UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATERI BILANGAN 1 SAMPAI DENGAN 10 MENGGUNAKAN PERAGA BENDA KONKRET SISWA KELAS I SD NEGERI ..................... SEMESTER 1 TAHUN PELAJARAN 2018/2019
…………………………….
1Pendidikan Guru Pendidikan Sekolah Dasar, FKIP, Universitas Terbuka
2 Prodi, Fakultas, Perguruan Tinggi
e-mail : …………………………………………..
ABSTRAK
Rendahnya motivasi pada pembelajaran matematika materi bilangan 1 sampai dengan 10 berimplikasi pada rendahnya hasil belajar siswa kelas I SDN ................ semester 1 tahun pelajaran 2018/2019. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan melalui 2 Siklus dan dilaksanakan dengan 2 pertemuan. Subjek penelitian sebanyak siswa 16 orang,terdiri dari 8 siswa laki-laki dan 8 siswa perempuan. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik observasi, dokumentasi dan tes. Teknik analisis data menganalis kuantitatif dengan menggunakan teknik diskriptif komparatif yaitu dengan membandingkan skor nilai tes kondisi awal, tes siklus I dan tes siklus II.Hasil penelitian menunjukkan terjadi peningkatan hasil belajar matematika peserta didik dari tiap-tiap siklus. Peningkatan motivasi belajarmengalami peningkatan dari kondisi awal hanya 5 siswa atau 31,25, siklus pertama 56,25% atau 9 siswa, meningkat menjadi 100% pada siklus kedua, sedangkan hasil belajar siswa pada studi awal hanya 56,25 meningkat menjadi 66,43pada siklus pertama dan 77,50 pada siklus terakhir dengan ketuntasan belajar dari 4 siswa atau 25,00% menjadi 8 siswa atau 50,00% dan 15 siswa atau 93,75% pada siklus terakhir.Kesimpulannya adalah pemanfaatan alat peraga benda konkrit terbukti dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas I SDN ................ semester 1 tahun pelajaran 2018/2019.
Kata kunci : motivasi, hasil belajar, benda konkrit
PENDAHULUAN
Pendidikan adalah sebuah investasi jangka panjang yang memerlukan usaha dan dana yang cukup besar, hal ini diakui oleh semua orang, juga oleh suatu bangsa demi kelangsungan masa depannya. Demikian halnya dengan Indonesia, menaruh harapan yang sangat besar terhadap pendidikan dalam perkembangan masa depan bangsa ini, karena dari sanalah bangsa menaruh masa depan tunas-tunas muda harapan bangsa sebagai generasi penerus akan dibentuk
Terkait dengan mutu pendidikan khususnya pendidikan pada jenjang Sekolah Dasar (SD) sampai saat ini masih jauh dari apa yang kita harapkan. Melihat kondisi rendahnya prestasi atau hasil belajar siswa tersebut beberapa upaya kami lakukan dalam penelitian ini. salah satunya adalah ketrampilan menggunakan alat ukur. Dengan harapan siswa dapat benar-benar menguasai materi. Selain itu upaya yang akan lakukan yaitu penggunaan alat peraga benda-benda kongkrit dan untuk menyampaikan meteri tentang pengukuran kepada siswa diharapkan siswa dapat meningkatkan aktifitas belajarnya, sehingga diharapkan siswa mampu meningkatkan hasil belajar atau prestasi siswa.
Kriteria Ketuntasan Minimal pelajaran matematika di SDN ..................... adalah 70. Namun kenyataannya dari hasil evaluasi belajar siswa sangatlah memprihatinkan. Setelah melaksanakan evaluasi pelajaran matematika materi membilang bilangan 1 sampai dengan 10 diperoleh hasil 3 siswa atau 321,43% dinyatakan tuntas belajarnya sedangkan 11 siswa atau 78,57% masih di bawah KKM dengan perolehan nilai tertinggi 80 dan terrendah 40.
Berdasarkan nilai kegiatan awal penelitian, setelah dianalisis ternyata ditemukan beberapa hal yang menyebabkan nilai ulangan harian Metematika sangat rendah diantaranya adalah pembelajaran matematika di kelas yang dilaksanakan oleh guru masih bersifat konvensional. Dalam pembelajaran matematika masih terlalu informatif di bawah dominasi guru, sehingga matematika dianggap sebagai pelajaran yang membosankan. Kecenderungan pembelajaran matematika di SDN ..................... adalah: siswa hanya mempelajari matematika sebagai produk, menghafalkan konsep, dan teori. Pembelajaran yang digunakan dalam kelas adalah menggunakan metode ceramah dan peran siswa masih kurang, sehingga menyebabkan siswa hanya pasif dalam proses belajar mengajar. Dalam proses belajar mengajar matematika guru juga belum memanfaatkan media belajar atau alat peraga secara optimal, hal ini menjadikan siswa kesulitan dalam penguasaan materi pembelajaran matematika yang disampaikan oleh guru. Tidak optimalnya guru dalam penggunaan media pembelajaran dikarenakan banyak media alat peraga yang dimiliki sekolah sudah rusak atau hilang.
Melody Hughes (1999) menyatakan bahwa “Teachers need to use teaching aids to teach math effectively. The most effective teaching aids are manipulatives such as cubes, counters, pattern blocks, geoboards, place values blocks and plastic money. Students enjoy using manipulatives and, with proper instruction, can use the manipulatives to understand and master math concepts.” Guru perlu menggunakan alat peraga untuk mengajar matematika secara efektif. Alat bantu pengajaran yang paling efektif adalah manipulatif seperti kubus, counter, blok pola, geoboards, nilai tempat blok dan uang plastik. Siswa menikmati menggunakan manipulatif dan, dengan instruksi yang tepat, dapat menggunakan manipulatif untuk memahami dan menguasai konsep-konsep matematika
Cara berfikir konkret berpijak pada pengalaman-pengalaman akan benda-benda konkret atau nyata, bukan berdasarkan pengetahuan atau konsep konsep abstrak. Menurut Piaget dalam Slamet Suyanto (2005: 128) pentingnya obyek nyata untuk belajar pada anak usia dini, karena anak usia dini dalam proses beralih dari fase Pra-operasional ke fase konkret operasional. Pada fase praoperasional, belajar terbaik anak dari benda-benda konkret atau nyata yang dapat diindera oleh anak. Benda konkret atau nyata bisa juga disebut benda asli.
Menurut Sungkono (2007: 28) benda konkret atau benda asli pada dasarnya yaitu, “Benda yang digunakan supaya kegiatan belajar berlangsung dalam lingkungan yang sangat mirip dengan kondisi yang sebenarnya, sehingga proses pembelajarannya dapat lebih efektif”. Sedangkan menurut Amir Hamzah Sulaiman (1985: 135) bahwa yang disebut benda asli adalah benda dalam keadaan sebenarnya dan seutuhnya. Pembelajaran akan mudah dimengerti dan lebih baik tinggal dalam ingatan jika dipelajari melalui hubungannya dengan benda sebenarnya
Penggunaan benda konkret dalam pembelajaran matematika misalnya pada pengenalan angka sangat baik karena angka bersifat abstrak dan sulit dipahami anak-anak. Memahami angka yang bersifat abstrak sebaiknya menggunakan benda-benda konkret yang sudah dikenal oleh anak. Menurut Sungkono (2007: 33) benda konkret yang akan dimanfaatkan terlebih dahulu harus dipilih secara cermat dan sedapat mungkin pilihlah yang paling cocok. Disamping itu perlu disesuaikan dengan karakteristik anak seperti taraf berfikir, pengalaman, jumlah anak, dan gaya belajarnya
Menurut Mc. Donald, yang dikutip Oemar Hamalik (2003:158) motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Dengan pengertian ini, dapat dikatakan bahwa motivasi adalah sesuatu yang kompleks Menurut A. Tabrani Rusyam yang memberikan pengertian: “Motivasi merupakan penggerak tingkah laku ke arah suatu tujuan dengan didasari oleh adanya suatu keinginan /kebutuhan.” (A. Tabrani Rusyam, 1989. 99) Sedangkan Wahjosumidjo memberikan suatu definisi: “Motivasi adalah suatu proses psikologi yang mencerminkan interaksi antara sikap, kebutuhan, persepsi, dan keputusan yang terjadi pada diri seseorang untuk bertingkah laku dalam rangka memenuhi kebutuhan yang dirasakan.” (Wahjosumidjo, 1987. 174)
METODE
PTK adalah sebuah program yang membantu meningkatkan kualitas pembelajaran menggunakan empat langkah utama yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Pentahapan pelaksanaan kegiatan penelitian di sini memberikan kesempatan kepada guru untuk merefleksikan persoalan yang menjadi kendala di kelas yang dikelolanya dan mencari solusi yang tepat. Dari sinilah penelitian tindakan kelas akan dimulai dan memberikan kesempatan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Gambar 1 di bawah ini memberikan penjelasan rinci mengenai daur siklus PTK yang sangat bermanfaat. Dengan memahami daur siklus PTK, kita dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan mencapai hasil yang lebih baik. Mari kita pelajari dengan semangat dan optimisme sebagaimana gambar berikut :

Gambar 1
Daur PTK (dimodifikasi dari Arikunto, 2020 : 46)
Penjelasan kegiatan pada setiap siklus pelaksanaan penelitian perbaikan pembelajaran sebagaimana diuraikan di bawah ini.
1. Siklus I
a. Perencanaan
Tahap perencanaan pada siklus I ini antara lain
terdiri atas (1)
merancang rencana
pembelajaran siklus I materi bilangan 1 sampai dengan 10, (2) menjelaskan materi
dengan menggunakan peraga benda konkrit, (3) pembuatan lembar soal evaluasi dan lembar
kerja siswa yang berupa soal untuk mengetahui kemampuan siswa memahami materi, dan (4) pembuatan lembar
observasi yang akan digunakan untuk mengobservasi/ mengamati KBM mata pelajaran
matematika dengan alat peraga benda konkrit.
b. Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan di lapangan meliputi : (1) membuka pelajaran meliputi apersepsi, tujuan pembelajaran dan materi yang akan dipelajari, (2) guru menjelaskan materi bilangan 1 sampai dengan 10, (3) guru membagi siswa secara berkelompok (setiap kelompok 4 siswa) untuk berdiskusi, (4) guru menjelaskan tentang cara menjawab lembar kerja siswa yang berbentuk soal untuk didiskusikan dengan kelompok masing masing, (4) pelaporan hasil diskusi (kelompok diskusi), perwakilan dari tiap kelompok diskusi untuk mengerjakan LKS yang berupa soal di depan kelas untuk mengisi kolom yang telah disiapkan, (5) membahas hasil diskusi siswa secara bersama-sama, (6) melakukan tanya jawab dengan guru tentang materi yang belum dipahami, (7) guru bersama siswa menyimpulkan hasil pembelajaran yang telah dilakukan, (8) guru membagikan soal tertulis (isian) untuk dikerjakan secara individu, sebagai sarana pengukuran tingkat pemahaman dan tingkat keberhasilan belajar siswa, (9) pemantapan dan tindak lanjut dengan mendorong siswa untuk menginternalisasikan konsep, pengetahuan, dan keterampilan yang diperoleh dalam kegiatan sehari-hari dan menyisipkan pesan moral mengenai ciptaan Tuhan YME, sikap dan kerjasama..
c. Pengamatan
Observasi atau pengamatan dilakukan saat PBM berlangung dalam mata pelajaran Matematika dengan menggunakan peraga benda konkrit. Observasi akan dilakukan oleh guru kelas I saat peneliti melaksanakan pembelajaran. Observasi dilakukan untuk mengetahui jalannya kegiatan pembelajaran dan digunakan untuk pedoman pelaksanaan perbaikan pada tahap berikutnya
d. Refleksi
Analisa dari penelitian yang akan dilakukan dengan menggunakan hasil tes belajar siswa pada mata pelajaran Matematika materi bilangan 1 sampai dengan 10 dengan menggunakan alat peraga benda konkret. Hasil tes belajar peserta didik dari kondisi awal dan hasil belajar pada siklus I. Hasil tes peserta didik digunakan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika. Analisa juga akan menggunakan hasil observasi proses pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus tiap kali pertemuan. Hasil observasi digunakan untuk menganalisis kekurangan dari pelaksanaan pembelajaran dengan peraga benda konkrit. Dari kekurangan pembelajaran pertemuan pertama digunakan untuk menentukan kegiatan perbaikan pada kegiatan pembelajaran pertemuan kedua dan seterusnya.
2. Siklus II
Setelah siklus pertama selesai, jika hasil belum memenuhi indikator pencapaian yang diharapkan, maka dilanjutkan siklus ke II. Pada siklus II, kegiatan pembelajaran akan dilakukan sama seperti pada siklus I. Waktu pelaksanaan akan disesuaikan dengan alokasi waktu yang tersedia. Pada siklus II, perencanaan yang dilakukan sama dengan perencanaan pada siklus I, diantaranya merancang RPP dengan pokok bahasan bilangan 1 sampai dengan 10 dengan menggunakan alat peraga benda konkrit sesuai dengan materi yang akan diajarkan, membuat soal evaluasi berupa soal isian, membuat lembar observasi ( sama dengan lembar observasi siklus I).
Tindakan dalam siklus II dilaksanakan sesuai dengan RPP yang telah dibuat dengan pembelajaran menggunakan alat peraga benda konkrit. Observasi dalam siklus II dilakukan oleh guru kelas I untuk mengetahui jalannya kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan alat peraga benda konkrit peraga benda konkrit. Setelah dilaksanakan tindakan dan observasi dilanjutkan dengan refleksi untuk mengetahui hasil yang didapat setelah dilakukan tindakan. Siklus II merupakan penyempurnaan dari kelemahan pada siklus sebelumnya
Penelitian ini memiliki metode analisis data yang sangat terstruktur dan terukur. Data kuantitatif yang diperoleh dari prestasi belajar siswa (pre test dan post test) dihitung menggunakan persentase dengan akurat. Hal ini memungkinkan untuk mengukur peningkatan ketuntasan belajar siswa secara individual dan klasikal dengan sangat baik. Dengan menggunakan rumus yang tepat, hasil analisis data ini akan memberikan gambaran yang positif tentang prestasi belajar siswa. Analisis dilakukan dengan menggunakan rumus untuk menghitung ketuntasan individual dan ketuntasan klasikal.
a. Data peningkatan motivasi belajar peserta didik
Adapun perhitungan persentase motivasi peserta didik dalam mengikuti pembelajaran adalah sebagai berikut:
![]()
b. Data mengenai hasil belajar
Data mengenai hasil belajar diambil dari kemampuan kognitif peserta didik dalam memecahkan masalah dianalisis dengan menghitung rata-rata nilai ketuntasan belajar.
1) Menghitung rata-rata
Untuk menghitung nilai rata-rata digunakan rumus:
![]()
Keterangan:
x = rata-rata nilai
Σx = Perolehan Nilai
N = Nilai Maksimal
2) Menghitung ketuntasan klasikal
Data yang diperoleh dari hasil belajar dapat ditentukan ketuntasan belajar klasikal menggunakan analisis deskriptif persentase dengan perhitungan:

Kriteria yang digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan melalui upaya perbaikan pembelajaran sebagai berikut :
1. Siswa dinyatakan tuntas belajarnya apabila menguasai 85% materi pembelajaran dengan mendapat nilai 68.
2. Pembelajaran dinyatakan berhasil apabila peningkatan motivasi belajar siswa mencapai angka 85% dari jumlah seluruh siswa.
3. Ketuntasan belajar siswa dalam pembelajaran dinyatakan berhasil jika 85% jumlah siswa tuntas belajar.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Siswa yang mencapai ketuntasan belajar ( KKM≥68) pada kondisi awal sebanyak 4 peserta didik atau 25,00%, yang belum tuntas sebanyak 12 peserta didik atau 75,00%. Rata-rata nilai pada kondisi awal adalah 56,25. Nilai tertinggi 70 dan Nilai terendah adalah 50. Motivasi belajar apat dilihat bahwa siswa yang mencapai ketuntasan belajar pada kondisi awal sebanyak 5 peserta didik atau 31,25 %, yang belum tuntas sebanyak 11 peserta didik atau 68,75%.
Siswa yang mencapai ketuntasan belajar pada siklus pertama sebanyak 16 peserta didik atau 50,00%, yang belum tuntas sebanyak 8 peserta didik atau 50,00%. Rata-rata nilai pada siklus pertama adalah 66,43. Nilai tertinggi 90 dan Nilai terendah adalah 60. Motivasi belajar dapat dilihat bahwa siswa yang mencapai ketuntasan belajar pada siklus I sebanyak 9 peserta didik atau 56,25 %, yang belum tuntas sebanyak 7 peserta didik atau 43,75%.
Pada siklus kedua sebanyak 15 peserta didik atau 93,75%, yang belum tuntas sebanyak 1 peserta didik atau 6,25%. Rata-rata nilai pada siklus kedua adalah 77,50. Nilai tertinggi 100 dan Nilai terendah adalah 60. Dari penjelasan sebagaimana tersebut di atas menunjukkan bahwa ketuntasan belajar juga telah mencapai kriteria keberhasilan sebesar 85% sehingga proses perbaikan pembelajaran dinyatakan berhasil dan tuntas pada pelaksanaan siklus II. Peningkatan Motivasi belajar mencapai angka 100%. Hal ini menunjukkan bahwa motivasi belajar telah mencapai kriteria keberhasilan sebesar 85% dari jumlah seluruh siswa, sehingga proses perbaikan dinyatakan berhasil dan tuntas pada siklus kedua.
B. Pembahasan Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Hasil analisis data mengenai perolehan nilai tes formatif yang diambil dari pelaksanaan tes setelah pelaksanaan kegiatan pada tiap siklusnya sebagaimana dijelaskan tabel 2 di bawah ini.
Tabel 2
Rekapitulasi Nilai Hasil Tes Formatif Temuan Awal, Siklus I dan Siklus II
|
Kategori |
Kondisi Awal |
Siklus Pertama |
Siklus Kedua |
|||
|
Jumlah |
% |
Jumlah |
% |
Jumlah |
% |
|
|
Tuntas |
4 |
25,00 |
8 |
50,00 |
15 |
93,75 |
|
Belum Tuntas |
12 |
75,00 |
8 |
50,00 |
1 |
6,25 |
|
Jumlah |
16 |
100 |
16 |
100 |
16 |
100 |
|
Nilai terendah |
40 |
50 |
60 |
|||
|
Nilai tertinggi |
80 |
90 |
100 |
|||
|
Rata – rata |
56,25 |
66,43 |
77,50 |
|||
Secara terperinci uraian
pada tabel di atas dapat dilihat pada gambar 2 di bawah ini.
Gambar 2 Grafik Perolehan Nilai Rata-Rata dan Tingkat Ketuntasan pada Kondisi Awal, Siklus I dan II
Penjelasan mengenai motivasi belajar siswa dari kondisi awal sampai dengan siklus kedua dapat dijelaskan bahwa peningkatan motivasi belajar cukup signifikan pada setiap siklusnya, dimana pada kondisi awal hanya 5 siswa atau 31,25, siklus pertama 56,25% atau 9 siswa, meningkat menjadi 100% atau 16 siswa pada siklus kedua yang meningkat motivasi belajarnya dalam pelaksanaan pembelajaran.
Melihat hasil di atas maka peneliti bersama-sama dengan observer menyimpulkan bahwa motivasi belajar mencapai angka 95%. Hal ini menunjukkan bahwa motivasi belajar telah mencapai kriteria keberhasilan sebesar 85% dari jumlah seluruh siswa, sehingga proses perbaikan dinyatakan berhasil dan tuntas pada siklus kedua.
Tabel 3
Rekapitulasi Peningkatan Motivasi Siswa pada Siklus I dan Siklus II
|
No |
Siklus |
Tuntas |
Belum Tuntas |
Ket |
||
|
Jumlah |
% |
Jumlah |
% |
|||
|
1 |
Awal |
5 |
31,25 |
11 |
68,75 |
|
|
2 |
Siklus I |
9 |
56,25 |
7 |
43,75 |
|
|
3 |
Siklus II |
16 |
100,00 |
0 |
0,00 |
|
Secara terperinci uraian pada tabel di atas
dapat dilihat pada gambar 3 sebagaimana tersaji di bawah ini.
Gambar 3
Grafik Tingkat Ketuntasan Motivasi Belajar Siswa Pada Kondisi Awal,
Siklus I dan II
Pembelajaran menggunakan media pembelajaran bermanfaat untuk melengkapi, memelihara dan bahkan meningkatkan kualitas dan proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Penggunaan media dalam pembelajaran akan meningkatkan hasil belajar, meningkatkan aktifitas siswa, meningkatkan motivasi belajar siswa (Sarwono, 2008). Teori di atas selaras dengan penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti. Karena saat peneliti mengajar dengan menggunakan media realita atau alat peraga benda konkrit dapat meningkatkan aktifitas belajar dan hasil belajar peserta didik.
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan Bruner yang mengungkapkan bahwa, ”Dalam proses belajar siswa sebaiknya diberi kesempatan untuk memanipulasi bendabenda (alat peraga). Dengan alat peraga tersebut, siswa dapat melihat langsung bagaimana keteraturan serta pola yang terdapat dalam benda yang sedang diperhatikannya. Keteraturan tersebut kemudian oleh siswa dihubungkan dengan keteraturan intuitif yang telah melekat pada dirinya (Ruseffendi,1994:109). Hal tersebut terlihat dari hasil penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti di SD Negeri ……………… dengan menggnakan alat peraga benda konkrit. Hasil ulangan sebelum menggunakan alat peraga benda konkrit nilai rata-rata kelas dari 56,25 meningkat menjadi 66,43 pada siklus pertama dan 77,50 pada siklus terakhir dengan ketuntasan belajar dari 4 siswa atau 25,00% menjadi 8 siswa atau 50,00% dan 15 siswa atau 93,75% pada siklus terakhir, dan peningkatan motivasi belajar dari kondisi awal hanya 5 siswa atau 31,25, siklus pertama 56,25% atau 9 siswa, meningkat menjadi 100% atau 16 siswa pada siklus kedua.
Peningkatan tersebut terjadi setelah peneliti melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan alat peraga benda konkrit. Dalam pembelajaran matematika menggunakan alat peraga benda konkrit peserta didik terlibat aktif dalam mengikuti proses pembelajaran. Hambatan yang dialami peserta didik dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan alat peraga benda konkrit. Dalam penggunaan alat peraga benda konkrit peserta didik terkadang mengalami kebingungan. Karena benda konkrit yang digunakan sebagai alat peraga merupakan benda yang baru dikenal peserta didik dan peserta didik belum trampil cara penggunaannya. Penggunaan alat peraga benda konkrit belum pernah digunakan sebagai alat peraga dalam pembelajaran matematika di kelas I SD Negeri Pesahangan 03 disini perlu kesabaran dan ketrampilan yang lebih dari guru untuk membimbing dan memotivasi peserta didik dalam proses pembelajaran.
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Penggunaan alat peraga benda konkrit dapat meningkatkan motivasi belajar siswa pada kegiatan pembelajaran. Hal ini dapat dibuktikan bahwa motivasi belajar mengalami peningkatan dari kondisi awal hanya 5 siswa atau 31,25, siklus pertama 56,25% atau 9 siswa, meningkat menjadi 100% pada siklus kedua. Hasil belajar siswa pada studi awal hanya 56,25 meningkat menjadi 66,43 pada siklus pertama dan 77,50 pada siklus terakhir dengan ketuntasan belajar dari 4 siswa atau 25,00% menjadi 8 siswa atau 50,00% dan 15 siswa atau 93,75% pada siklus terakhir dan karena semua kriteria keberhasilan proses pembelajaran telah tercapai pada siklus kedua maka dinyatakan bahwa proses perbaikan pembelajaran selesai dan berhasil pada siklus kedua.
B. Saran dan Tindak Lanjut
Suatu keberhasilan dalam bentukan prestasi belajar tidak bergantung pada orang lain tetapi lebih banyak ditentukan oleh diri sendiri. Untuk itu siswa harus terlibat secara penuh baik secara fisik maupun mental dalam proses belajar mengajar, hal ini akan mempermudah tercapainya tujuan belajar. Dalam proses pembelajaran materi perpangkatan dan akar sederhana diharapkan guru matematika dapat menggunakan metode Inkuiri sebab dapat meningkatkan hasil belajar siswa
Guru perlu menciptakan suasana kelas yang responsif sehingga dapat merangsang siswa untuk dapat mengajukan pertanyaan baik mengenai hal-hal yang belum dipahami maupun mengenai hal-hal yang ingin siswa ketahui. Penguasaan model pembelajaran yang inovatif memungkinkan berkembangnya potensi siswa, guru harus mampu memberi motivator sekaligus menjadi fasilitator bagi siswanya. Hal ini akan merangsang diri siswa sehingga akan mempercepat pemahaman dalam belajar. Penelitian ini akan ditindak lanjuti pada penelitian berikutnya dengan mengintensifkan bimbingan. Di samping itu akan dicobakan pada materi yang mempunyai karakteristik yang sama. Penelitian tindakan kelas mempunyai manfaat yang besar bagi sekolah, guru, maupun pengawas sekolah. Oleh karena itu alangkah baiknya apabila sekolah memberikan kebebasan kepada guru yang akan melaksanakan penelitian tindakan kelas dan bekerja sama dengan teman sejawat dalam satu sekolah maupun sekolah lain atau melalui kelompok kerja guru, sehingga masalah-masalah dalam pembelajaran dapat diatasi bersama yang pada akhirnya kualitas pendidikan akan meningkat.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono. 2000. Pendidikan Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
A.L., Hughes. 199), Psikologi Anak (Children, Play, and Development), Jakarta,. Penerbit Gramedia.
Arikunto, Suharsini. 2006. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta
Dimyati dan Mudjiono. 2007. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Hamalik, Oemar. 2009. Media Pendidikan. Bandung: Citra Aditya Bakti
Joni, Raka. 1992. Peningkatan Mutu Pendidikan Dasar dan Menengah Melalui Strategi Pembelajaran Aktif (Cara Belajar Siswa Aktif) dan Pembinaan Profesional Guru, Kepala Sekolah serta Pembina Lainnya. Jakarta: Rinehart and Wiston.
Martiningsih. 2008. Meletakkan Dasar-dasar Pengalaman Konsep Matematika melalui Permainan Praktis di Kelompok Bermain. Jurnal Pendidikan Penabur - No.15
Ruseffendi, 1994. Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non Eksakta Lainnya. Semarang:IKIP Press.
Sarwono, S.W. 2008. Psikologi Remaja. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Subyantoro. 2009. Penelitian Tindakan Kelas (edisi revisi). Semarang: Undip Press
Sudjana, Nana. 1999. Dasar – Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Sulaiman, Amir Hamzah. 1985. Media Audio-Visual untuk Pengajaran, Penerangan dan Penyuluhan. Jakarta: PT Gramedia
Sungkono. 2007. Peran Benda Asli (Real Object) dan Pemanfaatannya dalam Proses Pembelajaran di Sekolah Dasar. Majalah Ilmiah Pembelajaran nomor 1, Vol 3. Yogyakarta: KTP FIP UNY.
Suprijono, Agus,. 2010. Cooperative Learning. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Suwaningsih, Tiurlina. 2006. Model Pembelajaran Matematika. Bandung. UPI PRESS.
Suyanto, Slamet. 2005, Dasar-Dasar PAUD,Jogyakarta :Hikayat
Wibawa, Basuki. 2001. Media Pengajaran. Bandung: CV. Maulana







0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan berkomentar, hindari unsur SARA.
Terima kasih