BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Taman
kanak-kanak (TK) adalah peletak awal pempelajaran yang memberikan pondasi dasar
persiapan tahap belajar selanjutnya. Perkembangan berpikir di masa anak sangat
pesat. Salah satu perkembangan yang paling pesat terjadi adalah perkembangan
bahasa sehingga fokus pemberian materi di jenjang TK adalah pada pengembangan
bahasa.
Bahasa
adalah alat komunikasi utama dalam kehidupan. Bekal utama dan pertama manusia
dalam kehidupan komunikasinya adalah bahasa. Penguasaan bahasa secara baik di
masa usia dini akan membekali anak untuk dapat terampil berbahasa di kemudian
hari. Potensi yang dimilki anak perlu dikembangkan secara baik melalui stimulus
yang aktif dari berbagai pihak. Keterlibatan dan peran orang di sekitar anak
dapat membantu anak mengusai bahasa secara lebih maksimal. Dalam hal ini, guru
sebagai orang terdekat anak di lingkungan sekolah haruslah peka terhadap
perkembangan bahasa setiap anak didiknya.
Anak TK
memiliki karakter yang unik dan beragam. Tiap anak membawa dan memiliki
karakternya yang berbeda-beda. Hal ini yang kadang menimbulkan ‘kerepotan’ bagi
guru untuk memberikan rangsang bahasa pada anak didiknya di kelas. Dari
beberapa kegiatan dan pertemuan yang melibatkan guru TK berbagai cerita dan
‘keluhan’ permasalahan pembelajaran bahasa di TK selalu muncul dan menjadi
topik pembicaraan yang cukup menarik. Namun demikian, persoalan yang ada masih
belum terpecahkan secara sempurna.
Berbicara
merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang utama dan yang pertama kali
dipelajari oleh manusia dalam hidupnya sebelum mempelajari keterampilan
berbahasa lainnya. Sejak seorang bayi lahir, ia sudah belajar menyuarakan
lambang-lambang bunyi bicara melalui tangisan untuk berkomunikasi dengan
lingkungannya. Suara tangisan itu baru menandakan adanya potensi dasar
kemampuan berbicara dari seorang anak yang perlu distimuli dan dikembangkan
lebih lanjut oleh lingkungannya melalui berbagai latihan dan pembelajaran. Orang akan merasa terusik jika anaknya
lahir tanpa suara tangisan. Orang akan merasa lebih sedih lagi jika anaknya
tumbuh dewasa tanpa memiliki kemampuan berbicara secara lisan. Setiap manusia
dituntut terampil berkomunikasi, terampil menyatakan pikiran, gagasan, ide, dan
perasaan. Terampil menangkap informasi-informasi yang didapat, dan terampil
pula menyampaikan informasi-informasi yang diterimanya.
Keterampilan
berbicara memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia.
Kehidupan manusia setiap hari dihadapkan dalam berbagai kegiatan yang menuntut
keterampilan berbicara. Contohnya
dalam lingkungan keluarga, dialog selalu terjadi, antara ayah dan ibu, orang
tua dan anak, dan antara anak-anak itu sendiri. Di luar lingkungan keluarga
juga terjadi pembicaraan antara tetangga dengan tetangga, antar teman sepermainan,
rekan kerja, teman perkuliahan dan sebagainya. Terjadi pula pembicaraan di pasar, di swalayan, di
pertemuan-pertemuan, bahkan sering pula terjadi adu argumentasi dalam suatu
forum. Semua situasi tersebut
menuntut agar kita mampu dan terampil berbicara.
Keterampilan
berbicara juga memiliki peran penting dalam pendidikan, baik di lingkungan
keluarga, sekolah maupun masyarakat luas. Proses transfer ilmu pengetahuan
kepada subyek didik pada umumnya disampaikan secara lisan. Tata krama dalam
pergaulan, nilai-nilai, norma-norma, dan adat kebiasaan yang berlaku dalam
masyarakat juga banyak diajarkan terlebih dahulu secara lisan. Hal ini berlaku
dalam masyarakat tradisional maupun masyarakat modern. Kemampuan berbicara sangat penting dalam kehidupan manusia karena
sebagian besar aktivitas kehidupan manusia membutuhkan dukungan kemampuan berbicara.
Berbicara
merupakan suatu proses penyampaian informasi, ide atau gagasan dari pembicara kepada pendengar. Si pembicara berkedudukan sebagai
komunikator sedangkan pendengar sebagai komunikan. Informasi yang disampaikan
secara lisan dapat diterima oleh pendengar apabila pembicara mampu
menyampaikannya dengan baik dan benar. Dengan demikian, kemampuan berbicara
merupakan faktor yang sangat mempengaruhi kemahiran seseorang dalam penyampaian
informasi secara lisan.
Agar pembicaraan itu mencapai tujuan, pembicara harus memiliki
kemampuan dan keterampilan untuk menyampaikan informasi kepada orang lain. Hal
itu mengandung maksud bahwa pembicara harus memahami betul bagaimana cara
berbicara yang runtut dan efektif sehingga orang lain (pendengar) dapat
menangkap informasi yang disampaikan pembicara secara efektif pula. Itulah sebabnya dalam Kurikulum Pendidikan Nasional untuk
mata pelajaran Bahasa Indonesia sangat ditekankan pentingnya meningkatkan
kemampuan siswa untuk berkomunikasi dalam bahasa
Indonesia yang baik dan benar, runtut dan efektif, secara lisan maupun tulis.
Karena hekekat belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi.
Pembelajaran
Bahasa Indonesia yang diberikan kepada siswa di sekolah meliputi empat aspek
keterampilan berbahasa, yaitu menyimak (dengan pemahaman), berbicara, membaca
(dengan mengerti), dan menulis. Dari keempat macam keterampilan berbahasa itu guru melihat, mengalami dan merasakan adanya
masalah di Kelompok A TK Negeri Pembina Majenang Tahun Pelajaran 2011/2012,
terutama keterampilan berbicara secara
runtut, baik dan benar dari para siswa. Kendatipun guru telah berusaha keras
untuk mengatasinya melalui pembelajaran standar dan dengan menerapkan bahan
belajar serta media yang ada, namun tetap saja masalah belum teratasi.
Berdasarkan
pengalaman empris di lapangan diketahui bahwa kemampuan berbicara siswa dalam
proses pembelajaran masih rendah. Hal itu terdeteksi pada saat siswa diminta oleh guru untuk menjelaskan letak suatu tempat sesuai denah dan petunjuk
penggunaan suatu alat dengan bahasa yang runtut, baik, dan benar. Isi
pembicaraan yang disampaikan oleh siswa tersebut tidak akurat dan
berbelit-belit. Selain itu siswa juga berbicara tersendat-sendat sehingga isi
pembicaraan menjadi tidak jelas. Ada pula di antara siswa yang tidak mau
berbicara di depan kelas. Bahkan pada saat guru bertanya kepada seluruh siswa
di kelas yang hanya berjumlah 19 orang, umumnya siswa lama sekali untuk
menjawab pertanyaan guru. Beberapa orang siswa ada yang tidak mau
menjawab pertanyaan guru karena sepertinya malu dan takut salah menjawab.
Apalagi untuk berbicara di depan kelas, para siswa belum menunjukkan
keberanian. Singkatnya, aktivitas belajar dan keterampilan berbicara siswa
sangat rendah. Dan, kalaupun ada beberapa dari mereka yang memiliki keberanian,
sekitar 3 sampai 4 siswa (15%-21%), namun berbicaranya masih tersendat-sendat,
tidak akurat dan tidak runtut.
Dari latar
belakang permasalahan dan pemikiran tersebut, ditambah dengan hasil refleksi
dan konsultasi dengan teman sejawat akhirnya diperoleh kesimpulan bahwa perlu
segera dicarikan solusi alternatif sebagai upaya untuk mengembangkan dan
meningkatkan kemampuan berbicara siswa. Hal itu mengingat pentingnya kaitan
antara keterampilan berbicara dengan keterampilan berbahasa lainnya. Selain
itu, keterampilan berbicara siswa di
sekolah dasar merupakan tumpuan utama bagi pengembangan keterampilan berbicara
tingkat lanjut pada jenjang sekolah yang lebih tinggi maupun sebagai bekal
kehidupan siswa kelak di tengah masyarakat.
Adapun
alternatif pemecahan masalah yang dipilih untuk mengembangkan dan meningkatkan
keterampilan berbicara secara runtut pada Kelompok A TK Negeri Pembina Majenang
Tahun Pelajaran 2011/2012 ini adalah dengan penelitian tindakan kelas (Classroom
Action Research) melalui penerapan metode pembelajaran cerita bergambar.
Dipilihnya metode ini karena dipandang mampu mengajak siswa untuk berbicara.
Dengan metode pembelajaran cerita bergambar, siswa termotivasi untuk berbicara
di depan kelas. Siswa dirangsang untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan
berimajinasi.
Dari semua
yang telah terurai dapatlah kiranya dirumuskan formulasi judul penelitian
tindakan ini sebagai berikut: “Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara melalui
cerita bergambar pada kelompok A TK Negeri Pembina Majenang Tahun Pelajaran
2011/2012”
B. Identifikasi Masalah
Mengacu pada latar belakang masalah di atas, ada beberapa
permasalahan yang dapat teridentifikasi, antara lain:
1. Penerapan
media yang tepat dalam kegiatan belajar mengajar akan mampu meningkatkan daya
keaktifan siswa dalam belajar dan dapat mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan
sehingga dapat berkembang secara mandiri.
2. Keterampilan
berbicara merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa yang harus dikuasai
oleh anak didik karena merupakan bagian yang turut menentukan prestasi belajar
anak didik.
3. Penguasaan
keterampilan berbicara tidak datang dengan sendirinya, akan tetapi diperlukan latihan
dan kerja keras.
4. Agar
siswa terampil berbicara, guru dituntut memiliki inovasi-inovasi yang diimplementasikan
dalam pernbelajaran. Salah satu bentuk inovasi tersebut antara lain penggunaan
media cerita gambar.
C. Pembatasan Masalah
Laporan Penelitian Tindakan Kelas ini
hanya dibatasi pada pembahasan upaya untuk meningkatkan kemampuan bercerita
atau berbicara melalui penggunaan media gambar cerita. Cerita gambar yang
dimaksudkan di sini adalah terdiri dari beberapa gambar seri yang apabila
dirangkai akan mempunyai sebuah makna cerita.
D. Perumusan Masalah
Masalah
utama yang ingin dicarikan pemecahannya melalui penelitian tindakan kelas ini adalah apakah
melalui penerapan metode cerita bergambar dapat meningkatkan keterampilan berbicara pada siswa kelompok
A TK Negeri Pembina Majenang Tahun Pelajaran 2011/2012?
E. Tujuan Penelitian Tindakan
Tujuan
penelitian tindakan kelas ini tidak lain adalah untuk mengetahui ada atau
tidaknya peningkatan keterampilan berbicara pada siswa kelompok A TK Negeri
Pembina Majenang Tahun Pelajaran 2011/2012 melalui penerapan metode cerita
bergambar.
F. Manfaat Penelitian
Hasil
penelitian tindakan kelas ini diharapkan bisa bermanfaat:
1. Manfaat Teoritis
Secara
umum penelitian ini diharapakan mampu memberikan sumbangan terhadap keterampilan
berbahasa khususnya keterampilan berbicara dengan menggunakan metode cerita bergambar.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi siswa; sebagai wujud
pengalaman belajar yang berpusat pada subyek didik, dirasakan menyenangkan,
bisa memacu aktivitas belajar, serta meningkatkan keterampilan berbicara.
b. Bagi guru yang bersangkutan
dan teman sejawat; hasil penelitian tindakan ini setidaknya bisa mendorong
semangat untuk lebih meningkatkan kompetensi dan profesionalisme guru.
c. Bagi sekolah; hasil penelitian
ini setidaknya bisa dijadikan sebagai referensi untuk menambah dan memperkaya
khazanah kepustakaan sekolah.
d. Bagi penulis, penelitian ini
diguankan sebagai syarat untuk mendapatkan gelar sarjana.
e. Bagi peneliti selanjutnya,
sebagai bahan perbandingan dan referensi terhadap penelitian yang relevan.
0 comments:
Post a Comment
Silahkan berkomentar, hindari unsur SARA.
Terima kasih