LAPORAN PELAKSANAAN PRAKTEK
PEMANTAPAN KEMAMPUAN MENGAJAR (PKM)
Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah
Pemantapan Kemampuan Mengajar (PDGK 4209)
S1 PGSD Universitas Terbuka

Oleh
NAMA : ………………………………..
NIM : ………………………………..
SEMESTER : ………………………………..
UPBJJ : TARAKAN
POKJAR : ………………………………..
MASA REGISTRASI : ………………………………..
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TERBUKA
2025
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN
PEMANTAPAN KEMAMPUAN MENGAJAR
(PKM) – PGSD
Laporan Pemantapan Kemampuan Mengajar ini telah disetujui dan disahkan untuk memenuhi salah satu Tugas Mata Kuliah PDGK4209/Pemantapan Kemampuan Mengajar.
Tempat : ………………………………..
Hari : ………………………………..
Tanggal : ………………………………..
Tarakan, Juni 2025
Mengetahui,
Kepala MI Al-izzah Tarakan Mahasiswa
……………………………… ………………………………..
NIP. …………………….. NIM. ………………….
Mengetahui,
Pembimbing / Tutor PKM
…………………………..
NIP. ……………………..
KATA PENGANTAR
Alhamdullilah, segala puji syukur atas kehadirat Allah SWT dan atas berkat rahmat, hidayah dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan pelaksanaan praktek PKM ini dengan baik. Dengan mata kuliah PKM, mahasiswa berlatih untuk menerapkan berbagai pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang telah dipelajari dalam kegiatan merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran, sehingga penulis dapat mengoreksi diri agar menjadi seorang guru yang profesional.
Penyusunan laporan PKM ini tentu tidak lepas dari bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini. Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan walaupun penulis telah bekerja dengan maksimal. Maka dari itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak guna perbaikan, selanjutnya penulis berharap Laporan pelaksanaan praktek PKM ini akan memberi manfaat bagi pembaca, dan semua pihak yang berkepentingan.
Tarakan, Mei 2025
Mahasiswa
……………………………
NIM. …………………
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.......................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN PEMANTAPAN KEMAMPUAN MENGAJAR (PKM) – PGSD ............................................................................................................................. ii
KATA PENGANTAR........................................................................................ iii
DAFTAR ISI....................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Gambaran Singkat tentang Sekolah.............................................
B. Profil Mahasiswa .........................................................................
BAB II PELAKSANAAN PKM
A. Manfaat Mengikuti PKM............................................................
B. Refleksi Diri.................................................................................
BAB III ULASAN PROSES SELAMA PELAKSANAAN PKM
A. Praktek Mengajar Mata Pelajaran Non Eksakta/Tematik.............
B. Praktek Mengajar Mata Pelajaran Eksakta/Tematik.....................
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan..................................................................................
B. Saran............................................................................................
LAMPIRAN
1. Surat Rekomendasi Kepala Sekolah
2. Surat Kesediaan Menjadi Supervisor 2
3. Lembar Kelengkapan Berkas Tugas Mata Kuliah PKM PGSD
4. Jurnal Pembimbingan
5. RPP Simulasi
a. 1 RPP Simulasi MM (Eksakta) beserta APKG 1 & APKG 2
b. 1 RPP Simulasi PPKN (Non-Eksakta) beserta APKG 1 & APKG 2
6. RPP Praktek
a. 1 RPP Praktek IPA (Eksakta) beserta APKG 1 & APKG 2
b. 1 RPP Praktek PPKN (Non- Eksakta) beserta APKG 1 & APKG 2
7. RPP Eksakta & Non-Eksakta
a. 10 (Sepuluh) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
b. 10 (Sepuluh) Lembar Refleksi
c. 10 (Sepuluh) Lembar Observasi
d. 10 (Sepuluh) APKG 1 & APKG 2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Gambaran Singkat Tentang Sekolah
B. Profil Mahasiswa
BAB II
MANFAAT MENGIKUTI PKM DAN REFLEKSI DIRI
A. Manfaat Mengikuti PKM
Sebagai guru yang telah mengajar di kelas, kegiatan Pemantapan Kemampuan Mengajar (PKM) tetap menjadi bagian penting dalam pengembangan profesional saya. Melalui pelaksanaan PKM, saya memiliki ruang dan kesempatan untuk mengevaluasi kembali praktik pembelajaran yang saya lakukan sekaligus memperbarui pendekatan dan strategi mengajar yang lebih sesuai dengan karakteristik siswa.
PKM menjadi ruang reflektif yang memberi saya waktu untuk meninjau ulang perencanaan pembelajaran, pelaksanaan di kelas, hingga proses penilaian. Saya merasa lebih terstruktur dalam menyusun RPP, lebih sadar dalam memilih metode pembelajaran yang tepat, serta lebih peka terhadap kebutuhan belajar siswa yang beragam. Keadaan ini memperkuat keterampilan pedagogik saya, terutama dalam lingkup Kurikulum Merdeka yang menekankan diferensiasi dan pembelajaran yang berpihak pada siswa.
Kegiatan ini memperluas wawasan saya dalam pengelolaan kelas dan memperdalam pemahaman tentang pentingnya komunikasi yang baik antara guru, siswa, dan orang tua. Melalui kegiatan PKM, saya merasa kemampuan saya sebagai pendidik semakin berkembang, tidak hanya dalam aspek akademik tetapi juga dalam hal sikap profesional, kedisiplinan, dan rasa tanggung jawab terhadap proses belajar siswa.
PKM juga membuat saya lebih disiplin dan bertanggung jawab terhadap tugas yang saya emban. Saya belajar untuk datang tepat waktu, menyiapkan bahan ajar dengan matang, dan mengevaluasi hasil pembelajaran. Semua hal ini sangat membantu saya untuk lebih siap dalam menghadapi dunia kerja sebagai guru di masa depan.
B. Refleksi Diri
Kegiatan Pemantapan Kemampuan Mengajar (PKM) menjadi momentum penting bagi saya untuk merefleksikan kembali praktik mengajar yang telah saya lakukan selama ini. Sebagai seorang guru yang sudah memiliki pengalaman di kelas, terkadang rutinitas mengajar bisa membuat saya terlena pada pola-pola yang sudah biasa saya lakukan. Melalui PKM, saya diajak untuk melihat kembali apakah metode, pendekatan, dan cara saya mengajar masih relevan dan efektif dalam menjawab kebutuhan belajar siswa saat ini.
Salah satu hal yang saya sadari selama PKM adalah pentingnya memperbarui pendekatan pembelajaran secara berkala. Ketika saya merancang dan melaksanakan pembelajaran selama kegiatan ini, saya menemukan bahwa beberapa pendekatan yang biasa saya gunakan perlu disesuaikan, terutama dengan semangat Kurikulum Merdeka yang mendorong pembelajaran yang fleksibel, menyenangkan, dan berpusat pada siswa. Saya pun terdorong untuk mencoba metode yang lebih variatif, seperti penggunaan media konkret, teknik diskusi kelompok kecil, serta pemanfaatan asesmen formatif yang lebih bermakna.
Saya merefleksikan kembali peran saya di kelas, bukan hanya sebagai penyampai materi, tetapi juga sebagai fasilitator dan pembimbing. Saya belajar untuk lebih banyak memberi ruang bagi siswa dalam mengungkapkan pendapat, bertanya, dan menunjukkan pemahaman mereka dengan cara yang berbeda-beda. Saya juga semakin menyadari bahwa setiap siswa memiliki cara belajar dan kecepatan yang tidak sama, sehingga pendekatan diferensiasi sangat dibutuhkan.
Refleksi ini juga membuat saya lebih terbuka terhadap masukan. Selama kegiatan PKM, saya mendapat banyak saran dari guru pamong dan teman sejawat yang sangat membantu dalam memperbaiki cara saya menyampaikan materi, mengelola waktu, serta menciptakan suasana kelas yang kondusif. Saya menyadari bahwa masukan tersebut bukan bentuk kritik, tetapi peluang untuk tumbuh dan berkembang sebagai guru profesional.
Saya juga merenungkan pentingnya penguatan karakter dalam pembelajaran. Beberapa pertemuan, saya melihat bagaimana pembiasaan sikap saling menghargai, kerja sama, dan rasa ingin tahu dapat terbentuk melalui interaksi di kelas. Keadaan ini menjadi pengingat bahwa tugas saya tidak hanya mengajar materi pelajaran, tetapi juga membentuk karakter dan kebiasaan baik pada siswa.
Melalui proses reflektif ini, saya merasa semakin terdorong untuk terus belajar, memperbaiki diri, dan menyesuaikan pembelajaran dengan perkembangan zaman dan kebutuhan siswa. PKM bukan sekadar kewajiban akademik, tetapi sebuah proses pembelajaran bermakna bagi saya pribadi untuk menjadi guru yang tidak hanya menguasai materi, tetapi juga mampu mendampingi siswa tumbuh dengan utuh.
BAB III
ULASAN DARI PROSES SELAMA MELAKSANAKAN PKM
A. Praktek Mengajar Mata Pelajaran Non Eksakta/Tematik
Pada hari Rabu, tanggal 23 Mei 2025, pukul 13.00–14.00 WITA, dilakukan praktik mengajar Bahasa Indonesia kelas 2 di MI Al-Izzah, Tarakan. Materi yang diajarkan berjudul “Mari Hidup Rukun dalam Keberagaman”, dengan fokus pada kemampuan menulis paragraf sederhana. Pembelajaran dimulai dengan mengajak siswa berdiskusi tentang pengalaman bermain dengan teman yang berbeda latar belakang. Guru bertanya, “Siapa yang punya teman berbeda suku atau kebiasaan di kelas kita? Bagaimana kalian bermain bersama mereka?” Seorang siswa bernama Rani menjawab dengan semangat, “Aku sering main lompat tali dengan teman yang dari suku berbeda. Kadang kami beda pendapat, tapi nanti kami berdamai dan main lagi.”
Guru menanggapi, “Bagus sekali, Rani. Itu contoh hidup rukun yang nyata. Kita harus selalu saling menghargai, ya.” Cerita itu membuat siswa lain mulai antusias berbagi pengalaman, sehingga suasana kelas menjadi hidup dan penuh kehangatan. Selanjutnya, diberikan contoh paragraf sederhana tentang hidup rukun yang dibuat dari cerita-cerita nyata sehari-hari, seperti membantu teman yang kesulitan atau berbagi makanan saat istirahat. Guru bertanya, “Apa kalian tahu apa itu paragraf?” Seorang siswa menjawab, “Kalimat-kalimat yang disusun jadi cerita.” Penjelasan tentang ciri paragraf yang terdiri dari kalimat saling berkaitan disampaikan secara jelas.
Saat siswa mulai menulis secara berkelompok, guru mengamati dan membantu. Ada momen lucu ketika salah satu kelompok menulis kalimat urutannya jadi kacau. Guru bertanya, “Kenapa kalimat ini seperti itu, ya? Bisa jelaskan dulu ceritanya?”. Pada sesi membacakan hasil tulisan, guru memberi semangat, “Siapa yang mau coba baca hasil kelompoknya?” Seorang siswa maju dengan sedikit malu dan mulai membaca. Pujian diberikan, sehingga suasana menjadi lebih cair. Pembelajaran diakhiri dengan refleksi, “Kenapa kita harus hidup rukun, ya?” Seorang siswa menjawab, “Supaya kita semua senang dan tidak berkelahi.” Guru mengangguk setuju.
Pengalaman mengajar ini sesuai dengan pendapat Riyanti et al., (2022) yang menyatakan bahwa pembelajaran bahasa yang efektif adalah yang mengaitkan materi dengan pengalaman nyata siswa, sehingga siswa dapat memahami dan mengaplikasikan materi secara kontekstual. Selain itu, menurut Slameto (2018), pembelajaran menulis harus melibatkan interaksi aktif dan komunikasi antara guru dan siswa agar proses pembelajaran lebih hidup dan bermakna. Berdasarkan pengalaman ini terlihat bahwa mengaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari dan memberi ruang bagi siswa untuk bercerita membuat pembelajaran lebih menarik dan meningkatkan keberanian siswa untuk mengekspresikan gagasan secara tertulis.
B. Praktek Mengajar Mata Pelajaran Eksakta/Tematik
1. Praktek Mengajar Mata Pelajaran Matematika di Kelas 1
Pada hari Rabu, tanggal 7 Mei 2025, pukul 08.00–09.00 WITA, dilakukan pembelajaran Matematika di kelas 1 MI Al-Izzah, Tarakan. Materi yang dibawakan adalah penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai 20. Suasana kelas pagi itu cukup semangat, sebagian besar siswa tampak antusias begitu mendengar akan ada permainan berhitung. Pembelajaran diawali dengan menyanyikan lagu bilangan secara ceria, lalu dilanjutkan dengan permainan “pasangan angka”. Setiap siswa diminta mencari pasangan bilangan yang jika dijumlahkan hasilnya 10, 15, dan 20. Anak-anak tampak bersemangat saat mendengar instruksi, “Coba cari teman yang angkanya kalau digabung hasilnya 15!” Seorang siswa berteriak, “Aku 9! Siapa 6?!” Seorang lainnya menyahut, “Aku 6! Ayo sini kita gabung!” Suasana kelas pun menjadi dinamis dan penuh interaksi.
Setelah kegiatan awal, siswa diajak untuk menyusun soal sendiri menggunakan kartu angka. Misalnya, satu kelompok membuat soal: “12 – 7 = ?” dan diminta menjelaskan bagaimana mendapat jawabannya. Saat diminta menjelaskan, seorang siswa berkata polos, “Karena aku ngitung pakai jari, dari 7 sampai 12 itu lima jari.” Salah satu tantangan muncul saat beberapa siswa bingung mengurangi bilangan dari angka belasan. Untuk membantu, digunakan media konkret berupa stik es krim. Saat mengurangi 14 – 6, seorang siswa menghitung satu per satu stik dengan suara pelan, lalu berkata pelan, “Sisanya delapan, Bu.” Dukungan diberikan dengan pujian, “Bagus, cara menghitungmu sudah benar.” Pemahaman konsep matematika pada anak usia dini akan lebih optimal jika diawali melalui tahap enaktif, yaitu penggunaan benda konkret. Itulah sebabnya alat bantu seperti stik atau gambar visual sangat efektif digunakan dalam pembelajaran operasi bilangan sederhana.
Setelah sesi latihan mandiri, beberapa siswa diminta maju ke depan untuk menyelesaikan soal di papan tulis. Seorang siswa tampak ragu saat mengerjakan 18–9, lalu teman di sampingnya memberi semangat, “Coba hitung pelan-pelan, kamu pasti bisa!” Ketika jawaban benar diberikan, kelas pun bersorak kecil dan guru memberi pujian. Kegiatan diakhiri dengan refleksi ringan, “Apa yang paling disuka saat belajar tadi?” Seorang siswa menjawab, “Main cari teman angka, seru!” Yang lain berkata, “Suka pakai stik, jadi bisa lihat angkanya.” Jawaban-jawaban ini menunjukkan keterlibatan aktif dalam pembelajaran yang menyenangkan.
Teori Piaget (1970) memperkuat bahwa anak usia dini berada pada tahap operasional konkret, sehingga belajar akan lebih efektif jika diberikan dalam bentuk aktivitas langsung yang dapat mereka lihat, sentuh, dan rasakan. Proses belajar bukan sekadar menghafal, tetapi memahami melalui pengalaman nyata. Dari kegiatan ini terlihat bahwa penggunaan pendekatan konkret, suasana belajar yang interaktif, serta keterlibatan emosional siswa dalam proses belajar dapat meningkatkan pemahaman konsep dasar penjumlahan dan pengurangan secara bermakna.
2. Praktek Mengajar Mata Pelajaran Matematika di Kelas 3
Pembelajaran Matematika di kelas 3 MI Al-Izzah Tarakan dilaksanakan dalam dua pertemuan, yaitu Rabu 7 dan 14 Mei 2025, pukul 13.00–14.00 WITA. Materi yang dipelajari adalah unsur-unsur bangun datar, seperti sisi, sudut, dan titik sudut. Kegiatan diawali dengan pengamatan objek di sekitar kelas. Anak-anak menyebut bentuk papan tulis, jendela, dan permukaan meja. Metode ini membuat siswa tertarik karena merasa akrab dengan benda-benda yang diamati. Pemahaman konsep pun menjadi lebih mudah dipahami karena berkaitan langsung dengan kehidupan sehari-hari.
Siswa kemudian diberikan potongan kertas berbentuk persegi, segitiga, dan lingkaran untuk diamati dan dihitung unsur-unsurnya. Ketika menemukan lingkaran tidak memiliki sudut, seorang siswa bertanya, “Kalau lingkaran nggak punya sudut, berarti dia beda ya dari yang lain?” Pertanyaan ini memunculkan diskusi ringan yang memperkaya pembelajaran. Pendekatan ini sesuai dengan teori kontemporer pembelajaran matematika yang disampaikan oleh Sarama dan Clements (2016), yang menekankan pentingnya penggunaan media konkret dan visualisasi dalam membantu siswa memahami konsep geometri dasar secara bertahap dan bermakna. Mereka menekankan bahwa pengalaman langsung melalui manipulatif dapat memperkuat proses berpikir spasial pada anak usia sekolah dasar. Selama proses berlangsung, siswa terlibat aktif, banyak berdiskusi dan saling berbagi pendapat. Pembelajaran terasa hidup, penuh interaksi, dan tetap fokus pada pemahaman materi.
3. Praktek Mengajar Mata Pelajaran Matematika di Kelas 4
Pembelajaran Matematika di kelas 4 MI Al-Izzah dilaksanakan pada hari Rabu, 12 Mei 2025, pukul 13.00–14.00 WITA. Materi yang dibahas adalah penyajian data dalam bentuk diagram batang mendatar. Untuk membuka pembelajaran, siswa diajak melakukan pengumpulan data sederhana melalui survei cepat tentang makanan kesukaan di kelas. Hasilnya dicatat dalam bentuk tabel, lalu dikembangkan menjadi diagram batang.
Proses menggambar diagram dilakukan secara bertahap. Pertama-tama, siswa menyalin data dari tabel, kemudian menentukan skala, dan terakhir menggambar batang mendatar sesuai jumlah suara. Setelah itu, siswa dibimbing menyajikan data tersebut ke dalam diagram batang. Beberapa siswa awalnya tampak ragu. Seorang anak bertanya, “Kalau jumlahnya lima, berarti batangnya sampai angka lima, ya Bu?” Pertanyaan itu menandai titik pemahaman awal yang kemudian berkembang saat mereka mulai mengerjakan secara mandiri. Proses ini mengundang banyak tanya-jawab yang mencerminkan ketertarikan dan pemahaman bertahap mereka terhadap konsep visualisasi data.
Pendekatan pembelajaran visual seperti ini sangat sesuai dengan pandangan Paivio (2018), yang menyatakan bahwa pembelajaran akan lebih efektif bila informasi disajikan secara verbal dan visual secara bersamaan. Ketika siswa melihat dan membuat diagram batang, otak mereka mengolah informasi dalam dua sistem representasi, yakni kata dan gambar dapat saling memperkuat pemahaman konsep. Melalui suasana kelas yang aktif dan kolaboratif, siswa menunjukkan antusiasme tinggi. Mereka tidak hanya mampu menyajikan diagram dengan benar, tetapi juga dapat menarik kesimpulan dari data yang disajikan. Pembelajaran menjadi bermakna karena melibatkan pengalaman langsung yang dekat dengan dunia mereka.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
Pelaksanaan kegiatan Pemantapan Kemampuan Mengajar (PKM) memberikan pengalaman yang sangat berharga dalam proses pembentukan kompetensi sebagai pendidik. Selama kegiatan praktik mengajar berlangsung, terlihat dengan nyata bahwa teori yang diperoleh selama perkuliahan tidak akan bermakna maksimal tanpa adanya pengalaman langsung di lapangan. Melalui praktik ini, dapat dipahami betapa pentingnya kesiapan dalam segala aspek, mulai dari penguasaan materi, perencanaan pembelajaran, manajemen kelas, hingga cara berkomunikasi dengan siswa yang memiliki karakteristik dan latar belakang berbeda. Pengalaman berinteraksi langsung dengan peserta didik membuka wawasan bahwa proses belajar-mengajar di ruang kelas tidak selalu berjalan sesuai rencana, namun justru dari dinamika itulah kemampuan reflektif dan adaptif sebagai guru mulai terbentuk.
Praktik ini juga melatih keterampilan berpikir cepat dalam menyelesaikan tantangan di kelas. Misalnya, saat beberapa siswa mengalami kesulitan memahami materi, dibutuhkan strategi spontan untuk menjelaskan ulang dengan cara yang lebih sederhana. Hal-hal seperti inilah yang tidak akan sepenuhnya dipahami tanpa turun langsung ke dalam praktik. Praktik ini juga memperkuat pemahaman bahwa mengajar bukan sekadar mentransfer pengetahuan, tetapi juga membangun kedekatan emosional dan menciptakan suasana belajar yang positif.
Terkait pelaksanaan PKM, ada beberapa saran yang patut dipertimbangkan untuk penyempurnaan di masa mendatang. Pertama, mahasiswa sebaiknya diberi lebih banyak waktu untuk observasi sebelum mengajar agar lebih memahami kondisi kelas secara menyeluruh. Kedua, pembekalan sebelum praktik bisa diperkuat dengan pelatihan microteaching berbasis studi kasus atau simulasi kelas nyata agar mahasiswa lebih siap menghadapi beragam situasi. Ketiga, sinergi antara pihak kampus, dosen pembimbing, dan sekolah mitra perlu diperkuat agar informasi dan teknis pelaksanaan di lapangan dapat berjalan lebih terstruktur dan jelas.
Rencana ke depan, hasil refleksi dari kegiatan PKM ini akan menjadi bahan perbaikan dalam mengembangkan kompetensi sebagai guru. Ada banyak hal yang masih perlu ditingkatkan, seperti pemilihan metode ajar yang lebih variatif dan kreatif, penggunaan media pembelajaran yang menarik dan relevan dengan kondisi siswa, serta peningkatan kemampuan komunikasi agar setiap siswa merasa diperhatikan dalam proses belajar. Juga penting untuk terus melatih kesabaran, empati, dan kemampuan mendengar, karena pendidikan bukan hanya soal kognitif, tapi juga menyangkut sisi afektif dan sosial anak. Berdasarkan pengalaman dari PKM ini, muncul kesadaran bahwa menjadi guru bukan hanya profesi, tetapi juga panggilan hati yang menuntut keikhlasan, ketekunan, dan semangat untuk terus belajar. Diharapkan kegiatan ini menjadi fondasi awal yang kuat untuk menjadi pendidik yang tidak hanya kompeten secara akademis, tetapi juga peka terhadap kebutuhan dan perkembangan siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Paivio, A. (2018). Mind and its evolution: A dual coding theoretical approach. Psychology press.
Piaget, J. (1970). Science of education and the psychology of the child. Orion.
Riyanti, A., Hidayati, N., Soulisa, I., Rosfiani, O., Khadijah, I., Wahyuni, R. S., Rahmawati, Y., Chadijah, S., Sutisnawati, A., & Ihsan, M. (2022). Strategi pembelajaran bahasa Indonesia. Penerbit Widina.
Sarama, J., & Clements, D. H. (2016). Early childhood mathematics education research: Learning trajectories for young children. Routledge.
Slameto. (2018). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Rineka Cipta.
Untuk tindak lanjut silahkan : klik DOWNLOAD atau hub. (WA) 081327121707-(WA) 081327789201 terima kasih







0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan berkomentar, hindari unsur SARA.
Terima kasih