APA ITU LITERASI INFORMASI? ------------------------------------------------------------------------------------------------------
Keberinformasian/literasi informasi adalah mengetahui kapan dan mengapa membutuhkan informasi, dimana menemukan informasi itu, dan bagaimana mengevaluasinya, menggunakan dan mengkomunikasikannya secara etis
Hasil yang dicapai pada standar empat dalam merevisi proses
MINAT BACA
Kamus Besar Bahasa Indonesia menyebutkan minat merupakan kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu; gairah; keinginan. Minat baca dapat diartikan sebagai kecenderungan hati untuk membaca.
Mutia Zata Yumni dalam Lina Khoerunnisa (2009) menyebutkan bahwa perpustakaan merupakan sarana pengetahuan yang dibangun oleh pemerintah yang dimaksudkan untuk memenuhi salah satu tujuan bangsa Indonesia, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.
Fungsi yang sangat bagus dan menimbulkan semangat begitu mendengarnya, semangat untuk mewujudkannya. Namun dalam kenyataannya, perpustakaan masih jauh dari yang diharapkan. Kehadirannya tidak jarang hanya sebagai pelengkap saja. Bahkan pelengkap penderita, dan yang penting ada saat visitasi (di institusi pendidikan).
Rendahnya minat baca dan minimnya fasilitas menjadi kendala dalam mewujudkan fungsi perpustakaan sebagai sarana mencerdaskan bangsa. Menurut Suherman rendahnya minat baca diakibatkan oleh dua faktor, yakni
- Faktor kultural
Fasli Jalal dalam Suherman (1997) menyebutkan bahwa masyarakat Indonesia memang tidak memiliki tradisi membaca sejak jaman nenek moyang. Sebagaimana bisa ditelusur melalui literatur yang ada, perilaku membaca masyarakat Indonesia hampir dapat dikatakan “tidak ada”. Hal ini bisa dibuktikan dengan tiadanya artefak tulisan dalam jumlah yang banyak. Artefak tulisan hanya bisa ditemukan pada prasasti-prasasti berbahan baku batu atau tulisan kuno yang ditorehkan pada daun lontar, kulit binatang, atau pada kulit kayu. Bahan baku demikian maka jumlahnya tidak bisa banyak (tidak massal). Dongeng-dongeng, mitos, fabel, puisi, pantun, petatah-petitih, peribahasa, syair, dan cerita rakyat dituturkan secara lisan, tanpa ada naskah tertulisnya. Bahkan ada satu karya budaya bangsa Indonesia yang hampir sepenuhnya tidak boleh dituliskan, tetapi hanya boleh dihafalkan secara lisan, yaitu mantra-mantra.
Selain hal di atas kegemaran masyarakat Indonesia dalam menonton acara TV dan mendengarkan radio juga mempengaruhi rendahnya minat baca. Nonton TV dan mendengarkan radio lebih menarik karena lebih santai, mudah, dan bisa dilakukan sambil mengerjakan pekerjaan yang lain. Tidak mengherankan jika budaya pandang dengar ini lebih pesat perkembangannya
- Faktor struktural
Faktor struktural ini terletak pada kurangnya kemauan pemerintah untuk sungguh-sungguh meningkatkan minat baca masyarakat. Usaha yang sepertinya kurang greget, baik itu dilihat dari pendanaan atau action pemerintah.
Faktor lain yang menghambat rendahnya minat baca adalah rendahnya daya beli/kemiskinan, perpustakaan atau taman bacaan yang masih kurang menarik. Tidak semua perpustakaan dalam kondisi yang jauh dari angan-angan. Akan tetapi jumlahnya tidak banyak. Jumlah yang tidak banyak juga tidak dapat berbuat banyak. Perpustakaan bagus yang tidak banyak itu, jauh dari jangkauan. Sehingga tetap saja “mahal’.
C. LITERASI INFORMASI
Literasi informasi dapat diartikan kemampuan seseorang dalam mencari, mengoleksi, mengevaluasi atau menginterpretasikan, menggunakan, dan mengkomunikasikan informasi dari berbagai sumber secara efektif (Suherman, 1997). Ketrampilan literasi informasi ini menjadikan masyarakat bisa mengatasi masalah yang dihadapinya. Penguasaan literasi informasi akan menjauhkan dari kebodohan, karena di saat mempunyai suatu masalah masyarakat tahu di mana harus mencari informasi pemecahan masalahnya. Orang yang menguasai informasi /ilmu akan memahami hidup dan kehidupan. Sehingga akan bersikap arif dan bijak serta cerdas dalam menghadapi segala bentuk ujian/masalah.
Apa hubungan antara literasi informasi dan perpustakaan? Pustakawan yang cerdas akan memanfaatkan bidangnya untuk berkontribusi mewujudkan masyarakat cerdas. Literasi informasi sebenarnya bisa ditanamkan sejak dini, sejalan dengan penanaman minat baca pada anak usia dini. Pustakawan di perpustakaan sekolah bisa bekerjasama dengan guru dan kepala sekolah untuk memasukkan kegiatan sekolah sebagai salah satu media pembelajaran. Pada bidang ilmu yang diajarkan di sekolah, pustakawan berusaha menyediakan sumber informasi yang mendukung pembelajaran. Guru tidak hanya mengacu pada buku teks. Siswa dikenalkan kepada sumber-sumber informasi yang lain agar siswa tahu jika dunianya luas, tidak hanya di dalam ruang kelasnya saja. Kegiatan story telling yang terjadwal juga akan membantu mensosialisasikan perpustakaan sekaligus kegiatan membaca. Kegiatan tersebut menjadikan siswa tahu, bisa, dan terbiasa mencari nformasi yang dibutuhkannya.
Rendahnya minat baca sangat berpengaruh kepada ketrampilan literasi informasi masyarakat. Sehebat apa pun perpustakaan yang dimiliki, tidak bisa berbuat banyak jika masyarakatnya tidak senang membaca.
Landasan yang kokoh untuk menuju literasi nformasi adalah budaya baca masyarakat. Budaya baca akan terbentuk manakala minat baca di masyarakat telah tumbuh dan berkembang (Suherman, 1997).
D. PENUTUP
Masyarakat cerdas adalah masyarakat yang terdidik, yang menguasai informasi/ilmu. Literasi informasi menjadikan masyarakat melek informasi sehingga bisa mengatasi permasalahannya.
Perpustakaan merupakan sarana yang efektif untuk memperoleh pengetahuan melalui informasi yang disajikan. Agar dapat berkontribusi dalam mewujudkan masyarakat cerdas, perpustakaan harus selalu berbenah, mengikuti perkembangan IPTEK. Perpustakaan dengan pustakwannya harus bisa menjadikan dirinya sumber informasi yang unik dan menarik.
Berbagai kendala yang dihadapi termasuk minimnya dana membutuhkan pustakawan yang cerdas dalam memanfaatkan fasilitas yang ada. Walau bukan berarti pemerintah tidak bertanggung jawab dengan masalah yang dihadapi. Alangkah baiknya jika perpustakaan adalah milik masyarakat dan untuk masyarakat, secara bersama-sama diberdayakan untuk kepentingan bangsa, menuju masyarakat cerdas.
BAHAN BACAAN
Suherman. 1997. KEKUATAN INFORMASI : Dari Preliteracy ke Postliteracy. Disampaikan pada “Seminar sehari Melek Informasi: Optimalisasi informasi berbasis teknologi informasi dan komunikasi (ICT) untuk kegiatan belajar mengajar pada SMP dan SMA”. Bandung, 25 Januari 1997
Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005. Jakarta : Balai Pustaka
Qalyubi, Syihabuddin dkk. 2003. Dasar-dasar Ilmu Perpustakaan dan Informasi. Yogyakarta : Jurusan Ilmu Perpustakaan dan Informasi, Fakultas Adab
Salmubi. 2007. Membangun Citra Kepustakawanan Indonesia : Tugas dan Tanggungjawan Pustakawan Profesional pada Era Informasi. Disampaikan pada Rapat Kerja Pusat XIV dan Seminar Ilmiah Nasional Ikatan Pustakawan Indonesia, Surakarta 13-15 Nopember 2007
Mutia Zata Yumni. 30-04-2009. Library Information Science.www. Pemustaka.com/
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan berkomentar, hindari unsur SARA.
Terima kasih