Menerima Pembuatan TESIS-SKRIPSI-PKP UT, Silahkan Baca Cara Pemesanan di bawah ini

Lencana Facebook

banner image

Thursday, 18 July 2013

PTK TAMAN KANAK-KANAK

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Taman Kanak-kanak merupakan pendidikan pra sekolah di jalur Pendidikan formal. Sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2003 Pasal 28 ayat (2) yang berbunyi “ Pendidikan Usia Dini dapat diselenggarakan melalui pendidikan formal, non formal atau informal”. Berdasarkan pasal tersebut jelas bahwa pendidikan anak usia dini juga menjadi tanggungjawab pemerintah dan masyarakat secara melembaga resmi / pemerintah maupun non pemerintah. Ditegaskan pada ayat ( 3 ) bahwa Pendidikan Usia Dini pada jalur pendidikan formal berbentuk Taman Kanak- kanak ( TK ), Raudlatul Athfal ( RA ) atau bentuk lain yang sederajat.
Anak TK tergolong anak usia pra sekolah yakni 4 – 6 tahun. Pada masa ini merupakan masa peka bagi anak yakni anak mulai sensitif untuk menerima berbagai perkembangan seluruh potensi yang dimilikinya. Perkembangan kecerdasan anak mengalami peningkatan dari 50 % menjadi 80 %. Masa ini juga merupakan masa untuk meletakkan dasar pertama dalam mengembangkan kemampuan fisik, kognitif, bahasa, seni, sosial emosional, disiplin, kemandirian, moral dan nilai agama. Oleh sebab itu, dibutuhkan kondisi dan stimulasi yang sesuai dengan kebutuhan anak agar pertumbuhan dan perkembangan anak tercapai secara optimal.
Anak taman kanak-kanak adalah anak yang sedang berada dalam rentang usia 4-6 tahun, yang merupakan sosok individu yang sedang berada dalam proses perkembangan. Perkembangan anak merupakan proses perubahan perilaku dari tidak matang menjadi matang, dari sederhana menjadi kompleks, suatu proses evolusi manusia dari ketergantungan menjadi makhluk dewasa yang mandiri. Perkembangan anak adalah suatu proses perubahan dimana anak belajar menguasai tingkat yang lebih tinggi dari aspek-aspek : gerakan, berpikir, perasaan, dan interaksi baik dengan sesama maupun dengan benda-benda dalam lingkungan hidupnya.
Para ahli banyak yang menyatakan otak kanan dan otak kiri harus bisa berkoordinasi dengan baik. Hal ini sangat diperlukan dalam mengembangkan dan memaksimalkan fungsi otak. Kecerdasan otak kiri yang mengandalkan logika sangat penting dalam kehidupan manusia, tetapi tanpa disertai dengan kecerdasan otak kanan, orang tidak inovativ dan kreatif. Imajinasi, daya cipta, perasaan merupakan fungsi otak kanan, yang sangat menentukan kreativitas manusia. Untuk melatih koordinasi otak ini sebagian orang ada yang melatih diri dengan musik, melukis, dan cara lainnya. Salah satu cara untuk mengembangkan kreativitas anak misalnya melalui seni. Dengan seni, anak bisa diberi kesempatan untuk berkreasi, berimajinasi, mencipta, menghargai, dan tentu juga mengembangkan pribadinya. (Jordan E. Ayan, 2002:40).
Kekuatan kesenian sebagian berasal dari kemampuannya membawa kita keluar dari kehidupan sehari-hari. Kesenian mendorong kita berpikir dengan cara yang sama sekali baru. Kesenian visual menggunakan gambar, bentuk, warna, dan ruang untuk menyampaikan setumpuk gagasan lewat ruang yang sempit dan dalam waktu singkat. Kesenian dapat digunakan sebagai alat untuk mendorong kreativitas dalam berbagai bidang (Jordan E. Ayan, 2002:182).
Para seniman sudah lama tahu bahwa ada warna-warna tertentu yang membuat kita merasa penuh energi, sementara warna lain punya efek menenangkan. Demikian juga, para perancang masa kini menggunakan warna, dengan cara yang jauh lebih canggih, untuk menciptakan lingkungan khusus bagi pembelajaran, penyembuhan, tidur, dan banyak kegiatan lain. Ada beberapa cara dasar penggunaan warna untuk menciptakan lingkungan kreatif. (Jordan E. Ayan, 2002:106).
Pada umur 2-3 tahun anak telah mengenal warna dasar walaupun belum lengkap, hal ini perlu dibantu untuk membantu kreativitas anak di kemudian hari (Shahib, 2003:63) Pengenalan warna pada anak adalah sebagai modal utama untuk melakukan aktivitas dari respon alami dari luar yang terdapat pada jiwa anak. Seperti yang telah kita ketahui bahwa kehidupan manusia tidak lepas dari unsur warna, karena warna selalu ada di manapun manusia itu bergerak, sehingga secara tidak langsung warna mempengaruhi kejiwaan termasuk anak.
Dari warna manusia dapat memperoleh motivasi ekstrinsik yaitu motivasi yang keluar dari diri manusia itu sendiri. Peranan warna dalam membangkitkan motivasi ekstrinsik dapat dicontohkan sebagai berikut, bila dalam kehidupan sehari-hari pandangan manusia terbatas melihat hitam dan putih, dapat dipastikan manusia itu akan mengalami kejenuhan dan kebosanan hingga bila melakukan sesuatu kegiatan bisa saja di dalamnya dilakukan dengan perasan tertekan atau monoton. Demikia juga dengan pengaruh warna pada kejiwaan anak-anak.
Anak-anak mengalami perkembangan daya imajinasi yang mempengaruhi fantasi mereka tentang apa yang dilihatnya dan dirasakan. Warna sebagai salah satu sarana untuk mengekspresikan fantasi-fantasi mereka dan membentuk kreativitas anak.
Seiring dengan perkembangan fisik yang beranjak matang, perkembangan motorik anak sudah dapat terkoordinasi dengan baik. Setiap gerakannya sudah selaras dengan kebutuhan atau minatnya. Masa ini ditandai dengan kelebihan gerak atau aktivitas. Oleh karena itu, usia ini merupakan masa yang ideal untuk belajar keterampilan yang berkaitan dengan motorik, seperti menulis, menggambar, melukis, berenang, main bola dan atletik Perkembangan fisik yang normal merupakan salah satu faktor penentu kelancaran proses belajar, baik dalam bidang pengetahuan maupun keterampilan.
Di Taman Kanak-kanak Mekar Asih ......................................................... diketahui bahwa peserta didiknya masih kurang pengetahuannya tentang pencampuran warna. Kondisi awal menunjukkan bahwa hanya 6 siswa (24%) yang dinyatakan mampu melaksanakan pencampuran warna dengan benar, sedangkan sisanya sebanyak 19 siswa (76%) dinyatakan belum bisa melaksanakan pencampuran warna dengan benar. Berdasarkan uraian di atas maka sebagai upaya peningkatan kemampuan siswa maka peneliti akan melaksanakan kegiatan penelitian tindakan kelas dengan judul upaya meningkatkan keterampilan mencampur warna melalui metode demonstrasi di Taman Kanak-Kanak Mekar Asih ..................................................................................

B.     Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian sebagaimana latar belakang masalah di atas, maka dapat ditentukan rumusan masalah dari pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini, yaitu : apakah penggunaan metode demonstrasi dapat meningkatkan kemampuan mencampur warna di Taman Kanak-kanak Mekar Asih ...................................................................................

C.    Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari pelaksanaan perbaikan pembelajaran dengan penelitian tindakan kelas ini adalah :
1.      Untuk mengetahui peningkatkan kemampuan anak didik di Taman Kanak-kanak Mekar Asih .................................................................................. dalam hal pencampuran warna.
2.      Untuk membuktikan efektifitas penggunaan metode demonstrasi sebagai upaya meningkatkan kemampuan anak didik di Taman Kanak-kanak Mekar Asih ..................................................................................  dalam hal pencampuran warna.
D.    Manfaat Penelitian
Beberapa manfaat penelitian diharapkan akan sangat bermanfaat bagi pengelolaan pembelajaran diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak terutama :
1.   Sekolah, penelitian ini dapatnya bermanfaat untuk tambahan bekal pengalaman sebagai pedoman lebih lanjut dalam mengambil kebijakan di sekolah dalam memberikan bimbingan mengajar kepada guru dan pengembangan lebih lanjut.
2.   Bagi Guru, hasil penelitian ini dapatnya bermanfaat dalam menambah khasanah keilmuannya, sehingga semakin luas wawasan kependidikan dan bertambah wawasan berfikir inovatif dan kreatif dalam pendidikan ke depan., terutama dalam memperkaya bekal berimprovisasi dalam pembelajaran yang penuh kreatif yang pada akhirnya akan menyenangkan bagi anak dalam pembelajaran lebih lanjut.
3.   Siswa, memberi motivasi belajar yang lebih baik, lebih aktif dalam belajar dan mampu menggambar bebas secara sederhana dan menyenangkan dengan permainan warna yang semakin baik.
4.   Bagi Orang Tua, hasil penelitian ini dapat dijadikan pedoman dalam memotivasi anak secara berkesinambungan.
5.   Bagi Peneliti, hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam melakukan Penelitian yang sejenis. 

Bab 2-5, lampiran+skh lengkap
silahkan sms ke no 081327121707.
File ini hanya untuk referensi penulisan, bukan untuk disadur secara utuh.

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ACTIVE LEARNING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MATERI SUMBER ENERGI DAN KEGUNAANNYA PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS II

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ACTIVE LEARNING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MATERI SUMBER ENERGI DAN 
KEGUNAANNYA  PADA  PEMBELAJARAN  IPA  KELAS II 



BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Proses  pendidikan  berlangsung  dalam  suatu  kegiatan  sosial  antara  peserta didik dengan pendidik. Pendidik tidak memandang dan memperlakukan peserta didik sebagai  objek  seolah-olah  dapat  di  bentuk  sesuka  hatinya  atas  dasar  kekuasaannya, memaksa  peserta  didik  untuk  mencapai  tujuan  tersebut  namun  tujuan  yang  ingin  dicapai  oleh  seorang  pendidik  tidak  terjadi  atas  dasar  ketulusan  hati  peserta  didik melainkan atas dasar keterpaksaan atau ketakutan maka pencapaian tujuan yang ingin dicapai  berdasarkan  kurikulum  tingkat  satuan  pendidikan  (KTSP)  tidak  akan  berhasil (Kunandar, 2007: 47).
Pembelajaran  pada  hakekatnya  adalah  proses  interaksi  antar  paserta  didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan prilaku ke arah yang lebih baik (Mulyasa, 2003:100).  Pembelajaran  pada  hakekatnya  merupakan  suatu  proses interaksi  antara  guru  dengan  siswa,  baik  interaksi  antar  guru  dengan  siswa,  baik interaksi  secara  langsung  seperti  kegiatan  tatap  muka  maupun  kegiatan  tidak langsung yaitu dengan cara menggunakan berbagai media. (Rusman, 2008:100) 
Belajar diharapkan mampu membuat siswa  yang  tidak tahu menjadi tahu, yang  tidak  berani  menjadi  berani,  yang  sudah  tahu  menjadi  semakin  tahu  dan faham,  yang  sudah  berani  semakin  berani.  Belajar  memerlukan  keterlibatan mental  dan  kerja  siswa  sendiri.  Belajar  tidak  cukup  dengan  mendengarkan  dan memperhatikan  penjelasan  dari  guru,  akan  tetapi  perlu  adanya  keterlibatan  siswa dalam proses pembelajaran. Penjelasan dan pemberian contoh dari guru tidak akan membuahkan kegiatan belajar aktif. Siswa akan cenderung belajar dengan kondisi pasif. Agar belajar menjadi aktif, siswa harus mengerjakan banyak aktivitas (Abin, 2001:157)
Tanpa  disadari,  cara  mengajar  guru  terkadang    membuat  siswa  menjadi pasif karena hanya menunggu apa yang diperintahkan gurunya. Di lapangan dapat kita  temui  beberapa  fakta  yaitu  di  sekolah  dasar  biasanya  proses  pembelajaran masih  berpusat  pada  guru,  guru  cenderung  menggunakan  metode  yang  sama dalam  setiap  pertemuan  di  kelas,  guru  terkadang  lupa  memberikan  kesempatan pada siswa untuk bertanya, karena biasanya setelah menjelaskan materi ajar guru langsung  memberikan  tugas  pada  siswa.  Cara  mengajar  guru  yang  monoton  dan tidak  memfasilitasi  perbedaan  siswa,  dapat  berpotensi  untuk  membuat  siswa bosan dan  pasif dalam pembelajaran.
Berdasarkan  hasil  temuan  peneliti  di  kelas  II  SDN  .......................,  permasalahan  yang  kerap  muncul  pada  pembelajaran  IPA di  kelas  yaitu  siswa  kurang  bersemangat  dalam  mengikuti  pelajaran.  Hal  ini timbul  karena  beberapa  faktor.  Misalnya  sarana  dan  prasarana  termasuk  sumber belajar di sekolah tersebut belum memadai dan siswa masih terlihat malu-malu ketika dilibatkan dalam kegiatan belajar mengajar. Di samping itu, sebagian siswa ada  yang  mengalami  kesulitan  dalam  membaca  sehingga  substansi  dari  materi pelajaran  kurang  maksimal  tersampaikan. Terkadang, jika siswa bertanya, menjawab pertanyaan  dan  berpendapat  biasanya  apa  yang  dilontarkan  tidak  berkenaan dengan apa yang sedang diajarkan, siswa jarang memiliki inisiatif untuk mencatat poin-poin  penting  yang  disampaikan  dan  ditulis  guru  dalam  pembelajaran. Kondisi-kondisi tersebut menunjukan bahwa siswa tidak akan melakukan aktivitas  dalam pembelajaran tanpa perintah dari guru Selain  itu,  belum  ditemukan  model pembelajaran yang cocok untuk mengatasi permasalahan tersebut. Faktor-faktor tersebutlah  yang  turut  berpengaruh  terhadap  hasil  belajar  siswa  yang  belum memuaskan.
Pada dilakukan tes formatif pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam pada materi sumber energi dan kegunaannya, hasil pretest menunjukkan rendah tingkat penguasaan materi yang diajarkan. Dari 13 siswa, hanya 4 orang siswa (30,76%) yang dapat mencapai penguasaan materi  80% ke atas atau mendapat nilai di atas KKM sebesar 70, sementara 9 orang siswa  (69,23%) tingkat penguasaan materinya di bawah 80%, dengan perolehan nilai rata-rata hasil belajar secara klasikal 62,30 dan penjelasan mengenai motivasi belajar 38,46% atau 5 orang dari 13 orang siswa.
1.      Identifikasi Masalah
Berdasarkan penjelasan hasil pretest sebagaimana dijelaskan di atas peneliti meminta bantuan teman sejawat untuk mengidentifikasi masalah pembelajaran. Dari hasil observasi dan diskusi terungkap beberapa masalah yang terjadi dalam pembelajaran. Masalah tersebut antara lain :
a.       Kurangnya aktivitas belajar siswa
b.      Siswa kurang menguasai materi pembelajaran
c.       Siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran.
d.      Siswa tidak berani bertanya padahal sudah diberi kesempatan
e.       Rendahnya hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA materi sumber energi dan kegunaannya.
2.      Analisis Masalah
Dalam menganalisis masalah yang sedang terjadi, peneliti menempuh refleksi terhadap kinerja yang telah dilakukan, mengkaji literatur, serta diskusi dengan kepala sekolah dan teman sejawat. Hasil analisis masalah yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa kemungkinan yang menjadi faktor penyebab rendahnya hasil belajar siswa dan aktivitas pembelajaran kurang kondusif adalah sebagai berikut.
a.       Guru kurang mampu memilih dan menggunakan teknik pembelajaran yang tepat
b.      Guru kurang mampu mengelola kelas dan ini berdampak pada proses edukatif yang diharapkan kurang berhasil
c.       Guru dalam menjelaskan tidak menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa.
d.      Guru kurang mampu mengelola kelas dan ini berdampak pada proses edukatif yang diharapkan kurang berhasil.
e.       Guru tidak melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran.
f.       Model pembelajaran yang dipergunakan guru kurang bervariatif

3.      Alternatif Pemecahan Masalah
Pembelajaran  aktif  (active  learning)  adalah  suatu  istilah  yang  memayungi beberapa  model  pembelajaran,  yang  memfokuskan  tanggung  jawab  proses pembelajaran pada si pelajar.  Pendekatan  pembelajaran  aktif  adalah  cara  pandang  yang  mengangap bahwa  belajar  merupakan  kegiatan  membangun  makna/pengertian  terhadap pengalaman  dan  informasi,  yang  dilakukan  oleh  si  pembelajar,  bukan  oleh  si pengajar. Pembelajaran ini juga mengangap bahwa mengajar merupakan kegiatan menciptakan  suasana  yang  bisa  mengembangkan  inisiatif  dan  tanggung  jawab belajar  bagi  si  pembelajar  sehingga  berkeinginan  untuk  terus    belajar  selama hidupnya. Lebih jauh tumbuh berkembang usaha untuk meningkatkan diri dalam segala  aspeknya  dalam  berbagai  lingkungan  pembelajaran  formal,  informal  dan non formal (Sudjana, 1998:181). 
Pembelajaran  aktif  adalah  suatu  pembelajaran  yang  mengajak  peserta didik untuk belajar secara aktif sehingga merekalah  yang akan mendominasi aktivitas pembelajaran.(Samsiah, 2010:77) Pembelajaran  aktif    menurut  Hizam  Zaini  (dalam  Wardoyo,  2009) adalah  suatu  pembelajaran  yang  mengajak  siswa  untuk  belajar  secara  aktif, mendominasi  pelaksanaan  pembelajaran.  Dengan  ini  mereka  secara  aktif menggunakan  otak,  baik  untuk  menemukan  ide  pokok  dari  materi, memecahkan  persoalan  atau  mengaplikasikan  apa  yang  baru  mereka  pelajari ke dalam satu persoalan.
Dari  alternatif-alternatif  tersebut,  peneliti  menitikberatkan  pada penggunaan  metode  active  learning  sebagai  upaya  peningkatan  aktivitas  dan hasil belajar siswa. Belajar aktif bukan sekedar bersenang-senang. Walaupun kegiatan belajar aktif  menyenangkan  tetapi  tidak  menghilangkan  manfaat  belajar  itu  sendiri. Kegiatan  belajar  aktif  merupakan  kegiatan  belajar  yang  digunakan  untuk mengoptimalkan  semua  potensi  yang  dimiliki  siswa  sehingga  semua  siswa mendapatkan hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan karakter yang dimiliki setiap  individu.  Selain  itu  belajar  aktif  dapat  memotivasi  siswa  untuk  belajar. Belajar  aktif  mampu  membuat  materi  yang  hambar  menjadi  menarik. Kegembiraan siswa dalam kegiatan belajar aktif tersebut mampu membuat mereka termotivasi untuk menyimak dan menguasai materi pelajaran.
Dalam  buku  berjudul  “Psikologi  Pendidikan”  (2003:  333),  Syamsudin mengemukakan bahwa  apabila terdapat kesulitan dalam belajar  yang diakibatkan oleh ketidaktepatan metode belajar mengajar; maka akan mudah ditempuh dengan belajar secara berkelompok, baik dalam kelas sebagai keseluruhan maupun dibagi ke  dalam  kelompok  kecil  yang  terdiri  atas  sejumlah  peserta  didik  yang  memilikikesulitan dalam masalah yang serupa. 
Berdasarkan  kerangka  permasalahan  yang  peneliti  temukan  pada  siswa kelas  II SD Negeri .......................  perihal  kurangnya aktivitas  siswa berakibat  pada  kurangnya  keaktifan  siswa,  peneliti  termotivasi  untuk mengaplikasikan sebuah pendekatan dalam pembelajaran berbicara sebagai upaya meningkatkan  sikap  keberanian  siswa  sebagai  bagian  dari  sikap  positif  siswa sehingga dapat memaksimalkan keaktifan siswa dalam berkomunikasi di hadapan khalayak  yaitu  melalui  pendekatan  active  learning.  Melvin  L  Silbermen menyatakan bahwa belajar aktif meliputi berbagai cara untuk membuat siswa aktif melalui  aktivitas-aktivitas  yang  membangun  dan  dalam  waktu  singkat  membuat mereka  berpikir  tentang  materi  pelajaran.  Pendekatan  active  learning memperkenalkan kepada siswa tentang rangkaian kegiatan belajar mengajar yang lebih mengoptimalkan pembelajaran siswa aktif melalui berbagai aktivitas belajar yang  dapat  memotivasi  siswa  di  kelas  mulai  dari  kegiatan  awal,  kegiatan  inti, sampai kegiatan penutup. 
Sependapat  dengan  pernyataan  ahli  tersebut,  kegiatan  kelompok  belajar diharapkan  dapat  menjalin  kerjasama  antarsiswa  dan  dapat  menjadi  salah  satu wujud  dari  pembelajaran  active  learning  yang  mengkolaborasikan  antara  teknik wawancara,  teknik  diskusi,  dan  beberapa  strategi  yang  melibatkan  siswa  secara aktif  dalam  mempresentasikan  hasil  pengamatan  manakala  siswa  belajar  berfikir kritis  dalam  menyajikan  hasil  pengamatannya  dengan  bahasa  mereka  sendiri, mengutarakan  maksud  komunikator  kepada  komunikan;  artinya  tanpa  terpaku oleh sebuah wacana yang mereka pegang sehingga dapat merubah reaksi takut dan monoton  menjadi  reaksi  yang  kreatif.  Pembelajaran  aktif  yang  dikolaborasikan dengan teknik wawancara, artinya sebuah informasi yang disajikan dalam bentuk percakapan  yang  lazim  dipergunakan  untuk  menggali  informasi  dan  biasanya berupa  tanya  jawab  sebagai  salah  satu  upaya  agar  pembelajaran  tidak  terlalu menjenuhkan sehingga dapat terlihat peran aktif siswa.
Penerapan  pembelajaran  aktif  diharapkan  siswa  mampu  berimajinasi sehingga dapat memunculkan gagasan dan menerapkan apa  yang mereka pelajari karena  mereka  bebas  mengutarakan  deretan  kalimat  yang  keluar  secara  langsung dari  mulut  mereka  yang  tentu  saja  telah  diolah  di  otak  mereka  untuk menyampaikan  informasi  yang  telah  mereka  dapatkan  dengan  memperhatikan ketiga  elemen  penting  dalam  berkomunikasi  yaitu  verbal,  vokal,  dan  visual  agar menciptakan  sebuah  komunikasi  yang  efektif.  Pendekatan  active  learning  pada pembelajaran  menyampaikan  hasil  laporan  pengamatan  lebih  dihadapkan  pada proses  belajar  aktif  berdasarkan  rangkaian  kegiatan  pembelajaran  aktif  (kegiatan awal,  kegiatan  inti,  dan  kegiatan  penutup)  sehingga  dapat  memicu  semangat belajar  siswa  serta  dapat  membangun  kredibilitas  siswa  dalam  berkomunikasi di kelas.
Bertolak  dari  wacana  tersebut,  penulis  melakukan  penelitian  mengenai penerapan  suatu  metode  dan  pengaruhnya  terhadap  hasil  belajar.  Maka  dari  itu, penulis  mengambil  judul  penelitian  Penerapan Model Pembelajaran Active Learning untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Materi Sumber Energi dan Kegunaannya  Pada  Pembelajaran  IPA  Kelas II SD Negeri .......................
. 
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan  latar  belakang  masalah  yang  telah  diuraikan  di  atas,  secara umum masalah yang akan diteliti adalah :
1.      Bagaimana upaya meningkatkan aktivitas siswa kelas II SD Negeri ....................... dalam Pembelajaran IPA materi sumber energi dan kegunannya melalui penerapan metode active learning?
2.      Bagaimana upaya meningkatkan hasil belajar siswa kelas II SD Negeri ....................... dalam Pembelajaran IPA materi sumber energi dan kegunannya melalui penerapan metode active learning?

C.    Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut:
1.    Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar  siswa dalam Pembelajaran IPA melalui penerapan metode active learning.
2.    Tujuan Khusus
a.      Mendeskripsikan  perencanaan  metode  active  learning  dalam  pembelajaran IPA pada materi sumber energi dan kegunannya,
b.      Mendeskripsikan  pelaksanaan  metode  active  learning  dalam  pembelajaran IPA pada materi sumber energi dan kegunannya,
c.      Mengetahui  besar  peningkatan  aktivitas  siswa  dalam  proses  pembelajaran IPA pada materi sumber energi dan kegunannya dengan menggunakan metode active learning.

D.    Manfaat Penelitian
Ada beberapa manfaat yang diharapkan dapat diperoleh melalui penelitian perbaikan pembelajaran ini, sebagaimana pada rincian berikut.
  1. Manfaat Teoritis
Memberi  sumbangan  substantif  berupa  informasi    ilmiah  data, penjelasan  konsep  dan    teori  bagi  ilmu  pendidikan  khususnya  bagi pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam.
  1. Manfaat Praktis
a.    Siswa dapat meningkatkan aktivitas, kreativitas, dan hasil belajar menjadi lebih baik daripada sebelumnya, serta menumbuhkembangkan sikap kritisnya terhadap aktivitas, kreativitas, dan hasil belajar yang telah diperolehnya.
b.    Guru dapat memperbaiki kinerjanya secara profesional, karena itu rasa percaya dirinya akan meningkat.
c.    Membantu sekolah untuk terus berkembang karena adanya peningkatan kemampuan pada diri guru dan siswa yang menunjukkan lebih unggul baik dari segi kuantitas maupun kualitas dari sekolah lain.

File lengkap....

silahkan sms ke 081327121707


Wednesday, 10 July 2013

PTK PENJASKES



BAB  I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
              Sepakbola  adalah salah satu jenis olah  raga yang sangat digemari orang seluruh dunia. Olah raga ini sangat universal. Selain digemari  orang laki-laki olah raga ini juga digemari para perempuan tidak hanya tua muda bahkan anak-anak Sejak tahun 1990 an olah raga ini mulai digunakan untuk  para wanita meskipun sebelumnya olah raga ini hanya diperuntukkan bagi kaum pria.
              Olah raga ini melibatkan 11 orang dalam satu teamnya. Untuk menjadi pemenang dalam suatu pertandingan harus melawan satu team lainnya. Lapangan . para pemain sepak bola memperebutkan sebua bola untuk dimasukkan ke dalam gawang yang dijaga  seorang penjaga gawang (goal keeper)
              Olah raga ini menjadi sangat menarik karena selain hanya memperebutkan sebuah bola dilapangan dengan menggunakan kaki tetaspi juga terlihat gaya-gaya permainannya dalam memperebutkan bola untuk memasukkan bola ke dalam gawang lawan. Oleh karena  olah raga  ini melibatkan banyak orang tentunya kerjasama team yang baik sangat dibutuhkan selain teknik bermain yang baik.
              Hanya para atlet  sepak bola manea Negara yang sukses membina karier di  bidang olah raga ini.  Tentunya diperlukan usaha dan latihan yang keras untuk menjadi atlet sepak bola yang handal dan professional
              “goallll……!” teriakan ini sungguh identik dengan sepakbola siapapun yang berteriak “ goal” dapat dipastikan akan mengangkat tangan, berdiri, wajah mendongak, mulut terbuka lebar, mata berbinar-binar, hati berbunga-bunga dan diakhiri dengan tengok kanan, tengok kiri sambil mengulurkan tangan dan suara gemuruh . hal ini sungguh kontradiksi dengan sebagian orang yang ada di tempat yang sama yang tidak bisa berteriak” goal..” Mereka duduk diam, kaget, gelisah, kecewa, dengan tangan di depat mulut, sambil menggit jari dengan muka yang pucat. Sebagian lain berteriak langkat, mengutuki, menyumpahi, protes keras, pemandangan seperti ini selalu ada di dalam permaianan sepak bola, baik di kampong, halaman rumah, sekolah , lapangan kecil atau di stadion yang megah.
              Olah raa ini juga dilakukan anak kecil, anak-anak, remaja , pemuda , orang dewasa, priba bahkan wanita. Sepakbola sungguh popular di mata masyarakat, dari pelosik desa hingga kota besar di seluruh dunia.             
              Sepak bola  merupakan olah raga yang simple, sederhana dan murah. Bahkan hamper tidak memerlukan biaya. Namun bila pertandingan yuang professional, olah raga ini biayanya bisa terbesar dari aneka cabang olah raga lainnya. Untuk mengelola  dan menghidupi sebuah klub sepak bola bisa memakan biaya milyaran rupiah. Di satu pihak sepak bola dikatakan hamper tidak memerlukan biaya, karena alat dan sarana yang  dibutuhkan hanya satu benda bulat dan tanah lapang. Benda bulat yang disebut bola itu bisa  bola yang mahal, (bola karet), bola plastic, jeruk bali (keprok) atau jerami, kertas, serabut kelapa, yang pengelola  harus mengadakan studi banding, harus tanggap akan anak asuhnya, mau belajar dari pengalaman pahit, sekkaligus berusaha membuktikan pengelolaan yang  lebih professional.
              Bila dikaji bersama pola permainan sepak bola. Itu sederhana, pola permainan hanya menyerang (Attacktion), mempertahankan (defention) dan menyusun posisi strategi ini, keahlian dan keterampilan masing-masing pemain tampak jelas, kemauan membawa bola , menggiring  bola, merebut bola, mempertahankan bola, mengecoh lawan, sangat diperlukan oleh individu pemain untuk diterapkan dalam kerja sama antara pemain.
              Tiap pemain harus  punya kemampuan DK4, maksudnya daya tahan tubuh, kekuatan, kelenturasn, kecepatan dan kelincahan. Ke 5 faktor  ini harus dimiliki para pemain untuk mengembangkan ke posisi puncak. Dari kelima faktor tersebut yang menarik untuk dikaji bersama adalah faktor kecepatan dan kelincahan. Kecepatan dan kelincahan ini dapat dibentuk dari dalam diri (pembawaan) atau dari luar diri (karena mampu mengkombinasikan dari segala teknik yang dimiliki)
              Mempunyai kecepatan dan kelincahan yang lebih, bagi setiap pemain merupakan mudah dan sukses untuik mencetak gol, dan mempertahankan kemasukan bola. Dengan kemampuan kecepatan dan kelincahan akan memudahkan pemain tersebut dalam rangka membawa bola (menggiring bola) ke hadapan gawang lawan.
              Seorang pemain yang mempunyai kelincahan dan kecepatan yang bagus, bola yang digiring bagaikan lekat di kaki dan tentu mudah melewati halangan lawan dan tidak mudah dikelabuhi lawan.
              Berdasarkan uraian-uraian diatas , cabang olah raga bola sepak bola menarik untuk dikaji bersama sehingga perkembangan sepak bola Indonesia semakin diminati masyarakat sekaligus mampu duduk sejajar dengen club-club di negeri luar. Sedangkan masalah yang khusus menarik untuk dibahas bersama dengan judul “Upaya  Meningkatkan Kelincahan dan Kecepatan  Dalam  Bermain Sepak Bola Pada Siswa  Kelas……………………………………………tahun pelajaran ………………….

B. Rumusan Masalah
               Berdasarkan latar belakang diatas maka dirumuskan suatu maslaah sebagai berikut:
     1.  bagaimana peningkatan prestasi  penguasaan dasar-dasar sepak bola bagi siswa dengan diterapkannya metode demonstrasi?
     2.  Bagaimanakah pengaruh metode demonstrasi terhadap motivasi belajar dasar-dasar sepakbola pada siswa………………………………………..

C. Tujuan Penelitian
              Sesuai dengan permasalahan diatas, penelitian ini bertujuan untuk:
     1.  Mengetahui peningkatan prestasi belajar dasar-dasar bermain sepak bola pada siswa setelah diterapkan metode demonstrasi.
     2.  Mengetahui pengaruh motivasi belajar dasar-dasar bermain sepak  bola pada siswa setelah diterapkan metode demonstrasi.

D. Manfaat  Penelitian
              Penulis mengharapkan dengan hasil penelitian ini dapat:
     1.  Memberikan informasi tentang model pembelajaran yang sesuai dengan mata diklat Penjas.
     2.  Meningkatkan motivasi pada pelajar Penjas
     3.  Mengembangkan model pembelajaran yang sesuai dengan mata diklat Penjas.

E. Definisi Operasional Variabel
              Agar tidak terjadi salah persepsi terhadap judul penelitian ini , maka perlu didefinisikan hal-hal sebagai berikut:
     1.  Metode  Demonstrasi adalah:
          Suatu pembelajaran yang mendatangkan guru atau pelatih yang memiliki keahlian tertentu untuk memperagakan dihadapan siswa, kemudian  siswa diberi kesempatan untuk melakukan latihan ketrampilan seperti yang telah diperagakan oleh guru atau pelatih.
    
     2.  Motivasi belajar adalah
          Dorongan dan keamanan belajar  yang dinyatakan dalam nilai atau skor  yang dijaring melalui angkat motivasi.
     3.  Prestasi belajar adalah
          Hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau dalam bentuk skor, setelah siswa mengikuti pelajaran.

F. Asumsi
              Dalam  penelitian ini diasumsikan bahwa :
     1.  Penelitian ini hanya dikenakan pada siswa kelas ……………………………
     2.  Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September semester genap tahun ajaran ……………….
     3.  Materi yang disampaikan adalah pokok bahasan permaiann sepak bola.