I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
1.
Data Awal
Perubahan dalam belajar bisa berbentuk kecakapan,
kebiasaan, sikap, pengertian, pengetahuan, atau apresiasi (Penerimaan atau
penghargaan). Perubahan tersebut bisa meliputi keadaan dirinya, pengetahuannya,
atau Perbuatannya. Artinya, orang yang sudah melakukan Perbuatan belajar bisa
merasa lebih bahagia, lebih pandai menjaga kesehatan, memanfaatkan alam
sekitar, meningkatkan pengabdian untuk kepentingan umum. Sifat aktif berarti
perubahan itu terjadi karena usaha yang dilakukan pelajar, bukan terjadi dengan
sendirinya seperti karena proses kematangan. Sifat efektif berarti perubahan
itu memberikan pengaruh dan manfaat bagi pelajar. Adapun sifat fungsional
berarti perubahan itu relatif tetap serta dapat direproduksi atau dimanfaatkan
setiap kali dibutuhkan.
Seorang guru juga dituntut untuk memiliki kemampuan
pribadi (tegar, kreatif, rajin, jujur, dan sebagainya) dan kemampuan sosial
(tenggang rasa, empati), toleran, murah hati, dan sebagainya). Di antara tugas
pokok guru profesional yang langsung terkait adalah melaksanakan pengembangan
profesi, yaitu kemampuan melakukan penelitian sederhana dalam rangka
meningkatkan kualitas profesional guru, khususnya kualitas pembelajaran.
Keberhasilan suatu pembelajaran apa pun yang dikelola
dengan baik ditunjukan oleh keberhasilan siswa dalam mencapai suatu kompetensi
yang diharapkan. Untuk itu guru perlu mengerahkan segenap kemampuannya agar
pembelajaran yang dikelolanya mempermudah proses belajar siswa dalam
mempelajari materi yang disajikan. Apabila tuntutan ini dapat dipenuhinya,
besar kemungkinan hasil belajar yang menjadi target pembelajaran akan tercapai
oleh individu siswa. Namun jika tidak, bukan saja akan berdampak pada proses
belajar siswa tetapi juga pada hasil belajarnya akan tampak lain dari harapan.
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan peneliti,
diperoleh adanya perbedaan antara harapan dengan kenyataan sebagaimana tuntutan
pembelajaran yang diselenggarakan guru dan siswa yang bersangkutan. Proses
belajar siswa tampak kurang berkesan produktif. Sementara itu perolehan hasil
belajarnya pun masih sangat jauh dari target yang diharapkan. Dari 35 orang
siswa baru diketahui ada empat orang siswa atau 11,42% yang dinyatakan berhasil
menjawab pertanyaan yang diajukan pada saat tes dan menguasai materi
pembelajaran sebesar 80% ke atas. Sebagian
besar dari siswa diketahui kurang mampu memberikan alternatif pernyataan yang
benar seperti empat orang siswa yang sudah terkategori mampu memenuhinya.
2.
Indentifikasi Masalah
Upaya yang diambil penulis sebagai upaya untuk mengatasi hal itu,
peneliti mencoba berkolaborasi dengan kepala sekolah, rekan sejawat, dan
supervisor. Hasil diskusi dengan mereka, akhirnya dapat teridentifikasi
beberapa masalah sebagai berikut.
a. Minat belajar siswa rendah
b. Hasil belajar siswa rendah
c. Media pembelajaran yang kurang menarik
siswa
d. Siswa kurang memahami materi pembelajaran
yang disampaikan oleh guru
e. Keterlibatan siswa secara aktif dalam
proses pembelajaran masih sangat kurang
f. Ketidakberanian siswa dalam menanyakan
materi pelajaran yang belum jelas atau belum dikuasai.
3.
Analisis Masalah
Analisis masalah guna kepentingan penelitian perbaikan pembelajaran ini
dilakukan dengan cara melakukan refleksi dan kinerja yang telah dilakukan,
serta mengkaji literatur dan berdiskusi dengan supervisor . Hasil yang
diperoleh adalah sebagai berikut :
a. Kurang tepatnya metode yang digunakan
dalam pembelajaran Matematika materi mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang.
b. Sistem belajar aktif tidak diciptakan guru
pada saat menyelenggarakan pembelajaran Matematika materi mengidentifikasi
sifat-sifat bangun ruang.
c. Pusat belajar bukan pada materi, melainkan
pada guru. Atau, proses pembelajaran bersifat abstrak, sehingga siswa pasif.
d. Metode pembelajaran yang diambil tidak tepat
dan penjelasan materi terlalu cepat, sehingga berakibat pada berkurangnya minat
belajar siswa terhadap materi pembelajaran.
e. Guru tidak melibatkan siswa secara aktif
dalam proses pembelajaran dan penemuan informasi
Adapun
harapan timbul dari pelaksanaan dalam pelaksanaan perbaikan melalui penelitian tindakan kelas ini adalah :
1.
Meningkatnya
minat belajar siswa dalam pembelajaran Matematika materi mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang.
2.
Meningkatnya hasil belajar siswa
dalam pembelajaran Matematika materi mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang.
Persoalan
seperti ini tidak boleh dibiarkan berlarut-larut, karena dampaknya sudah jelas
akan mengakibatkan pada keberhasilan siswa dalam mempelajari materi
pembelajaran matematika lainnya. Atas dasar itu, peneliti bermaksud
memperbaikinya melalui penelitian tindakan kelas ini. Adapun altenatif upaya
yang diterapkan sebagai solusinya yaitu melalui langkah belajar berdasarkan
metode inquiri.
Dasar pertimbangan penelitian alternatif ini, bertolak
dari kenyataan yang telah menyokong dilakukannya perbaikan pembelajaran yang
akan diselenggarakan. Besar harapan, apa yang menjadi target dari perbaikan
pembelajaran ini akan tercapai sebagaimana yang diinginkan. Sadar akan hal
tersebut agar tidak berdampak buruk bagi proses dan hasil belajar selanjutnya,
dengan refleksi diri dan mendiskusikan dengan teman sejawat peneliti
termotivasi untuk melakukan upaya untuk memperbaiki pembelajaran melalui
Penelitian Tindakan Kelas dalam pembelajaran materi pokok mengidentifikasi sifat-sifat
bangun ruang melalui metode inquiri.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan
hasil analisis latar belakang masalah di atas, peneliti dapat merumuskan
masalah yang dijadikan sebagai fokus penelitian perbaikan pembelajaran ini,
yaitu :
1.
Bagaimana upaya meningkatkan minat belajar kelas IV SD Negeri Cibalung 03 Kecamatan Cimanggu
Kabupaten Cilacap pada pembelajaran Matematika materi pokok mengidentifikasi
sifat-sifat bangun ruang melalui metode inquiri
?.
2.
Bagaimana upaya meningkatkan hasil
belajar siswa kelas IV SD Negeri Cibalung
03 Kecamatan Cimanggu Kabupaten Cilacap pada pembelajaran Matematika materi
pokok mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang melalui metode inquiri ?.
C. Tujuan Penelitian
1.
Untuk meningkatkan minat belajar siswa kelas IV SD Negeri Cibalung 03 Kecamatan Cimanggu
Kabupaten Cilacap dalam pembelajaran matematika materi pokok mengidentifikasi
sifat-sifat bangun ruang melalui metode inquiri.
2.
Untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Cibalung 03 Kecamatan Cimanggu
Kabupaten Cilacap dalam dalam pembelajaran matematik materi pokok
mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang melalui metode inquiri.
D. Manfaat Penelitian
Diharapkan penelitian ini juga dapat memberikan
manfaat bagi :
1.
Siswa
a. Dapat meningkatkan minat belajar siswa
b. Dapat meningkatkan hasil belajar
siswa
2.
Guru
a. Dapat
memperbaiki proses pembelajaran yang dikelolanya
b. Dapat berkembang secara
profesional dan lebih percaya diri
c. Mendapat kesempatan untuk
berperan aktif mengembangkan
pengetahuan dan keterampilan sendiri.
3.
Sekolah
Dapat membantu sekolah untuk berkembang karena adanya
peningkatan kemampuan pada diri guru dan pendidikan di sekolah.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1.
Proses Pembelajaran
Proses pembelajaran adalah sebuah upaya bersama antara guru dan murid
untuk berbagi dan mengolah informasi dengan tujuan agar pengetahuan yang
terbentuk ter-“internalisasi” dalam diri peserta
pembelajaran dan menjadi landasan belajar secara mandiri dan berkelanjutan.
Maka kriteria keberhasilan sebuah proses pembelajaran adalah munculnya
kemampuan belajar berkelanjutan secara mandiri.
Sebuah proses pembelajaran yang baik, paling tidak harus melibatkan 3
aspek, yaitu : aspek psikomotorik, aspek kognitif dan aspek afektif.
Aspek Psikomotorik dapat difasilitasi lewat adanya praktikum-praktikum
dengan tujuan terbentuknya ketrampilan eksperimental. Aspek kognitif
difasilitas lewatberbagai aktifitas penalaran dengan tujuan adalah terbentuknya
penguasaan intelektual. Sedangkan aspek afektif dilakukan lewat aktifitas
pengenalan dan kepekaan lingkungan dengan tujuan terbentuknya kematangan
emosional. Ketiga aspek tersebut bila dapat dijalankan dengan baik akan
membentuk kemampuan berfikir kritis dan munculnya kreatifitas. Dua kemampuan
inilah yang mendasari skill problem solving yang diharapkan wujud pada diri
mahasiswa.
Peran guru dalam proses belajar-mengajar ,
guru tidak hanya tampil lagi sebagai pengajar (teacher), seperti fungsinya yang menonjol selama ini, melainkan beralih sebagai pelatih (coach),
pembimbing (counselor) dan manager belajar (learning manager).
Hal ini sudah sesuai dengan fungsi dari peran guru masa depan.
Kehadiran guru dalam proses belajar mengajar
atau pengajaran, masih tetap memegang peranan penting. Peranan guru dalam
proses pengajaran belum dapat digantikan oleh mesin, radio, tape recorder
ataupun oleh komputer yang paling modern sekalipun. Masih terlalu banyak
unsur-unsur manusiawi seperti sikap, sistem, nilai, perasaan, motivasi,
kebiasaan dan Iain-lain yang diharapkan merupakan hasil dari proses pengajaran,
tidak dapat dicapai melalui alat-alat tersebut. Di sinilah kelebihan manusia
dalam hal ini guru dari alat-alat atau teknologi yang diciptakan manusia untuk
membantu dan mempermudah kehidupannya
Untuk menghasilkan sebuah proses
pembelajaran yang baik, maka paling tidak harus terdapat 4 tahapan, yaitu :
a.
Tahap berbagi dan mengolah informasi, kegiatan dikelas,
laboratorium, perpustakaan adalah termasuk dalam aktifitas untuk berbagi dan
mengolah informasi.
b.
Tahap internalisasi, aktifitas dalam bentuk PR, tugas,
paper, diskusi, tutorial, adalah bagian dari tahap internalisasi.
c.
Mekanisme balikan, kuis, ulangan/ujian serta komentar
dan survey adalah bagian dari proses balikan.
d.
Evaluasi, aktifitas assesment yang berdasar pada test
ataupun tanpa test termasuk assesment diri adalah bagian dari proses evaluasi.
Evaluasi dapat dilakukan secara peer review ataupun dengan survey terbatas.
Kegiatan Proses belajar-mengajar meliputi banyak hal sebagaimana yang
dikemukakan oleh Adams & Decey dalam Basic Principles Of Student Teaching,
antara lain guru sebagai pengajar, pemimpin kelas, pembimbing, pengatur
lingkungan, partissipan, ekspeditor, perencana, suvervisor, motivator, penanya,
evaluator dan konselor.
Tugas guru dalam bidang kemanusiaan adalah memposisikan dirinya sebagai
orang tua ke dua. Dimana ia harus menarik simpati dan menjadi idola para
siswanya. Adapun yang diberikan atau disampaikan guru hendaklah dapat
memotivasi hidupnya terutama dalam belajar. Bila seorang guru berlaku kurang
menarik, maka kegagalan awal akan tertanam dalam diri siswa.
Guru adalah posisi yang strategis bagi pemberdayaan dan pembelajaran
suatu bangsa yang tidak mungkin digantikan oleh unsur manapun dalam kehidupan
sebuah bangsa sejak dahulu. Semakin signifikannya keberadaan guru melaksanakan
peran dan tugasnya semakin terjamin terciptanya kehandalan dan terbinanya
kesiapan seseorang. Dengan kata lain potret manusia yang akan datang tercermin
dari potret guru di masa sekarang dan gerak maju dinamika kehidupan sangat
bergantung dari “citra” guru di tengah-tengah masyarakat.
2.
Minat
Hurlock (1993:18) menjelaskan bahwa minat adalah sumber motivasi yang
mendorong seseorang untuk melakukan apa yang ingin dilakukan ketika bebas
memilih. Ketika seseorang menilai bahwa sesuatu akan bermanfaat, maka akan menjadi
berminat, kemudian hal tersebut akan mendatangkan kepuasan. Ketika kepuasan
menurun maka minatnya juga akan menurun. Sehingga minat tidak bersifat
permanen, tetapi minat bersifat sementara atau dapat berubah-ubah.
Crow & Crow (1984:64) menjabarkan bahwa minat dapat menunjukkan
kemampuan untuk memperhatikan seseorang, Sesuatu barang atau kegiatan atau
sesuatu yang dapat memberi pengaruh terhadap pengalaman yang telah distimuli
oleh kegiatan itu sendiri. Minat dapat menjadi sebab sesuatu kegiatan dan hasil
dari turut sertanya dalam kegiatan tersebut. Lebih lanjut, Crow and Crow
menyebutkan bahwa minat mempunyai hubungan yang erat dengan dorongan-dorongan,
motif-motif dan respon-respon emosional. Hal senada juga dikemukakan oleh
Sandjaja (2005 :78) bahwa suatu aktivitas akan dilakukan atau tidak sangat
tergantung sekali oleh minat seseorang terhadap aktivitas tersebut, disini
nampak bahwa minat merupakan motivator yang kuat untuk melakukan suatu
aktivitas. Aiken (Ginting, 2005) mengungkapkan definisi minat sebagai kesukaan
terhadap kegiatan melebihi kegiatan lainnya. Ini berarti minat berhubungan
dengan nilai-nilai yang membuat seseorang mempunyai pilihan dalam hidupnya, hal
tersebut diungkapkan oleh Anastasia dan Urbina (Ginting, 2005). Selanjutnya Ginting
(2005) menjelaskan, minat berfungsi sebagai daya penggerak yang mengarahkan
seseorang melakukan kegiatan tertentu yang spesifik, lebih jauh lagi minat
mempunyai karakteristik pokok yaitu melakukan kegiatan yang dipilih sendiri dan
menyenangkan sehingga dapat membentuk suatu kebiasaan dalam diri seseorang.
Nunnally (Sutjipto, 2001:56) menjabarkan minat sebagai suatu ungkapan
kecenderungan tentang kegiatan yang sering dilakukan setiap hari, sehingga
kegiatan itu disukainya;
3.
Hakikat Pembelajaran Matematika di
Sekolah Dasar
Istilah Matematika berasal dari bahasa Yunani, mathein atau manthenien
yang artinya mempelajari. Kata matematika diduga erat hubungannya dengan
kata Sangsekerta, medha atau widya yang artinya kepandaian, ketahuan atau
intelegensia (Sri Subariah, 2006:1). Menurut Ruseffendi (1993), matematika
adalah terjemahan dari Mathematics. Namun arti atau definisi yang tepat
tidak dapat diterapkan secara eksak (pasti) dan singkat karena cabang-cabang
matematika makin lama makin bertambah dan makin bercampur satu sama lainnya.
Menurut Rusefendi (1993: 27-28) matematika itu terorganisasikan dari unsurunsur
yang tidak didefinisikan, definesi-definisi, aksioma-aksioma dan dalil-dalil
yang dibuktikan kebenarannya, sehingga matematika disebut ilmu deduktif. Ruseffendi
juga mengutip beberapa definisi matematika menurut pendapat beberapa ahli,
yaitu: 1) Menurut James & James matematika adalah ilmu tentang logika
mengenai bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep yang saling berhubungan
satu sama lainnya dengan jumlah yang banyaknya terbagi ke dalam tiga bidang,
yaitu aljabar, analisis dan geometri. 2) Menurut Johnson & Rising
matematika merupakan pola pikir, pola mengorganisasikan pembuktian logik,
pengetahuan struktur yang terorganisasi memuat: sifat-sifat, teori-teori dibuat
secara deduktif berdasarkan unsur yang tidak didefinisikan, aksioma, sifat atau
teori yang telah dibuktikan kebenarannya (Reseffendi, 1993: 28). 3) Menurut
Reys matematika merupakan telaah tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau
pola berpikir, suatu seni, suatu bahasa dan suatu alat (Reseffendi, 1993: 28)
4) Menurut Kline matematika bukan pengetahuan tersendiri yang dapat sempurna
karena dirinya sendiri, tetapi keberadaanya karena untuk membantu manusia dalam
memahami dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi dan alam (Reseffendi, 1993:
28)
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa matematika merupakan ilmu
pengetahuan yang mempelajari struktur yang abstrak dan pola hubungan yang ada
di dalamnya. Ini berarti bahwa belajar matematika pada hakekatnya adalah
belajar konsep, struktur konsep dan mencari hubungan antar konsep dan
strukturnya. Ciri khas matematika yang deduktif aksiomatis ini harus diketahui
oleh guru sehingga mereka dapat mempelajari matematika dengan tepat, mulai dari
konsep-konsep sederhana sampai yang komplek
Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi
modern yang mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya
piker manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi
dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika khususnya di bidang teori
bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan matematika diskrit. Untuk
menguasai dan menciptakan teknologi di masa depan diperlukan penguasaan
matematika yang kuat sejak dini. Untuk itu diperlukan pemahaman yang mendasar
tentang fungsi dan tujuan pembelajaran matematika khususnya di Sekolah Dasar
yang akan mendasari perkembangan pemahaman anak terhadap matematika
selanjutnya.
Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (2006) mata pelajaran
Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar.
Hal ini dimaksudkan untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir
logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama.
Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan
memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada
keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif. Selain itu
dimaksudkan pula untuk mengembangkan kemampuan menggunakan matematika dalam
pemecahan masalah dan mengkomunikasikan ide atau gagasan dengan menggunakan
simbol, tabel, diagram, dan media lain. Hal senada juga disampaikan oleh Muijs
& Reynolds (2008) bahwa matematika merupakan “kendaraan” utama untuk
mengembangkan kemampuan berpikir logis dan ketrampilan kognitif yang lebih
tinggi pada anak-anak.
Menurut Badan Standart Nasional Pendidikan (2006) menyatakan bahwa tujuan
pembelajaran matematika di Sekolah Dasar (SD) adalah untuk:
a. Memahami konsep matematika,
menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma,
secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah
b. Menggunakan
penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat
generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan
matematika
c. Memecahkan
masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika,
menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh
d. Mengomunikasikan
gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas
keadaan atau masalah.
e. Memiliki sikap
menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu,
perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya
diri dalam pemecahan masalah
4.
Hasil Belajar Matematika
Pada hakekatnya matematika adalah kependidikan yang berfungsi untuk mengembangkan kemampuan daya nalar
serta pembinaan kepribadian siswa dan
adanya kebutuhan yang nyata berupa tuntunan
perkembangan riil dari kepentingan hidup masa kini dan masa
mendatang yang senantiasa berorientasi
pada perkembangan pengetahuan seiring
dengan kemajuan ilmu dan tehnologi. Belajar yaitu proses kegiatan
yang berkesinambungan yang dapat
mengakibatkan perubahan tingkah laku
karena pengaruh hasil dan pengalaman yang diperoleh. Jadi belajar diarahkan untuk membangun kemampuan berfikir
dan kemampuan menguasai materi
pelajaran. Hasil belajar yang dimaksud
disini adalah hasil belajar yang dilihat
dari skolastik maupun non skolastik. Skolastik merupakan hasil belajar yang
dicapai siswa secara kuantitatif, berarti hasil belajar yang berupa skolastik
dapat dimaknai sebagai prestasi yang dicapai siswa setelah pembelajaran. Non skolastik merupakan
hasil belajar yang ditunjukkan dari
perubahan perilaku siswa, berarti hasil belajar yang berupa non skolastik dapat dimaknai sebagai
perubahan motivasi belajar ke arah yang
lebih baik. (Depdiknas, Balitbang,
2007:18)
5.
Tujuan Pembelajaran Matematika di
Sekolah
(Bana Kartasasmita, (2007:2) mengemukakan bahwa setiap peninjauan atau
penyusunan kurikulum selalu harus berpandu kepada tujuan yang ingin dicapai
melalui pembelajaran materi tertentu. Selain tujuan institusional perlu
dipahami benar tujuan kurikuler yang diwarnai oleh sifat dari materi ajar yang
diberikan. Dengan pesatnya perkembangan matematika dewasa ini perlu direnungkan
kembali pertanyaan yang sangat mendasar yaitu “Untuk apa peserta didik belajar
matematika?” Sudah barang tentu jawaban umum dan sederhana yang dapat diberikan
adalah “Untuk keperluan kehidupan peserta didik masa depan”.
Mohammad Asikin (2007 : 18) menyebutkan tujuan
pembelajaran matematika yang diamanatkan KTSP adalah sebagai berikut.
a. Melatih cara berpikir dan bernalar dalam
menarik kesimpulan, misalnya melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi,
eksperimen, menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsisten dan inkonsistensi.
b. Mengembangkan aktivitas kreatif yang
melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran
divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta
mencoba-coba.
c.
Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.
d.
Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau
mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, catatan,
grafik, peta, diagram, dalam menjelaskan gagasan.
6.
Bangun Ruang
Bangun
ruang adalah bangun matematika yang mempunyai isi ataupun volume. Bagian-bagian
bangun ruang adalah (a) sisi, yaitu bidang pada bangun ruang yang membatasi
antara bangun ruang dengan ruangan di sekitarnya, (b) rusuk yaitu pertemuan dua
sis yang berupa ruas garis pada bangun ruang dan (c) titik sudut yaitu titik hasil pertemuan
rusuk yang berjumlah tiga atau lebih.(http://Rangkuman-Pelajaran.blogspot.com)
S. Poerwadi
(2006 : 162) mengemukakan bahwa bangun datar adalah suatu himpunan titik yang
tidak seluruhnya terletak pada bidang datar. Bangun-bangun ruang yang terbentuk
oleh perpotongan ruas garis-ruas garis mempunyai bagian-bagian rusuk, titik
sudut dan sisi.
7.
Metode Inquiri
Wilson (dalam Trowbridge, 1990 : 26 ) menyatakan
bahwa model inkuiri adalah sebuah model proses pengajaran yang berdasarkan atas
teori belajar dan perilaku. Inkuiri merupakan suatu cara mengajar murid-murid
bagaimana belajar dengan menggunakan keterampilan, proses, sikap, dan
pengetahuan berpikir rasional (Bruce & Bruce, 1992 : 14). Senada dengan pendapat
Bruce & Bruce (dalam Cleaf, 1991 : 61) menyatakan bahwa inkuiri adalah
salah satu strategi yang digunakan dalam kelas yang berorientasi proses.
Inkuiri merupakan sebuah strategi pengajaran yang berpusat pada siswa, yang
mendorong siswa untuk menyelidiki masalah dan menemukan informasi. Proses
tersebut sama dengan prosedur yang digunakan oleh ilmuwan sosial yang
menyelidiki masalah-masalah dan menemukan informasi.
Sementara
itu, Trowbridge (dalam Roestiyah, N.K., 1998:35) menjelaskan model inkuiri
sebagai proses mendefinisikan dan menyelidiki masalah-masalah, merumuskan
hipotesis, merancang eksperimen, menemukan data, dan menggambarkan kesimpulan
masalah-masalah tersebut. Lebih lanjut, Trowbridge mengatakan bahwa esensi dari
pengajaran inkuiri adalah menata lingkungan/suasana belajar yang berfokus pada
siswa dengan memberikan bimbingan secukupnya dalam menemukan konsep-konsep dan
prinsip-prinsip ilmiah.
Senada
dengan pendapat Trowbridge, (dalam Amien, 1987 : 19 dan dalam Roestiyah (1998 :
36) mengatakan bahwa inkuiri adalah suatu perluasan proses discovery yang
digunakan dalam cara yang lebih dewasa. Sebagai tambahan pada proses discovery,
inkuiri mengandung proses mental yang lebih tinggi tingkatannya, misalnya
merumuskan masalah, merancang eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan
dan menganalisis data, menarik kesimpulan, menumbuhkan sikap objektif, jujur,
hasrat ingin tahu, terbuka dan sebagainya.
Adapun
kelebihan pembelajaran dengan metode inquiri adalah sebagai berikut :
a. Dapat membentuk dan mengembangkan “self-concept’ pada diri siswa sehingga
siswa dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide lebih baik
b. Membantu dalam menggunakan ingatan dan
transfer pada situasi proses belajar yang baru
c. Mendorong siswa untuk berpikirr dan
bekerja atas inisiatif sendiri
d. Mendorong siswa untuk berpikir intuitif
dan merumuskan hipotesa sendiri
e. Situasi proses belajar menjadi lebih
terangsang
f. Memberi kepuasan yang bersifat intrinsik
g. Siswa dapat menghindari cara-cara belajar
yang tradisional, yaitu pemberian materi pembelajaran dengan metode ceramah
yang monoton dan tidak bervariasi.
h. Dapat memberi waktu siswa secukupnya
sehingga mereka dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi
Pendekatan
inquiri merupakan sebuah pendekatan
yang melibatkan siswa secara utuh.
Pendekatan ini merangsang siswa untuk menemukan sendiri masalah
dan memecahkannya sendiri. Untuk memperjelas tentang langkah-langkah
pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan inquiri, berikut ini
Sudirman (1990 : 173) mengemukakan
bahwa langkah-langkah pembelajaran
dengan menggunakan pendekatan inquiri
adalah sebagai berikut.
a. Masalah untuk masing-masing kegiatan dapat
dinyatakan sebagai pertanyaan atau pernyataan biasa.
b. Konsep atau prinsip yang harus ditemukan
siswa ditulis dengan jelas dan tepat.
c. Alat dan bahan harus disediakan sesuai
dengan kebutuhan.
d. Memberikan pengarahan terhadap masalah
yang akan ditemukan oleh siswa.
e. Pelaksanaan penemuan untuk menemukan
konsep dan prinsip yang telah ditetapkan guru.
f. Memberikan pertanyaan yang mengarah kepada
pengembangan penyelidikan yang dilakukan siswa.
Berdasarkan
definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa inkuiri merupakan suatu proses yang ditempuh siswa
untuk memecahkan masalah, merencanakan eksperimen, melakukan eksperimen,
mengumpulkan dan menganalisis data, dan menarik kesimpulan. Jadi, dalam model
inkuiri ini siswa terlibat secara mental maupun fisik untuk memecahkan suatu
permasalahan yang diberikan guru. Dengan demikian, siswa akan terbiasa bersikap
seperti para ilmuwan sains, yaitu teliti, tekun/ulet, objektif/jujur, kreatif,
dan menghormati pendapat orang lain.
B. Kerangka Berpikir
Untuk
mempermudah pelaksanaan tindakan maka perlu disusun suat kerangka pikir yang
merupakan landasan pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini. Secara jelas
dapat dilihat pada gambar 2.1 di bawah ini :
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
C. Hipotesis Tindakan
Bertolak dari uraian di atas, peneliti dapat merumuskan hipotesis
tindakan dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut.
1.
Penggunaan metode inquiri dalam pembelajaran Matematika materi
sifat-sifat bangun ruang dapat meningkatkan minat belajar siswa kelas IV
Sekolah Dasar Negeri Cibalung 03 Kecamatan Cimanggu Kabupaten Cilacap.
2.
Penggunaan metode inquiri dalam pembelajaran Matematika
subkonsep mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang dapat meningkatkan hasil belajar siswa siswa
kelas IV Sekolah Dasar Negeri Cibalung 03 Kecamatan Cimanggu Kabupaten Cilacap.
III. METODE PENELITIAN
A. Setting Penelitian
1. Tempat
Penelitian
Dalam penelitian ini penulis mengambil lokasi di
Kelas IV di Sekolah Dasar Negeri Cibalung 03 UPT Disdikpora Kecamatan Cimanggu
Kabupaten Cilacap pada mata pelajaran matematika materi semester 2 pada tahun pembelajaran 2010/2011.
Penulis mengambil lokasi atau tempat ini dengan
pertimbangan bekerja pada sekolah tersebut, sehingga memudahkan dalam mencari
data, peluang waktu yang luas dan subyek penelitian yang sangat sesuai dengan
profesi penulis
2. Waktu
penelitian
Pelaksanaan penelitian dilaksanakan pada bulan
Maret 2011 s.d April 2011, dengan perincian sebagai berikut:
1. Tahap
persiapan, minggu pertama, bulan Maret 2011.
2. Tahap
pelaksanaan, minggu kedua, ketiga dan keempat bulan Maret dan minggu pertama
dan kedua bulan April 2011
3. Tahap
laporan, minggu ketiga dan keempat bulan April 2011.
B. Subyek Penelitian
Subyek
pelaksanaan perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas ini adalah
siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri
Cibalung 03 UPT Disdikpora Kecamatan Cimanggu Kabupaten Cilacap pada
mata pelajaran matematika pada tahun pembelajaran 2010/2011.
C. Data dan Sumber Data
1.
Data
Data yang dikumpulkan adalah data kualitatif dan kuantitatif
yang terdiri atas:
a.
Proses belajar mengajar
b.
Data Hasil Belajar / tes formatif
c. Data keterkaitan antara perencanaan dengan
pelaksanaan kegiatan
2.
Sumber Data
Sumber Data dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri Cibalung 03 UPT Disdikpora Kecamatan
Cimanggu, dengan jumlah siswa 35 anak terdiri dari 16 siswa laki-laki dan 19
siswa perempuan.
D. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini
menggunakan :
1. Observasi
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan yang
sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti (Usman dan Akbar, 1995 : 54).
Subyek penelitian adalah proses pembelajaran matematika, obyek yang diamati
adalah hasil kerja siswa.
2. Wawancara
Wawancara adalah tanya jawab antara dua orang atau
lebih secara langsung (Usman dan Akbar, 1995 : 57). Wawancara berguna untuk :
a) Mendapatkan data ditangan pertama
b) Pelengkap teknik pengumpulan data
c) Menguji hasil pengumpulan data
lainnya.
3. Dokumentasi
a) Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi
ialah pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen (Usman dan Akbar,
1995 : 75)
b) Dokumentasi
adalah suatu metode pencarian data mengenai hal – hal atau variabel berupa
catatan transkip, buku, surat
kabar, majalan dan lainnya. Aspek-aspek untuk menambah kelengkapan data dalam
dokumentasi meliputi catatan-catatan, foto-foto (Arikunto, 1982 : 187).
c) Teknik dokumentasi untuk mendapatkan latar belakang yang luas,
tentang pokok-pokok penelitian, dan dapat dijadikan triangulasi untuk mengecek
kesesuaian data (Nasution,1996).
d) Dokumen
lama dapat digunakan dalam penelitian sebagai sumber data, dan
dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan (Moleong,
1989).
E. Validitas Data
Untuk
menjamin kebenaran data yang dikumpulkan dan dicatat dalam penelitian maka
dipilih dan ditentukan cara-cara yang tepat untuk mengembangkan validitas data
yang diperolehnya. Dalam penelitian ini akan digunakan teknik triangulasi.
Menurut Lexy Moeleong (2000:178) Triangulasi adalah teknik pemeriksaan
keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu, untuk
keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut.
Validitas
data dimaksudkan agar data yang dikumpulkan untuk keperluan penelitian ini
nantinya adalah data yang valid. Menurut Nasution (1998 : 144) ada beberapa
cara yang dilakukan agar kebenaran has'il penelitian dapat dipercaya, yaitu
dengan cara sebagai berikut :
1. Memperpanjang masa
observasi
2. Pengamatan yang terus
menerus
3. Trianggulasi
Dalam
penelitian ini validitas data dilakukan dengan teknik triangulasi. Triangulasi
dilakukan dengan maksud untuk mengecek kebenaran data yang diperoleh dan
membandingkannya dengan data yang diperoleh dari sumber lain. Kebenaran hasil
wawancara dengan wali kelas dapat dibandingkan dengan arsip atau dokumen maupun
melalui pengarnatan ketika proses belajar berlangsung. Triangulasi sumber data
dilakukan untuk mengecek kebenaran data dari guru kelas maupun anak. Sedangkan
triangulasi metode dilakukan dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang
berbeda untuk mendapatkan data yang sama. Observasi dapat dicek kebenarannya
dari arsip atau dokumen dan wawancara.
F. Teknik Analisa Data
Pada
penelitian tindakan kelas, data dianalisis sejak tindakan pembelajaran
dilakukan, dilambangkan selama proses refleksi sampai proses penyusunan
laporan. Analisis data ini dilakukan secara kualitatif melalui tiga alur.
Menurut Miles dan Hubermen (1992: 15-20) alur yang meliputi reduksi data,
penyajian data dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Sedang menurut Sutama
(2000:104) reduksi adalah proses pemilihan pemusatan perhatian pada
penyederhanaan dan transportasi data kasar yang muncul dari catatan tertulis di
lapangan.
Dalam
penelitian ini data diperoleh dari tes, observasi dan wawancara terhadap
pihak-pihak yang terkait langsung dalam proses belajar mengajar, hasil reduksi
berupa uraian singkat yang telah digolongkan dalam suatu kegiatan tertentu.
Penyajian
data berupa sekumpulan infomasi dalam bentuk teks naratif yang disusun, diatur
serta diringkas dalam bentuk kategori sehingga mudah dipahami makna yang
terkandung didalamnya. Sedangkan penarikan kesimpulan dilaksanakan secara
bertahap yaitu dari kumpulan makna setiap kategori disimpulkan sementara,
kemudian diadakan vertifikasi untuk menyimpulkan dengan tepat melalui diskusi
bersama mitra kolaborasi agar memperoleh derajat kepercayaan yang tinggi.
Analisis data menggunakan analisis deskriptif komperatif dengan grafik yaitu
membandingkan kondisi nilai tes awal siklus I, siklus II dan nilai tes setelah
siklus III.
G. Kriteria Keberhasilan
Kriteria keberhasilan dalam penelitian ini dapat
ditetapkan sebagai berikut.
- Siswa dinyatakan tuntas apabila telah menguasai materi sedikitnya 80% atau mendapat nilai 80.
2.
Hasil belajar siswa dalam
pembelajaran dinyatakan berhasil jika 85% jumlah siswa tuntas belajar.
- Proses perbaikan pembelajaran dinyatakan berhasil jika peningkatan minat belajar siswa mencapai 85% lebih dari jumlah siswa.
H. Prosedur Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dengan tiga
siklus, dan tiap-tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan aktivitas dan
kompetensi yang dicapai, berdasarkan perencanaan yang telah didesain
sebelumnya. Pengamat melakukan observasi terhadap kegiatan yang dilaksanakan
sebagai bahan kajian untuk tujuan perbaikan pelaksanaan pembelajaran yang akan
dilakukan.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode
penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam tiga siklus yang masing-masing
siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.
1. Perencanaan
a. Merancang
skenario pembelajaran sebanyak tiga siklus.
b. Melaksanakan
tindakan, sesuai jadwal yang telah ditentukan dalam setiap siklus.
c. Mempersiapkan
alat peraga yang sudah disesuaikan dengan proses pembelajaran matematika
d. Membuat lembar
onservasi untuk mengamati kegiatan siswa dan guru selama proses kegiatan
pembelajaran berlangsung.
2. Pelaksanaan Tindakan
Melaksanakan tindakan
dengan tiga siklus sesuai dengan rencana yang dibuat.
a. Siklus Pertama
Dalam
pelaksanaan tindakan pada siklus I guru mengadakan apersepsi yang ada
hubungannya dengan pemahaman konsep pembelajaran tentang materi pembelajaran setelah itu memasukan
kegiatan inti proses pembelajaran dengan jalan guru menerangkan materi
pembelajaran. Setelah semua siswa menyelesaikan kegiatan belajar pada siklus
satu kemudian diadakan analisis, hal ini sangat diperlukan untuk memperbaiki
proses pembelajaran selanjutnya pada siklus yang ke dua.
b. Siklus kedua
Dalam
pelaksanaan tindakan pada siklus II guru mengadakan apersepsi yang ada
hubungannya dengan pemahaman konsep pembelajaran tentang materi pembelajaran mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang
setelah itu memasukan kegiatan inti proses pembelajaran dengan jalan guru
menerangkan materi pembelajaran. Setelah semua siswa menyelesaikan kegiatan
belajar pada siklus satu kemudian diadakan analisis, hal ini sangat diperlukan
untuk memperbaiki proses pembelajaran selanjutnya pada siklus yang ke ketiga.
c. Siklus Ketiga
Dalam
pelaksanaan tindakan kelas pada siklus kedua ini tidak ada bedanya seperti
pelaksanaan pada siklus pertama dan kedua yang meliputi kegiatan proses belajar
yang, meliputi tiga kegiatan pokok yaitu apersepsi, kegiatan inti dan penutup
dan setelah akhir pelaksanaan tindakan pada siklus ketiga diadakan postest
3. Pengamatan
Melakukan
pengamatan terhadap pelaksaan tindakan kelas dengan lembar observasi yang telah
dipersiapkan. Observasi pelaksanaan pembelajaran dilakukan oleh guru lain
sebagai kolaborasi yang diamati tentang keaktifan siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran, mengamati kegiatan guru selama hasil observasi dijadikan bahan
untuk perbaikan proses pembelajaran selanjutnya.
4. Refleksi
Dari
hasil observasi tersebut guru merefleksikan diri apakah proses pembelajaran
yang telah dilakukan dapat meningkatkan pemahaman konsep pembelajaran tentang materi
pembelajaran mengidentifikasi
sifat-sifat bangun ruang. Jika pemahaman belum mencapai standar yang
ditetapkan, maka perlu dibuat refleksi dengan dilakukan perubahan proses
pembelajaran pada siklus ketiga Pada penelitian ini indikator yang ingin
dicapai nilai 80.
0 comments:
Post a Comment
Silahkan berkomentar, hindari unsur SARA.
Terima kasih