Menerima Pembuatan TESIS-SKRIPSI-PKP UT, Silahkan Baca Cara Pemesanan di bawah ini

Lencana Facebook

banner image

Monday, 22 October 2012

BAB 4 PTK



BAB IV
HASIL TINDAKAN  DAN PEMBAHASAN

A.     Deskripsi Kondisi Awal
Dalam pelaksanaan proses Kegiatan  Belajar Mengajar (KBM) PKn di Sebelum  mengadakan  penelitian,  peneliti  terlebih  dahulu  melakukan pengamatan di kelas IV SD Negeri Pangawaren 03 dengan tujuan untuk mengidentifikasi  masalah yang berhubungan dengan pembelajaran bahasa Indonesia yang menjadi permasalahan dalam proses pembelajaran. Berdasarkan  observasi  dan  wawancara  dengan  guru  kelas  IV  diperoleh  informasi sebagai berikut :
1.   Nilai  bahasa Indonesia  yang  diperoleh  siswa  masih  rendah  dibandingkan  nilai  mata pelajaran yang lainnya.
2.   Metode  yang  digunakan  oleh  guru  masih  menggunakan  metode  ceramah, tanya  jawab  dan  terjadi  komunikasi  satu  arah  maksudnya  hanya  pada  siswa yang pintar saja, dan siswa hanya mendengar apa yang disampaikan oleh guru sehingga siswa terlihat pasif. 
3.  Siswa  kurang  termotivasi  dan  belum  berani  mengungkapkan  pendapat  atau bertanya kepada guru karena takut salah.
4.   Guru  jarang  melakukan  pembelajaran  secara  berkelompok  dengan menggunakan  LKS,  sehingga  interaksi  antara  siswa  yang  satu  dengan  yang lain masih kurang.
Dari  permasalahan  di  atas,  akan  dijadikan  bahan  bagi  peneliti  untuk memperbaiki  proses  pembelajaran  bahasa Indonesia  dengan  menerapkan  Penelitian  Tindakan Kelas. Hasil dari kunjungan lapangan tersebut peneliti berkonsultasi dengan guru kelas  IV  mengenai  pendekatan  CTL  yang  akan  digunakan  dalam  penelitian  ini. Dengan  diterapkan  pendekatan  CTL  diharapkan  mampu  merubah  pembelajaran yang  bersifat  tradisional  menjadi  pembelajaran  CTL  yang  mampu  menciptakan pembelajaran  yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuan yang ada di benak siswa dengan menghubungkan materi yang dipelajari  dengan  kehidupan  sehari-hari,  sehingga  siswa  dapat  menyelesaikan berbagai persoalan bahasa Indonesia, dan meningkatkan minat hasil belajar siswa.
Perbaikan  pengajaran  ini  dilakukan  dalam  2  siklus  sampai  tercapainya  tujuan  pengajaran  yang  diharapkan. Penjelasan mengenai kondisi awal pembelajaran sebagaiman tabel di bawah ini :
Tabel 4.1
Hasil Tes Formatif Kondisi Awal

No
Nama
Nilai
Tuntas
Belum Tuntas
1
Alpian Nur Alim
50
-
2
Riscahyanto
50
-
3
Widiya Astuti
70
-
4
Anton
60
-
5
Asiyatul M
50
-
6
Dinas
70
-
7
Galih Prasetio
60
-
8
Iqbal Juliansah
70
-
9
Jeli Rima A
40
-
10
Regi Afriyan
60
-
11
Rismawati
60
-
12
Sugiyanti
60
-
13
TrI Hapsari W
70
-
14
Yunus Dana M
50
-
15
Ayu Ajriyanti
70
-
Jumlah
890
5
10
Nilai Rata-rata Siklus I
59,33
33,33
66,67

Berdasarkan  hasil  pengamatan  kondisi  awal  siswa  terhadap  pembelajaran bahasa Indonesia  serta  berbagai  hambatan-hambatan  yang  muncul,  maka  peneliti  bersama  guru  kelas  yang  diteliti,  melakukan  kolaborasi  untuk  mengatasi  hambatan  dan  kesulitan  yang  ditemukan,  peneliti  bersama  guru  kelas  yang  bertindak sebagai obsever, menyusun dan melaksanakan serangkaian perencanaan  tindakan guna mengatasi hambatan-hambatan tersebut, yang diakhiri pada sebuah  kegiatan analisis atau refleksi.
Pelaksanaan tindakan kelas disesuaikan dengan rencana pembelajaran  yang telah  dirumuskan  sebelumnya.  Pelaksanaan  tindakan  penelitian  kelas  ini  menekankan  pada  penerapan penerapan pendekatan contextual teaching and learning (CTL)  untuk  meningkatkan  minat dan hasil belaajr  siswa  yang  diupayakan  dan dikondisikan  berdasarkan  tahapan-tahapan  yang  telah  dipersiapkan  sebelumnya  dalam  tahap  perencanaan  dengan  mengimplementasikan  rencana  tersebut  yang  telah  dirumuskan oleh peneliti.

B.     Deskripsi Per Siklus
  1. Siklus Pertama
Kelas/Semester            : IV / 2
Mata Pelajaran            : Bahasa Indonesia
Standar Kompetensi   :  Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi secara tertulis dalam bentuk percakapan, petunjuk, cerita, dan surat
Materi                          : Menulis kembali isi cerita yang pernah didengar
Materi Pokok              :  Dongeng / cerita anak
Indikator                     :  1.   Mampu mencatat pokok-pokok isi cerita
                                       2.   Mampu menulis cerita sesuai pokok-pokok isi cerita yang dicatat
Waktu Pelaksanaan     :  28 Maret 2012 dan 29 Maret 2012
a.       Perencanaan
Berdasarkan rumusan hipotesis yang telah dibuat, peneliti menyiapkan dan menetapkan rencana perbaikan pembelajaran  beserta skenario tindakan. Skenario tindakan mencakup langkah-langkah yang akan dilakukan oleh peneliti  dan siswa dalam kegiatan tindakan atau perbaikan.
Terkait dengan rencana perbaikan pembelajaran , peneliti perlu menyiapkan berbagai bahan yang diperlukan sesuai dengan hipotesis yang dipilih seperti : lembar kerja siswa, alat bantu pembelajaran berupa beberapa contoh bentuk dongeng atau cerita anak, lembar tes formatif dan lembar observasi.
Kemudian bersama-sama dengan teman sejawat (observer) menyepakati fokus observasi dan kriteria yang akan digunakan dalam dua kali pertemuan pada siklus pertama.
b.      Pelaksanaan
Seperti biasanya para siswa masuk kelas dengan tertib, duduk, membaca doa dan mereka segera bersiap-siap mengikuti pelajaran Bahasa Indonesia. Sebagai apersepsi, peneliti bertanya kepada siswa “Apakah ada dari kalian yang pernah menuliskan selebaran / dongeng atau cerita anak ?” terlihat ada beberapa siswa yang diam sambil tengok kanan kiri, “Peneliti  yakin pasti ada dari kalian yang pernah menuliskan berita atau kalimat yang berfungsi memberitahukan kepada  orang lain” Komentar Peneliti . “Coba .. Ayu Ajriyanti kamu pasti pernah menulis dongeng atau cerita anak kan…..?..” tanya Peneliti “Pernah Bu?” jawab Ayu Ajriyanti. Coba apakah yang lain juga pernah menulis sebuah dongeng atau cerita anak?, lanjut peneliti.  Sebagian kecil  siswa menjawab, “Sudah pernah, Bu”. Kalau begitu Ibu mau bertanya, “Hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam menulis dongeng atau cerita anak ?”. Mendengar perkataan peneliti seisi kelas diam, mereka saling berbisik. Setelah beberapa saat tidak ada jawaban, Peneliti  lalu berkata, “Baiklah, kalau memang kalian belum paham benar, tetapi sebagai modal awal yang penting kalian sudah pernah mengenal apa itu dongeng atau cerita anak”, lanjut peneliti. “Baiklah anak-anak, hari ini kita akan belajar tentang menulis dongeng atau cerita anak dengan baik dan benar. Apa pokok-pokok dari dongeng atau cerita anak, apa saja yang perlu diperhatikan dan bagaimana isinya agar jelas dan singkat serta mudah dibaca, dan sebagainya, apakah kalian sudah siap ?”. tanya peneliti. Secara serempak siswa menjawab, “Siap, Bu Guru!”.
Pada kegiatan inti pertemuan pertama, siswa mendengarkan penjelasan peneliti mengenai dongeng atau cerita anak, peneliti  memberikan contoh bentuk dongeng atau cerita anak yang sudah ada, diperlihatkan kepada siswa dengan di tempel di papan tulis, sebagaimana  terlihat di bawah ini :























Gambar   4.1    Contoh Naskah Cerita Berjudul “Batu Raja” (Sumber : Buku Bahasa Indonesia IV. Sri Marhaeni, dkk. 2009 : 168)
Peneliti kemudian memberikan penjelasan. “Anak-anak, kalian semua pasti pernah mendengarkan atau membaca dongeng. Dongeng apa yang pernah kamu baca? Tahukan kamu apa itu dongeng? Dongeng adalah cerita pendek yang bukan sungguhan. Dongeng sebenarnya tidak benar-benar terjadi. Dongeng adalah karangan manusia. Dongeng biasanya mengisahkan manusia pada zaman dahulu atau cerita tentang hewan-hewan yang bisa bicara. Contoh dongeng adalah Sangkuriang, Legenda Tangkuban Perahu?, jelas peneliti. “Nah, tugas kalian adalah menuliskan kembali cerita yang sudah dibacakan menurut bahasa kalian sendiri, apakah kalian siap?”, tanya peneliti. Siswa menjawab, “Siap, Bu Guru”.
Kegiatan selanjutnya, peneliti  membacakan kembali contoh dongeng atau cerita anak seperti diatas dengan suara biasa dengan memperhatikan tanda baca. Kepada siswa untuk mendengarkan dan memperhatikan apa yang dijelaskan oleh peneliti. Dijelaskan oleh peneliti hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menulis dongeng atau cerita anak,antara lain : kalimat atau bahasanya harus singkat dan jelas, isi dongeng atau cerita anak berupa ajakan, himbauan atau saran dan dongeng atau cerita anak tersebut tujuan harus terperinci jelas.
Setelah selesai peneliti  memberikan waktu kepada siswa untuk bertanya bila mungkin ada yang ditanyakan. Setelah itu peneliti  membagikan lembar kerja siswa yang sudah disertai dengan soal. Peneliti memberikan pengertian kepada semua siswa bahwa untuk berlatih dari bentuk yang sederhana, hal itu dimaksudkan untuk mempermudah siswa dalam memahami materi sekaligus untuk mengakhir pertemuan pertama pada siklus pertama.
Pada pelaksanaan pertemuan kedua, kegiatan yang dilakukan sama dengan pertemuan pertama. Seperti biasanya para siswa masuk kelas dengan tertib, duduk, membaca doa dan mereka segera bersiap-siap mengikuti pelajaran Bahasa Indonesia .
Sebagai apersepsi, peneliti bertanya kepada siswa “Apakah ada dari kalian yang pernah membaca selebaran / dongeng atau cerita anak ?” terlihat ada beberapa siswa yang diam sambil tengok kanan kiri, “Peneliti  yakin pasti ada dari kalian yang pernah membaca berita atau kalimat yang berfungsi memberitahukan kepada  orang lain  ….” Komentar Peneliti . “Coba .. Jeli Rima Anggraeni, kamu pasti pernah membaca dongeng atau cerita anak kan…..?..” tanya Peneliti “pernah Bu ..?” jawab Jeli Rima Anggraeni.  “Anak-anak, pada pertemuan kedua ini, kita akan membahas tentang cara menulis dongeng atau cerita anak”, jelas peneliti. “Apakah kalian masih ingat pelajaran kemarin ?”, tanya peneliti. “Ingat, Bu guru !’, jawab siswa secara serempak.
Pada kegiatan inti pertemuan kedua, siswa mendengarkan penjelasan peneliti mengenai dongeng atau cerita anak, peneliti  memberikan contoh bentuk dongeng atau cerita anak yang sudah ada, diperlihatkan kepada siswa dengan di tempel di papan tulis, sebagaimana  terlihat di bawah ini :


























Gambar 4.2    Contoh Naskah Cerita Berjudul “Musang dan Ayam” (Sumber : Buku Bahasa Indonesia IV. Mei Sulistyaningsih, dkk. 2009 : 87-88)


Peneliti  membacakan kembali contoh dongeng atau cerita anak seperti di atas dengan suara biasa dengan memperhatikan tanda baca. Kepada siswa untuk mendengarkan dan memperhatikan apa yang dijelaskan oleh peneliti. Dijelaskan oleh peneliti hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menulis dongeng atau cerita anak,antara lain : kalimat atau bahasanya harus singkat dan jelas, isi dongeng atau cerita anak berupa ajakan, himbauan atau saran dan dongeng atau cerita anak tersebut tujuan harus terperinci jelas. Setelah selesai peneliti  memberikan waktu kepada siswa untuk bertanya bila mungkin ada yang ditanyakan. Setelah itu peneliti  membagikan lembar kerja siswa yang sudah disertai dengan soal. Peneliti memberikan pengertian kepada semua siswa bahwa untuk berlatih dari bentuk yang sederhana, hal itu dimaksudkan untuk mempermudah siswa dalam memahami materi.
Pada kegiatan akhir, peneliti membacakan beberapa hasil karya anak dalam menulis dongeng atau cerita anak. Peneliti memberikan masukan dan koreksi terhadap hasil karya mereka. “Rismawati, isi dongeng atau cerita anak yang kamu tulis sudah bagus, namun ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu penggunaan tanda baca yang baik dan benar”, koreksi peneliti saat membahas hasil karya siswa yang bernama Rismawati Peneliti kembali memberikan koreksi terhadap beberapa karya anak, siswa mencatat hasil koreksi tersebut sebagai catatan di buku masing-masing. Setelah selesai mengerjakan tes formatif, peneliti menyuruh siswa untuk mengumpulkan lembar soal dan lembar jawab untuk dinilai. Di akhir kegiatan peneliti memberikan saran dan tidak lanjut untuk pembelajaran berikutnya.
Pada siklus pertama ini dalam tahap pelaksanaan sudah menunjukkan  adanya peningkatan hasil belajar siswa. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel     4.2    Rekapitulasi Nilai Tes Formatif Pembelajaran Bahasa Indonesia Materi Cara Menulis Kembali Isi Cerita Pendek  Siklus I


No
Nama
Nilai
Tuntas
Belum Tuntas
1
Alpian Nur Alim
50
-
2
Riscahyanto
50
-
3
Widiya Astuti
70
-
4
Anton
70
-
5
Asiyatul M
60
-
6
Dinas
70
-
7
Galih Prasetio
60
-
8
Iqbal Juliansah
70
-
9
Jeli Rima A
50
-
10
Regi Afriyan
70
-
11
Rismawati
70
-
12
Sugiyanti
70
-
13
TrI Hapsari W
70
-
14
Yunus Dana M
60
-
15
Ayu Ajriyanti
70
-
Jumlah
960
9
6
Nilai Rata-rata Siklus I
64,00
60,00
40,00

Dari tabel 4.2 tentang Rekapitulasi Nilai Tes Formatif Pembelajaran Bahasa Indonesia Materi Cara Menulis Kembali Isi Cerita Pendek Siklus I  di atas dapat diterangkan sebagai berikut:
a)   Nilai rata-rata hasil belajar pada pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus pertama  sebesar 64,00
b)   Jumlah siswa yang tuntas belajarnya sebanyak 9 siswa atau sebesar 60%
c)   Jumlah siswa yang belum tuntas belajarnya sebanyak 6 siswa atau sebesar 40%
Dari penjelasan sebagaimana tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa hasil nilai tes formatif mengalami peningkatan dari kondisi awal, karena pada sebelum perbaikan siswa tuntas 5 siswa (33,33%) meningkat menjadi 9 siswa (60%) atau meningkat sebanyak 4 siswa (26,67%).
Penjelasan mengenai aspek minat belajar yang diamati adalah respon siswa terhadap pernyataan, rasa ingin tahu, dan minat dalam pelaksanaan kegiatan diskusi. Kegiatan pengamatan ini dilakukan oleh observer selama kegiatan perbaikan pembelajaran berlangsung dengan menggunakan format observasi yang teklah dipersiapkan. Hasil observasi pada pelaksanaan perbaikan pembelajaran pada siklus I sebagaimana tabel di bawah ini :
Tabel 4.3    Rekapitulasi Hasil Observasi Peningkatan Minat Siswa Pembelajaran Bahasa Indonesia Materi Cara Menulis Kembali Isi Cerita Pendek  Siklus I

No
Nama
Kriteria Observasi
Jumlah Nilai
Bisa Menjawab
Mampu Bertanya
Aktif  Diskusi
Nilai
Ketuntasan
1
2
3
1
2
3
1
2
3


1
Alpian Nur Alim

2


2


2

6
T
-
2
Riscahyanto

2


2


2

6
T
-
3
Widiya Astuti

2


2

1


5
-
B
4
Anton
2



2


2

6
T
-
5
Asiyatul M

2


2


2

6
T
-
6
Dinas


3
1


1


5
-
B
No
Nama
Kriteria Observasi
Jumlah Nilai
Bisa Menjawab
Mampu Bertanya
Aktif  Diskusi
Nilai
Ketuntasan
1
2
3
1
2
3
1
2
3


7
Galih Prasetio

2


2


2

6
T
-
8
Iqbal Juliansah

2

1



2

5
-
B
9
Jeli Rima A

2


2



3
7
T
-
10
Regi Afriyan

2


2


2

6
T
-
11
Rismawati
1




3

2

6
T
-
12
Sugiyanti
1



2



3
6
T
-
13
TrI Hapsari W
1



2



3
6
T
-
14
Yunus Dana M

2


2



3
7
T
-
15
Ayu Ajriyanti
1


1



1

3
-
B
Jumlah
86
11
4
Prosentase
-
73,33
26,67

Keterangan :
1 = Kurang
2 = Cukup
3 = Baik
T = Tuntas
B = Belum Tuntas

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa dari 15 siswa terdapat 7 orang yang tuntas belajarnya (46,67%) dilihat dari minat belajarnya, sedangkan 8 siswa (53,33%) belum tuntas dilihat dari minat belajarnya. Melihat hasil di atas maka peneliti bersama-sama dengan observer sepakat untuk melaksanakan perbaikan pembelajaran pada siklus II dengan harapan pada siklus II minat belajar siswa dapat mencapai perolehan di atas 75% sesuai dengan kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan.
c.       Observasi
Dari dua pertemuan yang dilaksanakan, peneliti dibantu observer melaksanakan observasi terhadap pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan. Hasilnya adalah masih banyak siswa yang belum menguasai secara penuh teknik dan cara penulisan dongeng atau cerita anak yang baik dan benar.

d.      Refleksi
Pembelajaran  Bahasa Indonesia  yang dilaksanakan dalam dua pertemuan pada siklus pertama dianggap belum berhasil. Setelah peneliti dengan observer mendiskusikan hasil observasi dan wawancara yang dikaitkan dengan hasil tes formatif, maka pada siklus kedua perlu ditanggulangi dengan menggali persepsi awal siswa tentang materi yang akan dipelajari sebelum proses pembelajaran berlangsung. Lalu untuk merubah suasana peneliti mencoba dengan dibuat berkelompok kemudian secara berkelompok mengerjakan menulis dongeng atau cerita anak dan mendiskusikan hasil kerjanya.
  1. Siklus kedua
Kelas/Semester            : IV / 2
Mata Pelajaran            : Bahasa Indonesia
Standar Kompetensi   :  Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi secara tertulis dalam bentuk percakapan, petunjuk, cerita, dan surat
Materi                          : Menulis kembali isi cerita yang pernah didengar
Materi Pokok              :  Dongeng / cerita anak
Indikator                     :  1.   Mampu mencatat pokok-pokok isi cerita
                                       2.   Mampu menulis cerita sesuai pokok-pokok isi cerita yang dicatat
Waktu Pelaksanaan     :  30 Maret 2012 dan 31 Maret 2012
a.       Perencanaan
Berdasarkan hasil refleksi dari siklus kedua, Rencana Perbaikan Pembelajaran direvisi kembali. Peneliti juga menyiapkan lembar kerja siswa, lembar tes formatif dan lembar observasi, dan beberapa contoh dongeng atau cerita anak. Semua peralatan disiapkan dan yang diperlukan lengkap, peneliti bersama teman sejawat mensimulasikan langkah-langkah perbaikan pembelajaran yang akan dilakukan dalam dua pertemuan.

b.      Pelaksanaan
Seperti halnya perbaikan pembelajaran siklus pertama dan kedua, pada siklus kedua inipun metode yang diterapkan tetap sama, hanya peneliti mencoba memaksimalkan bimbingan kepada siswa yang belum tuntas untuk mencoba lagi menulis dongeng atau cerita anak dengan tema yang berbeda-beda. Media pembelajaran peneliti siapkan antara lain : lembar kerja, lembar observasi, lembar evaluasi, dan beberapa contoh lembar dongeng atau cerita anak.
Penelti memberikan apersepsi singkat mengenai hasil siklus kedua, dan memberikan penghargaan kepada semua siswa dalam berusaha dalam belajar. “Kelompok Riscahyanto, dongeng atau cerita anak apa yang kalian tulis pada pertemuan kemarin ?’, tanya peneliti. Riscahyanto menjawab, “Tasmasya ke Kebun Binatang, Bu !’”.  “Kelompok Dinar, apa yang kalian tulis ?’ tanya peneliti lebih lanjut. Dinar menjawab, “Terjadinya Pulau Samosir, Bu Guru !”.  “Ya, bagus, ternyata kalian benar-benar menguasai materi yang Ibu Guru sampaikan !”, puji peneliti sekaligus memberikan motivasi dan penguatan.
Untuk mempertajam pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran yang disampaikan, peneliti kembali menyajikan sebuah naskah cerita untuk dibacakan.



















Gambar 4.3    Contoh Naskah Cerita Berjudul “Nonton Dilm di dalam Air” (Sumber : Buku Bahasa Indonesia IV. Umri, dkk. 2009 : 34-35)

Langkah selanjutnya peneliti meminta siswa untuk tetap pada kelompoknya masing-masing, dan akan dibagikan lembar kerja untuk dikerjakan. Peneliti sangat mengharapkan siswa yang sudah tuntas untuk membantu siswa dalam kelompoknya yang belum tuntas dalam menyelesaikan tugasnya sebagai tutor sebaya.
Hasil tugas kelompok tersebut peneliti meminta untuk dibacakan dan dipaparkan di depan kelas. Dan nantinya tiap-tiap siswa untuk membacakan sendiri lembar dongeng atau cerita anak yang dibuatnya. Peneliti juga melaksanakan tes proses atau mengisi lembar pengamatan cara kerja siswa.
Setelah mengisi lembar kerja siswa selesai, siswa melaporkan hasil lembar kerja siswa. Selanjutnya tiap kelompok memaparkan hasil dari menulis dongeng atau cerita anak lalu dibacakan. Tiap kelompok dibolehkan untuk menyanggah, bertanya, ataupun mengkritik. Kemudian siswa dengan bimbingan peneliti  menyimpulkan materi pembelajaran. Siswa disuruh kembali duduk ke tempat masing-masing untuk mencatat rangkuman dan mengerjakan lembar evaluasi sekaligus untuk mengakhiri pelaksanaan pertemuan pertama pada siklus kedua.
Seperti halnya perbaikan pembelajaran pada pertemuan pertama, pada pertemuan kedua inipun metode yang diterapkan tetap sama, hanya peneliti mencoba memaksimalkan bimbingan kepada siswa yang belum tuntas untuk mencoba lagi menulis dongeng atau cerita anak dengan tema yang berbeda-beda. Media pembelajaran peneliti siapkan antara lain : lembar kerja, lembar observasi, lembar evaluasi, dan beberapa contoh lembar dongeng atau cerita anak.
Penelti memberikan apersepsi singkat mengenai hasil siklus kedua, dan memberikan penghargaan kepada semua siswa dalam berusaha dalam belajar. “Kelompok Ayu Ajriyanti, dongeng atau cerita anak apa yang kalian tulis pada pertemuan kemarin ?’, tanya peneliti. Ayu Ajriyanti menjawab, “Petulangan si Raja Rimba, Bu !’”.  “Kelompok Yunus, apa yang kalian tulis ?’ tanya peneliti lebih lanjut. Yunus menjawab, “Tamasya ke Benteng Pendem dan Nusakambangan di Cilacap, Bu guru !”.  “Ya, bagus, ternyata kalian benar-beanr menguasai materi yang Ibu Guru sampaikan !”, puji peneliti sekaligus memberikan motivasi dan penguatan.
Langkah selanjutnya peneliti meminta siswa untuk tetap pada kelompoknya masing-masing, dan akan dibagikan lembar kerja untuk dikerjakan. Peneliti sangat mengharapkan siswa yang sudah tuntas untuk membantu siswa dalam kelompoknya yang belum tuntas dalam menyelesaikan tugasnya sebagai tutor sebaya. Diharapkan dengan penerapan model tutor sebaya bagi siswa belum tuntas akan lebih efektif, karena bagi siswa yang belum tuntas tidak akan canggung dan malu apabila mengalami kesulitan untuk bertanya kepada rekannya yang menjadi tutor sebaya tersebut.
Hasil tugas kelompok tersebut peneliti meminta untuk dibacakan dan dipaparkan di depan kelas. Dan nantinya tiap-tiap siswa untuk membacakan sendiri lembar dongeng atau cerita anak yang dibuatnya. Peneliti juga melaksanakan tes proses atau mengisi lembar pengamatan cara kerja siswa.
Setelah mengisi lembar kerja siswa selesai, siswa melaporkan hasil lembar kerja siswa. Selanjutnya tiap kelompok memaparkan hasil dari menulis dongeng atau cerita anak lalu dibacakan. Tiap kelompok dibolehkan untuk menyanggah, bertanya, ataupun mengkritik. Kemudian siswa dengan bimbingan peneliti  menyimpulkan materi pembelajaran. Siswa disuruh kembali duduk ke tempat masing-masing untuk mencatat rangkuman dan mengerjakan lembar evaluasi.
Kelompok mengumpulkan lembar kerja siswa untuk di dipajangkan. Peneliti membagi lembar evaluasi untuk dikerjakan siswa secara individual. Setelah selesai peneliti mengoreksi, menilai dan menganalisis hasil evaluasi siswa. Peneliti memberi tindak lanjut berupa pekerjaan rumah, dan tidak lupa untuk selalu belajar dengan giat di rumah.
Pada siklus kedua ini dalam tahap pelaksanaan sudah menunjukkan  adanya peningkatan hasil belajar siswa. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel     4.4    Rekapitulasi Nilai Tes Formatif Pembelajaran Bahasa Indonesia Materi Cara Menulis Kembali Isi Cerita Pendek  Siklus II


No
Nama
Nilai
Tuntas
Belum Tuntas
1
Alpian Nur Alim
70
-
2
Riscahyanto
70
-
3
Widiya Astuti
70
-
4
Anton
80
-
5
Asiyatul M
70
-
6
Dinas
70
-
7
Galih Prasetio
70
-
8
Iqbal Juliansah
70
-
9
Jeli Rima A
70
-
10
Regi Afriyan
70
-
11
Rismawati
80
-
12
Sugiyanti
80
-
13
Tri Hapsari W
70
-
No
Nama
Nilai
Tuntas
Belum Tuntas
14
Yunus Dana M
70
-
15
Ayu Ajriyanti
80
-
Jumlah
1090
15
0
Nilai Rata-rata Siklus I
72,67
100,00
0,00

Dari tabel 4.2 tentang Rekapitulasi Nilai Tes Formatif Pembelajaran Bahasa Indonesia Materi Cara Menulis Kembali Isi Cerita Pendek Siklus I  di atas dapat diterangkan sebagai berikut:
a)   Nilai rata-rata hasil belajar pada pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus pertama  sebesar 72,67.
b)   Jumlah siswa yang tuntas belajarnya sebanyak 15 siswa atau sebesar 100%
c)   Tidak ada siswa yang belum tuntas belajarnya atau sebesar 0%
Dari penjelasan sebagaimana tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa hasil nilai tes formatif mengalami peningkatan dari siklus I, karena pada siklus I siswa tuntas 9 siswa (60%) meningkat menjadi 15 siswa (100%) atau meningkat sebanyak 6 siswa (40%).
Penjelasan mengenai aspek minat belajar yang diamati adalah respon siswa terhadap pernyataan, rasa ingin tahu, dan minat dalam pelaksanaan kegiatan diskusi. Kegiatan pengamatan ini dilakukan oleh observer selama kegiatan perbaikan pembelajaran berlangsung dengan menggunakan format observasi yang telah dipersiapkan. Hasil observasi pada pelaksanaan perbaikan pembelajaran pada siklus I sebagaimana tabel di bawah ini :
Tabel 4.5    Rekapitulasi Hasil Observasi Peningkatan Minat Siswa Pembelajaran Bahasa Indonesia Materi Cara Menulis Kembali Isi Cerita Pendek  Siklus II

No
Nama
Kriteria Observasi
Jumlah Nilai
Bisa Menjawab
Mampu Bertanya
Aktif  Diskusi
Nilai
Ketuntasan
1
2
3
1
2
3
1
2
3


1
Alpian Nur Alim

2


2


2

6
T
-
2
Riscahyanto

2


2


2

6
T
-
No
Nama
Kriteria Observasi
Jumlah Nilai
Bisa Menjawab
Mampu Bertanya
Aktif  Diskusi
Nilai
Ketuntasan
1
2
3
1
2
3
1
2
3


3
Widiya Astuti

2


2


2

6
T
-
4
Anton
2



2


2

6
T
-
5
Asiyatul M

2


2


2

6
T
-
6
Dinas


3
1



2

6
T
-
7
Galih Prasetio

2


2


2

6
T
-
8
Iqbal Juliansah

2

1




3
6
T
-
9
Jeli Rima A

2


2



3
7
T
-
10
Regi Afriyan

2


2


2

6
T
-
11
Rismawati
1




3

2

6
T
-
12
Sugiyanti
1



2



3
6
T
-
13
TrI Hapsari W
1



2



3
6
T
-
14
Yunus Dana M

2


2



3
7
T
-
15
Ayu Ajriyanti


3

2


2

7
T
-
Jumlah
93
15
0
Prosentase

100
0,00

Keterangan :
1 = Kurang
2 = Cukup
3 = Baik
T = Tuntas
B = Belum Tuntas

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa dari 15 siswa terdapat 15 orang yang tuntas belajarnya (100%) dilihat dari minat belajarnya. Melihat hasil di atas maka peneliti bersama-sama dengan observer menyimpulkan bahwa hasil pengamatan terhadap peningkatan minat belajar sudah mencapai angka di atas 75%, sehingga proses perbaikan pembelajaran dinyatakan berhasil dan tuntas pada siklus II.
c.       Observasi
Observer mengamati proses pembelajaran pada siklus kedua dengan menggunakan format evaluasi yang telah tersedia. Dari hasil pengamatan menunjukkan peningkatan yang sangat baik sehingga peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa dapat tercapai. Hal ini dikarenakan pada siklus kedua peneliti memaksimalkan metode yang sudah dijalankan dilengkapi dengan mencoba kemampuan siswa untuk memaparkan hasil pengerjaan menulis dongeng atau cerita anak dan dibacakan di depan teman-temannya
d.      Refleksi
Dari hasil analisa data diketahui pembelajaran Bahasa Indonesia pada siklus kedua menunjukkan bahwa pembelajaran telah memenuhi kriteria ketuntasan, demikian pula halnya dengan peningkatan motivasi belajar siswa sehingga pada siklus kedua  peningkatan hasil dan ketuntasan belajar telah memenuhi kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan sehingga pada siklus kedua dapat disimpulkan bahwa proses perbaikan pembelajaran dinyatakan berhasil dan selesai pada siklus kedua.

C.     Pembahasan
Penggunaan  metode  diskusi  akan  sangat  membantu  dalam  membangkitkan    minat  belajar  siswa,  ini  terbukti  dari  hasil  belajar  yang  diberikan  pada  setiap  siklusnya  mengalami  peningkatan di mana pada  siklus  I  nilai  rata-rata  yang  diperoleh  siswa  adalah  64,00 dan pada siklus II rata-rata nilai yang diperoleh siswa adalah 72,67.  Rekapitulasi  nilai  hasil  tes formatif siswa  dari kondisi awal, siklus  I  sampai dengan siklus II dapat dilihat dari tabel di bawah ini.

Tabel 4.6    Rekapitulasi Nilai Hasil Tes Formatif Temuan Awal,  Siklus I dan Siklus II


No
Nama Siswa
Temuan Awal
Siklus I
Siklus II

Nilai
Kriteria Ketuntasan
Nilai
Kriteria Ketuntasan
Nilai
Kriteria Ketuntasan


1
Alpian Nur A
50
-
B
50
-
B
70
T
-

2
Riscahyanto
50
-
B
50
-
B
70
T
-

3
Widiya Astuti
70
T
-
70
T
-
70
T
-

4
Anton
60
-
B
70
T
-
80
T
-

5
Asiyatul M
50
-
B
60
-
B
70
T
-

6
Dinas
70
T
-
70
T
-
70
T
-

7
Galih Prasetio
60
-
B
60
-
B
70
T
-

8
Iqbal Juliansah
70
T
-
70
T
-
70
T
-

9
Jeli Rima A
40
-
B
50
-
B
70
T
-

10
Regi Afriyan
60
-
B
70
T
-
70
T
-

11
Rismawati
60
-
B
70
T
-
80
T
-

12
Sugiyanti
60
-
B
70
T
-
80
T
-

No
Nama Siswa
Temuan Awal
Siklus I
Siklus II

Nilai
Kriteria Ketuntasan
Nilai
Kriteria Ketuntasan
Nilai
Kriteria Ketuntasan


13
TrI Hapsari W
70
T
-
70
T
-
70
T
-

14
Yunus Dana M
50
-
B
60
-
B
70
T
-

15
Ayu Ajriyanti
70
T
-
70
T
-
80
T
-

Jumlah
890
5
10
960
9
6
1090
15
0

Rata-rata
59,33
33,33
66,67
64,00
60,00
40,00
72,67
100
0,00


Dari tabel di atas dapat dijelaskan peningkatan nilai hasil dan ketuntasan belajar siswa pada siklus I dan II  secara terperinci sebagai berikut :
1.      Siswa Tuntas Belajar
a.   Pada temuan awal siswa yang tuntas sebanyak 5 siswa atau 33,33% dari 15 siswa.
b.   Pada siklus I  siswa yang tuntas sebanyak 9 siswa atau 60% dari 15 siswa
c.   Pada siklus II  siswa yang tuntas sebanyak 15 siswa atau 100% dari 15 siswa
2.      Siswa Belum Tuntas Belajar
a.   Pada temuan awal siswa yang belum tuntas sebanyak 10 siswa atau 66,67% dari 15 siswa.
b.   Pada siklus I  siswa yang belum tuntas sebanyak 6 siswa atau 40% dari 15 siswa
c.   Pada siklus II  tidak ada siswa yang belum  tuntas sebanyak 0 siswa atau 0% dari 15 siswa
Untuk memperjelas, maka dari penjelasan sebagaimana tersebut di atas dalam bentuk tabel sebagaimana di bawah ini :

Tabel 4.7    Rekapitulasi Nilai Tes Formatif  Temuan Awal, Siklus I dan Siklus II

No
Uraian
Jumlah Siswa
Siswa Belum Tuntas
Siswa Tuntas
Frekuensi
%
Frekuensi
%
1
Awal
15
5
33,33
10
66,67
2
Siklus I
15
9
60,00
6
40,00
3
Siklus II
15
15
100,00
0
0,00
Sesuai dengan kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan dalam perbaikan pembelajaran bahwa siswa yang dinyatakan tuntas belajar jika mendapat nilai tes formatif sebesar 70 ke atas dan jika 70% dari siswa telah tuntas belajarnya.
Untuk memperjelas kenaikan ketuntasan belajar siswa dan penurunan ketuntasan belajar siswa dapat dilihat pada diagram batang di bawah ini :









Gambar 4.4    Grafik Peningkatan dan Penurunan Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I dan II

Dari gambar 4.1 dapat diketahui bahwa sebelum dilaksanakan perbaikan pembelajaran melalui penerapan penerapan pendekatan contextual teaching and learning (CTL) pada pembelajaran Bahasa Indonesia materi cara menulis kembali isi cerita pendek, jumlah siswa yang tuntas belajarnya pada keadaan awal sebanyak 5 siswa (33,33%), setelah dilaksanakan perbaikan dengan penerapan penerapan pendekatan contextual teaching and learning (CTL) pada siklus I meningkat menjadi 9 siswa atau 60% dan pada siklus II meningkat kembali menjadi 15 siswa atau 100%. Adapun penjelasan mengenai penurunan siswa yang belum tuntas belajarnya pada keadaan awal sebanyak 10 siswa atau 66,67%, setelah dilaksanakan perbaikan dengan penerapan penerapan pendekatan contextual teaching and learning (CTL) pada siklus I menurun menjadi 6 siswa atau 40% dan pada siklus II menurun menjadi 0 siswa atau 0%.
Penjelasan mengenai peningkatan nilai rata-rata hasil belajar pada pembelajaran Bahasa Indonesia materi cara menulis kembali isi cerita pendek dengan menggunakan penerapan pendekatan contextual teaching and learning (CTL)  menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan di mana pada kondisi awal sebesar 59,33 meningkat menjadi 64,00 pada siklus I dan pada akhir siklus II meningkat menjadi 72,67.  Peningkatan nilai rata-rata hasil belajar siswa dalam bentuk grafik sebagaimana gambar di bawah ini :















Gambar 4.5    Grafik Peningkatan Nilai Rata-rata Belajar Siswa  Pada Siklus I dan II

Keberhasilan proses perbaikan pembelajaran tidak hanya dilihat dari peningkatan hasil belajar atau nilai tes formatif saja. Minat belajar siswa selama proses pembelajaran juga merupakan indikator keberhasilan dalam proses pembelajaran. Data minat siswa diperoleh dari lembar observasi yang telah diisi oleh observer selama perbaikan pembelajaran berlangsung. Fokus observasi difokuskan pada aspek-aspek bisa menjawab, mau bertanya dan aktif dalam kegiatan diskusi. Hasil observasi pada pelaksanaan kegiatan perbaikan pembelajaran menunjukkan hasil yang positifi, dan dibuktikan dengan adanya peningkatan minat siswa pada setiap siklusnya.
Secara rinci penjelasan mengenai peningkatan minat siswa dalam proses perbaikan pembelajaran sebagaimana tabel di bawah ini :

Tabel 4.8    Rekapitulasi Peningkatan Minat Siswa pada Siklus I dan Siklus II

No
Nama Siswa
Temuan Awal
Siklus I
Siklus II

Nilai
Kriteria Ketuntasan
Nilai
Kriteria Ketuntasan
Nilai
Kriteria Ketuntasan


1
Alpian Nur Alim
5
-
B
6
T
-
6
T
-

2
Riscahyanto
4
-
B
6
T
-
6
T
-

3
Widiya Astuti
5
-
B
5
-
B
6
T
-

4
Anton
6
T
-
6
T
-
6
T
-

5
Asiyatul M
6
T
-
6
T
-
6
T
-

6
Dinas
5
-
B
5
-
B
6
T
-

7
Galih Prasetio
5
-
B
6
T
-
6
T
-

8
Iqbal Juliansah
5
-
B
5
-
B
6
T
-

9
Jeli Rima A
6
T
-
7
T
-
7
T
-

10
Regi Afriyan
6
T
-
6
T
-
6
T
-

11
Rismawati
5
-
B
6
T
-
6
T
-

12
Sugiyanti
6
T
-
6
T
-
6
T
-

13
TrI Hapsari W
7
T
-
6
T
-
6
T
-

14
Yunus Dana M
7
T
-
7
T
-
7
T
-

15
Ayu Ajriyanti
5
-
B
3
-
B
7
T
-

Jumlah
83,00
7
8
86,00
11
4
93,00
15
0

Rata-rata
5,53
46,67
53,33
5,73
73,33
26,67
6,20
100
0



Dari tabel 4.8 di atas dapat dijelaskan tentang siswa yang tuntas dan belum tuntas dilihat dari minat belajarnya, yaitu :
a.      Siswa tuntas dilihat dari minat belajar
1.   Pada temuan awal, siswa tuntas dilihat dari minat belajar sebanyak 7 siswa atau 46,67% dari 15 siswa.
2.   Pada siklus I, siswa tuntas dilihat dari minat belajar sebanyak 11 siswa atau 73,33% dari 15 siswa.
3.   Pada siklus II, belum tuntas dilihat dari minat belajar sebanyak 15 siswa atau 100% dari 15 siswa.
b.      Siswa yang belum tuntas dilihat dari minat belajar
1.   Pada temuan awal, siswa belum tuntas dilihat dari minat belajar sebanyak 8 siswa atau 53,33% dari 15 siswa.
2.   Pada siklus I, siswa belum tuntas dilihat dari minat belajar sebanyak 4 siswa atau 26,67% dari 15 siswa.
3.   Pada siklus II, tidak ada siswa yang tidak tuntas dilihat dari minat belajar dari 15 siswa.
Secara jelas peningkatan minat siswa selama proses perbaikan pembelajaran sebagaimana dijelaskan pada gambar di bawah ini :














Gambar 4.6    Grafik Ketuntasan Siswa Berdasarkan Tingkat Minat Siswa Pada Siklus I dan II

Dari hasil observasi mengenai minat siswa tersebut berdasarkan kriteria keberhasilan perbaikan pembelajaran dapat disimpulkan bahwa proses perbaikan pembelajaran dinyatakan berhasil karena peningkatan minat siswa mencapai angka 100% dari 75% batasan minimal yang telah ditentukan pada kriteria keberhasilan proses perbaikan pembelajaran.
Atas dasar pertimbangan sebagaimana diurakan di atas, maka peneliti dan observer sepakat memutuskan bahwa kegiatan perbaikan pembelajaran diakhiri pada siklus II.

D.     Hasil Tindakan
Berdasarkan data-data hasil pelaksanaan perbaikan pembelajaran sebagaimana diuraikan di atas berupa data hasil tes formatif siklus I, tes formatif siklus II dan data hasil observasi siklus I dan II maka dapat disimpulkan bahwa penerapan pendekatan contextual teaching and learning (CTL)  dapat meningkatkan hasil belajar dan minat siswa pada pembelajaran Bahasa Indonesia materi cara menulis kembali isi cerita pendek di kelas IV SD Negeri Pangawaren 03 Kecamatan Karangpucung Kabupaten Cilacap Tahun Pelajaran 2011/2012.

0 comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar, hindari unsur SARA.
Terima kasih