan memberikan batasan waktu penggunaan perangkat di sekolah dan di rumah, mendorong kegiatan belajar yang melibatkan interaksi sosial dan aktivitas fisik, serta mengintegrasikan teknologi sebagai alat bantu, bukan pengganti interaksi manusiawi.

Ancaman Keamanan dan Privasi Data. Informasi pribadi siswa dan sekolah yang disimpan secara digital rentan terhadap peretasan dan penyalahgunaan jika tidak dikelola dengan baik. Hal yang dilakukan untuk mengantisipasi hal tersebut adalah dengan menerapkan standar keamanan siber yang tinggi untuk melindungi data pendidikan, memberikan pelatihan kepada staf sekolah tentang pentingnya keamanan dan privasi data, serta memastikan kepatuhan terhadap peraturan perlindungan data pribadi.

Beban Kerja Tambahan bagi Guru (Awal Implementasi). Adaptasi terhadap teknologi baru dan pengembangan materi digital dapat menambah beban kerja guru, terutama pada tahap awal implementasi.  Untuk mengatasi hal tersebut dapat dilakukan dengan memberikan pelatihan yang memadai dan dukungan teknis yang berkelanjutan kepada guru, menyediakan sumber daya dan platform yang mudah digunakan, serta memberikan waktu yang cukup bagi guru untuk beradaptasi dan mengembangkan materi.

 

3.    Rekomendasi

a.    Fokus pada Pemerataan Akses Internet

Pemerintah perlu memprioritaskan pembangunan infrastruktur digital dan memastikan akses internet yang terjangkau dan merata di seluruh wilayah Indonesia.

b.    Peningkatan Kompetensi Digital Guru

Program pelatihan yang berkelanjutan dan terstruktur sangat dibutuhkan untuk membekali guru dengan keterampilan digital yang memadai.

c.    Dukungan Perangkat dan Subsidi

Pertimbangan untuk memberikan bantuan perangkat atau subsidi internet bagi siswa dari keluarga kurang mampu perlu ditingkatkan.

d.   Pengembangan Konten Digital Berkualitas

Investasi dalam pengembangan konten pembelajaran digital yang relevan, menarik, dan sesuai dengan kurikulum nasional sangat penting.

e.    Penguatan Sistem Pemantauan dan Evaluasi

Sistem pemantauan dan evaluasi yang komprehensif perlu dibangun untuk mengukur dampak program digitalisasi dan mengidentifikasi area yang perlu diperbaiki.

f.     Pendekatan yang Terintegrasi dan User-Centric.

Implementasi program digitalisasi perlu mengedepankan integrasi sistem yang baik dan desain yang mudah digunakan bagi semua pemangku kepentingan.

Secara keseluruhan, program digitalisasi sekolah di Indonesia memiliki potensi besar untuk meningkatkan kualitas dan akses pendidikan. Namun, tantangan terkait kesenjangan digital dan kompetensi guru perlu diatasi secara serius agar manfaat program ini dapat dirasakan oleh seluruh siswa di Indonesia. Evaluasi yang berkelanjutan dan adaptasi strategi implementasi menjadi kunci keberhasilan program digitalisasi pendidikan di masa depan.

E-readiness Indonesia dalam mengimplementasikan program digitalisasi sekolah dapat digambarkan sebagai sebuah perjalanan yang penuh tantangan namun juga diiringi dengan berbagai upaya untuk mencapai kemajuan. Istilah "E-readiness" sendiri merujuk pada tingkat kesiapan suatu negara atau organisasi dalam memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk mencapai tujuannya, dalam konteks ini adalah digitalisasi pendidikan.

Pemerintah Indonesia telah menunjukkan komitmen yang kuat terhadap digitalisasi pendidikan melalui berbagai kebijakan dan program. Inisiatif seperti program Merdeka Belajar yang mengintegrasikan teknologi, penyediaan platform pembelajaran daring seperti Rumah Belajar dan berbagai aplikasi baru lainnya serta upaya penyediaan infrastruktur telekomunikasi (walaupun belum merata) menunjukkan langkah positif. Meskipun masih terdapat kesenjangan, penetrasi internet di Indonesia terus meningkat, bahkan menjangkau sebagian besar wilayah. Hal ini menjadi modal dasar untuk implementasi program digitalisasi sekolah. Berbagai platform dan konten pembelajaran digital, baik yang dikembangkan oleh pemerintah maupun pihak swasta, semakin banyak tersedia. Ini memberikan lebih banyak pilihan sumber belajar bagi siswa dan guru. Pemerintah dan berbagai organisasi telah menyelenggarakan program pelatihan untuk meningkatkan kompetensi digital guru, seperti program Pembelajaran Berbasis TIK (PembaTIK).

Pelaksanaan E-readiness Indonesia dalam mengimplementasikan program digitalisasi sekolah menunjukkan kemajuan yang signifikan di beberapa area, terutama dalam hal kesadaran, kebijakan, dan adopsi teknologi. Namun, tantangan besar seperti kesenjangan digital dan keterbatasan infrastruktur serta kompetensi masih perlu diatasi secara komprehensif dan berkelanjutan agar program digitalisasi sekolah dapat memberikan manfaat yang merata bagi seluruh siswa di Indonesia. Pemerintah perlu mengambil langkah strategis dan melibatkan berbagai pihak untuk memastikan fondasi E-readiness yang kuat demi keberhasilan transformasi digital pendidikan.

 

 

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan berkomentar, hindari unsur SARA.
Terima kasih