Menerima Pembuatan TESIS-SKRIPSI-PKP UT, Silahkan Baca Cara Pemesanan di bawah ini

Lencana Facebook

banner image

Jumat, 28 Maret 2025

DISKUSI 3 MPDR5203 Desain dan Model Pembelajaran Inovatif dan Interaktif - Modul 3

 

DISKUSI 3 MPDR5203

Desain dan Model Pembelajaran Inovatif dan Interaktif - Modul 3.

 

1.  Apakah yang dimaksud dengan nested model dan apa ciri-cirinya?

Model pembelajaran Nested adalah pengintegrasian desain pembelajaran yang dimaksudkan untuk memperkaya guru agar lebih terampil dalam mengembangkan konsep sehingga pembelajaran dapat lebih bermakna (Sofli & Sudrajat, 2014). Model Nested dapat melatihkan dan memadukan keterampilan berpikir, mengorganisir dan keterampilan sosial kepada siswa. Sehingga keterampilan proses sains dapat dilatihkan, dimana keterampilan dasar yakni berpikir, mengorganisir dan sosial dilatihkan dalam pendekatan terpadu ini. Tipe nested ini adalah suatu pembelajaran dengan mengintegrasikan konten (dimensi pengetahuan) mata pelajaran dalam disiplin ilmu tunggal (Fogarty, 1991).

Hal ini sejalan dengan pendapat Kusuma, Wahidin & Gloria (2015) yang menyatakan bahwa model Nested ini selain menanamkan konsep suatu materi juga memadukan aspek keterampilan. Model pembelajaran terpadu tipe nested ini merupakan pembelajaran terpadu yang memakai pendekatan inter studi. Keterampilan-keterampilan yang ingin dilatihkan dalam satu bidang studi, dihubungkan dalam satu kegiatan pembelajaran. Keterampilan-keterampilan tersebut meliputi, keterampilan berpikir, keterampilan mengorganisir, dan keterampilan social.

Ciri-ciri dari pembelajaran terpadu model Nested (Depdikbud, 1996) :

a.       Holistik

Model menetap terkoordinasi mendapatkan izin siswa untuk memahami kekhasan dari semua sisi. Ini akan membuat siswa lebih bijaksana dan cerdas dalam menjawab acara acara reguler.

b.      Bermakna

Model ini memungkinkan siswa untuk menerapkan materi yang mereka dapatkan untuk mengatasi masalah.

 

c.       Otentik

Model yang ditetapkan memungkinkan siswa untuk melihat secara langsung standar dan ide-ide yang perlu mereka pelajari melalui latihan pembelajaran yang terlibat. Mereka memahami dari hasil belajar mereka sendiri, bukan hanya peringatan instruktur. Data dan informasi yang diperoleh lebih bonafide melalui data yang telah ada.

d.      Aktif

Model ini menekankan keaktifan siswa dalam belajar baik secara sebenarnya, secara intelektual, mental, dan tulus untuk mencapai hasil belajar yang ideal dengan memikirkan keinginan, minat, dan kapasitas siswa sehingga mereka dibujuk untuk maju terus menerus.

 

Bandingkan pendapat Anda dengan kutipan dari video ini " nested model is how are we explicitly nesting life skills and process standards into core curricular content the nested model begins with content specific skills and then integrates other skills such as social and thinking skills within each subject area"

Pada penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa model tipe nested ini merupakan pembelajaran terpadu yang memakai pendekatan inter studi. Keterampilan-keterampilan yang ingin dilatihkan dalam satu bidang studi, dihubungkan dalam satu kegiatan pembelajaran. Keterampilan-keterampilan tersebut meliputi, keterampilan berpikir, keterampilan mengorganisir, dan keterampilan social.

Pada video dijelaskan bahwa model tipe nested ini menerapkan keterampilan hidup dan standar proses ke dalam konten kurikulum inti model bersarang dimulai dengan keterampilan spesifik konten dan kemudian mengintegrasikan keterampilan lain seperti keterampilan sosial dan berpikir dalam setiap bidang studi.

2. Menurut Anda apa keuntungan menggunakan model ini ?

Beberapa keuntungan yang didapatkan dengan penggunaan pembelajaran model Nested yaitu :

1.    Pendidik dapat mencampur kemampuan yang berbeda pada ganda dalam pembelajaran satu mata pelajaran.(Tirtoni, 2018)

2.    Pembelajaran semakin berkembang dan ditingkatkan dengan mengumpulkan berbagai tujuan dalam peluang pertumbuhan siswa (Priscylio, 2019)

3.    Belajar dapat mencakup banyak aspek dengan memusatkan perhatian pada substansi ilustrasi, metodologi berpikir, kemampuan interaktif dan berbagai pemikiran yang ditemukan.

4.    Fokus pada berbagai wilayah penting sekaligus sehingga tidak memerlukan waktu ekstra dengan tujuan agar instruktur dapat mengoordinasikan rencana pendidikan secara luas.

5.    Fokus pada berbagai mata pelajaran secara bersamaan, meningkatkan dan memperluas pembelajaran (Indrawati, 2017)

6.    Model menetap dapat lebih mengembangkan imajinasi dan kemampuan pengalaman pendidikan penalaran yang menentukan dan dapat memperluas pengetahuan dunia lain siswa.(Bahri & Florentinus, 2020)

 

3. Dalam video ini dijelaskan juga kerugian/kelemahan yang dapat terjadi dalam penggunaan model ini. Apa pendapat Anda dengan pernyataan ini " disadvantages of the nesting model may include confusing students if too many process and content standards are nested within a lesson. Another drawback could be little actual transfer or application of skills and concepts if the teacher is not explicit about the various levels of learning the nested model provides a way to integrate curriculum". 

 

Penjelasan :

Model nesting (bersarang) dalam pembelajaran memang memiliki kelebihan dalam mengintegrasikan berbagai konsep dan keterampilan dalam satu pengalaman belajar. Namun, ada beberapa kekurangan yang perlu diperhatikan:

  1. Membingungkan Siswa

Jika terlalu banyak standar proses dan konten yang disisipkan dalam satu pelajaran, siswa dapat merasa kewalahan. Struktur yang terlalu kompleks bisa membuat mereka kesulitan memahami hubungan antara konsep-konsep yang berbeda (Indrawati, 2017).

  1. Kurangnya Kejelasan dalam Transfer Keterampilan

Model ini dapat menyebabkan sedikitnya transfer atau penerapan keterampilan jika guru tidak menjelaskan secara eksplisit bagaimana berbagai tingkat pembelajaran saling berhubungan. Siswa mungkin tidak menyadari keterampilan yang telah mereka pelajari dapat diterapkan dalam situasi lain (Tirtoni, 2018).

  1. Beban Kognitif yang Tinggi

Dengan banyaknya informasi yang harus diproses secara bersamaan, siswa bisa mengalami cognitive overload (kelebihan beban kognitif), yang justru menghambat pemahaman mereka (Priscylio, 2019).

  1. Ketidakjelasan Prioritas konseptual

Prioritas konseptual dari latihan mungkin tidak jelas karena siswa diarahkan untuk banyak melakukan tugas belajar pada waktu yang bersamaan. (Trianto, 2012: 46).

  1. Keterbatasan Waktu

Model nesting sering kali membutuhkan waktu yang lebih lama untuk memastikan bahwa semua elemen yang disisipkan dalam pelajaran dapat dipahami dengan baik. Jika waktu pembelajaran terbatas, beberapa aspek penting mungkin tidak dapat diajarkan secara mendalam (Abd Rahman, 2020).

Untuk mengatasi kekurangan ini, guru dapat menggunakan strategi seperti memberikan peta konsep, menjelaskan keterkaitan antar topik dengan eksplisit, serta membagi pelajaran menjadi tahap-tahap yang lebih jelas.

 

4. Bila Anda pernah menggunakan model pembelajaran ini di tempat Anda mengajar, bagaimana pengalaman Anda?

 

Pembelajaran Nested adalah pembelajaran yang memadukan anatara tiga aspek perkembangan yaitu: kognitif (pengetahuan), afektif (melibatakan prasaan dan emosi), dan psikomotorik (kemampuan yang berkaitan dengan kegiatan fisik atau keterampilan). Anak-anak terlihat antusias mengikuti pembelajaran yang di berikan oleh guru, serta mereka dapat mengikuti pembelajaran dengan riang gembira tanpa ada rasa jenuh. Media yang diberikan oleh guru berupa video atraktif , alat peraga berupa boneka tangan, dan juga ditunjang oleh pembelajaran sehingga menjadi sangat menyenangkan. Kemudian anak diberikan kesempatan untuk sama- sama terlibat dalam pembelajaran. Dengan cara guru memberikan kesempatan pada anak untuk bisa berekspresi sesuai dengan apa yang telah mereka pahmi dari pembelajaran tersebut. Dan yang paling penting adalah guru memberikan apresiasi positif terhadap apapun hasil karya anak sehingga menumbuhkan rasa percaya diri terhadap anak serta motivasi supaya anak lebih giat lagi dalam belajar

 

5. Apa kekuatan dan kekurangan (kelemahan) pembelajaran model "nested" yang dibahas dalam video ini?

 

Kekuatan :

1.    Guru dapat memadukan beberapa keterampilan sekaligus dalam pembelajaran satu mata pelajaran.

2.    Pembelajaran semakin berkembang dengan mengumpulkan dan menjaring sejumlah tujuan dalam pengalaman belajar siswa.

3.    Pembelajaran dapat mencakup banyak dimensi dengan memfokuskan pada isi pelajaran, strategi berpikir, keterampilan sosial dan ide lain yang ditemukan.

4.    Memberikan perhatian pada berbagai bidang penting dalam satu saat sehingga tidak memerlukan penambahan waktu sehingga guru dapat memadukan kurikulum secara luas.

Kelemahan :

1.    Dapat membingungkan siswa jika pengumpulan beberapa target belajar dalam satu kali latihan.

2.    Prioritas konseptual dari latihan mungkin menjadi tidak jelas karena siswa diarahkan untuk melakukan banyak tugas belajar pada waktu yang bersamaan. Model nested ini sangat cocok digunakan guru yang mencoba menanamkan keterampilan berpikir dan keterampilan kooperatif dalam latihan-latihan mereka. Menjaga tujuan isi tetap pada tempatnya, sementara menambahkan fokus berpikir dan keterampilan sosial, akan meningkatkan pengalaman belajar secara keseluruhan

 

Materi Diskusi

1.    Apakah benar karakteristik model Pembelajaran Tematik berbeda dengan karakteristik model pembelajaran inovatif dan interaktif lainnya?

Ya, model pembelajaran tematik memiliki karakteristik yang berbeda dari model pembelajaran inovatif dan interaktif lainnya. Pembelajaran tematik adalah pendekatan yang mengintegrasikan beberapa mata pelajaran dalam satu tema tertentu. Karakteristik utamanya berbasis tema, dimana siswa belajar melalui tema tertentu yang menghubungkan berbagai disiplin ilmu,  interdisipliner, yaitu menggabungkan mata pelajaran seperti Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, dan IPS dalam satu kesatuan pembelajaran, kontekstual, mengaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari siswa, sehingga lebih bermakna, berpusat pada siswa, sehingga diharapkan dapat mendorong siswa untuk lebih aktif dalam eksplorasi dan menemukan hubungan antar konsep, dan Fleksibel, dalam artian tidak kaku dalam membagi waktu atau urutan mata pelajaran, bergantung pada kebutuhan tema dan siswa.

 

Jelaskan secara ringkas menggunakan kata-kata sendiri tentang karakteristik Model Pembelajaran Tematik !

Pembelajaran tematik memiliki beberapa karakteristik, yaitu: 

1.    Berpusat pada siswa

2.    Memberikan pengalaman langsung

3.    Menghilangkan batas antar mata pelajaran

4.    Fleksibel

5.    Holistik

6.    Bermakna

7.    Mengembangkan keterampilan sosial

8.    Menggunakan prinsip belajar sambil bermain

2.    Benarkah guru perlu memperhatikan karakteristik siswa dalam membuat RPP/Modul Ajar dan mengimplementasikan pembelajarannya? Dukung jawaban Anda dengan menunjukkan yang Anda akan lakukan pada saat mengembangkan RPP/Modul Ajar.

Ya, benar! Guru perlu memperhatikan karakteristik siswa dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) atau Modul Ajar serta saat mengimplementasikan pembelajaran. Hal ini penting agar pembelajaran lebih efektif, menarik, dan sesuai dengan kebutuhan serta kemampuan siswa.  Guru yang memperhatikan karakteristik siswa dalam RPP dan implementasi pembelajaran akan mampu menciptakan pembelajaran yang lebih efektif, menyenangkan, dan bermakna bagi siswa. Alasan Guru Harus Memperhatikan Karakteristik Siswa dalam RPP/Modul Ajar adalah :

1.    Menyesuaikan dengan Perkembangan Kognitif

Setiap jenjang usia memiliki tingkat pemahaman yang berbeda, misalnya, siswa SD cenderung berpikir konkret, sehingga pembelajaran harus melibatkan contoh nyata dan alat bantu visual.

2.    Memenuhi Kebutuhan Belajar yang Beragam

Siswa memiliki gaya belajar berbeda : visual  (lebih mudah memahami melalui gambar atau diagram), auditori (lebih suka mendengar penjelasan atau diskusi), dan kinestetik (lebih paham jika ada aktivitas fisik atau praktik langsung). Dalam RPP, guru bisa menyusun strategi yang mengakomodasi berbagai gaya belajar ini.

3.    Memotivasi Siswa agar Lebih Aktif

Jika pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa, mereka akan lebih antusias dan termotivasi untuk belajar. Contohnya, jika siswa suka teknologi, guru bisa menggunakan media digital atau gamifikasi dalam pembelajaran.

4.    Menyesuaikan dengan Kemampuan Awal Siswa

Tidak semua siswa memiliki tingkat pemahaman yang sama. Dalam modul ajar, guru bisa menyiapkan materi tambahan bagi siswa yang kesulitan dan tantangan tambahan bagi siswa yang lebih cepat memahami.

5.    Menciptakan Lingkungan Belajar yang Inklusif

Siswa memiliki latar belakang, kemampuan, dan kebutuhan khusus yang berbeda. Guru harus memastikan semua siswa mendapatkan kesempatan belajar yang sama, misalnya dengan memberikan pendekatan yang ramah bagi siswa berkebutuhan khusus.

6.    Mengembangkan Karakter dan Keterampilan Sosial

Dengan memahami karakteristik siswa, guru bisa merancang metode pembelajaran yang tidak hanya fokus pada akademik tetapi juga pada keterampilan sosial seperti kerja sama, komunikasi, dan empati.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


3.    Cari 3 artikel (tambahan, bukan yang sudah Anda sampaikan pada Diskusi 2) pada Jurnal yang dipublikasi tahun 2020-2025 dan membahas tentang pengaruh model pembelajaran inovatif dan interaktif yang telah Anda pilih.

Deskripsikan isi artikel tersebut dengan menggunakan format berikut.

 

No

Pengarang, Tahun, Judul artikel, Nama, Vol, No, dan Hal Jurnal

Metode Penelitian

Hasil Penelitian

Simpulan

1

Asmaul Husna, Farida, Reinita, Yesi Anita, 2024, Pengaruh Model Problem Based Learning (PBL) Berbantuan Media Wordwall Terhadap Hasil Belajar IPAS Peserta Didik di Kelas IV SD Gugus 03 Lembah Melintang Kabupaten PAS, Pendas : Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar, Volume 09 Nomor 03, September 2024, hal. 473-484.

Jenis penelitian yang digunakan yaitu eksperimen semu (quasy eksperiment design). Desain yang digunakan yaitu Non–equivalent Control Group Design.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji-t(Paired Simple t-test) dengan perolehan hasil thitung > ttabel yaitu 11,568 > 2,048 dengan sig (2-tailed) < α 0,05 artinya H1 diterima dan H0 ditolak Maka dapat disimpulkan yaitu terdapat terdapat pengaruh model Problem Based Learning (PBL) berbantuan media wordwall terhadap hasil belajar IPAS peserta didik dikelas IV SD MIS Masjid Raya Ujung Gading Kabupaten Pasaman Barat

terdapat pengaruh model Problem Based Learning (PBL) berbantuan media wordwall terhadap hasil belajar IPAS peserta didik dikelas IV SD MIS Masjid Raya Ujung Gading Kabupaten Pasaman Barat. Hal tersebut juga didukung dari perbedaan nilai rata-rata setelah pelaksanaan pembelajaran kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen menerapkan model Problem Based Learning berbantuan media wordwall pada pembelajaran IPAS materi bab 5 memiliki nilai rata-rata sebesar 78,07 sedangkan kelompok kontrol menerapkan pembelajaran konvensional berbantuan media wordwall pada pembelajaran IPAS materi bab 5 memperoleh nilai ratarata sebesar 77,82. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model Problem Based Learning berbantuan media wordwall berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar siswa pada pembelajaran IPAS dikelas IV SD MIS Masjid Raya Ujung Gading Kabupaten Pasaman Barat.

2

Ni Komang Ayu Wulan Maharani, Putu Nanci Riastini, Nice Maylani Asril, 2024, Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Berorientasi Gaya Belajar Siswa terhadap Minat Belajar IPAS Kelas IV Sekolah Dasar, Jurnal Penelitian dan Pengembangan Sains dan Humaniora, Volume 8, Number 1, Tahun 2024, pp. 77-84

Penelitian eksperimen semu dengan
rancangan penelitian post-test only control group design.

Berdasarkan perhitungan uji-t
diperoleh thitung > ttabel sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) berorientasi gaya belajar siswa terhadap minat belajar IPAS kelas IV
Sekolah Dasar. Penggunaan metode ini berhasil membuat siswa lebih
aktif dalam pembelajar dan kemampuan pemecahan masalah siswa
terlatih dengan baik. Diharapkan dengan penelitian ini guru dan siswa
mendapatkan sisi positif dan dan guru dapat mengembangkan model pembelajaran yang lebih inovatif.

Mengacu pada analisis data yang telah dilaksanakan, hasil yang didapatkan menunjukkan adanya
pengaruh yang signifikan dari penerapan model Problem Based Learning (PBL) berorientasi gaya belajar
siswa terhadap minat belajar Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial (IPAS) di kelas IV Sekolah Dasar di Gugus
I Kecamatan Rendang. Data tersebut mengindikasikan bahwa siswa yang belajar menggunakan model PBL
cenderung lebih aktif dan terlibat dalam proses pembelajaran dibandingkan dengan metode konvensional.
Peningkatan ini terlihat dari meningkatnya partisipasi siswa dalam diskusi kelas,
kemampuan mereka untuk mengajukan pertanyaan kritis, dan keterlibatan mereka dalam memecahkan masalah yang relevan dengan kehidupan sehari-hari. Selain itu, siswa juga menunjukkan peningkatan dalam hasil belajar yang signifikan, yang menegaskan bahwa model PBL tidak hanya meningkatkan minat belajar tetapi juga
memperbaiki pemahaman dan penguasaan materi. Penelitian ini memberikan bukti empiris yang kuat
bahwa inovasi dalam metode pembelajaran dapat membawa dampak positif yang signifikan terhadap kualitas pendidikan, khususnya dalam meningkatkan minat dan hasil belajar siswa.

3

Yosua Marasi Parningotan Siagian, Cholifah Tur Rosidah, Rosmiati, 2025. Pengaruh Model PBL dengan Pendekatan Pembelajaran Diferensiasi Materi Gotong Royong Siswa Kelas IV SD Swasta YP HKBP 1 Pematangsiantar, Jurnal Yudistira: Publikasi Riset Ilmu Pendidikan dan Bahasa, Volume 3, Nomor 1, Tahun 2025, Hal. 219-227

Penelitian Tindakan Kelas

Rata-rata hasil belajar siswa pada pra siklus adalah 57,14. Setelah penerapan model PBL pada siklus I, rata-rata nilai meningkat menjadi 71 ,42, dan pada
siklus II meningkat lagi menjadi 84,72. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa model PBL dengan
pendekatan Diferensiasi efektifdalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV pada materi gotong royong di SD YP HKBP 1 Pematangsiantar

Temuan ini menunjukkan bahwa penerapan model PBL dengan pendekatan diferensiasi
efektif dalam meningkatkan pemahaman siswa mengenai materi gotong royong dalam mata
pelajaran Pendidikan Pancasila. Secara keseluruhan, pendekatan ini terbukti memberikan dampak positif yang signifikan terhadap peningkatan hasil belajar siswa kelas IV di SD YP
HKBP 1 Pematangsiantar.

 

 


REFERENSI

Abd Rahman, Mustangin, A. F. (2020). Penerapan Model Nested Menggunakan Media Rotating Review Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Dan Berpikir Kritis Matematis Pada Siswa MTs. 15(19), 83–91.

Asmaul Husna, Farida, Reinita, Yesi Anita, 2024, Pengaruh Model Problem Based Learning (PBL) Berbantuan Media Wordwall Terhadap Hasil Belajar IPAS Peserta Didik di Kelas IV SD Gugus 03 Lembah Melintang Kabupaten PAS, Pendas : Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar, Volume 09 Nomor 03, September 2024, hal. 473-484.

Bahri, M. S., & Florentinus, T. S. (2020). Development of Nested-Integrated Learning Model in Indonesian Subjects Based on 21 st Century Learning. 9(1), 10–16.

Depdikbud. 1996. Metode Khusus Pengembangan Kemampuan Pendidikan Dan
Kebudayaan
. Jakarta : Direktoral Jendral Pendidikan Dasar Dan Menengah Direktorat Pendidikan Dasar Bagian Proyek Peningkatan Mutu Taman Kanak-Kanak.

Fogarty, R. (1991). The mindfull school: how to integrate the curricula. Pallatine: Skylight Publishing,Inc.

Indrawati. (2017). Model Pembelajaran Terpadu Di Sekolah Dasar. Bandung: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Ilmu Pengetahuan Alam (PPPPTK IPA).

Kusuma, R. M., Wahidin, & Gloria, R. Y. (2015). Penerapan pembelajaran terpadu tipe nested (tersarang) untuk meningkatkan literasi sains siswa pada konsep ekosistem di kelas X SMA Negeri 5 Kota Cirebon Scientiae Educatia, 5(2), hlm. 1-17.

Ni Komang Ayu Wulan Maharani, Putu Nanci Riastini, Nice Maylani Asril, 2024, Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Berorientasi Gaya Belajar Siswa terhadap Minat Belajar IPAS Kelas IV Sekolah Dasar, Jurnal Penelitian dan Pengembangan Sains dan Humaniora, Volume 8, Number 1, Tahun 2024, pp. 77-84

Priscylio, G. dan S. A. (2019). Integrasi Bahan Ajar IPA Menggunakan Model Robin Fogarty Untuk Proses Pembelajaran IPA di SMP. 27(March), 118–120.

Sofli dan Ajat Sudrajat. 2014. Peningkatan Karakter Siswa Melalui Pembelajaran IPS Terpadu Model Nested di SMP Negeri 3 Banguntapan Bantul. Jurnal Harmoni Sosial, Vol. 1, No. 1, hlm. 83-95.

Tirtoni, Feri, 2018. Pembelajaran Terpadu di Sekolah Dasar, (Sidoarjo: Unsida Press)

Trianto. 2012. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Yosua Marasi Parningotan Siagian, Cholifah Tur Rosidah, Rosmiati, 2025. Pengaruh Model PBL dengan Pendekatan Pembelajaran Diferensiasi Materi Gotong Royong Siswa Kelas IV SD Swasta YP HKBP 1 Pematangsiantar, Jurnal Yudistira: Publikasi Riset Ilmu Pendidikan dan Bahasa, Volume 3, Nomor 1, Tahun 2025, Hal. 219-227

 

 

Untuk tindak lanjut silahkan : klik DOWNLOAD atau hub. (WA) 081327121707 - (WA) 081327789201 terima kasih 

 

 

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan berkomentar, hindari unsur SARA.
Terima kasih