Loggo
LAPORAN
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PENJASKES MATERI ZAT-ZAT ADITIF MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING PADA SISWA
KELAS V SDN 1 ..................... SEMESTER 2
TAHUN PELAJARAN 2021/2022
Diajukan untuk Memenuhi
Syarat Kenaikan Pangkat golongan III/c ke III/d
Unsur Pengembangan Profesi Guru
.....................
NIP. .....................
SD NEGERI 1 .....................
Jl. ………………………. ....................., Kecamatan ....................., Kabupaten ……………… Provinsi …………….
2022
LEMBAR PENGESAHAN
1. a. Judul Penelitian : Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Penjaskes Materi Zat-zat aditif menggunakan Model Pembelajaran Problem solving pada Siswa Kelas V SDN 1 ..................... Semester 2 Tahun Pelajaran 2021/2022
b. Bidang Ilmu : Penjaskes
c. Kategori Penelitian : Teknik Pembelajaran
d. Jenis Penelitian : Penelitian Tindakan Kelas
2. Ketua Peneliti
a. Nama Lengkap dan Gelar : .....................
b. NIP : .....................
c. Pangkat / Golongan : Penata, III/c
d. Jabatan : Guru
e. Instansi : SDN 1 .....................
f. Tempat Penelitian : SDN 1 .....................
3. Lama Penelitian : 3 bulan (Bulan Januari 2022 sampai dengan Bulan Maret 2022)
4. Sumber Biaya : Swadaya
Mengetahui ....................., 7 Maret 2022
Kepala Sekolah Peneliti
…………………. .....................
NIP. ………………. NIP. .....................
Mengesahkan
Pengawas Sekolah
……………………
NIP…………………..
ABSTRAK
Pembelajaran Penjaskes selama ini masih didominasi oleh pembelajaran konvensional dimana siswa diposisikan sebagai objek pembelajaran, siswa dianggap tidak tahu atau belum mengerti apa-apa, sementara guru memposisikan diri sebagai seorang yang mempunyai pengetahuan. Sehingga guru terkesan memiliki otoritas tertinggi dalam proses pembelajaran. Penelitian ini bertujuan untuk menerapkan metode pembelajaran Problem solving (PBL) sehingga terjadi peningkatan aktivitas dan hasil belajar Penjaskes siswa. Jenis penelitian yang dilaksanakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan teknik pengumpulan data melalui lembar observasi aktivitas siswa dan tes hasil belajar. Teknik analisa data menggunakan teknik desktiptif. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SDN 1 ..................... . Hasil penelitian ini menunjukkan penerapan metode pembelajaran Problem solving (PBL) dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar Penjaskes siswa. Aktivitas siswa ditingkatkan dengan pemberian masalah pada lembar LKS yang digunakan dalam proses pembelajaran. Peningkatan hasil belajar siswa dapat dilihat dari peningkatan aktivitas belajar dari 14 siswa atau 43,75%, siklus I ada 22 siswa atau 68,75%, dan pada siklus II ada 30 siswa atau 93,75% dari jumlah keseluruhan siswa sebanyak 32 siswa. Kenyataan di atas didukung pula oleh peningkatan hasil belajar siswa, di mana nilai rata-rata hasil belajar terus mengalami peningkatan dari 55,00 pada kondisi awal, menjadi 66,88 pada siklus pertama, dan pada akhir siklus kedua menjadi 78,44 dengan tingkat ketuntasan belajar yang juga meningkat pada setiap siklusnya, yaitu 10 orang siswa (31,25%) pada kondisi awal, menjadi 53,46% atau 17 siswa, dan pada siklus terakhir menjadi 87,50% atau 28 siswa. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa indikator kriteria keberhasilan pembelajaran telah tercapai pada siklus kedua, sehingga pelaksanaan perbaikan pembelajaran dinyatakan selesai dan tuntas pada siklus kedua.
Kata kunci : aktivitas, hasil belajar, problem solving
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada peneliti sehingga peneliti menyelesaikan laporan penelitian tindakan kelas (PTK) di SDN 1 ..................... dengan judul “Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Penjaskes Materi Zat-zat aditif Menggunakan Model Pembelajaran Problem solving Siswa Kelas V SDN 1 ..................... Semester 2 Tahun Pelajaran 2021/2022”, yang Alhamdulillah tepat pada waktunya. Penelitian disusun dalam rangka memenuhi penilaian angka kredit unsur pengembangan profesi guru untuk kenaikan pangkat dari golongan III/c ke III/d.
Pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang baik langsung maupun tidak langsung telah membantu penyusunan laporan ini. Akhir kata, peneliti sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan penelitian ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita. Aamiin.
....................., Maret 2022
Peneliti
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................ ii
ABSTRAK.......................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR........................................................................................ iv
DAFTAR ISI....................................................................................................... v
DAFTAR TABEL............................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................... 3
C. Rumusan Masalah ....................................................................... 4
D. Tujuan Penelitian ......................................................................... 4
E. Manfaat Penelitian ...................................................................... 4
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori................................................................................. 7
B. Kerangka Pikir Penelitian............................................................ 20
C. Hipotesis Tindakan...................................................................... 21
BAB III METODE PENELITIAN
A. Setting Penelitian......................................................................... 22
B. Metode dan Rancangan Penelitian ............................................. 22
C. Subjek Penelitian.......................................................................... 24
D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data ........................................... 24
E. Validasi Data............................................................................... 25
F. Analisis Data................................................................................ 26
G. Prosedur Penelitian...................................................................... 27
H. Indikator dan Kriteria Keberhasilan............................................ 31
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data............................................................................. 32
B. Hasil Penelitian............................................................................ 48
C. Pembahasan................................................................................. 51
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ..................................................................................... 54
B. Saran ........................................................................................... 54
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
TABEL Halaman
Tabel 3.1 Kriteria Penilaian Aktivitas Belajar Siswa................................... 26
Tabel 3.2 Kriteria Penilaian Hasil Belajar.................................................... 26
Tabel 4.1 Hasil Tes Formatif Kondisi Awal................................................ 32
Tabel 4.2 Rekapitulasi Hasil Observasi Peningkatan Aktivitas Siswa pada Kondisi Awal 33
Tabel 4.3 Rekapitulasi Nilai Tes Formatif pada Siklus I........................... 38
Tabel 4.4 Rekapitulasi Hasil Observasi Peningkatan Aktivitas Siswa pada Siklus I 39
Tabel 4.5 Rekapitulasi Nilai Tes Formatif pada Siklus II.......................... 45
Tabel 4.6 Rekapitulasi Hasil Observasi Peningkatan Aktivitas Siswa pada Siklus II 46
Tabel 4.7 Nilai Hasil Tes Formatif Temuan Awal, Siklus I dan Siklus II.. 48
Tabel 4.8 Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa pada Temuan Awal, Siklus I dan Siklus II..................................................................................................... 50
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR Halaman
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir............................................................. 21
Gambar 3.1 Siklus dalam Penelitian Tindakan Kelas................................. 23
Gambar 4.1 Grafik Peningkatan dan Penurunan Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I dan II 49
Gambar 4.2 Grafik Peningkatan Nilai Rata-rata Belajar Siswa Pada Siklus I dan II 50
Gambar 4.3 Grafik Ketuntasan Siswa Berdasarkan Tingkat Aktivitas Siswa Pada Siklus I dan II 51
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian
Lampiran 2 Jurnal Kegiatan Penelitian
Lampiran 3 Rencana Perbaikan Pembelajaran Siklus I
Lampiran 4 Rencana Perbaikan Pembelajaran Siklus II
Lampiran 5 Instrumen Pengumpulan Data
Lampiran 6 Analisis Data Hasil Penelitian
a. Nilai Tes Formatif Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II
b. Lembar Observasi Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II
Lampiran 7 Contoh Hasil Pekerjaan Siswa
Lampiran 8 Daftar Hadir Siswa
Lampiran 9 Dokumentasi Pelaksanaan Kegiatan Penelitian Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II
Lampiran 10 Berita Acara Pelaksanaan Seminar PTK
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
- Deskripsi Kondisi Awal
Dari hasil observasi awal ini dapat diketahui bahwa pada saat pembelajaran materi zat-zat aditif berlangsung siswa terlihat pasif dalam menanggapi materi dan kurang bersemangat, hal ini karena metode yang digunakan masih bersifat konvensional sehingga banyak siswa yang mendapatkan nilai di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang sudah ditetapkan dalam mata pelajaran penjaskes yaitu ≥ 70.
Dari observasi kelas yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa metode ceramah kurang memberikan keatifan kepada siswa sehingga kompetensi dan kemampuan berfikir kurang maksimal pada proses pembelajaran. Dari permasalahan pembelajaran tersebut maka perlu diadakan perbaikan dan peningkatan kualitas pembelajaran dikelas, atas kesadaran tersebut maka peneliti mengadakan penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar peserta didik dengan menggunakan model pembelajaran Problem Solving. Metode tersebut merupakan metode yang berdasarkan masalah untuk dipecahkan dengan langkah-langkah memecahkan masalah. Data perolehan Tes formatif tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.1 Hasil Tes Formatif Kondisi Awal
No |
Kriteria Ketuntasan |
Kondisi Awal |
Ket |
|
Jumlah |
% |
|||
1 |
Tuntas |
10 |
31,25 |
|
2 |
Belum Tuntas |
22 |
68,75 |
|
Jumlah |
32 |
100,00 |
||
Nilai terendah |
30,00 |
|||
Nilai tertinggi |
70,00 |
|||
Rata – rata |
55,00 |
|||
Ketuntasan |
31,25 |
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa nilai rata-rata sebesar 55,00 dengan siswa tuntas sebesar 31,25% atau 6 siswa, dengan siswa belum tuntas atau mendapat nilai kurang dari KKM sebesar 70,00 sebanyak 22 siswa atau 68,75% dan angka ketuntasan klasikal sebesar 31,25%.
Penjelasan mengenai aspek aktivitas belajar yang dinilai menggunakan lembar observasi dengan 10 indikator, yaitu perhatian siswa terhadap penjelasan guru, kerjasamanya dalam kelompok, kemampuan siswa mengemukakan pendapat dalam kelompok, memberi kesempatan berpendapat kepada teman dalam kelompok, mendengarkan dengan baik ketika teman berpendapat, memberi gagasan yang cemerlang, membuat perencanaan dan pembagian kerja yang matang, keputusan berdasarkan pertimbangan anggota yang lain, memanfaatkan potensi anggota kelompok, saling membantu dan menyelesaikan masalah. Hasil pengamatan pada kondisi awal sebagaimana dijelaskan di bawah ini.
Tabel 4.2 Rekapitulasi Hasil Observasi Peningkatan Aktivitas Siswa pada Kondisi Awal
No |
Rentang Nilai |
Ketuntasan |
Ket |
|||
Tuntas |
% |
Blm Tuntas |
% |
|||
1 |
≥50 |
- |
- |
15 |
46,88 |
|
2 |
51-69 |
- |
- |
3 |
9,38 |
|
3 |
70-89 |
14 |
43,75 |
- |
- |
|
4 |
>=90 |
0 |
0,00 |
- |
- |
|
Jumlah |
14 |
43,75 |
18 |
56,25 |
Dari penjelasan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar siswa masih rendah, hal tersebut dibuktikan hanya terdapat 14 siswa atau 43,75% yang dinyatakan tuntas karena masuk dalam kriteria penilaian aktif, sedangkan sisanya yaitu 18 siswa atau 56,25% dinyatakan belum tuntas.
Berdasarkan data-data tersebut di atas maka peneliti merasa perlu mengadakan perbaikan dalam masalah pembelajaran yang akan dilaksanakan pada siklus I. Dari hasil analisis data awal dari nilai Tes formatif serta observasi yang dilakukan menunjukkan hal-hal sebagai berikut:
a. Metode yang digunakan guru tidak membuat siswa tidak belajar mengalami langsung. Dalam penelitian ini guru masih menggunakan metode ceramah dalam pembelajaran , meskipun sesekali diselangi dengan metode yang lainnya sehingga kesan yang timbul dalam proses belajar mengajar tersebut ternyata proses transfer informasi yang disampaikan secara lisan dari guru kepada siswa.
b. Aktivitas siswa dalam proses belajar-mengajar tampak masih statis, sekedar mengejar target kurikulum yang telah ditentukan interaksi guru dengan siswa bersifat satu arah dari guru kepada siswa sehingga interaksi antara siswa dengan siswa jarang terjadi.
c. Tidak adanya penggunaan alat peraga, sehingga kesan yang timbul dalam kegiatan belajar mengajar tersebut siswa tidak bersemangat
d. Dalam pelaksanaan pembelajaran pada siklus I, peneliti merumuskan rencana pembelajaran/silabus untuk mata pelajaran dengan materi zat-zat aditif .
- Deskripsi Siklus Pertama
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus I dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan. Penjelasan mengenai pelaksanaan kegiatan pembelajaran sebagaimana dijelaskan di bawah ini.
a. Perencanaan
Sebelum masuk ketahapan pelaksanaan tindakan terlebih dahulu peneliti merumuskan perencanaan tindakan, yaitu dengan berkonsultasi dengan rekan sejawat selaku mitra yang bertindak sebagai observer khususnya berkaitan dengan konsepsi awal siswa sebagaimana terungkap dalam kondisi awal. Selain itu dalam tindakan pembelajaran dengan mengunakan metode problem solving menuntut peran aktif siswa, sehingga diperlukan adanya sedikit pengetahuan/penguasaan siswa terhadap konsep materi yang dipelajari, oleh karenanya peneliti berencana memberikan pemahaman awal mengenai konsep ilmiah yang akan dipelajari, tujuannya untuk membantu siswa memahami materi, sebelum memasuki fase pemecahan masalah. Dan bilamana peneliti beranggapan bahwa penjelasan awal yang diberikan menurut pengamatan peneliti tidak berjalan efektif, maka akan ditindaklanjuti dengan menyuruh siswa membaca buku pelajaran.
Dalam metode pembelajaran dengan problem solving terkait dengan proses memberi pertanyaan/permasalahan dan jawaban/pemecahan masalah, maka peneliti juga harus menyiapkan suatu pertanyaan/permasalahan yang mesti dipecahkan oleh siswa, dan terkait dengan pemberian pertanyaan/permasalahan kepada siswa ada beberapa hal yang mesti direncanakan oleh peneliti, yaitu antara lain : Permasalahan yang dikemukan harus bersifat sederhana, menarik dan proporsional, sesuai dengan tingkat pemahaman dan kemampuan siswa, sesekali peneliti akan mengemukakan suatu permasalahan yang tidak lengkap, permasalahan yang akan dikemukan adalah permasalahan yang membutuhkan banyak jawaban, memberi kesempatan kepada siswa dengan membantu seperlunya saja, dan peneliti akan mengunakan metode dikusi dan tanya jawab.
Mengingat dalam pelaksanaan Siklus I peneliti mengunakan model diskusi dan tanya jawab dalam proses pemecahan masalah dan menarik kesimpulan maka sangat dituntut peran aktif siswa, oleh karenanya, peneliti sedapat mungkin menciptakan penguasaan kelas dan situasi belajar yang kondusif, sehingga proses belajar mengajar menjadi efektif
b. Pelaksanaan
Dalam kegiatan awal subjek penelitian yaitu kelas V melakukan pembiasaan seperti biasanya yaitu berdoa yang dipimpin oleh ketua kelas. Siswa memberikan salam kepada guru (peneliti), suasana kelas cukup kondusif. Sebelum pelajaran dimulai peneliti mengecek kehadiran siswa, dan semua siswa hadir pada hari itu.
Sebelum melaksanakan pembelajaran terlebih dahulu peneliti melakukan apersepsi, yang ditujukan untuk mengetahui pengetahuan awal yang dimiliki siswa tentang pokok bahasan yang akan dipelajari yaitu tentang zat-zat aditif . Pada awalnya siswa kurang teraktivitas, bahkan kurang merespon. Hal ini terlihat dari antusias siswa menjawab pertanyaan dari peneliti. Setelah peneliti melakukan apersepsi kemudian dilanjutkan dengan kegiatan berikutnya. Setelah melaksanakan apersepsi, guru (peneliti) menjelaskan apa saja yang akan dipelajari dalam pembelajaran hari itu. Sebelum kegiatan yang mengarah ke metode problem solving dilaksanakan, peneliti banyak melakukan tanya jawab dengan siswa terutama beberapa pertanyaan yang diajukan dalam apersepsi yang belum terjawab.
Setelah dirasa cukup, peneliti mulai menjelaskan prosedur pembelajaran yang akan dilaksanakan. Kemudian peneliti membagi siswa menjadi empat kelompok secara acak dan setiap kelompok terdiri dari 8 orang siswa. Tujuan dibuat kelompok tersebut adalah agar siswa mampu bekerjasama dalam menyelesaikan dan memecahkan masalah. Siswa mulai teraktivitas hal ini terlihat dari antusias siswa dalam melaksanakan pembelajaran terutama secara berkelompok.
Peneliti meminta siswa untuk mengatur tempat duduk kelompok. Dalam kegiatan belajar secara berkelompok peneliti membagikan LKS yang memuat permasalahan yang harus diselesaikan bersama. Pada saat proses pembelajaran secara berkelompok berlangsung ternyata masih terdapat siswa yang acuh dan tidak menunjukan aktivitasnya dalam bekerja kelompok, hal ini mungkin disebabkan karena mereka masih bingung dengan kondisi belajar seperti hari itu. Untuk itu guru memberikan aktivitas dengan : Orientasi, merupakan salah satu tahap dalam langkah pembelajaran Problem Solving. Dalam tahap ini, guru mengajak siswa untuk memecahkan suatu permasalahan. Serta memberikan aktivitas agar siswa fokus pada permasalahan yang disajikan.
Siswa diarahkan untuk untuk menyelesaikan LKS dengan tahapan-tahapan : 1) Dari LKS siswa diminta untuk mengidentifikasi masalah apa saja yang terjadi, peneliti memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan masalah yang muncul. Peneliti membimbing dan mengarahkan siswa untuk mengidentifikasi masalah tersebut dengan cara mengamati fenomena yang diberikan sehingga siswa dapat mengemukakan pertanyaan berdasarkan masalah yang didapat. Dalam tahapan ini hanya ada beberapa siswa yang berani mengajukan pertanyaan dalam setiap kelompoknya ketika mereka mengalami kesulitan dalam mengidentifikasi masalah. Tapi pada dasarnya siswa sudah dapat mengenali permsalahan yang disajikan. 2) Mencari alternatif pendekatan untuk memecahkan masalah. Dalam tahap ini peneliti memberikan waktu kepada semua kelompok untuk mengumpulkan ide menyelesaikan masalah baik dengan membuka buku ataupun materi yang telah diberikan peneliti. guru berkeliling ke setiap kelompok dan memberikan arahan yang diperlukan. Dalam mencari alternatif untuk memecahkan masalah siswa membutuhkan waktu yang banyak, mereka mencari dari berbagai sumber yang ada. Pada tahap ini hanya beberapa siswa yang aktif, sedangkan yang lainnya masih kurang aktif. 3) Memilih pendekatan pemecahan masalah. Dalam tahapan ini siswa diminta untuk mengambil dan memilih keputusan mengenai alternatif pemecahan masalah yang akan dipilihnya. Setelah menemukan beberapa alternatif, siswa diminta untuk memilih alternatif terbaik yang dibutuhkan dalam pemecahan masalah tersebut. Dalam tahapan ini hanya sebagian siswa yang bisa memilih alternatif terbaik untuk memecahkan permasalahan yang ada. 4) Mencapai kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan. Pada tahap ini siswa diminta untuk mempresentasikan dan menyimpulkan hasil diskusi kelompoknya. Sama seperti memilih alternatif untuk memecahkan masalah, dalam membuat kesimpulan siswa masih kurang terlatih dalam menilai dan menyimpulkan. Mungkin karena pembelajaran dengan menerapkan Problem Solving bagi siswa masih belum terbiasa, akan tetapi dalam mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya ada beberapa siswa yang kurang aktif dalam berdiskusi berani untuk presentasi ke depan kelas. Kemudian guru meminta salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi. Kelompok yang lain mendengarkan dan ada kelompok yang memberikan tanggapan kepada kelompok yang presentasi. Setelah diskusi kelompok berakhir, posisi duduk siswa kembali pada keadaan semula. Sebelum melaksanakan tahap akhir yaitu Tes akhir, guru bersama-sama dengan siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari, hal ini dilakukan agar siswa ingat kembali dan bisa menyimpulkan sendiri.
Adapun hasil tes formatif pada akhir siklus pertama dijabarkan pada tabel berikut ini
Tabel 4.3 Rekapitulasi Nilai Tes Formatif pada Siklus I
No |
Kriteria Ketuntasan |
Kondisi Awal |
Ket |
|
Jumlah |
% |
|||
1 |
Tuntas |
17 |
53,13 |
|
2 |
Belum Tuntas |
15 |
46,88 |
|
Jumlah |
32 |
100,00 |
||
Nilai terendah |
40,00 |
|||
Nilai tertinggi |
80,00 |
|||
Rata – rata |
66,88 |
|||
Ketuntasan |
53,13 |
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa nilai rata-rata sebesar 66,88 dengan siswa tuntas sebesar 53,13% atau 17 siswa, dengan siswa belum tuntas atau mendapat nilai kurang dari KKM sebesar 70,00 sebanyak 15 siswa atau 46,88% dan angka ketuntasan klasikal sebesar 53,13%. Data di atas menunjukkan dalam siklus I ini menunjukkan bahwa hasil penelitian pada siklus pertama belum sesuai dengan indikator yaitu minimal 85% dari jumlah seluruh siswa dinyatakan tuntas atau mendapat nilai minimal sama dengan KKM 70.
Penjelasan mengenai aspek aktivitas belajar yang diamati adalah perhatian siswa terhadap penjelasan guru, kerjasamanya dalam kelompok, kemampuan siswa mengemukakan pendapat dalam kelompok, memberi kesempatan berpendapat kepada teman dalam kelompok, mendengarkan dengan baik ketika teman berpendapat, memberi gagasan yang cemerlang, membuat perencanaan dan pembagian kerja yang matang, keputusan berdasarkan pertimbangan anggota yang lain, memanfaatkan potensi anggota kelompok, saling membantu dan menyelesaikan masalah. Kegiatan pengamatan ini dilakukan oleh observer selama kegiatan perbaikan pembelajaran berlangsung dengan menggunakan format observasi yang telah dipersiapkan. Hasil observasi pada pelaksanaan perbaikan pembelajaran pada siklus I sebagaimana tabel di bawah ini :
Tabel 4.4 Rekapitulasi Hasil Observasi Peningkatan Aktivitas Siswa pada Siklus I
No |
Rentang Nilai |
Ketuntasan |
Ket |
|||
Tuntas |
% |
Blm Tuntas |
% |
|||
1 |
≥50 |
- |
- |
2 |
6,25 |
|
2 |
51-69 |
- |
- |
8 |
25,00 |
|
3 |
70-89 |
18 |
56,25 |
- |
- |
|
4 |
>=90 |
4 |
12,50 |
- |
- |
|
Jumlah |
22 |
68,75 |
10 |
31,25 |
Dari penjelasan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar siswa sudah meningkat dari kondisi awal, hal tersebut dibuktikan terdapat 22 siswa atau 68,75% yang dinyatakan, sedangkan sisanya yaitu 10 siswa atau 31,25% dinyatakan belum tuntas.. Melihat hasil di atas maka peneliti bersama-sama dengan observer sepakat untuk melanjutkan pelaksanaan perbaikan pembelajaran pada siklus II dengan harapan pada siklus II aktivitas belajar siswa dapat mencapai perolehan di atas 85% sesuai dengan indikator dan kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan.
c. Observasi
Pada kegiatan apersepsi, guru sekaligus peneliti berusaha menarik perhatian siswa agar aktif mengikuti pembelajaran tetapi masih ada siswa yang kurang aktif, padahal dalam metode pembelajaran Problem Solving peran aktif siswa merupakan suatu keharusan, karena peran guru hanya sebagai fasilitator.
Dalam tahapan pemecahan masalah melalui kegiatan diskusi kelompok, ada beberapa siswa yang kurang aktif untuk memberikan masukan atau pendapat mengenai permasalahan yang dipecahkan, selain itu beberapa siswa kesulitan memberikan komentar atau mengemukakan pendapat yang sesuai dengan konsep ilmiah. kendala yang dihadapi dalam penerapan metode Problem Solving adalah susahnya menuntut peran aktif siswa dalam pembahasan dan penyelesaian permasalahan dan di samping itu dari proses tanya jawab ternyata belum juga memberikan hasil yang maksimal untuk membantu siswa memberikan jawaban kesimpulan akhir dari permasalahan yang telah dipecahkan. penerapan metode pembelajaran problem solving dalam pembahasan dan pemecahan permasalahan dengan materi . zat-zat aditif , peneliti mengunakan model diskusi kelompok dan tanya jawab, sehingga dituntut peran aktif siswa untuk berpikir dalam pembahasan dan penyelesaian permasalahan dengan caranya sendiri. Dan temuannya adalah, secara kualitatif terdapat kemajuan atas kemampuan berpikir siswa dalam memberikan jawaban permasalahan yang sesuai dengan konsep ilmiah atas materi yang dipelajari
d. Refleksi
Setelah melakukan ketiga tahapan di atas, peneliti bersama observer mulai merefleksi, merenungkan hal-hal / kendala apa saja yang di temukan dalam pelaksanaan yang telah dilakukan. Selain dilihat dari hasil Tes siswa, peneliti juga melihat dari hasil pengamatan (observasi) yaitu aktivitas siswa dan beberapa wawancara yang telah dilakukan guru dengan siswa disela-sela waktu jam istirahat, serta hasil pengisian angket setelah pembelajaran berlangsung.
Dari hasil diskusi dengan observer disimpulkan bahwa kegiatan dalam pembelajaran yang mengarah pada problem solving sudah nampak atau sesuai. Peneliti perlu mengemas masalah secara baik sesuai dengan pokok bahasan. Pada kegiatan diskusi kelompok masih ada beberapa siswa yang kurang aktif, hal ini harus lebih diperhatikan lagi. Adapun kendala lainnya adalah mengenai pengaturan waktu yang melebihi waktu yang telah ditentukan, penggunaan media harus lebih dimaksimalkan serta peneliti harus lebih memotivasi siswa agar lebih aktif dalam kegiatan kelompok untuk memecahkan permasalahan.
Jadi kesimpulannya dalam siklus kedua nanti peneliti (guru) harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut untuk perbaikan dalam pembelajaran:
1) Untuk kegiatan dalam pemecahan masalah (problem solving), guru hendaknya mengemas masalah/peristiwa yang berkaitan dengan tema secara baik.
2) Lebih mengefektifkan waktu, terutama kegiatan siswa dalam mencari informasi, data untuk pemecahan masalah.
3) Penggunaan media yang harus di maksimalkan.
4) Memotivasi siswa yang kurang antusias dalam siklus pertama terutama dalam kegiatan secara berkelompok untuk memecahkan masalah.
- Deskripsi Siklus kedua
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus II dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan. Setelah mempertimbangkan hasil refleksi pada siklus pertama, maka pada siklus kedua peneliti mencoba menyempurnakan pelaksanaan perbaikan pembelajaran. Hal tersebut sebagaimana diuraikan pada penjelasan di bawah ini :
a. Perencanaan
Dalam Tindakan Siklus I peneliti merencanakan dengan mengunakan model diskusi kelompok dan tanya jawab untuk pemecahan masalah, maka dalam Tindakan Siklus II peneliti akan mengunakan model tanya jawab kemudian untuk justifikasi jawaban dan penarikan kesimpulan akan ditindaklanjuti dengan diskusi kelas dan Tes tertulis. Sama halnya dengan Tindakan Siklus I, untuk memberikan sedikit pengetahuan/pemahaman siswa terhadap konsep materi yang dipelajari, maka peneliti juga berencana memberikan pemahaman awal mengenai konsep ilmiah yang akan dipelajari melalui penjelasan di depan kelas, tujuannya untuk membantu siswa memahami materi, sebelum memasuki fase pemecahan masalah. Dan bilamana peneliti beranggapan bahwa penjelasan awal yang diberikan menurut pengamatan peneliti tidak berjalan efektif, maka akan ditindaklanjuti dengan menyuruh siswa membaca buku pelajaran. Mengingat model diskusi dan tanya jawab dalam proses pemecahan masalah dan menarik kesimpulan maka sangat dituntut peran aktif siswa, oleh karenanya, peneliti sedapat mungkin menciptakan penguasaan kelas dan situasi belajar yang kondusif, sehingga proses belajar mengajar menjadi efektif
b. Pelaksanaan
Subyek penelitian yaitu kelas V seperti biasa melakukan pembiasaan yaitu berdoa yang dipimpin oleh ketua kelas. Siswa memberikan salam kepada guru (peneliti), suasana kelas cukup kondusif. Sebelum pelajaran dimulai peneliti mengecek kehadiran siswa, dan semua siswa hadir pada hari itu.
Sebelum melaksanakan pembelajaran terlebih dahulu peneliti melakukan apersepsi, yang ditujukan untuk mengetahui pengetahuan awal serta mengulas materi yang telah dipelajari sebelumnya. Pada siklus II siswa lebih antusias hal ini terlihat dari pertanyaan yang dilontarkan oleh peneliti mendapatkan respon yang baik dari para siswa. Peneliti lebih memotivasi lagi siswa yang pada siklus I kurang antusias. dan akhirnya siswa yang berada pada barisan disebelah kanan lebih berani untuk menyatakan pendapatnya serta menjawab pertanyaan dari peneliti.
Setelah melaksanakan apersepsi, peneliti menjelaskan apa saja yang akan dipelajari dalam pembelajaran hari itu. Sebelum kegiatan yang mengarah ke metode problem solving dilaksanakan, peneliti banyak melakukan tanya jawab dengan siswa terutama beberapa pertanyaan yang diajukan dalam apersepsi yang belum terjawab. Pada kegiatan selanjutnya, siswa sudah mulai tahu dan paham apa yang harus dilakukan selanjutnya. Sebelum peneliti membagi siswa menjadi 8 kelompok, siswa sudah mengatur posisi duduk seperti pada siklus sebelumnya. tidak ada perubahan anggota kelompoknya karena peneliti menetapkan kelompok sesuai pada siklus sebelumnya.
Dalam kegiatan belajar secara berkelompok peneliti membagikan LKS yang memuat beberapa permasalahan yang harus diselesaikan bersama. Pada saat proses pembelajaran secara berkelompok berlangsung siswa banyak menunjukan perubahan yang semula acuh dan tidak menunjukan aktivitasnya dalam bekerja kelompok, sudah menunjukan peningkatan yaitu dengan aktif memberikan pendapatnya pada kelompok tersebut. Pada siklus II ini peneliti membimbing siswa untuk menyelesaikan LKS dengan tahapan-tahapan yang sama pada siklus kedua yaitu sebagai berikut: 1) Mengenali masalah. Dari LKS siswa diminta untuk mengidentifikasi masalah apa saja yang terjadi, peneliti memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan masalah yang muncul. Semua kelompok peneliti membimbing dan mengarahkan siswa untuk mengidentifikasi masalah tersebut dengan cara mengamati fenomena yang diberikan sehingga siswa dapat mengemukakan pertanyaan berdasarkan masalah yang didapat. Pada tahap ini siswa sudah memperlihatkan kemajuan atau peningkatan dalam mengenali masalah yang diberikan. Terlihat dari meningkatnya siswa yang aktif dalam setiap kelompok belajarnya, bahkan ada siswa yang semula tidak pernah bertanya sebelumnya pada guru, pada siklus II ini mulai berani bertanya. 2) Mencari alternatif pendekatan untuk memecahkan masalah itu. Dalam tahap ini peneliti memberikan waktu kepada semua kelompok untuk mengumpulkan ide menyelesaikan masalah baik dengan membuka buku ataupun materi yang telah diberikan peneliti. guru berkeliling ke setiap kelompok dan memberikan arahan yang diperlukan. Dalam kegiatan inipun siswa terlihat aktif dengan membuka-buka berbagai sumber yang ada. Terutama yang sudah mereka persiapkan. 3) Memilih dan menerapkan pendekatan pemecahan masalah. Dalam tahapan ini siswa diminta untuk mengambil dan memilih keputusan mengenai alternatif pemecahan masalah yang akan dipilihnya. Sama halnya dengan tahapan mencari alternatif pemecahan masalah, dalam memilih alternatif pemecahan masalah pun sudah mulai menunjukan peningkatan yang cukup baik. 4) Mencapai kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan. Pada tahap ini siswa diminta untuk mempresentasikan dan menyimpulkan hasil diskusi dengan kelompoknya. Pada siklus II stiap kelompok rata-rata mengajukan untuk mempresentasikan hasil diskusinya didepan. Tetapi untuk mengefektifkan waktu, kelompok yang maju hanya satu kelompok dengan di undi secara acak. Tetapi yang lainpun memberikan tanggapan atas hasil presentasi kelompok yang di depan. Setelah diskusi kelompok berakhir, posisi duduk siswa kembali pada keadaan semula. Sebelum peneliti memberikan Tes terakhir, peneliti bersama-sama dengan siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari.
Pada siklus kedua ini dalam tahap pelaksanaan sudah menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.5 Rekapitulasi Nilai Tes Formatif pada Siklus II
No |
Kriteria Ketuntasan |
Kondisi Awal |
Ket |
|
Jumlah |
% |
|||
1 |
Tuntas |
28 |
87,50 |
|
2 |
Belum Tuntas |
4 |
12,50 |
|
Jumlah |
32 |
100,00 |
||
Nilai terendah |
60,00 |
|||
Nilai tertinggi |
90,00 |
|||
Rata – rata |
78,75 |
|||
Ketuntasan |
87,50 |
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa nilai rata-rata sebesar 78,75 dengan siswa tuntas sebesar 87,50% atau 28 siswa, dengan siswa belum tuntas atau mendapat nilai kurang dari KKM sebesar 70,00 sebanyak 4 siswa atau 12,50% dan angka ketuntasan klasikal sebesar 87,50%. Data di atas menunjukkan dalam siklus I ini menunjukkan bahwa hasil penelitian pada siklus kedua telah memenuhi indikator yaitu minimal 85% dari jumlah seluruh siswa dinyatakan tuntas atau mendapat nilai minimal sama dengan KKM 70 sehingga proses perbaikan pembelajaran melalui kegiatan penelitian tindakan kelas dinyatakan selesai dan tuntas pada siklus kedua.
Penjelasan mengenai aspek aktivitas belajar yang diamati adalah perhatian siswa terhadap penjelasan guru, kerjasamanya dalam kelompok, kemampuan siswa mengemukakan pendapat dalam kelompok, memberi kesempatan berpendapat kepada teman dalam kelompok, mendengarkan dengan baik ketika teman berpendapat, memberi gagasan yang cemerlang, membuat perencanaan dan pembagian kerja yang matang, keputusan berdasarkan pertimbangan anggota yang lain, memanfaatkan potensi anggota kelompok, saling membantu dan menyelesaikan masalah. Kegiatan pengamatan ini dilakukan oleh observer selama kegiatan perbaikan pembelajaran berlangsung dengan menggunakan format observasi yang telah dipersiapkan. Hasil observasi pada pelaksanaan perbaikan pembelajaran pada siklus I sebagaimana tabel di bawah ini :
Tabel 4.6 Rekapitulasi Hasil Observasi Peningkatan Aktivitas Siswa pada Siklus II
No |
Rentang Nilai |
Ketuntasan |
Ket |
|||
Tuntas |
% |
Blm Tuntas |
% |
|||
1 |
≥50 |
- |
- |
0 |
0,00 |
|
2 |
51-69 |
- |
- |
2 |
6,25 |
|
3 |
70-89 |
14 |
43,75 |
- |
- |
|
4 |
>=90 |
16 |
50,00 |
- |
- |
|
Jumlah |
30 |
93,75 |
2 |
6,25 |
Dari penjelasan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar siswa sudah meningkat dari siklus pertama, hal tersebut dibuktikan terdapat 30 siswa atau 93,75% yang dinyatakan tuntas karena masuk dalam kriteria penilaian aktif. Dari penjelasan data di atas dapat disimpulkan bahwa ketuntasan belajar siswa berdasarkan aktivitas belajar telah tercapai, karena sudah melebihi angka 85%.
c. Observasi
Pada kegiatan apersepsi, guru sekaligus peneliti berusaha menarik perhatian siswa agar aktif mengikuti pembelajaran tetapi masih ada siswa yang kurang aktif, padahal dalam metode pembelajaran problem solving peran aktif siswa merupakan suatu keharusan, karena peran guru hanya sebagai fasilitator.
Dalam tahapan pemecaham permasalahan melalui kegiatan tanya jawab hanya sebagian siswa yang aktif bertanya atau memberikan pendapatnya mengenai permasalahan yang dipecahkan, dan sebagian dari pertanyaan siswa menunjukan siswa kurang memahami konsep permasalahan.
Dalam kegiatan diskusi kelas, ada beberapa siswa yang kurang aktif untuk memberikan masukan atau pendapat mengenai permasalahan yang dipecahkan, selain itu terlihat jika siswa kesulitan memberikan komentar atau mengemukakan pendapat yang sesuai dengan konsep ilmiah.
Kesimpulan yang diberikan siswa terkait dengan permasalahan yang telah dipecahkan juga belum sesuai dengan konsep ilmiah. Karena dengan metode tanya jawab dan diskusi, ternyata siswa juga belum juga berhasil memberikan kesimpulan sesuai dengan konsep ilmiah, maka ditindaklanjuti dengan Tes tertulis untuk merestorasi pemahaman siswa agar dapat memberikan kesimpulan sesuai dengan konsep ilmiah.
d. Refleksi
Setelah melakukan ketiga tahapan di atas, peneliti mulai merefleksi, merenungkan hal-hal apa saja yang di temukan dalam pelaksanaan yang telah dilakukan. Baik dari siklus 1 sampai siklus II. Dengan berpedoman pada hasil pengamatan (observasi) dari beberapa wawancara yang telah dilakukan peneliti dengan para siswa disela-sela waktu jam istirahat dan hasil pengisian angket setelah pembelajaran berlangsung. Selain dari hasil pengamatan selama pembelajaran, dilihat pula hasil Tes siswa pada siklus I siklus II. Dari hasil diskusi dengan observer disimpulkan bahwa kegiatan dalam pembelajaran pada siklus ketiga berjalan dengan baik. Siswa sudah menunjukan aktivitas selama pembelajaran berlangsung. Jadi kesimpulannya dari hasil refleksi dalam siklus II ini, peneliti dan observer memutuskan untuk melaksanakan penelitian sampai siklus II.
Keputusan ini diambil dengan pertimbangan yaitu dari hasil angket, lembar observasi serta wawancara dan hasil Tes siswa telah menunjukan perbaikan dalam pembelajaran dimana hasil belajar yang diperoleh siswa telah mengalami peningkatan yang signifikan. Pertimbangan lainnya adalah subjek penelitian sedang berkonsentrasi untuk persiapan menghadapi ujian akhir, maka peneliti dan observer memutuskan untuk melaksanakan penelitian ini sampai siklus II.
B. Hasil Penelitian
Pada studi awal dimana peneliti menggunakan metode pembelajaran klasikal, ternyata hasil ketuntasan belajar sangat mengecewakan, yaitu 4 siswa atau sebesar 20,00% yang tuntas belajar dari 20 siswa yang mengikuti kegiatan pembelajaran. Upaya perbaikan yang dilakukan adalah menggunakan metode Problem Solving akan sangat membantu dalam membangkitkan aktivitas belajar siswa, ini terbukti dari hasil belajar yang diberikan pada setiap siklusnya mengalami peningkatan di mana pada siklus I nilai rata-rata yang diperoleh siswa studi awal sebesar 55,00, pada siklus I nilai rata-rata yang diperoleh siswa adalah 66,88 dan pada siklus II rata-rata nilai yang diperoleh siswa adalah 78,75. Rekapitulasi nilai hasil Tes formatif siswa dari kondisi awal, siklus I sampai dengan siklus II dapat dilihat dari tabel di bawah ini.
Tabel 4.7 Nilai Hasil Tes Formatif Temuan Awal, Siklus I dan Siklus II
Siklus |
Nilai |
Ketuntasan |
Ket |
|||
Tuntas |
% |
Belum Tuntas |
% |
|||
Awal |
55,00 |
10 |
31,25 |
22 |
68,75 |
|
Siklus I |
66,88 |
17 |
53,13 |
15 |
46,88 |
|
Siklus II |
78,75 |
28 |
87,50 |
4 |
12,50 |
Sesuai dengan kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan dalam perbaikan pembelajaran bahwa siswa yang dinyatakan tuntas belajar jika mendapat nilai tes formatif sebesar 70 ke atas dan jika 85% dari siswa telah tuntas belajarnya. Untuk memperjelas kenaikan ketuntasan belajar siswa dan
Gambar 4.1 Grafik Peningkatan dan Penurunan Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I dan II
Dari grafik dan tabel di atas menunjukkan bahwa pelaksanaan model pembelajaran problem solving pada pembelajaran penjaskes di kelas V Tahun Pelajaran 2021/2022 dapat meningkatkan hasil belajar ini ditunjukkan dengan peningkatan ketuntasan hasil belajar per siklus nya dimana pada kondisi awal hanya 10 siswa atau 31,25%, siklus I ada 17 siswa atau 53,13%, dan pada siklus II ada 28 siswa atau 87,50%, hasil ini sesuai dengan indikator yang ditentukan yakni minimal siswa tuntas mencapai 85 % dari jumlah seluruh siswa. Rata-rata hasil belajar juga meningkat dari 55,00 menjadi 66,88 dan 78,75 pada siklus kedua. Hal ini menunjukkan bahwa pada siklus kedua rata-rata hasil belajar juga sudah memenuhi kriteria ketuntasan yaitu minimal sama dengan KKM sebesar 70,00
Peningkatan nilai rata-rata hasil belajar siswa dalam bentuk grafik sebagaimana gambar di bawah ini :
Gambar 4.2 Grafik Peningkatan Nilai Rata-rata Belajar Siswa Pada Siklus I dan II
Data aktivitas siswa diperoleh dari lembar observasi yang telah diisi oleh observer selama perbaikan pembelajaran berlangsung. Fokus observasi difokuskan pada aspek-aspek perhatian siswa terhadap penjelasan guru, kerjasamanya dalam kelompok, kemampuan siswa mengemukakan pendapat dalam kelompok, memberi kesempatan berpendapat kepada teman dalam kelompok, mendengarkan dengan baik ketika teman berpendapat, memberi gagasan yang cemerlang, membuat perencanaan dan pembagian kerja yang matang, keputusan berdasarkan pertimbangan anggota yang lain, memanfaatkan potensi anggota kelompok, saling membantu dan menyelesaikan masalah. Hasil observasi pada pelaksanaan kegiatan perbaikan pembelajaran menunjukkan hasil yang positif, dan dibuktikan dengan adanya peningkatan aktivitas siswa pada setiap siklusnya.
Secara rinci penjelasan mengenai peningkatan aktivitas siswa dalam proses perbaikan pembelajaran sebagaimana tabel di bawah ini :
Tabel 4.8 Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa pada Temuan Awal, Siklus I dan Siklus II
Siklus |
Ketuntasan |
|||
Tuntas |
% |
Belum Tuntas |
% |
|
Awal |
14 |
43,75 |
18 |
56,25 |
Siklus I |
22 |
68,75 |
10 |
31,25 |
Siklus II |
30 |
93,75 |
2 |
6,25 |
Secara jelas peningkatan aktivitas siswa selama proses perbaikan pembelajaran sebagaimana dijelaskan pada gambar di bawah ini :
Gambar 4.3 Grafik Ketuntasan Siswa Berdasarkan Tingkat Aktivitas Siswa Pada Siklus I dan II
Dari hasil observasi mengenai aktivitas siswa tersebut berdasarkan kriteria keberhasilan perbaikan pembelajaran dapat disimpulkan bahwa proses perbaikan pembelajaran dinyatakan berhasil karena peningkatan aktivitas belajar per siklus nya dimana pada kondisi awal hanya 14 siswa atau 43,75%, siklus I ada 22 siswa atau 68,75%, dan pada siklus II ada 30 siswa atau 93,75%, hasil ini sesuai dengan indikator yang ditentukan yakni kategori aktif dan aktif sekali yang mencapai 85%.
Atas dasar pertimbangan sebagaimana diurakan di atas, maka peneliti dan observer sepakat memutuskan bahwa kegiatan perbaikan pembelajaran diakhiri pada siklus II.
C. Pembahasan
Dari hasil pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan pendekatan problem solving pada kondisi awal, siklus I dan II, peneliti menemukan beberapa temuan penelitian yang akan dibahas sebagai berikut. Hasil belajar yang diperoleh pada kondisi awal rata-rata hasil belajar yang di dapat dalam kelas sebesar 55,00. Angka tersebut masih tergolong kurang baik karena belum mencapai target yang telah ditetapkan yakni ≥70. Selain itu, hanya terdapat 10 siswa (31,25%) yang mencapai nilai yang telah ditetapkan tersebut, selebihnya yakni 22 siswa (68,75%) masih berada di bawah rata-rata. Adapun penjelasan mengenai peningkatan aktivitas belajar menunjukkan 14 siswa (43,75%) dinyatakan meningkat aktivitas belajarnya sementara 18 siswa (56,25%) dinyatakan belum meningkat. Pada siklus pertama menunjukkan hasil 18 siswa (56,25%) yang mencapai nilai yang telah ditetapkan tersebut, dan 14 siswa (43,75%) dinyatakan belum tunyas. Adapun penjelasan mengenai peningkatan aktivitas belajar menunjukkan 22 siswa (68,75%) dinyatakan meningkat aktivitas belajarnya sementara 10 siswa (31,25%) dinyatakan belum meningkat
Hal ini menunjukkan bahwa penelitian belum berhasil dan harus dilanjutkan ke siklus berikutnya yakni siklus II. Dari hasil diskusi dengan observer disimpulkan bahwa kegiatan dalam pembelajaran yang mengarah pada problem solving sudah nampak atau sesuai. Peneliti perlu mengemas masalah secara baik sesuai dengan pokok bahasan. Pada kegiatan diskusi kelompok masih ada beberapa siswa yang kurang aktif, hal ini harus lebih diperhatikan lagi. Adapun kendala lainnya adalah mengenai pengaturan waktu yang melebihi waktu yang telah ditentukan, penggunaan media harus lebih dimaksimalkan serta peneliti harus lebih memotivasi siswa agar lebih aktif dalam kegiatan kelompok untuk memecahkan permasalahan.
Jadi kesimpulannya dalam siklus kedua nanti peneliti (guru) harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut untuk perbaikan dalam pembelajaran (1) untuk kegiatan dalam pemecahan masalah (problem solving), guru hendaknya mengemas masalah/peristiwa yang berkaitan dengan tema secara baik, (2) lebih mengefektifkan waktu, terutama kegiatan siswa dalam mencari informasi, data untuk pemecahan masalah, (3) penggunaan media yang harus di maksimalkan, (4) Memotivasi siswa yang kurang antusias dalam siklus pertama terutama dalam kegiatan secara berkelompok untuk memecahkan masalah.
Dari siklus I tersebut guru beserta observer menganalisis dan berdiskusi untuk merencanakan tindakan yang dapat memperbaiki siklus I tersebut melalui proses pembelajaran pada siklus II. Adapun perbaikan-perbaikan yang dilakukan oleh guru adalah lebih memahami dan memberikan perhatian lebih kepada siswa yang terlihat kurang aktif selama pembelajaran, lebih meningkatkan langkah-langkah pembelajaran problem solving kepada siswa. Lebih banyak memberikan pertanyaan yang sifatnya memancing keaktifan siswa untuk dapat berpikir lebih keras dalam menyelesaikan masalah yang dalam hal ini adalah soal yang diberikan oleh guru. Guru lebih sering lebih berkeliling untuk mengecek ataupun mamastikan bahwa materi yang telah disampaikan dapat diterima dengan baik oleh siswa. Selain itu, guru pun memberikan tugas kelompok kepada siswa agar lebih aktif di kelas dan terjadi transfer ilmu dari siswa yang sudah faham kepada siswa yang masih belum memahami materi yang dipelajari. Pemberian reward untuk siswa yang turut berpartisipasi aktif pun cukup meningkatkan semangat belajar siswa di kelas.
Dari siklus II ini di dapatkan hasil rata-rata hasil belajar yakni 78,75 dan siswa yang mencapai KKM sudah lebih dari 85% yakni 87,50%. Hanya sekitar 15,63% siswa yang dinyatakan belum tuntas. Hal ini di dukung oleh tingkat aktivitas belajar yang meningkat pada siklus II mencapai angka 93,75%
Maka dari itu peneliti memutuskan untuk mencukupkan penelitian hanya pada siklus II. Alasan mengapa pembelajaran siklus II mengalami peningkatan yang cukup siginifikan adalah karena siswa memang sudah terbiasa dengan pembelajaran problem solving dan faham dengan tahap-tahap penyelesaiannya, siswa sudah terbiasa berinteraksi dengan peneliti yang dalam hal ini sebagai guru di kelas tersebut, dan siswa lebih banyak mengerjakan latihan-latihan soal yang diberikan dengan tahapan pemecahan masalah. Selain itu, peneliti berusaha agar pembelajaran yang diterapkan benar-benar dapat diterima oleh siswa yaitu dengan lebih berkomunikasi kepada siswa, mencari tahu apa saja kesulitan yang dihadapi siswa, memberikan latihan terbimbing kepada siswa yang mengalami kesulitan tersebut dan berusaha menciptakan suasana kelas yang nyaman agar siswa tetap senang dengan pembelajaran walaupun materi yang dipelajari cukup sulit.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan temuan-temuan yang didapatkan peneliti selama proses perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan dalam dua siklus dapat disimpulkan bahwa :
1. Penggunaan metode Problem Solving dapat meningkatkan proses pembelajaran materi zat-zat aditif pada siswa kelas V SDN 1 ..................... Semester 2 Tahun Pelajaran 2021/2022. Peningkatan proses pembelajaran tersebut terlihat dengan adanya perubahan ke arah perbaikan dan meningkatnya tindak belajar, meliputi peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa. Penggunaan metode problem solving pembelajaran materi zat-zat aditif dapat meningkatkan motivasi siswa. Hal ini dibuktikan dengan peningkatan motivasi belajar dari 14 siswa atau 43,75%, siklus I ada 22 siswa atau 68,75%, dan pada siklus II ada 30 siswa atau 93,75% dari jumlah keseluruhan siswa sebanyak 32 siswa.
2. Penggunaan metode problem solving pembelajaran materi . zat-zat aditif dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal tersebut dibuktikan oleh kenaikan rata-rata hasil belajar studi awal sebesar 55,00 pada kondisi awal, menjadi 66,88 pada siklus pertama, dan pada akhir siklus kedua menjadi 78,44 dengan tingkat ketuntasan belajar yang juga meningkat pada setiap siklusnya, yaitu 10 orang siswa (31,25%) pada kondisi awal, menjadi 53,46% atau 17 siswa, dan pada siklus terakhir menjadi 87,50% atau 28 siswa. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa indikator kriteria keberhasilan pembelajaran telah tercapai pada siklus kedua, sehingga pelaksanaan perbaikan pembelajaran dinyatakan selesai dan tuntas pada siklus kedua.
B. Saran
Berdasarkan simpulan penelitian yang telah dikemukakan, maka peneliti mengemukakan saran sebagai berikut :
1. Bagi Siswa
a. Pembelajaran menggunakan metode problem solving dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa, siswa dapat berpikir positif aktif, kreatif dan menyenangkan.
b. Lebih aktif berinteraksi dalam kegiatan pembelajaran sehingga akan memiliki keterampilan-keterampilan sosial dalam bekerja sama, berbagi tugas, bertanggungjawab, dan menghargai pendapat orang lain.
c. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, siswa hendaknya lebih mempersiapkan diri agar fokus ketika mengikuti pelajaran. Apabila ada materi yang belum dipahami diharapkan untuk ditanyakan kepada guru atau teman sehingga siswa mendapat materi pembelajaran lebih maksimal. Siswa juga diharapkan lebih aktif saat mengikuti pelajaran dan tidak tergantung pada guru.
2. Bagi Guru
a.
Pendekatan metode problem solving tidak hanya
diterapkan untuk
pembelajaran Penjaskes saja, tetapi dapat diterapkan pada pembelajaran
mata pelajaran lain yang ada pemecahan masalahnya..
b. Sebaiknya metode problem solving dapat diterapkan oleh guru sebagai alternatif peningkatan motivasi dan belajar belajar di kelas karena penelitian ini membuktikan bahwa penerapan metode problem solving pada pembelajaran Penjaskes lebih efektif.
3. Kepala Sekolah
a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu masukan/input dalam rangka pembinaan guru agar guru lebih berkualitas di masa yang akan datang.
b. Laporan hasil penelitian dapat digunakan dalam rangka Penilaian Kinerja Guru yang meliputi empat kompetensi, salah satunya kompetensi profesi.
c. Mengusahakan fasilitas yang bisa mewadahi agar proses pembelajaran dapat bermutu.
d. Menambah koleksi perpustakaan dengan buku-buku metode problem solving
DAFTAR PUSTAKA
A.M., Sardiman. 2012. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajagrafindo Persada.
Agus Suprijono. 2009. Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Ahmadi Abu, Joko Tri Prasetya. 1997. Strategi Belajar Mengajar. Bandung. CV.Pustaka Setia.
Anderson,
L. W., & Krathwohl, D. R. (2001). Taxonomy for learning, teaching
and assessing: A revision of Bloom's taxonomy of educational objectives.
New York, NY: Longman.
Arikunto, Suharsimi. 2011. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Edisi. Revisi VII. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Asmani, 2011, Tuntunan Lengkap Metodologi Praktis Penelitian Pendidikan : Jakarta, Diva Press.
David
W. Johnson, Roger T. Johnson, and Mary Beth Stanne. 2000. Cooperative
Learning Methods: A Meta-Analysis. Minnesota : University of Minnesota
Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Hamalik, Oemar. 2011. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Husdarta, J.S. 2009. Manajemen Pendidikan Jasmani. Bandung : Alfabeta.
Kusmawan, W.S., 2002. Ergonomi dan K3. PT Remaja Rosdakarya. Bandung
Kusumah,
Wijaya dan Dedi Dwitagama. 2010. Mengenal
Penelitian Tindakan
Kelas. Jakarta: PT INDEKS.
Mulyanto, Respaty. 2014. Belajar dan Pembelajaran Penjas. Bandung: UPI.Rukmana, 2009
Safari, Indra. (2014). Pendidikan Jasmani di Sekolah Dasar. Bandung: CV. Bintang WarliArtika.
Simon, Rochdi., Saputra, Yudha. (2007). Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Bandung: UPI PRESS.
Sriyono. 1992. Tehnik Belajar Mengajar CBSA. Jakarta: Rineka Cipta.
Sudirman, N. dan Tabrani, A. 1987. Ilmu Pendidikan. Bandung: Remaja Karya
Wina Sanjaya. 2006. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Winarni, R. dkk. 2012. Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning Terhadap Minat Belajar Dan Hasil Belajar Siswa Di Kelas V Sekolah Dasar. Vol. 1.no.1.P.1 -6.
Untuk mendapatkan file lengkap, silahkan : klik DOWNLOAD atau hub. (WA) 081327121707 - (WA) 081327789201 terima kasih
0 comments:
Post a Comment
Silahkan berkomentar, hindari unsur SARA.
Terima kasih