Menerima Pembuatan TESIS-SKRIPSI-PKP UT, Silahkan Baca Cara Pemesanan di bawah ini

Lencana Facebook

banner image

Wednesday, 20 March 2013

BAB IV PTK TK



BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.     Pelaksanaan Penelitian
1.      Siklus Pertama
Kegiatan pelaksanaan perbaikan pembelajaran dengan penerapan permainan outdoor sebagai upaya peningkatan kreatifitas anak  dilaksanakan dalam lima pertemuan, dengan penjelasan per kegiatan sebagaimana diuraikan di bawah ini :
Kelas / Semester                :     B2 / 1
Alokasi Waktu                        5 x 25 menit (5 kali pertemuan)
Hari Tanggal                     :     Senin s.d Jum’at, 10 – 14 Oktober 2011
Indikator                           :     Peningkatan kreativitas anak dengan penerapan permainan outdoor  yaitu dengan bermain pasir
a.       Perencanaan
1)      Tujuan Perbaikan
a)      Untuk mengetahui apakah penerapan permainan outdoor dapat meningkatkan kreatifitas anak didik kelompok B2 Taman Kanak-kanak Negeri Pembina Majenang.
b)      Untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menerapkan permainan outdoor sebagai upaya peningkatan kreatifitas anak didik kelompok B2 Taman Kanak-kanak Negeri Pembina Majenang.
2)      Langkah-langkah Perbaikan
a)      Tersusunnya SKH Perbaikan yang telah disusun kepada kepala sekolah untuk mendapatkan persetujuan dan pengesahan SKH perbaikan yang telah disusun.
b)      Bersama observer atau pengamat mendiskusikan dan menentukan materi kegiatan sesuai dengan tema, menentukan metode, alat peraga, teknik penilaian dan observasi pelaksanaan kegiatan pembelajaran.
c)      Menyiapkan Satuan Kegiatan Harian (SKH) Perbaikan, menyiapkan alat peraga, menyiapkan lembar observasi baik guru maupun siswa yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran.
d)     Peneliti membagi siswa menjadi beberapa kelompok untuk mempermudah pengawasan dan bimbingan.
e)      Sebelum dilaksanakan, peneliti bersama observer mengadakan simulasi awal kegiatan pembelajaran terlebih dahulu untuk menghindari terjadinya kegagalan dalam tahap pelaksanaan, terutama pada pemakaian alat peraga untuk kegiatan pembelajaran.
b.      Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan perbaikan pembelajaran dalam siklus I dilaksanakan dengan 5 (lima) SKH selama 5 hari berturut-turut, melalui tahap-tahap kegiatan sebagai berikut :
1)      SKH ke I
a)   Kegiatan Awal
Bel tanda masuk berbunyi, anak-anak segera berbaris di depan kelas dan segera masuk kelas dengan tertib. Setelah duduk dan berdoa, guru mengabsen kehadiran siswa, dan dan setelah selesai mengabsen, guru meminta siswa bersiap-siap mengikuti pembelajaran.
Guru mengkondisikan siswa agar siap mengikuti permainan outdoor berupa bermain dengan pasir dan memberikan apersepsi berupa kegiatan tanya jawab tentang bentuk-bentuk benda yang dapat dibentk dengan pasir. Tujuan kegiatan apersepsi ini adalah untuk menggali pengalaman siswa tentang bentuk-bentuk benda yang dapat dibuat dari pasir. Kemudian guru memberikan penjelasan mengenai kegiatan belajar mengajar yang hendak dilaksanakan yaitu kegiatan akan dilaksanakan di luar kelas, namun masih berada dalam lingkungan sekolah. Di samping itu, guru juga menyampaikan manfaat pembelajaran dengan teknik permainan outdoor khususnya bermain dengan pasir untuk membuat benda-benda yang berada di lingkungan sekitar yang bisa digunakan sehari-hari. Hal ini dilakukan sebagai upaya menumbuhkan minat belajar siswa agar mulai dari awal pembelajaran siswa memiliki motivasi belajar terlebih dahulu.
b)   Kegiatan Inti
Guru meminta siswa untuk bersama-sama keluar kelas, selanjutnya guru meminta siswa berkelompok sesuai dengan kelompoknya masing-masing. Langkah selanjutnya guru menyiapkan alat peraga seperti kotak kayu atau plastik ukuran sedang, pasir bersih (bisa dibeli di toko mainan), air seember, cetakan plastik berbagai bentuk (aneka binatang atau buah), dan sekop, ember kecil, sendok, garu, sebilah kayu atau plastik sebagai pemotong, dan peralatan mainan dapur lain, serta mainan miniatur binatang plastik, dan mainan ukurang kecil lainnya. Ilustrasi kegiatan pembelajaran sebagaimana diuraikan di bawah ini :
Guru    :  “Anak-anak, sebelum Ibu memulai kegiatan pembelajaran, Ibu minta kalian perhatikan perintah yang Ibu berikan”.
Anak   : “Ya, Bu !”.
Guru    : “Nah, sekarang kalian perhatikan, Ibu akan akan memberi contoh cara membuat bentuk benda dari pasir, kalian perhatikan baik-baik.
Anak   :  “Siap, Bu Guru !”.
Peneliti kemudian membuat berbagai bentuk benda misalnya buah apel, jeruk dan mangga menggunakan cetakan yang sudah dipersiapkan. Setelah selesai, peneliti menunjukkan hasil cetakan buah tersebut kepada pada siswa, dilanjutkan dengan tanya jawab sekitar cara pembuatan buah-buahan tersebut dengan menggunakan pasir dan cetakannya. Kegiatan selanjutnya, peneliti meminta perwakilan dari beberapa kelompok untuk membuat bentuk buah-buahan tersebut dengan cetakan yang sudah tersedia, dan hasilnya ditunjukkan kepada seluruh siswa. Setelah dirasa cukup, peneliti meminta siswa untuk membersihkan diri dan memasuki ruang kelas kembali secara tertib.
c)   Kegiatan Penutup
Setelah pelaksanaan kegiatan pada pertemuan pertama, peneliti meminta beberapa orang siswa menceritakan secara lisan tentang kegiatan yang baru saja dilaksanakan, setelah selesai peneliti meminta para siswa untuk menyanyikan lagu “Topi saya bundar” untuk menghilangkan kejenuhan siswa sekaligus menutup kegiatan pada pertemuan pertama siklus pertama.
c.       Observasi
Observer melaksanakan kegiatan observasi menggunakan lembar observasi yang telah disediakan untuk menilai kreatifitas siswa dalam kegiatan bermain pasir. Peneliti mengamati kinerja siswa selama proses kegiatan bermain pasir berlangsung yaitu observasi tentang kreatifitas siswa dalam membuat bentuk-bentuk beda dari bahan pasir. Dari hasil observasi dapat disimpulkan bahwa kreatifitas siswa masih rendah, karena hanya beberapa orang siswa saja yang terlihat aktif dan mampu berkreasi dengan permainan pasir untuk membentuk benda-benda berdasarkan daya imajinasinya.
d.      Refleksi
Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan permainan outdoor dengan cara bermain pasir membentuk benda-benda yang diikuti 18 orang siswa dinyatakan belum berhasil, karena dari hasil observasi yang dilakukan menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil siswa yang menunjukkan kreatifitasnya dalam kegiatan pembelajaran. Melihat kondisi tersebut, maka pada pelaksanaan kegiatan pada SKH ke II, guru akan lebih mengintesifkan pelaksanaan kegiatan bermain dengan pasir yang dilanjutkan dengan praktik langsung oleh pada siswa membentuk berbagai macam benda dengan media pasir.
2)   SKH ke II
a)   Kegiatan Awal
Bel tanda masuk berbunyi, anak-anak segera berbaris di depan kelas dan segera masuk kelas dengan tertib. Setelah duduk dan berdoa, guru mengabsen kehadiran siswa, dan dan setelah selesai mengabsen, guru meminta siswa bersiap-siap mengikuti pembelajaran, dan sebagai kegiatan apersepsi guru bersama siswa menyanyikan lagu “Gundul-gundul pacul” yang diikuti gerakan fisik motorik sebagai langkah awal menuju kegiatan inti.
b)   Kegiatan Inti
Setelah selesai memberikan apersepsi, guru meminta siswa untuk bersama-sama keluar kelas, selanjutnya guru meminta siswa berkelompok sesuai dengan kelompoknya masing-masing. Langkah selanjutnya guru menyiapkan alat peraga seperti kotak kayu atau plastik ukuran sedang, pasir bersih (bisa dibeli di toko mainan), air seember, cetakan plastik berbagai bentuk (aneka binatang atau buah), dan sekop, ember kecil, sendok, garu, sebilah kayu atau plastik sebagai pemotong, dan peralatan mainan dapur lain, serta mainan miniatur binatang plastik, dan mainan ukuran kecil lainnya. Ilustrasi kegiatan pembelajaran sebagaimana diuraikan di bawah ini :
Guru    :  “Anak-anak, apakah kalian masih ingat bentuk apa saja yang kalian buat pada pertemuan kemarin?”.
Anak   : “Masih, Bu, membuat bentuk buah-buahan dari pasir”.
Guru    : “Nah, sekarang kalian perhatikan, Ibu akan mengajarkan kepada kalian cara membuat bentuk binatang dari bahan pasir, apakah kalian sudah siap?”
Anak   :  ”Sudah, Bu Guru”
Peneliti kemudian mulai memperagakan cara membuat bentuk binatang dengan cetakan menggunakan pasir. Beberapa bentuk binatang yang dibuat misalnya bentuk bebek, kucing, tikus dan bentuk-bentuk lain yang bervariasi, siswa diminta memperhatikan dengan seksama. Setelah selesai, peneliti menunjukkan kepada para siswa bentuk binatang yang sudah jadi tersebut. Setelah selesai, peneliti kemudian meminta kepada para siswa dalam kelompoknya masing-masing untuk mulai membentuk berbagai jenis binatang berdasarkan cetakan yang sudah disediakan. Siswa nampak antusias sekali melaksanakan kegiatan tersebut. Peneliti mengamati kegiatan anak dalam bermain pasir, sambil sesekali memberikan arahan apabila anak nampak kebingungan. Setelah dirasa cukup, peneliti meminta beberapa orang anak untuk menunjukkan bentuk-bentuk binatang yang sudah dibuatnya. Peneliti memberikan pujian kepada anak yang dapat membentuk binatang dengan baik, dan memberikan petunjuk kepada siswa yang belum bisa membuat bentuk binatang dengan baik.
c)   Kegiatan Penutup
Setelah pelaksanaan kegiatan pada pertemuan kedua ini, peneliti meminta siswa untuk merapikan alat-alat yang sudah dipergunakan dan membersikan diri. Selanjutnya siswa diminta untuk menyanyikan lagu “Naik Delman” secara bersama-sama, dengan tujuan menghilangkan kejenuhan dan memberikan efek penyegaran pikiran pada para siswa.
d.   Observasi
Pada pertemuan kedua ini, para siswa nampak antusias dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan permainan outdoor berupa bermain pasir. Namun kegiatan pembelajaran tersebut belum berjalan dengan optimal karena masih ada siswa yang terlihat acuh serta terkesan mengabaikan perintah yang diberikan guru, sedangkan pengamatan terhadap aplikasi tindakan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru juga belum maksimal, karena guru hanya memberikan contoh membentuk benda dengan menggunakan cetakan, yang berakibat pada daya kreatifitas anak menjadi kurang berkembang.
e.   Refleksi
Dari hasil observasi pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan II, menunjukkan bahwa belum semua siswa mampu berkreasi dengan membuat berbagai bentuk benda maupun binatang dengan media pasir. Melihat kondisi tersebut, maka pada pelaksanaan kegiatan pada SKH ke III, guru akan lebih mengintesifkan pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan permainan outdoor menggunakan media pasir dengan memberikan kebebasan kepada anak untuk berkreasi menurut daya imajinasi mereka dengan mengeksplorasi pasir saat membentuk), memotong, dan menuang pasir sehingga diharapkan dapat meningkatkan kreatifitas anak secara maksimal.
3)   SKH ke III
a)   Kegiatan Awal
Bel tanda masuk berbunyi, anak-anak segera berbaris di depan kelas dan segera masuk kelas dengan tertib. Setelah duduk dan berdoa, guru mengabsen kehadiran siswa, dan dan setelah selesai mengabsen, guru meminta siswa bersiap-siap mengikuti pembelajaran, dan sebagai kegiatan apersepsi guru bersama siswa menyanyikan lagu “Soleram” yang diikuti gerakan fisik motorik sebagai langkah awal menuju kegiatan inti.
b)   Kegiatan Inti
Pembelajaran dimulai dengan memberikan apersepsi kepada para siswa untuk menguatkan persepsi awal pembelajaran. Kegiatan selanjutnya guru meminta siswa untuk bersama-sama keluar kelas, selanjutnya guru meminta siswa berkelompok sesuai dengan kelompoknya masing-masing. Langkah selanjutnya guru menyiapkan alat peraga seperti kotak kayu atau plastik ukuran sedang, pasir bersih (bisa dibeli di toko mainan), air seember, dan sekop, ember kecil, sendok, garu, sebilah kayu atau plastik sebagai pemotong, dan peralatan mainan dapur lain, serta mainan miniatur buah-buahan, dan binatang plastik, dan mainan ukuran kecil lainnya. Ilustrasi kegiatan pembelajaran sebagaimana diuraikan di bawah ini :
Guru    :  “Anak-anak, apakah kalian masih ingat bentuk apa saja yang kalian buat pada pertemuan kemarin?”.
Anak   : “Masih, Bu, membuat bentuk buah-buahan dari pasir”.
Guru    : “Nah, pada pertemuan hari ini kalian akan Ibu minta untuk membuat bentuk baik buah-buahan maupun binatang berdasarkan miniatur bentuk buah dan binatang yang sudah Ibu siapkan, apakah kalian sudah siap?”
Anak   :  ”Sudah, Bu Guru”
Peneliti kemudian memberikan contoh cara membuat bentuk buah apel berdasarkan miniatur buah apel yang sudah disiapkan, siswa diminta memperhatikan dengan seksama. Setelah selesai, peneliti menunjukkan kepada para siswa bentuk buah apel yang sudah jadi tersebut. Setelah selesai, peneliti kemudian meminta kepada para siswa dalam kelompoknya masing-masing untuk mulai membentuk berbagai jenis buah maupun binatang berdasarkan miniatur bentuk buah maupun binatang yang sudah disediakan. Siswa kemudian melaksanakan kegiatan tersebut. Peneliti mengamati kegiatan anak dalam bermain pasir membuat berbagai bentuk buah dan binatang berdasarkan bentuk miniatur yang sudah disediakan, sambil sesekali memberikan arahan apabila anak nampak kebingungan. Setelah dirasa cukup, peneliti meminta beberapa orang anak untuk menunjukkan hasil kerja yang sudah dibuatnya. Peneliti memberikan pujian kepada anak yang dapat membentuk pasir menjadi benda yang dibuatnya dengan baik, dan memberikan petunjuk kepada siswa yang belum bisa membuat bentuk benda yang dibuatkan dengan baik.
c)   Kegiatan Penutup
Setelah pelaksanaan kegiatan pada pertemuan kedua ini, peneliti meminta siswa untuk merapikan alat-alat yang sudah dipergunakan dan membersikan diri. Peneliti bersama-sama siswa mengulas hasil pembelajaran dilanjutkan dengan merapikan tempat serta alat-alat yang digunakan serta menata tempat duduk seperti semula, serta diakhiri dengan menyanyikan lagu “Kunang-kunang” secara bersama-sama untuk menghilangkan kejenuhan para siswa dan memberikan penyegaran terhadap pikiran para siswa.
d.   Observasi
Pada pelaksanaan pembelajaran menggunakan miniatur bentuk benda atau buah dan binatang, sebagian siswa nampak kebingungan karena mereka belum terbiasa membuat bentuk berdasarkan miniatur. Keadaan ini berakibat pada  kegiatan pembelajaran yang belum optimal karena masih ada siswa yang nampak bingung sehingga bentuk benda yang dihasilkan masih belum sempurna bahkan terkesan acak-acakan. Pengamatan terhadap tindakan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru juga belum maksimal, karena guru kurang memberikan contoh variasi cara membetuk benda berdasarkan miniatur. Keadaan ini berakibat pada daya kreatifitas anak menjadi kurang berkembang sesuai dengan harapan.
e.   Refleksi
Dari hasil observasi pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan III, menunjukkan bahwa hanya siswa mampu berkreasi dengan membuat berbagai bentuk benda maupun binatang dengan media pasir karena masih banyak siswa yang terlihat bingung ketika mereka harus membuat benda atau bentuk buah dan binatang berdasarkan miniatur benda atau buah dan binatang tersebut. Melihat kondisi tersebut, maka pada pelaksanaan kegiatan pada SKH ke IV, guru akan mengulang pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan permainan outdoor menggunakan media pasir berdasarkan bentuk miniatur yang sudah disiapkan sehingga diharapkan dapat meningkatkan kreatifitas anak secara maksimal.
4)   SKH ke IV
a)   Kegiatan Awal
Bel tanda masuk berbunyi, anak-anak segera berbaris di depan kelas dan segera masuk kelas dengan tertib. Setelah duduk dan berdoa, guru mengabsen kehadiran siswa, dan dan setelah selesai mengabsen, guru meminta siswa bersiap-siap mengikuti pembelajaran, dan sebagai kegiatan apersepsi guru bersama siswa menyanyikan lagu “Kupu-kupu” yang diikuti gerakan fisik motorik sebagai langkah awal menuju kegiatan inti.
b)   Kegiatan Inti
Pembelajaran dimulai dengan memberikan apersepsi kepada para siswa untuk menguatkan persepsi awal pembelajaran. Kegiatan selanjutnya guru meminta siswa untuk bersama-sama keluar kelas, selanjutnya guru meminta siswa berkelompok sesuai dengan kelompoknya masing-masing. Langkah selanjutnya guru menyiapkan alat peraga seperti kotak kayu atau plastik ukuran sedang, pasir bersih (bisa dibeli di toko mainan), air seember, dan sekop, ember kecil, sendok, garu, sebilah kayu atau plastik sebagai pemotong, dan peralatan mainan dapur lain, serta mainan miniatur buah-buahan, dan binatang plastik, dan mainan ukuran kecil lainnya. Ilustrasi kegiatan pembelajaran sebagaimana diuraikan di bawah ini :
Guru          :  “Anak-anak, apakah kalian masih ingat bentuk apa saja yang kalian buat pada pertemuan kemarin?”.
Anak         : “Masih, Bu, membuat bentuk buah-buahan dari pasir”.
Guru          : “Nah, pada pertemuan hari ini kalian akan Ibu minta untuk membuat bentuk baik buah-buahan maupun binatang berdasarkan miniatur bentuk buah dan binatang yang sudah Ibu siapkan, apakah kalian sudah siap?”
Anak         :  ”Sudah, Bu Guru”
Peneliti kemudian memberikan contoh cara membuat bentuk buah apel berdasarkan miniatur buah apel yang sudah disiapkan, siswa diminta memperhatikan dengan seksama. Setelah selesai, peneliti menunjukkan kepada para siswa bentuk buah apel yang sudah jadi tersebut. Setelah selesai, peneliti kemudian meminta kepada para siswa dalam kelompoknya masing-masing untuk mulai membentuk berbagai jenis buah maupun binatang berdasarkan miniatur bentuk buah maupun binatang yang sudah disediakan. Siswa kemudian melaksanakan kegiatan tersebut. Peneliti mengamati kegiatan anak dalam bermain pasir membuat berbagai bentuk buah dan binatang berdasarkan bentuk miniatur yang sudah disediakan, sambil sesekali memberikan arahan apabila anak nampak kebingungan. Setelah dirasa cukup, peneliti meminta beberapa orang anak untuk menunjukkan hasil kerja yang sudah dibuatnya. Peneliti memberikan pujian kepada anak yang dapat membentuk pasir menjadi benda yang dibuatnya dengan baik, dan memberikan petunjuk kepada siswa yang belum bisa membuat bentuk benda yang dibuatkan dengan baik.

c)   Kegiatan Penutup
Peneliti bersama-sama siswa mengulas hasil pembelajaran, siswa diminta menunjukkan bentuk benda yang sudah mereka buat, dan dilanjutkan dengan merapikan tempat serta alat-alat yang digunakan serta menata tempat duduk seperti semula, serta diakhiri dengan menyanyikan lagu “Bangun Tidur” secara bersama-sama untuk memberikan efek relaksasi pada siswa.
d.   Observasi
Observasi dilakukan pada aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran dan kegiatan peragaan di depan kelas yang dilakukan oleh siswa dan guru dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan.
Pada pelaksanaan pembelajaran menggunakan miniatur bentuk benda atau buah dan binatang, siswa nampak kebingungan sudah berkurang karena mereka sudah melaksanakan kegiatan membuat bentuk berdasarkan miniatur pada pertemuan sebelumnya. Pengamatan terhadap tindakan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru juga juga belum maksimal, karena contoh variasi miniatur yang disajikan tidak terlalu banyak. Keadaan ini berakibat pada daya kreatifitas anak menjadi kurang berkembang sesuai dengan harapan.
e.   Refleksi
Dari hasil observasi pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan IV, menunjukkan sebagian besar siswa sudah mampu berkreasi dengan membuat berbagai bentuk benda maupun binatang dengan media pasir karena masih banyak siswa yang terlihat bingung ketika mereka harus membuat benda atau bentuk buah dan binatang berdasarkan miniatur benda atau buah dan binatang tersebut. Melihat kondisi tersebut, maka pada pelaksanaan kegiatan pada SKH ke V, guru akan pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan permainan outdoor menggunakan media pasir berdasarkan imajinasi dan daya kreasi siswa sehingga diharapkan dapat meningkatkan kreatifitas anak secara maksimal.
5)   SKH ke V
a)   Kegiatan Awal
Bel tanda masuk berbunyi, anak-anak segera berbaris di depan kelas dan segera masuk kelas dengan tertib. Setelah duduk dan berdoa, guru mengabsen kehadiran siswa, dan dan setelah selesai mengabsen, guru meminta siswa bersiap-siap mengikuti pembelajaran, dan sebagai kegiatan apersepsi guru bersama siswa menyanyikan lagu “Ulang Tahun” yang diikuti gerakan fisik motorik sebagai langkah awal menuju kegiatan inti.

b)   Kegiatan Inti
Pembelajaran dimulai dengan memberikan apersepsi kepada para siswa untuk menguatkan persepsi awal pembelajaran. Kegiatan selanjutnya guru meminta siswa untuk bersama-sama keluar kelas, selanjutnya guru meminta siswa berkelompok sesuai dengan kelompoknya masing-masing. Guru menyiapkan alat peraga seperti kotak kayu atau plastik ukuran sedang, pasir bersih (bisa dibeli di toko mainan), air seember, dan sekop, ember kecil, sendok, garu, sebilah kayu atau plastik sebagai pemotong. Ilustrasi kegiatan pembelajaran sebagaimana diuraikan di bawah ini :
Guru    :  “Anak-anak, apakah kalian masih ingat bentuk apa saja yang kalian buat pada pertemuan kemarin?”.
Anak   : “Masih, Bu, membuat bentuk berbagai macam benda berdasarkan miniatur benda tersebut”.
Guru    : “Ya tepat sekali jawaban kalian. Nah, pada pertemuan hari ini kalian akan Ibu minta untuk membentuk pasir sesuai dengan imajinasi dan daya kreasi kalian sendiri, kalian bebas akan dibentuk menjadi apa pasir tersebut, apakah kalian sudah siap?”
Anak   :  ”Sudah, Bu Guru”
Siswa kemudian melaksanakan kegiatan tersebut. Peneliti mengamati kegiatan anak dalam bermain pasir membuat berbagai bentuk benda berdasarkan imajinasi dan daya kreasi masing-masing siswa, sambil sesekali memberikan arahan apabila anak nampak kebingungan. Setelah dirasa cukup, peneliti meminta beberapa orang anak untuk menunjukkan hasil kerja yang sudah dibuatnya. Peneliti memberikan pujian kepada anak yang dapat membentuk pasir menjadi benda yang dibuatnya dengan baik, dan memberikan petunjuk kepada siswa yang belum bisa membuat bentuk benda yang dibuatkan dengan baik.
c)   Kegiatan Penutup
Peneliti bersama-sama siswa mengulas hasil pembelajaran, siswa diminta menunjukkan hasil kreasi pasir yang mereka buat. Peneliti memberikan pujian kepada siswa yang membuat kreasinya dengan baik, dan arahan kepada siswa yang belum dapat membuat kreasinya dengan baik. Setelah dirasa cukup, kegiatan dilanjutkan dengan merapikan tempat serta alat-alat yang digunakan serta menata tempat duduk seperti semula, serta diakhiri dengan menyanyikan lagu “Garuda Pancasila” secara bersama-sama untuk mengakhiri kegiatan pembelajaran pada siklus pertama.
d.   Observasi
Observasi dilakukan pada aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran dan kegiatan bermain pasir.  Pada pelaksanaan pembelajaran siswa nampak antusias karena siswa diberikan kebebasan penuh untuk berkreasi dengan imajinasi mereka membuat bentuk sesuka dan sekehendak hati namun tetap dalam koridor pembelajaran. Secara umum proses pembelajaran berjalan dengan lancar, keadaan ini berimplikasi  pada peningkatan daya kreatifitas yang bertambah.
e.   Refleksi
Dari hasil observasi yang dilakukan menunjukkan bahwa pelaksanaan pada SKH ke V belum sepenuhnya berhasil, karena dari 18 siswa yang mengikuti kegiatan perbaikan pembelajaran pada siklus pertama, hanya 11 siswa (61,11%) yang dinyatakan mengalami peningkatkan perkembangan kreatifitas. Sebagai langkah perbaikan pada siklus berikutnya adalah aktivitas pencampuran warna yang akan dilaksanakan pada siklus kedua dengan 5 SKH dengan harapan dapat meningkatkan perkembangan kreatifitas anak.
2.      Siklus Kedua
Kegiatan pelaksanaan perbaikan pembelajaran dilaksanakan dalam lima pertemuan, dengan penjelasan kegiatan diuraikan di bawah ini :
Kelas / Semester                :     B2 / 1
Alokasi Waktu                        5 x 25 menit (5 kali pertemuan)
Hari Tanggal                     :     Senin s.d Jum’at, 17 – 21 Oktober 2011
Indikator                           :     Peningkatan kreatifitas anak dengan penerapan permainan outdoor  yaitu  dengan aktifitas pencampuran warna.
a.       Perencanaan
1)      Tujuan Perbaikan
a)      Untuk mengetahui apakah aktifitas pencampuran warna dapat meningkatkan perkembangan kreatifitas anak.
b)      Untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menerapkan aktifitas pencampuran warna dapat meningkatkan perkembangan kreatifitas anak.
2)      Langkah-langkah Perbaikan
a)      Tersusunnya SKH Perbaikan Siklus II yang telah disusun kepada kepala sekolah untuk mendapatkan persetujuan dan pengesahan SKH Perbaikan yang telah disusun tersebut.
b)      Bersama kolaburator mendiskusikan dan menentukan materi kegiatan sesuai dengan tema, menentukan metode, alat peraga, teknik penilaian dan observasi pelaksanaan kegiatan pembelajaran.
c)      Menyiapkan Satuan Kegiatan Harian (SKH) Perbaikan Siklus II, menyiapkan alat peraga, menyiapkan lembar observasi baik guru maupun siswa, kertas polos, cat air berbagai warna, kuas, kemudian peneliti membagi siswa menjadi beberapa kelompok untuk mempermudah pengawasan dan bimbingan selama kegiatan pelaksanaan kegiatan pembelajaran.
d)     Sebelum dilaksanakan, peneliti bersama observer mengadakan simulasi terlebih dahulu untuk menghindari terjadinya kegagalan dalam tahap pelaksanaan, terutama pada pemakaian alat peraga untuk kegiatan demonstrasi.
e.       Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan perbaikan pembelajaran dalam siklus I dilaksanakan dengan 5 (lima) SKH selama 5 hari berturut-turut, masing-masing kegiatan perbaikan pembelajaran melalui tahap-tahap kegiatan sebagai berikut :
1)      SKH ke I
a)   Kegiatan Awal
Setelah bel tanda masuk dibunyikan, anak-anak segera berbaris di depan kelas dan segera masuk kelas dengan tertib. Setelah duduk dan berdoa, guru mengabsen kehadiran siswa, setelah selesai mengabsen, guru meminta siswa bersiap-siap mengikuti pembelajaran.
b)   Kegiatan Inti
Sebagaimana  pelaksanaan siklus I, langkah pertama adalah membentuk siswa menjadi beberapa kelompok dan meminta siswa untuk duduk sesuai dengan kelompoknya masing-masing, dilanjutkan dengan menata tempat duduk siswa melingkar dengan posisi guru berada di tengah. Selanjutnya guru menyiapkan alat peraga pencampuran warna, dan melaksanakan kegiatan demonstrasi pencampuran warna sebagaimana dilakukan pada siklus I. Ilustrasi kegiatan pembelajaran pencampuran warna dengan penerapan metode demonstrasi sebagaimana diuraikan di bawah ini :
Guru    :  “Anak-anak, coba kalian tunjukkan hasil kerja kalian pada kegiatan yang kemarin?”.
Anak   : “Ya, Bu !”, jawab siswa sambil menunjukkan kertas berisi warna-warna hasil pencampuran pada kegiatan sebelumnya.
Guru    : “Baiklah, , sebutkan beberapa warna hasil kerja kalian kemarin!”.
Hesti    :  “Ungu, campuran dari biru dan merah, Bu Guru!”
Guru    :  “Ya betul, coba siswa yang lain !”
Waffa  :  “Ungu kekuningan, pencampuran antara warna ungu dan warna kuning, Bu Guru!”.
Guru    :  “Ya, tepat sekali, kalian memang murid ibu yang pintar “, puji peneliti. “Nah, sekarang coba kalian kembali melaksanakan kegiatan mencampur warna, namun kegiatan pencampuran warna lebih tekankan pada kegiatan praktik langsung di depan kelas, apakah kalian siap?”, tanya peneliti.
Anak   :  “Siap, Bu Guru!”.
Guru    :  Baiklah,  coba kamu maju ke depan, dan laksanakan kegiatan pencampuran warna primer, kemudian ceritakan kepada teman-teman kalian”, pinta peneliti.
Gisca   :  “Ya, Bu!“
Salah seorang kemudian maju ke depan dan memperagakan cara pencampuran warna primer dimulai dari warna merah dan kuning, dilanjutkan dengan warna biru dan kuning serta yang terakhir warna kuning dan biru, mereka kemudian secara bergantian menjelaskan bahwa warna merah dan kuning bila dicampur akan menghasikan warna hijau, dan seterusnya. Kegiatan ini sekaligus menutup kegiatan pada SKH I siklus kedua.
c)   Kegiatan Penutup
Peneliti meminta siswa kembali menata tempat duduk seperti biasa, dan meminta siswa beberapa orang siswa untuk menjelaskan hasil-hasil pencampuran warna primer secara lisan, dan dilanjutkan dengan bernyanyi secara bersama-sama lagu “Burung kakak tua” sebagai penutup kegiatan pembelajaran.
d.   Observasi
Observer melaksanakan kegiatan observasi menggunakan lembar observasi yang telah disediakan untuk menilai kemampuan siswa dalam pemahaman pencampuran warna. Dari hasil observasi dapat disimpulkan bahwa pemahaman siswa terhadap pencampuran warna masih kurang sehingga masih perlu dilanjutkan pada pembelajaran SKH II siklus kedua.
e.   Refleksi
Kegiatan mencampur warna sebagai upaya peningkatan kreatifitas siswa dinyatakan belum berhasil, karena dari hasil observasi yang dilakukan menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil siswa yang mampu mencampur warna dengan baik. Melihat kondisi tersebut, maka pada pelaksanaan kegiatan pada SKH ke II, guru akan lebih mengintesifkan pelaksanaan demonstrasi yang dilanjutkan dengan praktik langsung oleh pada siswa untuk mencampur warna.
2)      SKH ke II
a)   Kegiatan Awal
Bel tanda masuk berbunyi, anak-anak segera berbaris di depan kelas dan segera masuk kelas dengan tertib. Setelah duduk dan berdoa, guru mengabsen kehadiran siswa, dan dan setelah selesai mengabsen, guru meminta siswa bersiap-siap mengikuti pembelajaran, dan sebagai kegiatan apersepsi guru bersama siswa menyanyikan lagu “Bintang Kejora” yang diikuti gerakan fisik motorik sebagai langkah awal menuju kegiatan inti.
b)   Kegiatan Inti
Di awal kegiatan, guru menanyakan kepada siswa tentang hasil-hasil pencampuran warna yang telah dipraktikan pada pertemuan-pertemuan sebelumnya. Hasil kerja siswa ditampilkan untuk dibahas oleh guru dalam kegiatan ceramah, dan siswa diminta memperhatikan dengan seksama. Untuk mempertajam pemahaman siswa, guru mengulang kegiatan mencampur warna, guru menyiapkan alat-alat seperti cat air, palet, kuas dan kertas putih polos dengan jumlah yang berimbang sehingga setiap kelompok dapat melaksanakan kegiatan praktik secara maksimal.
Ilustrasi kegiatan demonstrasi pencampuran warna sebagaimana diuraikan di bawah ini :
Guru    :  “Anak-anak, dari semua bahan-bahan yang Ibu bagikan, apakah ada yang kurang ?”.
Anak    :  “Tidak, Bu, semuanya lengkap”.
Guru    :  “Baiklah, kalau memang sudah lengkap, silahkan kalian melakukan kegiatan mencampur warna dengan baik”.
Anak    :  “Siap, Bu Guru !”.
Kemudian siswa melaksanakan kegiatan mencampur warna secara mandiri, guru bertugas mengawasi jalannya kegiatan pencampuran warna oleh siswa, sambil sesekali memberikan arahan agar kegiatan berjalan dengan baik sesuai dengan harapan.
Setelah dirasa cukup, guru meminta siswa menghentikan semua aktivitasnya. Dengan dibantu salah siswa,  guru mengumpulkan kertas hasil kerja para siswa yang telah diberikan waran sesuai dengan campuran warna yang diinginkan. Guru memberikan pujian atas hasil kerja para siswa.
c)   Kegiatan Penutup
Setelah pelaksanaan kegiatan, peneliti meminta siswa kembali menata tempat duduk seperti biasa, dan meminta siswa untuk menyanyikan lagu “Twinkle twinkle”, yang menggambarkan warna langit yang biru dengan tujuan lebih meningkatkan persepsi siswa terhadap pemahaman warna.
d.   Observasi
Dari hasil observasi dapat disimpulkan bahwa pemahaman siswa terhadap pencampuran warna masih kurang karena baru sebagian kecil siswa yang mampu melaksanakan praktik pencampuran warna dengan benar.
e.   Refleksi
Dari hasil observasi yang dilakukan menunjukkan bahwa hanya  siswa yang mampu mencampur warna dengan baik. Melihat kondisi tersebut, maka pada pelaksanaan kegiatan pada SKH ke III, guru akan lebih mengintesifkan pelaksanaan demonstrasi yang dilanjutkan dengan praktik langsung oleh pada siswa untuk mencampur warna primer dan sekunder secara berkelompok.
3)      SKH ke III
a)   Kegiatan Awal
Bel tanda masuk berbunyi, anak-anak segera berbaris di depan kelas dan segera masuk kelas dengan tertib. Setelah duduk dan berdoa, guru mengabsen kehadiran siswa, dan dan setelah selesai mengabsen, guru meminta siswa bersiap-siap mengikuti pembelajaran.
b)   Kegiatan Inti
Guru kembali menata tempat duduk siswa. Langkah selanjutnya guru menyiapkan alat peraga pencampuran warna, Sebelum pelaksanaan kegiatan demonstrasi, guru menjelaskan tentang berbagai jenis warna hasil pencampuran warna, baik dari waran primer maupun sekunder. Kegiatan pembelajaran pencampuran warna sebagaimana diuraikan di bawah ini :
Guru    :  “Anak-anak, pada pembelajaran yang terdahulu kalian telah dijelaskan tentang beberapa pencampuran warna dan hasilnya primer. Coba kalian sebutkan salah satunya ?”.
Anak   : “Merah dan biru menghasilkan warna ungu, Bu !”.
Guru    :  “Betul, sekali jawaban kalian”
Anak   :  “Kuning dan merah menghasilan warna orange atau jingga, Bu!”.
Guru    :  “Nah, hijau kekuningan berasal dari campuran warna apa?”.
Anak   :  “Warna hijau dan kuning, Bu Guru”.
Guru    : “Ya betul, sekali jawaban kalian, kalian memang murid Ibu yang pintar”, puji peneliti. “Nah, sekarang kalian perhatikan, Ibu akan mengulang kegiatan mencampur warna sebagaimana pada pertemuan terdahulu, kalian perhatikan baik-baik”. Peneliti kemudian melaksanakan kegiatan demonstrasi mencampur berbagai jenis warna baik primer maupun sekunder dan menyajikan hasil pencampuran warna tersebut kepada para siswa. Setelah dirasa cukup, peneliti meminta siswa untuk melaksanakan kegiatan pencampuran warna secara mandiri di depan kelas. Sebagai kegiatan awal, peneliti membagikan alat-alat yang diperlukan, misalnya cat air, palet, kuas dan lain sebagainya. Kemudian siswa yang ditunjuk melaksanakan kegiatan praktik mencampur warna, siswa yang lain diminta memperhatikan dan menyebutkan hasil pencampuran warna tersebut secara lisan dengan bantuan guru sebagai mediator, dan pembuat kesimpulan akhir kegiatan pembelajaran.
c)   Kegiatan Penutup
Peneliti bersama-sama siswa mengulas hasil pembelajaran tentang mencampur warna, siswa diminta menyebutkan hasil-hasil pencampuran warna yang sudah dilakukan, dan dilanjutkan dengan merapikan tempat serta alat-alat yang digunakan serta menata tempat duduk seperti semula, serta diakhiri dengan menyanyikan lagu “Bintang Kecil” secara bersama-sama.
d.   Observasi
Observasi dilakukan pada aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran dan kegiatan praktik pencampuran warna yang dilakukan oleh siswa dan guru dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan.
e.   Refleksi
Dari hasil observasi yang dilakukan menunjukkan bahwa pelaksanaan kegiatan dengan praktik langsung pencampuran warna pada pelaksanaan kegiatan pada SKH ke III belum berhasil, guru akan lebih mengintesifkan kegiatan mencampur warna yang dilanjutkan dengan mengulang kegiatan praktik langsung oleh pada siswa untuk mencampur warna secara berkelompok sebagai upaya peningkatan kreatifitas siswa sehingga diharapkan pada pertemuan berikutnya kreatifitas siswa dapat meningkat sesuai dengan kriteria ketuntasan yang sudah ditetapkan.
4)      SKH ke IV
a)   Kegiatan Awal
Bel tanda masuk berbunyi, anak-anak segera berbaris di depan kelas dan segera masuk kelas dengan tertib. Setelah duduk dan berdoa, guru mengabsen kehadiran siswa, dan dan setelah selesai mengabsen, guru meminta siswa bersiap-siap mengikuti pembelajaran, dan sebagai kegiatan apersepsi guru bersama siswa menyanyikan lagu “Ayah Bunda” yang diikuti gerakan fisik motorik sebagai langkah awal menuju kegiatan inti.
b)   Kegiatan Inti
Guru kembali mengulang langkah pembelajaran pada SKH III, yaitu meminta beberapa orang siswa untuk maju ke depan kelas yang mendemontrasikan kegiatan pencampuran warna. Sebelum pelaksanaan kegiatan, guru menyiapkan alat peraga pencampuran warna, dan melaksanakan kegiatan demonstrasi pencampuran warna.  Sebelum pelaksanaan kegiatan demonstrasi, guru menjelaskan tentang cara kerja pelaksanaan praktik pencampuran warna dengan menggunakan cat air yang telah disiapkan sebelumnya oleh peneliti. Ilustrasi kegiatan demonstrasi pencampuran warna yang dilanjutkan dengan kegiatan praktik langsung mengenai pencampuran warna sebagaimana diuraikan di bawah ini :
Guru    :  “Anak-anak, pada pembelajaran yang terdahulu kalian telah dijelaskan tentang beberapa pencampuran warna dan hasilnya. Coba kalian sebutkan salah satunya ?”.
Anak      : “Ungu adalah pencampuran warna merah dan biru, Bu!”.
Guru    :  “Betul”. “Kalian memang murid Ibu yang pintar”, puji peneliti. “Nah, sekarang kalian perhatikan, Ibu akan mengulang kegiatan mencampur warna sebagaimana pada pertemuan terdahulu, kalian perhatikan baik-baik”. Peneliti kemudian melaksanakan kegiatan demonstrasi mencampur sebagaimana pelaksanaan kegiatan pada pertemuan terdahulu. Setelah dirasa cukup, peneliti meminta 2 orang siswa untuk maju dan mendemontrasikan  kegiatan pencampuran warna. Setelah diberikan penjelasan, siswa diminta melaksanakan kegiatan pencampuran warna dan menyajikan hasilnya pada selembar kertas yang telah disediakan. Pada saat kegiatan pencampuran warna, siswa diminta menunjukkan hasil-hasil pencampuran warna yang dihasilkan dari kegiatan yang mereka lakukan, misalnya biru dengan kuning menghasilan warna hijau, merah dengan kuning menghasilkan warna orange, dan seterusnya. Kegiatan ini dilaksanakan secara bergiliran sampai semua pasangan siswa maju ke depan kelas dan mendemonstrasikan kegiatan pencampuran warna tersebut. Setelah dirasa cukup, peneliti melempar pertanyaan, “Anak-anak, apakah kalian sudah jelas dengan apa yang sudah kalian laksanakan?”, tanya peneliti, sekaligus mengakhiri kegiatan pembelajaran.
c)   Kegiatan Penutup
Peneliti bersama-sama siswa mengulas hasil pembelajaran tentang mencampur warna, siswa diminta menyebutkan hasil-hasil pencampuran warna yang sudah dilakukan, dan dilanjutkan dengan merapikan tempat serta alat-alat yang digunakan serta menata tempat duduk seperti semula, serta diakhiri dengan menyanyikan lagu “Lihat Kebunku” secara bersama-sama.
d.   Observasi
Observasi dilakukan pada aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran dan kegiatan praktik pencampuran warna yang dilakukan oleh siswa dan guru dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan.
e.   Refleksi
Dari hasil observasi yang dilakukan menunjukkan bahwa pelaksanaan kegiatan mencampur warna yang dilanjutkan dengan praktik langsung pencampuran warna pada pelaksanaan kegiatan pada SKH ke IV belum berhasil, guru akan lebih mengintesifkan pelaksanaan demonstrasi yang dilanjutkan dengan mengulang kegiatan praktik langsung oleh pada siswa untuk mencampur warna secara berkelompok dilanjutkan unjuk kerja hasil pelaksanaan kegiatan praktik pencampuran warna.
5)      SKH ke V
a)   Kegiatan Awal
Bel tanda masuk berbunyi, anak-anak segera berbaris di depan kelas dan segera masuk kelas dengan tertib. Setelah duduk dan berdoa, guru mengabsen kehadiran siswa, dan dan setelah selesai mengabsen, guru meminta siswa bersiap-siap mengikuti pembelajaran, dan sebagai kegiatan apersepsi guru bersama siswa menyanyikan lagu “Bangun Tidur” yang diikuti gerakan fisik motorik sebagai langkah awal menuju kegiatan inti.
b)   Kegiatan Inti
Guru kembali mengulang langkah pembelajaran pada SKH IV, yaitu meminta beberapa orang siswa yang belum melaksanakan kegiatan demonstrasi pencampuran warna untuk maju ke depan kelas. Sebelum pelaksanaan kegiatan, guru menyiapkan alat peraga pencampuran warna, dan melaksanakan kegiatan demonstrasi pencampuran warna.  Sebelum pelaksanaan kegiatan demonstrasi, guru menjelaskan tentang cara kerja pelaksanaan praktik pencampuran warna dengan menggunakan cat air yang telah disiapkan sebelumnya oleh peneliti. Ilustrasi kegiatan demonstrasi pencampuran warna yang dilanjutkan dengan kegiatan praktik langsung mengenai pencampuran warna sebagaimana diuraikan di bawah ini :
Guru    :  “Anak-anak, pada pembelajaran yang terdahulu kalian telah dijelaskan tentang beberapa pencampuran warna dan hasilnya. Coba kalian sebutkan salah satunya ?”.
Anak      : “Orange atau jingga adalah pencampuran warna kunig dan merah, Bu!”.
Guru    :  “Betul”. “Kalian memang murid Ibu yang pintar”, puji peneliti. “Nah, sekarang kalian perhatikan, Ibu akan mengulang kegiatan mencampur warna sebagaimana pada pertemuan kemarin, sekarang coba kalian perhatikan baik-baik”. Peneliti kemudian melaksanakan kegiatan demonstrasi mencampur sebagaimana pelaksanaan kegiatan pada pertemuan terdahulu. Setelah dirasa cukup, peneliti meminta siswa yang belum mendemontrasikan di depan kelas untuk maju dan melaksanakan kegiatan pencampuran warna. Setelah diberikan penjelasan, siswa diminta melaksanakan kegiatan pencampuran warna dan menyajikan hasilnya pada selembar kertas yang telah disediakan. Pada saat kegiatan pencampuran warna, siswa diminta menunjukkan hasil-hasil pencampuran warna yang dihasilkan dari kegiatan yang mereka lakukan, misalnya primer dengan sekunder menghasilan warna hijau, merah dengan kuning menghasilkan yang hampir sesuai dengan warna hasil pencampuran warna primer namun lebih terang, dan seterusnya. Kegiatan ini dilaksanakan secara bergiliran sampai semua pasangan siswa maju ke depan kelas dan mendemonstrasikan kegiatan pencampuran warna tersebut. Setelah dirasa cukup, peneliti melempar pertanyaan, “Anak-anak, apakah kalian sudah jelas dengan apa yang sudah kalian laksanakan?”, tanya peneliti, sekaligus mengakhiri kegiatan pembelajaran.
Anak   :  “Sudah, Bu Guru !”.

c)   Kegiatan Penutup
Peneliti bersama-sama siswa mengulas hasil pembelajaran tentang mencampur warna, siswa diminta menyebutkan hasil-hasil pencampuran warna yang sudah dilakukan, dan dilanjutkan dengan merapikan tempat serta alat-alat yang digunakan serta menata tempat duduk seperti semula, serta diakhiri dengan menyanyikan lagu “Pelangi” secara bersama-sama untuk mengakhiri kegiatan pembelajaran pada siklus pertama.
d.   Observasi
Observasi dilakukan pada aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran dan kegiatan praktik pencampuran warna yang dilakukan oleh siswa dan guru dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan.
e.   Refleksi
Dari hasil observasi yang dilakukan menunjukkan bahwa pelaksanaan kegiatan pencampuran warna yang dilanjutkan dengan praktik langsung pencampuran warna pada pelaksanaan kegiatan pada SKH ke V dinyatakan berhasil karena dari 18 siswa yang mengikuti kegiatan perbaikan pembelajaran semuanya dinyatakan mengalami peningkatan perkembangan kreatifitas hal ini terbukti  dalam pencampuran warna siswa sudah bisa berimajinasi dan berkreasi sendiri untuk menghasilkan warna-warna tertentu menurut pencampuran warna yang mereka lakukan sendiri,  sehingga dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan perbaikan pembelajaran dinyatakan tuntas dan selesai pada siklus kedua.

B.     Hasil Penelitian
1.      Siklus I
Setelah dilaksanakan perbaikan pembelajaran dengan penerapan permainan outdoor sebagai upaya peningkatkan perkembangan kreatifitas diharapkan dapat tercapai secara maksimal. Hal tersebut sebagaimana diuraikan pada penjelasan di bawah ini :
a.   Hasil Perencanaan
1)      Tersusunnya SKH Perbaikan yang telah disusun kepada kepala sekolah untuk mendapatkan persetujuan dan pengesahan SKH Perbaikan yang telah disusun tersebut.
2)      Bersama kolaburator mendiskusikan dan menentukan materi kegiatan sesuai dengan tema, menentukan metode, alat peraga, teknik penilaian dan observasi pelaksanaan kegiatan pembelajaran.
3)      Menyiapkan Satuan Kegiatan Harian (SKH) Perbaikan, menyiapkan alat peraga, menyiapkan lembar observasi baik guru maupun siswa.
4)      Peneliti membagi siswa menjadi beberapa kelompok untuk mempermudah pengawasan dan bimbingan selama kegiatan pelaksanaan kegiatan pembelajaran.
5)      Sebelum dilaksanakan, peneliti bersama observer mengadakan simulasi terlebih dahulu untuk menghindari terjadinya kegagalan dalam tahap pelaksanaan.
b.   Hasil Pelaksanaan Tindakan
Hasil evaluasi peningkatan perkembangan kreatifitas menggunakan permainan outdoor   pada siklus I dapat diterangkan sebagai berikut:
a)   Pada kondisi awal, hanya 4 siswa (22,22%) yang perkembangan kreatifitasnya meningkat, sedangkan sisanya 14 siswa (77,78%) dinyatakan belum meningkat perkembangan kreatifitasnya. Keadaan ini akan dicoba diperbaiki dengan menerapkan permainan outdoor berupa bermain pasir pada pelaksanaan siklus pertama.
b)   Pada siklus pertama, setelah pembelajan dilaksanakan dengan menggunakan permainan outdoor berupa kegiatan bermain pasir jumlah siswa meningkat kreatifitasnya meningkat menjadi 11 siswa atau 61,11% atau mengalami peningkatan 38,89% (7 siswa) dari kondisi awal, sedangkan sisanya sebanyak 7 siswa atau 38,89% dinyatakan belum meningkat perkembangan kreatifitasnya. Keadaan ini akan dicoba diperbaiki dengan menerapkan permainan outdoor berupa bermain pencampuran warna pada pelaksanaan siklus kedua, dengan harapan dapat meningkatkan perkembangan kreatifitas siswa secara optimal sesuai kriteria keberhasil pembelajaran yang telah ditetapkan.
c.   Hasil Observasi
Dalam tahap ini dilakukan observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan, yaitu terhadap aktivitas guru dan aktivitas siswa
1)   Aktivitas Siswa
Tabel 4.1   Hasil Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Siklus I

No
Indikator
Hasil Pengamatan
Jml
Rata2
1
Mampu Berfikir Kreatif
99
5,44
2
Mampu mengembangkan kreatifitas sosial
126
6,89
3
Mampu bekerjasama dalam kelompok
126
6,83
4
Mampu mengembangkan kreatifitas berpikir
129
6,94
5
Mampu Mengemukakan pendapat
134
7,17
Jumlah
614
6,66

Berdasarkan tabel 4.2 di atas dapat disimpulkan bahwa aktivitas guru dalam kegiatan pembelajaran diperoleh nilai rata-rata sebesar 6,66 dengan kriteria cukup.
2)   Aktivitas Guru
Tabel 4.2   Hasil Observasi Aktivitas Guru dalam Pembelajaran Siklus I

No
Aspek yang diobservasi
Hasil Pengamatan
Jml
Rata2
1
Apakah guru menggunakan buku sumber ?
145
5,78
2
Apakah guru menggunakan alat peraga ?
128
6,98
3
Apakah  guru  menjelaskan materi pembelajaran?
135
7,14
4
Apakah guru memberi contoh materi pembelajaran?
145
7,26
5
Apakah guru memberi pertanyaan?
153
7,37
6
Apakah guru melakukan diskusi kelompok  ?
128
7,12
7
Apakah guru memberi penilaian akhir kegiatan?
128
7,05

Jumlah
962
6,96

Berdasarkan tabel 4.2 di atas dapat disimpulkan bahwa aktivitas guru dalam kegiatan pembelajaran diperoleh nilai rata-rata sebesar 6,96 dengan kriteria cukup.
d.   Hasil Refleksi
Dari hasil observasi yang dilakukan menunjukkan bahwa pelaksanaan kegiatan pembelajaran permainan outdoor dengan cara bermain pasir membentuk berbagai macam bentuk benda, buah dan binatang dinyatakan belum berhasil, karena dari 18 siswa yang mengikuti kegiatan perbaikan pembelajaran pada siklus pertama, hanya  11 siswa atau 61,11% atau mengalami peningkatan 38,89% (7 siswa) dari kondisi awal, sedangkan sisanya sebanyak 7 siswa atau 38,89% belum meningkat perkembangan kreatifitasnya. Sebagai langkah perbaikan maka guru akan lebih mengintesifkan pelaksanaan permainan outdoor berupa kegiatan pencampuran warna yang dilanjutkan dengan kegiatan peragaan langsung di depan kelas oleh pada siswa secara berkelompok yang akan dilaksanakan pada siklus kedua dengan 5 SKH.
2.      Siklus II
Setelah dilaksanakan perbaikan pembelajaran dengan penggunaan metode permainan outdoor dengan teknis pencampuran warna secara mandiri oleh para siswa,  hasil yang diharapkan dapat tercapai secara maksimal. Hal tersebut sebagaimana diuraikan pada penjelasan di bawah ini :

a.   Hasil Perencanaan
1)      Tersusunnya SKH Perbaikan Siklus II yang telah disusun kepada kepala sekolah untuk mendapatkan persetujuan dan pengesahan SKH Perbaikan yang telah disusun tersebut.
2)      Bersama kolaburator mendiskusikan dan menentukan materi kegiatan sesuai dengan tema, menentukan metode, alat peraga, teknik penilaian dan observasi pelaksanaan kegiatan pembelajaran.
3)      Menyiapkan Satuan Kegiatan Harian (SKH) Perbaikan Siklus II, menyiapkan alat peraga, menyiapkan lembar observasi baik guru maupun siswa, kertas polos, cat air berbagai warna, kuas.
4)      Peneliti membagi siswa menjadi beberapa kelompok untuk mempermudah pengawasan dan bimbingan selama kegiatan pelaksanaan kegiatan pembelajaran.
5)      Sebelum dilaksanakan, peneliti bersama observer mengadakan simulasi terlebih dahulu untuk menghindari terjadinya kegagalan dalam tahap pelaksanaan, terutama pada pemakaian alat peraga untuk kegiatan demonstrasi.
b.   Hasil Pelaksanaan Tindakan
Hasil evaluasi peningkatan kemampuan pencampuran warna siswa melalui penerapan metode demonstrasi  pada siklus II  dapat diterangkan sebagai berikut:
a)   Pada siklus pertama, hanya 11 siswa atau 61,11% yang mampu melaksanakan pencampuran warna dengan baik dan benar, sedangkan sisanya 7 siswa atau 38,89% dinyatakan belum mampu melaksanakan pencampuran warna dengan baik dan benar.
b)   Pada siklus kedua, jumlah siswa yang mampu melaksanakan pencampuran warna dengan baik dan benar meningkat menjadi  18 siswa atau mengalami peningkatan 38,89% (7 siswa) dari siklus pertama. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan metode permainan outdoor dengan teknis pencampuran warna terbukti efektif meningkatkan perkembangan kreatifitas siswa.
c.   Hasil Observasi
Dalam tahap ini dilakukan observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan, yaitu terhadap aktivitas guru dan aktivitas siswa
1)   Aktivitas Siswa
Tabel 4.3   Hasil Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Siklus II

No
Indikator
Hasil Pengamatan
Jml
Rata2
1
Mampu Berfikir Kreatif
129
7,11
2
Mampu mengembangkan kreatifitas sosial
141
7,72
3
Mampu bekerjasama dalam kelompok
146
7,94
4
Mampu mengembangkan kreatifitas berpikir
155
8,39
5
Mampu Mengemukakan pendapat
166
8,94
Jumlah
737
8,02

Berdasarkan tabel 4.3 di atas dapat disimpulkan bahwa aktivitas guru dalam kegiatan pembelajaran diperoleh nilai rata-rata sebesar 8,02 dengan kriteria baik.

2)   Aktivitas Guru
Tabel 4.4   Hasil Observasi Aktivitas Guru dalam Pembelajaran Siklus II

No
Aspek yang diobservasi
Hasil Pengamatan
Jml
Rata2
1
Apakah guru menggunakan buku sumber ?
147
8,17
2
Apakah guru menggunakan alat peraga ?
145
8,06
3
Apakah  guru  menjelaskan materi pembelajaran?
136
7,56
4
Apakah guru memberi contoh materi pembelajaran?
138
7,67
5
Apakah guru memberi pertanyaan?
145
8,06
6
Apakah guru melakukan diskusi kelompok  ?
153
8,50
7
Apakah guru memberi penilaian akhir kegiatan?
153
8,50

Jumlah
1017
8,07

Berdasarkan tabel 4.4 di atas dapat disimpulkan bahwa aktivitas guru dalam kegiatan pembelajaran diperoleh nilai rata-rata sebesar 8,07 dengan kriteria baik.
d.   Hasil Refleksi
Dari hasil observasi yang dilakukan menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran dengan metode permainan outdoor yang dilanjutkan dengan praktik langsung pencampuran warna pada pelaksanaan kegiatan pada SKH ke V dinyatakan berhasil karena dari 18 siswa yang mengikuti kegiatan perbaikan pembelajaran semuanya (100%)  dinyatakan mengalami peningkatan perkembangan kreatifitas,  hal ini dibuktikan dengan keberanian siswa untuk berkreasi dengan warna-warna pada kegiatan pencampuran warna sehingga dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan perbaikan pembelajaran dinyatakan tuntas dan selesai pada siklus kedua.
Setelah melakukan analisa terhadap data yang peroleh dari dua siklus yang dilaksanakan maka dapat dapat disimpulkan bahwa penggunaan permainan outdoor dalam peningkatan perkembangan kreatifitas terbukti dapat meningkatkan perkembangan kreatifitas siswa Kelompok B2 Taman Kanak-kanak Negeri Pembina Majenang. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.5  di bawah ini :
Tabel   4.5    Rekapitulasi Perbandingan Peningkatan Perkembangan Kreatifitas Siswa dengan Penggunaan Permainan outdoor pada Kondisi Awal, Siklus I dan II

No
Kategori Anak
Kondisi Awal
Siklus I
Siklus II
Jumlah Anak
%
Jumlah Anak
%
Jumlah Anak
%
1
Mampu
4
22,22
11
61,11
18
100
2
Belum Mampu
14
77,78
7
38,89
0
0

Jumlah
18
100
18
100
18
100

Dari penjelasan pada tabel 4.5 di atas, kenaikan perkembangan kreatifitas siswa  dapat dijelaskan sebagai berikut
1)      Pada siklus I, angka peningkatan perkembangan kreatifitas siswa naik menjadi 61,11% (bertambah 7 siswa (38,89%) dari kondisi awal)
2)      Pada siklus II, angka peningkatan kemampuan siswa naik menjadi 100% (bertambah 7 siswa (38,89%) dari siklus I dan bertambah 14 anak atau 77,78% dari kondisi awal.
Untuk lebih jelasnya peningkatan perkembangan kreatifitas siswa dengan penerapan permainan outdoor dalam pelaksanaan pembelajaran dapat dilihat pada gambar diagram batang berikut :









Gambar  4.1    Diagram Batang Perbandingan Peningkatan Perkembangan Kreatifitas Siswa  dengan Penggunaan Permainan outdoor pada Kondisi Awal, Siklus I dan II

Dari penjelasan pada tabel 4.1 di atas, penurunan rendahnya kreatifitas siswa dengan penggunaan permainan outdoor pada pembelajaran dapat dijelaskan sebagai berikut :
1)      Pada kondisi awal, siswa yang belum mengalami perkembangan kreatifitas menunjukkan angka 14 orang siswa atau 77,78%.
2)      Pada siklus I, angka penurunan rendahnya kreatifitas siswa turun menjadi 7 siswa  atau 38,39%,  atau mengalami penurunan sebanyak 7 orang siswa atau 38,39% dari keadaan kondisi awal.
3)      Pada siklus II, angka penurunan rendahnya kreatifitas siswa turun menjadi 0% atau seluruh siswa dinyatakan telah meningkat perkembangan kreatifitasnya menggunakan permainan outdoor. Keadaan ini menunjukkan bahwa penurunan rendahnya kreatifitas siswa sebesar 14 orang siswa atau 77,78% dari kondisi awal pembelajaran.
Untuk lebih jelasnya penurunan rendahnya kreatifitas siswa dengan penerapan permainan outdoor dalam pelaksanaan pembelajaran dapat dilihat pada gambar diagram batang berikut :









Gambar  4.2    Diagram Batang Perbandingan Penurunan Rendahnya Kreatifitas Siswa dengan Penggunaan Permainan outdoor pada Kondisi Awal, Siklus I dan II

C.     Pembahasan
Dalam proses belajar banyak faktor- faktor yang mempengaruhi. Faktor- faktor yang mempengaruhi belajar secara garis besar dibedakan menjadi dua macam, yaitu : (1) Faktor Internal, yaitu menyangkut faktor- faktor psikologis pembelajar. Kehadiran faktor-faktor psikologis tersebut akan memberikan landasan dan kemudahan dalam upaya mencapai tujuan belajar. Faktor- faktor internal antara lain : motivasi, kondisi kesehatan jasmani dan rohani, intelektual, emosional, (2) Faktor eksternal, yaitu faktor dapat mempengaruhi sikap dan reaksi individu dalam aktivitas belajar, karena individu yang belajar adalah berinteraksi dengan lingkungan. Faktor- faktor eksternal antara lain : variasi dan tingkat kesulitan materi yang dipelajari, metode pembelajaran, cuaca, kondisi tempat belajar.
Pendapat di atas terbukti dari hasil perbaikan pembelajaran yang dilakukan di kelas B2 Taman Kanak-kanak Negeri Pembina Majenang dengan menggunakan permainan outdoor sebagai upaya peningkatan kreatifitas menunjukkan hasil yang maksimal pada setiap siklusnya.
Dalam dua siklus perbaikan pembelajaran dengan menekankan pada pelaksanaan kegiatan demonstrasi pencampuran warna yang dilaksanakan dengan 5 SKH untuk masing-masing siklus diharapkan dapat meningkatkan perkembangan kreatifitas siswa secara maksimal. Penjelasan secara rinci sebagaimana diuraikan di bawah ini :
1.      Siklus Pertama
Pada siklus pertama, dengan menggunakan permainan outdoor menggunakan media pasir, di mana siswa diminta membuat berbagai bentuk benda, buah dan binatang berdasarkan cetakan, dilanjutkan dengan berdasarkan miniatur dan siswa diberikan kebebasan berkreasi seusai imajinasi dan daya kreasi masing-masing yang dilaksanakan dalam 5 SKH, ternyata mampu meningkatkan perkembangan kreatifitas siswa walaupun belum berhasil secara maksimal.
Dari hasil observasi yang dilakukan menunjukkan bahwa pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan permainan outdoor menggunakan media pasir, di mana siswa diminta membuat berbagai bentuk benda, buah dan binatang berdasarkan cetakan, dilanjutkan dengan berdasarkan miniatur dan siswa diberikan kebebasan berkreasi seusai imajinasi dan daya kreasi masing-masing pada pelaksanaan kegiatan pada SKH ke V belum berhasil, karena dari 18 siswa yang mengikuti kegiatan perbaikan pembelajaran pada siklus pertama, hanya 11 siswa (61,11%) yang dinyatakan mengalami peningkatan perkembangan kreatifitasnya. Sebagai upaya perbaikan selanjutnya maka pada pelaksanaan siklus kedua akan dilaksanakan dengan permainan outdoor berupa teknik pencampuran warna-warna  akan dilaksanakan pada siklus kedua dengan 5 SKH seperti halnya pada siklus pertama.
2.      Siklus Kedua
Pada siklus kedua, dengan penerapan metode permainan outdoor dimana siswa diberikan kegiatan untuk mencampur warna baik primer, sekunder maupun warna tersier terbukti mampu meningkatkan perkembangan kreatifitas anak. Hal tersebut karena anak diberikan kebebasan untuk berkreasi penuh sesuai dengan imajinasi, inovasi dan daya kreasi masing-masing siswa, yang dilaksanakan dalam 5 SKH ternyata terbukti efektif dan mampu meningkatkan perkembangan kreatifitas siswa secara menyeluruh.
Dari hasil observasi yang dilakukan menunjukkan bahwa dari hasil observasi yang dilakukan  maka proses perbaikan pembelajaran dengan menggunakan metode permainan outdorr dinyatakan berhasil karena dari 18 siswa yang mengikuti kegiatan perbaikan pembelajaran semuanya dinyatakan mengalami peningkatan perkembangan kreatifitas,  sehingga dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan perbaikan pembelajaran dinyatakan tuntas dan selesai pada siklus kedua. Perolehan hasil penelitian yang dilaksanakan di Taman Kanak-kanak Negeri Pembina Majenang sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh  Wulandari, Sri. A.520081011, Penerapan Metode Pembelajaran ”Outdoor ” Dalam Meningkatkan Aktivitas Belajar Anak di TK Papahan 03 Tasikmadu Karanganyar, yang mana hasil penelitiannya menunjukkan pada siklus I dan siklus II pertemuan pertama dalam hal anak mau melaksanakan kegiatan sampai selesai terhitung dari 11 anak (55%) menjadi 16 anak (80%), anak dapat melaksanakan kegiatan berkelompok terhitung dari 13 anak (65%) menjadi 18 anak (90%), aktif bergerak sesuai peraturan terhitung dari 14 anak (70%) menjadi 18 anak (90%), anak terampil menggunakan alat atau media terhitung dari 14 anak (70%) menjadi 18 anak (90%). Pada siklus I dan siklus II pertemuan kedua dalam hal anak mau melaksanakan kegiatan sampai selesai terhitung dari 17 anak (85%) menjadi 18 anak (90%), anak dapat melaksanakan kegiatan berkelompok terhitung dari 15 anak (75%) menjadi 18 anak (90%), anak aktif bergerak sesuai peraturan terhitung dari 14 anak (70%) menjadi 17 anak (85%), anak terampil menggunakan alat atau media terhitung dari 13 anak (65%) menjadi 18 anak (90%). Pada siklus I dan siklus II pertemuan ketiga dalam hal anak mau melaksanakan kegiatan sampai selesai terhitung dari 17 anak (85%) menjadi 18 anak (90%), anak dapat melaksanakan kegiatan berkelompok terhitung dari 17 anak (85%) menjadi 18 anak (90%), anak aktif bergerak sesuai peraturan terhitung dari 17 anak (85%) menjadi 18 anak (90%), anak terampil menggunakan alat atau media terhitung dari 17 anak (85%) menjadi 18 anak.(90%) Berdasarkan hasil penelitian dan observasi dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan aktivitas belajar anak dalam pembelajaran outdoor, serta hasil penelitian dari Susilowati (A 520085003), Peningkatan Kreativitas Anak Usia Dini Melalui Cerita Bergambar Pada Anak Didik Kelompok B TK Bhayangkari 68 Mondokan, di mana hasil penelitian menunjukkan ada peningkatan kreativitas anak melalui cerita bergambar, yakni kreativitas pra siklus sebesar 13.33 %, peningkatan kreativitas siklus I sebesar 46.67 % dan peningkatan kreativitas siklus II mencapai 80.00 %.


0 comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar, hindari unsur SARA.
Terima kasih