PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI ENERGI ALTERNATIF DAN CARA PENGGUNAANNYA MELALUI PENDEKATAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT PADA
SISWA KELAS IV SDN .....................
Laporan ini Disusun dan Diajukan untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Pemantapan Kemampuan Profesional (PDGK 4501)
pada Program Studi S1 PGSD FKIP-UT
Oleh
.....................
NIM. .....................
UNIVERSITAS TERBUKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UPBJJ .....................
2023
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN HASIL PERBAIKAN PEMBELAJARAN IPA
Nama Mahasiswa : .....................
N I M : .....................
Program Studi : S1 PGSD
Tempat Mengajar : .....................
Jumlah Siklus Pembelajaran : 2 (dua) siklus
Hari dan Tanggal Pelaksanaan : Siklus 1 : ………………………………….
………………………………….
Siklus 2 : ………………………………….
………………………………….
Masalah yang menjadi fokus perbaikan dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini adalah:
1. Bagaimana peningkatan motivasi belajar IPA materi energi alternatif dan cara penggunaannya melalui pendekatan sains teknologi masyarakat pada siswa kelas IV SDN .....................?
2. Bagaimana peningkatan hasil belajar IPA materi energi alternatif dan cara penggunaannya melalui pendekatan sains teknologi masyarakat pada siswa kelas IV SDN .....................?
|
....................., Mei 2023 |
Menyetujui Supervisor I
…………………………. NIDN. ………………. |
Mahasiswa,
..................... NIM. ..................... |
LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa laporan praktek Pemantapan Kemampuan Profesional (PKP) yang saya susun sebagai syarat untuk memenuhi mata kuliah PKP pada Program Studi S1 PGSD Universitas Terbuka (UT) seluruhnya merupakan hasil karya saya sendiri.
Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan laporan PKP yang saya kutip dari hasil karya orang lain telah dituliskan dalam sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan karya ilmiah.
Apabila di kemudian hari ditemukan seluruh atau sebagian laporan PKP ini bukan karya saya sendiri atau adanya plagiasi dalam bagian-bagian tertentu, saya bersedia menerima sanksi, termasuk pencabutan gelar akademik yang saya sandang sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.
....................., Mei 2023
Yang membuat pernyataan,
.....................
NIM. .....................
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang, penguasa alam semesta ini, sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan laporan perbaikan pembelajaran pada mata kuliah Pemantapan Kemampuan Profesional (PDGK 4501) melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Laporan PKP ini dapat peneliti selesaikan dengan baik berkat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu perkenankanlah pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Drs. Ojat Darojat, M.Bus., Ph.D, selaku Rektor Universitas Terbuka
2. Prof. Dr. Ucu Rahayu, M.Sc, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Terbuka
3. …………………., selaku Kepala UPBJJ-UT ..................... yang telah memberikan ijin penelitian dan fasilitas dalam menempuh pendidikan di program S1 PGSD
4. ....................... selaku Dosen Pembimbing yang telah membimbing mahasiswa dengan sabar.
5. Kepala ..................... beserta rekan-rekan guru yang telah memberi dorongan dan dukungan selama pelaksanaan kegaitan PKP;
6. Teman sejawat yang telah membantu dalam pengumpulan data;
7. Siswa-siswi kelas I ..................... ; dan
8. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu, yang telah membantu tersusunnya laporan ini.
Peneliti menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat peneliti harapkan demi sempurnanya laporan ini.
....................., Mei 2023
Peneliti
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR JUDUL .......................................................................................... ....... i
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... ...... ii
LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT.................................................. iii
KATA PENGANTAR .................................................................................... ..... iv
DAFTAR ISI .................................................................................................. ...... v
DAFTAR TABEL ........................................................................................... ..... vi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... .... vii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. .... vii
ABSTRAK ...................................................................................................... ..... ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................ ...... 1
1. Identifikasi Masalah....................................................................... 2
2. Analisis Masalah ............................................................................ 2
3. Alternatif Pemecahan Masalah ...................................................... 3
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 4
C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 4
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori ....................................................................................... 6
B. Kerangka Berpikir....................................................................... 20
C. Hipotesis Tindakan .......................................................................... 21
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
A. Subjek, Tempat dan Waktu Penelitian, Pihak yang Membantu.. .... 23
B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran......................................... 24
C. Teknik Analisa Data ........................................................................ 27
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran.......................... 32
B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran.................... 47
BAB V SIMPULAN, SARAN DAN TINDAK LANJUT
A. Simpulan .................................................................................... .... 56
B. Saran dan Tindak Lanjut ............................................................ .... 56
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 2.1 Prosedur Pelaksanaan Pembelajaran IPA dengan Pendekatan STM 10
Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas.................................
Tabel 3.2 Kriteria Penilaian Hasil Observasi Motivasi Belajar Siswa............ 30
Tabel 3.3 Kriteria Penilaian Hasil Belajar...................................................... 30
Tabel 4.1 Rekapitulasi Hasil Nilai Tes Formatif pada Kondisi Awal............ 33
Tabel 4.2 Data Motivasi Belajar Siswa Pada Kondisi Awal.......................... 34
Tabel 4.3 Rekapitulasi Hasil Nilai Tes Formatif pada Siklus I ..................... 38
Tabel 4.4 Rekapitulasi Data Motivasi Belajar Siswa Pada Siklus Pertama 39
Tabel 4.5 Rekapitulasi Hasil Nilai Tes Formatif pada Siklus II .................... 44
Tabel 4.6 Data Motivasi Belajar Siswa Pada Siklus Kedua........................... 46
Tabel 4.7 Peningkatan Hasil Belajar Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II........ 48
Tabel 4.8 Peningkatan Motivasi Belajar Siswa pada Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II 49
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Penelitian Tindakan Kelas.......................... 21
Gambar 3.1 Model Penelitian Tindakan Kelas (Arikunto, 2020:63)............. 24
Gambar 4.1 Peningkatan Ketuntasan Belajar Berdasarkan Nilai Tes Hasil Belajar pada Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II.............................................................................. 48
Gambar 4.2 Peningkatan Motivasi Belajar Siswa pada Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II 49
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Lampiran 1 Surat Kesediaan Supervisor 2 Sebagai Pembimbing PKP
Lampiran 2 Perencanaan PTK (Fakta/Data Pembelajaran yang terjadi di kelas, Identifikasi Masalah, Analisis Masalah, Alternatif Pemecahan Masalah, dan Rumusan Masalah)
Lampiran 3 Berkas RPP Prasiklus, RPP Perbaikan Siklus I, RPP Perbaikan Siklus II
Lampiran 4 Lembar Hasil Tes Formatif, Lembar Observasi/Pengamatan Siswa dan Guru Prasiklus, Siklus I dan Siklus II
Lampiran 5 Jurnal Pembimbingan / Kartu Kendali
Lampiran 6 Hasil Pekerjaan Siswa Terbaik dan Terburuk per Siklus
Lampiran 7 Foto Dokumentasi Kegiatan PKP
PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI ENERGI ALTERNATIF DAN CARA PENGGUNAANNYA MELALUI PENDEKATAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT PADA
SISWA KELAS IV SDN .....................
.....................
.....................
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar IPA melalui pendekatan sains teknologi masyarakat. Jenis penelitian adalah Penelitian Tindakan Kelas. Subjek penelitian berjumlah 12 siswa. Teknik pengumpulan data adalah observasi, dokumentasi, dan tes. Analisis data menggunakan teknik deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan motivasi belajar dari 3 siswa atau 25,00%, siklus I ada 7 siswa atau 58,33%, dan pada siklus II ada 12 siswa atau 100%, hasil ini sesuai dengan indikator yang ditentukan yakni kategori baik dan sangat baik yang mencapai 85%. Peningkatan hasil belajar sebesar 55,83 pada kondisi awal menjadi 65,83 dan 76,67 pada siklus kedua, dengan tingkat ketuntasan belajar 2 siswa atau 16,67%, pada kondisi awasl menjadi 6 siswa atau 50,00%, dan pada siklus II sebanyak 11 siswa atau 91,67%, hasil ini sesuai dengan indikator yang ditentukan yakni nilai dengan KKM 70 di atas 85%. Penjelasan di atas membuktikan bahwa dengan pendekatan sains teknologi masyarakat meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar siswa kelas IV SDN ......................
Kata kunci: motivasi, hasil belajar, pendekatan sains teknologi masyarakat
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Proses pembelajaran IPA melibatkan banyak unsur yang saling berikatan dan menentukan keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Unsur unsur tersebut adalah pendidik (guru), peserta didik (siswa), kurikulum, pengajaran, tes dan lingkungan. Guru dan siswa merupakan subjek pendidikan yang sangat menentukan dalam konteks pengembangan di sekolah. Sebaik apapun kurikulum, jika motivasi guru dan siswa kurang memadai maka proses pembelajaran seperti yang diharapkan tidak akan terjadi (Trianto, 2015:82)
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam mempunyai potensi besar untuk memainkan peran strategis dalam menyiapkan sumber daya manusia untuk menghadapi era industrialisasi dan globalisasi. Potensi ini dapat terwujud jika pendidikan IPA mampu melahirkan siswa yang cakap dalam IPA dan berhasil menumbuhkan kemampuan berpikir logis, bersifat kritis, kreatif, inisiatif dan adaptif terhadap perubahan dan perkembangan. Kualitas sumber daya manusia seperti ini menjamin keberhasilan upaya penguasaan teknologi untuk pembangunan di Indonesia.
Supriyadi (dalam Andi Sinar, 2020:1) menjelaskan IPA adalah interpretasi dari pengalaman manusia tentang alam yang diperoleh melalui suatu kegiatan yang melibatkan proses saintifik. Menurut Susanto (2016:167) IPA adalah usaha manusia untuk dapat memahami alam dengan melakukan suatu kegiatan pengamatan menggunakan prosedur ilmiah yang mana kegiatan pengamatan itu akan menghasilkan suatu kesimpulan. Berdasarkan pendapat para ahli di atas, penulis menyimpulkan bahwa IPA merupakan suatu pengetahuan yang diperoleh melalui kegiatan manusia yang berupa pengamatan dan percobaan terhadap alam sebagai usaha untuk dapat memahami alam. Kegiatan pengamatan dan percobaan dilakukan melalui suatu proses ilmiah atau saintifik.
Berdasarkan observasi awal yang peneliti lakukan di ....................., proses pembelajaran masih berpusat pada guru sehingga siswa kurang aktif dan kurang terlibat dalam proses pembelajaran, siswa sangat jarang berdiskusi dan bekerjasama dengan siswa lainnya. Sebagian besar siswa masih kurang terlibat dalam proses pembelajaran. Selama ini guru lebih sering menggunakan ceramah dan penyelesaian soal ataupun tugas sebagai metode mengajar, media yang digunakan oleh guru kurang bervariasi, guru kurang memberikan contoh yang nyata kepada siswa.
Hasil tes pendahuluan menunjukkan hasil hanya 2 siswa (16,67%) dari 12 siswa dinyatakan tuntas belajarnya, sedangkan 10 orang siswa (83,33%) tidak tuntas belajarnya dengan rata-rata hasil belajar sebesar 55,83 dan motivasi belajar siswa 25,00% atau 3 orang dari jumlah siswa sebanyak 12 siswa.
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan data tersebut di atas, maka peneliti meminta bantuan supervisor untuk membantu mengidentifikasi kekurangan dari pembelajaran yang dilaksanakan. Dari hasil diskusi terungkap beberapa masalah yang terjadi dalam pembelajaran, yaitu :
a. Proses pembelajaran masih berpusat pada guru sehingga siswa kurang aktif dan kurang terlibat dalam proses pembelajaran
b. Guru lebih sering menggunakan ceramah dan penyelesaian soal ataupun tugas sebagai metode mengajar, media yang digunakan oleh guru kurang bervariasi, guru kurang memberikan contoh yang nyata kepada siswa
c. Siswa sangat jarang berdiskusi dan bekerjasama dengan siswa lainnya.
d. Sebagian besar siswa masih kurang terlibat dalam proses pembelajaran
2. Analisis Masalah
Melalui refleksi diri, kaji literatur dan diskusi dengan supervisor dapat diketahui bahwa kemungkinan faktor penyebab timbulnya masalah di atas adalah :
a. Guru tidak melibatkan siswa untuk aktif dalam pembelajaran dan penemuan informasi
b. Pendekatan pembelajaran yang digunakan guru tidak sesuai dengan karakteristik siswa sekolah dasar
c. Guru kurang memotivasi siswa dalam kegiatan diskusi di dalam kelas
d. Rendahnya motivasi belajar siswa
3. Alternatif Pemecahan Masalah
Salah satu upaya yang diharapkan dapat memperbaiki kualitas pembelajaran IPA di kelas IV ..................... adalah pembelajaran dengan menggunakan Model Sains Teknologi Masyarakat. Alasan digunakannya model ini sebagai upaya memperbaiki pembelajaran IPA adalah karena model ini memberikan pengalaman yang lebih banyak kepada siswa, karena siswa sendiri yang mengkonstruksi konsep IPA berdasarkan interaksinya dengan berbagai sumber yang ada. Selain itu model ini memberikan kesempatan pada siswa untuk dapat berbuat sesuatu untuk alam sekitar melalui pengajuan solusi dan tindakan yang nyata. sehingga pembelajaran IPA melalui model Sains Teknologi Masyarakat akan menjadi lebih berarti dan bermakna bagi siswa. Dengan lebih berarti dan bermaknanya pembelajaran IPA, diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA.
Penerapan model pembelajaran inovatif merupakan solusi yang tepat untuk mengemas pembelajaran menjadi lebih baik. Model pembelajaran yang inovatif berawal dari pemilihan pendekatan pembelajaran. Pembelajaran dengan Sains Teknologi Masyarakat (STM) merupakan salah satu upaya pengemasan pembelajaran secara optimal yang diharapkan dapat mengoptimalkan kualitas pendidikan. Pembelajaran menggunakan pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM) yang sekarang sudah merupakan model yang dapat mengembangkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor secara utuh dibentuk dalam diri individu sebagai peserta didik. Harapannya itu kemudian dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari sebagai wujud dari kajian ilmu sosial. Sains teknologi masyarakat juga merupakan pengetahuan interdisiplin. Dimana pemahaman akan Sains teknologi masyarakat akan menimbulkan kepedulian terhadap masalah masalah yang ada hubungannnya dengan Sains teknologi dan kesejahteraan masyarakat (Poedjiadi, dalam Muhammad, 2020:359).
B. Rumusan Masalah
Dari uraian sebagaimana latar belakang masalah di atas, maka dapat ditentukan perumusan masalahnya yaitu :
1. Bagaimana peningkatan motivasi belajar IPA materi energi alternatif dan cara penggunaannya melalui pendekatan sains teknologi masyarakat pada siswa kelas IV SDN .....................?
2. Bagaimana peningkatan hasil belajar IPA materi energi alternatif dan cara penggunaannya melalui pendekatan sains teknologi masyarakat pada siswa kelas IV SDN .....................?
C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Berdasarkan rumusan masalah di atas, dan agar memiliki arah yang jelas, maka ditetapkan tujuan dari penelitian perbaikan pembelajaran ini sebagai berikut :
1. Untuk meningkatkan motivasi belajar IPA materi energi alternatif dan cara penggunaannya melalui pendekatan sains teknologi masyarakat pada siswa kelas IV SDN ......................
2. Untuk meningkatkan hasil belajar IPA materi energi alternatif dan cara penggunaannya melalui pendekatan sains teknologi masyarakat pada siswa kelas IV SDN ......................
D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Diharapkan dengan pelaksanaan penelitian perbaikan pembelajaran ini ini dapat memberikan manfaat secara teoritis dan praktis :
- Manfaat Teoritis
a. Untuk memperoleh gambaran mengenai penerapan pendekatan sains teknologi masyarakat dalam pembelajaran IPA.
b. Menambah khasanah pengembangan pengetahuan mengenai pembelajaran IPA materi energi alternatif dan cara penggunaannya dengan menggunakan pendekatan sains teknologi masyarakat.
c. Sebagai bahan kajian penelitian lebih lanjut.
- Manfaat Praktis
a. Siswa
1) Memperbaiki belajar siswa, agar hasil belajar siswa meningkat
2) Siswa merasa mendapat perhatian khusus dari guru sehingga keaktifan belajar siswa meningkat
3) Untuk memperbaiki pembelajaran yang telah dilakukan sebelumnya, sehingga hasil belajar siswa dan minat belajar siswa meningkat.
b. Bagi Guru
1) Memberikan informasi tentang keberhasilan siswa dalam meningkatkan hasil belajarnya melalui pendekatan sains teknologi masyarakat (science technology and society).
2) Sebagai referensi untuk melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan sains teknologi masyarakat (science technology and society).
3) Memberikan sumbangan dalam rangkaian perbaikan mengajar sehingga dapat meningkatkan kualitas serta profesionalisme guru dalam mengajar.
c. Bagi Sekolah
1) Memberikan landasan dan argumentasi bagi kebijakan yang akan diambil guna meningkatkan mutu pendidikan nasional melalui model-model pembelajaran yang tepat di sekolah.
2) Memotivasi guru untuk melakukan penelitian tindakan kelas guna meningkatkan profesionalismenya sebagai pendidik
3) Meningkatkan kualitas lulusan .....................
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Sains Teknologi Masyarakat
a. Pengertian Sains Teknologi Masyarakat
Pendekatan sains-teknologi-masyarakat (STM) merupakan Sains-Teknologi-Masyarakat (STM) yang diterjemahkan dari akronim bahasa Inggris STS (“Science-Technology-Society”) adalah sebuah gerakan pembaharuan dalam pendidikan IPA. Pembaharuan ini mula-mula terjadi di Inggris dan Amerika, sekarang sudah merebak ke negara-negara lain. Pendekatan STM dalam pendidikan IPA diyakini oleh pakar-pakar di Amerika sebagai pendekatan yang tepat, sebab pendekatan ini berusaha untuk menjembatani materi di dalam kelas dengan situasi dunia nyata di luar kelas yang menyangkut perkembangan teknologi dan situasi sosial kemasyarakatan. Hal ini menggambarkan bahwa pendekatan STM dijalankan untuk mempersiapkan peserta didik dalam menghadapi masa depannya.
Model Sains Teknologi Masyarakat merupakan terjemahan dari science technology and society (STS) yang dikembangkan berdasarkan pada filosofis Kontruktivisme. Yager (dalam Taufik Samsuri, dkk. 2014:42) mendefinisikan ‘Science Teknology Society (STS) atau Sains Teknologi Masyarakat sebagai belajar-mengajar mengenai IPA/Teknologi dalam konteks pengalaman manusia’. Pembelajaran IPA dengan menggunakan Model Sains Teknologi Masyarakat merupakan suatu bentuk pengajaran yang tidak hanya menekankan pada penguasaan konsep-konsep sains saja tetapi juga menekankan pada peransains dan teknologi di dalam berbagai kehidupan masyarakat dan menumbuhkan rasa tanggung jawab sosial terhadap dampak sains dan teknologi yang terjadi di masyarakat.
Sains Teknologi Masyarakat atau sering disingkat STM adalah suatu model pembelajaran baru yang awalnya muncul di Inggris dan Amerika Serikat, kemudian menyebar ke berbagai negara. STM merupakan suatu istilah dari usaha terbaru untuk memasukkan konteks dunia nyata ke dalam pendidikan IPA (Srini, 2017: 73). Pembelajaran yang menyajikan masalah atau konteks pada dunia nyata sangat bagus untuk siswa. Konsep yang telah dipahami siswa setelah mengikuti pembelajaran akan dapat diaplikasikan oleh siswa dalam kehidupannya sehari-hari. Pemahaman mengenai suatu konsep apabila sering diaplikasikan dan digunakan akan menjadi lebih bermakna. Apabila suatu konsep yang dipahami hanya berhenti setelah siswa mengerjakan tes atau ulangan maka pemahaman siswa tidak akan bertahan lama.
Menurut Poedjiadi (dalam Putra, 2015:141) menjelaskan bahwa model pembelajaran STM adalah model pembelajaran yang memberikan pemahaman mengenai keterkaitan antara materi yang sedang diajarkan dengan kehidupan sehari-hari siswa dalam masyarakat. Dalam pembelaaran menggunakan model STM, pasti ada suatu tema yang dibahas dan didiskusikan di dalam kelas. Tema yang dibahas tentu mengandung masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari siswa. Masalah yang muncul akan diselesaikan menggunakan konsep yang telah dipahami siswa melalui pembelajaran yang diikuti. Model pembelajaran STM menekankan untuk menghubungkan materi yang dipelajari dengan kehidupan sehari-hari. Siswa harus dapat mengaplikasikan pengetahuan yang dimiliki dalam kehidupannya. Cara menanamkan pemahaman konsep kepada siswa dalam model pembelajaran STM bisa bervariasi. Pada tahap pembentukan konsep, guru dapat menggunakan berbagai cara atau metode. Dalam pembelajaran IPA seorang guru dapat memilih cara atau metode yang sesuai untuk membelajarkan IPA seperti melakukan percobaan. Jadi selain berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, pembelajaran IPA dengan menggunakan model STM juga dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa agar siswa dapat membangun pemahamannya secara mandiri.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, model pembelajaran STM adalah suatu model pembelajaran yang mengaitkan masalah pada kehidupan nyata dengan konsep yang terdapat pada materi yang dipelajari, kemudian menggunakan konsep yang telah dipahami unuk menyelesaikan masalah yang muncul. Dengan begini pengetahuan yang dimiliki siswa akan bermanfaat dalam kehidupannya sehari-hari.
b. Langkah-langkah model STM
Menurut Poedjiadi (dalam Putra 2015:149) model pembelajaran STM mempunyai lima tahapan atau langkah. Kelima tahapan dari model pembelajaran STM adalah pendahuluan, pembentukan konsep, aplikasi konsep dalam kehidupan, pemantapan konsep dan penilaian.
1) Pendahuluan
Tahap pendahuluan dalam model pembelajaran STM dapat dilakukan dengan beberapa hal seperti inisiasi, apersepsi, dan eksplorasi terhadap siswa. Ada satu hal yang khas dari model STM, yaitu pembelajaran selalu diawali dengan pemunculan masalah yang dapat digali dari siswa maupun dimunculkan oleh guru sendiri. Inilah yang disebut dengan inisiasi atau mengawali. Masalah ini dimunculkan untuk memusatkan perhatian siswa dan merangsang pemikiran siswa. Masalah yang dimunculkan adalah masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, inilah yang dimaksud apersepsi. Pada tahap pendahuluan ini guru juga dapat melakukan eksplorasi dengan memberi tugas siswa untuk melakukan pengamatan di luar kelas misalnya, atau untuk berdiskusi kelompok.
2) Tahap Pembentukan
Konsep Pembentukan konsep dapat dilakukan dengan berbagai metode seperti diskusi kelompok, percobaan, demonstrasi, bermain peran, dan lain-lain. Seorang guru dapat memilih metode yang paling sesuai dengan karakteristik materi yang diajarkan. Pada pembelajaran IPA metode yang sesuai adalah metode yang dapat memberi kesempatan kepada siswa untuk dapat mengamati dan mengalami sendiri mengenai hal yang sedang dipelajarinya. Dengan metode yang sesuai konsep siswa dapat terbentuk dengan baik. Jika ada siswa yang telah mempunyai konsep awal yang salah, maka siswa tersebut akan dapat merekonstruksi konsep yang dimilikinya menjadi konsep yang benar. materi Menyiapkan alat-alat yang akan digunakan untuk percobaan dan mencoba melakukan percobaan terlebih dulu agar tidak mengalami kegagalan saat melakukan percobaan yang sebenarnya.
3) Aplikasi Konsep dalam Kehidupan
Pada tahap sebelumnya, siswa telah membentuk konsep dan memahami konsep-konsep tersebut. Pada tahap ini, konsep yang telah dipahami siswa dapat diaplikasikan pada kehidupan sehari hari. Isu atau permasalahan yang dimunculkan pada tahap pertama tadi akan diselesaikan pada tahap ini menggunakan konsep yang telah dipahami. Hal ini penting untuk dilakukan karena karakteristik model pembelajaran STM salah satunya adalah mengaitkan materi pembelajaran dengan kehidupan sehari hari. Pembelajaran IPA juga selalu berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Konsep yang diaplikasikan dalam kehidupan nyata akan dipahami oleh siswa secara lebih mendalam.
4) Pemantapan Konsep
Selama kegiatan pembelajaran berlangsung, terkadang ada miskonsepsi yang terjadi pada siswa. Pada tahap ini, guru harus meluruskan miskonsepsi-miskonsepsi yang terjadi. Guru dapat melakukan penekanan-penekanan pada konsep kunci yang pening untuk dipahami siswa.
5) Penilaian
Tahap ini adalah tahapan untuk menguji tingkat pemahaman siswa terhadap suatu konsep. Penilaian dapat dilakukan dengan berbagai teknik yang sesuai dengan materi atau konsep yang diajarkan.
c. Penerapan model STM dalam pembelajaran IPA SD
Tabel 2.1 Prosedur Pelaksanaan Pembelajaran IPA dengan model STM
Kegiatan Guru |
Tahapan |
Kegiatan Siswa |
1. Memberikan soal pretest 2.
Menggali masalah dari siswa atau mengemukakan masalah
jika dari siswa tidak muncul masalah |
Pendahuluan : pemunculan isu
|
1. Mengerjakan soal pretest 2. Mengemukakan masalah (bisa dikemukakan oleh guru jika tidak muncul masalah dari siswa) kemudian menanggapinya |
3. Memberi pengarahan dan penjelasan serta membimbing siswa melakukan percobaan
|
Pembentukan konsep |
3. Melakukan percobaan sesusai dengan instruksi guru secara berkelompok
4. Mengisi lembar kerja |
4. Membimbing siswa melakukan diskusi kelompok 5. Memimpin diskusi kelas saat siswa mengemukakan hasil diskusi kelompok
|
Penerapan konsep dalam kehidupan
|
5. Melakukan diskusi kelompok untuk menerapkan konsep yang telah dipahami untuk menyelesaikan masalah yang dimunculkan pada awal pembelajaran 6. Mengemukakan hasil diskusi dalam diskusi kelas
|
6. Memberi pertanyaanpertanyaan pada siswa dan memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya 7. Meluruskan miskonsepsi siswa dengan memberi penekanan pada hal-hal yang penting untuk dipahami siswa |
Pemantapan konsep
|
7. Menjawab pertanyaan guru 8. Bertanya mengenai hal yang belum dimengerti
|
8. Memberikan soal posttest |
5. Penilaian
|
9. Mengerjakan soal posttest
|
(Poedjiadi, dalam Putra, 2015:156)
Sintaks yang ada pada tabel diatas adalah perencanaan dari kegiatan yang akan dilakukan selama pembelajaran. Perlu adanya sebuah pelaporan tentang bagaimana pelaksanaan dari rencana tersebut untuk menjamin kualitas pembelajaran. Pelaporan tentang bagaimana sintaks itu dilakukan akan disampaikan melalui pengamatan. Hal-hal yang diamati adalah sebagai berikut. Tahap pertama adalah pemunculan isu. Pada tahap ini guru memberikan soal pretest dan siswa mengerjakannya. Kemudian guru memberikan pertanyaan-pertanyaan yang berupa masalah kepada siswa kemudian siswa menanggapi masalah yang dikemukakan guru.Tahap kedua adalah pembentukan konsep. Guru mengawalinya dengan memberikan pengarahan tentang apa yang harus dilakukan siswa. Siswa mendengarkan pengarahan guru lalu berkelompok melakukan percobaan dan mengisi lembar kerja. Guru mengawasi dan membimbing siswa melakukan percobaan. Tahap ketiga adalah penerapan konsep. Siswa melakukan diskusi untuk menerapkan konsep yang didapat pada masalah yang dikemukakan guru, guru membimbing siswa melakukan diskusi. Kemudian siswa mengemukakan hasil diskusi kelompoknya dalam diskusi kelas, guru memimpin diskusi kelas. Tahap keempat adalah pemantapan konsep. Pada tahap ini guru memberi pertanyaan-pertanyaan pada siswa, siswa menjawab pertanyaan dari guru. Guru juga memberi kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan, kemudian guru menjawab pertanyaan siswa dan meluruskan miskonsepsi siswa.Tahap terakhir adalah penilaian. Guru memberikan soal posttest dan siswa mengerjakannya secara individu.
d. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran STM
Pada model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat terdapat kelebihan dan kekurangan dalam pelaksanaannya. Berikut ini akan dipaparkan kelebihan dan kekurangan model pembelajaran STM menurut Poedjiadi (dalam Ruhul. 2019:57-58):
1) Kelebihan Model Pembelajaran STM
Model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat memiliki efek iringan yang lebih kaya karena di samping mengembangkan aspek kognitif melalui pengembangan keterampilan intelektual, model pembelajaran STM juga mengembangkan keterampilan emosional dan keterampilan spiritual. Penggunaan model pembelajaran STM dapat mengangkat kelompok siswa yang berprestasi rendah lebih baik, karena model pembelajaran ini lebih visual atau nyata dan terkait dengan konteks masyarakat. Selain itu, penggunaan model pembelajaran STM secara keseluruhan siswa menunjukkan adanya peningkatan kepedulian terhadap masyarakat dan lingkungannya, peningkatan kreativitas dan lain-lain yang merupakan aspek-aspek di luar kognitif. Dengan demikian, pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran STM memiliki kreativitas yang lebih tinggi, kepedulian terhadap masyarakat dan lingkungan lebih besar, lebih mudah mengaplikasikan konsep konsep yang dipelajari untuk kebutuhan masyarakat, dan memiliki kecenderungan untuk mau berpartisipasi dalam kegiatan menyelesaikan masalah di lingkungannya.
2) Kekurangan Model Pembelajaran STM
Pembelajaran menggunakan model pembelajaran STM memakan waktu yang lebih lama bila dibandingkan dengan model-model pembelajaran yang lainnya. Bagi guru tidak mudah untuk mencari isu atau masalah pada tahap pendahuluan yang terkait dengan topik yang dibahas atau dikaji, karena hal ini memerlukan adanya wawasan luas dari guru dan melatih tanggap terhadap masalah lingkungan. Guru perlu menguasai materi yang terkait dengan konsep dan proses sains yang dikaji selama pembelajaran. Penyusunan perangkat penilaian memerlukan usaha untuk mempelajari secara khusus, misalnya untuk menilai kreativitas seseorang.
2. Pembelajaran IPA
a. Pengertian Pembelajaran IPA
Dalam arti sempit, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau Sains disebut sebagai disiplin ilmu dari Physical Sciences dan Life Sciences. Yang termasuk Physical Sciences yaitu ilmu-ilmu tentang geologi, kimia, fisika, mineralogi, astronomi, dan meteorologi. Sedangkan yang termasuk dari Life Sciences yaitu biologi (anatomi, fisiologi, zoologi, citologi dan lain-lain) Samatowa (2016: 1). Pembelajaran IPA berkaitan dengan mencari tahu mengenai alam secara sistematis. IPA tidak hanya penguasaan tentang pengetahuan saja tetapi juga suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan bisa menjadi sarana mempelajari diri dan alam sekitar bagi siswa, serta dapat diterapkan dalam kehidupan nyata. Proses pembelajaran IPA menggunakan metode pengalaman nyata secara langsung pada siswa mengenai permasalahan di lingkungan sekitar agar siswa dapat memahami alam sekitar secara ilmiah (Kemendikbud, 2015: 81)
Dengan pembelajaran IPA, siswa akan memperolah informasi di lingkungan sekitar secara nyata dan menemukan berbagai macam permasalahan di kehidupan sehari-hari serta mampu menyelesaikan permasalahan tersebut dari berbagai sudut pandang berdasarkan peristiwa IPA. James Conant (Hefridharosa, 2021: 33) menyebutkan bahwa IPA merupakan skema konseptual dan deretan konsep serta yang berhubungan satu sama lain, tumbuh sebagai hasil uji coba dan pengamatan, serta berguna untuk diamati lebih lanjut. Rahayu, & Endang (2015: 30) menambahkan bahwa dalam upaya membangun bangsa, proses pembelajaran IPA mempunyai potensi yang besar. Akan tetapi, masih banyak peserta didik yang mengalami kesulitan dalam memahami IPA dan masih banyak siswa yang kurang menyukai materi pelajaran IPA, sehingga menyebabkan rendahnya kualitas pendidikan IPA.
IPA, sehingga menyebabkan rendahnya kualitas pendidikan IPA. Selanjutnya, Taufik (2015: 33) mengemukakan bahwa Pembelajaran IPA tidak mengabaikan hakikat IPA sebagai sains. Hakikat sains tersebut yaitu produk, proses, dan sikap ilmiah. Pembelajaran IPA harus bisa memberikan pengalaman langsung pada peserta didik sehingga meningkatkan kemampuan mengkonstruksi, memahami, dan menerapkan konsep yang telah dipelajari. Dengan demikian, siswa akan terlatih menemukan sendiri cara memecahkan masalah dengan berbagai konsep.
Pelaksanaan pembelajaran IPA di kelas 1, 2, dan 3 (kelas rendah) ilmu sains termuat pada mata pelajaran lain seperti Bahasa Indonesia, sedangkan pada kelas 4, 5, dan 6 (kelas tinggi), Ilmu Pengetahuan Alam menjadi mata pelajaran tersendiri dengan menerapkan pembelajaran tematik terpadu. Saat ini pembelajaran pada sekolah dasar diikat oleh tema tertentu antar mata pelajaran. Guru mengamati dan menilai sikap siswa di sepanjang proses pembelajaran, sehingga dapat digunakan sebagai pertimbangan guru dalam mengembangkan karakter peserta didik lebih lanjut. Berdasarkan pendapat dari berbagai ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA merupakan pembelajaran yang diarahkan terhadap pengembangan kemampuan berpikir anak berdasarkan pengalaman langsung agar siswa dapat memahami alam sekitar melalui serangkaian kegiatan keterampilan proses yang disesuaikan dengan karakteristik siswa sekolah dasar. Penelitian ini difokuskan pada peningkatan pembelajaran IPA yang diperoleh dari penilaian keterampilan proses dan penilaian hasil belajar.
b. Tujuan Pembelajaran IPA
Tujuan pembelajaran IPA di sekolah dasar menurut Badan Nasional Standar Pendidikan (Susanto, 2016: 171) yaitu:
1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan YME berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaanNya,
2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman tentang konsepkonsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari,
3) Mengembangkan sikap rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling memengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat,
4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan,
5) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan,
6) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP.
Menurut Laksmi (dalam Trianto, 2018: 142) menyatakan bahwa tujuan pendidikan IPA di sekolah, yaitu: (1) memberikan pengetahuan tentang dunia tempat hidup dan cara bersikap kepada peserta didik, (2) menanamkan sikap hidup ilmiah, (3) memberikan keterampilan untuk melaksanakan pengamatan, (4) mendidik peserta didik untuk mengenal dan mengetahui cara kerja serta menghargai para ilmuwan penemunya, dan (5) menggunakan dan menerapkan metode ilmiah dalam memecahkan masalah. Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran IPA yaitu untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap ilmiah siswa dalam memahami alam sekitar. Maka dari itu diharapkan peserta didik bisa berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menghadapi permasalahan di lingkungan sekitar.
c. Ruang Lingkup IPA
Secara umum, Ilmu Pengetahuan Alam terdiri dari tiga bidang ilmu dasar, yaitu fisika, biologi, dan kimia. Kardi & Nur (Trianto, 2018: 136) mengatakan bahwa IPA mempelajari tentang alam semesta, bendabenda di permukaan bumi, perut bumi, dan luar angkasa, baik yang bisa dilihat maupun tidak bisa dilihat oleh indera manusia. IPA merupakan ilmu tentang dunia zat, baik makhluk hidup atau benda mati yang diamati. Ruang lingkup materi mata pelajaran IPA di sekolah dasar terdiri dari enam lingkup yaitu: (1) kerja ilmiah dan keselamatan kerja, (2) makhluk hidup dan sistem kehidupan, (3) energi dan perubahannya, (4) materi dan perubahannya, (5) bumi dan alam semesta, serta (6) sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat (Kemendikbud, 2017: 3).
3. Motivasi Belajar
a. Pengertian Motivasi Belajar
Motivasi berasal dari kata latin, yaitu ”movere” yang artinya dorongan atau daya penggerak. Menurut Fillmore H. Standford dalam buku Mangkunegara (2017:93) mengatakan bahwa “motivation as an energizing condition of the organism that services to direct that organism toward the goal of a certain class” (motivasi sebagai suatu kondisi yang menggerakkan manusia ke arah suatu tujuan tertentu). Menurut Sardiman (2018:73), motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan motivasi-motivasi tertentu demi mencapai suatu tujuan. Dalam kegiatan belajar, motivasi sangat diperlukan untuk membangkitkan gairah belajar siswa sehingga kegiatan belajar dapat berjalan dengan baik. Adapun pengertian motivasi belajar menurut Sardiman (2018:75) adalah “Keseluruhan daya penggerak didalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai”. Uno (2017:23), mengatakan bahwa motivasi belajar merupakan dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung.
Dari beberapa pengertian motivasi belajar menurut para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar merupakan dorongan yang timbul baik dari dalam maupun dari luar diri siswa, yang mampu menimbulkan semangat dan kegairahan belajar serta memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki dapat tercapai.
b. Fungsi Motivasi
Motivasi mempunyai fungsi yang sangat penting dalam suatu kegiatan, yang nantinya akan mempengaruhi kekuatan dari kegiatan tersebut. Dimana motivasi merupakan pendorong seseorang untuk melakukan suatu kegiatan. Menurut Sardiman (2018:25), fungsi motivasi ada 3 yaitu:
1) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
2) Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuan.
3) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.
Selanjutnya, Sukmadinata (2016:62), mengatakan bahwa motivasi memiliki 2 fungsi, yaitu:
1) Mengarahkan (directional function)
Dalam mengarahkan kegiatan, motivasi berperan mendekatkan atau menjauhkan individu dari sasaran yang akan dicapai. Apabila sasaran atau tujuan merupakan sesuatu yang diinginkan oleh individu, maka motivasi berperan mendekatkan. Sedangkan bila sasaran tidak diinginkan oleh individu, maka motivasi berperan menjauhi sasaran
2) Mengaktifkan dan meningkatkan kegiatan (activating and energizing function)
Suatu perbuatan atau kegiatan yang tidak bermotif atau motifnya sangat lemah, akan dilakukan dengan tidak sungguh-sungguh, tidak terarah dan kemungkinan besar tidak akan membawa hasil. Sebaliknya apabila motivasinya besar atau kuat, maka akan dilakukan dengan sungguh sungguh, terarah dan penuh semangat, sehingga kemungkinan akan berhasil lebih besar.
Berdasarkan uraian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa motivasi berfungsi sebagai pendorong seseorang untuk melakukan suatu kegiatan dan mencapai prestasi. Dengan adanya usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi, maka seseorang yang melakukan kegiatan itu akan dapat melahirkan prestasi yang baik dan sasaran akan tercapai.
c. Indikator Motivasi Belajar
Dalam kegiatan belajar, siswa memerlukan motivasi. Motivasi yang ada pada pada diri setiap siswa itu memiliki ciri-ciri yang berbeda. Menurut Sardiman (2018:83), ciri-ciri motivasi yang ada pada siswa diantaranya:
1) Tekun menghadapi tugas, artinya siswa dapat bekerja secara terus menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai.
2) Ulet menghadapi kesulitan, siswa tidak lekas putus asa dalam menghadapi kesulitan. Siswa bertanggung jawab terhadap keberhasilan dalam belajar dan melaksanakan kegiatan belajar.
3) Menunjukkan minat terhadap macam-macam masalah, berani menghadapi masalah dan mencari jalan keluar dari masalah yang sedang dihadapi. Misalnya masalah ekonomi, pemberantasan korupsi dan lain sebagainya.
4) Lebih senang bekerja mandiri, artinya tanpa harus disuruh pun, ia akan mengerjakan apa yang menjadi tugasnya.
5) Cepat bosan pada tugas-tugas rutin atau hal-hal yang bersifat mekanis, berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif.
6) Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu)
7) Tidak mudah melepaskan hal yang diyakininya, artinya ia percaya dengan apa yang dikerjakannya.
8) Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.
4. Hasil Belajar
Hasil belajar yang utama adalah pola tingkah laku yang bulat yang diperoleh setiap siswa setelah proses belajar. Selain itu hasil belajar juga merupakan perolehan seseorang dari suatu perubuatan belajar atau hasil belajar merupakan kecakapan nyata yang dicapai siswa hdalam waktu tertentu. Selain itu hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang berbentuknya, yaitu dari kata “Hasil dan Belajar”. Pengertian hasil menunjukkan pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu motivasi atau proses yang mengakibatkan perubahan. Sedangkan belajar adalah serangkaian kegiatan untuk memproleh perubahan baik tingkah laku sebagai hasil pengelaman individu dengan interaksi lingkungannya.
Ahmad Susanto (2016:5), mengemukakan, yang dimaksud dengan hasil belajar siswa adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Karena belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperolah suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Moh Suardi mengemukakan (2018:21), bahwa hasil belajar ini bertujuan untuk memastikan bahwa pembelajaran tetap melekat dan berhasil diterapkan, membantu peserta belajar menerapkan dan memperluas pengetahuan atau keterampilan baru mereka pada pekerjaan sehingga hasil belajar akan melekat dan penampilan hasil akan terus meningkat.
Menurut Asmawi (Zulvian Firdaus, 2018), hasil belajar merupakan “Perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami motivasi belajar”. Belajar di dalam kelas adalah salah satu bentuk proses dari belajar yang dilakukan oleh peserta didik dan tenaga pendidik. Oleh karenanya, hasil belajar yang dimaksud adalah ukuran dari keberhasilan proses belajar.
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah output yang dihasilkan oleh peserta didik selama proses pembelajaran. Hasil pembelajaran ini merupakan tujuan akhir dari proses pembelajaran yang tercermin dari adanya perubahan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor.
B. Kerangka Berpikir
Kondisi awal yang muncul sebagai permasalahan adalah rendahnya motivasi dan hasil belajar siswa kelas kelas IV ..................... Semester 2 tahun pelajaran 2022/2023 dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam materi energi alternatif dan cara penggunaannya. Langkah-langkah yang ditempuh untuk mengatasi masalah tersebut adalah melaksanakan kegiatan perbaikan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam materi energi alternatif dan cara penggunaannya dengan menerapkan pendekatan sains teknologi masyarakat yang diharapkan dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.
Kondisi akhir yang diharapkan adalah untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa sehingga tingkat ketuntasan belajar siswa dapat tercapai, memperbaiki proses dan memberikan pengalaman nyata kepada siswa tentang konsep pembelajaran yang diterimanya sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik serta tercapainya tujuan pelaksanaan proses pembelajaran, yaitu meningkatnya motivasi dan hasil belajar siswa minimal 85% dari seluruh siswa yang mengikuti pembelajaran.
Dalam bentuk bagan, kerangka pikir pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut :
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan untuk penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Penerapan pendekatan sains teknologi masyarakat pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam materi energi alternatif dan cara penggunaannya dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas IV ..................... Semester 2 tahun pelajaran 2022/2023.
b. Penerapan pendekatan sains teknologi masyarakat pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam materi energi alternatif dan cara penggunaannya dapat meningkatkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV ..................... Semester 2 tahun pelajaran 2022/2023.
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
A. Subjek, Tempat dan Waktu Penelitian, Pihak yang Membantu
1. Subyek Penelitian
Adapun yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas IV ..................... Semester 2 Tahun Pelajaran 2022/2023, dengan jumlah 12 siswa, terdiri dari 7 siswa laki-laki dan 5 siswa perempuan
2. Tempat dan Waktu Penelitian
a. Tempat Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti mengambil lokasi di kelas IV SDN 10/ VII Muara Ketalo yang beralamat di Desa Muara Ketalo, Kecamatan Mandiangin Kabupaten Sarolangun Provinsi Jambi
b. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan selama satu bulan, yaitu pada bulan Maret 2023 s.d Mei 2023 selama 3 bulan dilaksanakan dalam 2 siklus dan masing-masing siklus terdiri dari 2 pertemuan.
Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
No |
Kegiatan |
Minggu Ke |
|||||||||||
Maret |
April |
Mei |
|||||||||||
1 |
2 |
3 |
4 |
1 |
2 |
3 |
4 |
1 |
2 |
3 |
4 |
||
I. |
Persiapan |
||||||||||||
1 |
Perencanaan |
√ |
|||||||||||
II. |
Pelaksanaan |
||||||||||||
1 |
Proses pembelajaran |
√ |
√ |
√ |
√ |
||||||||
2 |
Evaluasi |
√ |
√ |
||||||||||
3 |
Analisis Data |
√ |
|||||||||||
4 |
Penyusunan Hasil |
√ |
|||||||||||
III. |
Laporan |
||||||||||||
1 |
Pelaporan Hasil |
√ |
√ |
3. Pihak yang Membantu
Prosedur pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan dalam dua siklus perbaikan pembelajaran. Selama proses pengambilan data, peneliti dibantu oleh teman sejawat.
Nama : RITA ANDRIANI, S.Pd
NIPK : 20058501123291
Pekerjaan/Jabatan : Guru Kelas IV
Tugas : Mengobservasi Kegiatan Perbaikan Pembelajaran.
B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran
Pendekatan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Jenis
penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas
(classroom action research). Menurut Umar dan Kaco (2017: 9) bahwa “PTK
bertujuan untuk perbaikan dan peningkatan layanan profesional guru dalam
menangani kegiatan belajar mengajar”. Model PTK merupakan penelitian proses
pengkajian berdaur yang terdiri dari dua siklus, di mana setiap siklus terdiri
atas empat tahap, yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Daur
penelitian tindakan kelas ditujukan sebagai perbaikan atas hasil refleksi
terhadap tindakan sebelumnya yang dianggap belum berhasil, maka masalah tersebut
dipecahkan kembali dengan mengikuti daur sebelumnya melalui tahapan yang
berurutan. Penelitian ini mengikuti model Kurt Lewin yang terdiri dari
perencanaan (planning), aksi atau tindakan (acting), observasi (observing)
dan refleksi (reflecting).
Adapun model dan penjelasan untuk masing-masing tahap adalah
sebagai berikut.
Gambar 3.1 Model Penelitian Tindakan Kelas (Arikunto, 2020:63)
Adapun penjelasan untuk masing-masing tahapan pelaksanaan penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut :
1. Perencanaan, adalah langkah pertama yang dilakukan guru dalam melaksanakan penelitian tindakan kelas. Perencanaan di sini memiliki arti merencanakan hal apa saja yang akan dilakukan terhadap siswa. Hal ini meliputi (a) apa yang harus dilakukan oleh siswa, (b) waktu pelaksanaan, (c) tempat melakukan tindakan, (d) persiapan peralatan dan sarana, serta (e) apa tindakan lanjutannya.
2. Pelaksanaan, adalah kegiatan menerapkan apa saja yang sudah dirancang dalam perencanaan. Guru harus memperhatikan apakah ada kesesuaian antara perencanaan dengan pelaksanaan, apakah proses tindakan yang dilakukan lancar, bagaimanakah kondisi pelaksanaan rencana, bagaimanakah semangat siswa dalam mengikuti pembelajaran, dan bagaimanakah hasil tindakan yang dilaksanakan.
3. Pengamatan, adalah kegiatan mencermati jalannya pelaksanaan tindakan. Kegiatan pelaksanaan dan pengamatan dilakukan dalam waktu yang bersamaan dengan menggunakan format pengamatan oleh orang lain (teman sejawat peneliti) atau oleh guru yang melakukan penelitian sendiri. Hal-hal yang diamati adalah hal-hal yang sudah dijelaskan dalam poin pelaksanaan.
4. Refleksi, adalah kegiatan mengingat kembali kegiatan yang sudah lampau baik oleh guru maupun oleh siswa, untuk menemukan hal-hal yang perlu diperbaiki dalam siklus selanjutnya. Karena tindakan penelitian ditujukan pada siswa maka pendapat siswa sangat diutamakan dalam mencari hal-hal sebagai perbaikan siklus selanjutnya (Suharsimi Arikunto, 2010: 17-19).
Secara keseluruhan dalam setiap siklus terdapat empat tahap yang harus ditempuh, yaitu:
- Perencanaan
a. Dalam merencanakan tindakan, peneliti membuat perencanaan / skenario pembelajaran melalui pendekatan sains teknologi masyarakat
b. Membuat lembar observasi pengamatan terhadap motivasi siswa dan guru selama berlangsung pembelajaran.
c. Membuat media pembelajaran yang menarik
d. Menyediakan berbagai sumber untuk kajian dan bahan untuk memecahkan permasalahan
- Pelaksanaan Tindakan
a. Siklus 1
1) Setelah diperoleh gambaran keadaan kelas, perhatian dan motivasi siswa, kemampuan pemahaman siswa, sarana prasarana, hasil belajar siswa maka
2) dilakukanlah Tindakan Kelas yang ke-1, yaitu untuk pembelajaran ilmu pengetahuan alam materi energi alternatif dengan menggunakan pendekatan sains teknologi masyarakat
3) Melakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran baik mengenai motivasi guru, siswa maupun temuan-temuan kejadian yang dianggap penting yang muncul pada saat pembelajaran.
4) Melakukan evaluasi dan menganalisis data yang diperoleh.
5) Refleksi 1 pada kegiatan ini peneliti melakukan perenungan mengenai pembelajaran yang telah dilakukan agar dapat melakukan perbaikan pada pembelajaran berikutnya yang akan diterapkan pada siklus 2.
b. Siklus 2
1) Melaksanakan pembelajaran IPA materi energi alternatif dan cara penggunaannya pendekatan sains teknologi masyarakat
2) Melakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran baik mengenai motivasi guru, siswa maupun temuan-temuan kejadian yang dianggap penting yang muncul pada saat pembelajaran.
3) Melakukan evaluasi dan menganalisis data yang diperoleh.
4) Refleksi 2 pada kegiatan ini peneliti kembali melakukan perenungan terhadap pembelajaran yang telah dilakukan agar dapat melakukan perbaikan.
- Observasi
Kegiatan observasi merupakan kegiatan pengamatan langsung terhadap pelaksanaan tindakan yang dilakukan pada saat pembelajaran sedang berlangsung. Tujuan observasi adalah untuk mengetahui perubahan yang mungkin terjadi dengan adanya pelaksanaan tindakan pada saat pembelajaran sedang dilaksanakan.
- Refleksi
Merupakan suatu proses untuk memecahkan masalah berdasarkan hasil observasi dan temuan di kelas pada saat pembelajaran berlangsung. Kegiatan ini dilakukan untuk mengkaji ulang proses pembelajaran, berdasarkan kajian itu disusun rencana baru untuk diterapkan pada proses pembelajaran berikutnya.
C. Teknik Analisis Data
1. Sumber dan Jenis Data
a. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV ..................... Semester 2 Tahun Pelajaran 2022/2023, guru kelas I dan teman sejawat/observer.
b. Jenis Data
Data yang dikumpulkan adalah data kualitatif dan kuantitatif yang terdiri atas:
1) Proses belajar mengajar
2) Data Hasil Belajar / tes formatif
3) Data keterkaitan antara perencanaan dengan pelaksanaan kegiatan penelitian perbaikan pembelajaran.
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan penulis dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut.
a. Tes
Menurut Sukmadinata (2016:223) bahwa “tes hasil belajar kadang-kadang disebut juga tes prestasi belajar, mengukur hasil-hasil belajar yang dicapai murid selama kurun waktu tertentu”. Oleh karena itu, data tentang hasil belajar murid diambil dengan menggunakan tes akhir setiap siklus dalam bentuk ujian. Tes yang digunakan merupakan tes yang dikembangkan sendiri oleh peneliti.
b. Observasi
Heryadi (2014:84) mengemukakan, “Teknik observasi adalah Teknik pengumpulan data yang dilakukan secara langsung oleh peneliti dalam mengamati suatu peristiwa atau keadaan”. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik observasi untuk memperoleh data tentang keaktifan, kesungguhan dan tanggung jawab dalam pembelajaran mengidetifikasi unsur-unsur teks berita dan menyimpulkan isi teks berita.
c. Dokumentasi
Dokumentasi dalam penelitian ini berupa buku atau catatan penilaian, data perangkat pembelajaran, pengambilan foto motivasi belajar siswa pada saat proses pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan model sugesti-imajinasi dan profil sekolah. Menurut (Hengki Wijaya. 2019:94) Dokumentasi artinya mengumpulkan data dengan cara mencatat ulang atau mendokumentasikan data yang sebelumnya telah dikumpulkan .
3. Validitas Data
Dalam penelitian ini validasi data dilakukan dengan teknik triangulasi. Triangulasi dilakukan dengan maksud untuk mengecek kebenaran data yang diperoleh dan membandingkannya dengan data yang diperoleh dari sumber lain. Kebenaran hasil wawancara dengan teman sejawat/obsever dapat dibandingkan dengan arsip atau dokumen maupun melalui pengarnatan ketika proses belajar berlangsung. Menurut Sugiyono (2015:83) triangulasi data merupakan teknik pengumpulan data yang sifatnya menggabungkan berbagai data dan sumber yang telah ada. Menurut Wijaya (2018:120-121), triangulasi data merupakan teknik pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Triangulasi sumber data dilakukan untuk mengecek kebenaran data dari guru kelas maupun anak. Sedangkan triangulasi metode dilakukan dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda untuk mendapatkan data yang sama. Observasi dapat dicek kebenarannya dari arsip atau dokumen dan wawancara.
4. Teknik Analisa Data
Analisis data adalah data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul. Analisis data dilaksanakan secara kualitatif dan kuantitatif pada setiap akhir siklus pembelajaran serta data hasil belajar siswa, data yang dianalisis meliputi data hasil observasi kegiatan guru dan aktifitas siswa
a. Data Hasil Pengamatan Motivasi Belajar Siswa
Komponen-komponen yang diamati atau dinilai dari motivasi belajar siswa dengan menggunakan 8 indiaktor, yaitu tekun menghadapi tugas, ulet menghadapi kesulitan, menunjukkan minat terhadap macam-macam masalah, lebih senang bekerja mandiri, cepat bosan pada tugas-tugas rutin atau hal-hal yang bersifat mekanis, tidak mudah melepaskan hal yang diyakininya, senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.
Adapun kriteria penilaian yang digunakan dalam penilaian motivasi belajar siswa menggunakan kriteria Sangat Baik (SB), Baik (B), Cukup (C), dan Kurang (K) secara jelas sebagaimana dijelaskan tabel penilaian di bawah ini.
Tabel 3.2 Kriteria Penilaian Hasil Observasi Motivasi Belajar Siswa
No |
Rentang Nilai |
Kriteria Nilai |
Ket |
1 |
>=49 |
Kurang |
Belum tuntas |
2 |
50-69 |
Cukup |
Belum tuntas |
3 |
70-89 |
Baik |
Tuntas |
4 |
>=90 |
Sangat Baik |
Tuntas |
b. Data Hasil Belajar
Hasil belajar siswa dianalisis secara kuantitatif, sedangkan skala nilai yang digunakan adalah rentang nilai 10 sampai dengan 100. Menurut Arikunto (2020:45) analisis data dimaksudkan untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Perolehan nilai setiap siswa melalui tes hasil belajar menggunakan kriteria sebagai berikut :
Tabel 3.3 Kriteria Penilaian Hasil Belajar
No |
Nilai |
Kriteria |
Ket |
1 |
< 70 |
Belum tuntas |
|
2 |
≥70 |
Tuntas |
|
Perolehan nilai setiap siswa melalui tes hasil belajar secara tertulis diolah dengan rumus :
a. Ketuntasan Belajar Klasikal
Keterangan :
A = Ketuntasan
B = Jumlah Siswa Tuntas (siswa mendapat nilai di atas 70)
C = Jumlah Seluruh Siswa
b. Nilai rata-rata
Keterangan :
X = Nilai Rata-rata
∑Y = Jumlah Nilai Seluruh Siswa
n = Jumlah Seluruh Siswa
Kriteria keberhasilan dalam penelitian ini dapat ditetapkan sebagai berikut.
a. Proses perbaikan pembelajaran dinyatakan berhasil apabila terjadi peningkatan motivasi belajar siswa minimal sebesar 85% dinyatakan tuntas.
b. Proses perbaikan pembelajaran dinyatakan berhasil apabila 85% dari jumlah siswa tuntas belajar.
c. Proses perbaikan pembelajaran dinyatakan berhasil apabila siswa memperoleh nilai sebesar 70 atau lebih.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
1. Deskripsi Kondisi Awal
Dalam kenyataan yang ditemui di lapangan bahwa guru dalam penyampaian pelajaran IPA cenderung monoton, dengan menggunakan metode klasik, yaitu ceramah. Keadaan seperti ini terus berlangsung selama proses pembelajaran. Sementara itu, dalam pelaksanaan pembelajaran sebaiknya guru dapat menerapkan model maupun metode pembelajaran yang kreatif dan dapat menarik motivasi siswa dalam kegiatan pembelajaran. Dalam hal pembelajaran IPA materi energi alternatif dan cara penggunaannya melalui pendekatan sains teknologi masyarakat. Upaya-upaya untuk meningkatkan motivasi siswa dalam proses pembelajaran dapat dilakukan dengan beberapa alternatif cara, yaitu penggunaan metode yang lebih mengikutsertakan siswa dalam pembelajaran, misalnya pendekatan sains teknologi masyarakat karena dengan penggunaan metode yang mampu memicu inisiatif dan motivasi siswa untuk ikut serta dalam kegiatan pembelajaran
Data awal diperoleh dari hasil temuan pada saat dilakukannya proses belajar mengajar, bahwa telah ditemukannya suatu permasalahan pada pembelajaran IPA khususnya materi energi alternatif dan cara penggunaannya di kelas IV ...................... Rendahnya hasil belajar siswa pada materi energi alternatif dan cara penggunaannya disebabkan karena kebanyakan para siswa mengalami kesulitan dalam menyerap materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru. Dari hasil kegiatan tes formatif pada kondisi awal, maka diperoleh penjelasan bahwa nilai rata-rata pada kondisi awal untuk pembelajaran IPA adalah 55,83, sedangkan nilai KKM di SD tersebut adalah 70.
Kondisi ini makin menggugah minat peneliti untuk meneliti lebih mendalam tentang bagaimana proses pembelajaran IPA materi energi alternatif dan cara penggunaannya dapat dilaksanakan secara efektif di kelas IV ...................... Peneliti menyiapkan seluruh perangkat penelitian untuk menggali seluruh proses pembelajaran tersebut agar proses perbaikan pembelajaran yang akan dilaksanakan dapat berjalan dengan baik sehingga hasil yang diharapkan dapat tercapai secara maksimal.
Penjelasan mengenai kondisi awal pembelajaran berdasarkan hasil nilai tes formatif sebagaimana dijelaskan secara rinci pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.1 Rekapitulasi Hasil Nilai Tes Formatif pada Kondisi Awal
Nilai |
Jumlah Siswa |
Capaian |
Tuntas |
|||
Ya |
% |
Tidak |
% |
|||
50 |
6 |
280 |
|
|
√ |
50,00 |
60 |
4 |
240 |
|
|
√ |
33,33 |
70 |
1 |
70 |
√ |
8,33 |
|
|
80 |
1 |
80 |
√ |
8,33 |
|
|
90 |
0 |
0 |
|
|
|
|
100 |
0 |
0 |
|
|
|
|
Jumlah |
12 |
670 |
- |
16,67 |
- |
83,33 |
Nilai >= KKM |
16,67 |
|||||
Nilai Rata-2 |
55,83 |
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dari 12 siswa keseluruhan jumlah siswa, terdapat 2 orang siswa atau sebanyak 16,67% yang tuntas dalam belajar, sehingga terdapat 10 orang siswa atau 83,33 % yang belum tuntas dalam pembelajaran dengan perolehan nilai rata-rata hasil belajar mencapai 55,83.
Komponen-komponen yang diamati atau dinilai dari motivasi belajar siswa dengan menggunakan 8 indiaktor, yaitu tekun menghadapi tugas, ulet menghadapi kesulitan, menunjukkan minat terhadap macam-macam masalah, lebih senang bekerja mandiri, cepat bosan pada tugas-tugas rutin atau hal-hal yang bersifat mekanis, tidak mudah melepaskan hal yang diyakininya, senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal. Penjelasan mengenai data hasil observasi motivasi belajar siswa pada kondisi awal berdasarkan hasil observasi pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran sebagaimana dijelaskan tabel di bawah ini.
Tabel 4.2 Data Motivasi Belajar Siswa Pada Kondisi Awal
No |
Kriteria Penilaian |
∑ Siswa |
Persentase |
Ket |
1 |
Sangat Baik |
0 |
0,00 |
Tuntas |
2 |
Baik |
3 |
25,00 |
Tuntas |
3 |
Cukup |
4 |
33,33 |
Belum Tuntas |
4 |
Kurang |
5 |
41,67 |
Belum Tuntas |
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dari 12 siswa keseluruhan jumlah siswa, terdapat 3 orang siswa atau sebanyak 25,00% yang tuntas dalam belajar, sehingga masih terdapat 9 siswa atau 75,00% yang belum tuntas dinilai dari motivasi belajarnya.
Berdasarkan hasil pengamatan kondisi awal siswa terhadap pembelajaran IPA serta berbagai hambatan-hambatan yang muncul, maka peneliti bersama guru kelas yang diteliti, melakukan kolaborasi untuk mengatasi hambatan dan kesulitan yang ditemukan, peneliti bersama guru kelas yang bertindak sebagai obsever, menyusun dan melaksanakan serangkaian perencanaan tindakan guna mengatasi hambatan-hambatan tersebut, yang diakhiri pada sebuah kegiatan analisis atau refleksi. Pelaksanaan tindakan kelas disesuaikan dengan rencana pembelajaran yang telah dirumuskan sebelumnya. Pelaksanaan tindakan penelitian kelas ini menekankan pada penerapan pendekatan sains teknologi masyarakat, untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa yang diupayakan dan dikondisikan berdasarkan tahapan-tahapan yang telah dipersiapkan sebelumnya dalam tahap perencanaan dengan mengimplementasikan rencana tersebut yang telah dirumuskan oleh peneliti.
2. Deskripsi Siklus 1
a. Perencanaan
Tahap perencanaan yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan menggunakan pendekatan Sains Teknologi Masyarakat. RPP digunakan sebagai acuan dalam kegiatan pembelajaran yang akan digunakan. RPP tersebut juga mengacu pada materi energi alternatif dan cara penggunaannya.
2) Menyiapkan sumber belajar yang akan digunakan pada proses pembelajaran.
3) Menyiapkan media pembelajaran.
4) Menyiapkan lembar observasi guru dan siswa dalam ketercapaiannya mengimplementasikan pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM).
5) Menyiapkan lembar tes formatif
b. Pelaksanaan Tindakan
Tahap pelaksanaan merupakan implementasi dari RPP dan perencanaan yang telah disusun. Tahap pelaksanaan siklus 1 dilakukan dalam dua pertemuan dan masing-masing pertemuan dilakukan selama dua jam pelajaran (2x35 menit).
1) Pertemuan Pertama
a. Kegiatan Awal
Guru membuka pelajaran dengan salam dan doa. Guru mempresensi kehadiran peserta didik. Tahap invitasi. Guru menghadapkan peserta didik pada permasalahan-permasalahan lingkungan. Guru mengajukan pertanyaan kepada peserta didik tentang energi alternatif dan cara penggunaannya. Bagaimana tanggapan kalian mengenai energi alternatif dan cara penggunaannya yang ada disekitar kalian? Apa dampak kegiatan manusia terhadap energi alternatif dan cara penggunaannya?. Guru memotivasi siswa. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. Peserta didik memperhatikan video yang ditayangkan oleh guru. Peserta didik diberi pertanyaan yang berkaitan dengan video. Bagaimana tanggapan kalian melihat video atau gambar tersebut?
b. Kegiatan Inti
Peserta didik menanggapi video atau gambar yang baru saja mereka lihat. Guru mengadakan curah pendapat mengenai permasalahan permasalahan tentang dampak kegiatan manusia terhadap energi alternatif dan cara penggunaannya. Peserta didik membuat rumusan masalah dengan bimbingan guru. Tahap Eksplorasi. Peserta didik dibagi menjadi 4 kelompok. Setiap kelompok mencari informasi mengenai dampak energi alternatif dan cara penggunaannya. Tahap Solusi. Peserta didik menyusun laporan dengan bimbingan guru. Peserta didik mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas secara bergantian. Peserta didik menanggapi presentasi kelompok lain. Peserta didik mengajukan pertanyaan tentang hal-hal yang belum jelas. Peserta didik membuat kesimpulan. Tahap Aplikasi. Setelah Peserta didik membuat kesimpulan, kemudian guru menyiapkan beberapa kegiatan untuk memanfaatkan energi matahari dalam kehidupan sehari-hari, misal menjemur kain basah, membakar kertas dengan kaca pembesar dan lainnya. Setelah selesai, guru mengajukan pertanyaan kepada peserta didik “Apa saja bentuk-bentuk energi alternatif dan cara penggunaannya ada di sekitar kita?”. Kemudian peserta didik menentukan alternatif kebijakan untuk membuat teknologi ramah lingkungan dengan menggunakan energi alternatif dan cara penggunaannya secara berkelompok dengan bimbingan guru. Peserta didik mencatat alat dan bahan yang akan digunakan untuk membuat alat-alat yang menggunakan energi alternatif dan cara penggunaannya secara berkelompok dengan bimbingan guru.
c. Kegiatan Akhir
Guru dan peserta didik menyimpulkan pembelajaran Guru dan peserta didik merefleksi pembelajaran yang telah dilakukan. Guru dan peserta menutup pembelajaran dengan salam dan doa.
2) Pertemuan kedua:
a. Kegiatan Awal
Guru membuka pelajaran dengan salam. Guru mempresensi kehadiran Peserta didik. Apersepsi : guru menanyakan,”Apa saja contoh-contoh energi alternatif dan cara penggunaannya?”. Guru memotivasi Peserta didik. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
b. Kegiatan Inti
Peserta didik menjelaskan contoh kegiatan manusia yang menggunakan energi alternatif dan cara penggunaannya. Peserta didik menyiapkan alat dan bahan untuk membuat kincir angin sederhana. Tahap Aplikasi. Peserta didik memperhatikan penjelasan dan contoh yang disampaikan guru untuk membuat kincir angin sederhana tersebut. Peserta didik membuat kincir angin sederhana tersebut dengan bimbingan guru. (Beberapa lembar kertas origami ukuran 16×16 cm, Lem kertas, Kawat kecil, Karet gelang, Tusuk sate/batang bambu, Mutiara sintetis) Peserta didik membersihkan alat-alat yang sudah selesai digunakan. Kemudian peserta didik membersihkan kelas. dan mencuci tangan menggunakan sabun.
c. Kegiatan Akhir
1) Guru dan peserta didik menyimpulkan pembelajaran.
2) Peserta didik mengerjakan tes formatif akhir siklus yang diberikan oleh guru.
3) Guru dan peserta didik merefleksi pembelajaran yang telah dilakukan.
4) Guru dan peserta didik menutup pembelajaran dengan salam dan doa.
Nilai hasil test pada siklus I diperoleh dari tes formatif yang dilaksanakan secara individu pada akhir pelaksanana siklus pertama dengan jumlah soal sebanyak 10 soal, hasil itu dapat diketahui dalam gambaran sebagai berikut:
Tabel 4.3 Rekapitulasi Hasil Nilai Tes Formatif pada Siklus I
Nilai |
Jumlah Siswa |
Capaian |
Tuntas |
|||
Ya |
% |
Tidak |
% |
|||
50 |
0 |
0 |
|
|
|
|
60 |
2 |
100 |
|
|
√ |
16,67 |
70 |
4 |
240 |
|
|
√ |
33,33 |
80 |
4 |
280 |
√ |
33,33 |
|
|
90 |
1 |
80 |
√ |
8,33 |
|
|
100 |
1 |
90 |
√ |
8,33 |
|
|
Jumlah |
12 |
790 |
- |
50,00 |
- |
50,00 |
Nilai >= KKM |
50,00 |
|||||
Nilai Rata-2 |
65,83 |
Dari hasil analisis data hasil penelitian pada siklus pertama sebagaimana tersaji pada tabel di atas dapat diterangkan sebagai berikut:
1) Nilai rata-rata hasil belajar pada pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus pertama sebesar 65,83.
2) Jumlah siswa yang tuntas belajarnya sebanyak 6 siswa atau sebesar 50,00%
3) Jumlah siswa yang belum tuntas belajarnya sebanyak 6 siswa atau sebesar 50,00%
Dari penjelasan sebagaimana tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa hasil nilai tes formatif meningkat menjadi 5 siswa (50,00%), dengan perolehan nilai rata-rata hasil belajar sebesar 65,83. Melihat hasil di atas maka peneliti bersama-sama dengan observer menyimpulkan bahwa hasil pengamatan terhadap peningkatan ketuntasan belajar belum mencapai angka di atas 85%, dan nilai rata-rata hasil belajar belum mencapai KKM sebesar 70 sehingga proses perbaikan pembelajaran masih harus dilanjutkan pada siklus II.
c. Observasi
Observasi juga dilakukan selama jalannya proses pembelajaran yang dilakukan oleh observer pada pertemuan pertama dan kedua siklus 1. Kegiatan observasi dilakukan sendiri oleh observer dengan menggunakan lembar observasi tentang keterlaksanaan sintaks. Setelah mengobservasi siswa selama proses pembelajaran di kelas dengan menggunakan instrumen observasi yang dipegang kolabolator/observer yang terkait dengan motivasi belajar siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran.
Komponen-komponen yang diamati atau dinilai dari motivasi belajar siswa dengan menggunakan 8 indiaktor, yaitu tekun menghadapi tugas, ulet menghadapi kesulitan, menunjukkan minat terhadap macam-macam masalah, lebih senang bekerja mandiri, cepat bosan pada tugas-tugas rutin atau hal-hal yang bersifat mekanis, tidak mudah melepaskan hal yang diyakininya, senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal. Penjelasan mengenai data hasil observasi motivasi belajar siswa pada kondisi awal berdasarkan hasil observasi pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran sebagaimana dijelaskan tabel di bawah ini.
Tabel 4.4 Rekapitulasi Data Motivasi Belajar Siswa Pada Siklus Pertama
No |
Kriteria Penilaian |
∑ Siswa |
Persentase |
Ket |
1 |
Sangat Baik |
1 |
8,33 |
Tuntas |
2 |
Baik |
6 |
50,00 |
Tuntas |
3 |
Cukup |
5 |
41,67 |
Belum Tuntas |
4 |
Kurang |
0 |
0,00 |
Belum Tuntas |
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa dari 12 siswa terdapat 7 orang yang tuntas belajarnya (58,33%) dilihat dari motivasi belajarnya, sedangkan 5 siswa (41,67%) belum tuntas dilihat dari motivasi belajarnya. Melihat hasil di atas maka peneliti bersama-sama dengan observer sepakat untuk melaksanakan perbaikan pembelajaran pada siklus II dengan harapan pada siklus II motivasi belajar siswa dapat mencapai perolehan di atas 85% sesuai dengan kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan.
d. Refleksi
Setelah melaksanakan pembelajaran pada siklus 1 dari pertemuan pertama dan kedua kemudian diadakan refleksi dalam bentuk diskusi terkait proses kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Diskusi dilakukan bersama kepala sekolah dan observer guna untuk mencari kelebihan dan kekurangan yang terdapat pembelajaran siklus 1 yang dapat digunakan untuk perbaikan pada siklus 2. Dalam diskusi yang dilakukan bersama kepala sekolah dan observer, ditemukan beberapa kelebihan dan kekurangan dari pelaksanaan pembelajaran pertemuan pertama, kedua dan ketiga.
Adapun kelebihan dari pembelajaran yang telah dilakukan dalam siklus 1 diantaranya yaitu :
1) Rancangan atau rencana pembelajaran telah disusun dengan baik bersama dengan guru.
2) Persiapan yang dilakukan sudah cukup matang, dari penyusunan RPP sampai pada media dan alat pembelajaran yang digunakan sudah disiapkan sebaik mungkin.
3) Dengan adanya diskusi dan pembelajaran berbuat (mengamati dan menentukan secara langsung), mulai tumbuh motivasi siswa selama megikuti jalannya proses pembelajaran.
4) Guru tidak lagi menjadi satu-satunya sumber belajar, pembelajaran sudah berlangsung dua arah, terbukti dengan adanya komunikasi yang baik antara guru dan siswa dengan pertanyaan yang diajukan siswa.
5) Siswa saling berlomba dengan kelompok lain secara sportif untuk mendapatkan jawaban yang terbaik. Selain kelebihan-kelebihan tersebut, terdapat beberapa kekurangan selama proses pembelajaran siklus 1 dari pertemuan pertama dan kedua.
Beberapa kekurangan tersebut yaitu:
1) Alokasi waktu kurang sesuai dengan yang ditentukan, ada beberapa langkah pembelajaran yang melebihi batas waktu meskipun tidak terlalu banyak.
2) Pembagian kelompok tidak berjalan dengan mulus karena ada beberapa siswa yang protes ketika guru membagi kelompok secara heterogen.
3) Masih ada beberapa siswa yang mengganggu jalannya diskusi dengan ramai sendiri.
4) Siswa masih agak takut untuk mengemukakan pendapat di depan kelas, dorongan untuk berani berpendapat masih kurang.
5) Masih ada beberapa siswa yang kebingungan dengan pendekatan sains teknologi masyarakat yang digunakan.
3. Deskripsi Siklus 2
Pelaksanaan tindakan pada siklus 2 juga dilakukan dalam empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan dan observasi, serta refleksi.
a. Perencanaan
1) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan menggunakan pendekatan Sains Teknologi Masyarakat. RPP digunakan sebagai acuan dalam kegiatan pembelajaran yang akan digunakan. RPP tersebut juga mengacu pada materi energi alternatif dan cara penggunaannya berdasarkan hasil refleksi siklus pertama
2) Menyiapkan sumber belajar yang akan digunakan pada proses pembelajaran.
3) Menyiapkan media pembelajaran.
4) Menyiapkan lembar observasi guru dan siswa dalam ketercapaiannya mengimplementasikan pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM).
5) Menyiapkan lembar tes formatif
b. Pelaksanaan Tindakan
Tahap pelaksanaan merupakan implementasi dari RPP dan perencanaan yang telah disusun. Tahap pelaksanaan siklus 1 dilakukan dalam dua pertemuan dan masing-masing pertemuan dilakukan selama dua jam pelajaran (2x35 menit).
1) Pertemuan Pertama
a. Kegiatan Awal
Guru membuka pelajaran dengan salam dan doa. Guru mempresensi kehadiran peserta didik. Tahap invitasi (guru menghadapkan peserta didik pada permasalahan-permasalahan lingkungan). Guru mengajukan pertanyaan kepada peserta didik tentang energi alternatif dan cara penggunaannya. Bagaimana tanggapan kalian mengenai energi alternatif dan cara penggunaannya yang ada disekitar kalian?. Apa dampak kegiatan manusia terhadap energi alternatif dan cara penggunaannya?. Guru memotivasi siswa.Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. Peserta didik memperhatikan video yang ditayangkan oleh guru. Peserta didik diberi pertanyaan yang berkaitan dengan video. Bagaimana tanggapan kalian melihat video atau gambar tersebut?
b. Kegiatan Inti
Peserta didik menanggapi video atau gambar yang baru saja mereka lihat. Guru mengadakan curah pendapat mengenai permasalahan permasalahan tentang dampak kegiatan manusia terhadap energi alternatif dan cara penggunaannya. Peserta didik membuat rumusan masalah dengan bimbingan guru.Tahap Eksplorasi. Peserta didik dibagi menjadi 4 kelompok. Setiap kelompok mencari informasi mengenai dampak energi alternatif dan cara penggunaannya.Tahap Solusi. Peserta didik menyusun laporan dengan bimbingan guru. Peserta didik mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas secara bergantian. Peserta didik menanggapi presentasi kelompok lain. Peserta didik mengajukan pertanyaan tentang hal-hal yang belum jelas. Peserta didik membuat kesimpulan.Tahap Aplikasi. Setelah Peserta didik membuat kesimpulan, kemudian guru menyiapkan beberapa kegiatan untuk memanfaatkan energi alternatif air dalam bentuk kincir air. Setelah selesai, guru mengajukan pertanyaan kepada peserta didik “Apa saja bentuk-bentuk energi alternatif dan cara penggunaannya ada di sekitar kita?”. Kemudian peserta didik menentukan alternatif kebijakan untuk membuat teknologi ramah lingkungan dengan menggunakan energi alternatif dan cara penggunaannya secara berkelompok dengan bimbingan guru. Peserta didik mencatat alat dan bahan yang akan digunakan untuk membuat alat-alat yang menggunakan energi alternatif dan cara penggunaannya secara berkelompok dengan bimbingan guru.
c. Kegiatan Akhir
1) Peserta didik menyimpulkan pembelajaran.
2) Peserta didik merefleksi pembelajaran yang telah dilakukan.
3) Peserta didik menutup pembelajaran dengan salam dan doa.
2) Pertemuan kedua
a. Kegiatan Awal
Guru membuka pelajaran dengan salam. Guru mempresensi kehadiran Peserta didik. Apersepsi : Guru menanyakan,”Apa saja contoh-contoh energi alternatif dan cara penggunaannya?”. Guru memotivasi Peserta didik. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
b. Kegiatan Inti
Peserta didik menjelaskan contoh kegiatan manusia yang menggunakan energi alternatif dan cara penggunaannya. Peserta didik menyiapkan alat dan bahan untuk membuat kincir air sederhana. Tahap Aplikasi. Peserta didik memperhatikan penjelasan dan contoh yang disampaikan guru untuk membuat kincir air sederhana tersebut. Peserta didik membuat kincir air sederhana tersebut dengan bimbingan guru. (Buatlah sebuah lingkaran berbahan bahan gabus dengan jangka (diameter sesuai selera, bisa 15-20 cm), Iris gabus dengan menggunakan pisau, atau dapat memakai pemotong gabus yang elektronik, Buat sebuah baling-baling kincir air. Caranya dengan memotong gelas plastik bekas menjadi sekitar 3-4 bagian. Bentuk potongan tersebut merupakan persegi panjang. Lalu lekatkan potongan gelas plastik tersebut pada lidi dengan menggunakan selotip. Ciptakan poros kincir air dengan melubangi gabus lingkaran tepat di tengah. Adapun ukuran lubang harus sesuai dengan ukuran sedotan. Tusuk sedotan pada lubang lalu masukkan lidi ke dalam sedotan. Letakkan baling-baling pada pinggir lingkaran gabus. Masukkan lidi yang telah ditempeli potongan gelas plastic tadi bekas ke pinggir gabus. Kincir air sudah siap digunakan. Silahkan coba menjalankan kincir dengan mengalirkan air lewat kran air). Peserta didik membersihkan alat-alat yang sudah selesai digunakan. Kemudian peserta didik membersihkan kelas. dan mencuci tangan menggunakan sabun.
c. Kegiatan Akhir
1) Guru dan peserta didik menyimpulkan pembelajaran.
2) Peserta didik mengerjakan tes formatif akhir siklus yang diberikan oleh guru.
3) Guru dan peserta didik menutup pembelajan salam dan doa.
Nilai hasil test pada siklus I diperoleh dari tes harian dengan jumlah soal sebanyak 10 soal, hasil itu dapat diketahui dalam gambaran sebagai berikut:
Tabel 4.5 Rekapitulasi Hasil Nilai Tes Formatif pada Siklus II
Nilai |
Jumlah Siswa |
Capaian |
Tuntas |
|||
Ya |
% |
Tidak |
% |
|||
50 |
0 |
0 |
|
|
|
|
60 |
1 |
60 |
|
|
√ |
8,33 |
70 |
5 |
350 |
√ |
41,67 |
|
|
80 |
4 |
320 |
√ |
33,33 |
|
|
90 |
1 |
90 |
√ |
8,33 |
|
|
100 |
1 |
100 |
√ |
8,33 |
|
|
Jumlah |
12 |
920 |
- |
91,67 |
- |
8,33 |
Nilai >= KKM |
91,67 |
|||||
Nilai Rata-2 |
76,67 |
Dari tabel rekapitulasi hasil nilai tes formatif pada siklus II di atas dapat diterangkan sebagai berikut:
1) Nilai rata-rata hasil belajar pada pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus kedua sebesar 76,67
2) Jumlah siswa yang tuntas belajarnya sebanyak 11 siswa atau sebesar 91,67%
3) Jumlah siswa yang belum tuntas belajarnya sebanyak 1 siswa atau sebesar 8,33%
Dari penjelasan sebagaimana tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa hasil nilai tes formatif meningkat menjadi 11 siswa (91,67%) dengan rata-rata hasil belajar sebesar 76,67. Melihat hasil di atas maka peneliti bersama-sama dengan observer menyimpulkan bahwa hasil pengamatan terhadap peningkatan ketuntasan belajar berdasarkan rata-rata nilai test formatif sudah mencapai angka di atas 85%, dan nilai hasil belajar sudah melebihi KKM sebesar 70 sehingga proses perbaikan pembelajaran dinyatakan berhasil dan tuntas pada siklus II.
c. Observasi
Observasi dilakukan selama jalannya proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru dengan menggunakan lembar observasi tentang peningkatan motivasi belajar siswa.
Komponen-komponen yang diamati atau dinilai dari motivasi belajar siswa dengan menggunakan 8 indiaktor, yaitu tekun menghadapi tugas, ulet menghadapi kesulitan, menunjukkan minat terhadap macam-macam masalah, lebih senang bekerja mandiri, cepat bosan pada tugas-tugas rutin atau hal-hal yang bersifat mekanis, tidak mudah melepaskan hal yang diyakininya, senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal. Penjelasan mengenai data hasil observasi motivasi belajar siswa pada kondisi awal berdasarkan hasil observasi pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran sebagaimana dijelaskan tabel di bawah ini.
Tabel 4.6 Data Motivasi Belajar Siswa Pada Siklus Kedua
No |
Kriteria Penilaian |
∑ Siswa |
Persentase |
Ket |
1 |
Sangat Baik |
8 |
66,67 |
Tuntas |
2 |
Baik |
4 |
33,33 |
Tuntas |
3 |
Cukup |
0 |
0,00 |
Belum Tuntas |
4 |
Kurang |
0 |
0,00 |
Belum Tuntas |
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa dari 12 siswa terdapat 12 siswa yang tuntas belajarnya (100%) dilihat dari motivasi belajarnya. Melihat hasil di atas maka peneliti bersama-sama dengan observer menyimpulkan bahwa hasil pengamatan terhadap peningkatan motivasi belajar sudah mencapai angka di atas 85% sehingga proses perbaikan pembelajaran dinyatakan berhasil dan tuntas pada siklus II
d. Refleksi
Setelah melaksanakan pembelajaran pada siklus 2 dari pertemuan pertama dan kedua maka kemudian diadakan refleksi kembali dalam bentuk diskusi terkait proses kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Dalam diskusi yang dilakukan bersama kepala sekolah dan observer, ditemukan lebih banyak kelebihan dari proses pembelajaran yang telah dilaksanakan. Kelebihan-kelebihan tersebut adalah:
1) Rancangan atau rencana pembelajaran telah disusun dengan sangat baik bersama dengan guru.
2) Persiapan yang dilakukan sudah cukup matang, dari penyusunan RPP sampai pada media dan alat pembelajaran yang digunakan sudah disiapkan sebaik mungkin.
3) Pembelajaran sudah dilaksanakan sesuai sintaks, dilakukan dengan baik dan urut oleh guru.
4) Dengan adanya diskusi dan pembelajaran berbuat (mengamati dan menentukan secara langsung), mulai tumbuh keaktifan siswa selama megikuti jalannya proses pembelajaran.
5) Guru tidak lagi menjadi satu-satunya sumber belajar, pembelajaran sudah berlangsung dua arah, terbukti dengan adanya komunikasi yang baik antara guru dan siswa dengan beberapa pertanyaan yang diajukan siswa.
6) Siswa saling berlomba dengan kelompok lain secara sportif untuk mendapatkan jawaban yang terbaik.
7) Ada interaksi siswa dengan lingkungan yang menyebabkan siswa lebih nyaman dan mudah belajar.
8) Siswa mulai berani mengeluarkan pendapat dan berani melaporkan hasil kerjanya di depan kelas.
9) Siswa yang mengganggu jalannya pembelajaran berkurang karena merasa senang dengan pendekatan sains teknologi masyarakat yang digunakan.
Kekurangan-kekurangan dari siklus 1 sudah tidak terlihat lagi di siklus kedua, hanya mungkin masih ada satu dua siswa yang gaduh dan ramai. Namun hal itu tidak mengganggu jalannya proses pembelajaran sehingga dapat disimpulkan bahwa semua indikator keberhasilan telah tercapai pada siklus kedua sehingga proses pembelajaran dinyatakan selesai dan tuntas pada siklus kedua.
B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Melihat analisis data hasil tes formatif dan observasi di atas (pra siklus, siklus I dan siklus II) dapat dijelaskan bahwa pelaksanaan pendekatan sains teknologi masyarakat pada pembelajaran IPA materi energi alternatif dan cara penggunaannya pada siswa kelas IV ..................... Semester 2 Tahun Pelajaran 2022/2023 diketahui perubahan-perubahan baik dari motivasi belajar siswa dan hasil belajarnya. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel dan diagram di bawah ini:
1. Hasil belajar
Hasil belajar siswa tiap siklusnya mengalami peningkatan, hal ini diukur dari hasil tes yang dijawab oleh siswa, hasil belajar siswa selengkapnya dapat dilihat dalam tabel dan gambar berikut:
Tabel 4.7 Peningkatan Hasil Belajar Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
No |
Siklus |
Nilai |
Tuntas |
% |
Belum Tuntas |
% |
1 |
Awal |
55,83 |
2 |
16,67 |
10 |
83,33 |
2 |
Siklus I |
65,83 |
6 |
50,00 |
6 |
50,00 |
3 |
Siklus II |
76,67 |
11 |
91,67 |
1 |
8,33 |
Dari grafik dan tabel di atas menunjukkan bahwa pelaksanaan pendekatan sains teknologi masyarakat pada pembelajaran IPA materi energi alternatif dan cara penggunaannya pada siswa kelas IV ..................... Semester 2 Tahun Pelajaran 2022/2023 dapat meningkatkan hasil belajar ini ditunjukkan dengan peningkatan hasil belajar per siklus nya dimana pada pra siklus siswa yang tuntas ada 2 siswa atau 16,67%, pada siklus I mengalami kenaikan yaitu ada 6 siswa atau 50,00%, dan pada siklus II ada 11 siswa atau 91,67%, hasil ini sesuai dengan indikator yang ditentukan yakni nilai dengan KKM 70 di atas 85%. Adapun peningkatan nilai rata-rata hasil belajar meningkat dari 55,83 pada kondisi awal menjadi 65,83 pada siklus pertama dan 76,67 pada siklus kedua.
Untuk memperjelas peningkatan ketuntasan dan hasil belajar siswa pada pelaksanaan kegiatan Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II sebagaimana dijelaskan grafik di bawah ini
Gambar 4.1 Peningkatan Ketuntasan Belajar Berdasarkan Nilai Tes Hasil Belajar pada Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
2. Motivasi Belajar
Motivasi belajar siswa tiap siklusnya mengalami peningkatan, hal ini diukur dari hasil pengamatan kolaborator yang terkait dengan motivasi siswa menggunakan 8 indiaktor, yaitu tekun menghadapi tugas, ulet menghadapi kesulitan, menunjukkan minat terhadap macam-macam masalah, lebih senang bekerja mandiri, cepat bosan pada tugas-tugas rutin atau hal-hal yang bersifat mekanis, tidak mudah melepaskan hal yang diyakininya, senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal selengkapnya dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 4.8 Peningkatan Motivasi Belajar Siswa pada Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
No |
Siklus |
Tuntas |
% |
Belum Tuntas |
% |
Ket |
1 |
Awal |
3 |
25,00 |
9 |
75,00 |
|
2 |
Siklus I |
7 |
58,33 |
5 |
41,67 |
|
3 |
Siklus II |
12 |
100,00 |
0 |
0,00 |
Untuk memperjelas peningkatan motivasi belajar siswa pada setiap tahapan penelitian siswa sebagaimana dijelaskan grafik di bawah ini
Gambar 4.2 Peningkatan Motivasi Belajar Siswa pada Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
Dari grafik dan tabel di atas menunjukkan bahwa pelaksanaan pendekatan sains teknologi masyarakat pada pembelajaran IPA materi energi alternatif dan cara penggunaannya pada siswa kelas IV ..................... Semester 2 Tahun Pelajaran 2022/2023 dapat meningkatkan motivasi belajar ini ditunjukkan dengan peningkatan hasil penilaian per siklusnya dimana pada kondisi awal hanya 3 siswa atau 25,00%, siklus I ada 7 siswa atau 58,33%, dan pada siklus II ada 12 siswa atau 100%, hasil ini sesuai dengan indikator yang ditentukan yakni kategori baik dan sangat baik yang mencapai 85 %.
Berdasarkan hasil di atas menunjukkan terjadi peningkatan dari pra siklus, siklus I dan siklus II, dengan kata lain tindakan peneliti dalam pelaksanaan pendekatan sains teknologi masyarakat pada pembelajaran IPA materi energi alternatif dan cara penggunaannya pada siswa kelas IV ..................... Semester 2 Tahun Pelajaran 2022/2023 telah memenuhi indikator yang diinginkan yaitu 85%.
Keberhasilan belajar menurut model belajar ini bukan semata-mata ditentukan oleh kemampuan individu secara utuh, melainkan perolehan belajar itu akan semakin baik apabila dilakukan secara bersama-sama dalam kelompok-kelompok belajar kecil yang terstruktur dengan baik. Melalui belajar dari teman sebaya dan dibawah bimbingan guru, maka proses penerimaan dan pemahaman siswa akan semakin mudah dan cepat terhadap materi yang dipelajari. Jadi ketika memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun secara kelompok. dengan sendirinya dapat memperbaiki hubungan di antara para siswa yang heterogen dengan berbagai latar belakang etnis dan kemampuan, mengembangkan keterampilan-keterampilan proses kelompok dan pemecahan masalah.
Keberhasilan pencapaian indikator kinerja hasil belajar pada siklus 1 dipengaruhi oleh adanya kegiatan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan sains teknologi masyarakat yang bervariasi, menyenangkan dan memungkinkan siswa mengalami pembelajaran yang nyata. Dengan pembelajaran yang demikian, mulai tumbuh motivasi, partisipasi dan keaktifan siswa untuk mengikuti proses pembelajaran dengan antusias dan sungguh-sungguh, sehingga ketika dilakukan tes formatif pada akhir siklus 1 didapatkan hasil sebanyak 50,00% atau 6 siswa sudah mencapai ketuntasan. Dalam pembelajaran Siklus 1 masih ada 50,00% siswa yang belum dapat mencapai ketuntasan. Hal ini dikarenakan masih ada beberapa siswa yang belum dapat menyesuaikan diri dengan pendekatan sains teknologi masyarakat, sehingga siswa-siswa tadi belum begitu antusias dalam kegiatan pembelajaran, belum berani mengungapkan pendapat dan belum sepenuhnya aktif dalam diskusi kelompok yang berlangsung. Kebanyakan siswa yang belum dapat mencapai ketuntasan ini, apabila dilihat dari latar belakang prestasinya termasuk siswa siswa yang menempati rangking bawah di kelas. Kekurangan-kekurangan yang terdapat dalam siklus 1 kemudian dilakukan perbaikan dalam pembelajaran siklus 2. Siswa yang tadinya belum antusias mengikuti pembelajaran sekarang lebih antusias dan aktif dalam bertanya jawab, berdiskusi kelompok, bahkan memperhatikan ketika perwakilan kelompok lain sedang membacakan hasil kerja kelompoknya. Pada siklus kedua sebanyak 11 siswa atau 91,67% dinyatakan tuntas dengan penjelasan nilai rata-rata dari kondisi awal sebesar 55,83 meningkat menjadi 65,83 dan 76,67 pada siklus kedua. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Ahmad Susanto (2016:5), mengemukakan, yang dimaksud dengan hasil belajar siswa adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar.
Kondisi seperti ini sesuai dengan pendapat seorang ahli yang menyatakan bahwa metode dan pendekatan yang digunakan guru secara lebih variatif akan mendorong siswa untuk belajar secara aktif, sehingga penyajian materi pelajaran oleh guru akan lebih menarik. Pembelajaran yang sebelumnya bersifat abstrak dan teoritis, sehingga siswa tidak aktif dalam pembelajaran dan menimbulkan kebosanan terhadap pembelajaran yang dilakukan berubah menjadi menarik (Anita, dalam Damayanti. 2023:585). Upaya yang dilakukan guru untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dengan menggunakan pendekatan sains teknologi masyarakat merupakan langkah yang tepat. Dengan model ini siswa belajar dan bekerja sama dalam kelompok kecil untuk saling membantu dalam menyelesaikan tugas. Selain dapat membantu siswa memahami konsep-konsep sulit, pendekatan sains teknologi masyarakat juga sangat membantu siswa dalam menumbuhkan kemampuan bekerjasama, berpikir kritis, dan kemampuan dalam membantu teman (Sardiman, 2018:15).
Berdasarkan kenyataan yang dihadapi guru dalam upaya mengaktifkan siswa belajar, baik secara individu maupun kelompok guna meningkatkan pemahamanterhadap konsep materi serta peningkatan hasil belajar, maka diterapkan pendekatan sains teknologi masyarakat. Pembelajaran kooperatif yang diistilahkan dengan pembelajaran gotong-royong merupakan sistempengajaranyangmemberikankesempatan kepada anak didikbekerja sama dalam tugas-tugas terstruktur.Bentuk pembelajaran yang dilakukan dalam kegiatan ini adalah hubungan kerja sama antar siswa dalam suatu kelompok belajar untuk mengkaji atau menyelesaikan tugas terhadap permasalahan dan fenomena disekitar siswa. Kegiatan belajar-mengajar, guru berperan sebagai pembimbing guru berusaha menghidupkan dan memotivasi agar terjadinya proses interaksi yang kondusif. Kegiatan belajar mengajar membutuhkan disiplin sebagai suatu pola tingkah laku yang diatur sedemikian rupa menurut ketentuan yang sudah ditaati oleh pihak guru maupun anak didik dengan sabar. Ada batas waktu, untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dalam sistem berkelas (kelompok anak didik), kapan tujuan itu sudah harus dicapai.
Adanya peningkatan proporsi jumlah siswa yang mencapai ketuntasan dari siklus 1 ke siklus 2 dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah meningkatnya antusiasme dan motivasi belajar IPA siswa karena mengalami pembelajaran dengan pendekatan sains teknologi masyarakat yang menyenangkan, menantang dan nyata. Pembelajaran pada siklus 2 yang lebih baik dibanding siklus 1 menyebabkan siswa juga mengalami peningkatan motivasi. Terlihat dari beberapa siswa yang awalnya pasif mulai berani untuk berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran dan mengungkapkan pendapatnya. Peningkatan-peningkatan inilah yang kemudian menyebabkan tingkat motivasi belajar maupun hasil belajar siswa juga ikut meningkat. Adanya satu siswa yang belum mampu mencapai ketuntasan pada akhir siklus 2, setelah dianalisis dalam refleksi bersama guru kelas lebih lanjut ternyata disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya dari hasil observasi yang telah dilakukan sepanjang kegiatan pembelajaran yang berlangsung, memang siswa tersebut seringkali tidak memperhatikan penjelasan dan hanya pasif dalam diskusi kelompok sehingga hasil yang diperolehnya belum maksimal. Ketiga, dari pendapat beberapa teman sekelas siswa tersebut memang agak sulit untuk bersosialisasi dengan teman lain dan prestasi belajarnya di kelas juga tidak terlalu baik.
Dilihat dari hasil observasi selama proses pembelajaran, keaktifan siswa sudah cukup besar. Siswa lebih antusias dan aktif mengikuti langkah-langkah pembelajaran dengan penggunaan pendekatan sains teknologi masyarakat. Model pembelajaran ini mampu memberikan pembelajaran yang menarik tidak hanya terpusat pada guru melainkan berpusat pada siswa dengan lingkungan sekitarnya berfungsi sebagai sumber belajar yang baik dan mampu memberikan hal-hal yang positif kepada siswa sehingga mampu meningkatkan hasil belajar IPA.
Kemajuan belajar siswa tergantung antara
lain
kemampuan dan motivasi. Motivasi merupakan kegiatan belajar aktif, yang
didorong oleh niat (motivasi) untuk menguasai suatu kompetensi guna mengatasi
masala. Hal tersebut sependapat dengan pernyatana Uno (2017:23), mengatakan
bahwa motivasi belajar merupakan dorongan internal dan eksternal pada
siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada
umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung).
Pendekatan sains teknologi masyarakat bertujuan untuk melibatkan siswa dalam desain, pemecahan masalah, pembuatan keputusan, atau kegiatan penelitian; untuk memberikan kesempatan kepada siswa bekerja mandiri dalam jangka waktu tertentu, dan pada akhirnya akan mendapatkan hasil yang nyata atau mempresentasikannya. Sedangkan agar supaya siswa dapat melaksanakan proyek dengan baik diperlukan motivasi, semakin tinggi motivasi semakin aktif dan kompeten dalam mengatasi masalah
Hal ini menunjukkan bahwa pendekatan sains teknologi masyarakat yang diterapkan dengan benar sesuai langkah-langkah yang ada mampu meningkatkan motivasi belajar IPA materi energi alternatif dan cara penggunaannya pada siswa kelas IV yang awalnya kurang antusias pada mata pelajaran IPA materi energi alternatif dan cara penggunaannya. Setelah membandingkan dengan teori-teori pendekatan sains teknologi masyarakat, didapatkan hasil yang sepaham dalam penelitian ini. Melalui kegiatan pembelajaran yang dirancang sesuai dengan langkah-langkah pendekatan sains teknologi masyarakat yang menekankan kepada pembelajaran berbuat yang nyata dan menyenangkan, terbukti mampu meningkatkan hasil belajar maupun motivasi belajar IPA siswa. Teori Michael J. Marquadt yang menyatakan bahwa “belajar dengan bertindak apabila dilaksanakan secara sistematis, dapat secara efektif dan efisien memecahkan masalah dengan strategi inovatif dan mempertahankan, mengembangkan tim yang terus meningkatkan kemampuan mereka…” sejalan dengan hasil penelitian yaitu meningkatnya hasil belajar dan motivasi belajar IPA siswa diiringi dengan peningkatan kerjasama dan interaksi antar siswa untuk memecahkan masalah (action) sehingga pembelajaran menjadi lebih menyenangkan.
Teori Revans yang menyatakan bahwa pendekatan sains teknologi masyarakat mengajarkan suatu konsep atau pengetahuan yang kemudian dihubungkan dengan tindakan dan pengalaman langsung, sehingga dapat membantu proses pembelajaran menjadi lebih nyata…” juga sejalan dengan hasil penelitian. Terlihat dari kegiatan pembelajaran yang berlangsung selama dua siklus dengan pembelajaran berbuat yang nyata, siswa dapat lebih memahami pengetahuan yang diajarkan oleh guru. Kondisi yang demikian kemudian secara bertahap menyebabkan motivasi belajar IPA siswa meningkat dan kemudian mempengaruhi pencapaian hasil belajar siswa sehingga dapat meningkat pula. Menurut Poedjiadi (dalam Putra, 2015:141) menjelaskan bahwa model pembelajaran STM adalah model pembelajaran yang memberikan pemahaman mengenai keterkaitan antara materi yang sedang diajarkan dengan kehidupan sehari-hari siswa dalam masyarakat.
Menurut Slavin (2015:218), pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran pendekatan sains teknologi masyarakat membuat siswa lebih aktif dan dapat memahami materi pelajaran. Siswa lebih mengerti apa yang dipelajari karena siswa menemukan sendiri jawaban atas pertanyaan-pertanyaan berdasarkan suatu topik dilingkungannya untuk kemudian diteliti kebenarannya secara kelompok, hal ini didukung dengan situasi pembelajaran yang menyenangkan.
Berdasarkan uraian dan penjelasan serta data-data hasil pelaksanaan perbaikan pembelajaran sebagaimana diuraikan di atas berupa data hasil tes formatif siklus I, tes formatif siklus II dan data hasil observasi siklus I dan II maka dapat disimpulkan bahwa pendekatan sains teknologi masyarakat terbukti dapat meningkatkan hasil belajar dan motivasi belajar siswa pada pembelajaran IPA materi energi alternatif dan cara penggunaannya di kelas IV ..................... Semester 2 Tahun Pelajaran 2022/2023.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT
A. Simpulan
Berdasarkan temuan dan hasi-hasil yang diperoleh, peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Pembelajaran melalui pendekatan Sains Teknologi Masyarakat pada energi alternatif dapat meningkatkan motivasi siswa. Kenyataan ini dibuktikan dengan peningkatan motivasi siswa menunjukkan perolehan pada studi awal hanya 3 siswa atau 25,00%, siklus I ada 7 siswa atau 58,33%, dan pada siklus II ada 12 siswa atau 100%, hasil ini sesuai dengan indikator yang ditentukan yakni kategori baik dan sangat baik yang mencapai 85%.
2. Pembelajaran melalui pendekatan Sains Teknologi Masyarakat pada energi alternatif dapat meningkatkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal tersebut didukung pula oleh kenaikan hasil belajar siswa dari rata-rata pada studi awal hanya 55,83 pada kondisi awal menjadi 65,83 dan 76,67 pada siklus kedua, dengan tingkat ketuntasan belajar 2 siswa atau 16,67%, pada kondisi awasl menjadi 6 siswa atau 50,00%, dan pada siklus II sebanyak 11 siswa atau 91,67%, hasil ini sesuai dengan indikator yang ditentukan yakni nilai dengan KKM 70 di atas 85%.
B. Saran dan Tindak Lanjut
1. Saran untuk penelitian lanjut
Dari beberapa paparan tentang penelitian tindakan kelas di atas, peneliti mempunyai beberapa saran agar pembelajaran dapat berhasil dapat dilakukan dengan cara :
a. Guru harus bisa mengatur waktu pembelajaran agar pembelajaran dapat berjalan efektif
b. Guru harus bisa membuat suasana pembelajaran yang menyenangkan bagi peserta didik
c. Guru harus benar-benar memahami sifat-sifat psikologis anak didik
d. Guru harus dapat bekerja sama dengan rekan sejawat untuk dapat meningkatkan kualitas pembelajaran
2. Saran untuk penerapan hasil penelitian
Dalam penelitian perbaikan tindakan kelas, ada variabel ekstra yang tidak terkontrol sesuai dengan perencanaaan dan berpengaruh pada validilitas dan realibilitas hasil yaitu faktor pengulangan pembelajaran. Keberhasilan ini cenderung karena pengulangan sehingga untuk lebih lanjut akan efektif apabila variabel ekstra sebaiknya dikurangi.
Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat melibatkan berbagai kemampuan siswa dan model pembelajaran, yaitu pembelajaran indvidu, kelompok, percobaan, klasikal serta memungkinkan penemuan baru yang dapat meningkatkan kemampuan dalam memahami materi pelajaran dan partisipasi dalam keaktifan belajar siswa. Penerapan pendekatan pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat telah menunjukkan implikasi yang nyata dalam pembelajaran. Ada baiknya apabila metode pembelajaran ini diterapkan pada materi-materi pembelajaran yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
A,M, Sardiman, 2018. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Depok : Rajawali Pers
Ahmad, Susanto. 2016. Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Prenadamedia Group
Alam, Andi Sinar. 2020. Penerapan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat Pada Materi Daur Air Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. DIKDAS MATAPPA: Jurnal Ilmu Pendidikan Dasar. Vol, 3. No, 1. April 2020 p-ISSN: 2620-5246 dan e-ISSN: 2620-6307
Amir, Taufik. 2015. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning: Bagaimana Pendidik Memberdayakan Pemelajar di Era Pengetahuan. Jakarta: Kencana.
Arikunto, S. 2020. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Firdaus. Zulfian. 2018. Pengaruh Motivasi dan Minat Belajar Terhadap Hasil Belajar Siswa SMP Negeri 8 Kota Tasikmlaya Survey pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 8 Kota Tasikmalaya.
Hadawiyah, Ruhul. 2019. Efektivitas Penerapan Pendekatan Stm Dalam Pembelajaran IPA Terhadap Pemahaman Konsep Da Sikap Peduli Lingkungan Kelas VII di SMP Negeri 3 Singaraja. Jurnal Pendidikan Biologi Undiksha. p-ISSN : 2599-1450. e-ISSN : 2599-1485. Volume 6 Nomor 2 Tahun 2019. 52-61
Halaluddin, Hengki Wijaya. 2019. Analisis Data Kualitatif: sebuah tinjauan teori & Praktik. Banten, Sekolah Tinggi Tehologia Jaffaray, 2019
Hefridharosa. 2021. Pengaruh Model Pembelajaran
Problem Based Learning
Terhadap Hasil Belajar Pembelajaran IPA di kelas V SDN 3 Jati Baru. Skripsi
Dipublikasikan, Universitas Islam Negeri, Lampung.
Hunaepi, Taufik Samsuri, dkk. 2014. Sain Teknologi Masyarakat “Strategi, Pendekatan, dan Model Pembelajaran, Mataram : Duta Pustaka Ilmu – Gedung Catur FPMIPA IKIP Mataram,
Kemendikbud. 2015. Panduan Integrasi Pendidikan Karakter dalam. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta. Kemendikbud
Kemendikbud. 2017. Buku Guru Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Nababan, Damayanti. 2023.Penerapan Strategi Pembelajaran Kooperatif SPK dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Kristen. Pediaqu: Jurnal Pendidikan Sosial dan Humaniora. Vol. 2, No. 2 Tahun 2023. P-ISSN: 2964-7142; E-ISSN: 2964-6499. 585-594
Nur, Muhammad. 2020. Pembelajaran IPS Berbasis Sains, Teknologi Dan Masyarakat STM. Jurnal Cross-border Vol. 3 No. 2 Juli-Desember 2020, page 357-370
Prabu, A.A. Anwar, Mangkunegara. 2017. Manajemen Sumber Daya Manusia. Perusahaan, Bandung : Remaja Rosdakarya.
Putra, Sitiatava Rizema. 2015. Desain Belajar Mengajar Kreatif Berbasis Sains. Jogjakarta: Divapress.
Rahayu, R & Endang, W. L. 2015. Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Berbasis Problem-Based Learning di SMP. Jurnal Kependidikan, Volume 45. Nomor 1. Halaman 29-43.
Samatowa, U. 2016. Bagaimana Membelajarkan IPA di Sekolah. Jakarta: Depdiknas.
Slavin, Robert
E. 2015. Cooperative
Learning. Bandung: Nusa Media
Srini M, Iskandar. 2017. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Bandung: CV Maulana
Sugiyono 2015. Metode Penelitian Kombinasi Mix Methods. Bandung: Alfabeta
Sukmadinata. Nana Syaodih, 2016. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Susanto, Ahmad. 2016. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana Prenada
Syofrianisda. Moh Suardi, 2018. Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Parama. Ilmu.
Trianto, 2015. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif, dan kontekstual, Jakarta : PT. Kharisma Putra Utama
Trianto. 2018. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif – Progresif. Jakarta: Kharisma Putra Grafika.
Umar, A. dan Kaco, N. 2017. Penelitian Tindakan Kelas: Pengantar Ke Dalam Pemahaman Konsep dan Aplikasi. Makassar: Badan Penerbit UNM
Uno, Hamzah B. 2017 Teori Motivasi Dan Pengukurannya Analisis di bidang pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Wijaya, T. 2018. Manajemen Kualitas Jasa. Edisi Kedua. Jakarta: PT.Indeks.
Untuk mendapatkan file lengkap, silahkan : klik DOWNLOAD atau hub. (WA) 081327121707 - (WA) 081327789201 terima kasih
0 comments:
Post a Comment
Silahkan berkomentar, hindari unsur SARA.
Terima kasih