Menerima Pembuatan TESIS-SKRIPSI-PKP UT, Silahkan Baca Cara Pemesanan di bawah ini

Lencana Facebook

banner image

Monday 13 May 2024

TESIS - TAPM S2 UNIVERSITAS TERBUKA

 

TUGAS AKHIR PROGRAM MAGISTER

 

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SEKOLAH DASAR KELAS V DI KECAMATAN ............................. KOTA ........................

 

 

Tujuan Penyusunan TAPM sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister pada program studi
Magister Pendidikan Dasar Reguler

 

 

 

 

 

 

Disusun Oleh:

........................

NIM : ........................

 

 

 

 

 

 

 

 

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS TERBUKA

JAKARTA

2022


ABSTRACT

 

THE EFFECT OF PROJECT BASED LEARNING MODEL ON MATHEMATICS LEARNING OUTCOMES FROM CRITICAL THINKING ABILITY OF V ELEMENTARY SCHOOL STUDENTS IN ............................. DISTRICT

........................ CITY

 

........................

................................................

Graduate Studies Program
Indonesia Open University

 

The lack of students' critical thinking skills is characterized by many students who have not been able to solve a problem properly. Overcoming this requires a learning model that can improve student learning outcomes. The objectives to be achieved in this study are to analyze the differences in learning outcomes of elementary school students in class V who use Project Based Learning learning strategies with conventional learning. Analyzing differences in critical thinking students using project based learning learning strategies with conventional learning Knowing the effect of interactions using Project Based Learning learning strategies and critical thinking skills on mathematics learning outcomes for grade 5 students. Knowing the effect of learning outcomes and high critical thinking skills on students using learning Project Based Learning and knowing the effect of learning outcomes and low critical thinking skills on students who use conventional learning. The research method is a quasi-experimental and 2x2 factorial design. The research population was 159 5th grade students in ............................. sub-district with a research sample of 56 Sumampir state elementary school students. The instruments used are questionnaires, observations and tests. Analysis of the data used is a two-way ANOVA test. The conclusion of this study is that there are differences in learning outcomes of elementary school students in grade 5 who use Project Based Learning learning strategies with conventional learning. There are differences in critical thinking students who use procet-based learning strategies with conventional learning. There is an interaction effect using Project Based Learning learning strategies and critical thinking skills on mathematics learning outcomes for fifth grade students. There are differences in high critical thinking skills in students using Project Based Learning and conventional learning. There are differences in the low thinking ability of students who use Project Based Learning and conventional learning.

 

Keywords: project, based, learning, results, learning, ability, thinking, critical.

 

 

 

 

ABSTRAK

 

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SEKOLAH DASAR KELAS V DI KECAMATAN .............................

KOTA ........................

 

........................

................................................

Program Pascasarjana

Universitas Terbuka

 

Kurangnya kemampuan berpikir kritis siswa ditandai dengan masih banyak siswa yang belum mampu memecahkan suatu permasalahan dengan baik. Mengatasi hal tersebut diperlukan suatu model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini menganalisis perbedaan hasil belajar siswa SD kelas V yang menggunakan strategi pembelajaran Project Based Learning dengan  pembelajaran konvensional. Menganalisis perbedaan siswa berpikir kritis yang menggunakan strategi pembelajaran project based learning dengan pembelajaran konvensional Mengetahui pengaruh interaksi yang menggunakan strategi pembelajaran  Project Based Learning dan kemampuan berpikir kritis terhadap hasil belajar matematika siswa kelas V. Mengetahui pengaruh hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis tinggi pada siswa yang menggunakan pembelajaran Project Based Learning dan mengetahui pengaruh hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis rendah pada siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. Metode penelitian dengan  quasy eksperiment dan desain faktorial 2x2. Populasi penelitian 159 siswa siswa kelas V di kecamatan ............................. dengan sampel penelitian 56 siswa SDN Sumampir. Instrumen yang digunakan angket, observasi dan tes. Analisis data yang digunakan adalah uji Anova dua arah. Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan hasil belajar siswa SD kelas V yang menggunakan strategi pembelajaran Project Based Learning dengan  pembelajaran konvensional. Terdapat perbedaan siswa berpikir kritis yang menggunakan strategi pembelajaran procet based learning dengan pembelajaran konvensional. Terdapat pengaruh interaksi yang menggunakan strategi pembelajaran  Project Based Learning dan kemampuan berpikir kritis terhadap hasil belajar matematika siswa kelas V. Terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis tinggi pada siswa yang menggunakan pembelajaran Project Based Learning dan konvensional. Terdapat perbedaan kemampuan berpikir rendah pada siswa yang menggunakan pembelajaran Project Based Learning dan konvensional.

 

Kata Kunci : project, based, learning, hasil, belajar, kemampuan, berpikir, kritis.

 

 

UNIVERSITAS TERBUKA

PROGRAM PASCASARJANA

MAGISTER PENDIDIKAN DASAR REGULER

 

 

PERNYATAAN

 

 

 

TAPM  yang berjudul Pengaruh Model Pembelajaran Project Based Learning Terhadap Hasil Belajar Matematika Ditinjau dari Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Sekolah Dasar Kelas V di Kecamatan .............................  Kota ........................ adalah hasil karya saya sendiri, dan seluruh sumber yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar. Apabila di kemudian hari ternyata ditemukan adanya penjiplakan (plagiat), maka saya bersedia menerima sanksi akademik.

=

 

........................, ………………………

Yang Menyatakan

 

Materai Rp. 6.000,0

 

 

........................

NIM : ........................

 

 

 

 

 

 

 

UNIVERSITAS TERBUKA

PROGRAM PASCASARJANA

MAGISTER PENDIDIKAN DASAR REGULER

 

LEMBAR LAYAK UJI

 

Yang bertandatangan di bawah ini, Saya selaku Pembimbing TAPM dari Mahasiswa :

 

Nama/NIM     : ........................ /........................

Judul TAPM   :           Pengaruh Model Pembelajaran Project Based Learning Terhadap Hasil Belajar Matematika Ditinjau dari Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Sekolah Dasar Kelas V di Kecamatan .............................  Kota ........................

 

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa TAPM dari mahasiswa yang
bersangkutan sudah selesai sekitar ....... % (min. 80%) sehingga dinyatakan
sudah layak uji untuk Ujian Sidang Tugas Akhir Program Magister (TAPM).
Demikian keterangan ini dibuat untuk menjadikan periksa.

 

 

........................, …………….. 2022

 

 

Pembimbing II                                             Pembimbing I

 

 

 

 

........................                                    ........................

  NIP.  ........................                     NIP. ........................


PERSETUJUAN TUGAS AKHIR PROGRAM MAGISTER

BIMBINGAN TAPM RESIDENSIAL (BTR) 2

PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN DASAR

 

 

1.    Judul Penelitian   :  Pengaruh Model  Pembelajaran Project Based Learning Terhadap Hasil Belajar Matematika ditinjau dari Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Sekolah Dasar Kelas V di Kecamatan ............................. Kota .........................

 

2.    Identitas Peneliti      :

N a m a                :  ........................ 

NIM                    :  ........................

UPBJJ                 :  …………………

No hp/ telp          : ………………………

E-mail                  :  ................................................

 

3.    Pembimbing I     

N a m a                :  ………………………

NIP                      :  ………………………

Institusi               :  ………………………

E-mail                  :  ………………………

 

4.    Pembimbing II

Nama                   : ........................

NIP                      : ........................

Institusi               : ………………………

Email                   : ………………………

 

 

                                                                            …………..,            Juni 2022

 

                                                                            Peneliti

 

 

                                                                            ........................

                                                                            NIM ........................

 

 

Pembimbing II                                                    Pembimbing I

 

 

 

 

........................                                                    ……………………

NIP. ........................`                                          NIP. ………………

UNIVERSITAS TERBUKA

PROGRAM PASCASARJANA

MAGISTER PENDIDIKAN DASAR REGULER

 

PENGESAHAN HASIL UJI SIDANG

 

 

Nama              : ........................

NIM                : ........................

Program Studi : Magister Pendidikan Dasar Reguler

Judul TAPM   :           Pengaruh Model Pembelajaran Project Based Learning Terhadap Hasil Belajar Matematika Ditinjau dari Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Sekolah Dasar Kelas V di Kecamatan .............................  Kota ........................

TAPM telah dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Tugas Akhir Program Magister (TAPM) Magister Pendidikan Dasar Reguler Program Pascasarjana Universitas Terbuka pada :

Hari/Tanggal   :

Waktu             :

dan telah dinyatakan LULUS

 

PANITIA PENGUJI TAPM

Ketua Komisi Penguji                                                  Tanda Tangan

Nama :                                                                          ………………………..

 

Penguji Ahli                                                                 Tanda Tangan

Nama :                                                                          ………………………..

 

Pembimbing I                                                              Tanda Tangan

Nama :                                                                          ………………………..

 

Pembimbing ii                                                             Tanda Tangan

Nama :                                                                          ……………………….


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmatnya akhirnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan Tugas Akhir Program Magister ini. Tugas Akhir Program Magister ini di buat untuk memenuhi tugas akhir dalam perkuliahan. Dalam Tugas Akhir Program Magister ini, penulis akan menjelaskan tentang Pengaruh Model  Pembelajaran Project Based Learning Terhadap Hasil Belajar Matematika ditinjau dari Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Sekolah Dasar Kelas V di Kecamatan ............................. Kota .........................

Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir Program Magister ini jauh dari kesempurnaan dan di susun dalam berbagai keterbatasan. Maka dari itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun, sehingga mendorong kami untuk bisa memperbaikinya. Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Tugas Akhir Program Magister ini sehingga dapat terselesaikan dengan baik dan lancar. Oleh karena itu, peneliti menghaturkan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada.

1.        …………………………., selaku Rektor Universitas Terbuka.

2.        ………………………….,. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP).

3.        ………………………….., selaku Ketua Pusat Pengelolaan dan Penyelenggaraan Program Pascasarjana (P4s).

4.        ………………………….., selaku Ketua Program Studi Pendidikan FKIP-UT

5.        ………………………….., selaku pembimbing akademik sekaligus dosen pembimbing 1 Tugas Akhir Program Magister yang telah memberikan banyak bimbingan, inspirasi, dan motivasi kepada penulis.

6.        ........................, selaku pembimbing akademik sekaligus dosen pembimbing 2 proposal tesis yang telah memberikan banyak bimbingan, inspirasi, dan motivasi kepada penulis.

7.        ………………………….., selaku dosen penguji yang memberikan banyak masukan dan perbaikan atas proposal tesis ini.

8.        Dosen-dosen di Program Studi Pendidikan Dasar yang telah memberikan ilmunya dengan ikhlas, dorongan dan saran dalam menuntun langkah menuju kesuksesan para mahasiswanya

9.        ………………………….selaku Kepala Sekolah yang telah memberikan
kesempatan dan ijin pada penulis untuk melaksanakan penelitian di SD
Negeri
Sumampir Kecamatan ..............................

10.    ………………………….sebagai tim ahli judges.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kata sempurna.
Keterbatasan kemampuan membuat penulis mengharap masukan dan koreksi agar
di kemudian hari lebih baik. Semoga
Tugas Akhir Program Magister ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi civitas akademika pada umumnya.

 

........................,      Oktober  2022

Penulis

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

 

Nama                            :    ........................     

NIM                              :    ........................

Program Studi               :    Magister Pendidikan Dasar Reguler

Tempat Tanggal Lahir   :    ……………………………………..

Riwayat Pendidikan     :

1.    Lulus TK di …………………………………………………………………

2.    Lulus SD di …………………………………………………………………

3.    Lulus SMP di …………………………………………………………………

4.    Lulus SMA di …………………………………………………………………

5.    Lulus S1 PGSD di ………………………………………………………………

Riwayat Pekerjaan        :

1.    Tenaga pengajar honorer di ……………………………………………

2.    Tenagah pengajar ASN di ……………………………………………

3.    Tenaga pengajar ASN di ……………………………………………

 

........................,      Oktober    2022

 

 

........................

NIM : ........................

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR ISI

Halaman

Abstrack...............................................................................................................      i

Abstrak................................................................................................................     ii

Lembar Penryataan .............................................................................................    iii

Lembar Layak Uji ...............................................................................................    iv

Lembar Persetujuan Tugas Akhir Program Magister ..........................................     v

Lembar Pengesahan Hasil Uji Sidang..................................................................    vi

Kata Pengantar....................................................................................................   vii

Daftar Riwayat Hidup ........................................................................................    ix
Daftar Isi .............................................................................................................    
x
Daftar Bagan ......................................................................................................  
xii
Daftar Tabel ........................................................................................................
xiii
Daftar Lampiran .................................................................................................
xiv

BAB    I     PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang Masalah ..............................................................     1

B.  Identifikasi Masalah ....................................................................     9

C.  Rumusan Masalah........................................................................   10

D.  Tujuan Penelitian..........................................................................   10

E.   Manfaat Penelitian.......................................................................   11

BAB    II   TINJAUAN PUSTAKA

A.  Kajian Teori..................................................................................   13

B.  Penelitian Terdahulu....................................................................   39

C.  Kerangka Berpikir........................................................................   43

D.  Operasionalisasi Variabel.............................................................   45

E.   Hipotesis......................................................................................   46

BAB    III METODE PENELITIAN

A.  Jenis Penelitian.............................................................................   48

B.  Populasi dan Sampel....................................................................   49

C.  Instrumen Penelitian....................................................................   50

D.  Prosedur Pengumpulan Data........................................................   58

E.   Metode Analisis Data.................................................................. 560

BAB    IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.  Deskripsi Data .............................................................................   65

B.  Hasil Penelitian............................................................................   99

C.  Pembahasan ................................................................................. 106

D.  Keterbatasan Penelitian................................................................ 117

BAB    V   KESIMPULAN DAN SARAN

A.  Kesimpulan.................................................................................. 119

B.  Implikasi Penelitian...................................................................... 120

C.  Saran............................................................................................ 121

 

DAFTAR PUSTAKA

Lampiran    1     Lembar Instrumen Validasi Ahli Materi

Lampiran    2     Lembar Instrumen Validasi Ahli Bahasa

Lampiran    3     Lembar Instrumen Validasi Ahli Media

Lampiran    4     Kisi-Kisi Angket Penelitian Kemampuan Kritis Siswa

Lampiran    5     Kisi-Kisi Observasi Siswa

Lampiran    6     Kisi-Kisi Tes Hasil Belajar Siswa

Lampiran    7     Lembar Ujicoba Angket Berpikir Kritis

Lampiran    8     Lembar Tes Ujicoba  Mata Pelajaran Matematika

Lampiran    9     Lembar Observasi Siswa

Lampiran    10   Jawaban Hasil Ujicoba Instrumen Tes

Lampiran    11   Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Lampiran    12   Hasil Ujicoba Instrumen

Lampiran    13   Hasil Analisis Ujicoba Instrumen

Lampiran    14   Data Hasil Penelitian

Lampiran    15   Hasil Uji Prasyarat Penelitian

Lampiran    16             Uji Hipotesis  

 

 


DAFTAR GAMBAR

 

 

Gambar                                                                                                      Halaman

 

Gambar    2.1 Siklus Pembelajaran Metode Project based Learning (Delice, 1997)                         31

Gambar    2.2 Kerangka Berpikir.......................................................................... 49

Gambar    4.1.    Karakteristik Angket Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pretest  Kelas Eksperimen          ................................................................................................ 71

Gambar    4.2.    Karakteristik Angket Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pretest  Kelas Kontrol                74

Gambar    4.3.    Karakteristik Angket Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Posttest  Kelas Eksperimen        ................................................................................................ 77

Gambar    4.4.    Karakteristik Angket Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Posttest  Kelas Kontrol              81

Gambar    4.5. Karakteristik Observasi Siswa Kelas Eksperimen dengan Perlakuan             84

Gambar    4.6.    Karakteristik Hasil Belajar Siswa Kelas eksperimen Pretest........ 87

Gambar    4.7.    Karakteristik Hasil Belajar Siswa Kelas Kontrol Pretest ............ 89

Gambar    4.8.    Karakteristik Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen Posttest                      92

Gambar    4.9.    Karakteristik Hasil Belajar Siswa Kelas Kontrol Posttest .......... 95


DAFTAR TABEL

 

 

TABEL                                                                                                       Halaman

 

Tabel   2.1     Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Matematika untuk SD/MI kelas V Semester 1 dan 2                                                                                                      ..... 20

Tabel   3.1     Desain Faktorial 2x2......................................................................... 48

Tabel   3.2     Populasi Penelitian............................................................................ 49

Tabel   3.3     Kisi-Kisi Angket Penelitian Kemampuan Kritis Siswa.................... 51

Tabel   3.4     Kisi-Kisi Observasi Siswa................................................................. 52

Tabel   3.5     Kisi-Kisi Tes Hasil Belajar Siswa..................................................... 53

Tabel   4.1     Data Hasil Uji Reliabilitas Instrumen .............................................. 67

Tabel   4.2     Data Angket Hasil Penelitian Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pretest Kelas Eksperimen                                                                                                         68

Tabel   4.3     Karakteristik Angket Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pretest  Kelas Eksperimen               69

Tabel   4.4     Data Angket Hasil Penelitian Kemampuan Berpikir Kritis Siswa  Pretest Kelas Kontrol.                                                                                                             71

Tabel   4.5     Karakteristik Angket Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pretest Kelas Eksperimen                72

Tabel   4.6     Data Angket Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Posttest  Kelas Eksperimen              74

Tabel   4.7     Analisis Angket Kemampuan Berpikir Kritis Siswa ........................ 75

Tabel   4.8     Karakteristik Angket Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Postest  Kelas Eksperimen              75

Tabel   4.9     Data Angket Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Posttest  Kelas Kontrol                    78

Tabel   4.10   Analisis Angket Kemampuan Berpikir Kritis Siswa ........................ 78

Tabel   4.11   Karakteristik Angket Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Postest  Kelas Kontrol                    79

Tabel   4.12   Data Hasil Observasi Siswa Kelas Eksperimen dengan Perlakuan                   81

Tabel 4.13     Karakteristik Observasi Siswa Kelas Eksperimen dengan Perlakuan                82

Tabel 4.14 Data Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen Pretest(sebelum perlakuan)                         84

Tabel   4.15   Karakteristik Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen Pretest 85

Tabel   4.16 Data Hasil Belajar Siswa Kelas Kontrol Pretes (sebelum perlakuan)                 87

Tabel   4.17   Karakteristik Hasil Belajar Siswa Kelas Kontrol Pretest................. 88

Tabel   4.18   Data Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen Posttest ...................... 90

Tabel   4.19   Karakteristik Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen Posttest.......... 90

Tabel   4.20   Data Hasil Belajar Siswa Kelas Kontrol Posttest ............................ 93

Tabel   4.21   Karakteristik Hasil Belajar Siswa Kelas Kontrol Posttest ............... 93

Tabel   4.22   Hasil Pretest Hasil Belajar dan Angket  Siswa pada Kontrol dan Eksperimen                         95

Tabel   4.23   Hasil Posttest Hasil Belajar dan Angket  Siswa pada Kontrol dan Eksperimen                       96

Tabel   4.24   Rangkuman Hasil Uji Normalitas dengan Teknik Liliefors ............. 99

Tabel   4.25   Rangkuman Uji Homogenitas ........................................................ 100

Tabel   4.26   Data Descriptive Statistic.............................................................. 101

Tabel   4.27   Data Perbedaan Rata-Rata Setiap Varibel ..................................... 101

Tabel   4.28   Tabel Hasil Uji Post Hock.............................................................. 105

Tabel   4.29   Tabel Anova Satu Jalur .................................................................. 106

Tabel   4.30   Tabel Anova Satu Jalur .................................................................. 107

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


DAFTAR LAMPIRAN

 

Lampiran                                                                                                   Halaman

 

Lampiran    1     Lembar Instrumen Validasi Ahli Materi.................................... 128

Lampiran    2     Lembar Instrumen Validasi Ahli Bahasa................................... 131

Lampiran    3     Lembar Instrumen Validasi Ahli Media.................................... 133

Lampiran    4     Kisi-Kisi Angket Penelitian Kemampuan Kritis Siswa.............. 135

Lampiran    5     Kisi-Kisi Observasi Siswa.......................................................... 136

Lampiran    6     Kisi-Kisi Tes Hasil Belajar Siswa............................................... 138

Lampiran    7     Lembar Ujicoba Angket Berpikir Kritis..................................... 138

Lampiran    8     Lembar Tes Ujicoba  Mata Pelajaran Matematika.................. ... 140

Lampiran    9     Lembar Observasi Siswa............................................................ 145

Lampiran    10   Jawaban Hasil Ujicoba Instrumen Tes....................................... 146

Lampiran    11   Rencana Pelaksanaan Pembelajaran........................................... 147

Lampiran    12   Hasil Ujicoba Instrumen............................................................ 155

Lampiran    13   Hasil Analisis Ujicoba Instrumen............................................... 156

Lampiran    14   Data Hasil Penelitian.................................................................. 161

Lampiran    15   Hasil Uji Prasyarat Penelitian..................................................... 170

Lampiran    16   Uji Hipotesis.............................................................................. 172

 

 

 


BAB I

PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang Masalah

Proses bertumbuhnya suatu negara sangat dipengaruhi oleh faktor kualitas dari warganegaranya.  Kualitas proses belajar mengajar adalah faktor yang menjadi penentu sebagai upaya peningkatan sumber daya manusia. Proses pembelajaran yang benar menjadi salah satu faktor penentu  dalam membentuk sebuah sumber daya manusia dengan kualitas yang mumpuni. Keberhasilan dan pertumbuhan setiap bangsa bergantung pada kualitas dari sumber daya manusianya.

Falveli (2022) dalam artikel pada Tribun News.Com  menjelaskan tentang produk dari PISA pada tahun 2016 mengungkapkan kondisi tentang kompetensi dalam bidang matematika, ilmu pengetahuan dan literasi khususnya di Indonesia masih sangat rendah. Perolehan poin PISA OECD 2018 menyebutkan bahwa Indonesia masih berada pada peringkat 70 pada bidang ilmu pengetahuan, peringkat 72 pada bidang matematika dan peringkat 73 pada kemampuan literasi dari jumlah seluruh negara yang mengikuti kegiatan survey sebanyak 79 negara. Perolehan nilai rata-rata dari poin pada masing-masing bidang pembelajaran malah mengalami penurunan jika dibandingkan dengan hasil riset yang dilaksanakan pada tahun 2015 (https://www.Tribunnews/com/nasional/2022/04/13/peringkatindonesiarendahberdasarkan-hasil-surveipisa)

Pemerintah telah mencoba berbagai pendekatan untuk mengatasi masalah ini, termasuk pembenahan sistem pendidikan. Kurikulum tahun ini yang mengalami beberapa kali revisi adalah kurikulum 2013. Pada Kurikulum 2013, matematika adalah pembelajaran yang bersifat wajib pada jenjang pendidikan pada tingkat SD, SMP, dan SMA. Paradigma tersebut memberikan suatu bukti ontentik tentang matematika sebagai perlambang suatu bentuk bidang keilmuan yang urgent untuk dikuasai konsepnya oleh para siswa. Guru matematika membantu siswa mereka untuk mendayagunakan dan meningkatkan keterampilan penalaran mereka. Siswa pada jenjang sekolah menengah diharapkan dapat memenuhi standar kompetensi minimal kelulusan tertentu dalam pembelajaran matematika, antara lain kapasitas untuk dapat berpikir logis, kemampuan analitik, metodis, perspektif, dan ibovatif; mereka juga harus mampu bekerja secara efektif dalam kelompok. (Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006)

Siswa di semua tingkat pendidikan, terutama di sekolah dasar, akan mendapat manfaat dari perombakan sistem pendidikan negara untuk Kurikulum 2013. Harus ada peningkatan pembelajaran yang berpusat pada siswa agar kurikulum 2013 berhasil menghasilkan siswa berprestasi. Untuk meningkatkan pendidikan dalam kurikulum 2013, kami akan melaksanakan kegiatan pedagogis berdasarkan pendekatan suci (Fuadah, 2017). Hal ini sejalan dengan prinsip-prinsip filosofis yang dituangkan dalam pedoman tentang kiat-kiat yang terdapat pada kurikulum 2013, yang memberikan penjelasan bahwa konsep dan implementasinya pada kegiatan belajar adalah wajib siswa pada pendidikan dasar mulai dari tahun 2013 adalah dengan lebih berfokus pada pendekatan keilmuan dan rasional.

Pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dilakukan melalui kegiatan yang bersifat keilmuan yang menumbuhkan kapasitas pemahaman, inkuiri, eksperimentasi, analisis, dan komunikasi. Menurut pendapat Hosnan (2014) menjelaskan bahwa di Indonesia rangkaian kegiatan tersebut biasa disebut dengan 5M. Pembelajaran pada anak sekolah dasar merupakan tahapan pembelajaran yang bersifat prosedural yang didasarkan pada prinsip aktualisasi, dimana dalam proses belajar tersebut siswa diharapkan dapat  berkomunikasi dengan materi atau kejadian dunia nyata. Dengan demikian, penting bahwa pengajaran matematika sekolah dasar menekankan instruksi langsung untuk membantu siswa membangun keterampilan dan pengetahuan mereka yang ada dan memungkinkan anak-anak untuk memahami konsep matematika yang mendasarinya melalui pembelajaran pengalaman. Guru diharapkan dapat menggunakan alat bantu pedagogik yang memudahkan siswa untuk memahami materi, oleh karena itu dalam praktiknya mereka harus dapat membantu siswa dalam memahami konsep matematika melalui penggunaan model, media, dan sumber pembelajaran yang tepat (Wardani,dkk.2019)

Adanya anggapan sebagian besar siswa mengenai matematika adalah pelajaran yang menakutkan bagi para siswa. Karena matematika dianggap pelajaran yang sulit. Sehingga mendengar nama matematika yang sudah ada di pemikiran adalah sulit dan menakutkan. Suatu tantangan bagi seorang pendidik, yakni bagaimana caranya mengubah pola pikir atau mengubah pandangan semacam ini dengan menyajikan pembelajaran matematika secara sederhana, menarik, mudah dipahami oleh peserta didik, dan menyenangkan.

Pendidikan matematika menjadi pelajaran wajib di semua jenjang pendidikan, mulai dari sekolah dasar hingga universitas. Matematika adalah ilmu yang menelaah hal-hal yang berkenaan dengan angka-angka, bangun-bangun (ilmu ukur) yang diukur menggunakan icon-icon dan merupakan cabang ilmu pengetahuan yang membutuhkan kemampuan berpikir logis dan masuk akal (Wahyudi & Siswanti, 2015 : 26) ).

Pendidikan matematika memiliki beberapa tujuan. Menurut kurikulum 2013 Kemendikbud, tujuan pendidikan matematika adalah: “(1) memajukan kecakapan intelektual siswa, khususnya kecakapan yang lebih tinggi; (2) mengembangkan kecakapan siswa untuk memecahkan masalah secara terstruktur; (3) memperoleh hasil belajar yang sangat baik; (4) melatih siswa untuk mengkonstruksikan ide-ide mereka secara efektif.” Tujuan pendidikan matematika SD/MI adalah untuk membiasakan siswa dengan aritmatika dasar, operasi pada bilangan rasional, pengukuran, dan geometri. Sekolah-sekolah di Indonesia saat ini sebagian telah menerapkan Kurikulum 2013 dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran matematika. Reforma kurikulum 2013 menggunakan model Saintifik. Menurut Kemendikbud 2013, pengajaran dengan pendekatan keilmuan memiliki tiga ciri pembeda: (1) fokus pada siswa; (2) penekanan pada metode ilmiah dan konstruksi konsep, hukum, dan prinsip; dan (3) penekanan pada proses kognitif yang dapat berkontribusi pada pertumbuhan intelektual siswa, khususnya kemampuan mereka untuk berpikir kritis. Proses belajar matematika pada saat sekarang lebih terfokus pada situasi-situasi yang bersifat

Pembelajaran matematika yang dilakukan saat ini berkonsentrasi pada hal-hal formal dan menuruti tata aturan baku misalnya pada proses belajar lebih terfokus pada guru, persepsi dan ide-ide matematis terbiasa diberikan dengan cara yang lebih komunikatif dan siswa diajarkan untuk dapat mengerjakan pertanyaan-pertanyaan dengan tidak harus menggunakan aspek kognisi secara mendetail. Hal ini tentu berimbas pada perolehan hasil belajar siswa menjadi rendah sebagai akibat dari pemikiran kritis yang kurang berkembang, pemecahan masalah yang kreatif, dan keterampilan komunikasi dalam matematika.

Kepribadian siswa yang luas menjelaskan kemunculan banyak tindakan yang perlu mendapatkan perhatian khusus pada saat mengukuti kegiatan pembelajaran. Seni mengajar melibatkan lebih dari sekedar mencari tahu bagaimana membuat siswa memperhatikan di kelas dan mempertahankan apa yang mereka pelajari; guru juga harus pandai dalam mengatur kegiatan belajar siswanya. Mengingat pergeseran paradigma pendidikan, diharapkan para guru akan dapat membuat keputusan yang tepat mengenai desain, implementasi, dan keputusan memecahkan permasalahan yang muncul dalam proses belajar mengajar (Astini, 2020).

Berdasarkan data yang dikumpulkan melalui observasi kelas dan wawancara dengan guru matematika selama bulan Juni 2022 di sebuah sekolah dasar di Kecamatan ............................. Kota ........................, ditetapkan bahwa sekolah tersebut melaksanakan kurikulum 2013, dengan nilai kelulusan minimum untuk matematika. 75, dan bahwa siswa kelas limanya belum memenuhi nilai  rata-rata dalam mata pelajaran ini. Siswa jarang menanggapi instruksi kelas selama proses pembelajaran. Siswa jarang mengajukan pertanyaan tentang topik yang tidak mereka pahami selama sesi tanya jawab yang dipimpin guru, dan guru jarang mengajukan pertanyaan yang mengharuskan siswa mengindikasikan keterampilan berpikir tingkat tinggi (seperti "coba sebutkan..." atau "manakah yang termasuk..."). Jika seorang siswa memberikan jawaban yang salah, guru hanya akan menerima jawaban yang benar dan mengoreksinya. Instruksi masih menempatkan penekanan pada transmisi pengetahuan, daripada memfasilitasi pengejaran aktif siswa tentang pengetahuan tentang apa yang mereka pelajari. Siswa tidak siap untuk menganalisis masalah lokal selama pengajaran matematika. Dalam proses pembelajaran matematika, siswa tidak lebih dari mendengarkan penjelasan guru mereka, dan guru memiliki jumlah kontrol yang tidak proporsional atas kegiatan kelas. Karena itu, kemampuan berpikir kritis siswa belum maksimal, yang mungkin berdampak negatif pada kinerja akademik mereka. Dalam hal prestasi akademik di kelas, sebagian besar siswa tidak memenuhi ambang batas minimum yang ditetapkan sekolah, yang dikenal sebagai nilai Kriteria Kompetensi Minimal (KKM) 75.

Keterampilan berpikir kritis siswa yang terbatas berkontribusi pada penguasaan konten kursus yang tidak memadai. Kemampuan berpikir kritis seorang siswa dapat diasah melalui kegiatan pendidikan yang mendorong siswa untuk semakin bersemangat dalam menemukan bahan belajar dari berbagai sumber, menjelaskan informasi dan situasi yang dihadapinya, mencari solusi yang tepat dari masalah yang dihadapinya, serta mengevaluasi secara kritis dan bertanggung jawab atas tindakannya sendiri. Keterampilan berpikir kritis siswa yang terbatas dibuktikan dengan banyaknya siswa yang belum menyelesaikan suatu masalah tertentu. Untuk mengatasi masalah tersebut, diperlukan metode pengajaran yang dapat mendongkrak nilai ujian siswa. Pelaksanaan program PJBL merupakan salah satu upaya pendidikan yang berpotensi untuk mengatasi masalah tersebut.

Pembelajaran berbasis proyek adalah metode pengajaran yang menyenangkan karena diharapkan dapat membantu siswa mengubah cara mereka belajar sendiri dengan meningkatkan motivasi belajar, kualitas pekerjaan, jumlah dan keragaman ide, dan kemampuan berpikir kritis ketika belajar. mencoba memecahkan suatu masalah (Nugraha dkk, 2018).

Pembelajaran berbasis proyek memberikan tanggung jawab seperti pemecahan masalah, pengambilan keputusan, penelitian, dan refleksi kepada siswa, mengubah peran instruktur dari diktator menjadi fasilitator (Sastika, dkk, 2013). Untuk alasan ini, pembelajaran berbasis proyek (PjBL) adalah pendekatan instruksional yang menggunakan masalah sebagai batu loncatan untuk mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalaman dunia nyata. Siswa dalam kursus pembelajaran berbasis proyek diharapkan untuk secara aktif berpartisipasi dalam memperoleh wawasan dan kecakapan yang diperlukan untuk memecahkan masalah yang disajikan dalam latihan proyek. Sehingga  hasil belajar akan meningkat.

Berdasarkan pemaparan sebelumnya, untuk dapat mengupas lebih mendalam  maka perlu untuk diadakan sebuah penelitian lanjut dengan judul  Pengaruh Model Pembelajaran Project Based Learning Terhadap Hasil Belajar Matematika ditinjau dari Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Sekolah Dasar Kelas V di Kecamatan ............................. Kota ......................... Dengan penerapan model Project Based Learning ini dikandung maksud agar bisa meninggikan prestasi hasil belajar siswa.

B.  Identifikasi Masalah

Bersumber pada penjelasan di atas maka dapat diidentifikasi ragam persoalan-persoalan yang muncul dan terkait erat proses penelitian, yaitu :

1.    Prosedur pelaksanaan pembelajaran pada siswa kelas V di Kecamatan ............................. Kota ........................  masih terfokus pada guru (teacher centered)

2.    Hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika menjadi rendah.

3.    Kemampuan siswa dalam berpikir secara  kritis siswa menjadi rendah.

C.  Rumusan Masalah

1.    Apakah ditemukan adanya  perbedaan hasil belajar pada siswa kelas V dengan penerapan pendekatan PjBL bila dibandingkan dengan  pendekatan pembelajaran konvensional ?

2.    Apakah ditemukan adanya perbedaan antara siswa dengan kemampuan berpikir kritis melalui pendekatan PjBL dengan pendekatan pembelajaran konvensional?

3.    Apakah ditemukan adanya pengaruh interaksi penggunaan pendekatan pembelajaran  PjBL dan kemampuan berpikir kritis pada hasil belajar matematika siswa?

4.    Apakah ditemukan adanya perbedaan kemampuan berpikir kritis  dalam kriteria tinggi pada siswa yang menerapkan pendekatan pembelajaran PjBL dan pendekatan pembelajaran konvensional?

5.    Apakah ditemukan adanya perbedaan  kemampuan berpikir dalam kriteria rendah pada siswa yang menerapkan pendekatan pembelajaran PjBL dan pendekatan pembelajaran konvensional?

D.  Tujuan Penelitian

1.    Menganalisis dispartitas pada hasil belajar siswa kelas V siswa yang menerapkan pendekatan pembelajaran pembelajaran PjBL dengan  pendekatan pembelajaran konvensional.

2.    Menganalisis perbedaan siswa berpikir kritis yang siswa yang menerapkan pendekatan pembelajaran PjBL dengan pendekatan pembelajaran konvensional

3.    Menganalisis pengaruh interaksi siswa yang menerapkan pendekatan pembelajaran PjBL dan kemampuan berpikir kritis terhadap hasil belajar matematika siswa kelas V.

4.    Menganalisis perbedaan  kemampuan berpikir kritis tinggi pada siswa yang menerapkan pendekatan pembelajaran PjBL dan pendekatan pembelajaran konvensional.

5.    Menganalisis perbedaan  kemampuan berpikir kritis rendah pada siswa siswa yang menerapkan pendekatan pembelajaran PjBL dan pendekatan pembelajaran konvensional.

E.  Manfaat Penelitian

1.    Manfaat Teoritis

a.    Menyampaikan sebagai suatu bentuk kontribusi dalam bentuk gagasan sebagai upaya inovasi bagi kurikulum pendidikan di sekolah dasar agar dapat bertumbuh selaras dengan  sesuai dengan kepentingan pertumbuhan secara komprehensif.

b.    Menyampaikan kontribusi yang bersifat keilmuan bagi proses pendidikan pada tingkatan sekolah dasat dengan cara mengaplikasikan pendekatan PjBL sebagai salah satu upaya peningkatan hasil proses belajar siswa.

c.    Digunakan sebagai landasan pemikiran dan kajian literatur untuk

bagi riset berikutnya yang berkaitan erat dengan upaya meningkatkan hasil proses belajar siswa ditilik dari kecakapan cara siswa dalam berpikir kritis.

2.    Manfaat Praktis

a.    Peneliti

Memperbanyaka cara pandang dan profesionalisme tentang implementasi pendekatan pembelajaran PjBL pada proses belajar siswa sebagai upaya peningkatan hasil proses belajar ditilik dari sisi kapabilitas siswa dalam kegaitan berpikir kritis.

 

b.    Pendidik

Meningkatkan tingkat kepakaran dan kontribusi ide serta gagasan mengenai kaidah-kaidah tentang implementasi pendekatan pembelajaran PjBL.

c.    Peserta didik

Mendapatkan pengalaman langsung mengenai tentang implementasi pendekatan pembelajaran PjBL dalam kegiatan proses belajar secara aktif, inovatif, dan menggembirakan, yang pada akhirnya dapat menarik siswa untuk dapat mempelajari pembelajaran matematika.

d.   Sekolah

Berguna sebagai titik awal untuk merancang program pendidikan yang efektif dan menentukan metode pembelajaran yang efektif untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis pada anak sekolah

e.    Peneliti Lain

Dapt digunakan sebagai bahan perbandingan atau referensi bagi penelitian selanjutnya yang relevan.

f.     Lembaga atau Institusi Lain

Sebagai bahan informasi dan pengembangan strategi pembelajaran bagi lembaga lain.

g.    Masyarakat

Sebagai acuan dalam menerapkan implementasi pendekatan pembelajaran PjBL dibutuhkan dalam proses belajar sebagai upaya peningkatan hasil belajar ditinjau dari kemampuan dan cara berpikir secara kritis siswa.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.  Kajian Teori

1.    Hasil Belajar Matematika

a.    Definisi Hasil Belajar Matematika

Pendapat dari Purwanto yang dikutip oleh (Fitrianingtyas, 2017:710) menjelaskan bahwa  hasil belajar adalah tolok ukur umum untuk mengukur seberapa banyak siswa telah memahami materi yang diajarkan sebelumnya. Istilah "hasil belajar" dapat dipecah menjadi bagian-bagian komponennya yaitu "hasil" dan "belajar" untuk lebih menjelaskan maknanya. Istilah "hasil" didefinisikan sebagai hasil dari suatu tindakan atau proses yang mengarah pada perubahan fungsional dalam input, sedangkan istilah belajar adalah transformasi dari perilaku pada seseorang yang sedang dalam proses belajar.

Menurut pendapat dari Yusuf (2015:181), hasil belajar siswa adalah hasil dari usaha dari dalam diri siswa sendir dan merupakan merupakan cerminan dari kapasitas mengajar guru. Menurut Rusman (2015:67), hasil belajar adalah perpaduan dari kemampuan  pengetahuan, sikap, dan aktivitas fisik. Prestasi atau hasil belajar siswa seringkali dinilai dari berapa besar nilai yang dapat mereka kumpulkan bersama. Poin ini diberikan ketika seorang siswa telah melaksanakan kegiatan dna  proses pembelajaran yang ditetapkan dalam rentang waktu yang telah ditetapkan dan kemudian dilanjutkan dengan melaksanakan kegiatan test. Hasil belajar, sebagaimana dijelaskan oleh Rahmayanti (2016:212), adalah kemampuan yang didapat oleh siswa sebagai akhir dari kegiatan belajar yang disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing. Perubahan cara pandang, sikap, dan kemampuan siswa yang terjadi akibat menyelesaikan suatu kegiatan pembelajaran itulah yang disebut Pratiwi (2015:80) sebagai hasil belajar.

Pendapat yang dikemukakan oleh Setiawan (2014) menjelaskan bahwa keahlian matematika terbaik siswa paling baik didefinisikan sebagai data yang dikumpulkan selama program studi khusus. Sebaliknya, Ahira (2009) berpendapat bahwa seseorang dapat mengukur kemajuan seseorang menuju penguasaan pengetahuan dan keterampilan matematika dengan melihat hasil belajar seseorang yang terukur. Pendapat di atas  selaras dengan pendapat yang dikemukan oleh Sholihin (2013), yang menyimpulkan bahwa kemampuan matematika siswa menentukan apa yang telah mereka pelajari melalui pengalaman kelas.

Dari pendapat-pendapat para ahli sebagaimana dijelaskan sebelumnya memungkinkan kita untuk menarik kesimpulan bahwa kinerja siswa di kelas matematika adalah hasil dari partisipasi mereka dalam pengajaran di kelas dan dengan demikian berfungsi sebagai indikator apakah siswa berhasil di sekolah atau tidak.

b.    Target dari Pembelajaran Matematika pada Tingkat Sekolah Dasar

Sifat-sifat dari matematika yang  abstrak karena terbentuk dari ide-ide yang diwakili oleh simbol-simbol, penting untuk terlebih dahulu memahami konsep matematika yang mendasarinya sebelum mencoba memanipulasi simbol itu sendiri. Lebih mudah untuk belajar matematika jika Anda dapat memanfaatkan pengalaman orang lain yang telah mendahului Anda dalam studi Anda. Saat mempelajari topik baru dalam matematika, pengalaman belajar seseorang sebelumnya akan berdampak pada seberapa baik mereka mempelajari materi tersebut.

Tujuan pendidikan matematika yang dinyatakan dalam kurikulum 2013 adalah agar siswa mencapai kecakapan dalam matematika. memahami konsep matematika : 1) mengetahui ide-ide tentang matematika; 2) menggunakan pola sebagai pedoman pemecahan masalah, dan menarik kesimpulan luas dari fenomena atau data tertentu; 3) menggunakan hukuman berdasarkan kekurangan karakter, terlibat dalam manipulasi matematika untuk tujuan penyederhanaan atau pemecahan masalah yang berada pada konteks materi pembelajaran, dan menafsirkan hasil yang sesuai; 4) mengkomunikasikan situasi, hukuman, dan kemampuan memberikan bukti matematis melalui penggunaan bahasa, icon, bagan, bentuk grafik, atau lainnya yang terperinci; 5) mempunyai cara dan pola berpikir yang menghargai penerapan praktis matematika; 6) memiliki pola pikir dan tingkah laku selaras  dan sepadan pada nilai-nilai matematis dan pengajarannya; 7) terlibat dalam kegiatan berbasis motoris yang memanfaatkan kemahiran matematis; 8) memanfaatkan alat kerja yang simpel dan berbasis teknologi untuk melaksanakan kegiatan yang berhubungan dengan matematis (Kemendikbud, 2014)

Pendapat yang dikemukakan Bloom (1956) menjelaskan bahwa ranah hasil belajar ada 3 jenis, yaitu unsur pengetahuan, unsur sikap dan psikomotorik. Adapun penjelasannya sebagaimana di bawah ini.

1).      Ranah kognitif, berkaitan dengan jumlah pencapaian intelektual seseorang, yang mencakup delapan komponen pengetahuan (atau kecerdasan): perolehan, retensi, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Dua pertimbangan pertama adalah pertimbangan tingkat kognitif yang lebih rendah, sedangkan empat berikutnya adalah pertimbangan tingkat kognitif yang lebih tinggi.

2).      Ranah afektif, terkait dengan sifat lima bagian dari pikiran seseorang (persepsi, respon, evaluasi, penataan, dan tindakan) dan internalisasi

3).      Ranah psikomotoris, berhubungan dengan perolehan keterampilan dan pengembangan kecerdikan yang diukur dengan prestasi akademik. Ada total sebelas aspek keterampilan motorik: gerakan refleksif, kemampuan gerakan dasar, kemampuan persepsi, pengaturan waktu dan harmoni, kemampuan gerakan kompleks, gerakan ekspresif dan interpretatif.

Kemajuan kognitif era modern telah mendorong Anderson dan Krathwohl untuk mengevaluasi kembali teori-teori Bloom. Hal ini ditunjukkan oleh enam kategori di mana Anderson dan Krathwohl (2010:99-128) merinci kegiatan yang bersifat kognitif menjadi beberapa bagian yaitu : (1) ingatan; (2) wawasan; (3) penerapan; (4) analisis; (5) evaluasi; dan (6) mencipta. Revisi ini memungkinkan sistem pemikiran yang lebih efisien dan akurat untuk dikembangkan ketika merancang tujuan pendidikan, memungkinkan taksonomi ranah kognitif untuk bergerak ke garis depan industri pendidikan (Fauzet, 2016:439).

Kesimpulan berdasarkan data di atas mengindikasikan bahwa pada kegiatan penelitian bertujuan untuk melakukan analisa terhadap hasil belajar dengan menggunakan indikator beban kognitif yang dikembangkan oleh Anderson dan Kratwohl. Tiga indikator domain pengetahuan, termasuk analisis dan evaluasi, diambil dari delapan domain tersebut di atas.

c.    Kegunaan Pembelajaran Matematika pada Tingkat Sekolah Dasar

Manfaat pendidikan matematika meliputi peningkatan keterampilan berpikir kritis melalui kegiatan seperti penyelidikan dan eksperimen; penyelesaian masalah melalui penerapan proses dan model pemikiran yang sehat secara matematis; dan memfasilitasi komunikasi yang jelas dan ringkas melalui penggunaan notasi dan representasi matematis seperti tabel, grafik, dan diagram alur (Wahyudi, 2008: 3).

Menurut Jihad (2008:153), manfaat belajar matematika antara lain meningkatkan keterampilan komunikasi melalui penggunaan akuntansi dan mengembangkan keterampilan penalaran hukum yang dapat memperjelas dan menyelesaikan masalah sehari-hari.

Dari penjelasan beberapa ahli dapat buat simpulan bahwa kegunaan matematika pada prinsipnya sebagai tempat untuk mengeksplorasi kapasitas  yang dipunyai melalui penggunaan angka-angka dan bilangan serta digunakan sebagai suatu usaha untuk meningkatkan daya nalar seseorang melalui pelaksanaan kegiatan analisis, penelitian serta digunakan sebagai salah satu cara untuk memecahkan suatu permasalahan melalui perubahan cara berpikir sebagai sarana berkomunikasi menggunakan simbol-simbol, tabel, grafik, gambar maupun diagrasn untuk memberikan penjelasan secara detail terhadap suatu gagasan.

d.   Karakter Pembelajaran Matematika di SD/MI

Pembelajaran matematika juga memiliki beberapa karakteristik, yaitu (Amir, 2014:78-79) antara lain : a) proses belajar matematika memakai pendekatan pembelajaran spiral atau mempunyai kaitan dengan materi yang sebelumnya. b) adapun penjelasan mengenai langkah-demi-langkah pedagogi dalam konteks ini adalah suatu metode pengajaran matematika di mana siswa beralih dari mempelajari konsep-konsep sederhana menjadi menguasai konsep-konsep yang lebih kompleks. c) Pendekatan induktif untuk pendidikan matematika, di mana siswa didorong untuk terlibat dalam proses pemikiran yang berkelanjutan saat mereka beralih dari situasi khusus ke situasi umum. d) Pendidikan matematika didasarkan pada prinsip konsistensi, yang menyatakan bahwa tidak ada kontradiksi antara hukum matematika yang berbeda atau bahwa pertanyaan yang diberikan dapat dianggap valid jika didasarkan pada pertanyaan yang dijawab sebelumnya yang konsisten dengan asumsi yang mendasarinya. e) Pengajaran matematika harus bermakna; guru harus menekankan pemahaman atas menghafal.

Pendidikan matematika berbeda dari kegiatan pendidikan lainnya karena menggabungkan kriteria atau karakteristik yang berbeda. Menurut Soedjadi (2003:13) memberikan pendapatnya tentang matematika yang terdapat kekhasan sebagai berikut: (1) objek pembelajaran bersifat abstrak, (2) fleksibel dalam penerapannya, (3) memiliki simbol-simbol deduplikatif, (4) memahami perhitungan yang kompleks, (5) konsistensi. dalam sistem. Sebaliknya, Depdikbud (1993:1) memberikan penjelasan bahwa matematika memiliki seperangkat aturannya sendiri diantara mempunyai objek pembelajaran yang bersifat abstrak, memiliki bukti-bukti yang konsisten dan deduktif, serta tidak rentan terhadap deduksi dari perkembangan  IPTEK.

Kesimpulan yang dapat diambil yaitu pembelajaran matematika memiliki ciri, antara lain: (1) memiliki objek pengetahuan yang abstrak; (2) memiliki penalaran deduktif; (3) memiliki rasa urgensi; (4) memiliki simbol-simbol yang berasal dari seni; (5) menekankan detail kecil dalam pembelajaran; (6) sistem yang digunakan bersifat konstan; dan (7) tidak rentan terhadap inferensi dari IPTEK.

 

 

e.    Ruang Lingkup Pembelajaran Matematika di SD

Pengajaran matematika di sekolah didasarkan pada siswa yang memenuhi persyaratan minimum untuk keterampilan dasar. Pendidikan matematika tidak fokus pada studi matematika abstrak; melainkan digunakan sebagai alat dan panduan bagi siswa untuk mengembangkan keterampilan mereka. Karena itu, lingkungan kelas untuk pengajaran matematika di sekolah disesuaikan dengan keterampilan yang diperlukan. Penyusunan KI dan KD pada kurikulum 2013, dibuat dan diedarkan oleh dinas terkait dengan standar baku yang telah ditetapkan berdasarkan karakteristik masing-masing mata pelajaran. Misalnya, dalam pembelajaran matematika, setiap bahan pelajaran harus dipilih dengan memperhatikan tujuan yang ingin dicapai siswa selama setiap kelas.

Sesuai dengan perspektif masing-masing, kurikulum standar ini mencakup pokok, indikator, dan keterampilan dasar. Menurut Nasaruddin (2013:68), ruang kelas untuk matematika sering kali mencakup topik-topik berikut: pertama aljabar, keterampilan aljabar ditunjukkan oleh kemampuan untuk melakukan dan menggunakan operasi hitching untuk hubungan, interaksi, serta fungsi. (2) pengukuran dan geomerti, dapat dilihat melalui kemampuan mengolah data-data tentang sifat dan aturan tentang porsi, jarak, sudut, volume, dan tranfrormasi. (3) Peluang dan statistik, yang diterapkan pada pengumpulan data dan pengolahan data dalam berbagai cara. (4) masalah yang berkaitan trigonometri diuji dengan kalkulus, fungsi, persamaan, dan ciri khas trigonometri. (5) Kalkulus disarankan dengan prinsip fungsi perubahan batas laju.

Penjelasan mengenai cakupan materi  pembelajaran matematika pada tingkat sekolah dasar yang ditetapkan dengan  Peraturan Mendikbudristek Nomor 7 Tahun 2022, yaitu :

1.    Konsep bilangan, merupakan korelasi antar bilangan dan sifat dari bilangan tersebut agar dapat dinyatakan secara jelas jumlahnya pada bebagai kondisi yang cocok.

2.    Operasi aritmatika, operasi-operasi bilangan seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian baik pada bilangan cacah, bilangan pecahan maupun desimal dilakukan dengan tepat agar dapat menyelesaikan permasalahan yang ada

3.    Mengidentifikasi berbagai macam pola yang berupa angka maupun non akan untuk dapat memberikan penjelasan bagi masalah tersebut

4.    Menjelaskan mengenai berbagai macam bangun seperti bangun data dan ruang dan sifat-sifatnya

5.    Melakukan pengukuran dan perhitungan terhadap suatu benda yang bisa diukur dengan mempergunakan berbagai macam satuan baik baku maupun tidak baku dan dapat membandingkan hasil yang diperolehnya

6.    Penjelasan atas data yang mengindikasikan keragaman yang didasarkan pada tampilan data tersebut untuk kemudian dapat ditentukan kesimpulannya.

Adapun SK dan KD mata pelajaran Matematika ada sekolah dasar untuk kelas V  dijelaskan sebagai berikut :

Tabel 2.1

SK dan KD Matematika SD/MI Kelas V Semester 1 dan 2

 

Semester 1

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

semester 2

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Sumber : Permendikbudristek No 7 tahun 2022 tentang standar Isi

 

2.    Model Pembelajaran PjBL

a.    Pengertian PjBL

PjBL adalah strategi pengajaran yang telah digunakan secara luas di negara-negara barat seperti di Amerika. PjBL berarti pembelajaran berbasis proyek. PjBL merupakan metode pengajaran yang merupakan pembaruan pada sistem pembelajaran dimana pada pembelajaran ini difokuskan pada model belajar kontekstual yang dilaksanakan dengan kegiatan-kegaitan berhubungan dengan konteks materi secara mendalam.

  Pembelajaran berbasis proyek adalah metode pengajaran yang menggunakan kegiatan dan proyek sebagai alat pengajaran. Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan-penemuan, evaluasi, pandangan teoretis, paduan (campuran) berbagai pengertian atau hal sehingga merupakan kesatuan yang selaras, dan penerapan pengetahuan agar dapat membuahkan hasil yang maksimal khusunya yang berkaitan dengan hasil belajar. Pembelajaran berbasis proyek dirancang untuk digunakan oleh siswa dalam konteks masalah kompleks yang mereka perlukan untuk melakukan penelitian dan mendapatkan pemahaman (Florin, 2013)

Penjelasan secara jelas mengenai model PjBL yang dikemukakan oleh The George Lucas Educational Foundation (2007) sebagaimana diuraikan di bawah ini .

1)   Curriculum and standards form the backbone of project-based education..

PjBL merupakan salah satu cara dalam belajar yang berfokus pada kriteria yang terdiri dari struktur kurikulum. Dengan penerapan PjBL akan memunculkan proses inkuiri yang ditandai dengan munculkan pertanyaan awalan atau a guided question dan memberikan petunjuk pada siswa dalam pelaksanaan sebuah proyek secara kelompok yang mengimplementasikan berbagai macam materi yang terdapat pada muatan kurikulum. Hal ini tercermin pada saat suatu pertanyaan mendapatkan jawaban maka siswa dapat secara langsung melihat jawaban dan berbagai macam penyelesaian masalah pada materi yang dipelajarinya.

2)   Each student in a project-based class is given a question or a challenge to solve.

PjBL melambangkan model pengajaran yang mendorong pendidik untuk membina pengembangan pertanyaan-pertanyaan esensial (a guided question). Mengingat bahwa setiap siswa menyandang gaya belajar yang unik, PjBL memberi siswa kesempatan untuk mengeksplorasi materi pelajaran dalam bentuk yang berbeda yang berarti bagi mereka dan untuk melaksanakan kegiatan percobaan dalam suasana kooperatif. Ini memastikan bahwa setiap siswa di kelas pada akhirnya akan dapat menjawab pertanyaan yang diajukan.

3)   Students in a project-based learning environment are tasked with researching a variety of topics and concerns relevant to solving real-world problems..

PjBL adalah bentuk pengajaran yang mendorong siswa untuk membangun jembatan antara bidang studi yang berbeda. Siswa yang menggunakan rute ini dapat memperoleh perspektif yang lebih holistik tentang pengetahuan mereka. Lebih dari itu, PjBL adalah penyelaman mendalam ke topik dunia nyata, yang akan penting untuk fokus dan inisiatif siswa di kelas.

4)   In order to better understand complex topics, project-based learning encourages students to engage in challenging intellectual pursuits..

PjBL merupakan pendekatan pembelajaran yang menekankan pada konseptualisasi. Siswa secara efektif mengeksplorasi, mengevaluasi, memahami, dan mengolah berbagai informasi melalui sarana yang mendukung dan memadai.

Dalam hasil penelitian “The AutoDesk Foudation” dalam Global SchoolNet (2000) tentang model PjBL menjelaskan bahwa PjBL mempunyai karakteristis diantaranya : Siswa membuat keputusan tentang proyek, apakah masalah atau tantangan telah diajukan kepada mereka, bagaimana masalah atau tantangan tersebut akan ditangani, dan bagaimana mereka akan dipecahkan; siswa merancang prosedur untuk menentukan jawaban atas masalah atau tantangan yang diajukan kepada mereka; siswa bekerja sama, mengambil tanggung jawab untuk mendapatkan akses dan mengelola informasi untuk memecahkan masalah atau tantangan tersebut; dan siswa menerapkan prosedur tersebut.

Model PjBL merupakan perbaikan dari pendekatan PBL. Bentuk model dan  strategi trainning yang berpusat dalam bentuk  CTL salah satunya disebut "PjBL" (Jones, Rasmussen dan Moffit, 1997). Pembelajaran berbasis konteks (CTL) adalah filosofi pengajaran yang membantu pendidik dalam membuat hubungan antara konten kelas dan kerangka realita pada kehidupan nyata dan mendorong siswa untuk menempatkan pengetahuan yang mereka peroleh untuk digunakan dalam kehidupan sehari-hari mereka sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam lingkungannya.

PjBL adalah pendidikan yang lebih fokus pada upaya  memecahkan persoalan yang muncul sehari-hari di masyarakat melalui kegiatan yang dilakukan secara langsung (John, 2008:374). PjBL juga dapat dipahami sebagai pembelajaran berbasis masalah, pendidikan berbasis pengalaman, atau pembelajaran yang berfokus pada masalah dunia nyata.

Gijbels (2005:29). Jadi, pembelajaran berbasis masalah (PjBL) adalah metode pengajaran yang berpusat pada proses pelatihan dalam menanggapi masalah tertentu (masalah dunia nyata) yang siswa atasi sendiri melalui .................kaian kegiatan (proyek). Model PjBL ini berbeda dengan metode pengajaran tradisional yang lebih menekankan pada pengetahuan dan keterampilan guru. Peran guru dalam PjBL adalah menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan, dan memfasilitasi diskusi dan analisis.

PjBL tidak akan pernah terwujud kecuali guru mampu menumbuhkan suasana di kelas yang mendorong komunikasi terbuka dan aliran ide yang bebas. Pendidikan berbasis PjBL harus relevan dengan masalah dunia nyata sehingga siswa dapat melatih berpikir kritis, memecahkan masalah secara kreatif, dan memperoleh keterampilan teknis dan pengetahuan mata pelajaran. Kerangka pedagogis PjBL untuk pendidikan ini berfokus pada pemecahan masalah, kerja kelompok, umpan balik, diskusi, dan laporan akhir.

Siswa dimotivasi agar berperan lebih aktif dalam pendidikan mereka dan mengasah kemampuan berpikir kritis mereka dengan melakukan penelitian dan mengajukan pertanyaan. Levin (2001:1) menyatakan bahwa “Students are encouraged to apply what they have learned in the classroom to actual problems and difficulties in the real world through the use of a methodology called project-based learning.”. PjBL adalah model pengajaran yang memotivasi siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kemampuan memecahkan masalah, dan pengetahuan tentang masalah yang mereka hadapi di dunia nyata.

Berdasarkan definisi yang diberikan di atas, kita dapat mengatakan bahwa PjBL adalah metode pengajaran yang menekankan aktivitas motorik siswa untuk mengatasi masalah yang secara langsung relevan dengan kehidupan sehari-hari mereka. Produk akhir merupakan hasil kerja sama antara siswa yang bekerja dalam kelompoknya masing-masing.

b.    Pembedaan antara Kelas Konvensional dengan Kelas PjBL

Prinsip-prinsip konstruktivisme digunakan dalam pengembangan PjBL. Untuk mendorong siswa menghasilkan pengetahuan mereka sendiri, pendidik konstruktivis menciptakan lingkungan kelas yang menghargai banyak perspektif. Pendekatan PjBL merupakan strategi pengajaran yang memberikan otonomi lebih kepada siswa dalam merencanakan kegiatan belajarnya sendiri, melaksanakan proyek dalam kelompok kolaboratif, dan pada akhirnya menciptakan produk kerja yang dapat dipresentasikan kepada orang lain. Dalam pendekatan PjBL, guru berperan sebagai fasilitator untuk membantu siswa mendapatkan jawaban atas pertanyaan terbuka. Sebaliknya, di kelas "konvensional", guru dianggap ahli dalam materi pelajaran, dan siswa mendapatkan informasi darinya dengan cara yang lebih lugas. Siswa di kelas PjBL belajar bekerja sama secara efektif, dievaluasi secara adil, dan memiliki akses ke materi pembelajaran yang kaya yang dapat membantu mereka tumbuh sebagai individu dan sebagai pembelajar. Hal ini berbeda dengan sekolah tradisional, yang cenderung berfokus pada situasi individu siswa, lebih menekankan pada hasil akhir daripada metode yang digunakan untuk mencapainya, dan menggunakan sumber belajar yang lebih statis.

c.    Keunggulan dan Kelemahan Model PjBL

Menurut Wena (2011), manfaat metode pembelajaran PjBL adalah. Pertama, kita akan melatih anak sekolah menggunakan logika untuk memecahkan masalah. Peserta akan belajar untuk: (2) menghasilkan hipotesis untuk pemecahan masalah berdasarkan konsep sederhana; (3) mengasah kemampuan berpikir kritis dan kontekstualisasi dalam kaitannya dengan masalah aktual yang mereka hadapi. (4) Mengajarkan siswa bagaimana melakukan uji coba hipotesis; (5) Membantu dalam membuat keputusan tentang pemecahan masalah dengan meminta siswa: (a) berpartisipasi aktif dalam diskusi kelas dan memperhatikan selama mereka; (b) didorong untuk berpikir dengan mengajukan pertanyaan kembali kepada mereka; dan (c) dibimbing dalam pemikiran mereka dengan meminta mereka melakukan analisis dan sintesis sendiri dari masalah dan evaluasi solusi yang mungkin.

Dari penjelasan mengenai keunggulan model PjBL di atas, ternyata model PjBL juga memiliki kelemahan. Dinarti (2019) menjelaskan tentang kelemahan model PjBL dintaranya :

1)   Kurikulum yang sedang digunakan tidak selalu mendukung pelaksanaan pembelajaran model PjBL yang berlaku dinegara kita belum menunjang pembelajaran.

2)   Perangkat pembelajaran, penyusunan rencana dan implementasi  model PjBL sulit dan diperlukan kemampuan yang khusus   yang dimiliki oleh guru.

3)   Upaya penyelesaian masalah masih memerlukan keahlian khusus dari masing-masing mata pelajaran yang dijadikan kegiatan proyek

4)   Menentukan pokok bahasan yang sesuai dengan karakteristis siswa, dengan ketersediaan fasilitas dan sumber belajar yang mencukup sehingga memudahkan dalam proses pelaksanaanya..

d.   Pelaksanaan Pembelajaran dengan Metode PjBL

Hal penting  yang perlu dilakukan guru dalam  menggunakan metode PjBL, antara lain menentukan isi pelajaran melalui minat tulus siswa terhadap topik tertentu, menyusun daftar observasi minat siswa agar proses pembelajaran lebih menyenangkan, merencanakan cara terbaik untuk menyajikan materi sehingga memikat siswa, dan menentukan ukuran kelas yang sesuai.

Peran guru dalam metode pembelajaran PjBL adalah sebagai fasilitator proses pembelajaran. Peran guru adalah mengatur waktu kelas, mengurangi konflik antar siswa, mendorong kolaborasi, dan menumbuhkan lingkungan kelas yang dinamis. Menyadari nilai dinamika kelompok dalam proses pendidikan. Guru mendorong dinamika kelompok dan pertukaran ide dengan mendorong siswa untuk mengenali dan membangun kekuatan mereka sementara juga mengakui kelemahan mereka.

Penjelasan mengenai urutan pelaksanaan proses pembelajaran menggunakan model PjBL dijelaskan sebagai berikut :

1)   Melakukan pembagian siswa menjadi kelompok dengan anggota yang lebih sedikit dan ditugaskan untuk mengimplementasikan proyek dunia nyata secara mandiri ((connecting the problem)).

2)   Setiap kelompok diberikan instruksi yang menguraikan deskripsi tentang peran dan kewajiban masing-masing (establishing the framework) yang diharapkan dari mereka dalam praktik.

3)   Siswa dalam setiap kelompok bekerja secara maksimal untuk mengidentifikasi masalah (examining the issue) yang mereka hadapi berdasarkan pengetahuan yang mereka miliki: (a) mendiskusikan masalah secara terbuka dan jujur ​​untuk sampai ke akar masalah yang mereka hadapi, dan ( b) brainstorming solusi potensial untuk masalah tersebut.

4)   Siswa di kelas yang berbeda memeriksa kembali masalah tersebut dengan membacanya di berbagai sumber (buku, ensiklopedia, dll.) atau dengan mengajukan pertanyaan kepada guru yang berpengetahuan luas (revisiting the problem).

5)   Siswa bekerja sama dan mendiskusikan masalah agar lebih memahaminya dan mengembangkan solusi ((produce the product)) yang dapat segera diterapkan pada masalah yang dihadapinya. Pelatih bertindak sebagai wali.

6)   Setiap kelompok berbagi pengalaman pemecahan masalah dengan orang lain untuk meminta saran dan penilaian dari orang-orang di kelompok lain (evaluation).

Tahapan pelaksanaan pembelajaran menggunakan metode PjBL yang dikemukan oleh Delice (1997:27‐35) terdiri dari 6 tahapan, yaitu L

1)   Connecting with the problem.

Guru menentukan materi, menyusun rencana dan memberikan permasalahan yang dikaitkan dengan keseharian siswa di lingkungannya.

2)   Setting up the structure.

Melibatkan siswa agar bisa mempunyai peran yang akfif pada proses pembelajaran, guru membuat rencana yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas. Perencanaan ini memberikan petunjuk-petunjuk yang berkaitan dengan pembahasan materi. Perencanaan ini menjadi kunci keberhasilan proses pembelajaran dimana siswa diberikan kesempatan untuk berlatuh dan berpikir pada situasi yang nyata untuk dapat memperoleh cara penyelesaian yang tepat.

3)   Visiting the problem.

Guru mengutamakan persoalan yang muncul dari ide-ide siswa untuk menyelesaikan permasalahan yang mereka temui.  Guru lebih memperhatikan konsep-konsep yang dipunyai oleh siswa agar dapat mencari solusi tentang penyelesaian permasalahan tersebut. Inti permasalahan ditujukan untuk memperoleh data tentang fakta dan urutan masalah dan penyelesaian serta tindak lanjut.

4)   Reviewing the issue.

Siswa yang bekerja dalam kelompok kecil harus segera kembali ke kelas untuk melanjutkan pencarian mereka terhadap masalah yang sulit dipahami. Guru meminta kelompok-kelompok kecil untuk melaporkan hasil dari upaya gamifikasi mereka. Guru mengevaluasi sumber mereka, waktu yang dihabiskan untuk menggunakannya, dan efisiensi tindakan yang direncanakan mereka saat ini.

5)   Creating a work of art or performance.

Menghasilkan hasil pemecahan masalah yang dikomunikasikan kepada guru untuk penilaian terhadap penguasaan materi pelajaran dan kecakapan serta keterampilan yang dimiliki.

6)   Assessing the issue and performance.

Guru memberikan perintah kepada siswa agar melakukan review terhadap hasil kerja

Pendidik meminta peserta didik untuk mengevaluasi hasil kerja dari hasil kajian permasalahan yang ditemukan dan upaya-upaya menyelesaikannya.

Dari penjelasan di atas maka dapat dijelaskan mengenai prosedur pelaksanaan pembelajaran menggunakan metode PjBL dari awal kegiatan sampai dengan akhir kegiatan yang didasarkan pada pendapat  Delice, (1997) sebagaimana gambar di bawah ini .

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 2.1 Daur Metode PjBL (Project Based Learning)

 

3.    Kemampuan Berpikir Kritis

a.    Definisi Berpikir Kritis

Berpikir adalah kegiatan manusia secara berkelanjutan sampai pada  saat kita tidur. Berpikir kritis dan mencari solusi untuk masalah adalah tugas paling penting bagi otak, dan mereka dapat melakukannya terlepas dari kemampuan mereka. Berpikir adalah salah satu kemampuan manusia yang paling penting, ciri pembeda yang membedakannya dari hewan lain.

Berpikir, sebagaimana didefinisikan oleh Sardiman (1996: 45), adalah proses menghasilkan definisi, sintesis, dan kesimpulan yang menarik. Pendapat ahli menyebutkan bahwa proses perpikir adalah tindakan seseorang yang mengarah pada upaya seseorang menuju tujuan yang diinginkan (Purwanto, 2007:43). Manusia berpikir untuk memperoleh pengetahuan dan pemahaman yang mereka butuhkan. Lebih lanjut, Santrock (2011: 357) menjelaskan keyakinannya bahwa berpikir adalah manipulasi, atau pengelolaan dan transformasi informasi yang disimpan dalam ingatan. Berpikir biasanya disering digunakan seseorang dalam menyusun sebuah konsep, melakukan analisa terhadap sebuah informasi secara detail, menentukan sebuah keputusan, berpikir secara kreatif, dan menyelesaikan suatu permasalahan yang muncul.

Sejauh ini berpikir adalah sebuah proses yang dilakukan oleh manusia dalam rangka mengorganisasikan masukan-masukan dalam rangka memenuhi target tertentu, maka berpikir kritis juga merupakan kegiatan rutin yang dilakukan manusia. Berpikir kritis, sebagaimana didefinisikan oleh Santrock (2011: 359), adalah berpikir reflektif dan produktif yang juga mencakup evaluasi menyeluruh terhadap bukti yang tersedia. Mempunyai kemampuan untuk dapat berpikir dengan kritis, sejalan dengan pendapat dari Jensen (2011: 195) berarti prosedur psikologis yang efisien untuk memperoleh informasi yang akurat dan berguna tentang keadaan nyata yang ada di sekitar.

Wijaya (2010:72) menjelaskan pendapatnya  mengenai keterampilan berpikir kritis, yaitu suatu kegiatan untuk menganalisis pemikiran atau konsep menjadi bertambah memiliki karakteristik yang khusus, membuat hal yang beda secara  signifikan, menentukan, mengenali, membuat kajian dan menguraikannya menjadi lebih lengkap dan sempurna.

Berpikir kritis telah menjadi konsep yang banyak digunakan di bidang pendidikan selama beberapa tahun terakhir. Guru saat ini semakin tertarik menggunakan berbagai metode untuk menanamkan kapasitas untuk dapat berpikir kritis. Anak didik yang mempunyai kapasitas dalam berpikir kritis akan lebih mampu menemukan kebenaran di tengah hiruk pikuk kejadian sehari-hari dan berita yang sensasional. Deswani (2009:119) mendefinisikan berpikir secara kritis sebagai "prosedur secara mentalitas untuk mengupas tuntas atau mensurvey beragam informasi yang diperoleh melalui pembelajaran, pengalaman, penanaman kebajikan seperti kejujuran dan keadilan, atau pengembangan metode komunikasi yang efektif."

Pandangan ini sesuai dengan pendapat Gunawan (2007:177) yang mendefinisikan berpikir kritis sebagai kapasitas seseorang dalam upaya menjalankan langkah-langkah kajian yang dilakukan secara ilmiah, mengembangkan dan menerapkan kriteria, dan mengevaluasi data. Lebih mendalam, (Ibrahim, 2007) menjelaskan bahwa kapabilitas individu agar mampu dalam hidup yang didasarkan pada ditentukan oleh strata dari pengusaan aspek pengetahuannya yang difokuskan pada  upaya mencari solusi terhadap persoalan yang ada didepannya.

Salah satu aspek menjadi seorang pemikir kritis adalah melatih pikiran seseorang untuk berpikir dengan cara yang terbuka, jernih, dan berdasarkan fakta. Seorang pemikir harus mampu mengartikulasikan alasan di balik keputusan yang mereka buat, menerima kenyataan bahwa orang lain mungkin memiliki sudut pandang lain, dan mampu menilai secara kritis berbagai faktor yang mungkin berkontribusi pada pembentukan sudut pandang dan keputusan tersebut. (Harsanto, 2005: 37). Namun menurut Glaser (Fisher, 2009: 3), berpikir kritis adalah kesediaan untuk berpikir secara mendalam tentang masalah atau peristiwa di luar pengalaman pribadi seseorang.

Berpikir kritis dapat didefinisikan sebagai proses untuk sampai pada keputusan yang dipertimbangkan dengan baik tentang keyakinan dan tindakan seseorang (Suryanti dkk dalam Amri dan Ahmadi, 2010, hlm. 34), atau sebagai tindakan mengevaluasi atau membuat keputusan setelah pertimbangan dan tindakan yang cermat. atas inisiatif sendiri (Amri dan Ahmadi, 2010, hlm. 39). (Sugiarto dalam Amri dan Ahmadi, 2010:39).

Pendapat para ahli digunakan untuk menarik kesimpulan tentang definisi keterampilan berpikir kritis, yang dianggap sebagai kemampuan setiap individu untuk menganalisis ide-ide dan mengarahkannya ke arah yang lebih terarah untuk memperoleh pengetahuan yang berguna tentang dunia melalui evaluasi objektif. Memiliki kemampuan berpikir kritis sangat penting untuk menganalisis suatu masalah dan menemukan solusi untuk itu.

Orang dengan keterampilan berpikir kritis tidak terbatas pada mengetahui jawaban atas satu pertanyaan. Berdasarkan analisis dan data yang diperoleh dari masalah tertentu, mereka akan mencoba memberikan penjelasan alternatif. Berpikir kritis melibatkan terlibat dalam proses kritik diri terhadap suatu masalah sampai mencapai tahap kompleksitas mengenai "mengapa" dan "bagaimana" penyelesaiannya.

b.    Tujuan Berpikir Kritis

Menurut Sapriya (2011: 87), tujuan berpikir kritis adalah mengevaluasi suatu proposisi atau ide, termasuk melalui melakukan refleksi atau perenungan berdasarkan proposisi atau ide yang bersangkutan. Spekulasi semacam ini biasanya didukung oleh kriteria yang dapat ditentukan. Keterampilan berpikir kritis dapat menginspirasi siswa untuk memunculkan perspektif baru tentang isu-isu global yang mendesak. Siswa akan diajarkan bagaimana memilih berbagai jenis pengetahuan untuk membedakan antara informasi yang berguna dan tidak berguna serta antara sumber pengetahuan yang dapat diandalkan dan tidak dapat diandalkan. Peningkatan keterampilan berpikir kritis dapat membantu siswa menarik kesimpulan yang lebih baik tentang apa yang terjadi di lapangan.

 

 

c.    Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis

Menurut pendapat dari Jensen (2011: 199) menjelaskan bahwa konsep pikir intelektual bukan saja hal yang bisa jadikan bahan pembelajaran, tetapi juga merupakan komponen penting dari seperangkat keterampilan yang diperlukan untuk sukses di dunia modern. Fokus utamanya adalah pada sisi kreativitas, kemampuan bertahan hidup, dan memecahkan permasalahan yang dihadapi akan menjadikan pengajaran mengenai pola pikir menjelma sesuatu yang amat berharga dan bermanfaat bagi pola pengembangan pikir siswa.

Selanjutnya dapat dijelaskan mengenai kemampuan yang menjadi titik pokok pada taraf perluasan konsep yang bersifat abstrak dalam melatih diri untuk memecahkan permasalahan dan pengembangan pola pikir kritis sebagaimana dikemukana oleh Jensen (2011:199-200) diantaranya : menghimpuna sejumlah besar informasi yang dapat digunakan untuk pemanfaatan sumber daya, 2) pengembangan keluwesan yang dapat diwujudkan pada bentuk model dan berbagai macam gaya, 3) mempunyai kemampuan untuk memprediksi sesuatu, 4) dapat memberikan  kalimat tanya yang berkualitas, 5) menggunakan logika dan pembuktian yang dijadikan landasan untuk membuat suatu kesimpulan, 6) mempergunakan analogi dan pemodelan yang sesuai, 7) dapat menjabarkan dan memprediksi keterangan yang valid, 8) dapat menyusun sebuah skema  (penataan konsep, membuat analisis tentang pro dan kontra, menyusun sebuah skema dan lain-lainnya), 9) melakukan kegiatan produktif dengan dengan memaknai secara ganda pada suatu persoalan, perbedaan dan sesuatu yang bersifat baru, 10) dapat menciptakan peluang dan kemungkinan misalnya misalnya cara atau teknik mengumpulkan gagasan atau ide untuk mencari solusi dari masalah tertentu, perumusan, analisis, serta hukum sebab dan akibat, 11) menumbuhkan budaya diskusi dan tukar pikiran, 12) dapat menganalisis suatu kesalahan, ketimpangan dan kekuranglogisan, 13)  dapat mencari tahu permasalaha melalui pendekatan yang tidak biasa digunakan tapi masih relevan, 14) memaksimalkan desain uji coba terhadap suatu hipotesa, 15) menelaah faktor-faktor resiko, 16) menumbuhkan sikap objektif, 17) mengetahui secara awal adanya masalah-maslaah yang bersifat general dalam berbagai jenis pola misalnya, mengenal dan mengorganisir suatu  berita yang diterima, menafsirkan suatu informasi agar tidak menimbulkan kesalahpahaman, 18) dapat menjelaskan secara rinci suatu kejadian.

d.   Ciri-ciri Berpikir Kritis

Mengutip pernyataan ahli yang memberikan acuan bahwa keterampilan berpikir secara kritis adalah suatu elemen yang urgen dari sebuah kompetensi yang menjadi kebutuhan orang-orang agar dapat bertahan dan sukses pada pola kehidupan modern seperti sekarang. Inti permasalahan pada tingkat kreatif yang tinggi, kecakapan dalam hidup dan usaha-usaha untuk memecahkan suatu persoalan akan menjadi proses belajar menjadi sangat bermanfaat dan mengandung tujuan yang penting pada diri seorang siswa.

e.    Indikator Berpikir Kritis

Berpikir kritis memerlukan pertimbangan yang cermat terhadap proses pengambilan keputusan sebelum menerima atau bertindak berdasarkan proposisi yang diberikan. Seperti yang dijabarkan oleh Ennis dalam Hendriana (2017) menjelaskan indikator berpikir kritis adalah:

1)   Perhatikan baik-baik pertanyaan yang diajukan.

2)   Mencari tahu dan memberikan informasi sebagai jawaban pertanyaan, dan alasan-alasan yang logis yang dapat diterima

3)   Pikirkan tentang potensi diri yang bisa diandalkan.

4)   Melaksanakan deduksi dan melakukan kajian proses deduksi yang sedang dijalankan.

5)   Mengurangi dan menganalisis tingkat produksi di sebuah pabrik.

6)   Memberikan penjelasan, hipotesis, dan kesimpulan.

7)   Menciptakan pemikiran dan gagasan yang bermakna.

8)   Berkomunikasi dengan orang lain.

Ada lima indikator kemampuan berpikir kritis (Sumarmo, 2016), antara lain kemampuan: a) mengevaluasi keabsahan suatu argumen, bukti pendukung, dan proses penyelesaian; b) merumuskan pertanyaan dengan bukti pendukung; c) membedakan antara data yang relevan dengan masalah matematika dan data yang tidak; d) mengenali ketika asumsi sedang dibuat; dan e) memberikan solusi.

Menurut pendapat dari Kuswana (2012:198) menjelaskan bahwa kemampuan berpikir secara kritis bisa dinilai menggunakan delapan kriteria penilaian, yaitu 1) mengenali pokok permasalahan, persoalan dan konklusi, 2) mengkaji pendapat, 3) mengajukan pertanyaan dan menanggapi pertanyaan yang membutuhkan klasifikasi atau penjelasan, 4) dapat menganalisis suatu hasil keputusan dan menyelesaikan suatu permasalahan, 5) melihat dan memberikan penilaian terhadap laporan yang diterima, 6) memperhitungkan pendapat yang muncul dengan tidak menjauhkan dari unsur-unsur kesepakatan yang dapat mengganggu pola pikir (berprasangka baik), 8) mampu memadukan berbagai pendapat yang ada.

Dalam kegiatan penelitian indikator yang digunakan adalah hasil modifikasi pendapat  dari Ennis (2011) diantaranya  Menyajikan informasi dengan cara yang ringkas dan padat, membuat pondasi yang kuat sebagai dasar pijakan peningkatan kemampuan dasar, pengaturan skema dan kiat-kiat yang produktif, menyusun rencana tindak lanjut dalam bentuk penjelasan yang bisa dipertanggungjawabkan, dan pada akhirnya dapat membuat suatu simpulan dari semua masalah yang dihadapinya.

B.  Penelitian yang Relevan

1.    Fitri (2018). Berdasar hasil olahan data diperoleh kesimpulan bahwa (1) terdapat pengaruh yang signifikan model PjBL terhadap keterampilan berpikir tingkat tinggi, (2) terdapat pengaruh yang signifikan antara motivasi gengsi terhadap keterampilan berpikir tingkat tinggi, dan (3) terdapat hubungan pengaruh model PjBL dan motivasi gengsi terhadap kemampuan berpikir tingkat tinggi. Penelitian ini mirip dengan penelitian lain yang meneliti efek dari model PBL, tetapi berbeda dalam fokusnya adalah pada keterampilan berpikir tingkat tinggi daripada pada variabel kontrol motivasi intrinsik dan proyek penelitian berbasis kelas yang biasanya digunakan dalam pendidikan. psikologi.

2.    Islamiyah(2018), pada kelompok eksperimen diterapkan model pembelajaran berbasis proyek, sedangkan pada kelompok kontrol diterapkan model pembelajaran konvensional. Data dikumpulkan menggunakan dokumentasi berupa tes tulis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa yang mengikuti cooperative Project-Based Learning lebih baik dibandingkan siswa yang mengikuti pembelajaran langsung seperti yang dilaksanakan selama ini. Dengan kata lain ada pengaruh model pembelajaran Project-Based Learning berbasis alat peraga terhadap kemampuan berpikir kritis siswa kelas VII MTs Raudhatul Thalab

3.    Prabowo (2020). Dari analisis data berdasarkan kegiatan penelitian memperlihatkan bukti tentang penerapan model PjBL dalam pembelajaran siklus air dan pengaruhnya terhadap kejadian di darat melalui biopori terbukti secara ilmiah meningkatkan prestasi peserta didik pada kelas V SDN SB 01 Semarang. Kesimpulan yang dapat dibuat yaitu terbukti bahwa hasil belajar siswa dengan media PjBL lebih baik daripada hasil belajar yang hanya menggunakan metode pengajaran tradisional. Mirip dengan penelitian sebelumnya, penelitian ini mempunyai maksud melihat dampak model pedagogis PjBL pada hasil belajar siswa kelas lima, tetapi berbeda karena tidak menggunakan variabel kontrol dan malah menggunakan desain pra-eksperimen yang terstruktur di sekitar satu variabel kontrol pra dan pasca tes kelompok.

4.    Puspitasari (2020). Petunjuk yang didapat memberikan hasil terdapat perbedaan HOTS yang signifikan antara siswa pada kelompok eksperimen dan kontrol, antara siswa dengan kemampuan baseline tinggi dan rendah, antara siswa pada kelompok Project-Based Learning dan kelompok kemampuan baseline, dan antara siswa pada kedua kelompok. Namun, tidak ada interaksi antara Pembelajaran Berbasis Proyek dan kelompok kemampuan dasar dan HOTS. Sejalan dengan penelitian sebelumya, penelitian ini membahas model PBL dan hasil belajar siswa dalam VSD, namun berbeda pada variabel kemampuan kognitif yang disematkan pada variabel hasil dan mata pelajaran yang dipelajari adalah IPA daripada matematika.

5.    Utama (2020). Banyaknya keberhasilan model problem based learning (PBL) dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis membuat penulis ingin mengkaji kembali hasil-hasil penelitian terdahulu untuk dianalisis keberhasilannya. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dan kualitatif berbantukan metode meta-analysis dengan teknik non-tes. Sesuai dengan metode yang digunakan, penelitian ini betujuan untuk menganalisis kembali pengaruh penggunaan model pembelajaran problem based learning (PBL) dalam meningkatkan kemampuan kritis peserta didik di sekolah dasar pada muatan pembelajaran IPA. Berdasarkan hasil analisis artikel jurnal yang diperoleh melalui penelusuran sejumlah jurnal nasional, secara keseluruhan berdasarkan hasil uji paired samples test model pembelajaran problem based learning (PBL) berpengaruh meningkatkan kemampuan berpikir kritis dari perolehan rata-rata awal 4999.23 menjadi 7757.85 dengan keseluruhan rata-rata presentase gain sebesar 66,18%.

6.    Nahdiah(2021). Daya mampu pemikiran kreatifnya, merupakan kemampuannya yang dapat dengan perolehan yang menjadi idenya atau menciptakan suatu produk. Melihat kondisi pembelajaran jarak jauh saat ini banyak sekali kendala, salah satunya pada model pembelajaran. Sehingga rasanya sukar sekali pada perkembangan kemampuan pemikiran dengan kajian project based learning pada daya mampu pemikiran peserta didiknya dengan pemateri ekosistem dengan aplikasi google meet. Penelitian kuantitatif ini menggunakaan metode penelitian kuasi eksperimen. Rancangan desain yang digunakan ialah the non-equivalent design. Penelitian ini dilakukan pada SD Negeri Pinang Ranti 01. Populasi dari penelitian ini adalah kelas V sebanyak 60 siswa. Sampel yang diambil terdiri dari 30 siswa kelas VA dan 30 siswa kelas VB. Tekniknya dipergunakan dari kajian yaitu tes tertulis data dokumentasi. Tekniknya dengan kajian menggunakan uji t dengan taraf signifikansi sebesar 0,05 berbantuan SPSS versi 25. Hasilnya memperlihatkan jika memengaruhi pada daya mampu pemikirannya.

7.    Nurhadiyati (2021), Hasil belajar peserta didik kelas V Sekolah Dasar pada pembelajaran tematik terpadu, masih tergolong rendah. Hal ini terjadi karena peserta didik kurang berani dalam menyampaikan pendapat bahkan terkadang peserta didik kurang bisa menerima pendapat dari siswa lainnya serta siswa kurang terdorong untuk melakukan eksperimen yang menumbuhkan aktivitas belajar. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan penerapan Project based learning (PjBL) pada proses pembelajaran. Tujuan penelitian ini adalah Mengetahui pengaruh Model Pembelajaran PjBL dengan aktivitas Belajar serta hasil Belajar Siswa di Kelas IV. Jenis penelitian ini adalah adalah quasi experiment dengan dengan rancangan penelitian Randomized control group only design. Data dianalisis dengan menggunakan uji t. Dari hasil analisis diperoleh bahwa terdapat pengaruh pembelajaran Model PjBL terhadap hasil belajar di kelas IV.

8.    Rani (2021). Nilai terendah yang diperoleh dari penelitian adalah 40 pada pre-test dan nilai tertinggi adalah 83,3. Berdasarkan perhitungan yang dilakukan, nilai rata-rata kelompok pre-test ditentukan menjadi 70. Untuk nilai pre-test, poin terendah yang mungkin adalah 60, dan poin tertinggi yang mungkin adalah 100. Nilai rata-rata pre-test adalah kelompok uji dihitung menjadi 83,3. Menggunakan pendekatan pembelajaran berbasis proyek telah terbukti meningkatkan keterampilan matematika siswa. Implikasi penelitian ini antara lain penggunaan model PjBL akan meningkatkan hasil belajar siswa dan mempermudah mereka dalam memahami konsep matematika saat diajarkan. Kesamaan dengan penelitian ini adalah fokusnya pada hubungan antara model pembelajaran berbasis proyek dan prestasi siswa dalam matematika, serta penggunaan metode penelitian kuantitatif dan desain eksperimen untuk mengumpulkan data, sedangkan yang berbeda adalah penelitian ini tidak memasukkan variabel kontrol.

9.    Yufita (2022). Analisis data mengidikasikan secara jelas tentang paradigma pembelajaran Pembelajaran Berbasis Proyek berpengaruh signifikan terhadap keterampilan pemecahan masalah kreatif siswa dalam konteks pembelajaran matematika sekolah menengah di tingkat V SD. Penelitian ini serupa dengan penelitian lain yang meneliti pengaruh model PBL terhadap siswa kelas V SD dan menggunakan sampel yang diambil dari kelas tersebut, tetapi berbeda dalam variabel terikatnya adalah keterampilan berpikir kreatif siswa dan desain penelitiannya adalah Nonequivalent Control Group Design.

10.     Winarti (2022). Temuan dari pelaksanaan penelitian menerangkan tentang keterlibatan guru dan siswa meningkat saat penelitian dilakukan. Keadaan terebut sejalan dengan kondisi yang muncul sebagai hasil yaitu sesuai dengan fakta tentang perolehan nilai rata-rata berpikir kritis meningkat sejak diterapkannya pembelajaran menggunakan basis proyek. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran berbasis proyek di kelas dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa sekolah dasar. Penelitian ini berkolaborasi dengan orang lain dalam membahas model pembelajaran berbasis proyek. Penelitian ini berbeda dari penelitian lainnya karena keterampilan berpikir kritis digunakan sebagai variabel dalam hasil, dan fokus penelitian ini adalah siswa kelas tiga. Metodologi penelitian ini didasarkan pada penelitian kelas dengan menggunakan metode PTK dan desain penelitian Kurt Lewin, dan berlangsung dalam dua siklus.

C.  Kerangka Berpikir

Pengkajian data bermaksud memberikan penilaian tentang seberapa besar pengaruh PjBL terhadap hasil belajar matematika siswa kelas V SD yang diukur dari kemampuan berpikir kritisnya. Terdapat faktor-faktor yang dapat berpengaruh, semisal  faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi prestasi akademik siswa. Hasil belajar dapat dipengaruhi oleh unsur-unsur  di luar konteks pembelajaran, seperti pendekatan pengajaran yang digunakan. Di sisi lain, kapasitas siswa untuk belajar adalah salah satu unsur yang timbul dan muncul dari diri siswa itu sendiri. Siswa dengan kemampuan berpikir kritis yang rendah dan hasil belajar yang rendah adalah hasil dari pendidikan yang terus berfokus pada guru daripada siswa, yang tidak lebih dari mencatat apa yang dikatakan guru kepada mereka. Ketika mengajukan pertanyaan, siswa secara rutin merespon sesuai dengan arahan guru mereka daripada menawarkan ide-ide mereka sendiri tentang bagaimana memecahkan masalah yang dihadapi.

Melihat masalah di atas, apabila tidak segera mendapatkan penanganan yang serius maka dapat berdampak signifikan terhadap rendahnya kemampuan belajar matematika siswa, oleh karena itu perlu digunakan metode pengajaran yang efektif. Model pendidikan, seperti PjBL ini diharapkan dapat membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir kritis selama presentasi masalah. Berpikir kritis adalah aktivitas mental siswa untuk dapat mengerti dan memikirkan kejadian secara lebih menyeluruh, mengarahkan mereka ke arah yang benar ketika datang ke pemikiran dan pekerjaan mereka sendiri, dan mengungkapkan hubungan sebab akibat antara faktor-faktor yang tampaknya tidak berhubungan.

Siswa harus mampu berpikir kritis, karena ini adalah keterampilan dasar. Berpikir kritis memiliki peran penting dalam kehidupan sehari-hari. Padahal kami menyadari bahwa seiring dengan kemajuan IPTEK yang semakin pesat, semakin penting bagi setiap orang untuk memiliki daya saing yang tingg

Model PjBL menggunakan masalah dunia nyata sebagai konteks di mana siswa dapat menggunakan apa yang sudah mereka ketahui dan mempelajari sesuatu yang baru melalui penyelidikan mendalam tentang topik yang dibahas di kelas. Dalam Pembelajaran Berbasis Proyek, proses pembelajaran dimulai dengan enam langkah: (1) mengajukan pertanyaan penting; (2) meminta mereka merancang proyek; (3) meminta mereka membuat agenda kegiatan; (4) mengawasi kemajuan; (5) memberikan penilaian  prestasi; dan (6) merefleksikan pengalaman. Metode pengajaran ini dapat melatih siswa untuk mengkomunikasikan ide-ide matematika, berpikir kritis untuk memecahkan masalah yang dihadapi, berpikir sinergis berdasarkan data dan fakta yang ada, dan melatih siswa untuk melakukan komunikasi secara intens antara satu sama lain sehingga pada akhirnya meningkatkan hasil belajar mereka.

Berdasarkan hal di atas, kita akan menggunakan paradigma PBL untuk menguji dampaknya terhadap hasil belajar matematika siswa melalui kemampuan berpikir kritis mereka, yang diukur dengan parameter berpikir kritis yang tercantum di bawah ini.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir

 

D.  Operasionalisai Variabel

Ada 3 variabel bebas dan 2 variabel berkorelasi pada kegiatan penelitian. Variabel bebas dalam penelitian ini meliputi strategi pengajaran PjBL dan kemampuan berpikir kritis siswa, sedangkan yang mengikatnya berupa nilai matematika siswa.

Hasil belajar bisa diidentifikasi bentuk dari keterampilan yang  didapat siswa selama dan setelah berpartisipasi dalam proses pembelajaran yang mencakup nilai domain afektif, kognitif, dan psikomotor siswa dan dilakukan dalam kerangka waktu tertentu (Yupita dkk, 2013).

Model pedagogis PjBL dapat dipahami sebagai pendekatan inovatif dalam belajar mengajar yang menekankan pembelajaran kontekstual melalui kegiatan multifaset. Mengikuti langkah-langkah mengajukan pertanyaan penting kepada siswa, mengembangkan rencana proyek, menguraikan jadwal kegiatan, mengawasi kemajuan siswa, dan menilai pencapaian mereka.

Berpikir kritis dapat didefinisikan sebagai proses untuk mencapai keputusan yang beralasan tentang keyakinan dan tindakan seseorang (Suryanti dkk dalam Amri dan Ahmadi, 2010: 34); indikator dapat memberikan penjelasan yang jelas, meningkatkan keterampilan dasar seseorang, menyempurnakan pendekatan seseorang, dan memperjelas masalah secara lebih menyeluruh.

Variabel dalam penelitian ini ada tiga variabel yaitu dua variabel bebas dan satu variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah strategi pembelajaran PjBL dan kemampuan siswa berpikir kritis, sedangkan variabel terikatnya adalah hasil belajar matematika siswa.

E.  Hipotesis

1.    Adanya temuan penelitian tentang perbedaan hasil belajar siswa SD kelas V dengan model PjBL dengan  siswa SD kelas V dengan pembelajaran konvensional.

2.    Adanya temuan penelitian tentang perbedaan siswa berpikir kritis yang menggunakan model PjBL dengan pembelajaran konvensional

3.    Adanya temuan penelitian tentang pengaruh interaksi yang menggunakan model PjBL dan kemampuan berpikir kritis terhadap hasil belajar matematika siswa kelas V.

4.    Adanya temuan penelitian tentang pengaruh hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis pada siswa yang menggunakan model PjBL

5.    Adanya temuan penelitian tentang pengaruh hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis pada siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional

                                              

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


BAB III

METODE PENELITIAN

A.  Desain dan Jenis Penelitian

Ragam dari kegiatan penelitian ini adalah pengkajian kuantitatif desain quasy eksperiment (eksperimen semu), hal ini disebabkan peneliti tidak  mempunyai kesempatan untuk dapat memantau semua kemunculan variabel yang diteliti. Pada kegiatan penelitian ini menggunakan jenis penelitian true experimental design yaitu dengan melakukan  posttest-only control design. Dengan penjelasan bahwa terdapat dua kelompok yaitu kelas eksperimen dan kontrol yang dipilih secara random. Pada skema model ini mengaitkan dua kelas dalam tindakannya, kelas pertama yaitu kelas eksperimen yang merupakan kelas yang mendapatkan tindakan dengan penerapan pembelajaran PjBL, dan kelas kedua yaitu kelas kontrol merupakan kelas dengan penerapan model konvensional dalam pembelajarannya.

Penjelasan mengenai skema pada penelitian ini menggunakan design factorial. Penjelasan mengenai model penelitian design factorial :

Tabel 3.1

Desain Faktorial 2x2

 

 

X1

X2

A

A1X1

A2 X2

Y

Y1X1

Y2 X2

 

Keterangan:

X1       =   Kelompok eksperimen

X2       =   Kelompok kontrol

A         =   Angket kemampuan kritis

Y         =   Hasil belajar siswa

A1X1    =   Angket Kemampuan Kritis kelompok eksperimen

A2X2    =   Angket kemampuan kritis kelompok kontrol

Y1 X1   =   Hasil belajar kelompok ekperimen

Y2 X2   =   Hasil belajar kelompok kontrol

 

B.  Populasi, Sampel, dan Besaran Sampel

1.    Populasi

Besaran dari populasi pada kegiatan penelitian sebanyak 159 siswa kelas V dari 4 sekolah dasar yang berada di Kecamatan ............................. dengan perincian :

Tabel 3.2

Populasi Penelitian

 

Nama Sekolah

Kelas

Jumlah Siswa

SDN Sumampir

 Kelas 5 A

 28 Siswa

 Kelas 5 B

 28 Siswa

SDN Simpang Tiga

 Kelas 5 A

 26 Siswa

 Kelas 5 B

 25 Siswa

SDN Kenanga

 Kelas 5

 20 Siswa 

SDN Ramanuju

 Kelas 5

 30 Siswa 

 

2.    Sampel

Sampel adalah besaran yang mengindikasikan kuantitas dan keunikan yang ada pada populasi yang dilaporkan (Sugiyono, 2016: 118). Ketika ada populasi yang besar dan sarjana tidak dapat mempelajari tentang setiap aspek dari populasi tersebut (karena kurangnya sumber daya seperti uang, tenaga, dan waktu, misalnya), para sarjana dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi yang lebih besar. Populasi pada umumnya akan mendapat manfaat dari apa pun yang dipelajari dari sampel ini. Pengambilan sampel untuk penelitian ini dilakukan dengan menggunakan tipe teknik yang didasarkan pada hukum probabilitas yang dikenal sebagai cluster random sampling (juga dikenal sebagai area sampling) mensyaratkan populasi dibagi menjadi kelompok-kelompok yang saling eksklusif sebelum sebuah cluster dipilih. Beberapa pertimbangan yang digunakan akademisi untuk memilih sampel penelitian antara lain fakta bahwa sampel tersebut berada di wilayah geografis yang sama dan memiliki ukuran sampel yang sama. SD Sumampir memiliki 28 siswa di masing-masing dua kelasnya, menjadikannya salah satu dari sedikit sekolah dengan populasi siswa yang seragam di semua kelasnya. Oleh karena itu, para akademisi telah menetapkan bahwa Grup A adalah grup eksperimen dan Grup B adalah grup kontrol.

C.  Instrumen Penelitian

Penelitian bergantung pada pengukuran, sehingga alat ukur yang andal sangat penting. Biasanya peneliti akan menyebut alat ukur sebagai perangkat kegiatan penelitian. Perangkat ini adalah alat yang digunakan untuk menaksir petunjuk-petunjuk secara alamiah atau yang bersifat sosial. Alat pengumpulan data dipilih dan digunakan oleh peneliti untuk membuat pengumpulan data lebih sistematis dan nyaman. Fenomena ini disebut sebagai variabel penelitian (Darmadi, 2013:44). Cara untuk mendapatkan data dalam pelaksanaan kegiatan penelitian  mengunakan angket, observasi dan tes.

1.    Angket

Instrumen angket

Dimanfaatkan  sebagai alat pengumpul data tentang  kemampuan kritis. Angket berjumlah 20 pernyataan. Penjelasan mengenai draf dari angket tersebut adalah sebagai berikut.

Tabel 3.3

Kisi-Kisi Angket Penelitian Kemampuan Kritis Siswa

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Penpoinan angket menggunakan skala Likert dengan 2 kriteria yaitu item bersifat positif dan item bersifat negatif. Pada setiap butir pernyataan angket dijabarkan menjadi empat pilihan respon, yakni sangat setuju (4), setuju (3), tidak setuju (2), dan sangat tidak setuju (1) untuk item bersifat positif. Pada angket bersifat negatif , sangat setuju (1), setuju (2), tidak setuju (3), dan sangat tidak setuju (4). Untuk penggolongan konversi perolehan data angket diklasifikasikan dalam kriteria di bawah ini.

 

 

Tabel 3.1

Analisis Angket Kemampuan Berpikir Kritis Siswa

 

 

 

 

 

Penjelasan :

X    =   Perolehan poin

Mi   =   Nilai rata-rata ideal

       =   ½(poin paling tinggi+poin paling rendah)

Sbi  =   standar deviasi ideal

       =   ⅙(poin paling tinggi - paling rendah)

 

2.    Obervasi

Alat pengumpulan data pada kegiatan observasi digunakan untuk mendapatkan data yang berhubungan dengan aktivitas belajar siswa pada saat mengikuti kegiatan belajar matematika dengan menerapkan model PjBL dan model konvensional. Perolehan data tentang aktivitas siswa dalam belajar didapatkan sewaktu pelaksanakan kegiatan belajar dilaksanakan.

Tabel 3.4

Kisi-Kisi Observasi Siswa

 

 

 

 

 

 

 

 

3.    Tes

Tujuan dari tes dalam penelitian ini adalah untuk menyelidiki dampak model pedagogis PjBL pada bidang materi perkalian dan pembagian pecahan. Tes terdiri dari 17 pertanyaan pilihan ganda, yang masing-masing memiliki empat kemungkinan jawaban (salah satunya benar). Jawaban yang benar akan mendapatkan "satu" sedangkan jawaban yang salah akan mendapatkan "nol". Metode termasuk tes pilihan ganda dengan empat kemungkinan jawaban. Dari empat jawaban yang tersedia, hanya satu yang dianggap benar. Jawaban yang benar mendapat poin 1, sedangkan jawaban yang salah mendapat poin 0. Berikut ini adalah kisi soal-soal tes untuk mengetahui tingkatan hasil belajar :

Tabel 3.5

Kisi-Kisi Tes Hasil Belajar Siswa

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Instrumen sebelum digunakan dalam penelitian terlebih dahulu divalidasikan untuk meminta penialaian kepada tim ahli, tim ahli dalam hal ini yaitu tim pakar materi, tim pakar media dan tim pakar bahasa. Setelah mendapat persetujuan dari tim ahli barulah instrumen tersebut diujicobakan kepada siswa terlebih dahulu diluar dari siswa dalam penelitian. Ujicoba dilakukan terhadap siswa SDN Simpang Tiga kelas 5 A berjumlah 26 siswa. Hasil dari ujicoba tersebut kemudian dihitung menggunakan uji validasi, reabilitasi, tingkat kesukaran soal dan daya beda.

1.    Uji Validasi

Suatu instrumen dikatakan reliabel jika hasilnya memenuhi kriteria yang telah ditentukan; yaitu jika terdapat korelasi antara hasil instrumen dengan kriteria yang dirancang untuk diukur (Arikunto, 2017: 85). Reliabilitas penelitian ini didasarkan pada validitas isi (apa yang dikatakan penelitian itu benar) dan validitas konstruk (validitas konstruk). Ukuran reliabilitas instrumen adalah untuk menentukan seberapa baik kinerjanya ketika diterapkan pada sampel data instrumen tersebut, yang didefinisikan sebagai seberapa baik sampel tersebut mewakili seluruh area yang dirancang untuk diukur oleh instrumen tersebut. Instrumen perlu diuji dan divalidasi secara menyeluruh sebelum dapat digunakan sebagai dasar untuk menulis soal tes. Dalam penelitian ini, reliabilitas data dievaluasi oleh para ahli dengan menggunakan seperangkat kriteria yang telah ditetapkan yaitu ibu Susilowati, M.Pd selaku pakar materi, bapak Edi Muhammad Abduh Alhamidi, MM selaku pakar bahasa dan bapak Sastra Sasih, M. Pd selaku pakar media.

 

Berlainan antara definisi validitas isi, pada validitas konstruksi ini menilai tingkatan mutu dari suatu metode sesuai dengan teori yang telah ada sebelumnya. Validitas konstruksi ditentukan dengan menghubung-hubungkan poin dari masing-masing afirmasi yang mendukung dengan poin agregat dari semua soal. Korelasi yang tinggi dan positif memberikan petunjuk adanya kecocokan fungsi item dan pengukruan secara keseluruhan. Alat untuk pengukuran keabsahan soal pada kegiatan penelitian ini menggunakan matriks korelasi product moment dengan rumus :

 

 

Penjelasan :

rxy      =   Koefisien korelasi variavel X dan variabel Y

N       =   Besaran siswa yang mengikuti tes

∑xy   =   Besaran hasil perkalian x dan y

∑x     =   Besaran x

∑y     =   Besaran y

∑x2   =   Besaran hasil pengkuadratan unsur x

∑y2   =   Besaran hasil pengkuadratan unsur y

 

Pengujian signifikansi dilaksanakan dengan membaut perbandingan antara poin rhitung dan nilai rtabel Validitas item tertentu sering ditentukan dengan menguji koefisien determinasi signifikansinya terhadap ambang batas signifikansi 0,05; Hal ini berarti suatu item diterima jika koefisien determinasinya berkorelasi signifikan dengan poin keseluruhan. Jika nilai rhitung hitung lebih besar dari nilai rtabel hitung dan nilainya positif, maka pertanyaan atau hipotesis atau variabel bebas yang bersangkutan diterima. Namun, jika rhitung lebih kecil nilainya dari nilai rtabel, maka item atau pernyataan atau variabel yang bersangkutan dinyatakan tidak valid.

2.    Uji Reliabilitas

Tingkat entiatas suatu perangkat penelitian dinyatakan mempunyai derajat kredibiltas yang besar apabila perangkat penelitian bisa memunculkan produk atau keluaran hasil yang konstan (Arikunto, 2017:100). Artinya, suatu alat dikatakan reliabel jika secara konsisten menghasilkan hasil yang sama ketika diuji pada jumlah subjek yang sama tetapi pada waktu yang berbeda. Adapun rumus yang digunakan adalah rumus Alpha dengan penjelasan :

 

 

 

Untuk memeriksa :

 

 

 

Dengan penjelasan  :

r11      =   Hasil Reliabilitas

∑σ2i  =               Berasan varians poin per item

σ2t     =               Varians total

 

Langkah selanjutnya adalah r11 bandingkan pada tabel product moment, apabila didapatkan hasil bahwa r11hitung≥rtabel dapat disimpulkan bahwa instrumen tersebtu sudah reliabel. Uji reliabilitas dapat digunakan dengan Program SPSS-23. Menurut Sudijono (2018: 157) menyatakan bahwa tes dapat dinyatakan dalam kriteria baik apabila perolehan angka reliabilitas adalah 0,70.

 

 

3.    Derajat Kesukaran Soal

Arikunto (2013: 208) menjelaskan bahwa derajat pada tingkat kesukaran soal rasional bisa dicari hasilnya mempergunakan rumus :

 

 

Penjelasan :

P       : Penanda tingkat kesukaran

B       : Besaran siswa dengan jawaban benar

JS      : Besaran total siswa peserta tes

 

Parameter penanda pada tingkat kesukaran pada  soal ditentukan dengan batasan-batasan :

0,00 – 0,30, maka kriteria soal dalam kelompok sukar

0,31 – 0,70, maka kriteria soal dalam kelompok sedang

0,71 – 1,00, maka kriteria soal dalam kelompok mudah

Tahapan selanjutnya adalah menyusun perhitungan tentang taraf kesukuaran dari masing-masing soal bentuk uraian yaitu :

a.    Mencari nilai mean dari poin  pada setiap item pada masing-masing butir soal menggunakan rumus.

 

 

b.    Mencari nilai taraf tingkat kesukaran pada masing-masing butir soal dengan rumus.

 

 

Interpretasi yang digunakan adalah semakin kecil besaran angka yang dihasilkan, maka dapat dijelaskan bahwa tingkat kesulitan dari soal yang akan digunakan semakin tinggi, dan sebaliknya apabila besaran angak yang diperoleh semakin besar, maka dapat dijelaskan bahwa tingkat kesulitan dari soal yang akan digunakan semakin rendah. Adapun kriteria soal yang baik digunakan dalam penelitian ini adalah soal yang tingkat kesukarannya dalam kriteria sedang.

4.    Daya Beda

Untuk menentukan tingkatan daya beda pada butir soal yang berbentuk objektif dilaksanakan memakai rumus :

D=PA ̶  PB

Penjelasan :
D :
Besaran daya beda

                = rasio dari kelompok atas dengan jawaban benar (P adalah penanda kesukaran)

                = rasio dari kelompok bawah dengan jawaban benar

 

Pada butir soal berbentuk essay, untuk perhitungan besaran daya beda digunakan rumus :

Penjelasan:

DP              : besaran daya pembeda

XKA          : mean yang berasal kelompok atas

XKB          : mean yang berasal kelompok bawah

Poin Maks : poin tertinggi

 

 

 

 

 

Klasifikasi daya pembeda adalah sebagi berikut.

 

 

 

 

Skema klasifikasi di atas memperjelas bahwa jawaban pertanyaan dianggap baik jika indeks selisih hari dari rata-rata lebih dari 0,40. Tidak disarankan untuk menggunakan pemecah masalah yang memiliki indeks negatif untuk daya pembeda.

D.  Prosedur Pengumpulan Data

Adalah sesuatu yang bersifat penting agar disusun suatu prosedur yang sistematis guna mencapai tujuan penelitian yang telah dilaksanakan. Menurut Sugiyono (2016:286), proses penelitian dapat dikategorikan sebanyak tiga tahapan yaitu tahap perencanaan, tahap tindakan, dan tahap akhir. Agar penelitian dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan maka suatu prosedur yang harus dirancang dan terstrutur dengan baik. Prosedur penelitian secara global dapat dipecah menjadi tiga tahap: perencanaan, implementasi, dan analisis.

1.    Tahap Perencanaan

Urutan kegiatan yang dilaksanakan dalam tahapan perencanaan dapat dijelaskan :

a.    Melaksanakan kegiatan pengamatan awal yaitu dengan melaksanakan kegiatan interview terhadap guru yang mengajar matematika pada sekolah yang menjadi subjek penelitian.

 

b.    Melaksanakan kegiatan dengar pendapat pada guru pengajar matematika dan pembimbing akademik untuk dijadikan dasar penyusunan perangkat penelitian di

c.    Berkonsultasi dengan guru mata pelajaran yang bersangkutan dan dosen
pembimbing selanjutnya membuat instrumen penelitian 
bersumber pada urutan dan tata cara penerapan model PjBL dan penyusunan soal-soal pre-tes dan post-test, lembar dan kunci jawaban serta petunjuk penilaian.

d.   Melakukan kegiatan validasi terhadap instrumen yang akan digunakan dalam penelitian kepada validator agar diperoleh instrumen yang memadai pada saat pelaksanaan penelitian.

e.    Melakukan kunjungan ke SD Negeri Sumampir Kecamatan ............................. untuk menyampaikan ijin penelitian kepada pihak sekolah.

f.     Melaksanakan kegiatan tukar pendapat bersama guru yang mengajar matematika pada siswa kelas 5 tentang waktu kegiatan penelitian dan penentuan sampel penelitian sebagai dasar penentuan subjek dan kelas tempat dilangsungkan kegiatan penelitian.

2.    Tahap Pelaksanaan

Melaksanakan kegiatan penelitian menggunakan model PjBL dan konvensional pada masing-masing kelas yang menjadi subjek penelitian.

3.    Tahap Akhir

Urutan kegiatan yang dilaksanakan pada tahapan akhir penelitian adalah.

a.    Pemeriksanaan terhadap hasil kerja dari tiap-tiap siswa yang menjadi subjek penelitian

b.    Melakukan penilaian dengan memberikan poin yang dilandaskan pada indikator-indikator tentang kecakapan siswa dalam berpikir kritis matematis

c.    Melakukan perhitungan terhadap perolehan poin kegiatan post-test.

d.   Melakukan analisa terhadap data hasil belajar siswa yang dilandaskan pada indikator-indikator tentang kecakapan siswa dalam berpikir kritis

e.    Menentukan  pengujian terhadap hipotesis penelitian yang telaj dibuat sebelumnya

f.     Menentukan  kesimpulan akhir kegiatan penelitian

E.  Metode Analisis Data

1.    Pengujian  Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data yang dianalisis memiliki distribusi normal atau tidak. Dalam kumpulan angka yang terdistribusi normal apabila memenuhi ketentuan baku yaitu jumlah data yang berada di atas rata-rata dan jumlah data yang berada di bawah rata-rata adalah identik atau sama, sama halnya dengan angka simpangan bakunya. Untuk penelitian ini, kami akan menggunakan uji normalitas Liliefors. Penjelasan urutan kerja dalam pengujian normalitas memakai pengujian Liliefors adalah :

a.    Menetapkan besaran normalitas pernyataan hipotesis

b.    Menetapkan besaran taraf nyata/ signifikan

c.    Menetapkan besaran nilai uji statistic

d.   Perolehan informasi hasil observasi x1, x2, x3, ………., xn dibuat sebagai angka baku z1, z2, z3, ………., zn memakai  rumus        

 

 ( dan s masing-masing merupakan mean dan deviasi dari sampel)    

e.    Pada item-item bilangan baku tersebut dan memakai susuna distribusi normal baku, lalu dilakukan perhitung untuk menghitung peluang 𝐹(𝑧𝑖) = 𝑃(𝑧𝑧𝑖).

f.     Dilanjutkan dengan menghitung angka proporsi z1, z2, z3, …….., dimana zn ≤ 𝑧𝑖. Apabila proporsi ini ditentukan nilai S (𝑧𝑖), sehingga

 

 

g.    Menghitung nilai selisih  perhitungan 𝐹(𝑧𝑖)-S(𝑧𝑖) untuk menentukan harga mutlak

h.    Menggunakan harga paling besar pada harga-harga mutlak selisih  tersebut. Maka itulah harga terbesar 𝐿𝑜.

Untuk mendapatkan atau menghilangkan hipotesis o (Ho), bandingkan Lo saat ini dengan kriteria kritis L yang ada dalam tabel untuk taraf yang dipilih saat ini. Standarnya populasi akan berdistribusi normal jika nilai L0 yang diperoleh dari data pengamatan lebih besar dari nilai Lo yang diperoleh dari database (Ho). Dalam kasus lain, hipotesis o (Ho) mungkin diterima atau data mungkin memiliki distribusi normal (Sudjana, 2005:466-467)

 

2.    Pengujian Homogenitas

Pengujian terhadap homogenitas dilaksanakan dengan melakukan penyelidikan terhadap kedua varian yang identik maupun yang tidak identik. Apabila keduanya memiliki varians yang identik maka dapat disimpulkan bahwa kelompok tersebut dalah homogen. Pengujian homogenitas dilaksanakan dengan hipotesis :

𝐻𝑜: 𝜎21 = 𝜎½

𝐻𝑜: 𝜎21 ≠ 𝜎½

Penjelasan :

𝜎21 = varians dari kelompok eksperimen

𝜎½  = varians dari kelompok kontrol

Sedangkan untuk mendapatkan perhitungan hasil homogenitas varians menggunakan rumus :

Pengujina untuk menentukan kedua varians termasuk dalam kriteria homogen atau tidak dilakukan perhitungan dengan cara membandingkan Fhitung dengan Ftabel pada taraf 𝛼 = 5% dengan besaran dk pembilang = (𝑛𝑎 - 1) dan dk penyebut = (𝑛𝑏 - 1)

Penjelasan  :

𝑛𝑎 = Besaran data pada varians terbesar

𝑛𝑏 = Besaran data pada varians terkecil

Apabila didapatkan hasil bahwa Fhitung> Ftabel dapat dijelaskan bahwa kedua kelompok tersebut mempunyai persamaan varians atau dikatakan homogen.

3.    Pengujian Hipotesis

Penggunaan uji t disarankan untuk memvalidasi hipotesis yang baru dikembangkan dan untuk mendapatkan hasil tertentu dari data post-test. Uji digunakan untuk menginterpretasikan hipotesis yang dibahas dalam penelitian ini. Metode yang akan digunakan untuk menilai hipotesis adalah statistik parametrik dengan uji-t berdasarkan normalitas dan homogenitas. Jika populasi berdistribusi normal dan terdapat variasi di dalamnya, maka harus dilakukan dua ratarata uji, yaitu uji t dengan memakai rumus:

 

 

                                 Dengan:

 

                 (Lestari & Yudhanegara, 2018:282)

 

Penjelasan :

    = besaran mean kelompok eksperimen

    = besaran mean kelompok kontrol

n1= Total dari spesimen kelompok eksperimen

n2= Total dari spesimen l kelompok kontrol

s12= Angka varians pada kelompok eksperimen

s22= Angka varians pada kelompok kontrol

 

Ketentuan hasil pengujian adalah Ho dinyatakan diterima apabila didapatkan berhitungan bahwa thitung<ttabel dengan dk untuk  daftar distribusi t ialah ( 𝑛1 + 𝑛2 - 2), taraf signifikan = 5% dan peluang (1-) (Sudjana, 2013:243).

4.    Pengujian Anova Dua Arah

Pengujian dengan menggunakan two way anova banyak dilakukan untuk pengujian dengan multi kelompok sampel dengan klasifikasi ganda (memiliki lebih dari satu variabel bebas). Penggunaannya bertujuan agar dapat memperoleh informasi tentang ada dan tidaknya pengaruh secara signifikan antara variabel model pembelajaran PjBL dan taraf kemampuan siswa berpikir kritis (X)

Tujuanya untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh yang signifikan antara variabel Model pembelajaran PjBL dan  kemampuan kritis siswa (X) terhadap taraf nilai hasil belajar (Y).

a.    Perhitungan jumlah kuadrat total

 

b.    Perhitungan Jumlah Kuadarat Kolom (kolom arah bawah)

 

c.    Perhitungan Jumlah Kuadarat Baris (baris arah kanan)

d.   Perhitungan Jumlah Kuadrat Interaksi

 

 

e.    Perhitungan Jumlah Kadrat Dalam

f.     Perhitungan dk untuk:

1).      𝑑𝑘 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚 = 𝑘 – 1

2).      𝑑𝑘 𝑏𝑎𝑟𝑖𝑠 = 𝑏 – 1

3).      𝑑𝑘 𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑎𝑘𝑠𝑖 = 𝑑𝑘𝑘 × 𝑑𝑘𝑏

4).      𝑑𝑘 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 = (𝑁 - 𝑘. 𝑏)

5).      𝑑𝑘 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = (𝑁 - 1)

6).      Perhitungan rata-rata pada kuadrat (MK) yaitu masing-masing 𝐽𝐾 dibagi dengan 𝑑𝑘.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A.  Deskripsi Data

Hasil analisis data penelitian diuraikan kedalam 3 distribusi, yaitu penyebaran angka angket, penyebaran angka tes dan penyebaran angka hasil observasi. Selain berdasar pada 3 distribusi di atas, perolehan analisis hasil penelitian bedakan menjadi menjadi 2 penyebaran angka yaitu: penyebaran angka sebelum perlakuan dan penyebaran angka setelah perlakuan. Pada tiap-tiap kelompok data itu sendiri masih dikelompokkan ke dalam 2 penyebaran angka, yaitu penyebaran angka kelompok eksperimen dan penyebaran angka kelompok kontrol. Namun sebelum data hasil penelitian diperoleh instrumen diujicobakan terlebih dahulu, data hasil ujicoba yaitu dari instrumen angket dan tes. Di bawah ini akan diuraikan penyebaran angka hasil ujicoba dan penyebaran angka hasil penelitian.

1.    Data Hasil Uji Coba Instrumen

a.    Angket Kemampuan Berpikir Kritis Siswa

Instrumen angket terdiri dari 20 item pernyataan yang ujicoba dilakukan terhadap siswa SDN Simpang Tiga kelas 5 A berjumlah 26 siswa, kelas tersebut diluar dari kelas yang dipergunakan sebagai sampel penelitian. Hasil  ujicoba angket kemampuan berpikir kritis siswa dengan jumlah item pernyataan sebanyak 20 angket secara terperinci terdapat pada lampiran (12).

 

b.    Test Hasil Belajar Siswa

Ujicoba instrumen tes terdiri dari 24 item soal pilihan ganda yang ujicoba dilakukan terhadap siswa SDN Simpang Tiga kelas 5 A berjumlah 26 siswa. Untuk hasil ujicoba tes hasil belajar siswa dengan jumlah item soal sebanyak 24 butir terdapat pada lampiran (12)

c.    Analisis Hasil Ujicoba Instrumen

Berrdasarkan penilaian validator, validasi lembar tes dan angket yang berisi aspek materi, aspek media dan aspek bahasa sudah baik. Penilaian secara umum terhadap soal tes dan angket yaitu dapat digunakan dengan sedikit revisi, dan untuk saran atau komentar dari validator adalah sudah baik tetapi harus revisi. Setelah di revisi, penilaian secara umum terhadap soal tes dan angket yaitu dapat digunakan tanpa revisi, tidak ada saran atau komentar yang di berikan oleh validator.  Setelah  itu angket dan soal diujicobakan, selanjutnya untuk menaksit tingkat validitas soal dan angket mempergukana rumus product moment.

Berdasarkan hasil hitung-hitungan yagn didapat dari indikator-indikator yang dipergunakan didapatkan penjelasan perolehan  nilai rhitung> rtabel, dimana rtabel dengan N = 26 adalah 0,388 sehingga dapat disimpulkan bahwa untuk item-item pernyataan pada angket dinyatakan valid, penjelasan perolehan hasil validitas terdapat pada lampiran (13).

Pada instrumen tes hasil belajar siswa yang berjumlah 24 butir soal, dari  hasil analisis yang didapatkan dari item-item dalam indikator didapatkan penjelasan bahwa  nilai rhitung> rtabel, dimana rtabel dengan N = 26 adalah 0,388 sehingga dapat disimpulkan butir tes valid sebanyak 22 soal dan butir soal tidak valid sebanyak 2 soal dan pada butir soal yang dinyatakan tidak valid tidak akan dipergunakan dalam kegiatan penelitian.

Analisis ujicoba instrumen selanjutnya adalah pengujian reliabilitas. Pada kegiatan pengujian reliabilitas digunakan rumus Alpha dengan penjelasan kriteria apabila nilai r11hitung≥rtabel dinyatakan instrumen tersebut reliabilitas. Penjelasan masing-masing instrumen secara terinci pada tabel berikut .

Tabel 4.1

Data Hasil Uji Reliabilitas Instrumen

 

No

Variabel Instrumen

r11

Kriteria

1

Angket siswa

0,789

Reliabel

2

Tes Hasil Belajar

0,836

reliabel

 

Melihat hasil pada tabel 4.1 bisa ditarik pernyataan kesimpulan bahwa jika tes dinyatakan baik apabila memiliki nilai reliabilitas ≥0,70. Apabila syarat ini dapat terpenuhi maka semua perangkat instrumen penelitian dinyatakan reliabel.

Untuk menguji instrumen tes dalam tingkat kesukaran soal maka dilaksanakan pengujian terhadap indeks kesukaran soal. Dari 24 item  diperoleh hasil indeks kesukaran soal yaitu sebanyak 2 tergolong pada kelompok sukar, 5 tergolong pada soal kelompok mudah dan 17 tergolong pada soal masuk kelompok sedang. Instrumen  soal yang diambil untuk penelitian adalah instrumen yang termasuk dalam kategori sedang dan mudah sedangkan untuk kategori sukar tidak dipergunakan dalam penelitian.

Hasil perhitungan pengujian daya pembeda diperoleh keputusan-keputusan suatu butir soal dinyatakan dalam kriteria baik apabila memiliki indeks daya beda yang berada pada angka ≥0,40. Apabila ditemukan suatu butir soal memiliki indeks daya beda negatif  maka dapat dijelaskan bahwa butir soal tersebut tidak baik dan tidak dipergunakan dalam kegiatan penelitian. Dari pelaksanaan pengujian daya beda didapatkan data bahwa ada 2 soal dengan daya beda jelek, 6 soal dalam daya beda baik sekali dan 16 soal dalam daya beda cukup. Pada penelitian ini soal yang dijadikan alat pengumpul daya adalah soal yang masuk dalam  daya beda cukup, baik, baik sekali yang akan dipergunakan pada kegiatan pre-test dan post-test.

2.    Hasil Penelitian

a.    Hasil Angket Kemampuan Berpikir Kritis

1)   Data Angket Kemampuan Berpikir Kritis Pretest Kelompok Kelas Eksperimen

Data hasil penelitian diperoleh dari penyebaran angket kelas eksperimen yang diberikan kepada siswa kelas 5A SD Negeri Sumampir pada sampel kelompok kelas eksperimen. Data hasil penelitian angket pada taraf kemampuan siswa dalam berpikir kritis pada pretest kelas eksperimen :

 

 

 

Tabel 4.2

Data Angket Hasil Penelitian Kemampuan Berpikir Kritis Siswa

Pretest Kelas Eksperimen

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Karakteristik pada aspek kemampuan siswa dalam berpikir kritis sebelum adanya tindakan (pretest) menggunakan model PjBL  terhadap kelas eksperimen dengan jumlah subjek sebesar 28 siswa dijelaskan tabel berikut

Tabel 4.3

Karakteristik Angket Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pretest

Kelas Eksperimen

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Perhitungan statistik deskriptif yang dilakukan sebelum pelaksanaan pada kelompok eksperimen didapatkan sampel (N) mengindikasikan bahwa jumlah titik data yang valid adalah 28 dan jumlah titik data yang tidak valid adalah 0. Mean (poin) = 55,39; Standar Deviasi (std) = 0,677; Median (poin) = 55.500; Modus (poin) = 51; Simpangan baku didapatkan dari perolehan akar dari jumlah deviasi dikuadratkan yang kemudian dibagi dengan banyaknya sampel=3.583.

Varian menggambarkan sejauh mana besaran nilai variasi (variasi merupakan hasil dari pengkuadratan nilai standar deviasi) = 12.840; kecondongan atau Skewnes memberikan informasi adalanya perubahan penyebaran angka dalam bentuk horizontal (kurva miring ke arah kakan atau ke arah kiri) atau biasa dikenal dengan istilah ketidaksimetrisan. Distribusi suatu data dinyatakan simetris apabila angka-angkanya terdistribusi secara rata pada kisaran perolehan nilai meannya.

Bentuk dari kecondongan atau skewness yang mendapatkan angka 0 mengindikasikan telah berbentuk simetris, maka apabila kecondongan atau skewness ini  berada pada nilai <-1 dapat dijelaskan bahwa kecondongan atau skewness menuju ke arah kiri dan apabila kecondongan atau skewness ini  berada pada nilai >0 dapat dijelaskan bahwa kecondongan atau skewness menuju ke arah kanan. Perolehan data pada penilaian skewness = 0,13; Std. Error of Skewness = 0,441; sudut ketajaman (Kurtosis) memberikan penjelasan bahwa standar pengukuran taraf sudut ketajaman suatu penyebaran angka atau adanya trasformasi  terhadap penyebaran angka secara vertikal sehingga kurvanya cenderung akan runcing ke bagian atas atau membesar pada bawah. Analisis data diperoleh = 1,245; Std. Error of Kurtosis = 0,858; rentang (bentangan) mengindikasikan jarak renggangan data tertinggi dipotong jumlah data terrendah = 11; poin terrendah = 50; poin tertinggi = 61; dan besaran poin (Sum) = 1551.

Karakter dari angket kelompok eksperimen sebelum dilakuan tindakan diperoleh data nilai poin rata-rata=55,39 (poin terrendah=50 dan poin tertinggi=61). Secara rinci dilihat grafik berikut.

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 4.1. Karakteristik Angket Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pretest  Kelas Eksperimen

 

2)   Data Angket Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pretest Kelompok Kontrol

Data hasil penelitian diperoleh dari penyebaran angket kelas kontrol yang diberikan kepada siswa kelas 5B SD Negeri Sumampir  sebagai sampel kelompok kontrol. Data hasil penelitian angket kemampuan siswa berpikir kritis pretest kelompok eksperimen adalah.

Tabel 4.4

Data Angket Hasil Penelitian Kemampuan Berpikir Kritis Siswa

Pretest Kelas Kontrol

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Karakteristik pada aspek kemampuan siswa dalam berpikir kritis sebelum adanya tindakan (pretest) menggunakan model PjBL  terhadap kelompok dengan jumlah subjek sebesar 28 siswa dijelaskan tabel berikut

Tabel 4.5

Karakteristik Angket Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pretest

Kelompok Kelas Kontrol

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Perhitungan statistik deskriptif yang dilakukan sebelum pelaksanaan pada kelompok kontrol didapatkan sampel (N) mengindikasikan bahwa jumlah titik data yang valid adalah 28 dan jumlah titik data yang tidak valid adalah 0. Mean (poin) = 53,71; Median (poin) = 54; Modus (poin) = 53; Simpangan baku didapatkan dari perolehan akar dari jumlah deviasi dikuadratkan yang kemudian dibagi dengan banyaknya sampel=4,29.

Varian menggambarkan sejauh mana besaran nilai variasi (variasi merupakan hasil dari pengkuadratan nilai standar deviasi) = 18,434; kecondongan atau Skewnes memberikan informasi adalanya perubahan penyebaran angka dalam bentuk horizontal (kurva miring ke arah kakan atau ke arah kiri) atau biasa dikenal dengan istilah ketidaksimetrisan. Distribusi suatu data dinyatakan simetris apabila angka-angkanya terdistribusi secara rata pada kisaran perolehan nilai meannya.

Bentuk dari kecondongan atau skewness yang mendapatkan angka 0 mengindikasikan telah berbentuk simetris, maka apabila kecondongan atau skewness ini  berada pada nilai <-1 dapat dijelaskan bahwa kecondongan atau skewness menuju ke arah kiri dan apabila kecondongan atau skewness ini  berada pada nilai >0 dapat dijelaskan bahwa kecondongan atau skewness menuju ke arah kanan. Perolehan data pada penilaian skewness = 0,418; Std. Error of Skewness = 0,441; sudut ketajaman (Kurtosis) memberikan penjelasan bahwa standar pengukuran taraf sudut ketajaman suatu penyebaran angka atau adanya trasformasi  terhadap sebaran  data secara lurus ke atas sehingga kurvanya cenderung akan meruncing ke bagian atas atau melebar pada bawah. Analisis data diperoleh = -0,835; Std. Error of Kurtosis = 0,858; rentang (bentangan) mengindikasikan jarak renggangan data tertinggi dipotong jumlah data terrendah = 14; poin terrendah = 46; poin tertinggi = 60; dan besaran poin (Sum) = 1504.

Karakter dari angket kelompok kontrol sebelum dilakuan tindakan diperoleh data nilai poin rata-rata=53,71 (poin terrendah=46 dan poin tertinggi=60). Secara rinci dilihat grafik berikut.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 4.2. Karakteristik Angket Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pretest  Kelas Kontrol

 

3)   Data Angket Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Posttest Kelas Eksperimen

Data angket siswa pada kelompok eksperimen dapat dilihat
pada tabel berikut ini.

 

Tabel 4.6

Data Angket Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Posttest

Kelas Eksperimen

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Dari hasil data penpoinan pada tabel di atas kemudian untuk menghasilkan  konversi data angket digolongkan menurut kategori adalah.

Tabel 4.7

Analisis Angket Kemampuan Berpikir Kritis Siswa

 

Interval Nilai

Interpretasi

X≥64

Tinggi

53≤X<64

Sedang

X≤53

Rendah

Sumber: (Ekawati & Sumaryanta, 2011:37)

 

Penggolongan poin berdasarkan skala tersebut diatas diperoleh hasil bahwa dari 28 responden siswa terdapat 15 siswa pada kriteria nilai tinggi, 8 siswa pada kriteria nilai sedang dan 5 siswa pada kriteria nilai rendah. Karakteristik angket siswa sesudah mendapatkan tindakan dengan model  PjBL pada kelompok eksperimen sebanyak 28 siswa sebagaiman dijelaskan pada tabel berikut.

 

 

Tabel 4.8

Karakteristik Angket Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Postest

Kelas Eksperimen

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Perhitungan statistik deskriptif yang dilakukan dengan model PjBL pada kelompok eksperimen didapatkan sampel (N) mengindikasikan bahwa jumlah titik data yang valid adalah 28 dan jumlah titik data yang tidak valid adalah 0. Mean (poin) = 58,10; Median (poin) = 58; Modus (poin) = 55; Simpangan baku didapatkan dari perolehan akar dari jumlah deviasi dikuadratkan yang kemudian dibagi dengan banyaknya sampel=3,871. Varian menggambarkan sejauh mana besaran nilai variasi (variasi merupakan hasil dari pengkuadratan nilai standar deviasi) = 14,988; kecondongan atau Skewnes memberikan informasi adalanya perubahan penyebaran angka dalam bentuk horizontal (kurva miring ke arah kakan atau ke arah kiri) atau biasa dikenal dengan istilah ketidaksimetrisan. Distribusi suatu data dinyatakan simetris apabila angka-angkanya terdistribusi secara rata pada kisaran perolehan nilai meannya.

Apabila didapatkan data kecondongan bernilai 0 menunjukkan bentukan yang simeteris, jika nilai kecodongan< -1 akan condong k arah kiri dan jika > 0 akan lebih mengarah condong ke arah kanan, pada penelitian ini didapatkan angka kecondongan = 0,045; Std. Error of Skewness = 0,441; sudut ketajaman (Kurtosis) memberikan skala yang dipergunakan untuk mengukur sudut ketajaman penyebaran angka atau transformasi pemencaran poin ke arah tegak lurus (kurva lebih menjurus lancip ke arah bagian atas atau mengembang pada bagian bawah) = -1,399; Std. Error of Kurtosis = 0,858; rentang (bentangan) mengindikasikan jarak renggangan data tertinggi dipotong jumlah data terrendah = 12; poin terrendah = 52; poin tertinggi = 64; dan besaran poin (Sum) = 1627.

Bentuk dari kecondongan atau skewness yang mendapatkan angka 0 mengindikasikan telah berbentuk simetris, maka apabila kecondongan atau skewness ini  berada pada nilai <-1 dapat dijelaskan bahwa kecondongan atau skewness menuju ke arah kiri dan apabila kecondongan atau skewness ini  berada pada nilai >0 dapat dijelaskan bahwa kecondongan atau skewness menuju ke arah kanan. Perolehan data pada penilaian skewness = 0,045; Std. Error of Skewness = 0,441; sudut ketajaman (Kurtosis) memberikan penjelasan bahwa standar pengukuran taraf sudut ketajaman suatu penyebaran angka atau adanya trasformasi  terhadap penyebaran angka secara vertikal sehingga kurvanya cenderung akan runcing ke bagian atas atau membesar pada bawah. Analisis data diperoleh = --1,399 Std. Error of Kurtosis = 0,858; rentang (bentangan) mengindikasikan jarak renggangan data tertinggi dipotong jumlah data terrendah = 12; poin terrendah = 52; poin tertinggi = 64; dan besaran poin (Sum) = 1627.

Karakter dari angket kelompok eksperimen setelah perlakuan dengan model PjBL diperoleh data nilai poin rata-rata=58,10 (poin terrendah=52 dan poin tertinggi=64). Secara rinci dilihat grafik berikut.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 4.3. Karakteristik Angket Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Posttest  Kelas Eksperimen

 

4)   Data Angket Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Posttest Kelas Kontrol

Data angket siswa pada kelompok kontrol dijelaskan secara rinci pada tabel berikut.

 

Tabel 4.9

Data Angket Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Posttest

Kelas Kontrol

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Pengkonversian data angket kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas kontrol diperoleh hasil sebagai berikut.

Tabel 4.10

Analisis Angket Kemampuan Berpikir Kritis Siswa

 

Interval Nilai

Interpretasi

X≥62

Tinggi

52≤X<62

Sedang

X≤52

Rendah

Sumber: (Ekawati & Sumaryanta, 2011:37)

 

Penggolongan poin berdasarkan skala tersebut diatas diperoleh hasil bahwa dari 28 responden siswa terdapat 7 siswa pada kriteria nilai tinggi, 11 siswa pada kriteria nilai sedang dan 10 siswa pada kriteria nilai rendah. Karakteristik angket siswa sesudah mendapatkan tindakan dengan model  PjBL pada kelompok eksperimen sebanyak 28 siswa sebagaimana dijelaskan pada tabel berikut.

 

 

 

 

 

 

 

Tabel 4.11

Karakteristik Angket Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Postest

Kelas Kontrol

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Perhitungan statistik deskriptif yang dilakukan dengan model PjBL pada kelompok kontrol didapatkan sampel (N) mengindikasikan bahwa jumlah titik data yang valid adalah 28 dan jumlah titik data yang tidak valid adalah 0. Mean (poin) = 57,17; Median (poin) = 58; Modus (poin) = 58; Simpangan baku didapatkan dari perolehan akar dari jumlah deviasi dikuadratkan yang kemudian dibagi dengan banyaknya sampel=3,209. Varian menggambarkan sejauh mana besaran nilai variasi (variasi merupakan hasil dari pengkuadratan nilai standar deviasi) = 10,300; kecondongan atau Skewnes memberikan informasi adalanya perubahan penyebaran angka dalam bentuk horizontal (kurva miring ke arah kakan atau ke arah kiri) atau biasa dikenal dengan istilah ketidaksimetrisan. Distribusi suatu data dinyatakan simetris apabila angka-angkanya terdistribusi secara rata pada kisaran perolehan nilai meannya.

Apabila didapatkan data kecondongan bernilai 0 menunjukkan bentukan yang simeteris, jika nilai kecodongan< -1 akan condong k arah kiri dan jika > 0 akan lebih mengarah condong ke arah kanan, pada penelitian ini didapatkan angka kecondongan = 0,045; Std. Error of Skewness = 0,441; sudut ketajaman (Kurtosis) memberikan skala yang dipergunakan untuk mengukur sudut ketajaman penyebaran angka atau transformasi pemencaran poin ke arah tegak lurus (kurva lebih menjurus lancip ke arah bagian atas atau mengembang pada bagian bawah) = -1,399; Std. Error of Kurtosis = 0,858; rentang (bentangan) mengindikasikan jarak renggangan data tertinggi dipotong jumlah data terrendah = 12; poin terrendah = 52; poin tertinggi = 64; dan besaran poin (Sum) = 1627.

Karakter dari angket kelompok kontrol setelah perlakuan dengan model PjBL diperoleh data nilai poin rata-rata=57,17 (poin terrendah=52 dan poin tertinggi=62). Secara rinci dilihat grafik berikut.

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 4.4. Karakteristik Angket Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Posttest  Kelas Kontrol

b.    Data Hasil Obervasi Siswa

Penilaian observasi dilakukan untuk mendapatkan data tentang aktivitas belajar siswa pada pelaksanaan pembelajaran menggunakan model PjBL. Kegiatan observasi ini ditujukan kepada kelas eksperimen dengan menggunakan dengan model PjBL pada saat kegiatan pembelajarannya. Data hasil observasi kegiatan pembelajaran siswa saat menggunakan dengan model PjBL disajikan tabel berikut.

Tabel 4.12

Data Hasil Observasi Siswa Kelas Eksperimen dengan Perlakuan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Karakteristik observasi siswa setelah perlakuan dengan
model PjBL pada kelompok eksperimen yang terdiri dari 28 siswa, dapat dilihat pada tabel berikut.

 

 

 

 

 

 

Tabel 4.13

Karakteristik Observasi Siswa Kelas Eksperimen dengan Perlakuan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Perhitungan statistik deskriptif yang dilakukan dengan model PjBL pada kelompok eksperimen didapatkan sampel (N) mengindikasikan bahwa jumlah titik data yang valid adalah 28 dan jumlah titik data yang tidak valid adalah 0. Mean (poin) = 4,017; Median (poin) = 4; Modus (poin) = 4; Simpangan baku didapatkan dari perolehan akar dari jumlah deviasi dikuadratkan yang kemudian dibagi dengan banyaknya sampel=0,978. Varian menggambarkan sejauh mana besaran nilai variasi (variasi merupakan hasil dari pengkuadratan nilai standar deviasi) = 0,958; kecondongan atau Skewnes memberikan informasi adalanya perubahan penyebaran angka dalam bentuk horizontal (kurva miring ke arah kakan atau ke arah kiri) atau biasa dikenal dengan istilah ketidaksimetrisan. Distribusi suatu data dinyatakan simetris apabila angka-angkanya terdistribusi secara rata pada kisaran perolehan nilai meannya.  Apabila didapatkan data kecondongan bernilai 0 menunjukkan bentukan yang simeteris, jika nilai kecodongan< -1 akan condong k arah kiri dan jika > 0 akan lebih mengarah condong ke arah kanan, pada penelitian ini didapatkan angka kecondongan = 0,104; Std. Error of Skewness = 0,441; sudut ketajaman (Kurtosis) memberikan skala yang dipergunakan untuk mengukur sudut ketajaman penyebaran angka atau transformasi pemencaran poin ke arah tegak lurus (kurva lebih menjurus lancip ke arah bagian atas atau mengembang pada bagian bawah) = --0,312; Std. Error of Kurtosis = 0,858; rentang (bentangan) mengindikasikan jarak renggangan data tertinggi dipotong jumlah data terrendah = 4; poin terrendah = 2; poin tertinggi = 6; dan besaran poin (Sum) = 114. Karakter dari angket kelompok kontrol setelah perlakuan dengan model PjBL diperoleh data nilai poin rata-rata=4,07 (poin terrendah=2 dan poin tertinggi=6). Secara rinci dilihat grafik berikut.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 4.5. Karakteristik Observasi Siswa Kelas Eksperimen dengan Perlakuan

c.    Data Hasil Tes Belajar Siswa

Hasil analisis terhadap data perolehan hasil belajar siswa sebelum adanya tindakan digolognan menjadi 2 kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

1)        Data Hasil Belajar Kelompok Eksperimen

Analisis data hasil belajar pada kelompok eksperimen secara rinci pada tabel berikut ini.

Tabel 4.14

Data Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen

Pretest (sebelum perlakuan)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Karakteristik hasil belajar siswa pretest atau sebelum perlakuan terhadap kelas eksperiken sebanyak  28 siswa tersaji pada tabel berikut.

 

 

 

 

 

 

Tabel 4.15

Karakteristik Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen Pretest

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Perhitungan statistik deskriptif sebelum dilakukan dengan model PjBL pada kelompok eksperimen didapatkan sampel (N) mengindikasikan bahwa jumlah titik data yang valid adalah 28 dan jumlah titik data yang tidak valid adalah 0. Mean (poin) = 14,428; Median (poin) = 14,50; Modus (poin) = 14; Simpangan baku didapatkan dari perolehan akar dari jumlah deviasi dikuadratkan yang kemudian dibagi dengan banyaknya sampel=1,665. Varian menggambarkan sejauh mana besaran nilai variasi (variasi merupakan hasil dari pengkuadratan nilai standar deviasi) = 2,772; kecondongan atau Skewnes memberikan informasi adalanya perubahan penyebaran angka dalam bentuk horizontal (kurva miring ke arah kakan atau ke arah kiri) atau biasa dikenal dengan istilah ketidaksimetrisan. Distribusi suatu data dinyatakan simetris apabila angka-angkanya terdistribusi secara rata pada kisaran perolehan nilai meannya.

Apabila didapatkan data kecondongan bernilai 0 menunjukkan bentukan yang simeteris, jika nilai kecodongan< -1 akan condong k arah kiri dan jika > 0 akan lebih mengarah condong ke arah kanan, pada penelitian ini didapatkan angka kecondongan = -0,332; Std. Error of Skewness = 0,441; sudut ketajaman (Kurtosis) memberikan skala yang dipergunakan untuk mengukur sudut ketajaman penyebaran angka atau transformasi pemencaran poin ke arah tegak lurus (kurva lebih menjurus lancip ke arah bagian atas atau mengembang pada bagian bawah) = -0,388; Std. Error of Kurtosis = 0,858; rentang (bentangan) mengindikasikan jarak renggangan data tertinggi dipotong jumlah data terrendah = 6; poin terrendah = 22; poin tertinggi = 17; dan besaran poin (Sum) = 404.

Karakter dari angket kelompok eksperimen pretest sebelum perlakuan dengan model PjBL diperoleh data nilai poin rata-rata=14,43 (poin terrendah=11 dan poin tertinggi=17). Secara rinci dilihat grafik berikut.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 4.6. Karakteristik Hasil Belajar Siswa Kelas eksperimen Pretest

2)   Data Hasil Belajar Kelompok Kontrol

Perolehan data hasil belajar pada kelompok Kontrol dapat dijelaskan pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.16

Data Hasil Belajar Siswa Kelas Kontrol Pretes

(sebelum perlakuan)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Karakteristik hasil belajar siswa pretest atau sebelum perlakuan pada kelompok  dengan jumlah 28 siswa dapat dijelaskan pada tabel berikut.

Tabel 4.17

Karakteristik Hasil Belajar Siswa Kelas Kontrol Pretest

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Perhitungan statistik deskriptif sebelum dilakukan dengan model PjBL pada kelompok kontrol didapatkan sampel (N) mengindikasikan bahwa jumlah titik data yang valid adalah 28 dan jumlah titik data yang tidak valid adalah 0. Mean (poin) = 13,428; Median (poin) = 14,00; Modus (poin) = 14; Simpangan baku didapatkan dari perolehan akar dari jumlah deviasi dikuadratkan yang kemudian dibagi dengan banyaknya sampel=1,259. Varian menggambarkan sejauh mana besaran nilai variasi (variasi merupakan hasil dari pengkuadratan nilai standar deviasi) = 1,587; kecondongan atau Skewnes memberikan informasi adalanya perubahan penyebaran angka dalam bentuk horizontal (kurva miring ke arah kakan atau ke arah kiri) atau biasa dikenal dengan istilah ketidaksimetrisan. Distribusi suatu data dinyatakan simetris apabila angka-angkanya terdistribusi secara rata pada kisaran perolehan nilai meannya.

Apabila didapatkan data kecondongan bernilai 0 menunjukkan bentukan yang simeteris, jika nilai kecodongan< -1 akan condong k arah kiri dan jika > 0 akan lebih mengarah condong ke arah kanan, pada penelitian ini didapatkan angka kecondongan = -0,664; Std. Error of Skewness = 0,441; sudut ketajaman (Kurtosis) memberikan skala yang dipergunakan untuk mengukur sudut ketajaman penyebaran angka atau transformasi pemencaran poin ke arah tegak lurus (kurva lebih menjurus lancip ke arah bagian atas atau mengembang pada bagian bawah) = 1,206; Std. Error of Kurtosis = 0,858; rentang (bentangan) mengindikasikan jarak renggangan data tertinggi dipotong jumlah data terrendah = 6; poin terrendah = 10; poin tertinggi = 16; dan besaran poin (Sum) = 376. Karakter dari angket kelompok kontrol pretest sebelum perlakuan dengan model PjBL diperoleh data nilai poin rata-rata=13,43 (poin terrendah=10 dan poin tertinggi=16). Secara rinci dilihat grafik berikut.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 4.7. Karakteristik Hasil Belajar Siswa Kelas Kontrol Pretest

 

Tampilan data tentang hasil belajar siswa setelah mendapatkan perlakuan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

1)   Data Hasil Belajar Kelompok Eksperimen

Data hasil belajar siswa pada kelompok eksperimen dapat dilihat
pada tabel berikut ini.

 

 

 

Tabel 4.18

Data Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen

Posttest

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Karakteristik hasil belajar siswa posttest setelah perlakuan pada kelompok eksperimen yang terdiri dari 28 siswa, dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.19

Karakteristik Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen Posttest

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Perhitungan statistik deskriptif tentang hasil belajar posttest pada kelompok eksperimen didapatkan sampel (N) mengindikasikan bahwa jumlah titik data yang valid adalah 28 dan jumlah titik data yang tidak valid adalah 0. Mean (poin) = 16,392; Median (poin) = 16; Modus (poin) = 16; Simpangan baku didapatkan dari perolehan akar dari jumlah deviasi dikuadratkan yang kemudian dibagi dengan banyaknya sampel=1,594. Varian menggambarkan sejauh mana besaran nilai variasi (variasi merupakan hasil dari pengkuadratan nilai standar deviasi) = 2,544; kecondongan atau Skewnes memberikan informasi adalanya perubahan penyebaran angka dalam bentuk horizontal (kurva miring ke arah kakan atau ke arah kiri) atau biasa dikenal dengan istilah ketidaksimetrisan. Distribusi suatu data dinyatakan simetris apabila angka-angkanya terdistribusi secara rata pada kisaran perolehan nilai meannya.

Apabila didapatkan data kecondongan bernilai 0 menunjukkan bentukan yang simeteris, jika nilai kecodongan< -1 akan condong k arah kiri dan jika > 0 akan lebih mengarah condong ke arah kanan, pada penelitian ini didapatkan angka kecondongan = -0,63; Std. Error of Skewness = 0,441; sudut ketajaman (Kurtosis) memberikan skala yang dipergunakan untuk mengukur sudut ketajaman penyebaran angka atau transformasi pemencaran poin ke arah tegak lurus (kurva lebih menjurus lancip ke arah bagian atas atau mengembang pada bagian bawah) =-0,027; Std. Error of Kurtosis = 0,858; rentang (bentangan) mengindikasikan jarak renggangan data tertinggi dipotong jumlah data terrendah = 7; poin terrendah = 13; poin tertinggi = 20; dan besaran poin (Sum) = 459. Karakter hasil belajar siswa kelompok eksperimen posttest diperoleh data nilai poin rata-rata=16,39 (poin terrendah=13 dan poin tertinggi=20). Secara rinci dilihat grafik berikut.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 4.8. Karakteristik Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen Posttest

 

2)   Data Hasil Belajar Kelompok Kontrol

Data hasil belajar siswa pada kelompok Kontrol dapat dilihat
pada tabel berikut ini.

Tabel 4.20

Data Hasil Belajar Siswa Kelas Kontrol Posttest

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Karakter hasil belajar siswa posttest setelah perlakuan pada kelompok kontrol yang terdiri dari 28 siswa, dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.21

Karakteristik Hasil Belajar Siswa Kelas Kontrol Posttest

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Perhitungan statistik deskriptif tentang hasil belajar posttest pada kelompok kontrol didapatkan sampel (N) mengindikasikan bahwa jumlah titik data yang valid adalah 28 dan jumlah titik data yang tidak valid adalah 0. Mean (poin) = 14,357; Median (poin) = 14; Modus (poin) = 13; Simpangan baku didapatkan dari perolehan akar dari jumlah deviasi dikuadratkan yang kemudian dibagi dengan banyaknya sampel=1,68. Varian menggambarkan sejauh mana besaran nilai variasi (variasi merupakan hasil dari pengkuadratan nilai standar deviasi) = 2,831; kecondongan atau Skewnes memberikan informasi adalanya perubahan penyebaran angka dalam bentuk horizontal (kurva miring ke arah kakan atau ke arah kiri) atau biasa dikenal dengan istilah ketidaksimetrisan. Distribusi suatu data dinyatakan simetris apabila angka-angkanya terdistribusi secara rata pada kisaran perolehan nilai meannya.

Apabila didapatkan data kecondongan bernilai 0 menunjukkan bentukan yang simeteris, jika nilai kecodongan< -1 akan condong k arah kiri dan jika > 0 akan lebih mengarah condong ke arah kanan, pada penelitian ini didapatkan angka kecondongan = -0,211; Std. Error of Skewness = 0,441; sudut ketajaman (Kurtosis) memberikan skala yang dipergunakan untuk mengukur sudut ketajaman penyebaran angka atau transformasi pemencaran poin ke arah tegak lurus (kurva lebih menjurus lancip ke arah bagian atas atau mengembang pada bagian bawah) =-0,541; Std. Error of Kurtosis = 0,858; rentang (bentangan) mengindikasikan jarak renggangan data tertinggi dipotong jumlah data terrendah = 6; poin terrendah = 11; poin tertinggi = 17; dan besaran poin (Sum) = 40. Karakter hasil belajar siswa kelompok kontrol posttest diperoleh data nilai poin rata-rata=14,357 (poin terrendah=11 dan poin tertinggi=27). Secara rinci dilihat grafik berikut.

.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 4.9. Karakteristik Hasil Belajar Siswa Kelas Kontrol Posttest

Tes pendahuluan diberikan sebelum model PjBL diimplementasikan dengan siswa. Pre-test ini diberikan kepada dua kelas yaitu eksperimen dan kontrol. Tujuan pretest adalah untuk mengetahui tingkat kemampuan berpikir kritis siswa dan hasil belajar awal mereka. Secara jelas dan ringkas, hasil pretest dapat dirangkum sebagai hasil belajar dan penampilan angket siswa pada kelompok kontrol dan kontrol, seperti yang ditunjukkan pada tabel di bagian bawah.

Tabel 4.22

Hasil Pretest Hasil Belajar dan Angket  Siswa pada Kontrol dan Eksperimen

 

Sumber Statistik

X1

X2

A(Angket Kemampuan Kritis)

N

28

N

28

∑X

1551

∑X

1504

Mean

55,39

Mean

53,71

St.Dev

3,583

St.Dev

4,293

Var

12,840

Var

18,434

∑X2

86261

∑X2

81284

Y (Hasil Belajar Siswa)

N

28

N

28

∑X

404

∑X

376

Mean

14,428

Mean

13,428

St.Dev

1,665

St.Dev

1,259

Var

2,772

Var

1,587

∑X2

5904

∑X2

5092

 

Penjelasan:
X1   :    siswa kelas Eksperimen

X2   :    siswa kelas Kontrol

A    :    Angket kemampuan siswa berpikir kritis

Y    :    Besaran nilai hasil belajar

 

Setelah hasil pretest masuk, peneliti akan melakukan intervensi atas nama kelompok eksperimen dengan mengajar mereka menggunakan paradigma pembelajaran berbasis proyek, sambil menghindari intervensi apapun atas nama kelompok kontrol. Setelah latihan selesai, guru memberikan penilaian pasca pelajaran ke kelas mereka. Temuan penelitian kemudian dapat dijelaskan secara lebih rinci menggunakan tabel yang disediakan di bawah ini.

Tabel 4.23

Hasil Posttest Hasil Belajar dan Angket  Siswa pada Kontrol dan Eksperimen

 

Sumber Statistik

X1

X2

A(Angket Kemampuan Kritis)

N

28

N

28

∑X

1627

∑X

1601

Mean

58,107

Mean

57,17

St.Dev

3,871

St.Dev

3,209

Var

14,98

Var

10,30

∑X2

94945

∑X2

91821

Y(Hasil Belajar Siswa)

N

28

N

28

∑X

459

∑X

402

Mean

16,392

Mean

14,357

St.Dev

1,594

St.Dev

1,682

Var

2,544

Var

2,81

∑X2

7593

∑X2

5848

 

Keterangan:
X1   :    siswa kelas Eksperimen

X2   :    siswa kelas Kontrol

Y    :    Angket kemampuan siswa berpikir kritis

A    :    Besaran nilai hasil belajar siswa

 

B.  Hasil Penelitian

1.    Prasyarat Analisis untuk pengujian Hipotesis

a.    Pengujian Normalitas

Salah satu metode analisis dalam mengukur normalitas adalah metode Liliefors, yang meliputi analisis hasil uji prasyaratan sebelum melakukan uji hipotesis. Teori sampling mendukung hipotesis nol bahwa sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan hipotesis nol alternatif bahwa sampel berasal dari populasi yang terdistribusi tidak normal.  Apabila didapatkan besaran nilai Lhitung <Ltabel dapat disimpulkan bahwa sebaran data mempunyai distribusi normal dan sebaliknya apabila nilai Lhitung > Ltabel dapat disimpulkan bahwa sebaran data tidak berdistribusi normal. Perolehan data mengenal  pengujian normalitas pada tiap-tiap kelompok dijelaskan di bawah ini.

1)   Angket Kemampuan Kritis Siswa pada Kelas Eksperimen

Bersumber pada hasil pengujian normalitas untuk sampel angket kemampuan siswa dalam berpikir kritis di kelas eksperimen (A1X1) didapatkan data bahwa nilai Lhitung = 0,219 dan nilai Ltabel = 0,1641. Dari angka-angka di atas maka disimpulkan bahwa nilai Lhitung < Ltabel yakni 0,219<0,1641, sehingga dapat ditarik  kesimpulan bahwa H0 diterima, dan dapat dijelaskan bahwa sampel pada angket siswa pada kelas eksperimen berpangkal dari populasi dengan distribusi normal.

2)   Angket Kemampuan Kritis Siswa pada Kelas Kontrol

Bersumber pada hasil pengujian normalitas untuk sampel angket kemampuan siswa dalam berpikir kritis di kelas kontrol (A2X2) didapatkan data bahwa nilai Lhitung = 0,193 dan nilai Ltabel = 0,1641. Dari angka-angka di atas maka disimpulkan bahwa nilai Lhitung < Ltabel yakni 0,193<0,1641, sehingga dapat ditarik  kesimpulan bahwa H0 diterima, dan dapat dijelaskan bahwa sampel pada angket siswa pada kelas kontrol berpangkal dari populasi dengan distribusi normal

3)   Hasil Belajar Siswa pada Kelas Eksperimen

Bersumber pada hasil pengujian normalitas untuk sampel hasil belajar di kelas eksperimen (Y1X1) didapatkan data bahwa nilai Lhitung = 0,200 dan nilai Ltabel = 0,1641. Dari angka-angka di atas maka disimpulkan bahwa nilai Lhitung < Ltabel yakni 0, 200<0,1641, sehingga dapat ditarik  kesimpulan bahwa H0 diterima, dan dapat dijelaskan bahwa sampel hasil belajar siswa pada kelas eksperimen berpangkal dari populasi dengan distribusi normal

4)   Hasil Belajar Siswa pada Kelas Kontrol

Bersumber pada hasil pengujian normalitas untuk sampel hasil belajar di kelas kontrol (Y2X2) didapatkan data bahwa nilai Lhitung = 0,200 dan nilai Ltabel = 0,1641. Dari angka-angka di atas maka disimpulkan bahwa nilai Lhitung < Ltabel yakni 0, 200<0,1641, sehingga dapat ditarik  kesimpulan bahwa H0 diterima, dan dapat dijelaskan bahwa sampel hasil belajar siswa pada kelas kontrol berpangkal dari populasi dengan distribusi normal

Dari hasil pengujian normalitas tersebut di atas terhadap kumpulan data yang bersangkutan, dapat ditarik kesimpulan bahwa semua sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal didasarkan pada hasil perbandingan nilai pada Lhitung < Ltabel. Kesimpulan hasil pengujian normalitas dari masing-masing kelompok dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.24

Rangkuman Hasil Uji Normalitas dengan Teknik Liliefors

 

 

 

 

 

 

 

Penjelasan :

A1X1    :  Angket berpikir kritis di kelas eksperimen

A2X2    :  Angket berpikir kritiis di kelas kontrol

Y1X1    :  ­Besaran nilai hasil belajar kelas eksperimen

Y2X2    : ­Besaran nilai hasil belajar kelas kontrol.

 

b.    Pengujian Homogenitas

pengujian  terhadap homogenitas bertujuan untuk mendapatkan informasi terhadap tingkat sebaran data variabel masuk dalam kriteria homogen atau tidak homogen. Pengujian dilakukan dengan menggunakan uji kesamaan varians. Penjelasan mengenai hasil pengujian sebaran homogenitas variabel data bisa dijelaskan tabel dibawah ini.

 

 

 

 

 

Tabel 4.25

Rangkuman Uji Homogenitas

 

 

 

 

 

 

 

 

Hasil distribusi yang ditunjukkan di atas untuk p-nilai lebih besar dari mengindikasikan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah perlakuan sampel siswa kemampuan berpikir kritis dan poin tes. Lampiran dapat digunakan sebagai tongkat pengukur yang lebih jelas.

2.    Pengujian Hipotesis

Untuk menganalisis hipotesis penelitian memakai uji analisis varian (ANOVA) dua arah untuk menganalisis hipotesis satu sampai tiga, dan uji ANOVA satu arah untuk menganalisis hipotesis empat sampai lima.

kriteria pengpengujianan hipotesis :

a.    Apabila taraf signifikan > 0,05 atau Fhitung < Ftabel dapat dijelaskan bahwa Ho diterima dan Ha ditolak (tidak ada perbedaan).

b.    Apabila taraf signifikan < 0,05 atau Fhitung > Ftabel dapat dijelaskan bahwa Ha diterima dan Ho ditolak (ada perbedaan)

Hasil output hasil two way anova dari hasil pengujian dengan program SPSS 23 adalah.

 

 

Tabel 4.26

Data Descriptive Statistic

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tabel 4.27

 

 

Data Perbedaan Rata-Rata Setiap Varibel

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tafsiran dari out put pada tabel 4.26 pengujian two way anova diatas.

a.    Corrected Model

Impak keseluruhan terhadap variabel terikat (strategi pembelajaran  dan berpikir kritis atau “strategi*berpikir kritis”)  dengan bersama-sama atas variabel bebas (hasil belajar). Jika didapatkan data nilai Signifikansi (Sig) < 0,05 (Alfa) = maka dinyatakan signifikan. Dari tabel di atas nilai Sig dari Corrected Model = 0,000, maka 0,000 < 0,05 sehingga dapat disimpulan bahwa model=valid

b.    Intercept
Perubahan nilai variabel terikat dapat terjadi tanpa memperhatikan ada tidaknya pengaruh dari variabel bebas. Apabila diperoleh data tentang nilai Signifikansi (Sig) < 0,05 (Alfa) maka dinyatakan signifikan. Dari tabel di atas nilai Sig dari Intercept = 0,000, maka 0,000 < 0,05. Hal mengindikasikan bahwa intercept=signifikan.

c.    Strategi

Dampak penggunaan strategi pada hasil belajar pada model. Apabila diperoleh data tentang nilai signifikansi (Sig) < 0,05 (Alfa) = Signifikan. Dari tabel di atas nilai dari strategi = 0,000, maka 0,000 < 0,05. Hal mengindikasikan bahwa strategi mempunyai pengaruh yang signifikan. Kenyataan ini memberikan bukti tentang adanya perbedaan mean hasil belajar yang cukup substansial pada kelompok eksperimen menggunakan tindakan  dan kelompok kontrol tanpa menggunakan tindakan.

d.   Berpikir

Dampak berpikir pada hasil belajar dalam model. Apabila diperoleh data tentang nilai Signifikansi (Sig.) < 0,05 (Alfa) = Signifikan. Dari tabel di atas nilai Sig dari berpikir=0,000, maka 0,000 > 0,05. Kenyataan ini memberikan bukti bahwa berpikir mempunyai pengaruh signifikan. Kenyataan ini memberikan bukti tentang adanya perbedaan terhadap mean hasil belajar siswa dengan berpikir kritis pada kelas eksperimen maupun pada kelas kontrol.

e.    Strategi*Berpikir

Dampak strategi*berpikir  pada nilai pengujian dalam model.
Apabila diperoleh data tentang nilai Signifikansi (Sig.) < 0,05 (Alfa) = Signifikan. Dari tabel di atas dijelaskan bahwa nilai Sig dari Strategi*Berpikir = 0,705, maka 0,705 > 0,05 berarti Strategi*Berpikir  tidak  mempunyai pengaruh yang signifikan. Keadaan ini membuktikan rata-rata  hasil belajar  Strategi*Berpikir  tidak dapat mempengaruhi satu dengan lainya atau  dapat disimpulkan bahwa tidak mempunyai korelasi antara variabel strategi dan berpikir.

f.     Error:

Apabilai perolehan poin  Error pada model mengindikasikan angka yang semakin mengecil maka dapat dikatakan bahwa model sudah makin baik.

g.    R Squared

Nilai ketetapan berganda pada semua variabel terikat dan variabel bebas.  Berdasarkan data yang tersaji pada tabel di atas didapatkan kesimpulan bahwa nilai R Squared = 0,869. Angka tersebut menjelaskan telah mendekati 1 dan membuktikan adanya  korelasi yang kuat

Hipotesis  pertama, mengindikasikan bahwa hasil analisis varians dua arah pada variabel strategi pembelajaran mengindikasikan besar pengaruh yang signifikan (sig = 0,000, jadi 0,000 0,05 mengindikasikan bahwa strategi pembelajaran berpengaruh), mendukung hipotesis nol bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan rata-rata poin tes antara kelompok eksperimen yang menggunakan strategi pembelajaran berbasis proyek dan kelompok kontrol.

Hipotesis kedua, mengindikasikan bahwa Kemampuan berpikir kritis diukur menggunakan anava dua arah dengan taraf signifikansi 0,000, dimana taraf signifikansi 0,000>0,005 mengindikasikan adanya pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat. Hal ini memungkinkan kita untuk menarik kesimpulan bahwa siswa dalam kelompok eksperimen berbeda dari kelompok kontrol dalam hal kemampuan berpikir kritis mereka. Agar hipotesis yang diajukan yaitu ada perbedaan berpikir kritis siswa pada saat menggunakan strategi pembelajaran berbasis proyek dibandingkan dengan metode pembelajaran konvensional dapat diterima, maka harus ditunjukkan adanya perbedaan tersebut.

Hipotesis ketiga, hasil dari Corrected Model dalam tabel ANOVA Dua Arah dengan tingkat signifikansi 0 tidak signifikan secara statistik. Dalam hal ini tingkat signifikansi 0,05 tercapai jika nilai sig lebih besar dari 0,05. Ini mengindikasikan bahwa metode pengajaran dan pemikiran kritis siswa berinteraksi dengan cara yang saling menguntungkan yang mempengaruhi kinerja akademik mereka. Dengan demikian, hipotesis yang diajukan dapat diterima.

Tabel di bawah ini merupakan pengujian lanjutan dari analisis di atas karena pengujian analitis di atas terdapat interaksi yaitu dengan menggunakan pengujian post hock.

Tabel 4.28

Tabel Hasil Uji Post Hock

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Perolehan  tabel di atas untuk hasil mean deferent (I-J) tidak terdapat
tanda (*) di sebelah kanan angka, hal ini berarti tidak ada perbedaan
signifikan
, terdapat pada kelompok X1A1 dan X1A2, kelompok X1A2 dan X1A1, kelompok X2A1 dan X2A2 serta kelompok X2A2 dan X2A1.

Hipotesis  keempat : terdapat perbedaan  hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis  tinggi pada siswa yang menggunakan pembelajaran Project Based Learning dan konvensional. Untuk mengpengujian analisis tersebut dengan menggunakan analisis anova satu jalur sebagai berikut.

Tabel 4.29

Tabel Anova Satu Jalur

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Dari perolehan tabel di atas menunjukan hasil bahwa nilai sig sebesar 0,00, dimana nilai tersebut > 0,05 sehingga ini membuktikan bahwa hasil tersebut signifikan. Siswa yang mempunyai kemampuan berpikir kritis tinggi terdapat perbedaan baik siswa itu berada pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Sehingga pengajuan hipotesis terdapat perbedaan  hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis  tinggi pada siswa yang menggunakan pembelajaran Project Based Learning dan konvensional adalah diterima pengujian hipotesis kelima ; terdapat perbedaan  kemampuan berpikir rendah pada siswa yang menggunakan pembelajaran Project Based Learning dan pembelajaran konvensional. Untuk hasil pengpengujianan dengan pengujian anova sebagai berikut .

Tabel 4.30

Tabel Anova Satu Jalur

 

 

 

 

 

Dari tabel di atas dengan  nilai sig sebesar 0,01 ini menunjukan bahwa hasil pengpengujianan tersebut signifikan, bahwa memang terdapat perbedaan hasil belajar dari siswa yang mempunyai berpikir rendah pada kelompok eksperimen dengan konvensional. Sehingga untuk pengajuan hipotesis dapat diterima bahwa terdapat perbedaan  kemampuan berpikir rendah pada siswa yang menggunakan pembelajaran Project Based Learning dan pembelajaran konvensional.

C.  Pembahasan

Setelah peserta tes pertama kali diberi ujian praktik (disebut Prettest), peneliti melanjutkan ke asuhan yang diberikan kepada kelompok yang telah ditentukan. Di ruang kelas Sumampir VA SDN di mana pendekatan PjBL untuk pendidikan digunakan, siswa mengerjakan proyek dunia nyata di bawah bimbingan guru mereka. Pertemuan akademis pertama kali biasanya melibatkan pertukaran informasi latar belakang teoritis dan saran praktis tentang bagaimana mencapai hasil yang optimal. Pada awal setiap proyek penelitian, siswa diberikan .................kaian masalah kontekstual untuk dipecahkan dalam kelompok kecil di bawah pengawasan instruktur mereka.

Langkah selanjutnya, yang semuanya dapat diselesaikan dalam waktu kurang dari 25 menit, adalah sebagai berikut: memberikan detail tentang tujuan kursus; dosen membahas fenomena dunia nyata sebagai sumber masalah; menginspirasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah tersebut; dan terakhir, menulis laporan yang meringkas temuan. Resolusi proyek yang didiskusikan secara kolaboratif, berbagi informasi, dan membuat prediksi untuk memilih tindakan.

Langkah selanjutnya adalah menyusun dan membuat proyek yang telah ditentukan sebelumnya sehingga hasilnya dapat disajikan sebagai solusi dan di mana kelompok lain dapat menantang dan memperbaiki apa yang disajikan. Siswa antusias menyumbangkan ide-ide yang akan menyempurnakan produk akhir proyek kelompoknya masing-masing. Di akhir kegiatan, instruktur akan meminta siswa untuk menyusun catatan mereka dan memberikan pemikiran akhir mereka tentang konsep yang telah mereka pelajari. Pakar memberikan penilaian awal dengan menetapkan beberapa masalah yang dapat diselesaikan secara mandiri dengan menggunakan waktu pembelajaran yang tersedia. Dua akademisi bertemu dan mendiskusikan topik seperti simetri dan pemecahan simetri yang optimal. Secara umum kegiatan pendidikan berjalan dengan baik sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.

Pada pertemuan proyek kedua yang berlangsung selama kegiatan diskusi, masih ada kelompok siswa yang tidak memperhatikan di kelas; siswa ini tampaknya bergosip dengan rekan-rekan mereka daripada belajar. Peneliti melakukan pendekatan langsung kepada siswa yang bersangkutan dalam upaya agar teman-temannya lebih menghargai hasil diskusi. Pertemuan ketiga berkumpul untuk membahas topik terkait kompetensi inti yang telah ditetapkan. Bahkan jika beberapa anggota kelompok masih tidak antusias dalam memberikan argumen, siswa pada pertemuan ketiga sudah terbiasa dengan proyek awal yang akan diselidiki solusinya.

Pada pertemuan keempat, berkumpul dan saling memberikan ujian akhir (Posttet) mengumpulkan informasi tentang kemampuan berpikir kritis siswa. Analisis data peneliti menghasilkan nilai rata-rata 58,107 untuk kemampuan berpikir kritis dan 1,594 untuk keberhasilan belajar dengan menggunakan model pembelajaran eksperimen (pendekatan pedagogis Pembelajaran Berbasis Proyek). Di ruang kelas VA di mana pendekatan pembelajaran berbasis masalah digunakan, siswa diberikan skenario dunia nyata untuk dipecahkan sebagai bagian dari pendidikan mereka. Proses pembelajaran di kelas eksperimen yang diperoleh melalui penerapan model pembelajaran berbasis masalah, berlanjut selama empat pertemuan. Pertemuan akademik pertama menampilkan presentasi tentang kompetensi inti yang telah ditentukan. Siswa antusias menanggapi salam pembuka dari pengajar dan menyimak dengan seksama tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan berdasarkan keterampilan yang harus dikuasainya.

Memasuki fase inti kegiatan di mana akademisi menyajikan masalah kepada siswa untuk dipecahkan sehingga mereka dapat lebih memahami materi, akademisi sekarang mengajukan pertanyaan baru tentang arti kairos dan desain rekursi yang optimal. Sarjana membantu siswa ke arah yang benar sehingga mereka dapat memahami masalah yang telah ditugaskan kepada mereka. Dalam kegiatan ini, akademisi memantau upaya siswa untuk memahami masalah yang dihadapi, dan mereka menawarkan saran dalam merumuskan rencana untuk mengatasi masalah yang diidentifikasi oleh siswa. Siswa diberi kesempatan untuk terlibat dalam diskusi kelompok sambil mengumpulkan data untuk proyek penelitian, yang akan membantu mereka lebih memahami topik yang ada dan mengartikulasikan pemahaman mereka tentang materi pelajaran. Diskusi berjalan dengan baik; beberapa kelompok diskusi saling berinteraksi dan berbagi wawasan dan ide. Selanjutnya, para akademisi akan mencoba memeriksa kembali hasil diskusi kelompok mahasiswa untuk menentukan apakah masalah sudah selesai atau belum. Kegiatan penelitian berujung pada pembuatan kesimpulan tentang materi pelajaran dan pemberian evaluasi berupa ilustrasi contoh soal dan latihan. Di akhir proses penelitian, peneliti memberikan tugas dan memberikan pengarahan terhadap materi pelajaran yang akan dibahas pada pertemuan kedua yaitu menentukan dan menganalisis perkolasi dan laju aliran optimum. Pertemuan akademik kedua mencakup landasan terkait dengan dasar pengetahuan yang telah ditetapkan. Secara umum kegiatan pendidikan berjalan dengan baik sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Silaturahmi tiga sivitas akademika dengan tujuan mempresentasikan materi kompetensi dasar yang telah ditentukan

Siswa sudah mulai memahami proses pembelajaran pada pertemuan ketiga; mereka sudah mulai memahami perannya dalam pembelajaran yang sedang berlangsung; mereka mulai merasa nyaman mengajukan pertanyaan langsung kepada instruktur tentang pelajaran yang mereka pelajari dan materi yang mereka gunakan; dan mereka mulai fokus secara nyata meskipun ada beberapa gangguan.

Pada pertemuan keempat, berkumpul dan mengadakan ujian akhir (Posttet) untuk mengumpulkan informasi tentang keterampilan berpikir kritis dan kemajuan akademik siswa. Proses pembelajaran pada kelas kontrol yang diperoleh melalui penerapan model direct instruction berlangsung selama empat kali pertemuan. Pertemuan akademik pertama menampilkan presentasi tentang kompetensi inti yang telah ditentukan. Kegiatan instruksional yang dirancang peneliti terutama terdiri dari ceramah, mendemonstrasikan contoh-contoh bagaimana memecahkan masalah, dan menilai kemajuan siswa berdasarkan solusi mereka terhadap contoh-contoh itu; namun, hanya sebagian kecil siswa yang benar-benar berpartisipasi dalam kegiatan ini secara maksimal, sementara siswa lainnya bermalas-malasan di kelas. Siswa tidak mengajukan pertanyaan tentang topik yang tidak mereka pahami karena mereka sudah tahu jawabannya atau karena mereka takut dengan apa yang akan dikatakan profesor mereka jika mereka melakukannya. Namun, ketika profesor mengajukan pertanyaan luas kepada siswa tentang pengetahuan mereka, siswa biasanya hanya menjawab bahwa mereka tahu jawabannya.

Pertemuan akademik kedua mencakup landasan terkait dengan dasar pengetahuan yang telah ditetapkan. Sebelumnya, para akademisi telah membahas masalah yang muncul pada pertemuan pertama, memastikan semua kegiatan pengajaran akademik dilakukan secara maksimal; namun, beberapa siswa masih terlibat dalam perilaku kelas yang tidak pantas, yang menyebabkan beberapa dari mereka bergumul dengan proses pembelajaran. Kegiatan akademik terakhir berusaha untuk menginspirasi semua siswa dengan menekankan pentingnya memahami sepenuhnya konsep yang diajarkan. Tiga akademisi berkumpul untuk membahas topik terkait kompetensi inti yang telah ditetapkan. Pada pertemuan ini sivitas akademika melaksanakan semua kegiatan pembelajaran yang direncanakan sesuai dengan model pembelajaran yang telah disusun sebelumnya, mengikuti prosedur yang telah direncanakan. Masalah terus berlanjut, seperti yang terjadi pada pertemuan pertama dan kedua: akademisi berusaha memotivasi siswa sebelum proses pembelajaran dimulai, namun siswa masih menolak mengikuti proses pembelajaran secara maksimal. Peserta pembelajaran merasa pembelajaran berjalan monoton, karena siswa hanya menerima materi tanpa mencari tahu apa yang sedang dipelajari, serta penelitimendominasi pembelajaran dimana siswa hanya sebagai pendengar tanpa berkumpul lima orang akademisi dan mengadakan tes akhir (posttet) untuk mengumpulkan informasi tentang berpikir kritis siswa keterampilan. Mengumpulkan informasi untuk tujuan pengujian hipotesis, dengan uji lanjut untuk normalitas dan homogenitas pada set data post-test yang dihasilkan.

1      Terdapat perbedaan hasil belajar siswa SD kelas V yang menggunakan strategi pembelajaran PjBL dengan  pembelajaran konvensional.

Jika hasil analisis dua arah pada variabel strategi pembelajaran memberikan tingkat signifikansi 0,000, maka strategi tersebut berpengaruh signifikan secara statistik terhadap prestasi belajar siswa ketika dikoreksi dengan perbandingan berganda pada tingkat 0,05. Dari sini dapat disimpulkan bahwa: Terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa kelas 3–5 yang menggunakan PjBL dan siswa yang menggunakan metode pengajaran tradisional.

Rata-rata hasil belajar siswa berbeda-beda tergantung dari pendekatan pedagogis yang digunakan. Setiap pengalaman belajar memiliki kelebihan dan kekurangan dalam hal keterampilan yang akan dikembangkan dan digunakan. Siswa diberi kesempatan untuk meningkatkan keterampilan pemecahan masalah mereka melalui penggunaan berbagai pendekatan yang disesuaikan dengan tantangan khusus yang mereka hadapi dalam PjBL. Selain itu, hasil belajar siswa dapat ditingkatkan dengan memanfaatkan kegiatan pembelajaran berbasis proyek.

Siswa akan mendapatkan kesempatan untuk meningkatkan prestasi akademik mereka berkat proyek yang mereka kerjakan sebagai bagian dari pekerjaan rumah mereka. Dalam konteks ini, "pekerjaan proyek" mengacu pada aktivitas apa pun yang membantu penyelesaian masalah, termasuk brainstorming solusi potensial, mengidentifikasi yang sudah ada, membuat keputusan, melakukan penelitian, dan memberi siswa kesempatan untuk memecahkan masalah mereka sendiri. Siswa didorong untuk mengasah keterampilan konseptualisasi mereka melalui pembelajaran berbasis proyek, yang pada gilirannya membantu mereka menjadi lebih mahir dalam menerapkan pemikiran kritis pada tugas pemecahan masalah yang ditugaskan kepada mereka. Selain membantu siswa menjadi lebih mandiri dan mengembangkan keterampilan pemecahan masalah mereka, pekerjaan proyek memberi mereka kesempatan untuk mengekspresikan ide, perspektif, dan strategi mereka sendiri untuk menyelesaikan proyek yang ditugaskan di lingkungan yang aman dan tidak mengancam.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, disimpulkan bahwa siswa SD kelas V yang diajar menggunakan strategi Pembelajaran Berbasis Proyek memiliki nilai ujian yang lebih tinggi dan prestasi akademik keseluruhan yang lebih baik daripada siswa yang diajar menggunakan metode tradisional. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Prabowo (2020) mengindikasikan bahwa hasil pembelajaran yang dicapai melalui penggunaan media PjBL lebih unggul dibandingkan dengan yang dicapai hanya melalui penggunaan metode pengajaran tradisional.

2      Terdapat perbedaan siswa berpikir kritis yang menggunakan strategi pembelajaran procet based learning dengan pembelajaran konvensional.

Hasil uji two-way analysis of variance (ANOVA) dengan taraf signifikansi 0,000 untuk variabel berpikir kritis mengindikasikan bahwa variabel ini berpengaruh signifikan secara statistik. Dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa yang diajar menggunakan strategi PjBL dan siswa yang diajar menggunakan metode yang lebih tradisional. Model pedagogik PjBL dimaksudkan untuk mengajarkan siswa cara berpikir kritis, cara memecahkan masalah secara kritis, cara belajar sendiri, dan cara bekerja efektif dalam kelompok. Secara umum, sikap siswa terhadap proses pembelajaran berkorelasi dengan tingkat aktivitas guru di kelas. Mentalitas siswa tentang instruksi matematika tercermin dalam pendekatan mereka terhadapnya. Sikap siswa terhadap pendidikan matematika meliputi prasangka mereka tentang mata pelajaran, motivasi mereka untuk belajar, dan pemahaman mereka tentang aplikasi praktis mata pelajaran. Hal inilah yang membuat sangat penting bagi guru untuk dapat melibatkan siswanya dalam proses pembelajaran sehingga masalah dapat ditangani secara efektif dan agar semua siswa dalam kelompok dapat bekerja sama untuk memahami materi sepenuhnya.

Penelitian mengindikasikan bahwa siswa yang kelasnya menggunakan strategi pengajaran PjBL memiliki tingkat kemampuan berpikir kritis yang berbeda dibandingkan siswa yang kelasnya menggunakan metode pengajaran yang lebih tradisional. Penelitian oleh Winarti (2022) menguatkan temuan ini, mengindikasikan peningkatan keterlibatan guru dan siswa selama penelitian berlangsung. Hal ini sejalan dengan peningkatan nilai kemampuan berpikir kritis secara umum setelah pembelajaran PjBL dilaksanakan.

3      Terdapat pengaruh interaksi yang menggunakan strategi pembelajaran  PjBL dan kemampuan berpikir kritis terhadap hasil belajar matematika siswa kelas V.

Perolehan yang Diperbaiki dengan mengasumsikan nilai sig 0 dalam tabel anova dua arah. Dalam hal ini tingkat signifikansi 0,05 tercapai jika nilai sig lebih besar dari 0,05. Hasil pertemuan tersebut mengungkapkan bahwa baik kemampuan berpikir kritis siswa maupun strategi pembelajaran PjBL berpengaruh terhadap prestasi akademik siswa.

Keterampilan berpikir kritis siswa dan hasilbelajar secara signifikan dipengaruhi oleh paradigma instruksional, seperti yang terlihat oleh korelasi yang signifikan secara statistik antara nilai pre-test dan post-test. Keberhasilan dalam pendidikan dicapai ketika siswa mampu menginternalisasi dan menerapkan sepenuhnya apa yang telah mereka pelajari. Interaksi positif antara siswa dan guru menjadikan pembelajaran lebih interaktif dan bermakna. Masalah ini tidak lepas dari proses pendidikan itu sendiri. Bagian dari proses pembelajaran yang telah mengalami persiapan untuk memastikan menghasilkan hasil yang bermanfaat sejalan dengan rencana pembelajaran yang dikembangkan untuk memastikan tercapainya semua tujuan pembelajaran.

Hasil penelitian mengindikasikan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa dan keefektifan strategi pembelajaran PjBL berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar matematika siswa kelas V. Temuan ini sejalan dengan temuan Rani (2021) yang menemukan bahwa paradigma pedagogis PjBL berpengaruh positif terhadap hasil belajar matematika dan kemampuan berpikir kritis siswa.

4      Terdapat  perbedaan kemampuan berpikir kritis  tinggi pada siswa yang menggunakan pembelajaran Project Based Learning dan pembelajaran konvensional.

Hasil dari ANAVA digunakan untuk menghitung tingkat signifikansi >= 0,05, menghasilkan nilai >= 0 dalam kasus ini. Demikian pula, adalah mungkin untuk menerima hipotesis hipotesis. Siswa mendapat manfaat dari proses pengajaran berbasis penelitian, di mana mereka lebih terlibat di kelas saat model pembelajaran PjBL diterapkan dibandingkan saat tidak diterapkan. Siswa yang terlibat dalam studi mereka lebih mampu menyimpan informasi baru dan menerapkan keterampilan yang diperoleh sebelumnya untuk memecahkan masalah, sebagaimana dibuktikan dengan tingkat antusiasme mereka yang tinggi di seluruh kelas.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa siswa yang pendidikannya dibimbing dengan strategi pembelajaran PjBL memiliki kemampuan berpikir kritis yang lebih tinggi dan hasil belajar yang lebih baik. Dari sini, kita dapat menyimpulkan bahwa siswa yang pendidikannya didasarkan pada PjBL melihat perolehan yang lebih besar dalam hasil belajar dan keterampilan berpikir kritis.

5      Terdapat  perbedaan  kemampuan berpikir rendah pada siswa yang menggunakan pembelajaran PjBL dan pembelajaran konvensional .

Berdasarkan hasil uji ANAVA diperoleh nilai sig=0,01 >0,05 sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya, sehingga hipotesis dapat diterima. Penelitian yang dilakukan memungkinkan untuk mengambil kesimpulan bahwa secara keseluruhan, kemampuan kognitif siswa yang tugasnya dinilai menggunakan metode konvensional dan mereka yang nilainya dinilai menggunakan metode perjanjian berbeda. Hal ini mengindikasikan bahwa terdapat kesenjangan yang kecil namun signifikan antara siswa yang dididik dengan menggunakan metode tradisional dan mereka yang terpapar PjBL.

D.  Keterbatasan Penelitian

Peneliti mengambil kesepakatan bahwa penelitian saat ini belum selesai; dalam penelitian ini, penulis menghadapi sejumlah keterbatasan yang dapat mempengaruhi keadaan di mana peneliti melakukan pekerjaan mereka.

1.    Tempat Penelitian

Populasi penelitian yang sudah dilakukan tidak terbatas pada satu lokasi penelitian saja, melainkan instrumen sampel untuk pengujian harus dikumpulkan dari sekolah di luar kelas penelitian sampel. Kebutuhan peneliti untuk mengumpulkan sampel dan instrumen uji di lokasi lain menambah waktu dan tenaga yang tidak perlu dalam proses penelitian.

2.    Pengetahuan Peneliti

Eksplorasi teoretis tidak cukup untuk meningkatkan penelitian dan hasilnya. Para akademisi menyadari masalah ini karena keterbatasan waktu dan faktor lain yang menguras tenaga mental. Menjelajahi kerangka teori sangat penting untuk memperluas basis pengetahuan kita, katakanlah akademisi, khususnya untuk memahami strategi pembelajaran yang sekarang digunakan.

 

 


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.  Kesimpulan

Setelah menyelesaikan semua tahapan kegiatan penelitian yang diawali dari kegiatan pada taraf persiapan, taraf implementasi sampai dengan taraf  pengkajian terhadap data yang berkaitan dengan pengujian hipotesis hingga selesai dan  berhasil,  peneliti bisa menyimpulkan bahwa.

1.    Ditemukan adanya perbedaan hasil belajar siswa SD kelas V yang memakai model PjBL dengan pembelajaran konvensional.

2.    Ditemukan adanya perbedaan siswa berpikir kritis yang memakai model PjBL PjBL dengan pembelajaran konvensional.

3.    Ditemukan adanya pengaruh interaksi yang memakai model PjBL dan kemampuan berpikir kritis terhadap hasil belajar matematika siswa kelas V.

4.    Ditemukan adanya perbedaan kemampuan berpikir kritis tinggi pada siswa yang memakai model PjBL dan konvensional.

5.    Ditemukan adanya perbedaan kemampuan berpikir rendah  pada siswa yang memakai model  PjBL dan konvensional.

B.  Implikasi Penelitian

Dari penjelasan mengenai hasil kegiatan penelitian yang sudah dilaksanakan, sehingga bisa dimunculkan implikasi dari hasil penelitian ini, yaitu.

1.    Guru sebaiknya dapat memakai pendekatan pembelajaran memakai model  PjBL pada mata pelajaran matematika karena telah berhasil meningkatkan hasil belajar siswa  dan telah dibuktikan dari hasil penelitian ini.

2.    Pendekatan pembelajaran memakai model  PjBL juga dapat digunakan oleh pendidik pada mata pelajaran yang lain agar tujuan pembelajaran tercapai dengan baik sesuai dengan hasil penelitian ini yang terbukti meningkatkan hasil belajar siswa

C.  Saran

Bersumber pada narasi kesimpulan dan implikasi hasil penelitian sebagaimana dijelaskan sebelumnya, dan sebagai upaya menindaklanjuti hasil yang positif dari pelaksanaan kegiatan penelitian ini, ijinkan peneliti memberikan beberapa saran diantaranya.

1.    Untuk membuat pendidikan lebih efisien dan efektif, sebaiknya gunakan dan kembangkan strategi pengajaran seperti PJBL, yang menggabungkan metode pengajaran modern dan tradisional untuk membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran mereka.
2.    Guru harus dapat berpikir kreatif dalam merancang sumber daya pendidikan, sehingga siswa lebih mudah dalam memahami materi pelajaran dan guru dapat mencapai tujuannya.

 

 

 


DAFTAR PUSTAKA

 

 

Ahira .(2009). Jurnal Prestasi Belajar. http://www.anneahira.com/jurnal-prestasi- · belajar.htm

 

Amir,(2014).Kemampuan Penalaran dan Komunikasi dalam Pembelajaran
Matematika.
Logaritma,Vol. II, No.01

 

Amri, S. dan Ahmadi K. I(2010). Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif. Dalam Kelas. Jakarta : Prestasi Pustaka Raya.

 

Anderson, J.R. (2008). Problem Solving and Learning. Washington D.C : Journal  American Psychologist. Vol. 48. No. I. 35-4-1

 

Anderson, L.W dan Krathwohl, D.R. (2010). Kerangka Landasan untuk
Pembelajaran, Pengajaran dan Asesmen (Revisi Taksonomi
Pendidikan Bloom).
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

 

Arikunto, S. (2017). Pengembangan Instrumen Penelitian dan Penilaian Program. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

 

Astini, (2020). Strategi Pembelajaran Matematika Berdasarkan Karakteristik Siswa Sekolah Dasar, Jurnal Edukasi Matematika dan Sains. P-ISSN 2302-2124. Volume IX Nomor 1 Maret Tahun 2020

 

Astini, N. (2020) ‘Pemanfaatan Teknologi Informasi dalam Pembelajaran Tingkat Sekolah Dasar pada Masa Pandemi Covid-19’, Jurnal Lembaga Penjaminan Mutu STKIP Agama Hindu Amlapura, 11(2), pp. 13–25

 

Bell (2010). Project-Based Learning for the 21st Century: Skills for the Future. Taylor & Francis Group, LLC

 

Bloom. (1956). Taxonomy of Educational Objectives : The
Classification of Educational Goals, Handbook I Cognitive Domain
.
New York : Longmans, Green and Co.

 

Bungin, B. (2011). Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Predana Media. Group.

 

Darmadi, H. (2013). Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial. Bandung: AlfabetaDelice 1997

 

Delice, R. (1997). How to Use Problem Based Learning in the Classroom. Alexandria: Association for Supervision and Curriculum Development.

Deswani. (2009). Proses Keperawatan dan Berpikir Kritis. Jakarta : Salemba Medika.

 

Dinarti, R. (2019). Perbedaan Hasil Belajar IPS Model Project Based Learning Berbasis Outdor Study dengan Konvensional Siswa SMP, Malang : Jurnal Pendidikan Humaniora, Vol.2, ISSN: 2338- 8110,h. 104. 2019

Ennis, R. H. (2011). The Nature of Critical Thinking : An Outline of Critical Thinking Dispositions and Abilities. University of Illinois. Diakses pada 18 April 2022. (http://faculty.education.illinois.edu/rhennis/documents/TheNatureofCriticalThi nking_51711_000.pdf)

 

Fahlevi, (2020). Peringkat Indonesia Rendah Berdasarkan Hasil Survei PISA, Pembelajaran Matematika Harus Komprehensif (https://www. Tribunnews/com/nasional /2022/04/13/peringkat indonesiarendahberdasarkan-hasil-surveipisa)

 

Fauzet,F.(2016). Taksonomi Bloom – Revisi : Ranah Kognitif Serta Penerapannya Dalam Pembelajaran Bahasa Arab. Prosiding Konferensi Nasional Bahasa Arab (KONASBARA)(2), 436-444.

 

Fisher, A. (2009). Berpikir Kritis: Sebuah Pengantar. Jakarta: Erlangga.

 

Fitrianingstyas (2018) Pengaruh Model Project Based Learning (PjBL) Terhadap Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Ditinjau dari Motivasi Berprestasi Siswa Kelas IV Sekolah Dasar. Jurnal Riset dan Konseptual Volume 3 Nomor 2, Mei 2018. http://www.jurnal.unublitar.ac.id/ index.php/briliant

 

Florin, (2013). The Succes of Project Based Learning. [Online]. Tersedia di
http://www.brighthub.com/education/k-12/articles/90553.aspx (26 Maret 2022)

 

Gijbels, D, Dochy, F and Van de Bossche, F. (2005) Effects of The Problem Based Learning. A Meta‐analysis from theAngle Measurement. Journal Review of Educational Research. Vol.75, 27‐49.

 

Gunawan, A.W, (2007). Genius Learning Strategy; Petunjuk Praktis untuk Menerapkan Accelarated Learning. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

 

Harsanto, R. (2005). Melatih Anak Berpikir Analitis, Kritis, dan Kreatif. Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.

 

Hendriana, , Rohaeti, E.., dan Sumarmo, U (2017). Hard Skills dan Soft Skills. Matematik Siswa. Penerbit: Refika Aditama. Bandung

Hosnan. (2014). Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21. Bogor: Ghalia Indonesia

 

Ibrahim. (2007). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung : Sinar Baru. Algensindo.

 

Islamiyah(2018), Pengaruh Model Project-Based Learning Berbasis Alat Peraga Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas VII MTS Raudhatul Thalabah, Jurnal Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, 6(2), 139-148

 

Jensen, E. (2011).Pembelajaran Berbasis Otak. Jakarta: PT Indeks

 

Jihad.(2008). Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pressindo.

 

John, S (2008). Psikologi Pendidikan. Jakarta : Prenada Media Grou

 

Jones, Rasmussen, & Moffitt, (1997). Real Life Problem Solving: A Collaborative Approach To Interdisciplinary Learning. Washington D.C.: American Psychological Association

 

Kemendikbud Ristek.(2022). Peraturan Mendikbudristek Nomor 7 Tahun 2022 tentang Standar Isi Pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, Dan Jenjang Pendidikan Menengah, Jakarta : Kemendikbud Ristek

 

Kemendikbud, (2014).Panduan Teknis Pembelajaran dan Penilaian. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

 

Kemendikbud. (2013).PeraturanMenteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor 67 Tahun 2013 Tentang Kerangka Dasar Dan Struktur Kurikulum Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta: Kemendikbud

 

Kuswana, W.S. (2012). Taksonomi Kognitif. Bandung: PT. Remaja. Rosdakarya

 

Ledward dan Hirata (2011) Overview of 21st Century Skill. Kamehameka School.

 

Levin. S.A. ed. (2001). Encyclopedia of Biodiversity. San Diego. LA : Academic Press.

 

Made Wena, (2011) Strategi Pembelajaran Inovatif dan Kontemporer, Satu Tujuan KonsteptualOperasional,(Jakarta: PT. Bumi Aksara

 

Nahdiah(2021), Pengaruh Model Project Based Learning Berbantuan Google Meet terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa, Jurnal Basecedu, 5(4), 2377-2383

 

Nasaruddin, (2013). Karakteristik Pembelajaran Matematika sekolah, Palopo : Al-KHWARIZMI,  Jurnal Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. IOS3604.article-159

 

Nugraha dkk, (2018).Manajemen Kelas dalam Meningkatkan Proses Pembelajaran. Jurnal Keilmuan Manajemen Pendidikan UIN Banten: Tarbawi, 4, 27-44.

 

Nurhadiyati(2021).Pengaruh Model Project Based Learning (PJBL) terhadap Hasil Belajar Siswa di Sekolah Dasar, Jurnal Basecedu,5(1), 327-333

 

Prabowo, (2020). Pengaruh Model PJBL terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas 5 SD Sawah Besar 1. Elementary School. 16-25. E-ISSN 2502-4264

 

Pratiwi.(2015).Pelaksanaan Model Pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) pada Materi Redoks Kelas X SMA Negeri 5 Surakarta Tahun Pelajaran 2013/2014
, Jurnal Penelitian Kimia, 3(3) : 40-48

 

Purwanto, (2007). Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja. Rosdakarya

 

Puspitasari (2020), Pengaruh Model Project Based Learning terhadap Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi dan Hasil Belajar Siswa Kelas V SD. Jurnal Pendidikan, Vol. 5, No. 4, Bln April, Thn 2020, Hal 503—511

 

Rahmayanti.(2016).Pengaruh Penggunaan Media Video Animasi
Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas V SDN Se-Gugus Sukodono Sidoarjo
.” JPGSD 06(4): 429-439.

 

Ramadianti (2021) Pengembangan LKPD Berbasis Model Pembelajaran Project Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Kelas V Sekolah Dasar, Thesis.http://digilib.unimed.ac.id/view/divisions/pps6/

 

Rani (2021) Pengaruh Metode PJBL Terhadap Hasil Belajar Matematika di
Sekolah Dasar. Journal for Lesson and Learning Studies Vol. 4,
No. 2, Tahun 2021, pp. 264-270

 

Dinarti,(2019). Perbedaan Hasil Belajar IPS Model Project Based Learning Berbasis Outdor Study dengan Konvensional Siswa SMP, Jurnal Pendidikan Humaniora, Vol.2, ISSN: 2338- 8110,h. 104.

 

Relia, (2012). Learning to teach. (9rd ed). New York : Central Connecticut State University

 

Rusman. (2015). Pembelajaran Tematik Terpadu Teori, Praktik dan Penilaian. Jakarta: Rajawali Pers

 

Santrock, J.W. (2011). Life – Span Development : Perkembangan Masa. Hidup, Edisi 13, Jilid II. Jakarta : Erlangga.

Sapriya, (2011).Pendidikan IPS. Bandung:PT Remaja Rosdakarya

 

Sardiman, A.M. (1996). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada.

 

Sastika, dkk, (2013).Implementasi Metode Pembelajaran CIRC yang dilengkapi Media Macromedia Flash Pada Materi Pokok Sistem Koloid Kelas XI IPA”. Jurnal Pendidikan Kimia UNS / Vol. 2 No.3

 

SchoolNet, G. (2000). Introduction to Networked Project-Based Learning. Diambil pada tanggal 10 Juli 2022 dari http://www.gsn.org/web/pbl/whatis.htm

 

Setiawan(2014).Pengaruh Model Pembelajaran Siklus Belajar Hipotetik – Deduktif dengan Setting 7E Terhadap Hasil Belajar IPA Ditinjau dari Sikap Ilmiah Siswa SMP. Ejournal Pascasarjana UPG. 4(1): 1-14.

 

Setyawan. (2021), Pembelajaran Problem based learning Terhadap Berpikir Kritis Peserta Didik Sekolah Dasar. Mimbar PGSD Undiksha Volume 9, Number 3, Tahun 2021, pp. 489-496 P-ISSN : 2614-4727, E-ISSN : 2614-4735 Open Access: https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPGSD

 

Sholihin.(2013).Pentingnya Melatih Keterampilan Berpikir Kritis Dalam
Pembelajaran Matematika Di SD
. Forum Kependidikan, 28(2

 

Soedjadi.(2003). Pembelajaran Matematika Berjiwa RME. Makalah Seminar
Nasional PMRI di Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta.

 

Sudijono, A. (2018), Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta : PT. Raja. Grafindo Persada.

 

Sudjana.( 2005). Metode Statistika. Bandung: Tarsito

 

Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

 

The George Lucas Educational Foundation. (2007). Instructional module project
based learning
. Diambil pada tanggal 18 Mei 2022 dari
https://www.edutopia.org/project-based-learning-guide-description

 

Triningsih (2020) Efektivitas Problem Based Learning Dan Project Based
Learning Ditinjau Dari Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SD
Jurnal Riset Pendidikan Dasar 03 (1), (2020) 51-56 Jurnal Riset Pendidikan Dasar, 03 (1), April 2020 (51-56)

 

Utama (2020), Meta-Analysis Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis IPA Di Sekolah Dasar, Jurnal Basecedu, 4(4), 889-898

 

Wahyudi & Siswanti, (2015). Pengaruh Pendekatan Saintifik Melalui Model Discovery Learning dengan Permainan Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas 5 SD.Jurnal. vol 3 no.3. https://doi.org/10.24246/j.scholaria.2015.v5.i3.p23-36

 

Wahyudi, (2008).Pengaruh Pendekatan RME dan Kemandirian Belajar Terhadap Kemamampuan Matematis Siswa. Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung

 

Wardani, dkk., (2019).Evaluasi Proses dan Hasil Belajar. Salatiga: Widya Sari Press

 

Wena, M. (2011). Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer: Suatu Tinjauan. Konseptual Operasional. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

 

Wijaya, C. (2010). Pendidikan Remidial: Sarana Pengembangan Mutu Sumber Daya Manusia. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

 

Winarti(2022) Penerapan Model Pembelajaran Project Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas III Sekolah Dasar. Jurnal Cakrawala Pendas Vol. 8 No. 3, Juli 2022 DOI: http://dx.doi.org/10.31949/jcp.v8i2.2419 p-ISSN: 2442-7470 e-ISSN: 2579-4442

 

Yufita (2022), Pengaruh Model Project Based Learning Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa pada Mata Pelajaran Matematika Kelas V SD, Economic Education And Entrepreneurship. Journal (2022) 5 (2): 238-250.p-ISSN : 2579-5902

 

Yupita, I. A. (2013). Penerapan Model Pembelajaran Discovery untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS di Sekolah Dasar. Malang : JPGSD, 1 2, hlm.1-15.

 

Yusuf (2015). Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian. Gabungan, Jakarta : Prenamedia Group

 

 

Lampiran 1

 

LEMBAR INSTRUMEN VALIDASI AHLI MATERI

 

Judul Penelitian     :  Pengaruh Model  Pembelajaran Project Based Learning Terhadap Hasil Belajar Matematika ditinjau dari Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Sekolah Dasar Kelas V di Kecamatan ............................. Kota ........................

Peneliti                   :    ........................

Validator                :    …………………..

Tanggal Validasi    :    27 Agustus 2022

A.  Petunjuk Pengisian

1.    Lembar instrumen ini dibuat untuk dapat mengetahui pendapat Bapak/Ibu sebagai ahli, sehubungan hal tersebut mohon Bapak/Ibu memberikan pendapatnya pada setiap pertanyaan yang tersedia dengan memberikan tanda (√).

2.    Penilaian dilakukan dengan cara memberikan tanda checklist () pada kolom skala penilaian yang telah disediakan.

1 ; tidak baik

2 : kurang baik

3 : cukup baik

4 : baik

3.    Setelah memberikan tanda checklist () pada kolom skala penilaian, mohon memberikan keterangan untuk perbaikan pada butir yang dianggap perlu secara singkat dan jelas pada ruang yang disediakan

B.  Komponen Penilaian

No

Butir Penilaian

Skor

Komentar

1

2

3

4

5

1

Kesesuaian SK, KD, dan indikator pencapaian

 

 

 

 

 

 

2

Kesesuaian indikator
dengan tujuan pembelajaran

 

 

 

 

 

 

3

Kesesuaian isi materi
dengan indikator

 

 

 

 

 

 

4

Kejelasan tujuan
pembelajaran

 

 

 

 

 

 

5

Kesesuaian media pembelajaran dengan
materi

 

 

 

 

 

 

6

Kesesuaian ilustrasi dengan materi

 

 

 

 

 

 

7

Ketepatan materi yang
disajikan dalam media
pembelajaran

 

 

 

 

 

 

8

Kejelasan materi yang
disajikan dalam media
pembelajaran

 

 

 

 

 

 

9

Kemudahan materi untuk dipahami

 

 

 

 

 

 

10

Permberian contoh
permasalahan untuk
membantu siswa
dalam masalah kehidupan sehari-hari.

 

 

 

 

 

 

11

Kemampuan media
pembelajaran dalam
memotivasi peserta didik

 

 

 

 

 

 

12

Pemberian contoh
permasalahan untuk
diselesaikan secara
mudah dan mandiri

 

 

 

 

 

 

13

Pemberian kesempatan
pengamatan terhadap
permasalahan yang
diberikan

 

 

 

 

 

 

14

Kesesuaian permasalahan
dalam media dengan materi

 

 

 

 

 

 

15

Kesesuaian latihan soal dengan materi

 

 

 

 

 

 

16

Kesesuaian tingkat kesulitan soal dengan perkembangan peserta didik

 

 

 

 

 

 

17

Kejelasan umpan balik
terhadap jawaban latihan
soal yang benar

 

 

 

 

 

 

18

Kejelasan umpan balik
terhadap jawaban latihan
soal yang salah

 

 

 

 

 

 

19

Kejelasan umpan balik
terhadap skor jawaban
latihan soal

 

 

 

 

 

 

 

C.  Masukan dan Saran

……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

D.  Kesimpulan

1.        Layak digunakan tanpa revisi

2.        Layak digunakan dengan revisi

3.        Tidak layak digunakan

*) Mohon melingkari nomor sesuai dengan kesimpulan Ibu.

 

……………, 27 Agustus 2022

Ahli Materi

 

 

(…………………..)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Lampiran 2

 

LEMBAR INSTRUMEN VALIDASI AHLI BAHASA

 

Judul Penelitian     :  Pengaruh Model  Pembelajaran Project Based Learning Terhadap Hasil Belajar Matematika ditinjau dari Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Sekolah Dasar Kelas V di Kecamatan ............................. Kota ........................

Peneliti                   :    ........................

Validator                :    ……………………………

Tanggal Validasi    :    27 Agustus 2022

A.  Petunjuk Pengisian

1.    Lembar instrumen ini dibuat untuk dapat mengetahui pendapat Bapak/Ibu sebagai ahli, sehubungan hal tersebut mohon Bapak/Ibu memberikan pendapatnya pada setiap pertanyaan yang tersedia dengan memberikan tanda (√).

2.    Penilaian dilakukan dengan cara memberikan tanda checklist () pada kolom skala penilaian yang telah disediakan.

1 ; tidak baik

2 : kurang baik

3 : cukup baik

4 : baik

3.    Setelah memberikan tanda checklist () pada kolom skala penilaian, mohon memberikan keterangan untuk perbaikan pada butir yang dianggap perlu secara singkat dan jelas pada ruang yang disediakan

B.  Komponen Penilaian

No

Butir Penilaian

Skor

Komentar

1

2

3

4

5

1

Kesesuaian penggunaan
kata dengan Ejaan Yang
Disempurnakan (EYD)

 

 

 

 

 

 

2

Kebakuan bahasa dan istilah yang digunakan

 

 

 

 

 

 

3

Keefektifan kalimat yang digunakan

 

 

 

 

 

 

4

Kemudahan memahami bahasa yang digunakan (tidak bermakna ganda)

 

 

 

 

 

 

5

Kesesuaian bahasa dengan tingkat perkembangan berpikir siswa

 

 

 

 

 

 

6

Kesesuaian bahasa dengan tingkat perkembangan sosial
emosional siswa

 

 

 

 

 

 

 

C.  Masukan dan Saran

……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

D.  Kesimpulan

1.        Layak digunakan tanpa revisi

2.        Layak digunakan dengan revisi

3.        Tidak layak digunakan

*) Mohon melingkari nomor sesuai dengan kesimpulan Ibu.

 

……………, 27 Agustus 2022

Ahli Bahasa

 

 

(………………….)

 

 

 

 

 

Lampiran 3

 

LEMBAR INSTRUMEN VALIDASI AHLI MEDIA

 

Judul Penelitian     :  Pengaruh Model  Pembelajaran Project Based Learning Terhadap Hasil Belajar Matematika ditinjau dari Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Sekolah Dasar Kelas V di Kecamatan ............................. Kota ........................

Peneliti                   :    ........................

Validator                :    ………………….

Tanggal Validasi    :    27 Agustus 2022

A.  Petunjuk Pengisian

1.    Lembar instrumen ini dibuat untuk dapat mengetahui pendapat Bapak/Ibu sebagai ahli, sehubungan hal tersebut mohon Bapak/Ibu memberikan pendapatnya pada setiap pertanyaan yang tersedia dengan memberikan tanda (√).

2.    Penilaian dilakukan dengan cara memberikan tanda checklist () pada kolom skala penilaian yang telah disediakan.

1 ; tidak baik

2 : kurang baik

3 : cukup baik

4 : baik

3.    Setelah memberikan tanda checklist () pada kolom skala penilaian, mohon memberikan keterangan untuk perbaikan pada butir yang dianggap perlu secara singkat dan jelas pada ruang yang disediakan

B.  Komponen Penilaian

No

Butir Penilaian

Skor

Komentar

1

2

3

4

5

1

Kejelasan petunjuk
penggunaan media

 

 

 

 

 

 

2

Kemudahan pengoperasian media

 

 

 

 

 

 

3

Kemenarikan tampilan materi dalam media

 

 

 

 

 

 

4

Kemenarikan tampilan soal dan jawaban dalam media media

 

 

 

 

 

 

5

Keterbacaan materi yang disajikan

 

 

 

 

 

 

6

Keterbacaan latihan soal dan jawabannya

 

 

 

 

 

 

7

Kesesuaian kombinasi dan komposisi warna dalam media secara keseluruhan

 

 

 

 

 

 

8

Keterbacaan teks

 

 

 

 

 

 

9

Kesesuaian jenis dan ukuran huruf dengan tampilan media

 

 

 

 

 

 

 

C.  Masukan dan Saran

……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

D.  Kesimpulan

1.        Layak digunakan tanpa revisi

2.        Layak digunakan dengan revisi

3.        Tidak layak digunakan

*) Mohon melingkari nomor sesuai dengan kesimpulan Ibu.

 

................., 27 Agustus 2022

Ahli Media

 

 

(………………..)

 

 

 

 

 

Lampiran 4

 

 

 

KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN

Kisi-Kisi Angket Penelitian Kemampuan Kritis Siswa

 

No

Dimensi

Indikator

No Butir Soal

1

Memberikan penjelasan sederhana

a.    Memfokuskan pertanyaan

b.   Menganalisis pertanyaan

c.    Bertanya dan menjawab tentang suatu pertanyaan atau tantangan

1,2

3

4,5,6

2

Membangun keterampilan dasar

a.   Mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya

b.   Mengamati dan mempertimbangkan suatu laporan hasil observasi.

7,8

 

9,10,11

3

Mengatur strategi dan taktik

a.    Mendeduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi

b.   Menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi

c.    Membuat dan menentukan nilai pertimbangan

12

 

 

13

 

 

14

4

Membuat penjelasan lebih lanjut

a.    Mendefiniskan istilah dan mempertimbangkan definisi dalam tiga dimensi

b.   Mengidentifikasi asumsi

15

 

 

16

5

Penarikan kesimpulan

a.    Menentukan tindakan

b.    Berintraksi dengan orang lain.

18,20

17,19

Sumber : modifikasi Ennis (2011)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Lampiran 5

KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN

Kisi-Kisi Observasi Siswa

 

No

Indikator

Deskripsi

1

Penentuan Proyek

Siswa menentukan tema/topik proyek

2

Membuat Desain Proyek

Siswa merancang langkah langkah kegiatan penyelesaian proyek dari awal sampai akhir beserta pengelolaannya

3

Menyusun Penjadwalan

Siswa dapat melakukan penjadwalan semua kegiatan yang telah dirancang

4

Memonitoring Kemajuan Proyek

Siswa mengimplementasikan rancangan proyek yang telah  dibuatnya

5

Penyususnan Laporan dan Presentasi

Siswa menyelesaikan laporan dan memprentasikan hasil proyek di depan kelas

6

Evaluasi Proses dan Hasil Proyek

Siswa melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil tugas proyek, serta kesulitan yang dihadapi siswa

Sumber modifikasi Delice (1997:27‐35)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Lampiran 6

 

 

KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN

Kisi-Kisi Tes Hasil Belajar Siswa

 

 

Variabel

Indikator

Soal

Nomor

Hasil Belajar Matematika Siswa

Menganalisis

1      Melakukan Perkalian pecahan desimal

2       Melakukan pembagian pecahan desimal

4,6,7,8

 

2,3,5,19,20

Mengevaluasi

1.      Memilih penyelesaian masalah yang berkaitan dengan operasi perkalian pecahan desimal

2.     Memilih penyelesaian masalah sehari-hari yang berkaitan dengan operasi pembagian pecahan desimal

9,14,16,17,21,

23

 

 

 

1,10,11,12,13,

15,18,22,24

Jumlah

 

Sumber modifikasi Anderson dan Krathwohl (2010:99-128)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Lampiran 7

 

LEMBAR UJICOBA ANGKET BERPIKIR KRITIS

 

 

A.  Identitas Pribadi  :

Nama                   :

Umur                   :

Kelas                   :

B.  PETUNJUK PENGISIAN :

1.    Bacalah setiap butir pernyataan/pertanyaan dan alternatif jawaban dengan baik

2.    Isilah semua butir pernyataan dan jangan sampai ada yang terlewatkan

3.    Pilihlah alternatif yang sesuai dengan pendapat dan keadaan anda

4.    Beri tanda (√) pada alternatif jawaban yang dipilih

5.    Alternatif jawaban adalah :

SS     : Sangat setuju

S       : Setuju

TS     : Tidak setuju

STS   : Sangat tidak setuju

 

No

Pernyataan

Jawaban

SS

S

TS

STS

1

Saya memfokuskan pertanyaan sesuai
dengan materi yang disampaikan

 

 

 

 

2

Saya biasa menyelesaikan tantangan yang diberikan oleh guru

 

 

 

 

3

Saya bertanya tentang materi yang belum saya mengerti

 

 

 

 

4

Saya menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru

 

 

 

 

5

Saya menyampaiakan pertanyaan dengan jelas sesuai inti pertanyaan

 

 

 

 

6

Saya dapat menjelaskan kembali materi yang sudah disampaikan oleh guru

 

 

 

 

7

Saya memilih pertanyaan sesuai dengan materi yang disampaikan

 

 

 

 

8

Saya menambah wawasan melalui sumber yang dapat dipercaya

 

 

 

 

9

 Saya menyimpulkan dari semua pendapat yang disampikan oleh orang lain

 

 

 

 

10

Saya mempertimbangkan hasil kesimpulan yang sudah dibuat

 

 

 

 

11

Saya memberikan penjelasan istilah istilah yang belum dimengerti oleh teman-teman

 

 

 

 

12

Saya memilih kalimat dalam menyampaikan pendapat agar menjaga perasaan temna-teman

 

 

 

 

13

Saya berfikir terlebih dahulu sebelum mengerjakan sesuatu

 

 

 

 

14

Saya menghargai pendapat teman-teman

 

 

 

 

15

Saya berfikir terlebih dahulu sebelum berpendapat

 

 

 

 

16

Saya biasa menyelesaikan tantangan yang
diberikan oleh guru

 

 

 

 

17

Saya bertanya apa yang belum saya ketahui

 

 

 

 

18

Saya menjawab apa yang ditanyakan

 

 

 

 

19

Saya menyampaiakan pertanyaan dengan
jelas sesuai inti pertanyaan

 

 

 

 

20

Saya bisa menjelaskan yang sudah
dijelaskan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Lampiran 8

 

 

LEMBAR TES UJICOBA

MATA PELAJARAN MATEMATIKA

 

A.  IDENTITAS PRIBADI  :

Nama                   :

Umur                   :

Kelas                  

B.  PETUNJUK PENGISIAN :

-          Bacalah setiap butir pernyataan/pertanyaan dan alternatif jawaban dengan baik

-          Isilah semua butir pernyataan dan jangan sampai ada yang terlewatkan

-          Pilihlah alternatif yang sesuai dengan pendapat dan keadaan anda

-          Beri tanda (√) pada alternatif jawaban yang dipilih

C.  SOAL

1.        Luas taman di halaman belakang sebuah rumah adalah 60m2, ⅙ bagian digunakan untuk kolam dan ¾ bagian untuk rumput dan tanaman lain. Sisa tanaman ditutup dengan batu koral.  Tentukan benar atau salah pernyataan berikut.

a.    Luas taman yang ditutupi batu koral adalah 6m2

b.    Luas taman yang ditutupi batu koral lebih luas jika dibandingkan dengan luas taman yang diberi rumput dan tanaman lainnya.

c.    Luas taman yang ditutup batu koral lebih sempit jika dibandingkan dengan luas taman yang diberi rumpur dan tanaman lainnya.

2.        Berdasarkan soal no 1 jika ⅑ dari luas  rumput dan tanaman belum rapi, maka luas rumput dan tanaman yang sudah tampak rapi adalah

a.    9m2

b.    45m2

c.    50cm2

d.   54cm2

3.        Haryati membeli 7¼ kg jeruk. Kemudian, membeli lagi 2½ kg. Karena disimpan terlalu lama di antaranya busuk 1¼ kg. Jeruk yang masih bagus dibagikan kepada 4 anak sama banyak. Setiap anak menerima jeruk sebanyak...

a.    2⅛ kg

b.    8½ kg

c.     11¼ kg

d.    11½ kg

4.        Panjang dan lebar tanah Pak Aat berurut-turut adalah 10,5 meter dan 18,5 meter. Berapa meter luas tanah Pak Aat?

a.    194,25 m2

b.    174 m2

c.    125m2

d.   126m2

5.        Pak Dadang mempunyai 9,75 petak sawah, setiap petaknya seluas 0,5 hektar. Berapa hektar luas sawah Pak Dadang?

a.    5,367 hektar

b.    4,875 hektar

c.    2,75 hektar

d.   10 hektar

6.        Ayah Roni membeli 12 ikat rambutan. Setiap ikat beratnya 2 ⅓ kg. Berapa kg rambutan yang dibeli ayah Roni?

a.    28 kg

b.    10 kg

c.    6 kg

d.   12 kg

7.        Pak Doni mengisi bensin pada mobilnya 5¼ liter  setiap hari. Berapa liter bensin yang dibeli Pak Doni selama satu minggu?

a.    32 ¼ liter

b.    30 ⅛ liter

c.    36¾ liter

d.   36¼ liter

8.        Sebuah lapangan berbentuk persegi panjang. Lebarnya ⅖  kali panjangnya. Jika panjangnya 90 m, berapa meter lebar lapangan tersebut?

a.    36 m

b.    38 m

c.    32 m

d.   34 m

9.        Susi mempunyai 3,5 gulung pita. Jika setiap gulung terdapat pita sepanjang ¾ m, berapa meter panjang pita yang dimiliki Susi?

a.     2⅝ m

b.    2⅛ m

c.     2⅙ m

d.    2⅓ m

10.    Ibu Didit membeli 6,75 meter kain. Kain tersebut akan digunakan untuk membuat 3 buah baju seragam. Berapa meter kain yang diperlukan untuk setiap seragam?

a.    2,25 m

b.    2,15 m

c.    3,25 m

d.   3,15 m

11.    Ruri membeli 7½ kg gula. Gula tersebut dimasukkan ke dalam 5 kantong plastik sama banyak. Berapa kilogram gula yang ada pada masing-masing kantong plastik?

a.    1 ½ kg

b.    2⅓ kg

c.    2½ kg

d.   2⅓ kg

12.    Ayah Tino mempunyai 4½ kg rambutan. Sebanyak 1,5 kg rambutan akan dimasukkan ke dalam plastik. Berapakah plastik yang dibutuhkan ayah Tino?

a.    2 kantong plastik

b.    4 kantong plastik

c.    3 kantong plastik

d.   6 kantong plastik

13.    Bu Indah mempunyai ⅘ potong kue, kemudian kue tersebut akan diberikan kepada ketiga anaknya. Berapa bagian kue yang didapat oleh ketiga anak Bu Indah?

a.    4/15

b.    3/15

c.    5/15

d.   2/15

14.    Setiap hari seorang tukang tenun dapat menenun kain sepanjang ¾ meter. Berapa harikah waktu yang ia butuhkan untuk menenun kain sepanjang 40 meter?

a.    53⅓ hari

b.    53¾ hari

c.    52⅓ hari

d.   52¾ hari

15.    Ayah Doni membeli 12 ikat rambutan. Setiap ikat beratnya 2½kg. Selanjutnya, rambutan tersebut dibagikan kepada 24 orang. Berapa kg-kah bagian setiap orang?

a.    1¼ kg

b.    1½ kg

c.    1⅛ kg

d.   2¼ kg

16.    Sepulang dari piknik, Didik membawa 6,5 kg salak. Ternyata ada yang busuk 1/10 bagian. Sebanyak 1/3 bagian akan diberikan kepada tetangga. Berapa kilogram yang akan diberikan kepada tetangga?

a.    1,25 kg

b.    2,95 kg

c.    1,35 kg

d.   1,95 kg

17.    Siska membeli 6¾ kain, kemudian membeli lagi ⅜ meter kain. Kain tersebut digunakan untuk membuat 4 baju seragam. Berapa meter kain yang diperlukan untuk setiap seragam?

a.              

b.    1⅘m

c.    3⅜ m

d.   2⅘m

18.    Toko kain mempunyai persediaan kain sebanyak 6,5 kodi. Kain tersebut akan disetorkan kepada beberapa pelanggannya. Jika pelanggan toko kain ada 26 orang, berapa kodi yang didapatkan setiap orangnya?

a.    1,25 kodi

b.    0,25 kodi

c.    0,35 kodi

d.   0,75 kodi

19.    Jarak dari kantor kelurahan sampai kantor kecamatan 4,2 km. Setiap 50 m akan dipasang bendera merah putih. Jika kamu menjadi panitia pemasangan bendera, berapa banyak bendera yang akan kamu pasang?

a.    84 buah

b.    74 buah

c.    24 buah

d.   14 buah

20.    Indri memiliki 80 kelereng, 25% di antaranya berwarna hijau, 30% berwarna merah, dan sisanya berwarna biru. Tentukan jumlah kelereng Indri yang berwarna biru!

a.    32 buah

b.    25 buah

c.    36 buah

d.   38 buah

21.    Ibu menerima gaji sebesar Rp2.400.000,00. Sebanyak 0,75 bagian digunakan untuk keperluan sehari-hari, 1/6 bagian untuk biaya sekolah anaknya, dan sisanya ditabung. Berapa rupiah uang yang ditabung?

a.    Rp 200.000,00

b.    Rp 120.000,00

c.    Rp 250.000,00

d.   Rp 150.000,00

22.    Seorang tukang las akan menyambungkan 8 buah pipa. Setiap pipa mempunyai panjang 2¼m. Berapa meter panjang pipa setelah disambung? 

a.    18 m

b.    16 m

c.    19 m

d.   12 m

23.    Sebuah dinding berbentuk persegi panjang. Panjangnya  6⅖ m dan lebarnya 4 ⅚. Berapa meter persegi luas dinding tersebut?

a.    30⅚ m2

b.      32⅛ m2

c.    31⅛ m2

d.  

24.    Pak Yudi memancing di sungai. Hasil ikan yang didapat setiap harinya rata-rata 2⅞ kg. Berapa kg hasil ikan yang didapat Pak Yudi dalam tiga hari? Jadi, hasil ikan yang didapat Pak Yudi dalam tiga hari adalah .

a.    8⅝ kg

b.    6⅝ kg

c.    8⅛ kg

d.   8⅞ kg

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Lampiran 9

 

LEMBAR OBSERVASI SISWA

 

No

Indikator PBJL

Indikator Pengamatan

Dilaksanakan

Ket

Ya

Tidak

1

Penentuan Proyek

Siswa menentukan tema/topik proyek

 

 

 

2

Membuat Desain Proyek

Siswa merancang langkah langkah kegiatan penyelesaian proyek dari awal sampai akhir beserta pengelolaannya

 

 

 

3

Menyusun Penjadwalan

Siswa dapat melakukan penjadwalan semua kegiatan yang telah dirancang

 

 

 

4

Memonitoring Kemajuan Proyek

Siswa mengimplementasikan rancangan proyek yang telah  dibuatnya

 

 

 

5

Penyususnan Laporan dan Presentasi

Siswa menyelesaikan laporan dan memprentasikan hasil proyek di depan kelas

 

 

 

6

Evaluasi Proses dan Hasil Proyek

Siswa melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil tugas proyek, serta kesulitan yang dihadapi siswa

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Lampiran 10

JAWABAN HASIL UJICOBA INSTRUMEN TES

1

C

2

D

3

A

4

A

5

B

6

A

7

C

8

A

9

A

10

A

11

A

12

C

13

A

14

A

15

A

16

D

17

A

18

A

19

A

20

C

21

A

22

A

23

D

24

A

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Lampiran 11

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

 

 

Satuan Pendidikan          :    SD/MI

Kelas / Semester              :    5 / 1

Pelajaran                          :    Perkalian dan Pembagian Pecahan

Sub Pelajaran                   :    Perkalian dan Pembagian Pecahan Desimal

Pertemuan                       :    3 x 45 menit

Alokasi waktu                 :    135 menit

Hari/Tgl. Pelaksanaan      :   

 

KOMPETENSI INTI

1. Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya.

2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangganya.

3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati [mendengar, melihat, membaca] dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, sekolah, dan tempat bermain.

4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis, dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.

 

KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI

 

Kompetensi Inti

Indikator Pencapaian Kompetensi

3.2

Memecahkan dan melakukan perkalian dan pembagian pecahan dan desimal

3.2.6

 

3.2.7

Memecahkan masalah perkalian dan pembagian pecahan desimal (C4)

Memecahkan cara melakukan perkalian dan pembagian pecahan desimal (C4)

4.2

Mengidentifikasi dan menyimpulkan masalah yang berkaitan dengan perkalian dan pembagian pecahan dan desimal

4.2.5.

 

 

 

4.2.6.

Mengidentifikasi penyelesaian masalah yang berkaitan dengan operasi perkalian dan pembagian pecahan desimal (C4)

Menyimpulkan penyelesaian masalah sehari-hari yang berkaitan dengan operasi perkalian dan pembagian pecahan desimal (C4)

 

 

TUJUAN PEMBELAJARAN

1.    Peserta didik dapat memecahkan masalah perkalian dan pembagian pecahan desimal (C4)

2.    Peserta didik dapat memecahkan cara melakukan perkalian dan pembagian pecahan desimal (C4)

3.    Peserta didik dapat mengidentifikasi penyelesaian masalah yang berkaitan dengan operasi perkalian pecahan desimal  (C4)

4.    Peserta didik dapat menyimpulkan penyelesaian masalah sehari-hari yang berkaitan dengan operasi pembagian pecahan desimal (C4)

 

MATERI PEMBELAJARAN

1. Perkalian Pecahan Desimal

2. Pembagian Pecahan Desimal

 

PENDEKATAN, MODEL, DAN METODE PEMBELAJARAN

1.    Pendekatan : Scientific Learning, TPACK

2.    Model : Project Based Learning (PjBL)

3.    Teknik :

a.    Penentuan Pertanyaan Mendasar (Start With the Essential Question)

b.    Mendesain Perencanaan Proyek (Design a Plan for the Project)

c.    Menyusun Jadwal (Create a Schedule)

d.   Memonitor peserta didik dan kemajuan proyek (Monitor the Students and the Progress of the Project)

e.    Menguji Hasil (Assess the Outcome)

f.     Mengevaluasi Pengalaman (Evaluate the Experience)

 

MEDIA/ ALAT DAN BAHAN AJAR

1.    Media pembelajaran berupa gambar tentang pecahan, video tentang operasi perkalian dan pembagian pecahan desimal

2.    Power Point

3.    LCD dan speaker

4.    Macam-macam benda lunak untuk praktek pecahan

5.    Bahan ajar terlampir

 

SUMBER BELAJAR

1.    Buku Guru Matematika Kelas 5 : Purnomosidi, Wiyanto, Safiroh, dan Ida Gantiny. 2018. Senang Belajar Matematika 5. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

2.    Buku Siswa Matematika Kelas 5: Purnomosidi, Wiyanto, Safiroh, dan Ida Gantiny. 2018. Senang Belajar Matematika 5. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

3.    Bahan ajar pembelajaran hari ini yang dibuat oleh pendidik

4.    Video pembelajaran tentang operasi perkalian dan pembagian pecahan desimal

5.    Gambar pecahan

6.    Alat dan bahan disekitar siswa

 

LANGKAH PEMBELAJARAN

 

Kegiatan

Deskripsi Kegiatan

Metode

Alokasi Waktu

Pendahuluan

1.    Pendidik membuka pelajaran dengan mengucapkan salam (Orientasi) (religius)

2.    Salah satu peserta didik memimpin doa
(Orientasi) (Religius)

3.    Presensi peserta didik yang dilakukan oleh pendidik

4.    Peserta didik bersama pendidik menyanyikan lagu Nasional Garuda Pancasila” dengan bantuan video lagu tersebut. https://www.youtube.com/watch?v=JTZhCGbsCSI  (Nasionalisme) (TPACK)

5.    Memberikan gambaran tentang tujuan dan manfaat mempelajari pelajaran yang akan dipelajari dalam kehidupan sehari-hari.
(Motivasi)

Ceramah

Tanya jawab

15 menit

Kegiatan Inti

(Sintak Model Project Based Learning)

Fase 1

Penentuan Pertanyaan Mendasar (Start With the Essential Question)

1.       Peserta didik mengamati video yang ditampilkan oleh pendidik pada layar proyektor tentang operasi perkalian dan pembagian pecahan desimal di https://www.youtube.com/watch?v=3H3FTSH ASfI (scientific) (memahami) (TPACK)

2.       Peserta didik diberikan LKPD untuk dikerjakan secara mandiri sesuai dengan arahan pendidik. Dalam pembuatan model pecahan dengan bahan lunak disekitar siswa (scientific) (mengolah informasi) (creativity) (C-4)

 

 

Fase 2

Mendesain Perencanaan Proyek (Design a Plan for the Project)

3.       Peserta didik menyusun proyek meliputi persiapan alat dan bahan pembuatan. (scientific) (megaplikasikan) - (creative) (C-4)

 

 

Fase 3

Menyusun Jadwal (Create a Schedule)

4.       Peserta didik menentukan jadwal kapan harus selesai pembuatan proyeknya (scientific) (collaboration ) (C-4)

Fase 4

Memonitor peserta didik dan kemajuan proyek (Monitor the Students and the Progress of the Project)

5.       Peserta didik mengerjakan proyek sesuai dengan arahan pendidik dan petunjuk yang ada di LKPD (scientific) (creativity) (C-4)

6.       Pendidik mengarahkan siswa dan memonitor pelaksanaan pembuatan pecahan

Fase 5

Menguji Hasil (Assess the Outcome)

7.       Peserta didik menyelesaikan LKPD yang ada. (scientific) (creativy) (C-4) 8. Peserta didik mempresentasikan pecahan-pecahan berbeda nilai yang dibuatnya dan jelaskan cara menjumlahkannya. (mengkomunikasikan) (creative) (comunication) (C-4)

Fase 6

Mengevaluasi Pengalaman (Evaluate the Experience)

8.       Peserta didik dan pendidik mengevaluasi hasil presentasi teman temannya. (scientific) (mengkomunikasikan)

9.       Peserta didik dan pendidik memberikan saran mengenai hasil percobaan teman-teman yang presentasi (scientific) (mengkomunikasikan)

10.   Peserta didik mengemukakan perasaan dan pengalaman selama pembelajaran untuk memperbaiki hasil proyeknya. (scientific) (mengkomunikasikan) (creativite) (C-4)

 

 

105 menit

Kegiatan Penutup

1.       Peserta didik bersama pendidik menyimpulkan mengenai pembelajaran tersebut. (scientific) (mengolah informasi) (mengkomunikasikan) (creative) (C-4)

2.       Pendidik dan peserta didik melakukan kegiatan refleksi kegiatan hari itu.

a.    Peserta didik : Membuat resume dengan bimbingan pendidik tentang point-point penting yang muncul dalam kegiatan pembelajaran tentang materi yang baru dilakukan.

b.    Pendidik : Memeriksa pekerjaan peserta didik yang selesai langsung diperiksa.

3.       Peserta didik yang selesai mengerjakan tugas dengan benar diberi hadiah/ pujian yang berupa bintang juara yang akan ditempel pada papan nama masing-masing

4.       Pendidik memberikan evaluasi pembelajaran untuk hari ini

5.       Pendidik memberikan umpan balik berupa penugasan di rumah untuk peserta didik berupa pengayaan dan remidial

6.       Pendidik memberikan pesan-pesan moral untuk pembelajaran hari ini agar lebih termotivasi untuk belajar selanjutnya

7.       Pendidik memberikan pengarahan untuk pembelajaran selanjutnya

8.       Pendidik menutup pelajaran dengan berdoa

 

15 menit

 

PENILAIAN HASIL BELAJAR

 

No

Aspek Penilaian

Teknik

Bentuk Instrumen

Waktu

1

Sikap (Afektif)

Observasi

Lembar penilaian diri siswa

Saat pembelajaran berlangsung

2

Pengetahuan (Knowlegde)

Tertulis

Pilihan Ganda

Setelah Pembelajaran

 

 

                     Mengetahui                                         ………………., …………..

                  Kepala Sekolah                                               Pendidik Kelas 5

 

 

 

 

            ……………………….                                    ………………………..

          NIP. ……………………..                               NIP. ……………………..

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

RUBRIK PENILAIAN

 

1.    Penilaian Sikap

 

PENILAIAN OBSERVASI

Petunjuk

1. Amati perilaku selama mengikuti kegiatan belajar;

2. Isilah kolom yang tersedia dengan tanda cek (√ ) jika menunjukkan perilaku yang sesuai dengan pernyataan untuk indikator yang kamu amati atau tanda strip (-) jika tidak menunjukkan perilaku tersebut.

 

No

Indikator PBJL

Indikator Pengamatan

Dilaksanakan

Ket

Ya

Tidak

1

Penentuan Proyek

Siswa menentukan tema/topik proyek

 

 

 

2

Membuat Desain Proyek

Siswa merancang langkah langkah kegiatan penyelesaian proyek dari awal sampai akhir beserta pengelolaannya

 

 

 

3

Menyusun Penjadwalan

Siswa dapat melakukan penjadwalan semua kegiatan yang telah dirancang

 

 

 

4

Memonitoring Kemajuan Proyek

Siswa mengimplementasikan rancangan proyek yang telah  dibuatnya

 

 

 

5

Penyususnan Laporan dan Presentasi

Siswa menyelesaikan laporan dan memprentasikan hasil proyek di depan kelas

 

 

 

6

Evaluasi Proses dan Hasil Proyek

Siswa melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil tugas proyek, serta kesulitan yang dihadapi siswa

 

 

 

 

                     Mengetahui                                         ………………., …………..

                  Kepala Sekolah                                               Pendidik Kelas 5

 

 

 

 

            ……………………….                                    ………………………..

          NIP. ……………………..                               NIP. ……………………..

 

 

 

 

 

 

2.    Penilaian Pengetahuan

Instrumen penilaian

Tes tertulis (pilihan ganda)
Pedoman Penskoran

 

 

 

 

 

LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD)

Satuan Pendidikan          :    SD/MI

Kelas / Semester              :    5 / 1

Pelajaran                          :    Perkalian dan Pembagian Pecahan

Sub Pelajaran                   :    Perkalian dan Pembagian Pecahan Desimal

     I.          Indikator Pencapaian :
3.2.1 Melakukan perkalian pecahan.

4.2.1   Memilih penyelesaian masalah yang berkaitan dengan operasi perkalian pecahan

  II.          Tujuan pembelajaran :

1.    Dengan memperhatikan contoh dan ilustrasi, siswa dapat melakukan perkalian pecahan dengan benar dan percaya diri

2.    Dengan memperhatikan contoh dan ilustrasi buku, siswa dapat menyelesaikan permasalahan sehari-hari tentang perkalian pecahan dengan percaya diri.

III.          Langkah langkah pengerjaan :

1.    Cermati dan pahami bahan ajar

2.    Lakukan praktek membuat perkalian pecahan dengan kertas lipat,

3.    kirimkan foto hasil praktekmu ke grub WA kelas

4.    kirimkan video proses pembuatannya juga.

5.    Lakukan kegiatan “kerja mandiri” dengan teliti dan disiplin

6.    Lakukan kegiatan “berpikir kritis” dengan mandiri

Kerja Mandiri

 

 

 

 


Jawablah pertanyaan berikut ini dengan benar !

1.    2/3 x 5/6 = 10/18. Benar atau salah perkalian tersebut ? kemukakan pendapatmu !

2.    1/7 x 8/9 = n. tentukan nilai n !

3.    1/4 x 7/9 = a. tentukan nilai a !

4.    Tentukan hasil dari 5/6 x 6/7 !

5.    Tentukan hasil dari 3/7 x 7/8 !

Berpikir Kritis

 

 

 


Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan tepat dan benar !

1.    Dayu berlari sejauh 51/ 4 km. Edo berlari sejauh 2 /7 kali jarak yang ditempuh Dayu. Berapa km jarak yang ditempuh Edo?

2.    Uang Beni 3/4 kali lebih banyak daripada uang Roy. Jika uang Roy
Rp4.800,00 berapakah uang Beni?

 

 

 

 

 

 

 

 

Lampiran 12

HASIL UJICOBA INSTRUMEN

1      Angket Kemampuan Berpikir Kritis Siswa

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

2      Tes Hasil Belajar

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Lampiran 13

HASIL ANALISIS UJICOBA INSTRUMEN

1      Validasi

Dengan menggunakan rumus  korelasi product moment

a.    Angket Kemampuan Berpikir Kritis Siswa

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

b.    Tes Hasil Belajar Siswa

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

2      Reliabilitas

Dengan menggunakan rumus Alpha

a.    Angket kemampuan Berpikir Kritis Siswa

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

N of Items

0,789

20

 

b.    Tes Hasil Belajar Siswa

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

N of Items

0,836

24

 

3      Uji Tingkat Kesukaran Soal

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Lampiran 14

DATA HASIL PENELITIAN

1      Data Hasil Angket Kemampuan Berpikir Kritis Siswa

a.    Kelas Eksperimen Pretest

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

b.    Kelas Kontrol Pretest

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

c.    Kelas Eksperimen Posttest

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

d.   Kelas kontrol Posttest

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

2      Data Hasil Tes Belajar Siswa

a.    Kelas Eksperimen Pretest

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

b.    Kelas Kontrol Pretest

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

c.    Kelas Eksperimen Posttest

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

d.   Kelas kontrol Posttest

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

3      Data Hasil Observasi Siswa

 

OBSERVASI SISWA  KELAS EKSPERIMEN

Resp

Indikator

1

2

3

4

5

6

1

1

0

1

1

1

1

2

1

1

0

1

1

1

3

1

0

1

0

1

1

4

1

1

0

0

0

1

5

0

1

1

1

0

1

6

0

0

1

1

1

1

7

1

0

1

0

1

0

8

0

1

1

1

1

1

9

1

1

0

1

0

1

10

1

0

1

1

1

0

11

1

1

0

1

0

1

12

1

1

1

1

1

1

13

0

1

1

0

0

1

14

0

1

1

0

1

0

15

1

1

0

1

0

0

16

1

0

0

1

1

1

17

1

1

1

0

1

0

18

1

1

1

1

1

0

19

1

1

1

1

1

1

20

1

1

1

1

1

0

21

1

1

0

1

1

0

22

1

0

1

1

0

1

23

1

1

1

1

1

0

24

1

1

1

0

1

1

25

0

1

1

0

1

0

26

1

0

0

1

1

0

27

1

1

0

1

1

0

28

0

0

1

0

0

1

 

 

 

 

 

 

 

 

Lampiran 15

HASIL UJI PRASYARAT PENELITIAN

1      Uji Normalitas

 

Tests of Normality

 

Kolmogorov-Smirnova

Shapiro-Wilk

Statistic

df

Sig.

Statistic

df

Sig.

AngketEksperimen

,182

28

,219

,923

28

,242

a. Lilliefors Significance Correction

 

 

Tests of Normality

 

Kolmogorov-Smirnova

Shapiro-Wilk

Statistic

df

Sig.

Statistic

df

Sig.

AngketKontrol

,137

28

,193

,930

28

,063

a. Lilliefors Significance Correction

 

 

Tests of Normality

 

Kolmogorov-Smirnova

Shapiro-Wilk

Statistic

df

Sig.

Statistic

df

Sig.

HasilBelajarEksperimen

,133

28

,200*

,969

28

,559

*. This is a lower bound of the true significance.

a. Lilliefors Significance Correction

 

 

Tests of Normality

 

Kolmogorov-Smirnova

Shapiro-Wilk

Statistic

df

Sig.

Statistic

df

Sig.

HasilBelajarKontrol

,121

28

,200*

,946

28

,157

*. This is a lower bound of the true significance.

a. Lilliefors Significance Correction

 

 

 

2      Uji Homogenitas

 

Test of Homogeneity of Variances

Angketpretest 

Levene Statistic

df1

df2

Sig.

,947

1

54

,335

 

 

 

Test of Homogeneity of Variances

Angketposttest 

Levene Statistic

df1

df2

Sig.

2,550

1

54

,116

 

 

 

 

Test of Homogeneity of Variances

TestPretest 

Levene Statistic

df1

df2

Sig.

2,854

1

54

,097

 

 

 

Test of Homogeneity of Variances

TestPosttes 

Levene Statistic

df1

df2

Sig.

,180

1

54

,673

 

 

 

 

 

 

 

Lampiran 16

UJI HIPOTESIS

1      Skor Posttest Angket Kemampuan Berpikir Kritis Siswa

No

Y1X1

Y1X12

No

Y1X2

Y1X22

1

58

3364

1

52

2704

2

63

3969

2

55

3025

3

62

3844

3

62

3844

4

61

3721

4

59

3481

5

54

2916

5

61

3721

6

55

3025

6

52

2704

7

60

3600

7

54

2916

8

54

2916

8

57

3249

9

62

3844

9

58

3364

10

57

3249

10

52

2704

11

53

2809

11

55

3025

12

58

3364

12

62

3844

13

64

4096

13

59

3481

14

53

2809

14

61

3721

15

60

3600

15

52

2704

16

53

2809

16

54

2916

17

64

4096

17

57

3249

18

55

3025

18

58

3364

19

62

3844

19

58

3364

20

55

3025

20

59

3481

21

52

2704

21

58

3364

22

60

3600

22

54

2916

23

61

3721

23

61

3721

24

55

3025

24

57

3249

25

60

3600

25

60

3600

26

55

3025

26

58

3364

27

64

4096

27

61

3721

28

57

3249

28

55

3025

 

1627

94945

 

1601

91821

 Mean

58,107

 Mean

57,17

 SD

3,871

 SD

3,209

 

 

 

 

 

 

2      Skor Posttest Hasil Belajar Siswa

 

No

Y2X1

Y2X12

No

Y2X2

Y2X22

1

16

256

1

13

169

2

18

324

2

16

256

3

18

324

3

16

256

4

17

289

4

16

256

5

19

361

5

17

289

6

16

256

6

14

196

7

18

324

7

15

225

8

17

289

8

16

256

9

16

256

9

14

196

10

17

289

10

15

225

11

18

324

11

16

256

12

15

225

12

13

169

13

16

256

13

13

169

14

17

289

14

15

225

15

14

196

15

12

144

16

18

324

16

17

289

17

16

256

17

14

196

18

15

225

18

13

169

19

20

400

19

17

289

20

13

169

20

11

121

21

15

225

21

14

196

22

17

289

22

14

196

23

15

225

23

13

169

24

16

256

24

15

225

25

14

196

25

11

121

26

16

256

26

15

225

27

15

225

27

14

196

28

17

289

28

13

169

 

459

7593

 

402

5848

 Mean

1,594

 Mean

1,682

 SD

2,544

 SD

2,81

 

 

 

 

 

 

 

 

3      Uji Hipotesis

 

Descriptive Statistics

Dependent Variable:   Hasil Belajar 

Strategi Pembelajaran

Berpikir Kritis

Mean

Std. Deviation

N

Eksperimen

Berpikir Kritis Tinggi

16.27

1.710

15

Berpikir Rendah

16.54

1.506

13

Total

16.39

1.595

28

Kontrol

Berpikir Kritis Tinggi

14.43

1.618

7

Berpikir Rendah

14.33

1.742

21

Total

14.36

1.682

28

Total

Berpikir Kritis Tinggi

15.68

1.862

22

Berpikir Rendah

15.18

1.961

34

Total

15.37

1.922

56

 

 

Levene's Test of Equality of Error Variancesa

Dependent Variable:   Hasil Belajar 

F

df1

df2

Sig.

.285

3

52

.836

Tests the null hypothesis that the error variance of the dependent variable is equal across groups.

a. Design: Intercept + Strategi + Berpikir + Strategi * Berpikir

 

 

Tests of Between-Subjects Effects

 

Dependent Variable:   Hasil Belajar 

Source

Type III Sum of Squares

df

Mean Square

F

Sig.

Corrected Model

58.580a

3

19.527

7.025

.000

Intercept

11346.561

1

11346.561

4081.919

.000

Strategi

48.935

1

48.935

17.604

.000

Berpikir

.093

1

.093

.034

.855

Strategi * Berpikir

.403

1

.403

.145

.705

Error

144.545

52

2.780

 

 

Total

13441.000

56

 

 

 

Corrected Total

203.125

55

 

 

 

 

a. R Squared = .288 (Adjusted R Squared = .247)

 

 

1. Strategi Pembelajaran

Dependent Variable:   Hasil Belajar 

Strategi Pembelajaran

Mean

Std. Error

95% Confidence Interval

Lower Bound

Upper Bound

Eksperimen

16.403

.316

15.769

17.036

Kontrol

14.381

.364

13.651

15.111

 

 

2. Berpikir Kritis

Dependent Variable:   Hasil Belajar 

Berpikir Kritis

Mean

Std. Error

95% Confidence Interval

Lower Bound

Upper Bound

Berpikir Kritis Tinggi

15.348

.382

14.582

16.113

Berpikir Rendah

15.436

.294

14.846

16.026

 

 

3. Strategi Pembelajaran * Berpikir Kritis

Dependent Variable:   Hasil Belajar 

Strategi Pembelajaran

Berpikir Kritis

Mean

Std. Error

95% Confidence Interval

Lower Bound

Upper Bound

Eksperimen

Berpikir Kritis Tinggi

16.267

.430

15.403

17.130

Berpikir Rendah

16.538

.462

15.611

17.466

Kontrol

Berpikir Kritis Tinggi

14.429

.630

13.164

15.693

Berpikir Rendah

14.333

.364

13.603

15.063

 

 

 Untuk mendapatkan file lengkap, silahkan : klik DOWNLOAD atau hub. (WA) 081327121707 - (WA) 081327789201 terima kasih 

0 comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar, hindari unsur SARA.
Terima kasih