Lencana Facebook

banner image

Saturday 15 September 2012

PTK kenaikan pangkat IVa ke IVb versi LPMP Jateng



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah

Pembelajaran  IPS  di  Sekolah  Dasar  merupakan  pondasi  sebelum  siswa  melanjutkan  ke  jenjang  yang  lebih  tinggi.  Pendidikan  dan pembelajaran  IPS  adalah  salah  satu  aspek  penting  yang  perlu  diajarkan kepada  siswa  disekolah.  Oleh  karena  itu pemerintah  membuat  kurikulum IPS  yang  wajib  diajarkan  kepada  siswa  pada  setiap  jenjang  pendidikan, yaitu  dari  tingkat  Sekolah  Dasar  (SD)  sampai  dengan  Perguruan  Tinggi (PT).
Dalam proses pendidikan tersebut tentunya sangat terkait erat dengan kegiatan belajar mengajar yang terjadi didalamnya. Kegiatan belajar mengajar merupakan suatu proses  pembelajaran  antara  guru  dan  siswa.  Pembelajaran  merupakan  upaya menciptakan  iklim  dan  pelayanan  terhadap  kemampuan,  potensi,  minat,  bakat,  dan   kebutuhan  peserta  didik  yang  beragam  agar  terjadi  interaksi  optimal  antara  guru dengan siswa serta antara siswa dengan siswa lainnya.
Dengan  melihat  tujuan  mata  pelajaran  IPS,  sekalipun  ditingkat Sekolah Dasar memiliki kedudukan dan fungsi yang sangat penting dalam mempersiapkan  membentuk  individu  yang  memiliki  potensi,  keberanian dan  memahami  keberadaan  dirinya  sendiri  dalam  berinteraksi  dengan lingkungan,  berkehidupan  bermasyarakat  dan  sebagai  warga  negara  yang baik.
Dalam  pencapaian  dari  tujuan  pembelajaran  yang  diberikan  ini,  diperlukan suatu  strategi  pembelajaran,  yaitu  upaya  perencanaan  dan  tindakan  yang  cermat mengenai  kegiatan  pembelajaran  agar  kompetensi  yang  diharapkan  tercapai.  Selain itu, pemilihan metode dalam mengajar, teknik mengajar, dan penggunaan alat peraga atau media pembelajaran akan berpengaruh dari keberhasilan pembelajaran itu sendiri. Pelajaran ilmu pengetahuan sosial merupakan salah satu mata pelajaran yang dirasa cukup sulit  dan  tidak menarik bagi banyak siswa di sekolah. Hal ini berdampak buruk bagi prestasi/hasil  belajar siswa. Peserta didik juga banyak yang mengeluhkan bahwa
ilmu pengetahuan sosial  yang  diajarkan  terlalu  sukar,  Salah  satu  aspek  yang  perlu  ditelusuri dalam  proses  pengajaran  ilmu pengetahuan sosial  tersebut  adalah  aspek  komponen pengajaran.
Discovery/penemuan  secara  terbimbing  dari  guru  merupakan  salah  satu metode  yang  dapat  digunakan  guru  dalam  menyampaikan  materi-materi  yang berhubungan  dengan  geometri,  dan  strategi  yang  dapat  digunakan  guru  untuk menjembatani ilmu ilmu pengetahuan sosial yang masih bersifat abstrak dengan dunia nyata yang dihadapi  siswa  perlu  adanya  alat  peraga.  “Metode  Discovery  didefinisikan  sebagai metode  penemuan,  kata  penemuan  sebagai  metode  mengajar  merupakan  penemuan yang  dilakukan  oleh”  siswa. 

Seperti halnya kegiatan pembelajaran di tempat peneliti bertugas yaitu di SD Negeri Wanareja 02  Kecamatan Wanareja Kabupaten Cilacap untuk mata pelajaran  Ilmu Pengetahuan  Sosial   materi  pokok pembagian waktu pada kelas V, peneliti  menemukan hasil yang cukup rendah.  Dari  27 siswa di kelas V hanya 8 siswa (29,63%)  saja yang mencapai tingkat penguasaan materi 70% ke atas atau yang mendapatkan nilai minimal 70 sesuai dengan KKM, sedangkan 19 orang siswa (70,37%) dinyatakan belum tuntas karena memperoleh nilai di bawah 70, dengan perolehan rata-rata hasil belajar secara klasikal sebesar 59,63.

B.     Identifikasi Masalah

Berdasarkan hal tersebut, peneliti meminta bantuan supervisor, kepala sekolah, dan teman sejawat untuk membantu mengidentifikasi kekurangan dari pembelajaran yang dilaksanakan. Dari hasil diskusi terungkap beberapa masalah yang terjadi dalam pembelajaran yaitu :
  1. Rendahnya minat belajar siswa
  2. Rendahnya keaktifan siswa terhadap materi pembelajaran IPS yang berdampak hasil belajar rendah.
  3. Kurangnya perhatian siswa saat pembelajaran berlangsung sehingga tidak terjadi dialog yang efektif, aktif dan kreatif pada saat proses pembelajaran berlangsung.
  4. Rendahnya minat belajar siswa.
  5. Rendahnya hasil belajar siswa.
Analisis masalah ditempuh dengan cara melakukan refleksi dari kinerja yang telah dilakukan, mengkaji literatur serta diskusi dengan supervisor. Berdasarkan hasil analisis masalah dapat diketahui bahwa kemungkinan yang menjadi faktor penyebab rendahnya hasil belajar, minat, dan kemampuan siswa dalam mengerjakan tugas, terjadi karena hal-hal sebagai berikut:
  1. Metode pembelajaran yang diambil tidak tepat dan penjelasan materi terlalu cepat, sehingga berakibat pada berkurangnya minat belajar siswa terhadap materi pembelajaran.
  2. Guru tidak melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran dan penemuan informasi
  3. Guru tidak mampu mengembangkan model dialog yang efektif, aktif dan kreatif.
  4. Guru tidak mampu menciptakan suasana pembelajaran yang dapat membuat siswa jauh lebih aktif.
Melihat kondisi tersebut di atas, maka peneliti berusaha untuk mengatasi masalah-masalah yang timbul agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik sehingga prestasi belajar siswa dapat tercapai menggunakan penerapan metode discovery.
Adapun prioritas masalah dalam pelaksanaan perbaikan proses pembelajaran adalah :
  1. Meningkatkan keaktifan belajar siswa pada pembelajaran IPS materi pembagian waktu menggunakan penerapan metode discovery.
  2. Meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS materi pembagian waktu menggunakan penerapan metode discovery.
Melihat  masalah  tersebut  penulis  berencana  untuk  melakukan  sebuah  penelitian  berupa  Penelitian  Tindakan  Kelas  untuk  menghindari  agar  pembelajaran  bahasa Indonesia  tidak  bersifat  teacher  oriented  (berpusat  pada  guru)  tetapi  berpusat  pada  siswa  student oriented  dan  agar  tidak  terlalu  verbalistik  dalam  pembelajaran  bahasa Indonesia,  maka  salah  satu metode pembelajaran  yang digunakan adalah metode Discovery. Sebagai upaya tindak lanjut,  peneliti  merasa perlu untuk melakukan upaya perbaikan pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas pada pembelajaran ilmu pengetahuan sosial materi pembagian waktu menggunakan menggunakan penerapan metode discovery  pada siswa kelas V SDN Wanareja 02 Kecamatan Wanareja Kabupaten Cilacap Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012.

C.    Pembatasan Masalah

Untuk mengefektifkan proses penelitian, peneliti memberikan batasan pengkajian sebagai berikut.
1.   Penelitian ini hanya dilaksanakan untuk materi pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial materi pembagian waktu dengan menggunakan metode pembelajaran  discovery, yang terangkum dalam suatu  kegiatan penelitian tindakan kelas  (Classroom Action Research).
2.  Subjek penelitian adalah siswa kelas V SD Negeri Wanareja 02 Kecamatan Wanareja Kabupaten Cilacap berjumlah 27 siswa, terdiri dari siswa laki-laki sebanyak 15 siswa dan perempuan 12 siswa.

D.    Rumusan Masalah

Latar  belakang masalah merupakan bahan acuan bagi pembuatan kesimpulan tentang rumusan masalah pada penelitian yang akan dilakukan, yaitu :
1.      Bagaimana upaya meningkatkan keaktifan belajar siswa kelas V SDN Wanareja 02 Kecamatan Wanareja pada pelajaran IPS materi pembagian waktu menggunakan penerapan metode discovery?
2.      Bagaimana upaya meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN Wanareja 02 Kecamatan Wanareja pada pelajaran IPS materi pembagian waktu menggunakan penerapan metode discovery?

E.     Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, agar memiliki arah yang jelas, maka ditetapkan tujuan penelitian sebagai berikut :
1.      Untuk mengetahui peningkatkan keaktifan siswa kelas V SDN Wanareja 02 setelah penerapan metode discovery pada pelajaran ilmu pengetahuan sosial materi pembagian waktu.
2.      Untuk mengetahui peningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN Wanareja 02 setelah penerapan metode discovery pada pelajaran ilmu pengetahuan sosial materi pokok pembagian waktu.

F.     Manfaat Penelitian

Sedangkan dengan penelitian tindakan kelas  ini  diharapkan dapat bemanfaat bagi :
1.      Manfaat Teoritis
a.   Sebagai bahan dan sumber rujukan pihak-pihak terkait   dalam  pengambilan kebijakan mutu pendidikan.
b.   Sebagai upaya optimalisasi pelaksanaan pembelajaran aktif dan peningkatan profesionalisme guru dan praktek pembelajaran di kelas..
2.      Manfaat Praktis
a.       Siswa yaitu :
1)      Memperbaiki cara belajar siswa.
2)      Meningkatkan hasil belajar siswa.
3)      Menjadi model bagi siswa.
4)      Siswa merasa mendapat perhatian khusus dari guru.
b.      Guru yaitu :
1)      Dapat memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya karena sasaran akhir PTK adalah perbaikan pembelajaran.
2)      Guru dapat berkembang secara profesional karena dapat menunjukkan bahwa ia mampu menilai dan memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya.
3)      Membuat guru jadi lebih percaya diri.
4)      Guru mendapat kesempatan untuk berperan aktif mengembangkan pengetahuan dan keterampilan sendiri.
c.       Sekolah yaitu :
1)      Mengembangkan mutu dan hasil belajarnya.
2)      Meningkatkan kualitas pendidikan.
3)      Mempunyai kesempatan untuk berkembang pesat.
4)      Menumbuhkan iklim kerjasama yang kondusif.
5)      Mempunyai kesempatan besar untuk berubah secara menyeluruh.

semoga bermanfaat !
File lengkap menyusul dilampirkan.