Menerima Pembuatan TESIS-SKRIPSI-PKP UT, Silahkan Baca Cara Pemesanan di bawah ini

Lencana Facebook

banner image

Jumat, 28 Maret 2025

TUGAS DISKUSI 1 DESAIN DAN MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF

 

TUGAS DISKUSI 1

DESAIN DAN MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF

1.    Deskripsikan tentang prinsip-prinsip pengembangan pembelajaran inovatif dan interaktif, secara ringkas dan jelas dengan menggunakan kata-kata sendiri.

Jawab:

Prinsip-Prinsip Pengembangan Pembelajaran Inovatif dan Interaktif

Pembelajaran inovatif dan interaktif bertujuan untuk menciptakan pengalaman belajar yang efektif dan menyenangkan bagi peserta didik. Salah satu prinsip utamanya adalah pembelajaran inovatif dan interaktif, yang menekankan interaksi produktif antara pendidik, peserta didik, dan materi pembelajaran. Dalam pendekatan ini, pendidik berperan sebagai fasilitator yang mendukung proses pembelajaran, sementara peserta didik didorong untuk berpartisipasi aktif dalam diskusi dan kegiatan belajar.

Prinsip berikutnya adalah pembelajaran inspiratif, yang berfokus pada penggunaan materi dan metode yang dapat memotivasi peserta didik untuk berpikir kritis, kreatif, dan inovatif. Pendidik diharapkan dapat menyajikan konten yang relevan dengan kehidupan nyata dan menantang peserta didik untuk mengeksplorasi ide-ide baru.

Selain itu, pembelajaran menyenangkan merupakan prinsip penting dalam menciptakan lingkungan belajar yang positif. Dengan suasana yang menyenangkan, peserta didik akan lebih termotivasi dan antusias dalam mengikuti proses pembelajaran. Pendidik dapat menggunakan berbagai metode kreatif, seperti permainan edukatif atau simulasi, untuk mencapai tujuan ini.

Pembelajaran menantang juga menjadi prinsip utama dalam pengembangan pembelajaran inovatif. Prinsip ini bertujuan untuk mendorong peserta didik agar terus meningkatkan kompetensinya melalui tugas dan aktivitas yang memiliki tingkat kesulitan sesuai dengan kemampuan dan perkembangan mereka. Prinsip ini menekankan penggunaan materi yang relevan dan kegiatan belajar yang dapat merangsang peserta didik untuk berpikir kritis, kreatif, dan inovatif.

Prinsip lainnya adalah pembelajaran berbasis proyek, yang menekankan pembelajaran kontekstual di mana siswa belajar dalam konteks nyata yang memungkinkan mereka menghubungkan materi dengan pengalaman sehari-hari. Dalam konteks keberagaman budaya, pendekatan ini meningkatkan siswa untuk mengeksplorasi, menjelaskan, dan menyajikan permasalahan budaya dengan baik(Marienko et al., 2020).

Terakhir, pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran menjadi prinsip yang tidak dapat diabaikan. Dengan kemajuan teknologi, pendidik dapat menggunakan alat bantu seperti realitas tertambah (augmented reality) dan teknologi adaptif untuk menciptakan pengalaman belajar yang lebih personal dan interaktif. Penggunaan teknologi ini memungkinkan penyesuaian materi pembelajaran sesuai dengan kebutuhan individu peserta didik, sehingga meningkatkan efektivitas proses belajar(Ali et al., 2024). Dengan menerapkan prinsip-prinsip tersebut, pembelajaran dapat menjadi lebih efektif, menarik, dan mampu meningkatkan hasil belajar peserta didik secara signifikan.

 

2.    Deskripsikan model pembelajaran inovatif dan interaktif  yang akan diimplementasikan sebanyak 3 pertemuan antara tanggal 9 – 25 April 2025. Tunjukkan inovatif dan interaktif model pembelajaran tersebut dan pada mata kuliah ini model tersebut mengacu pada Penjelasan Modul yang mana.

Jawab :

Untuk memastikan pembelajaran berjalan secara efektif, model yang digunakan adalah Problem-Based Learning (PBL) dan Project-Based Learning (PjBL). Kedua model ini menekankan pada keterlibatan aktif siswa dalam mengeksplorasi permasalahan nyata dan menghasilkan solusi yang kreatif.

Pertemuan 1 (9 April 2025): Eksplorasi dan Identifikasi Masalah

Model Pembelajaran: Problem-Based Learning (PBL)

Kegiatan:

a.    Guru memulai dengan memberikan stimulus berupa video atau studi kasus yang relevan dengan topik pembelajaran.

b.    Siswa dibagi ke dalam kelompok kecil dan diminta untuk mengidentifikasi permasalahan yang terdapat dalam stimulus.

c.    Diskusi kelompok dilakukan untuk merumuskan pertanyaan dan hipotesis awal mengenai solusi yang mungkin diterapkan.

d.   Setiap kelompok mempresentasikan hasil analisis mereka.

Keinovatifan    : Penggunaan media digital dan diskusi berbasis masalah membantu siswa berpikir kritis dan meningkatkan pemahaman konseptual.

Keinteraktifan : Melalui diskusi kelompok, siswa saling bertukar ide dan belajar dari perspektif yang berbeda.

Pertemuan 2 (16 April 2025): Pengumpulan Informasi dan Pengembangan Solusi

Model Pembelajaran: Project-Based Learning (PjBL)

Kegiatan:

a.    Siswa mencari informasi tambahan dari berbagai sumber (buku, jurnal, internet) untuk mendukung solusi mereka.

b.    Guru memberikan bimbingan melalui sesi tanya jawab dan mentoring untuk memastikan siswa berada di jalur yang benar.

c.    Siswa mulai menyusun rancangan proyek atau solusi berdasarkan hasil riset mereka.

d.   Masing-masing kelompok mempersiapkan presentasi awal dan mendiskusikan masukan dari kelompok lain.

Keinovatifan   : Siswa diajarkan untuk menggunakan sumber informasi yang kredibel dan mengembangkan solusi berbasis data.

Keinteraktifan   : Sesi mentoring dan diskusi antarkelompok memungkinkan adanya komunikasi aktif dan kolaborasi yang lebih intensif.

Pertemuan 3 (23 April 2025): Presentasi dan Refleksi

Model Pembelajaran: Project-Based Learning (PjBL)

Kegiatan:

a.    Setiap kelompok mempresentasikan hasil proyek mereka dalam bentuk laporan, poster, atau video kreatif.

b.    Kelompok lain memberikan tanggapan dan pertanyaan untuk menguji pemahaman terhadap solusi yang dipaparkan.

c.    Guru memberikan umpan balik dan melakukan refleksi bersama mengenai proses pembelajaran.

d.   Siswa menyimpulkan pembelajaran dengan menuliskan refleksi pribadi terkait pengalaman yang mereka dapatkan.

Keinovatifan   :Siswa tidak hanya memahami teori tetapi juga mampu menerapkannya dalam bentuk proyek nyata.

Keinteraktifan   : Sesi presentasi dan refleksi memungkinkan siswa untuk belajar dari satu sama lain serta meningkatkan keterampilan komunikasi mereka.

Dengan menerapkan model pembelajaran inovatif dan interaktif ini, diharapkan siswa tidak hanya memahami materi secara mendalam tetapi juga mengembangkan keterampilan berpikir kritis, komunikasi, dan kolaborasi.

3.    Apakah pada RPP/Modul Ajar, perlu atau tidak perlu menyantumkan tentang bagaimana guru menciptakan kelas yang membangun motivasi belajar, mendorong siswa kreatif, membantu siswa untuk mengambil keputusan, menciptakan interaksi antar siswa? Jelaskan alasan jawaban Anda.

Jawab :

Menyusun Modul Ajar yang efektif merupakan langkah krusial dalam proses pendidikan. Salah satu aspek penting dalam penyusunan modul ajar adalah memasukkan strategi yang bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Motivasi belajar memiliki peran signifikan dalam keberhasilan proses pembelajaran, karena siswa yang termotivasi cenderung lebih aktif, tekun, dan berprestasi. Oleh karena itu, guru perlu merancang RPP yang mencakup metode dan teknik untuk memotivasi siswa, seperti penggunaan media pembelajaran yang menarik atau pemberian penghargaan atas pencapaian mereka(Nainggolan & Diniyati, n.d.). Selain itu, modul ajar sebaiknya mencantumkan strategi yang mendorong kreativitas siswa. Kreativitas adalah kemampuan untuk menghasilkan ide atau karya baru yang bernilai, dan merupakan keterampilan penting dalam menghadapi tantangan abad ke-21. Dengan merancang kegiatan yang menstimulasi pemikiran kreatif, seperti proyek kolaboratif atau pemecahan masalah terbuka, guru dapat membantu siswa mengembangkan kemampuan ini. Hal ini sejalan dengan pandangan bahwa strategi pembelajaran yang tepat dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa (Sanjani, 2021).

Kemampuan mengambil keputusan juga merupakan kompetensi esensial yang perlu dikembangkan pada siswa. Dalam modul ajar, guru dapat memasukkan aktivitas yang menuntut siswa untuk membuat pilihan dan mempertimbangkan konsekuensinya, seperti studi kasus atau simulasi. Pendekatan ini tidak hanya meningkatkan keterampilan berpikir kritis, tetapi juga mempersiapkan siswa untuk menghadapi situasi nyata di luar lingkungan sekolah. Perencanaan strategi pembelajaran yang tepat dapat menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan partisipatif, yang berorientasi pada pencapaian kompetensi siswa.

Interaksi antar siswa adalah komponen vital dalam proses pembelajaran. Melalui interaksi, siswa dapat berbagi pengetahuan, pengalaman, dan pandangan, yang pada gilirannya memperkaya pemahaman mereka terhadap materi. Oleh karena itu, modul ajar harus mencakup metode yang memfasilitasi interaksi, seperti diskusi kelompok atau kerja tim. Interaksi yang efektif dapat meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar siswa. Dengan memasukkan elemen-elemen tersebut ke dalam Modul Ajar, guru dapat menciptakan pengalaman belajar yang holistik dan bermakna bagi siswa. Perencanaan yang matang memungkinkan guru untuk menyesuaikan strategi pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik siswa, sehingga proses belajar menjadi lebih efektif dan menyenangkan. Hal ini menekankan pentingnya perencanaan strategi pembelajaran untuk menciptakan pembelajaran yang efektif dan berkualitas(Adiningrat & Albina, n.d.).

Secara keseluruhan, menyertakan strategi untuk membangun motivasi belajar, mendorong kreativitas, membantu pengambilan keputusan, dan menciptakan interaksi antar siswa dalam Modul Ajar adalah langkah yang sangat penting. Pendekatan ini tidak hanya meningkatkan kualitas pembelajaran, tetapi juga mempersiapkan siswa untuk menjadi individu yang kompeten dan siap menghadapi tantangan di masa depan.

 

 

4.    Apakah pada model pembelajaran inovatif dan interaktif tersebut, perlu atau tidak perlu memperhatikan budaya, kebiasaan, perspektif dan karakteristik siswa? Jelaskan alasan jawaban Anda.

Jawaban :

Pada model pembelajaran inovatif dan interaktif, sangat perlu untuk memperhatikan budaya, kebiasaan, perspektif, dan karakteristik siswa. Hal ini dikarenakan setiap siswa memiliki latar belakang yang berbeda, yang dapat memengaruhi cara mereka belajar, memahami konsep, serta berinteraksi dalam kelas. Berikut adalah beberapa alasan mengapa aspek-aspek tersebut harus diperhatikan dalam pembelajaran:

a.    Meningkatkan Relevansi dan Keterhubungan dengan Kehidupan Siswa

Budaya dan kebiasaan siswa sangat berpengaruh terhadap cara mereka memahami materi pelajaran. Dengan memasukkan elemen-elemen budaya lokal dan kebiasaan siswa dalam pembelajaran, materi akan lebih mudah dipahami dan lebih bermakna bagi mereka. Contohnya, dalam Project-Based Learning (PjBL), siswa dapat mengerjakan proyek yang berhubungan dengan isu-isu sosial atau lingkungan yang dekat dengan kehidupan mereka.

b.    Mendorong Keterlibatan dan Partisipasi Aktif Siswa

Ketika pembelajaran disesuaikan dengan perspektif dan karakteristik siswa, mereka akan merasa lebih dihargai dan termotivasi untuk terlibat secara aktif. Misalnya, dalam Problem-Based Learning (PBL), jika masalah yang disajikan relevan dengan pengalaman siswa, mereka akan lebih antusias dalam mencari solusi dan berdiskusi.

c.    Memfasilitasi Pembelajaran yang Inklusif dan Berkeadilan

Setiap siswa memiliki karakteristik dan kebutuhan belajar yang berbeda, baik dari segi kemampuan akademik, gaya belajar, maupun latar belakang sosial. Dengan memperhatikan perbedaan ini, guru dapat merancang strategi pembelajaran yang lebih inklusif, misalnya dengan menyediakan berbagai metode belajar (visual, auditori, kinestetik) sehingga semua siswa dapat memahami materi dengan baik.

d.   Mengembangkan Keterampilan Sosial dan Empati

Interaksi antar siswa dalam model pembelajaran interaktif dapat membantu mereka memahami perspektif yang berbeda. Dengan memperhatikan budaya dan perspektif yang beragam, siswa belajar untuk saling menghormati dan mengembangkan empati. Hal ini penting dalam membentuk karakter dan sikap toleransi terhadap perbedaan.

e.    Meningkatkan Kreativitas dan Kemampuan Berpikir Kritis

Pembelajaran yang menghargai perbedaan budaya dan perspektif akan mendorong siswa untuk berpikir lebih luas dan kreatif dalam memecahkan masalah. Mereka dapat mengeksplorasi berbagai pendekatan dalam menyelesaikan tugas, karena mereka memahami bahwa setiap individu memiliki cara berpikir yang unik.

 

 

f.     Menyesuaikan dengan Perkembangan Teknologi dan Globalisasi

Di era globalisasi, siswa perlu memiliki wawasan luas dan mampu beradaptasi dengan berbagai perspektif. Dengan memperhatikan budaya dan karakteristik siswa dalam pembelajaran inovatif, mereka akan lebih siap menghadapi tantangan dunia yang semakin kompleks dan multikultural.

Dengan memperhatikan budaya, kebiasaan, perspektif, dan karakteristik siswa dalam pembelajaran inovatif dan interaktif, pembelajaran menjadi lebih efektif, inklusif, dan bermakna. Hal ini juga membantu siswa dalam mengembangkan kompetensi akademik serta keterampilan sosial yang mereka butuhkan untuk sukses di masa depan.

Referensi :

Adiningrat, N., & Albina, M. (n.d.). Pentingnya Perencanaan Strategi Pembelajaran untuk Menciptakan Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas. QOUBA: Jurnal Pendidikan, 1(2), 141–153.

Ali, A., Apriyanto, A., Haryanti, T., & Hidayah, H. (2024). Metode Pembelajaran Inovatif: Mengembangkan Teknik Mengajar Di Abad 21. PT. Sonpedia Publishing Indonesia.

Marienko, M., Nosenko, Y., & Shyshkina, M. (2020). Personalization of learning using adaptive technologies and augmented reality. arXiv preprint arXiv:2011.05802.

Nainggolan, I. M. D., & Diniyati, S. A. R. (n.d.). Meningkatkan motivasi belajar siswa melalui perencanaan pembelajaran yang menyenangkan di SMA Labschool Universitas Pendidikan Indonesia. JIKAP (Jurnal Informasi dan Komunikasi Administrasi Perkantoran), 8(6), 599–606.

Sanjani, M. A. (2021). Pentingnya strategi pembelajaran yang tepat bagi siswa. Jurnal Serunai Administrasi Pendidikan, 10(2), 32–37.

 

 Untuk tindak lanjut silahkan : klik DOWNLOAD atau hub. (WA) 081327121707-(WA) 081327789201 terima kasih

DISKUSI 2 PERENCANAAN PEMBIAYAAN

 

DISKUSI 2 PERENCANAAN PEMBIAYAAN

 

Perencanaan sarana dan prasarana pendidikan perlu dilakukan baik oleh pemerintah daerah maupun oleh sekolah. Dalam konteks perencanaan sarana prasarana pendidikan di tingkat daerah sangat diperlukan data penduduk sebagai dasar perhitungan jumlah siswa yang akan dilayani. Berikan penjelasan teori apa yang menjadi dasar dalam pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan khususnya pendidikan dasar serta bagaimana implementasinya dalam perencanaan sarana dan prasarana pendidikan

 

Dalam pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan, khususnya pendidikan dasar, terdapat beberapa teori yang menjadi dasar. Berikut adalah beberapa teori utama beserta implementasinya dalam perencanaan sarana dan prasarana pendidikan:

1. Teori Kebutuhan Dasar (Basic Needs Theory) - Abraham Maslow

Teori Maslow (2013) menjelaskan bahwa kebutuhan manusia terdiri dari lima tingkatan, mulai dari yang paling dasar hingga kebutuhan aktualisasi diri. Dalam konteks pendidikan dasar, pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana harus memperhatikan aspek berikut:

a.    Kebutuhan fisiologis: Ruang kelas yang nyaman, pencahayaan yang cukup, ventilasi baik, akses air bersih, dan sanitasi yang memadai.

b.    Keamanan: Struktur bangunan sekolah yang aman, fasilitas kebencanaan, serta lingkungan belajar yang kondusif.

c.    Interaksi sosial: Sarana yang mendukung kegiatan kolaboratif seperti ruang serbaguna, perpustakaan, dan area bermain.

d.   Penghargaan dan aktualisasi diri: Penyediaan fasilitas untuk pengembangan bakat dan kreativitas, seperti laboratorium, ruang seni, dan olahraga.

Implementasi dalam perencanaan sarana dan prasarana pendidikan dasar, kebutuhan tersebut diprioritaskan dengan pendekatan berbasis standar minimum, seperti standar sarana dan prasarana pendidikan yang ditetapkan oleh pemerintah.

2. Teori Ekonomi Pendidikan

Teori Psacharopoulos & Patrinos (2018) ini menekankan bahwa investasi dalam sarana dan prasarana pendidikan akan meningkatkan kualitas pendidikan dan produktivitas jangka panjang. Beberapa prinsip utama yang diadopsi:

a.    Efisiensi alokasi sumber daya: Dana pendidikan harus digunakan secara optimal, dengan fokus pada fasilitas yang memberikan dampak terbesar pada kualitas belajar.

b.    Keberlanjutan investasi: Pembangunan sarana pendidikan harus memperhitungkan biaya operasional dan pemeliharaan jangka panjang.

Implementasi dalam perencanaan adalah pemerintah dan lembaga pendidikan merancang anggaran dengan mempertimbangkan kebutuhan jangka panjang, memastikan bahwa setiap fasilitas yang dibangun memiliki daya tahan dan dapat digunakan secara maksimal.

3. Teori Lingkungan Belajar

Teori John Dewey (2004) ini menekankan bahwa lingkungan belajar yang baik dapat meningkatkan efektivitas proses pendidikan. Sarana dan prasarana harus dirancang agar:

a.    Mendorong pembelajaran aktif dengan ruang kelas yang fleksibel dan mendukung diskusi.

b.    Mengintegrasikan teknologi pendidikan, seperti akses internet, laboratorium komputer, dan media pembelajaran interaktif.

c.    Memastikan keterlibatan siswa dengan ruang terbuka hijau dan area bermain yang aman.

Implementasi dalam perencanaan: Desain sekolah yang modern mulai mengadopsi pendekatan ini, seperti penggunaan konsep green school dan ruang kelas yang dirancang untuk pembelajaran berbasis proyek.

4. Teori Manajemen Pendidikan  

Teori George Terry (2005)  ini berfokus pada bagaimana sarana dan prasarana dikelola dengan baik untuk mendukung efektivitas pendidikan. Aspek utama meliputi:

a.    Perencanaan: Menentukan kebutuhan fasilitas berdasarkan jumlah siswa, kurikulum, dan perkembangan teknologi.

b.    Organisasi: Mengelola sumber daya yang ada secara efisien, termasuk tenaga kependidikan dan anggaran.

c.    Pengawasan: Melakukan pemantauan dan evaluasi berkala terhadap sarana dan prasarana yang sudah tersedia.

Implementasi dalam perencanaan: Sekolah dan dinas pendidikan menerapkan sistem manajemen aset pendidikan, termasuk penggunaan sistem informasi sarana dan prasarana Pendidikan untuk memantau kondisi fasilitas.

5.  Teori Kebutuhan Pendidikan (Sukmadinata, 2019)

Sukmadinata menyatakan bahwa pemenuhan sarana dan prasarana pendidikan harus berdasarkan kebutuhan dasar peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran yang optimal. Kebutuhan ini mencakup:

a.    Ketersediaan ruang kelas yang layak

b.    Media pembelajaran yang memadai

c.    Fasilitas pendukung seperti perpustakaan dan laboratorium

d.   Lingkungan yang nyaman dan kondusif untuk belajar

6. Teori Perencanaan Pendidikan (Tilaar, 2000)

Tilaar berpendapat bahwa dalam perencanaan sarana dan prasarana pendidikan, perlu memperhatikan prinsip keberlanjutan, pemerataan, dan efektivitas penggunaan sumber daya. Implementasinya mencakup:

a.    Perencanaan berbasis data kebutuhan sekolah

b.    Penyusunan anggaran yang proporsional dengan kebutuhan daerah

c.    Pemanfaatan teknologi dalam penyediaan sarana pendidikan

7. Teori Infrastruktur Pendidikan (Dedi Supriadi, 2003)

Dedi Supriadi menekankan bahwa kualitas pendidikan sangat dipengaruhi oleh infrastruktur yang tersedia. Ia menguraikan bahwa:

a.    Sarana dan prasarana pendidikan harus sesuai standar nasional pendidikan (SNP)

b.    Pemerintah wajib melakukan pemerataan infrastruktur agar tidak terjadi kesenjangan antar daerah

c.    Pengelolaan sarana harus berkelanjutan dengan melibatkan masyarakat dan dunia usaha

 

Implementasi dalam Perencanaan Sarana dan Prasarana Pendidikan

Dalam praktiknya, pemenuhan sarana dan prasarana pendidikan dasar dilakukan melalui beberapa langkah perencanaan berikut:

1.    Analisis Kebutuhan

a.    Mengidentifikasi jumlah peserta didik, guru, dan kondisi sekolah

b.    Melakukan pemetaan wilayah dengan infrastruktur minim

2.    Penyusunan Anggaran dan Pengadaan

a.    Menyesuaikan dana dari APBN, APBD, dan sumber lain

b.    Prioritas pembangunan sekolah di daerah tertinggal

3.    Pelaksanaan dan Evaluasi

a.    Pembangunan ruang kelas baru, laboratorium, perpustakaan, dan sanitasi

b.    Pemantauan dan perbaikan berkala oleh dinas pendidikan

Dalam perencanaan sarana dan prasarana pendidikan dasar, diperlukan pendekatan yang menggabungkan berbagai teori, termasuk kebutuhan dasar, ekonomi pendidikan, lingkungan belajar, dan manajemen pendidikan. Implementasi nyata dilakukan melalui kebijakan standar pendidikan, alokasi anggaran yang tepat, desain sekolah yang mendukung pembelajaran, serta pemantauan dan pemeliharaan fasilitas secara berkelanjutan. Dengan demikian, pemenuhan sarana dan prasarana pendidikan yang baik akan menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, meningkatkan kualitas pendidikan, serta memberikan dampak positif bagi perkembangan peserta didik.

 

 

REFERENSI

 

1.    Abraham H. Maslow. (2013). Motivasi dan Kepribadian (Teori Motivasi dengan. Pendekatan Hierarki Kebutuhan Manusia). PT. PBP, Jakarta

2.    Dewey, John. (2024) Experience and Education, terj. Hani’ah. Bandung: Teraju.

3.    George R. Terry (2005), Principles of Management, Alexander Hamilton Institute, New York.

4.    Psacharopoulos, G. and Patrinos, H. A. (2018) ‘Returns to investment in education: a decennial review of the global literature’, Policy Research Working Paper, 26(5), pp. 445–458. doi: 10.1080/09645292.2018.1484426.

5.    Sukmadinata, Nana Syaodih. 2019. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Jakarta: PT Rosda Karya Remaja.

6.    Supriadi, Dedi, (2003), Satuan Biaya Pendidikan Dasar dan Menengah, Bandung,. PT Remaja Rosdakarya.

7.    Tilaar, H.A.R. (2000). Paradigma Baru Pendidikan Nasional. Jakarta: PT Rineka. Cipta

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Analisislah jurnal ini

https://www.researchgate.net/publication/341188593_Social_Demand_Approach_in_Educational_Planning.

 

Judul

Social Demand Approach in Educational Planning

 

Rangkuman Isi Jurnal

Social demand approach dalam konteks perencanaan pendidikan berarti pendekatan yang mempertimbangkan kebutuhan dan tuntutan sosial akan pendidikan, dengan fokus pada pemenuhan hak masyarakat untuk mendapatkan pendidikan. Coombs (1974) mengatakan bahwa: perencanaan pendidikan dalam arti umum yang paling luas adalah penerapan analisis sistematis rasional terhadap proses pengembangan pendidikan dengan tujuan menjadikan pendidikan lebih efektif dan efisien dalam menanggapi kebutuhan dan tujuan siswa dan masyarakatnya. Pendekatan Permintaan Sosial (Social Demand Approach) adalah salah satu metode utama dalam perencanaan pendidikan yang berfokus pada estimasi jumlah individu yang ingin memperoleh pendidikan dalam jangka waktu tertentu. Pendekatan ini bertujuan untuk memastikan bahwa sistem pendidikan mampu menampung semua individu yang ingin bersekolah, tanpa mempertimbangkan kebutuhan tenaga kerja atau prospek ekonomi.

Ada dua jenis perencanaan secara umum, yaitu (1) Perencanaan Reguler, berupa kegiatan rutin dan reguler seperti perencanaan kurikulum, sumber pendapatan dan pengeluaran, tata letak gedung sekolah, pendaftaran siswa, dll. Perencanaan reguler melibatkan peninjauan dan pemutakhiran rencana yang ada secara terus-menerus untuk memenuhi kebutuhan waktu dalam jenis perencanaan reguler dan terbagi menjadi tiga jenis perencanaan, yaitu perencaan jangka panjang (10-15 tahun), perencanaan jangka menengah (5-10 tahun) dan perencanaan jangka pendek (1-2 tahun), (2) Perencanaan Darurat, yaitu suatu keadaan dimana timbul suatu masalah yang tidak diantisipasi pada saat perencanaan dan memerlukan perhatian segera, sebab keterlambatan akan menimbulkan banyak kerugian dan mengganggu kegiatan kemajuan pendidikan.

Dasar Perencanaan Pendidikan, antara lain : (1) Rencana pendidikan dirancang untuk menghindari ketidakseimbangan dan pemborosan besar-besaran serta mengatasi kekurangan guru yang terus memburuk, (2) Sumber daya yang digunakan dalam pendidikan terbatas, sehingga perlu menentukan terlebih dahulu program tindakan untuk mencapai tujuan dalam waktu tertentu, (3) Perencanaan memungkinkan pertumbuhan populasi yang meningkat dan populasi di sekitar sekolah untuk dipertimbangkan sehingga dapat menyediakannya secara memadai, (4) Perencanaan diperlukan untuk keputusan administratif dalam pendidikan, karena tujuannya adalah mewujudkan apa yang dianggap perlu dicapai oleh para pendidik, (5) Rencana yang memadai membantu mengarahkan dan mengoordinasikan tindakan karyawan untuk mencapai efektivitas, efisiensi, dan produktivitas maksimum, (6) Perencanaan memungkinkan suatu negara untuk membuat pilihannya jelas dalam hal tujuan dan sasaran.

Nwankwo (1981) telah mengemukakan beberapa langkah-langkah terkait prosedur perencanaan pendidikan yang efektif berikut (1) Selalu dikatakan bahwa langkah pertama untuk memecahkan masalah adalah mengenalinya sebagai masalah. Agar rencana yang efektif muncul, perencana harus menyadari perlunya merumuskan rencana. Perencana harus menyadari kebutuhan ini dari pengalaman atau sebagaimana yang mungkin dipaksakan kepadanya oleh para pembuat kebijakan. Ketika kebutuhan tersebut dikenali, mereka yang berkepentingan akan mulai mencari jalan untuk mengubah kesulitan tersebut guna meningkatkan masa depan yang lebih baik, (2) Dalam perencanaan, perencana harus merumuskan pernyataan yang menetapkan kebutuhan pendidikan yang tepat. Ia juga harus memetakan strategi untuk mencapai tujuan yang ditetapkan, (3) Perlu menentukan tanggal yang tepat untuk realisasi rencana. Waktu yang cukup harus ditentukan untuk kematangan rencana dan ketentuan yang memadai harus dibuat untuk mengakomodasi kemungkinan-kemungkinan, (4) Perencana perlu menyusun garis besar yang menunjukkan proposal untuk rencana tersebut, (5) Struktur atau kerangka kerja khusus dari rencana tersebut harus ditentukan, (6) Prosedur yang diperlukan adalah untuk mendapatkan persetujuan atas rencana dan strategi yang diusulkan. Di sini, perencana mengandalkan persetujuan pemerintah dan otoritas terkait, (7) Masih perlu mengatur staf perencana dan menetapkan tanggung jawab, dan (8) Hubungan yang memadai antara berbagai unit yang terlibat.

Konsep pendekatan permintaan sosial (the concept of social demand approach) adalah sebuah metode dalam perencanaan pendidikan yang melihat pendidikan sebagai layanan sosial publik: sebuah kebutuhan dan hak yang tidak dapat dicabut dari semua warga negara yang menginginkannya. (Campbell, 2002; Fabunmi, 2007 dan Olaniyonu, Adekoya & Gbenu, 2008). Ini adalah pandangan konsumsi pendidikan yang cocok ketika pendidikan dianggap sebagai kewajiban dan bukan sebagai hak istimewa. Menurut Fabunmi (2007), Belanda mengadopsi SDA dalam merencanakan sistem pendidikannya ketika pemerintah menyatakan bahwa: Jika seorang warga negara yang cukup memenuhi syarat berdiri di pintu masuk sekolah jenis apa pun, ia harus diterima, dan merupakan tanggung jawab otoritas pemerintah yang sesuai untuk mengantisipasi permintaannya sehingga kapasitas sekolah akan memadai untuk menampungnya.

Metode ini mempertimbangkan kebutuhan pendidikan dalam konteks permintaan pendidikan terkini di berbagai tingkatan dan memproyeksikannya berdasarkan peningkatan populasi, distribusi usia, tujuan nasional atau sosial jangka panjang (yang tidak terartikulasi atau terdefinisi) dan berdasarkan apa yang diketahui tentang preferensi negara dan konsumen untuk pendidikan Metode ini melibatkan langkah-langkah berikut: a. Memperkirakan proporsi siswa yang menyelesaikan pendidikan sekolah dan kemungkinan akan melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi. b. Memperkirakan berapa banyak dari siswa yang berhasil lulus sekolah akan mendaftar ke perguruan tinggi. c. Menentukan berapa banyak pelamar yang akan diterima di jenjang pendidikan tinggi. d. Menentukan lama dan durasi studi.

Pendekatan Permintaan Sosial merupakan upaya untuk mendemokratisasi dan menyamakan kebijakan pendidikan dan hal itu menguntungkan mereka yang: 1. Merekomendasikan pendidikan gratis dan wajib sebagai alat bagi masyarakat yang egaliter dan permisif. 2. Mereka yang memiliki keterikatan kuat pada nilai-nilai budaya tradisional. 3. Mereka, khususnya politisi yang menghormati opini publik atau menganggap kepuasan publik atas permintaan publik sebagai kunci tuntutan sosial dan politik. 4. Mengkritik pendekatan permintaan sosial terhadap perencanaan pendidikan, Thompson (1981) memperingatkan bahwa hanya sedikit negara yang mampu menanggung biaya penerapan pendekatan semacam ini.

 

Kesimpulan

Pendidikan merupakan hak dasar bagi semua orang yang dapat membantu memastikan dunia yang lebih sehat, lebih aman, lebih sejahtera, dan lebih ramah lingkungan, sekaligus berkontribusi pada kemajuan sosial, ekonomi, dan budaya, toleransi, dan kerja sama internasional. Oleh karena itu, berdasarkan kunci yang sangat penting bagi peningkatan pribadi dan sosial yang dijamin oleh pendidikan yang baik, sangatlah penting untuk menyediakan pendidikan yang bermutu bagi semua orang, jika tidak untuk semua tingkat pendidikan, tetapi setidaknya pada tingkat yang ditetapkan oleh Program Pendidikan Dasar Universal di Nigeria. Hal ini hanya dapat dicapai melalui prinsip-prinsip SDA. Satu-satunya syarat adalah pemenuhan persyaratannya sebagaimana yang diungkapkan dalam penelitian.

Informasi demografi yang akurat harus disimpan terkait jumlah total siswa yang diharapkan yang akan berfungsi sebagai panduan untuk jumlah guru dan kualitas yang dibutuhkan, fasilitas dalam hal ruang kelas dan fasilitas lain untuk menjamin pengajaran/pembelajaran yang efektif. Harus ada sumber pendanaan yang stabil yang dapat berasal dari tiga tingkatan pemerintahan. Perlu untuk menggabungkan pendekatan kualitatif dan kuantitatif untuk perencanaan pendidikan. Menggabungkan keduanya telah terbukti menghasilkan hasil yang lebih efektif. Undang-undang tentang orang tua yang lalai menyekolahkan anak-anaknya harus ditegakkan oleh otoritas yang sesuai.

 

REFERENSI

 

1.    Campbell, O. O. (2002). Educational Planning, Management and School Organization. Lagos: Babs Olatunji Publishers.

2.    Coombs, P.14 (1974). What is Educational Planning? Belgium: UNESCO:IIEP. (Fundamentals of Educational Planning Series No. 1).

3.    Fabunmi, M. (2007). Perspectives in Educational Planning. Ibadan: Odun Prints.

4.    Nwankwo, J. I. (1981). Educational Planning: Theory and Methods. Lahore/Karachi: IZHARSONS.

5.    Olanijonu, S. O., Adekoya, S.O. & Gbenu, J.P. (2008). Fundamentals of Educational Planning
(revised and enlarged). Lagos: Micodex Nig. Ltd.

6.    Thompson, A. R. (1981). Education and development in Africa. London: Macmillan Press Ltd. UNESCO (2008). www.portal.unesco.org/education

 

Untuk tindak lanjut silahkan : klik DOWNLOAD atau hub. (WA) 081327121707 - (WA) 081327789201 terima kasih