PENGARUH ISTERI SEBAGAI PENOLONG MENURUT KITAB KEJADIAN 2:18 TERHADAP KEMAKSIMALAN SUAMI SEBAGAI IMAM DI GEPKIN ........................ ........................ TAHUN 2024
Skripsi
oleh:
Oleh
…………………………………………………
NIM. ……………………….
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN
Sekolah Tinggi Teologia ........................
........................
2024
PERSETUJUAN DOSEN PENGUJI
NAMA TANDA TANGAN TANGGAL
…………………… …………………. …………..
Ketua Penguji
…………………… …………………. …………..
Anggota Penguji
…………………. ………………… ………….
Anggota Penguji
........................,
Mengetahui
Ketua STT ........................
……………………………………
Tanggal Lulus/Ujian Proposal : ………………………………….............…
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengaruh dari Istri sebagai penolong menurut kitab Kejadian 2:18 terhadap kemaksimalan suami sebagai imam di GEPKIN ........................ Taruntung. Dengan menggunakan metode kuantitatif dan sampel penelitian 30 responden yang aktif di GEPKIN ........................ Taruntung.Teknik pengumpulan data dengan memberikan angket kepada responden, dilanjutkan dengan analisis data. Hasil pengujian menunjukkan: uji regresi (Y) = 16,646 + 0,821 X. hasil analisis uji T thitung sebesar 7,233 lebih besar dari ttabel (1,697) dengan probabilitas sebesar 0,000 yang nilainya dibawah 0,05. Hasil koefisien R = 0,807 hasil tersebut menandakan variabel X mempunyai pengaruh yang kuat terhadap variabel Y. sedangkan hasil koefisien R2 = 0.651 hal ini menunjukan bahwa 65,1% efektivitas suami sebagai imam dipengaruhi oleh istri sebagai penolong, sedangkan sisanya 34,9% dipengaruhi oleh variabel lainnya. Kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah terdapat pengaruh dari Istri sebagai penolong menurut kitab Kejadian 2:18 terhadap kemaksimalan suami sebagai imam di GEPKIN ........................ Taruntung
Kata Kunci: Istri sebagai penolong, Kemaksimalan, suami sebagai imam.
ABSTRACT
This research aims to describe the influence of the wife as a helper according to the book of Genesis 2:18 on the husband's maximization as a priest at GEPKIN ........................ Taruntung. Using quantitative methods and a research sample of 30 respondents who were active at GEPKIN ........................ Taruntung. The data collection technique was by giving questionnaires to respondents, followed by data analysis. The test results show: regression test (Y) = 16.646 + 0.821 The coefficient R = 0.807 results indicate that variable other variables. The conclusion that can be drawn from this research is that there is an influence of the wife as a helper according to the book of Genesis 2:18 on the husband's maximization as a priest at GEPKIN ........................ Taruntung.
Keywords: Wife as helper, Maximum, husband as priest.
KATA PENGANTAR
Segala syukur dan puji hanya bagi Tuhan Yesus Kristus, oleh karena anugerah-Nya yang melimpah, kemurahan dan kasih setia yang besar akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini guna memenuhi salah satu persyaratan dalam mencapai Gelar Sarjana …………….di Fakultas …….. Universitas ………………...
Adapun judul dari penulisan skripsi ini adalah : PENGARUH ISTERI SEBAGAI PENOLONG MENURUT KITAB KEJADIAN 2:18 TERHADAP KEMAKSIMALAN SUAMI SEBAGAI IMAM DI GEPKIN ........................ ........................ TAHUN 2024.
Dalam proses penulisan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak bantuan, petunjuk, bimbingan, dan motivasi dari berbagai pihak. Penulis mengakui bahwa penulisan skripsi ini tidak akan terlaksana tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, maka sebagai tanda syukur dan penghargaan yang tulis, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. …………………………. selaku Rektor …………………………….………..
2. …………………………. selaku Dekan Fakultas …………………………….
3. ………….., selaku pembimbing I terima kasih atas masukan dan saran yang telah disampaikan selama bimbingan.
4. …………. sebagai pembimbing II, terima kasih atas bimbingan dan arahan yang telah disampaikan selama ini.
5. Buat yang teristimewa Bapak ……………. dan Ibu ……….., sebagai orangtua penulis dimana mereka orang yang terhebat yang mampu menberikan motivasi, semangat yang luar biasa dan doa sehingga penulis bisa menyelesaikan pendidikan hingga saat ini.
6. ……………………………………………………………………………….
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan baik dari segi isi maupun sistematika penulisan. Oleh karena itu dengan senang hati menerima kritikan dan saran yang bersifat membangun untuk perbaikan skripsi ini dimasa yang akan datang. Akhirnya tampa henti penulis bersyukur kepada Tuhan Yesus karena atas kehendak-Nya skripsi ini dapat diselesaikan semoga dapat bermanfaat bagi semuanya. Amin.
........................, Maret 2024
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................ ii
ABSTRAK.......................................................................................................... iii
ABSTRACT........................................................................................................ iv
KATA PENGANTAR........................................................................................ vi
DAFTAR ISI....................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL............................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.............................................................. 1
B. Perumusan Masalah..................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian......................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian....................................................................... 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori................................................................................. 6
B. Penelitian Relevan....................................................................... 47
C. Kerangka Pikir............................................................................. 53
D. Hipotesis Penelitian..................................................................... 54
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian...................................................... 55
B. Metode Penelitian ....................................................................... 55
C. Populasi, Teknik Pengambilan Sampel, dan Penetapan Jumlah Sampel 56
D. Teknik Pengumpulan Data........................................................... 57
E. Pengembangan Instrumen............................................................ 57
F. Teknik Analisa Data.................................................................... 66
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian............................................................................ 71
B. Pembahasan ................................................................................ 79
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ................................................................................. 83
B. Saran ........................................................................................... 83
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Instrumen Variabel Istri Sebagai Penolong dalam Kejadian 2:18 59
Tabel 3.2 Hasil Uji Validasi Variabel Istri Sebagai Penolong (X)................. 60
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Instrumen Variabel suami Sebagai Imam....................... 63
Tabel 3.4 Hasil Uji Validasi Variabel Suami Sebagai Imam (Y)................... 64
Tabel 4.1 Hasil Analisis Deskriptif Variabel Istri Sebagai Penolong (X)...... 71
Tabel 4.2 Hasil Analisis Deskriptif Variabel Suami Sebagai Imam (Y)........ 72
Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas...................................................................... 73
Tabel 4.4 Hasil Uji Multikolinearitas............................................................. 74
Tabel 4.5 Hasil Uji Regresi Linear Sederhana............................................... 76
Tabel 4.6 Hasil Uji T...................................................................................... 78
Tabel 4.7 Hasil Uji Koefisien Determinasi.................................................... 78
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir................................................................... 53
Gambar 4.1 Scatterolit, Uji Heteroskedastisitas......................................... 75
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
Lampiran 1 Instrumen Angket..................................................................... 90
Lampiran 2 Data Mentah Penelitian............................................................. 94
Lampiran 3 Hasil Analisis Penelitian............................................................ 103
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sejak semula, Allah melakukan karya penciptaan-Nya dengan penuh perencanaan dan pertimbangan yang agung. Allah juga merencanakan sesuatu yang indah bagi hidup manusia sebagai ciptaannya yang tertinggi. Allah menciptakan manusia, laki-laki dan perempuan dalam relasi saling mengasihi satu dengan yang lain karena manusia adalah penyandang gambar dan rupa Allah (Kej. 1:26). Laki-laki dan perempuan diciptakan oleh Allah untuk saling melengkapi sesuai peran masing-masing (Kej. 2:18).[1]
Laki-laki biasanya diidentikan sebagai pemimpin, sedangkan perempuan diidentikan sebagai pengikut. Padahal dalam Kejadian 2:18 memakai istilah kata penolong untuk menjelaskan tentang tugas dari seorang perempuan. Dalam bahasa Ibrani, kata yang digunakan untuk menjelaskan kata penolong adalah ‘ezer dan untuk kata sepadan yang digunakan adalah kenegeddo.15 „Ezer kenegeddo digunakan untuk menjelaskan makna tugas seorang perempuan. Oleh karena itu, kata ‘ezer keneggedo perlu dikaji secara lebih dalam untuk memahami kekayaan arti dan maknanya dalam konteks kesetaraan peran.
Allah menciptakan perempuan untuk menjadi penolong yang sepadan bagi laki-laki (Kejadian 2:18), yaitu, melengkapi tugas dan panggilan suaminya. Perempuan memiliki peran penting dalam kehidupan sebagai istri, yang hendaknya memiliki karakter yang baik dan setia dalam menjalani kehidupan bersama. Perempuan harus menjadi pribadi yang berkenan di hadapan Tuhan. Di dalam Amsal pasal 31 menjelaskan istri yang cakap, yaitu istri yang kehidupannya berkenan kepada Tuhan, juga memiliki karakter yang sesuai dengan firman Tuhan serta pribadi yang bijaksana.[2] Sebab jika perempuan digambarkan sebagai seorang penolong, maka perempuan memiliki kualitas diri yang tinggi dan otoritas yang penting. Perempuan adalah penolong yang memilliki sumber daya manusia berlebih dan material berlebih untuk meringankan beban pihak lain. Perempuan adalah saluran pertolongan Allah bagi dunia dan Allah adalah penolong umat manusia.
Perempuan dinyatakan sebagai saluran pertolongan Allah yang menandakan bahwa perempuan merupakan rekan kerja Allah yang dapat memberikan pertolongan kepada sesamanya yang membutuhkan. Allah memberikan mandat dan wewenang kepada perempuan untuk bertindak sebagai penolong yang sepadan kepada sesamanya termasuk kaum laki-laki. Tak jarang pemakaian kata ‘ezer memberikan ambiguitas dikalangan para penafsir dan masyarakat awam. Berdasarkan ambiguitas itu maka muncul pertanyaan, apakah seorang perempuan merupakan seorang pembantu? Atau menjadi penolong serta rekan sesamanya.
Keluarga adalah institusi atau lembaga yang Allah ciptakan di bumi sebagai representatif dari keluarga di Surga. Di mana Surga memiliki keluarga yang terdiri dari Allah Bapa, Allah Anak yaitu Tuhan Yesus dan Allah Roh Kudus, tiga pribadi yang menjadi satu dan membentuk suatu keluarga. Allah Bapa menjadi kepala atau tudung dari keluarga dan Tuhan Yesus di bawah Bapa sebagai pengantara dan menjadi kepala dari laki-laki atau suami.
Suami berkewajiban menyampaikan pesan Tuhan, menjaga, melindungi dan memenuhi kebutuhan dari pada mereka dan mengasihi seperti Kristus mengasihi jemaat-Nya dan mau mati untuk mereka (Ef. 5:25). Seorang istri harus tunduk dan menghormati suaminya dalam segala hal (Kol. 3:18), menjadi tiang doa di dalam keluarganya dan menjadi penolong. Istri bukan menjadi kepala atau menjadi leher yang mengatur kepala. Seorang istri harus memiliki kedewasaan rohani yang cukup untuk dapat menyeimbangkan pelayanan suaminya, aktif melayani, dan menjadi pendukung dalam segala yang berkenan pada Tuhan. Seorang istri yang matang secara rohani memahami kewajibannya untuk berdoa bagi suaminya untuk mampu menghadapi tantangan dan mendekatkan suami dan keluarganya kepada Tuhan sehingga dapat meningkatkan kualitas kerohanian suami dan keluarga. Lalu bagaimana bila ada seorang istri yang belum memahami perannya dalam keluarga kristen ? bagaimana seorang istri bisa memenuhi rencana Allah? dan bagaimana seorang istri menjalankan perannya sebagai penolong bagi suaminya?
Berdasarkan observasi yang dilakukan kepada jemaat kaum Ibu sebagai istri yang ada di GEPKIN ........................ ........................ menunjukkan bahwa tingkat pemahaman mereka sangat dangkal mengenai tugas dan tanggung jawab seorang istri dalam keluarga Kristen baik terhadap suami, anak dan terhadap pekerjaan Tuhan. Hal ini dapat terlihat dari ujar sebagian jemaat kaum ibu yang mengatakan bahwa tugas seorang istri itu hanya sekedar mengurus pekerjaan rumah tangga saja. Hal pertama yang dilakukan oleh seorang istri yang Alkitabiah adalah membantu suami. Artinya memaksimalkan karunia-karunia, talenta-talenta, ketrampilan-ketrampilan, dan pelatihan yang diberikan Tuhan untuk perbaikan keluarga di bawah kepemimpinan suami dan juga dalam kerjasama (kemitraanmu) dengan suami.[3]
Berdasarkan permasalahan di atas perlu adanya perubahan pandangan dari seorang istri untuk dapat melengkapi perannya dalam mendukung fungsi suami sebagai imam. Oleh sebab itu penelitian ini hadir untuk membahas secara mendalam tentang pengaruh yang ditimbulkan istri sebagai penolong menurut kitab Kejadian 2:18 terhadap kemaksimalan suami sebagai imam di GEPKIN ........................ Taruntung.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian masalah di atas, penulis dapat merumuskan permasalahan sebagai berkut:
1. Adakah pengaruh yang ditimbulkan istri sebagai penolong menurut kitab Kejadian 2:18 terhadap kemaksimalan suami sebagai imam di GEPKIN ........................ Taruntung.
2. Bagaimana dampak yang ditimbulkan dari peran istri sebagai penolong terhadap kemaksimalan suami sebagai imam di GEPKIN ........................ Taruntung ?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui gambaran pengaruh dari sebagai penolong menurut kitab Kejadian 2:18 terhadap kemaksimalan suami sebagai imam di GEPKIN ........................ Taruntung.
2. Untuk mngetahui gambaran dampak yang ditimbulkan dari peran istri sebagai penolong terhadap kemaksimalan suami sebagai imam di GEPKIN ........................ Taruntung.
D. Manfaat Penelitian
Adapun kegunaan dari-penelitian ini diantaranya adalah seperti berikut ini:
1. Manfaat Teoritis
Memberikan sumbangan pemikiran tentang istri sebagai penolong dalam kitab Kejadian 2:18.
2. Manfaat Praktis
Sebagai bahan kajian dan masukan bagi para jemaat di GEPKIN ........................ Taruntung.
3. Penelitian Lain
Menambah referensi tulisan bagi para mahasiswa lain dan sebagai bahan untuk acuan bagi penelitian selanjutnya.
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Isteri Sebagai Penolong menurut Kitab Kejadian 2:18
a. Kejadian 2:18
Kejadian 2 : 18 - 25 dikatakan “tidak baik manusia itu seorang diri saja, Aku akan menjadikan penolong yang sepadan”, artinya pernikahan adalah anugerah Tuhan atau Allah yang berinisiatif. Tidak baik manusia seorang diri saja artinya manusia itu membutuhkan penolong, membutuhkan orang lain. Manusia seorang diri mengalami kesepian, sehingga Tuhan memberi penolong yang sepadan bukan yang sama, atau penolong itu serupa dan seimbang tapi bukan sama. Pertolongan itu menjadi lengkap bagi kekurangan manusia dan meniadakan kesepian.
Allah menciptakan perempuan untuk menjadi penolong yang sepadan bagi laki-laki (Kejadian 2:18), yaitu, melengkapi tugas dan panggilan suaminya. Perempuan memiliki peran penting dalam kehidupan sebagai istri, yang hendaknya memiliki karakter yang baik dan setia dalam menjalani kehidupan bersama. Perempuan harus menjadi pribadi yang berkenan di hadapan Tuhan. Di dalam Amsal pasal 31 menjelaskan istri yang cakap, yaitu istri yang kehidupannya berkenan kepada Tuhan, juga memiliki karakter yang sesuai dengan firman Tuhan serta pribadi yang bijaksana.
Di dalam Alkitab terdapat beberapa ayat yang sangat dipengaruhi oleh sistem Patriarki, seperti kisah perkawinan Levirat yang terdapat dalam Rut 3: 9-12. Kisah perempuan yang digunakan sebagai penebus, untuk menebus keluarga yang dijual sebagai budak karena terlibat hutang, terdapat dalam Imamat 25: 48-49. Kisah perempuan yang hanya bertugas untuk melakukan pekerjaan domestik, terdapat dalam 2 Samuel 13: 8, Keluaran 2: 16, Kejadian 24: 11, Rut 2; 21-23, Kejadian 29: 9, Yeremia 9: 17. Kisah tentang hubungan laki-laki dan perempuan dalam Efesus 5: 22, 1 Timotius 2:15. Perempuan tidak mempunyai hak untuk berbicara di depan umum terdapat dalam 1 Korintus 14: 34-35.
Selain ayat-ayat dalam teks kitab suci yang mengangkat kisah tentang ketidaksederajatan antara laki-laki dan perempuan, ada juga ayat yang mengangkat derajat perempuan. Salah satu ayatnya terdapat dalam Kejadian 2:18. Namun, Kejadian 2: 18 dapat ditafsirkan dengan menggunakan dua sudut pandang. Sudut pandang pertama adalah penafsiran yang dilakukan dengan pengaruh budaya patriakal[4]. Sudut pandang yang kedua tanpa melihat pengaruh budaya patriakal atau dengan menggunakan kesetaraan antara laki-laki dan perempuan[5]. Sudut pandang oleh karena budaya patriakal merupakan pemahaman yang sangat sering terjadi dalam kehidupan bermasyarakat yang telah banyak mendiskreditkan kaum perempuan.
Lebih lanjut dalam budaya Patriakal, Kejadian 2: 18 ditafsirkan bahwa Allah membuat orang yang kedua sebagai pembantu sedangkan orang yang pertama sebagai manusia yang utama[6]. Dalam kisah penciptaan yaitu Kejadian 1: 27, Allah menciptakan manusia menurut gambarNya yaitu laki-laki dan perempuan. Berdasarkan urutan penyebutannya, perempuan merupakan manusia kedua yang diciptakan setelah laki-laki oleh Allah. Manusia kedua menandakan ketidaksejajaran, sehingga perempuan sebagai penolong dikonotasikan sebagai pembantu oleh manusia pertama yaitu laki-laki. Kejadian 1: 27 menerangkan tentang hubungan yang setara antara laki-laki dan perempuan namun dalam Kejadian 2 secara keseluruhan menjelaskan tentang hubungan timbal balik laki-laki dan perempuan secara hirarkis. Bahkan Paulus dalam surat-suratnya juga menekankan tentang hubungan yang hirarki antara laki-laki dan perempuan dalam kehidupan berumah tangga.
Penekanan Paulus terhadap hubungan yang hirarki antara laki-laki dan perempuan disebabkan karena adanya pengaruh mazab Farisi yang dianutnya[7]. Mazab Farisi merupakan pemahaman yang dianut oleh kaum Farisi. Kaum Farisi merupakan salah satu kelompok keagamaan dalam masyarakat Yahudi dan mereka merupakan kaum yang memegang teguh Perjanjian Lama, terlebih hukum Taurat[8]. Hal tersebut membuat mereka menerima julukan sebagai ahli-ahli kitab Taurat. Mazab Farisi yang dianut secara keras oleh Paulus adalah ketaatan pada hukum taurat dan pelaksanaannya. Mazab yang dianut oleh Paulus membuat hubungan hirarki antara laki-laki dan perempuan tidak setara. Laki-laki biasanya diidentikan sebagai pemimpin, sedangkan perempuan diidentikan sebagai pengikut.
Padahal dalam Kejadian 2:18 memakai istilah kata penolong untuk menjelaskan tentang tugas dari seorang perempuan. Dalam bahasa Ibrani, kata yang digunakan untuk menjelaskan kata penolong adalah ‘ezer dan untuk kata sepadan yang digunakan adalah kenegeddo.[9] „Ezer kenegeddo digunakan untuk menjelaskan makna tugas seorang perempuan. Oleh karena itu, kata ‘ezer keneggedo perlu dikaji secara lebih dalam untuk memahami kekayaan arti dan maknanya dalam konteks kesetaraan peran.
Sebab jika perempuan digambarkan sebagai seorang penolong, maka perempuan memiliki kualitas diri yang tinggi dan otoritas yang penting. Perempuan adalah penolong yang memilliki sumber daya manusia berlebih dan material berlebih untuk meringankan beban pihak lain. Perempuan adalah saluran pertolongan Allah bagi dunia dan Allah adalah penolong umat manusia[10]. Perempuan dinyatakan sebagai saluran pertolongan Allah yang menandakan bahwa perempuan merupakan rekan kerja Allah yang dapat memberikan pertolongan kepada sesamanya yang membutuhkan. Allah memberikan mandat dan wewenang kepada perempuan untuk bertindak sebagai penolong yang sepadan kepada sesamanya termasuk kaum laki-laki. Tak jarang pemakaian kata ‘ezer memberikan ambiguitas dikalangan para penafsir dan masyarakat awam. Berdasarkan ambiguitas itu maka muncul pertanyaan, apakah seorang perempuan merupakan seorang pembantu? Atau menjadi penolong serta rekan sesamanya.
Pertanyaan tersebut menjadi sangat penting dan krusial, karena pada kenyataannya keadaan yang dialami oleh perempuan bukanlah sebagai seorang penolong melainkan sebagai pembantu. Diperlakukan sebagai seorang pembantu, membuat perempuan mengalami penyiksaan secara fisik dan juga psikis. Penyiksaan secara fisik yang dialami oleh seorang perempuan seperti kekerasaan dalam keluarga, pelecehan seksual, atau hanya diperbolehkan untuk melakukan pekerjaan domestik. Sedangkan penyiksaan secara psikis seperti pelabelan yang diberikan oleh masyarakat bahwa perempuan terlalu mudah dipengaruhi perasaannya.
Penyiksaan yang dialami oleh perempuan, khususnya secara psikis membuat perempuan mengalami gangguan kesehatan mental[11]. Kesehatan mental merupakan kemampuan individu untuk berinteraksi satu sama lain untuk mendapatkan kesejahteraan. Jika perempuan tidak memiliki kesehatan mental maka perempuan tidak akan memiliki kesejahteraan dalam menjalani kehidupannya dan membuat perempuan akan kehilangan makna hidupnya.
Gangguan kesehatan mental dapat ditandai dengan adanya kecemasan pada diri perempuan. Jika kecemasan sering terjadi maka perempuan mudah untuk mengalami depresi. Depresi yang dialami oleh perempuan juga akan mengakibatkan rasa tidak percaya diri pada perempuan. Rasa tidak percaya diri merupakan penghayatan hidup yang hampa karena merasa tidak berharga[12]. Rasa tidak percaya diri dapat membuat perempuan tidak dapat mengekspresikan dirinya. Jika perempuan hanya mampu untuk menerima maka citra dirinya akan menurun. Karena menurut Al-Bahsein, 2009 seperti yang dikutip oleh Engel, dijelaskan bahwa citra diri memiliki peran besar dalam kejiwaan seseorang[13]. Penurunan citra diri seorang perempuan, hanya akan membuatnya selalu menerima dan berdiam diri terhadap berbagai perlakuan terhadap dirinya. Idealnya gangguan kesehatan mental yang dialami perempuan akan membuatnya kesulitan dalam menjalani tanggungjawabnya.
Sikap perempuan untuk berdiam diri dan hanya menerima berbanding terbalik dengan kemampuan yang ada dalam dirinya. Pada hakikatnya, perempuan mampu untuk melawan ketidakadilan yang terjadi padanya. Hal itu disebabkan karena perempuan memiliki sifat asertif dan juga non konform[14]. Sifat asertif akan membuat perempuan mampu mengutarakan keinginannya dan sifat non konform membuat perempuan memiliki pengetahuan tentang sesuatu yang alami untuk dipertahankan dan yang harus diubah ditengah-tengah lingkungan sosial.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka kajian terhadap istri sebagai penolong dalam Kejadian 2: 18 adalah saluran pertolongan Allah bagi dunia dan Allah adalah penolong umat manusia. Perempuan dinyatakan sebagai saluran pertolongan Allah yang menandakan bahwa perempuan merupakan rekan kerja Allah yang dapat memberikan pertolongan kepada sesamanya yang membutuhkan. Allah memberikan mandat dan wewenang kepada perempuan untuk bertindak sebagai penolong yang sepadan kepada sesamanya termasuk kaum laki-laki.
b. Konteks Sebelum Teks Kejadian 2:18
Dalam Kej. 1:26-28 Tuhan menciptakan manusia untuk melaksanakan rencana-Nya, tetapi manusia tidak akan pernah persis seperti Tuhan karena Dia adalah Pencipta tertinggi. Tetapi manusia mampu mencerminkan sifat-sifatnya seperti cinta, kesabaran, pengampunan, kebaikan, dan kesetiaan. Sejak awal, Alkitab menempatkan pria dan wanita pada puncak ciptaan Tuhan. Tidak ada seks yang ditinggikan, dan tidak ada yang dihina. Pria terbuat dari debu, wanita terbuat dari pria. Perempuan sangat cocok dengan pria, darah dan daging yang sama dan "seperti gambar Allah" dalam segala hal[15].Tuhan memberkati dan memberikan otoritas kepada manusia (ayat 22), Tuhan juga memberikan amanat untuk melahirkan anak dan menguasai bumi dengan memberikannya kepada manusia untuk mengendalikan maupun memelihara ciptaan-Nya[16]. Tuhan menciptakan manusia dalam gambar dan rupa Tuhan, manusia diciptakan dengan memiliki hak dan kewajiban yang sama di hadapan Tuhan dan bertanggung jawab untuk memelihara atas ciptaan-Nya di bumi.
c. Konteks Sesudah Teks Kejadian 2:18
Selama Allah menciptakan segala yang Allah firmankan, Allah mengamati seluruh ciptaan-Nya dan Allah mengatakan semua itu “baik” adanya. Kemudian di dalam Kej.2:18 Allah berfiman bahwa ada yang “tidak baik”. Allah yang menciptakan Adam sangat memahami kebutuhan Adam sebagai ciptaan-Nya yang merupakan makhluk social untuk dapat berbagi pikiran dan kasih. Allah melihat bahwa Adam membutuhkan penolong yang sepadan untuk mendampingi, dan sekaligus teman baginya. Kemudian Tuhan Allah membuat Adam tidur nyenyak dan Allah mengambil rusuk dari tubuh Adam (Kej. 2:21). Selanjutnya Kej.2:24 Allah mempersatukan laki-laki dan perempuan dalam sebuah Lembaga pernikahan. Kesatuan ini tidak boleh diceraikan manusia (Markus 10:7-9). Inilah pernikahan yang diciptakan dalam keadaan tanpa dosa sama sekali, dan belum pernah ada pernikahan seperti itu[17]. Dengan demikian Adam sebagai suami, memiliki istri yang Allah ciptakan untuk menjadi penolong, dan memiliki relasi yang begitu intim sebagai suami istri.
d. Hakikat Seorang Istri
Istri memiliki peran yang sangat esensial yaitu menjadi pendamping dan pendamping suaminya[18]. Pengertian istri adalah seorang wanita yang bertindak dalam kapasitas tertentu dan menjadi pasangan wanita dalam pernikahan[19]. Jadi, istri dapat diartikan sebagai seorang “perempuan” atau “wanita” yang menjadi pasangan laki-laki dalam pernikahan untuk mendampingi suami dalam bahtera rumah tangganya. Dalam pengertian Kristiani, istri adalah seorang wanita yang percaya kepada Yesus Kristus yang memiliki prioritas yang benar, terutama dalam pernikahan, yaitu menyenangkan Tuhan di atas kesenangan sementara dan siap pakai, rela mengorbankan dirinya untuk memuliakan Tuhan sebagai istri[20]. Seorang istri yang mengenal Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya pasti akan tunduk kepada suaminya (Efesus 2:22, 2), hidup bersih di hadapan Tuhan (1 Pet. rr 2:1 -2) dan menjadi penolong yang layak bagi suaminya (Kej. 2:18) Seorang istri yang mengenal Yesus Kristus adalah seorang wanita yang taat kepada Tuhan, siap untuk melakukan hal-hal besar, apa yang membuat hidup suami berlimpah di dalam Tuhan.[21]
Istilah istri dalam bahasa ibrani dalah “ishshah”. Kata “ishshah” diterjemahkan secara beragam seperti"istri," atau "perempuan" seperti padanan laki-laki tidak membedakan antara laki-laki atausuami[22]. Perempuan diambil atau dijadikan laki-laki (1 Korintus 11:8-9), berarti ada unsurunsur umum antara pria dan wanita. Namun, Alkitab menyatakan bahwa posisi pria danwanita jelas berbeda, meskipun mungkin secara praktis mereka mungkin sama[23]. Perempuanbagi suaminya bukan sekedar “mitra penolong” tapi menjadi penyeimbang. Istilah dalam bahasa Ibrani lebih seperti Co-warrior bagi seorang warrior[24]. Artinya istri yang baik adalah yang benar-benar mendukung, tetapi istri tidak hanya berjalan dari belakang tetapi istri dapat menjaga posisi seimbang, pendapat suami juga dapat didengar. Ada persekutuan di mana suami dan istri saling melengkapi dan mengisi kekosongan kemitraan.
Kata istri menyisakan ruang untuk salah pengertian karena kata "Ishshah" bisa berarti"hamba" atau "putri hamba", "selir", "keponakan", "bibi" atau bahkan "ibu". Mereka semua adalah wanita yang ditutupi oleh "dia", "nashiym" (istrinya)[25]. Sebuah contoh dapat ditemukan dalam Rut 2:5 seperti yang dikatakan Boas ketika Rut pertama kali bertemudengannya. “Dari mana gadis ini berasal? Kata yang digunakan dalam kalimat ini adalah ishayang berarti wanita, istri, istri, istri, wanita tua dan ayam[26]. Yakub memiliki dua istri, Lea danRahel yang sebagai ishah, keduanya adalah istri di mata laki-laki dan hukum dunia, tetapihanya satu yang bisa menjadi istri di mata Tuhan, yaitu Rahel, karena Yakub mencintai Rahel. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa istri adalah orang yang dicintai olehsuami yang mencintainya. Amsal 18:22 mengatakan, "Siapa mendapat istri mendapatkan yangbaik." Ungkapan “yang baik” diterjemahkan sebagai memperoleh harta. Kata "baik" atau tov berarti harmoni. Penolong yang ‘tov’ atau baik, yaitu damai, penuh kasih dan perhatian, akan menemukan seseorang yang dapat menyelaraskan dirinya dengan Tuhan dan itulah yangdiingikan Tuhan.
e. Hak dan Kewajiban Seorang Istri
Hak istri tercantum dalam Undang – Undang Perkawinan Negara Indonesia dalam BAB VI Pasal 31 mengenai kesimbangan hak dan kedudukan istri dan suami dalam kehidupan dan k bermasyarakat[27]. Apa yang harus dimiliki seorang wanita tentunya tidak terlepas dari pernikahan dan keluarga itu sendiri. Seorang wanita berhak atas cinta tulus suaminya[28]. Hak untuk dikasihi, berbicara, dan mendapatkan kasih saying. Dalam Efesus 5:25 dicatat mengenai Kristus yang menyerahkan hidup-Nya untuk jemaat-Nya. Kasih seorang suami harus ditandai dengan pengorbanan demi istrinya, sama seperti Kristus mengorbankan dirinya untuk gereja yang dicintainya. Pemahaman seorang suami tentang bagaimana Kristus mengasihi gereja sangat mempengaruhi cara seorang suami mengasihi istrinya, dan tentu saja bagaimana pemahaman istri tentang posisi gereja di hadapan Kristus akan mempengaruhi sikap istri terhadap suaminya[29]. Seorang suami harus mendahulukan kepentingan dan kebutuhan istrinya. Istri juga mendapat hak untuk dihormati oleh suami. Istri adalah teman pewaris dari kasih karunia (1 Petrus 3:7). Menghormati berati menempatkan istri pada posisi penting, dan memperlakukan istri sebagai seseorang yang unik[30]. Paulus juga menyinggung mengenai suami yang harus mengasihi istrinya (Efesus 5:28,33).
Ada juga kewajiban yang perlu dilakukan oleh istri dalam melakukan perannya dalam rumah tangganya. Kewajiban seorang istri berati sesuatu yang sudah semestinya, suatu keharusan yang dilakukan baik sebagai seorang wanita, istri dan Ibu. Dalam keluarga Kristen, istri memiliki tanggung jawab yang sama dengan suami. Wanita juga merupakan faktor penentu keharmonisan dalam keluarga. Suami dan istri adalah satu di dalam Kristus sehingga ada kesetaraan yang sempurna antara pria dan istri. Jadi kita dapat melihat bahwa Tuhan peduli pada wanita seperti dia menjaga pria[31]. Istri yang tunduk kepada suami bukan berarti kecerdasan, keterampilan, dan segala potensi yang dimiliki seorang istri tidak penting. perempuan harus dibekali dengan kecerdasan untuk menganalisis alternatif, kesulitan, dan konsekuensi lain dari perjuangan. Ketundukan istri bukanlah ketundukan pasif sehingga suami yang bertanggungjawab terhadap segala sesuatu, tetapi secara aktif tunduk melalui penawaran ide-ide spekulatif, seperti bagaimana cara yang terbaik bagi istri untuk memberi tahu suaminya ketika memikirkan suatu ide/masalah sehingga suaminya memperoleh pengertian dari permasalahannya[32]. Dengan demikian istri harus menjalankan fungsinya sesuai dengan apa yang Allah perintahkan, serta memiliki kerelaan untuk taat kepada Allah, sehingga istri dapat menghargai dan menjunjung tinggi otoritas suami sebagai kepala istri.
f. Isteri Sebagai Penolong menurut Kitab Kejadian 2:18
Istilah istri dalam bahasa ibrani “ishshah” yang diterjemahkan secara beragam seperti“istri” atau “perempuan” namun tidak terdapat perbedaan seperti padanan antara laki-laki dansuami. Perempuan sendiri diambil atau diciptakan dari laki-laki (1 Kor. 11:8-9),menunjukkan kepastian perempuan sebagai penolong, bahwa perempuan dibentuk dari lakilaki dan untuk laki-laki. Oleh sebab itu seorang istri penting untuk mengetahui esensi dirinya yaitu diciptakan Allah sebagai seorang penolong bagi laki-laki.
Setelah Allah memberikan tugas kepada Adam untuk mengusahakan, memelihara Taman Eden dan memberikan nama binatang, tetapi Adam tidak bisa berkomunikasi dengan hewan-hewan yang ada. Oleh karena itu Allah melihat bahwa manusia tidak baik jika seorang diri saja. Bagian ini Allah merencanakan untuk menciptakan penolong yang sepadan kepada Adam. Bukti tindakan Allah atas pernyataannya, “bahwa manusia tidak baik jika seorang diri” terdapat dalam Kejadian 2:21 -22 menjelaskan bagaimana proses Tuhan menciptakan Hawa sebagai penolong Adam. Tuhan menciptakan laki-laki dari “debu tanah”, tetapi Tuhan membuat perempuan dari “tulang rusuk” laki-laki. Tuhan mengambil tulang rusuk Adam dan menciptakan wanita. Adam kehilangan tulang rusuk tanpa mempengaruhi kekuatan atau kecantikannya (pasti daging yang robek tertutup). Sebagai imbalannya, Adam menerima bantuan yang layak diterimanya, yang lebih besar daripada kerugian yang dideritanya[33]. Jadi, ketika Allah berfirman, ada tindakan yang Allah lakukan, dan pasti semua akan terjadi sesuai yang Allah katakan, termasuk Allah membuat dan menyelesaikan untuk menjadikan perempuan yaitu hawa sebagai penolong bagi Adam.
Kata penolong dalam bahasa Ibrani adalah (e-zer) dengan bentuk Noun Masculine Absolute Singular).[34] yang artinya ialah penolong, pendukung. Dalam NIV menggunakan kata helper yang artinya penolong, dalam KJV menggunakan kata help yangartinya membantu untuk meringankan beban, pendertiaan, kesukaran dan sebagai penolong. Sedangkan dalam BIS menggunakan kata “teman”. Allah mengizinkan manusia memiliki seorang teman ataupun penolong. Penolong baginya menujuk kepada perempuan yang disebut ishshah karena perempuan berasal dari laki-laki (ish). Secara teknis ibrani “ishshah” berasal dari kata benda maskulin juga untuk menunjukkan kepastian sebagai penolong,dan menjelaskan bahwa perempuan dibentuk dari laki-laki dan untuk laki-laki (2 Korintus11:8-9).[35] Allah menginginkan manusia yang diciptakan-Nya untuk menikmati persekutuandan persahabatan, manusia dapat memasuki kehidupan yang utuh hanya jika ia dapat berbagicinta, kepercayaan dan pengabdian dalam lingkaran intim dalam hubungan keluarga. Secara harafiah manusia mendapatkan penolong untuk berbagi tanggung jawab, pengertian dan cinta dan dengan sepenuh hati berkerja sama dalam mengerjakan rencana Tuhan[36].
Maksud dari “penolong baginya” yaitu sesuai dengan dia dalam jenisnya, tidak seperti binatang (ayat 19, 20), wanita memiliki sifat yang sama seperti pria (ayat 23). Kata penolong lebih menggambarkan fungsi dari pada nilai. Seseorang tidak kehilangan nilai sebagai pribadi yang dengan rendah hati mengambil peran sebagai penolong karena itu perempuan harus membantu laki-laki. Sebagai mitra spiritual yakni dengan menolong laki-laki menaaati firman Tuhan dan aktif dalam pelayanan, sebagai mitra manusia, dalam proses prokreasi yang amanatkan Tuhan, untuk menjamin kelangsungan keturunan (Kej 1:28), sabahat untuk menawarkan penghiburan dan persekutuan, penyemangat dan inspirasi laki-laki (ayat 23, 24). Perempuan adalah pasangan sempurna dari laki-laki, dan tidak memiliki inferioritas atau superioritas tetapi memiliki kepribadian yang sama dan setara, serta unik dan berbeda dalam fungsi.[37]
Dalam pengertian lain, רזע (ezer) "penolong " biasanya mengacu pada bantuan ilahi,tetapi digunakan dalam tiga bagian profetik bantuan militer (Yes 30: 5; Yeh. 12:14; Hos 13:9). Membantu seseorang tidak berarti bahwa penolong lebih kuat daripada yang ditolong;hanya saja kekuatan yang terakhir tidak cukup dengan sendirinya (mis. Yos 1:14; 10: 4, 6; 1Kor 12:17, 19, 21, 22)[38]. Kata membantu juga bukan konotasi yang merendahkan perempuan. Bentuk kata kerja pada dasarnya berati membantu atau menyediakan apa yang tidak dapatdisediakan oleh individu untuk dirinya sendiri, dan perempuan akan melengkapi dan sesuaidengannya. Istri sebagai penolong mengindikasikan bahwa sebenarnya istri memilikikelebihan tersendiri dari pada laki-laki, sehingga dia bisa menjadi penolong atau pendukung suaminya. Pada kenyataannya, perempuan dianugerahi kelebihan secara fisik, perempuan mampu hamil, melahirkan, menyusui dan membesarkan anak, serta melakukan pekerjaan rumah tangga yang lebih praktis[39].
Kata “penolong” artinya adalah pribadi yang dapat menolong manusia dalam menjalankan tugasnya. Istri sebagai penolong artinya juga adalah seorang yang membantu dan memberi semangat yang melengkapi kekurangan dari orang yang dibantunya yaitu sang suami.[40] Sebagai penolong istri bukan hanya memiliki kekuatan menolong tetapi juga kebebasan mengungkapkan pikirannya, bahkan mungkin dapat mengintervensi dalam hal yang beropsisi/berlawanan. Ide atau kemauan dari suami akan diuji sehingga dapat mempertimbangkan kembali kemauan, hasrat atau idenya.[41] Istri juga adalah penolong yang memiliki suara, kemampuan menyeimbangi suaminya. Penolong yang memiliki pendapat yang dapat didengar suaminya atau menegur dengan bijaksana suaminya jika suaminya bersalah, penolong yang dapat bertukar pikiran dengan suaminya. Istri juga sebagai mitra spiritual untuk membentuk laki-laki dan dalam menaaati firman Tuhan serta aktif dalam pelayanan. Sebagai penolong, istri akan berperan integral, dalam hal kelangsungan hidup dan kesuksesan sebagai pasangan suami istri, sehingga dapat dikatakan apa yang menjadi kekurangan suami, maka istri akan menyelesaikannya.
Ungkapan “cocok atau sepadan” diartikan saling melengkapi, perempuan adalah bayangan cermin laki-laki dan karena itu perempuan dapat membantu laki-laki dengan tulus.[42] Sebagaimana laki-laki dibentuk dari tanah, perempuan dibentuk dari laki-laki. Perempuan sangat cocok dengan laki-laki, daging dan darah yang sama, dan dalam "gambar Allah” sama seperti laki-laki dalam segala hal (Kej. 1:27). Dengan tindakan kreatif Allah itu sendiri, perempuan tidak dapat dipisahkan dengan laki-laki. Kesatuan ras terjamin (Kej. 1:27, 28); martabat dan harga perempuan ditegaskan (Kej. 2:22); dasar pernikahan Kristen ditetapkan dengan cara yang mudah diingat (ayat 24).[43] Paulus juga mengatakan bahwa laki laki itu tidak dibuat untuk perempuan “tetapi perempuan untuk laki-laki” (lih 1 Kor 11:9). Sehingga perempuan memungkinkan laki-laki untuk mencapai berkat yang sebaliknya tidak dapat dia lakukan “sendirian” dan perempuan tidak bisa mencapainya tanpa laki-laki.[44] Pertolongan yang diberikan haruslah serupa dan seimbang, tetapi bukanlah sama. Pertolongan menambah dan melengkapi kekurangan dalam diri. Jadi sepadan dapat berarti saling melengkapi, cocok, adanya keserasian dan menjadi patner dalam hidup bersama. Sebagai penolong yang sepadan berati mendampingi suami untuk memberi dorongan, melengkapi, menolong, mengisi celah-celah sehingga membuat suami yang ditolong menjadi utuh bahkan pribadi yang berhasil.
Kewajiban sebagai seorang istri adalah tunduk kepada suami sama seperti halnya tunduk kepada Kristus. Sikap tunduk harus tercermin dalam setiap perilaku istri kepada suami. Namun ketundukan di sini, berati tunduk aktif dengan memberikan ide dalam mencari pikiran, mengisi pada bagian-bagian detail yang tidak terpikirkan oleh suami sehingga istri dapat menjalankan fungsinya sesuai dengan apa yang Allah perintahkan, memiliki kerelaan hati untuk taat kepada Allah dan istri dapat menghargai dan menjunjung tinggi otoritas suami sebagai suami. Dengan demikian kewajiban seorang istri ialah suatu keharusan yang dilakukan baik sebagi istri maupun seorang ibu. Oleh karena itu istri harus memiliki prinsip untuk hidup sungguh takut Tuhan, hidup yang bergaul erat dengan Tuhan, hal ini sangat penting agar istri memiliki dasar dan tujuan untuk melakukan tugas tanggung jawabnya dengan benar. Istri juga harus memiliki prinsip untuk hidup dewasa secara rohani, karna akan mempengaruhi karakter istri dalam kehidupannya, dan jika tidak dewasa secara rohani dapat merusak tatanan pelayanan dari suami bahkan relasi dengan jemaat.
Frasa “tidak baik” laki-laki tanpa perempuan memiliki makna bahwa Allah punya rencana untuk menciptakan penolong bagi laki-laki. Tuhan melihat bahwa Adam membutuhkan bantuan yang setara dengan dirinya sendiri. Penolong bukanlah kedudukan yang rendah karena Allah memandang kedudukan hamba sebagai kedudukan untuk melayani, dan pelayanan adalah sesuatu yang penting di mata Allah (lih. Matius 20:25-28). Sebagai penolong yang sepadan, istri memiliki peran yang sangat berpengaruh terhadap orang yang ditolong. Ada tekanan untuk penyatuan esensi laki-laki dan perempuan. Kesatuan inilah yang mendorong adanya persatuan antara suami dan istri, di luar persatuan fisik (seksual), tetapi juga dalam semua aspek kehidupan. Oleh karena itu, perempuan diciptakan sebagai "penolong yang sepadan" untuk menolong laki-laki dalam menyelesaikan tugas mulia ini.
Perempuan diciptakan untuk membantu melaksanakan segala tugas dan tanggung jawab sebagai makhluk Tuhan. Karena laki-laki diciptakan oleh Tuhan sebagai makhluk sosial, kehidupan dapat dinikmati secara maksimal jika keduanya dapat memahami perannya masing-masing, terutama perempuan dengan sebagai penolong. Sebagai seorang istri, harus memahami fitrah menjadi seorang hamba. Orang yang menolong sering dipahami hanya sebagai orang yang statusnya lebih rendah daripada orang yang ditolong. Namun perlu dipahami juga bahwa kata yang sama juga digunakan untuk menunjukkan bahwa Allah adalah penolong Israel. Tetapi Alkitab tidak memandang rendah Tuhan ketika menyebut Dia Penolong umatNya dalam Mazmur 121 :1-2. “Aku melayangkan mataku ke gunung-gunung; Dari manakah pertolongan akan datang? Pertolonganku datangnya dari Tuhan yang menjadikan langit dan bumi (ayat 1,2)”. Kebersamaan dapat dipahami sebagai pertemuan untuk saling melengkapi, sepakat, rukun dan menjadi mitra atau sahabat. Karena pertolongan Allah yang layak bukanlah buatan manusia. Jadi, partikel di sini sebenarnya memiliki fungsi komplementer, yaitu melengkapi dirinya sendiri. Wanita diciptakan untuk melengkapi pria, sehingga keduanya dapat melakukan pekerjaan pemeliharaan untuk dunia ini.
Hakekat dari istri Kristen adalah seorang yang sudah percaya Yesus, dan seorang perempuan yang mempunyai prioritas yang benar sesuai dengan kebenaran Alkitab, juga rela melakukan hal yang membuat kehidupan suaminya menjadi limpah di dalam Tuhan. Selain dari pada itu, sebagai seorang istri juga memiliki hak dan tugas tanggung jawab dalam hidupnya. Istri mendapat hak untuk dihormati dari suami, sebagai teman pewaris dari kasih karunia yaitu kehidupan. Juga dihormati sebagai rekan sekerja Allah dalam melayani Tuhan, dan ditempatkan pada posisi yang penting dalam kehidupan suami. Dengan demikian sebagai seorang perempuan terlebih ketika sudah menjadi seorang istri, sangat signifikan untuk mengetahui hakekat nya sebagai seorang istri agar dapat berperan dan melakukan tugas tanggung jawab dengan baik sebagai seorang penolong yang sepadan bagi suaminya.
Seorang istri harus melakukan hak dan kewajibannya sebagai seorang istri. Hak seorang istri adalah sesuatu yang harus didapatkan dan dimiliki seorang istri dan tentunya tidak terlepas dari dalam pernikahan dan keluarga itu sendiri. Istri memiliki hak untuk mendapatkan kasih yang tulus dari suaminya sendiri. Dalam Efesus 5:25 mengatakan “laki laki harus mengasihi istrinya sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya”. Istri juga mendapat hak untuk dihormati oleh suami, dalam 1 Petrus 3:7 menjelaskan istri “sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan”. Menghormati berati menempatkan istri pada posisi penting, dan memperlakukan istri sebagai seseorang yang unik. Oleh sebab itu penting bagi istri untuk mengerti apa yang menjadi haknya, karna itu akan mempengaruhi bagaimana istri bersikap terhadap suaminya.
Melihat realita yang terjadi, maka sangat signifikan bagi setiap istri untuk memahami makna penolong yang sepadan, agar dapat berperan dengan baik sebagai penolong yang sepadan. Dalam Kej. 2:18 “Tuhan Allah berfirman: Tidak baik manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia”. Firman Allah yang menyatakan bagaimana manusia yang diciptakan serupa dan segambar dengan Allah yang kodratnya sebagai mahluk sosial tidak menyenangkan, tidak lengkap jika hidupnya seorang diri.
Dengan penjelasan di atas, istri hendaknya mengetahui bahwa dirinya diciptakan Tuhan sebagai penolong yang sepadan untuk suaminya. Namun tidak cukup sampai di situ, istri harus menghidupi apa yang firman Tuhan sudah katakan tentang identitas dirinya sebagai penolong yang sepadan untuk suaminya. Dalam hal ini juga, sangat signifikan untuk istri gembala jemaat mengetahui kebenaran dan melakukannya, agar istri gembala jemaat mampu menjadi perempuan yang baik secara karakter, dewasa secara rohani bahkan memiliki pendidikan yang cukup untuk melengkapi seorang Gembala jemaat. Signifikan agar istri gembala jemaat mampu menjadikan suami Gembala Jemaat yang berhasil, teladan bagi jemaat-jemaat yang dilayani dan semuanya untuk memuliakan Allah. Dengan demikian Firman Tuhan di dalam Amsal 31:29 mengatakan “Banyak wanita telah berbuat baik, tetapi kau melebihi mereka semua” dapat diberikan kepada istri yang mampu menghidupi bahwa perempuan diciptakan Allah sebagai penolong yang sepadan.
g. Indikator Isteri Sebagai Penolong menurut Kitab Kejadian 2:18
Indikator istri penolong menurut kejadian 2 :18 yaitu M3 (Membantu, Menghormati, dan Mengasihi).
1) Membantu suami
Hal pertama yang dilakukan oleh seorang istri yang Alkitabiah adalah membantu suami bukan pembantu. Artinya memaksimalkan karunia-karunia, talenta-talenta, ketrampilan- ketrampilan, dan pelatihan yang diberikan Tuhan untuk perbaikan keluarga di bawah kepemimpinan suami dan juga dalam kerjasama (kemitraanmu) dengan suami. Ketika Allah menciptakan Hawa, Dia membuat sebuah pernyataan yang dalam, “Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia” (Kej 2:8). Perempuan itu nggak hanya sekedar suatu tambahan manusia saja, tetapi perempuan merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan dari rencana Allah. Banyak pernikahan yang gagal karena perempuan tidak menolong suaminya, istri malah menggunakan pernikahan untuk menolong dirinya sendiri. Bukannya menjadi sahabat atau penolong untuk mendampingi suami, istri malah bekerja melawan peranannya dan tidak kerja sama dengan rencana Allah untuk keluarganya. Kalau seorang istri sudah kehilangan pandangan atas peranan tersebut (penolong, mitra dll), maka bisa dipastikan bahwa keluarga akan terus dipenuhi dengan suasana negatif. Kalau Allah menginginkan istri menjadi penolong, itu artinya suami membutuhkan pertolongan bukan? Saat kamu (istri) menemukan kesalahan suami, kamu harus menolongnya menjadi lebih baik bukan malah membiarkannya atau mendukungnya dalam kesalahan. Membiarkan atau mendukung kekeliruan yang dilakukan oleh suami sama dengan menginginkan iblis masuk dan memimpin rumah tangga kalian. Bersikap diam dan masa bodoh adalah kesalahan besar yang sering dilakukan oleh para istri.
a) Bantulah suami dalam masalah keuangan
Salah satu cara seorang istri bisa menolong suaminya adalah dalam bidang keuangan. Wanita yang menolong suaminya ini adalah wanita yang terampil. Dia adalah pengelola keuangan keluarga secara bijaksana artinya bahwa istri yang menjadi bendahara dalam keluarga. Istri dari Amsal 31 mempunyai semua kerampilan dan kemampuan dalam dunia ini. Kalau seorang istri mulai hidup untuk diri sendiri, maka berkat rohani dari Allah tidak akan turun atas kehidupannya ataupun keluarganya. Kalau seorang wanita mulai menjalani kehidupan pernikahannya dan hampir tidak pernah memikirkan suami dan rumah tangganya, wanita itu sudah bergabung dengan iblis untuk menolong menghancurkan pernikahannya.
b) Bantulah suamimu sebagai orangtua
Amsal 31:15 mengatakan, “Ia bangun kalau masih malam, lalu menyediakan makanan untuk seisi rumahnya, dan membagi-bagikan tugas kepada pelayan-pelayannya perempuan.” Kemudian dalam ayat 21 kita membaca, “Ia tidak takut kepada salju untuk seisi rumahnya, karena seluruh isi rumahnya berpakaian rangkap.” Mengapa Allah meminta wanita untuk mendahulukan rumah tangganya? Karena pekerjaan di rumah adalah untuk membesarkan generasi berikutnya bagi Tuhan. Seorang isteri Kristen membantu suaminya dengan menjadi pengelola di rumahnya dengan cara mendidik anak-anaknya mengasihi Tuhan dan mendidik mereka dalam kebenaran.
c) Bantulah suami dalam pelayanan
Ini adalah tentang seorang isteri yang melayani di samping suaminya dalam pelayanan mereka bagi Tuhan. Seperti yang dikatakan Amsal 31:20,26, “Ia memberikan tangannya kepada yang tertindas, mengulurkan tanganya kepada yang miskin ……. Ia membuka mulutnya dengan hikmat, pengajaran yang lemah-lembut ada di lidahnya." Wanita ini melayani orang-orang yang tertindas dan membimbing orang-orang yang membutuhkan hikmat Allah. Tidak ada yang bisa menarik pasangan untuk menjadi lebih dekat selain dari pada melayani Tuhan bersama-sama. Isteri yang digambarkan di sini tidak punya waktu untuk bermalas-malasan dan bergosip. Dia tidak punya waktu untuk menonton sinetron setiap hari. Dia sudah terlalu sibuk melayani Tuhan bersama suami. Pelayanan seorang Istri bagi Tuhan adalah menjadi partner pelayanan suami dalam gereja lokal. Tuhan sangat tidak terkesan dengan kerohanian yang dijalankan secara sendiri, namun yang dimaksudkan untuk dilakukan bersama-sama. Kecuali pasangan kamu menolak tegas untuk dibantu. Jika sudah demikian maka Tuhan yang akan mengurus pasangan kamu yang tidak mau hidup dalam rencana-Nya.
2) Menghormati Suami
Efesus 5:33, Paulus menuliskan “Bagaimanapun juga, bagi kamu masing-masing berlaku: kasihanilah isterimu seperti dirimu sendiri dan isteri hendaklah menghormati suaminya.”Ayat tersebut menjelaskan tentang doktrin ketertundukan. Sikap tunduk adalah sebuah konsep Alkitabiah tentang merendahkan hati . Seperti Yesus merendahkan diri tunduk kepada Bapa (Fil 2:6). Sebagai istri, kita diminta untuk tunduk dan menghormati suami. Bukan berarti kita kehilangan kesetaraan kita dengan suami dan kita menjadi rendah diri, namun hal ini adalah cara Allah supaya suami mengenali posisi dirinya sebagai kepala rumah tangga untuk menjalankan rencana Allah di dunia ini.
3) Mengasihi Suami
“Dan dengan demikian mendidik perempuan-perempuan muda mengasihi suami dan anak-anaknya,” (Titus 2:4). Ayat ini sangat jelas berbicara mengenai kasih yang tulus antara istri ke suami, kasih yang nggak memandang layak atau nggak nya seorang suami, kasih yang nyata, kasih yang terlihat dengan cara kita memperlakukan suami, kasih yang keluar dari hati yang penuh dengan cinta. Sebagai istri, berdoalah setiap hari untuknya. Doakan pekerjaanya, atasannya, usahanya, kehidupan rohaninya, dan juga pelayanannya. Demikian istri mengasihi suami dengan baik.
2. Kemaksimalan Suami Sebagai Imam
a. Kemaksimalan
Kemaksimalan atau maksimal yaitu suatu proses untuk mencapai hasil yang tertinggi atau maksimal (nilai efektif yang dapat dicapai). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia[45], “Memaksimalkan memiliki arti menjadikan sebanyak-banyaknya (menjadikan paling baik, paling tinggi). Jadi, Memaksimalkan adalah sebuah cara dan perbuatan (aktivitas/kegiatan) untuk mencari solusi terbaik dalam beberapa masalah, dimana yang terbaik sesuai dengan kriteria tertentu.Dalam penelitian ini, topik yang diangkat adalah kemaksimalan suami sebagai imam.
b. Hakikat Suami
Manusia diciptakan laki-laki dan perempuan untuk saling mengasihi, untuk membina hubungan yang baik, dan saling melengkapi dalam kasih. Dari Kej. 1:27, tertulis bahwa manusia diciptakan sebagai mahkluk yang berbeda, yaitu laki-laki dan perempuan, tetapi keduanya adalah sama derajatnya dihadapan Allah.[46] Alkitab juga menceritakan tentang persamaaan derajat atau kesetaraan laki-laki dan perempuan, di Ayub 1:2-5. Diceritakan bahwa Ayub memberikan warisan kepada anak perempuannya seperti yang dilakukan terhadap anak lakinya. Ayub memandang bahwa kedudukan laki-laki dan perempuan sama pentingnya dan mempunyai kedudukan yang sama.[47] Allah menciptakan sebuah pernikahan sebagai kemitraan setia antara satu pria dan satu wanita dan kemitraan ini menjadi satu pondasi yang kuat untuk membangun sebuah keluarga.[48]
Rumusan teologis teman pewaris dari kasih karunia adalah Pasangan hidup dalam pernikahan adalah pemberian yang tidak sia sia yang diberikan Allah kepada suami untuk hidup bersama-sama mengggenapi kehendakNya ; Allah memberi perintah kepada suami untuk memperlakukan pasangan hidupnya sebagai mitra dalam kehidupan rumah tangganya; Allah memerintahkan suami memelihara dan menjaga kesatuan hubungan pernikahan untuk mendapatkan kehidupan bersama yang utuh sebagai warisan yang kekal.
Suami adalah kepala dari isterinya. Kuasa suami atas istri, bukanlah merupakan kuasa yang mutlak, kuasa yang tidak ada batasnya tetapi justru sebaliknya, yaitu mengasihi dengan kasih yang benar, kasih yang sesungguhnya, kasih yang mencerminkan Kristus. Otoritas yang diberikan ini tidaklah memberikan kepada suami hak penuh untuk mengelola kehidupan rumah tangganya dengan tirani dan kekejaman demi mendapatkan keuntungan dan kemuliaan bagi dirinya sendiri. Sebagai seorang kepala rumah tangga, dia harus menjadi hamba Tuhan dan menyadari bahwa dia tidak berkuasa memerintah rumahnya sesuai dengan keinginannya sendiri, artinya seorang suami tidak memiliki otoritas lain selain yang diberikan Tuhan kepadanya. Wewenang yang didapatkannya haruslah dijalankan dengan penuh tanggung jawab sesuai dengan firman Tuhan. Dia tidak boleh bersikap arogan dengan memimpin istri dan keluarganya untuk menuruti jalan kesenangan dan keuntungannya sendiri, egois, tetapi sebaliknya dia harus memimpin keluarganya untuk hidup takut akan Tuhan.[49]
Pernikahan membutuhkan sebuah komitmen dan kekuatan cinta di awal pernikahan dan itu haruslah menjadi modal dan bekal untuk menjalani kehidupan berumah tangga. Komitmen yang sudah diucapkan dalam janji nikah, haruslah diwujudkan dalam bentuk tanggung jawab untuk saling memperhatikan pasangannya.[50]
Suami mengasihi isterinya. Cinta merupakan prioritas, hal yang sangat esensi bagi para suami, sementara otoritas bukanlah merupakan prioritas yang utama. Paulus juga mengatakan bahwa suami berkewajiban menyediakan kebutuhan dasar keluarga tetapi tidak mengikuti aturan, cara dunia. Hal ini menunjukkan bahwa penyediaan materi pun bukanlah prioritas meskipun itu juga penting. Tanggung jawab utama suami adalah mencintai istrinya meskipun itu tidaklah mudah. Mencintai istri adalah juga sebagai bentuk tindakan pengorbanan diri, juga sebagai wujud kepedulian kepada istrinya bahwa dirinya mencari kebaikan tertinggi dari orang yang sangat dicintainya.[51] Mencintai istri sepenuh hati adalah memperlihatkan bahwa dia tidak akan pernah melarang istrinya melakukan apa pun yang Tuhan sudah perintahkan atau suami memberi perintah kepadanya untuk melakukan apa pun yang Tuhan sudah melarang, dengan demikian dia pasti akan mengingat bahwa dia adalah seorang pribadi dan tidak akan pernah diremehkan manakala dia membuat sebuah keputusan. Pada akhirnya suami pasti akan menghormati pendapat istri dan mau bekerja sama, berkompromi jika dibutuhkan.[52]
Suami menghormati isterinya. Alkitab mengajarkan bahwa setiap orang kristen haruslah menghormati semua orang (I Petrus 2:17). Manusia sebagai makhluk ciptaan adalah menyandang citra Allah, oleh sebab itu setiap manusia dipanggil untuk hidup saling menghormati. Yesus pun mengatakan bahwa sebagai umat yang percaya kepadaNya, maka harus bisa saling mengasihi dan menghormati. Ini adalah merupakan prinsip dasar kehidupan manusia. Demikian juga dalam hubungan khusus antara suami dengan isteri, Alkitab sangat jelas memberikan peraturan yang sangat penting dalam menjalankan atau membina relasi tersebut, yaitu suami harus mengasihi isteri seperti Kristus mengasihi gerejaNya (Efesus 5:25) dan isteri harus menghormati suami seperti gereja menghormati Kristus (Efesus 5:33).
Peran penting seorang suami Kristen dalam pernikahan menurut Alkitab adalah memberikan perlindungan dan Allah telah menugaskan seorang suami untuk melindungi istrinya. Allah memberikan kekuatan kepada seorang lelaki bukan untuk melecehkan, merendahkan martabat tetapi justru melindungi sebagi bentuk penghormatan kepada isterinya. Bentuk menghormati istrinya adalah juga bersikap memprioritaskannya secara khusus. Dalam hal ini, bukan berarti suami memberikan perhatian secara berlebihan, mengidolakannya dan hanya dia lah satu satunya yang harus di layani tetapi suami menempatkan isteri diatas orang lain dengan cara yang khusus. Seorang suami Kristen yang baik menyimpan tempat khusus di hatinya hanya untuk istrinya. Suami dilarang keras memaksa isteri untuk menyerah pada angan angan, mimpinya sendiri dan dipaksa beralih mengikuti keinginan, atau impian suami, tetapi semuanya itu haruslah didiskusikan dan dilihat manakah yang terbaik untuk keberhasilan pernikahan.
c. Suami sebagai Iman
Alkitab menuliskan bahwa seorang suami dipanggil untuk menjadi imam di kehidupan rumah tangganya. Suami ini diarahkan untuk mencintai, menghormati, melindungi, dan memimpin bahkan dia memiliki standar kehidupan yang berintegritas sangat tinggi dan juga sebagai pemimpin yang dilandasi kerelaan untuk berkorban, rela memberikan apapun dan segalanya untuk tubuh istri dan keluarganya.[53]
Allah telah membentuk tiga lembaga manusia yang didalamnya ada kepala yang berperan sebagai imam yaitu: Keluarga, Gereja dan Pemerintah. Masing-masing lembaga itu memiliki maksud maksudnya tersendiri, namun ketiganya saling berkaitan.[54] Namun dalam tulisan ini akan memfokuskan pada lembaga keluarga. Suami adalah orang yang bertanggung jawab terhadap suatu keluarga (biasanya kaum bapak). Suami yang utama adalah laki-laki. Jika suami sudah tidak ada atau meninggal dunia, maka tugas suami digantikan oleh seorang ibu. Suami merupakan suami yang bertanggung jawab atas keseluruhan anggota keluarga.[55] Seorang suami berkaitan dengan segala sesuatu yang tidak hanya mengurusi hal-hal yang berbentuk fisik atau nyata, melainkan suami yang mengatur visi dan misi keluarga untuk membentuk suatu keluarga yang baik sesuai kehendak Allah. Pada dasarnya suami berperan untuk melindungi, menghidupi, dan mendidik anak-anak agar kelak dapat hidup layak dan mandiri.[56]
Senada dengan pendapat di atas Claartje Pattinama berpendapat bahwa peran suami dalam sebuah keluarga bukan saja dalam upaya memenuhi kebutuhan ekonomi dalam keluarga, tapi lebih dari itu, tentu saja untuk nantinya dapat melihat perkembangan dan pertumbuhan anaknya tapi juga bertanggung jawab pada pemberian bimbingan tentang nilai-nilai moral, keagamaan, dan kedisiplinan dalam mengasuh serta mengendalikan anak untuk nantinya bertumbuh sebagai individu yang matang dalam berpikir dan bertindak di kehidupan sosial masyarakatnya.[57]
Dalam kitab Perjanjian Lama memberikan gambaran bahwa orang tua adalah sebagai kepala keluarga yang bertanggung jawab atas kerohanian dan moral dari anak-anak yang telah dipercayakan Tuhan. Bagi bangsa Israel, seorang suami memiliki peran yang sama dengan nabi dan imam, yakni menyampaikan dan meneruskan berita karya keselamatan Allah kepada anak-anak dan istrinya. Sedangkan dalam kitab Perjanjian Baru memperlihatkan bahwa seorang ayah atau suami berkedudukan atau menjabat sebagai suami (Ef. 5:23), dan seorang istri sebagai penjaga keserasian dan keseimbangan hubungan keluarga.[58] Selain itu seorang suami ialah seorang imam di tengah tengah keluarganya (Kel. 19 : 6, Hak. 17 : 7,10a), sebagai sang pemimpin bagi keluarganya (1 Tim. 3 : 4-5; Ef. 5 : 23a), dan sebagai seorang pencari nafkah bagi anak-anak dan istrinya (Kej. 2 : 15, 3 : 19).[59]
Tekaitan dengan uraian di atas seorang suami juga memiliki fungsi dan peran sebagai imam di tengah-tengah keluarganya, yaitu: Pertama, suami sebagai penuntun dan pemimpin ibadah di tengah-tengah keluarga. Pengertian kata ibadah dalam kitab Perjanjian Lama (PL) dalam Yunani bahasa dalam (PB) Baru Perjanjian kitab dalam sedangkan ,(avoda) עֲבֹדָ ה adalah Ibrani bahasa adalah λατρειαν (latreian) yang memiliki makna sebuah tindakan dan sebuah sikap dalam rangka mempersembahkan ibadat kepada Allah. Dalam upacara atau ibadah gerejawi, tersusunlah sebuah tata ibadah yang lazim disebut sebagai liturgi. Liturgi adalah tata ibadah dan bahkan ibadah itu sendiri. Tata ibadah berkaitan erat dengan ibadah karena tata ibadah itu merupakan pewujudan dari ibadah itu sendiri. Singkatnya ibadah secara eksistensial itu ada terlebih dahulu, lalu kemudian diwujud nyatakan dalam tata cara tertentu dan dalam keteraturan tertentu.[60]
Oleh sebab itu seorang suami yang berperan sebagai imam harus mampu memahami tentang tata ibadah atau liturgi ibadah yang dapat diaplikasikan dalam ibadah keluarga. Dalam hal ini peranan suami sebagai imam ialah bagaimana ia mampu mempersiapkan anggota keluarganya untuk melaksanakan ibadah dan memandunya secara baik.[61] Tujuannya adalah sebagai penghormatan kepada Allah akan kasih dan anugerah-Nya kepada keluarga. Ibadah merupakan wujud ketundukkan manusia terhadap sang pencipta-Nya. Di dalam ibadah terkandung unsur pujian, doa, persembahan / ucapan sukur serta perenungan dan pembacaan Alkitab atau perenungan Firman Allah yang di pandu oleh suami. Untuk memahami esensi pemahaman ibadah di gereja dan keluarga, dalam hal ini peneliti menggunakan pendekatan dari paham White yang mengklasifikasikan antara ibadah umum dan ibadah pribadi atau keluarga. Dalam ibadah umum merupakan ibadah yang di persembahkan jemaat yang berkumpul bersama-sama dalam konteks gereja. Sedangkan ibadah secara perkeluarga ialah ibadah yang di persembahkan keluarga yang berkumpul bersama-sama dalam satu keluarga. Baik ibadah umum dan pribadi atau perkeluarga keduanya sepenuhnya adalah sah karena keduanya saling mengambil bagian dalam ibadah dari persekutuan tubuh Kristus yang universal.[62]
Kedua, suami sebagai pengajar firman Tuhan kepada keluarga. Seorang suami harus mampu menyampaikan dan mengajarkan Firman Allah di dalam keluarganya. Orang beriman harus dapat menjelaskan arti imannya baik secara kontekstual maupun dalam pengalaman hidup. Mengajarkan Firman Allah ialah tugas utama yang sangat penting dan tidak boleh diabaikan oleh para orang tua Yahudi (Ulangan 6:6-9), para orang tua Yahudi selalu mengajar anak-anak mereka serta seluruh anggota keluarga akan kebenaran Firman Allah dalam setiap waktu dan kesempatan. Pengajaran Firman Tuhan di lingkungan orang Yahudi bukan suatu usaha sambilan, melainkan inti dari kegiatan sehari-hari yang merupakan kewajiban.[63] Tugas dan tanggung jawab mengajarkan Firman Tuhan kepada keluarga merupakan suatu perintah yang harus atau wajib dikerjakan oleh setiap orang tua Kristen seperti yang dikatakan oleh Musa, “Apa yang Kuperintahkan kepadamu hari ini haruslah engkau perhatikan (Ulangan 6:6)”. Hal ini menunjukkan bahwa perintah itu harus dilakukan secara aktif dan bukan pasif serta tidak boleh diabaikan. Tanggung jawab mengajarkan Firman Tuhan kepada keluarga harus dilakukan dengan tekun dan tulus oleh seorang suami.[64]
Ketiga, Suami sebagai penasehat dan teladan. Seorang Suami harus mampu menjadi penasehat yang bijaksana bagi keluarganya. Mampu merangkul dan menopang keluarga dalam setiap persoalan dan pergumulan kehidupan sehingga keluarga tetap mendekatkan diri kepada Allah, taat kepada aturan pemerintah dan gereja. Selain itu seorang suami harus menjadi teladan rohani yang baik bagi keluarganya. Iman keluarga dapat bertumbuh dengan baik ketika seorang suami memiliki contoh yang baik dalam pengaplikasian Firman Tuhan dalam keluarga. Oleh sebab itu, orang tua harus menjadi seorang imam yang mampu memberikan nasihat dan teladan bagi keluarganya. Dalam kitab 1 Timotius 4:12 kata teladan dalam bahasa Yunani adalah τύπος (tupos) yang berarti teladan, contoh, pola bagi kehidupan keluarga atau orang lain. Keteladanan yang Paulus minta adalah teladan dalam perkataan, tingkah laku, kasih, kesetiaan dan kesucian sebagai sarana atau alat untuk mengomunikasikan kasih Allah dan pembentukan moral spiritualitas dalam keluarga.[65] Dengan demikian nasihat dan keteladanan dari seorang suami sebagai imam harus berbanding lurus dengan cara hidupnya sehingga nasihatnya dapat diterima oleh anggota keluarganya.
Dalam disiplin GEPKIN ........................ ........................ telah ditetapkan apa-apa saja yang menjadi tugas dan tanggung jawab anggota jemaat, antara lain: (1) Rajin membaca Firman Tuhan setiap hari; (2) Rajin dan tekun berdoa setiap hari; (3) Rajin mengikuti setiap kebaktian, seperti Kebaktian Keluarga, Kebaktian Rumah Tangga, Kebaktian Umum, Kebaktian Evangelisasi, Kebaktian Kebangunan Rohani, dan kebaktian-kebaktian lainnya; (4) Setia mempersembahkan persepuluhan setiap bulan; (5) Setia memberikan persembahan lainnya; (6) Berpartisipasi aktif dalam semua pelayanan di Jemaat GEPKIN ........................ .........................[66]
Tugas dan tanggung jawab anggota jemaat di atas menginstruksikan kesinergian antara ibadah dan kerohanian di tengah-tengah keluarga dengan kerohanian di gereja harus berjalan seimbang. Peranan suami sebagai imam jelas tersirat jelas pada poin “kebaktian keluarga” hal ini menginstruksikan bahwa selain kebaktian umum di gereja setiap hari minggu suami juga harus berperan sebagai imam di tengah-tengah keluarganya untuk melaksanakan kebaktian atau ibadah keluarga. Selain itu seorang suami mampu menuntun keluarganya untuk rajin membaca Firman Tuhan, rajin dan tekun berdoa setiap hari. Setia mempersembahkan persepuluhan setiap bulan dan setia memberikan persembahan lainnya.
Menurut peneliti peranan suami sebagai imam di tengah-tengah keluarga dapat di bagi dalam beberapa poin, yaitu: (1) mampu menuntun dan memimpin anggota keluarga untuk melaksanakan kebaktian atau ibadah keluarga pada hari minggu; (2) mampu menuntun dan memimpin anggota keluarga untuk melaksanakan kebaktian atau ibadah keluarga pada hari-hari biasa secara singkat; (3) mampu menuntun dan memimpin keluarga untuk rajin membaca Alkitab setiap hari mulai dari kitab Kejadian sampai kitab Wahyu yang dibaca secara bertahap setiap harinya; (4) mampu menuntun dan memimpin keluarga untuk rajin dan tekun berdoa pagi hari sesudah bangun tidur dan pada malam hari sebelum tidur; (5) mampu menjadi penasehat dan teladan yang baik bagi keluarga untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah, taat kepada aturan pemerintah dan gereja; (6) memberikan tanggung jawabnya kepada Allah lewat gereja, yaitu persembahan persepuluhan setiap bulan dan persembahan ibadah keluarga setiap minggunya.
Ada sebuah ungkapan dalam tradisi Methodis, yitu “Alkitab ditangan kanan dan disiplin di tangan kiri”. Secara sederhana ungkapan itu hendak mengatakan bahwa orang-orang Methodist mencintai Alkitab pertama-tama, kemudian juga harus memahami disiplin gerejanya, sehingga jemaat taat dan disiplin secara rohani kepada Allah.[67] Dalam kaitan ini, suami yang menjalankan peranannya dengan baik sebagai imam di tengah-tengah keluarganya, menunjukkan bahwa mereka menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sebagai anggota jemaat GEPKIN ........................ ........................ Parsambilan secara disiplin sesuai dengan Disiplin GEPKIN ........................ ......................... Sebagaimana yang telah penulis uraikan sebelumnya bahwa dalam segi ajaran Alkitab (Kristen) membuat penekanan pada pentingnya keluarga sebagai tempat pelatihan kehidupan sebagaimana iman Timotius dibentuk di dalam keluarga melalui seorang Lois neneknya dan Eunike ibunya (2 Timotius 1:5). Hal ini menunjukkan bahwa suami sebagai imam di tengah tengah keluarganya bertanggung jawab menjaga kerohaniannya dan juga keluarganya. Secara tersirat, suami dan istri tidak akan dapat membangun rumah tangga yang baik tanpa didahului takut akan Tuhan, dan secara khusus suami yang takut akan Tuhan mendapat berkat yang luar biasa dari Tuhan.
Peranan suami sebagai imam di tengah-tengah keluarganya sangatlah penting untuk terus ditingkatkan sebagai salah satu bukti bahwa anggota keluarga menjalankan tugas dan tanggung jawab mereka dalam hal kedisplinan kerohanian di rumah dan di gereja sebagai anggota jemaat GEPKIN ........................ ........................ sesuai dengan Disiplin GEPKIN ........................ ......................... Di sisi lain seorang suami bertanggung jawab menjaga kerohanian keluarganya di hadapan Allah yang memberikan keluarga dan yang memberkatinya (1 Tawarikh 17:27; Ulangan 6:6-7, 12:28).
d. Indikator Suami sebagai Imam
Sebagai imam, seorang suami juga berperan sebagai pelindung, pembela dan penolong baik di masa-masa sulit ataupun indah, dia siap menyerahkan nyawanya demi orang-orang yang dikasihinya. Hanya ada satu kunci yang bisa membuat seorang suami menjalankan perannya sebagai imam dalam keluarga yaitu hidup sebagaimana teladan Kristus. Karena Yesus sudah lebih dulu menjadi role model kepemimpinan dan Dia mau supaya kita pun bisa hidup serupa seperti Dia.
"Kamu tahu, bahwa pemerintah-pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi dan pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu; sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang." (Matius 20: 25-28)
Adapun indikator yang digunakan dalam pemenuhan kriteria suami sebagai imam dijelaskan sebagai berikut :
1) Memiliki hubungan yang baik dan sehat dengan Allah.
2) Menemukan terlebih dulu kebahagiaan sejatinya di dalam Kristus.
3) Hubungan intim dengan Tuhan membuatnya menyadari bahwa dia bisa memimpin secara efektif dalam keluarganya.
4) Seorang suami harus memiliki komitmen dan karakter yang seimbang baik secara mental maupun emosional.
5) Suami harus bersikap proaktif dan berani menghadapi tantangan yang muncul dalam keluarganya dan yang mengancam kesejahteraan hidup mereka.
6) Seorang suami harus bisa mengambil solusi yang bijaksana saat sebuah masalah muncul, serta
7) Suami harus hidup dalam integritas, jujur, bijaksana dan menjadi pribadi pemimpin yang dihormati keluarganya.
B. Penelitian Relevan
Dalam penelitian ini, penulis mengacu pada penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian yang akan dilaksanakan saat ini. Berikut ini beberapa hasil penelitian yang relevan yang dijadikan bahan telaah bagi peneliti diantaranya :
1. Yosefo Gule, 2020. Peranan Kepala Keluarga Sebagai Imam Di Tengah Tengah Keluarga Dimasa Pandemi Covid-19. Voice Of Wesley: Jurnal Ilmiah Musik dan Agama.[68] Menyikapi perkembangan penyebaran Covid-19 yang semakin masif dan cepat maka PGI bersinergi dengan pemerintah untuk menghambat penyebaran Covid-19 dengan menghimbau gereja-gereja untuk memindahkan seluruh aktifitas gereja, menjadi aktifitas dan ibadah keluarga di rumah masing-masing. Dampak aturan tersebut ialah kepala keluarga mengambil peran sebagai imam dalam menjalankan ibadah di tengah-tengah keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan kepala keluarga sebagai imam di tengah-tengah keluarga dimasa pandemi Covid-19. Metode penulisan pada artikel ini adalah menggunakan metode kajian kualitatifdeskriptif dengan pendekatan library research, membaca dan membandingkan sejumlah referensi. Secara konseptual peranan seorang kepala keluarga sebagai imam sangatlah penting mengingat kepala keluarga berperan menjaga kerohanian keluarganya di hadapan Allah dan gereja. Adapun yang menjadi fungsi utama imam keluarga ialah mampu menuntun dan memimpin ibadah keluarga baik pada hari minggu maupun pada hari-hari biasa; rajin membaca Alkitab; tekun berdoa setiap hari; setia memberikan persembahan persepuluhan; persembahan ibadah keluarga; menjadi penasehat dan teladan yang baik bagi keluarga secara khusus dimasa pandemi Covid-19.
2. Antony Sanjaya Suwignyo, 2021. Kajian Teologis Tentang Teman Pewaris Dari Kasih Karunia Menurut I Petrus 3:7 dan Implikasinya Bagi Tanggung Jawab Suami Dalam Ikatan Pernikahan Kristen (Studi kasus di Gereja Bethel Indonesia Berkat Bagi Bangsa Surabaya).[69] Kebutuhan untuk berpasangan dalam koridor pernikahan adalah kebutuhan yang hakiki sesuai dengan natur manusia dimana laki-laki ditetapkan sebagai kepala, pemimpin bagi istri dan keluarganya. Sebagai pemimpin, laki-laki juga berkewajiban membimbing, membagi tugas dengan isterinya untuk bersama-sama beranak cucu, memenuhi bumi dan mengelolanya. Pasangan suami istri yang telah mengerti dengan jelas maksud dan tujuan pernikahan maka akan menyadari bahwa pernikahan yang nantinya akan mereka jalani adalah sebuah kehidupan bersama yang tidak luput dari permasalahan, konflik rumah tangga. Istri sebagai teman pewaris dari kasih karunia dan suami haruslah menaruh hormat, respek dan tidak boleh mengambil keuntungan dari kepatuhan istrinya itu. Penelitian kualitatif deskriptif studi kasus ini dilakukan dengan tujuan mencari kebenaran yang sesungguhnya dari peran, atau dampak seorang suami terhadap pernikahannya menurut I Petrus 3:7. Analisis yang dilakukan bersifat studi biblika eksegese terhadap makna dari frasa teman pewaris dari kasih karunia menurut I Petrus 3:7 dan kajian studi pustaka untuk melihat implikasinya terhadap penerapan praktis dari tanggung jawab para suami Kristen di GBI Berkat Bagi Bangsa Surabaya. Dalam penelitian ini, digunakan angket sebagai alat pengumpulan data dari para responden. Temuan dari sebaran angket itu adalah tanggung jawab sebagai kepala rumah tangga, sebagai imam dan teladan bagi isterinya, di dapatkan prosentase 94,1% serta tanggung jawab untuk menghormati isterinya dengan tidak mempermalukannya karena isterinya adalah satu-satunya bagi hidupnya, di dapatkan prosentase sebesar 94,1%, sementara itu, suami harus bersikap tegas tetapi tidaklah lebih tinggi kedudukannya dibandingkan isterinya, diperoleh prosentase sebesar 41,2%. Kesimpulan dari penelitian ini adalah para suami menyadari perannya sebagai kepala dan imam, yang harus mengasihi dan menghormati isterinya. Ada temuan yang lain, yaitu ketidaksetujuan responden terhadap pernyataan suami harus bersikap tegas tetapi tidak boleh lebih tinggi kedudukannya dari isterinya.
3. Sherly Mudak, 2022. Signifikansi “Penolong Yang Sepadan” Menurut Kejadian 2:18 Bagi Istri Gembala Jemaat Masa Kini[70]. Perempuan diciptakan sebagai penolong yang sepadan bagi laki-laki (Kejadian 2:1 8), dalam arti diciptakan untuk mendukung, melengkapi tugas dan panggilan suaminya. Begitupun halnya ketika menjadi istri dari seorang gembala jemaat. Istri gembala jemaat dalam kehidupannya harus berkenan kepada Tuhan, memiliki karakter yang sesuai dengan firman Tuhan serta menjadi pribadi yang bijaksana, sehingga menjadi kesaksian yang patut diteladani oleh orang lain dan memuliakan Tuhan. Selain memiliki karakter yang baik, harus memiliki kedewasaan rohani yang memadai sehingga dapat mengimbangi pelayanan suami dan kualitas kerohanian suami, keluarga dan pelayanan suami di gereja. Tujuan dari penulisan ini untuk menjelaskan mengenai makna “Penolong Yang Sepadan” menurut Kejadian 2:18, supaya istri gembala jemaat masa kini memperoleh pemahaman yang benar sebagai seorang penolong dan signifikansi bagi para istri gembala jemaat Untuk mencapai tujuan tersebut penulis menggunakan metode deskriptif dan ditindaklanjuti dengan mengumpulkan data-data literatur. Penulis menemukan bahwa ada istri gembala jemaat yang tidak hidup sungguh- sungguh takut Tuhan, membuat dirinya tidak hidup didalam kekudusan Allah, seperti istri selingkuh bahkan membunuh suaminya sendiri. Penulis memberi saran istri gembala jemaat harus memiliki pengenalan yang baik akan Tuhan, sehingga apa yang dilakukan sesuai dengan apa yang Tuhan kehendaki. Istri gembala jemaat harus terus meng-upgrade diri baik secara pengetahuan, kecakapan dalam hal-hal praktis yang diperlukan dalam pelayanan, dan keterampilan yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan pelayanan
4. Okyob Jeon, 2022. Status Perempuan Menurut Perspektif Kejadian 2:18, Jurnal Luxnos, Volume 8 Nomor 2, Desember 2022[71]. Banyak orang Kristen di Asia masih menganggap laki-laki lebih tinggi dari perempuan karena perempuan diciptakan untuk menjadi “pembantu” laki-laki. Menanggapi kesalahpahaman tentang superioritas laki-laki atas perempuan dari kata “penolong” dalam Kejadian 2:18, status perempuan dari sudut pandang Kejadian 2:18 dipelajari dalam artikel ini. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan hermeneutika, khususnya eksegesis. Hasilnya, dalam Kejadian 2:18, tidak ada konotasi tentang inferioritas perempuan di bawah laki-laki atau sahnya dominasi laki-laki atas perempuan. Ditekankan bahwa Tuhan akan mempersiapkan wanita yang dapat memenuhi kebutuhan pria, dan kata “penolong” tidak menyatakan status wanita tetapi perannya bagi pria. Selain itu, pria dan wanita harus saling membantu pada tingkat yang setara. Kejadian 1:26-28, 1 Korintus 11:9, dan 1 Timotius 2:13
5. Selfisina Tetelepta, 2016. Studi Psiko Feminis Terhadap Peran Hawa Sebagai Penolong dalam Kejadian 2: 18, Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga[72]. Tujuan tulisan ini adalah untuk memahami makna Hawa sebagai penolong dalam Kejadian 2: 18 yang ditinjau menurut hermeneutik dan psiko feminis. Tulisan ini hendak merekonstruksi Kejadian 2: 18 dengan melihat kondisi psikologi Hawa sebagai simbol seluruh perempuan. Hasil analisa yang dilakukan menunjukan bahwa penolong yang dimaksudkan dalam Kejadian 2: 18 sangat berbeda dengan makna layaknya pembantu. Penolong dalam Kejadian 2: 18 menggambarkan kesetaraan antara laki-laki dan perempuan yang sifatnya saling membutuhkan untuk menutupi kekurangan dan keterbatasan. Analisa ini kemudian digunakan untuk merekonstruksi relasi laki-laki dan perempuan dalam masyarakat Israel Kuno. Penelitian ini melalui hermeneutik dan psiko feminis ingin menunjukan bahwa perempuan memiliki peranan yang luar biasa karena memiliki sumber daya manusia yang berlimpah untuk menolong pihak lain, dalam hal ini laki-laki dalam menjalankan segala urusan yang ada dalam keluarga dan komunitas. Dengan demikian, maka kajian psiko-feminis hendaknya dapat meningkatkan status dan rasa percaya diri perempuan terutama di Indonesia untuk terlibat aktif dalam ranah domestik dan publik.
C. Kerangka Pikir
Kerangka berpikir yang dikembangkan dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam model penelitian sebagai berikut:
Gambar 2.1
Kerangka Berpikir
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan rumusan
masalah di bab pertama dengan teori beserta
kerangka berpikir, maka hipotesis penelitian dapat disusun sebagai berikut:
Ho : tidak terdapat pengaruh isteri sebagai penolong menurut kitab kejadian 2:18 terhadap kemaksimalan suami sebagai imam di GEPKIN ........................ ........................ tahun 2024
Ha : terdapat pengaruh isteri sebagai penolong menurut kitab kejadian 2:18 terhadap kemaksimalan suami sebagai imam di GEPKIN ........................ ........................ tahun 2024
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian adalah GEPKIN ........................ ......................... Tempat ini dipilih dikarenakan sesuai dengan masalah secara umum yang berada di wilayah Taruntung mengenai istri untuk menjalan perannya dalam mendampingi suami. Keberadaan GEPKIN ........................ ........................ di wilayah Taruntung, yang mana para anggota jemaat sebagai anggota jemaat gereja tersebut sebagian besar berdomisili di wilayah Taruntung. Waktu penelitian dilakukan selama tiga bulan yaitu terhitung dari Januari sampai Maret 2024. Kegiatan utama selama tiga bulan adalah penarikan data melalui angket, pengolahan data dan analisis.
B. Metode Penelitian
Pada dasarnya metode penelitian digunakan untuk memecahkan suatu masalah di lapangan. Melalui metode, data dikumpul, dikaji, diolah, selanjutnya ditarik kesimpulan sebagai acuan dalam menjawab permasalahan yang dihadapi. Sehingga dengan metode penelitian pendekatannya dinilai lebih obyektif dan ilmiah. Berdasarkan pokok masalah yang dikemukakan dalam latar belakang, bunyi rumusan masalah yang diajukan, dan tujuannya, maka lebih tepat dengan pendekatan analisis deskriptif dan metode kuantitatif.
Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang bekerja dengan angka dan menghasilkan data berbentuk bilangan (skor atau nilai, peringkat, atau frekuensi). Data tersebut kemudian dianalisis dengan metode statistik guna menjawab hipotesis penelitian secara spesifik dan untuk menunjukkan pengaruh antara variabel satu dengan yang lain.[73] Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif korelasional untuk melihat pengaruh istri sebagai penolong menurut kitab Kejadian 2:18 terhadap kemaksimalan suami sebagai imam di GEPKIN ........................ .........................
C. Populasi, Teknik Pengambilan Sampel, dan Penetapan Jumlah Sampel
Menurut Sugiyono, populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Selanjutnya teknik sampling adalah teknik pengambilan sampling.[74]
Berdasarkan pengertian di atas maka populasi dalam penelitian ini adalah suami istri sebagai anggota jemaat di gereja GEPKIN ........................ ......................... Salah satu alasan dari peneliti untuk menetapkan mereka sebagai populasi karena dinilai mewakili untuk mencari jawaban dari masalah yang sedang diteliti.
Secara keseluruhan populasi jemaat suami istri di GEPKIN ........................ ........................ berjumlah 30 orang. Rencana dalam penetapan populasi, selama masih dapat dijangkau maka peneliti akan menetapkan seluruh populasi menjadi sampel, sehingga akurasi tingkat kesalahan melakukan prediksi menjadi sangat rendah. Sehingga penggunaan teknik sampling dalam penelitian ini adalah dengan teknik populasi atau seluruh populasi dijadikan sebagai sampel penelitian. Sedangkan sampel uji coba menggunakan responden sebanyak 25 pasang jemaat.
D. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dijaring melalui kuesioner. Menurut Sugiyono, kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.[75]Selanjutnya Arikunto mengatakan metode angket atau kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau halhal yang ia ketahui.[76] Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dipilih menggunakan kuesioner (angket), dengan alasan karena instrumen sudah tersedia berdasarkan bangunan teori kemudian dikonsultasikan dengan para pembimbing (expert judment). Menurut peneliti dengan teknik ini lebih cocok, karena dinilai efektif dan efisien. Sebab jumlah responden tidak terlalu besar.
E. Pengembangan Instrumen
Variabel instrumen dalam penelitian ini dibangun berdasarkan teori yang dikembangkan pada bab 2. Sebelum peneliti menetapkan setiap instrumen, maka peneliti melakukan konsultasi dengan dosen pembimbing satu dan pembimbing dua. Dari hasil diskusi, persetujuan pembimbing dan melalui ujian proposal maka peneliti melakukan penyusunan dan pengembangan kisi-kisi instrumen variabel yang terdiri dari definisi konseptual, definisi operasional dan kisi–kisi variabel dan hasil uji instrumen. Berikut di bawah ini adalah penjelasan mengenai variabel istri sebagai penolong dan suami sebagai imam dari definisi konseptual, operasional, kisi-kisi, dan uji coba instrumen.
1. Variabel Istri Sebagai Penolong Menurut Kitab Kejadian 2:18 (X)
a. Definisi Konseptual
Perempuan dinyatakan sebagai saluran pertolongan Allah yang menandakan bahwa perempuan merupakan rekan kerja Allah yang dapat memberikan pertolongan kepada sesamanya yang membutuhkan. Allah memberikan mandat dan wewenang kepada perempuan untuk bertindak sebagai penolong yang sepadan kepada sesamanya termasuk kaum laki-laki.
b. Definisi Operasional
Istri sebagai penolong dalam Kejadian 2:18 adalah saluran pertolongan Allah bagi dunia dan Allah adalah penolong umat manusia. Perempuan dinyatakan sebagai saluran pertolongan Allah yang menandakan bahwa perempuan merupakan rekan kerja Allah yang dapat memberikan pertolongan kepada sesamanya yang membutuhkan. Allah memberikan mandat dan wewenang kepada perempuan untuk bertindak sebagai penolong yang sepadan kepada sesamanya termasuk kaum laki-laki. Dengan indikator yang hendak diteliti adalah membantu suami, menghormati suami, mengasihi suami.
c. Kisi-Kisi Instrumen
Berikut adalah kisi-kisi instrumen variabel istri sebagai penolong dalam Kejadian 2:18.
Tabel 3.1
Kisi-Kisi Instrumen Variabel Istri Sebagai Penolong
dalam Kejadian 2:18
No |
Indikator |
Subindikator |
No. Item |
1 |
Membantu suami |
Bantulah suami dalam masalah keuangan |
1, 2, 3, 4 |
Bantulah suamimu sebagai orangtua |
5, 6, 7, 8 |
||
Bantulah suami dalam pelayanan |
9, 10, 11, 12 |
||
2 |
Menghormati Suami |
13, 14, 15, 16 |
|
3 |
Mengasihi Suami |
17, 18, 19, 20 |
d. Uji Coba Instrumen
Uji coba dalam penelitian ini dilaksanakan setelah mendapat persetujuan dari ahli judgement yaitu dosen pembimbing satu dan dua. Setelah instrumen dirasa baik, dilanjutkan dengan menguji instrumen tersebut. uji yang digunakan adalah uji validitas dan relabilitas. Mengukur skor dalam angket digunakan dengan menggunakan skala likert. Alternatif jawaban terdiri dari selalu (SL) = 5, sering (SR) = 4, jarang (JR)= 3, pernah (P)= 2 dan tidak pernah (TP)= 1.
Uji validitas yang digunakan bertujuan untuk memastikan bahwa pertanyaan akan diklasifikasi pada variabel yang ditentukan. Pengujian validitas setiap pertanyaan dilakukan dengan menghitung korelasi product moment antara skor setiap pertanyaan dengan skor total. Penjabaran rumusnya yaitu :
Keterangan:
rxy = koefisien korelasi antara variabel x dan y
N = banyaknya responden
X = skor setiap butir item
Y = skor total yang diperoleh
Σx = jumlah skor item
Σy = jumlah skor total
Σx2 = jumlah kuadrat skor item
Σy2 = jumlah kuadrat skor total
Kriteria pengujian adalah bila harga r hitung lebih besar dari r tabel, maka butir instrumen tersebut valid. Kriteria yang digunakan untuk uji-keabsahan butir adalah r tabel dengan α = 0,05 artinya jika rhitung lebih besar dari rtabel maka butir dianggap absah, sedang jika rhitung lebih kecil atau sama dengan rtabel maka butir dianggap tidak sah dan selanjutnya didrop atau tidak digunakan. Berikut hasil uji coba instrumen untuk variabel istri sebagai penolong.
Tabel 3.2
Hasil Uji Validasi Variabel Istri Sebagai Penolong (X)
No |
rhitung |
rtabel |
interpretasi |
1 |
0,75 |
0,338 |
Valid |
2 |
0,54 |
0,338 |
Valid |
3 |
0,57 |
0,338 |
Valid |
4 |
0,67 |
0,338 |
Valid |
5 |
0,70 |
0,338 |
Valid |
6 |
0,86 |
0,338 |
Valid |
7 |
0,66 |
0,338 |
Valid |
8 |
0,76 |
0,338 |
Valid |
9 |
0,75 |
0,338 |
Valid |
10 |
0,67 |
0,338 |
Valid |
11 |
0,55 |
0,338 |
Valid |
12 |
0,51 |
0,338 |
Valid |
13 |
0,48 |
0,338 |
Valid |
14 |
0,40 |
0,338 |
Valid |
15 |
0,46 |
0,338 |
Valid |
16 |
0,70 |
0,338 |
Valid |
17 |
0,57 |
0,338 |
Valid |
18 |
0,81 |
0,338 |
Valid |
19 |
0,52 |
0,338 |
Valid |
20 |
0,57 |
0,338 |
Valid |
Jumlah angket valid |
20 |
||
Jumlah angket tidak valid |
0 |
Butir instrumen Istri Sebagai Penolong yang sudah valid tersebut selanjutnya dihitung reliabilitasnya dengan menggunakan rumus koefisien alpha (alpha Cronbach). Ukuran reliablititas berhubungan dengan konsistensi dan kekauratan pengukuran. Penelitian ini menggunakan koefisien Cronbach Alpha. Penjabaran rumusnya adalah sebagai berikut.
Keterangan:
𝑟11 = reliabilitas yang dicari
n = banyaknya butir soal
∑ 𝜎𝑖2 = jumlah varian item
𝜎𝑡2 = varian total
Kriteria keputusan reliabel tidaknya kuesioner dinyatakan apabila nilai Cronbach’s Alpha > 0,60 adalah reliabel. Berdasarkan hasil perhitungan skor ujicoba instrumen Istri Sebagai Penolong diperoleh nilai koefisiean reliabilitas sebesar 0,8826 (lebih besar dari 0,60), sehingga instrumen dinyatakan reliabel. Instrumen yang dinyatakan valid dan reliabel dapat dipergunakan dalam pengambilan data penelitian.
2. Variabel Suami Sebagai Imam (Y)
a. Definisi Konseptual
Alkitab menuliskan bahwa seorang suami dipanggil untuk menjadi imam di kehidupan rumah tangganya. Suami ini diarahkan untuk mencintai, menghormati, melindungi, dan memimpin bahkan dia memiliki standar kehidupan yang berintegritas sangat tinggi dan juga sebagai pemimpin yang dilandasi kerelaan untuk berkorban, rela memberikan apapun dan segalanya untuk tubuh istri dan keluarganya.
b. Definisi Operasional
Seorang suami juga berperan sebagai pelindung, pembela dan penolong baik di masa-masa sulit ataupun indah, dia siap menyerahkan nyawanya demi orang-orang yang dikasihinya. Hanya ada satu kunci yang bisa membuat seorang suami menjalankan perannya sebagai imam dalam keluarga yaitu hidup sebagaimana teladan Kristus. Indikator suami sebagai imam adalah Memiliki hubungan yang baik dan sehat dengan Allah, Menemukan terlebih dulu kebahagiaan sejatinya di dalam Kristus , Hubungan intim dengan Tuhan membuatnya menyadari bahwa dia bisa memimpin secara efektif dalam keluarganya, Seorang suami harus memiliki, Hubungan intim dengan Tuhan membuatnya menyadari bahwa dia bisa memimpin secara efektif dalam keluarganya, komitmen dan karakter yang seimbang baik secara mental maupun emosional, Suami harus bersikap proaktif dan berani menghadapi tantangan yang muncul dalam keluarganya dan yang mengancam kesejahteraan hidup mereka, Seorang suami harus bisa mengambil solusi yang bijaksana saat sebuah masalah muncul, serta Suami harus hidup dalam integritas, jujur, bijaksana dan menjadi pribadi pemimpin yang dihormati keluarganya.
c. Kisi-Kisi Instrumen
Berikut adalah kisi-kisi instrumen variabel suami sebagai imam
Tabel 3.3
Kisi-Kisi Instrumen Variabel suami Sebagai Imam
No |
Peryataan. |
No. Item |
1 |
Memiliki hubungan yang baik dan sehat dengan Allah. |
1, 2, 3, 4 |
2 |
Menemukan terlebih dulu kebahagiaan sejatinya di dalam Kristus |
5, 6, 7, 8 |
3 |
Hubungan intim dengan Tuhan membuatnya menyadari bahwa dia bisa memimpin secara efektif dalam keluarganya |
9, 10, 11 |
4 |
Seorang suami harus memiliki komitmen dan karakter yang seimbang baik secara mental maupun emosional. |
12, 13, 14 |
5 |
Suami harus bersikap proaktif dan berani menghadapi tantangan yang muncul dalam keluarganya dan yang mengancam kesejahteraan hidup mereka. |
15, 16 |
6 |
Seorang suami harus bisa mengambil solusi yang bijaksana saat sebuah masalah muncul, serta |
17, 18 |
7 |
Suami harus hidup dalam integritas, jujur, bijaksana dan menjadi pribadi pemimpin yang dihormati keluarganya. |
19, 20 |
d. Uji Coba Instrumen
Instrumen variabel suami sebagai imam terdiri dari 20 butir pernyataan. Mengukur skor dalam angket digunakan dengan menggunakan skala likert. Alternatif jawaban terdiri dari selalu (SL) = 5, sering (SR) = 4, jarang (JR)= 3, pernah (P)= 2 dan tidak pernah (TP)= 1. Pengujian validitas setiap pertanyaan angket variabel suami sebagai imam (Y) dilakukan dengan menghitung korelasi product moment antara skor setiap pertanyaan dengan skor total. Penjabaran rumusnya yaitu :
Keterangan:
rxy = koefisien korelasi antara variabel x dan y
N = banyaknya responden
X = skor setiap butir item
Y = skor total yang diperoleh
Σx = jumlah skor item
Σy = jumlah skor total
Σx2 = jumlah kuadrat skor item
Σy2 = jumlah kuadrat skor total
Kriteria pengujian adalah bila harga rhitung lebih besar dari rtabel, maka butir instrumen tersebut valid. Kriteria yang digunakan untuk uji-keabsahan butir adalah rtabel dengan α = 0,05 artinya jika rhitung lebih besar dari rtabel maka butir dianggap absah, sedang jika r hitung lebih kecil atau sama dengan rtabel maka butir dianggap tidak absah dan selanjutnya didrop atau tidak digunakan. Berikut hasil uji validitas variabel suami sebagai imam (Y).
Tabel 3.4
Hasil Uji Validasi Variabel Suami Sebagai Imam (Y)
No |
rhitung |
rtabel |
interpretasi |
1 |
0,533 |
0,338 |
Valid |
2 |
0,552 |
0,338 |
Valid |
3 |
0,391 |
0,338 |
Valid |
4 |
0,739 |
0,338 |
Valid |
5 |
0,726 |
0,338 |
Valid |
6 |
0,708 |
0,338 |
Valid |
7 |
0,743 |
0,338 |
Valid |
8 |
0,646 |
0,338 |
Valid |
9 |
0,506 |
0,338 |
Valid |
10 |
0,427 |
0,338 |
Valid |
11 |
0,64 |
0,338 |
Valid |
12 |
0,763 |
0,338 |
Valid |
13 |
0,661 |
0,338 |
Valid |
14 |
0,708 |
0,338 |
Valid |
15 |
0,664 |
0,338 |
Valid |
16 |
0,615 |
0,338 |
Valid |
17 |
0,56 |
0,338 |
Valid |
18 |
0,622 |
0,338 |
Valid |
19 |
0,722 |
0,338 |
Valid |
20 |
0,587 |
0,338 |
Valid |
Jumlah angket valid |
20 |
||
Jumlah angket tidak valid |
0 |
Butir instrumen suami sebagai imam yang sudah valid tersebut selanjutnya dihitung reliabilitasnya dengan menggunakan rumus koefisien alpha (alpha Cronbach). Penjabaran rumusnya adalah sebagai berikut.
Keterangan:
𝑟11 = reliabilitas yang dicari
n = banyaknya butir soal
∑ 𝜎𝑖2 = jumlah varian item
𝜎𝑡2 = varian total
Kriteria keputusan reliabel tidaknya kuesioner dinyatakan apabila nilai Cronbach’s Alpha > 0,60 adalah reliabel. Berdasarkan hasil perhitungan skor ujicoba instrumen suami sebagai imam diperoleh nilai koefisiean reliabilitas sebesar 0,916 (lebih besar dari 0,6) sehingga instrumen dinyatakan reliabel.
F. Teknik Analisa Data
1. Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku umum atau generalisasi. Penelitian yang menggunakan populasi (tanpa diambil sampelnya) pasti akan menggunakan statistik deskriptif dalam analisisnya. Statistik deskriptif dapat digunakan apabila peneliti hanya bermaksud mendeskripsikan data sampel, dan tidak ingin membuat kesimpulan yang berlaku untuk populasi dari mana sampel diambil.[77]
2. Uji Asumsi Klasik
Sebelum melakukan uji linier sederhana, metode mensyaratkan untuk melakukan uji asumsi klasik guna mendapatkan hasil yang terbaik. Tujuan pemenuhan asumsi klasik ini dimaksudkan agar variabel bebas sebagai estimator atas variabel terikat tidak bias.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik. Untuk menguji apakah data berdistribusi normal atau tidak dilakukan uji statistik Kolmogorov-Smirnov Test Residual berdistribusi normal jika memiliki nilai signifikansi >0,05.
b. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Untuk menguji multikolinieritas dengan cara melihat nilai VIF masing-masing variabel independen, jika nilai VIF < 10, maka dapat disimpulkan data bebas dari gejala multikolinearitas.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk melakukan uji heteroskedastisitas, yaitu uji grafik plot, uji park, uji glejser, dan uji white. Pengujian pada penelitian ini menggunakan Grafik Plot antara nilai prediksi variabel dependen yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Tidak terjadi heteroskedastisitas apabila tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y.
3. Uji Hipotesis
a. Analisis Regresi Sederhana
Pengujian hipotesis pada penelitian ini adalah menggunakan analisis regresi linier sederhana. Regresi linier sederhana adalah alat variabel yang digunakan untuk mengetahui pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat. Variabel yang mempengaruhi sering disebut variabel bebas (independent), sedangkan variabel yang dipengaruhi sering disebut dengan variabel terikat atau (dependent). Analisis ini dipergunakan untuk mengetahui dan memperoleh gambaran mengenai pengaruh istri sebagai penolong (X) terhadap suami sebagai imam (Y). Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan program SPSS. Bentuk regresi linear sederhana adalah:
Y = α + bX
Keterangan:
Y : Suami sebagai imam
X : Istri sebagaoi penolong
b : Koefisien regresi variabel
a : Konstanta
b. Uji T
Uji T digunakan untuk menguji signifikan pengaruh antar variabel X dan Y. Apakah variabel istri sebagai penolong (X) terhadap suami sebagai imam (Y) secara simultan atau parsial. Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
Ho : Variabel Istri sebagai penolong tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap suami sebagai imam.
Ha : Variabel Istri sebagai penolong mempunyai pengaruh signifikan terhadap suami sebagai imam.
Dasar pengambilan keputusan adalah dengan menggunakan angka probabilitas singnifikan, yaitu:
1) Perumusan Hipotesis
Jika thitung < dari ttabel maka H0 diterima yang artinya rata-rata variabel istri sebagai penolong menurut kitab Kejadian 2.18 lebih kecil dari variabel suami sebagai imam (Y)
Jika thitung > dari ttabel maha H0 ditolak yang artinya rata-rata variabel istri sebagai penolong menurut kitab Kejadian 2.18 lebih besar dari variabel suami sebagai imam (Y)
2) Pengambilan Keputusan
Dalam pengujian ini menggunakan taraf signifikan α = 0,05 bila nilai signifikan ≤ 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima. Karena ada pengaruh yang signifikan antara variabel bebas yang diukur dengan variabel terikat. Bila signifikan ≥ 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak, berarti tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel istri sebagai penolong (X) yang diukur dengan variabel terikat suami sebagai imam (Y).
c. Uji Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi adalah sebuah koefisien yang memperlihatkan besarnya variasi yang ditimbulkan oleh variabel bebas (predictor). Koefisien determinasi didefinisikan sebagai kuadrat dari koefisien korelasi dikali 100%.
KD = (rxy)2 x 100%
Nilai koefisien determinasi nantinya akan menunjukkan seberapa besar pengaruh yang ditimbulkan oleh variabel X terhadap variabel Y.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Analisis Deskriptif
GEPKIN adalah sebuah Gereja yang berdomisili di. Pusat Kota ........................ tepatnya di Jl. S.M Raja No. 184. Taruntung, Sumatera Utara. Data penelitian dikumpulkan dari pemberian angket yang diberikan kepada jemaat yang ada di GEPKIN ........................ ........................ sebanyak 30 responden. Berikut akan dideskripsikan hasil perolehan skor angket dari masing-masing variabel.
a. Variabel Istri Sebagai Penolong (X)
Melalui data dari hasil jawaban responden mengenai Istri sebagai penolong, diperoleh statistik deskriptif data tunggal sebagaimana terdapat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.1
Hasil Analisis Deskriptif Variabel Istri Sebagai Penolong (X)
N |
Valid |
30 |
Missing |
0 |
|
Mean |
82,1333 |
|
Median |
82,0000 |
|
Std. Deviation |
7,77145 |
|
Variance |
60,395 |
|
Range |
33,00 |
|
Minimum |
67,00 |
|
Maximum |
100,00 |
|
Sum |
2464,00 |
Berdasarkan tabel deskripsi data di atas dengan jumlah responden sebanyak 30 jemaat perolehan skor responden memiliki rata-rata sebesar 82,13 dengan nilai median 82. Nilai maksimum sebesar 165 dan nilai terendah 110. Standar deviasi yang diperoleh sebesar 7,77 dan nilai variance 60,39 dengan jumlah range sebesar 33. Skor angket minimum sebesar 67, sedangkan skor maksimum 100 dan total jumlah skor 2464.
b. Variabel Suami Sebagai Imam (Y)
Berdasarkan pengelolaan data variabel suami sebagai imam (Y) dari sampel responden sebanyak 30 orang responden, diperoleh statistik deskriptif data tunggal suami sebagai imam (Y) sebagaimana tercantum pada tabel berikut.
Tabel 4.2
Hasil Analisis Deskriptif Variabel Suami Sebagai Imam (Y)
N |
Valid |
30 |
Missing |
0 |
|
Mean |
84,0667 |
|
Median |
83,0000 |
|
Std. Deviation |
7,90431 |
|
Variance |
62,478 |
|
Range |
29,00 |
|
Minimum |
71,00 |
|
Maximum |
100,00 |
|
Sum |
2522,00 |
Dari perolehan skor responden terlihat bahwa nilai rata-rata sebesar 84,066. Nilai median sebesar 83 dan standar deviasi 7,90431. Nilai range sebesar 29 dengan nilai maksimum yang diperoleh sebesar 100 dan nilai minimum sebesar 71. Jumlah keseluruhan skor yang dihasilkan sebesar 2522.
2. Analisis Data Penelitian
a. Uji Asumsi Klasik
1) Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi mempunyai distribusi normal atau tidak (Ghozali, 2016). Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Data dapat berdistribusi normal dengan nilai Kolmogorov-Smirnov, dimana berdistribusi normal apabila nilai signifikan (Sig) > 0.05. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.3
Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test |
||
|
Unstandardized Residual |
|
N |
30 |
|
Normal Parametersa,b |
Mean |
,0000000 |
Std. Deviation |
4,66708522 |
|
Most Extreme Differences |
Absolute |
0,140 |
Positive |
0,106 |
|
Negative |
0-,140 |
|
Test Statistic |
0,140 |
|
Asymp. Sig. (2-tailed) |
0,140c |
Sumber: Lampiran hasil pengolahan data SPSS, 2024
Berdasarkan hasil pada Tabel di atas, menunjukkan bahwa uji normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov untuk kedua variabel penelitian diperoleh nilai signifikansinya sebesar 0,140 pada persamaan diatas yang berarti lebih besar dari tingkat signifikansi sebesar 0,05 maka dapat ditarik kesimpulan bahwa data dalam penelitian ini berdistribusi normal.
2) Uji Multikolinearitas
Uji multikolinieritas dilakukan dengan tujuan menguji apakah di dalam model persamaan regresi ditemukan korelasi antar variabel bebas atau tidak. Berikut hasil uji multikolinieritas.
Tabel 4.4
Hasil Uji Multikolinearitas
Sumber: Lampiran hasil pengolahan data SPSS, 2024
Hasil perhitungan pada kedua uji menunjukkan bahwa tidak terdapat masalah multikolinieritas atau tidak ada variabel bebas yang menunjukan nilai Tolerance kurang dari 0,10 dan nilai VIF lebih dari 10. Maka, mengacu pada dasar pengambilan keputusan dalam uji multikolinearitas dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinieritas dalam model regresi.
3) Uji Heteroskedastisitas
Uji hereroskedastisitas bertujuan untuk mengetahui apakah terjadi penyimpangan model karena varian gangguan berbeda antara satu observasi ke obseervasi lain. Untuk mendeteksi adanya gejala heteroskodastisitas dalam model persamaan regresi dapat menggunakan gambar/chart model scatterplot dengan program SPSS. Model regresi akan heteroskodastik bila data akan berpencar disekitar angka nol pada sumbu y dan tidak membentuk suatu pola atau trend garis tertentu. Heteroskedastisitas untuk menunjukkan nilai varians antara nilai Y tidaklah sama. Dampak terjadinya heteroskedastisitas yaitu interval keyakinan untuk koefisien regresi menjadi semakin lebar dan uji signifikansi kurang kuat. Hasil pengujian heterokedastisitas dapat ditunjukkan pada gambar berikut:
Gambar 4.1
Scatterolit, Uji Heteroskedastisitas
Salah satu cara untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas adalah dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel independen (ZPRED) dengan residualnya (SPRESID). Deteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SPRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang telah distudentized. Dari gambar 4.1 diatas terlihat titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y, tidak ada pola tertentu yang teratur. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi ini
b. Uji Regresi Linear Sederhana
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan regresi linear sederhana dimana akan diuji secara empirik untuk mencari hubungan fungsional dua atau lebih variabel bebas dengan variabel terikat, atau untuk meramalkan dua variabel bebas atau lebih terhadap variabel terikat. Hasil uji linier sederhana dalam penelitian ini dapat dilihat dalam tabel dibawah ini.
Tabel 4.5
Hasil Uji Regresi Linear Sederhana
Sumber: Lampiran hasil pengolahan data SPSS, 2024
Berdasarkan hasil dari coefficientsa di atas dapat dikembangkan dengan menggunakan model persamaan regresi linier sebagai berikut:
Suami sebagai imam (Y) = 16,646 + 0,821 X
1) Konstanta sebesar 16,646 artinya jika istri sebagai penolong (X) tidak ada maka suami sebagai imam (Y) sebesar 0,821.
2) Koefisien Regresi X sebesar 0,821 artinya setiap kenaikan satu satuan istri sebagai penolong akan meningkatkan suami sebagai imam (Y) sebesar 0,821. Dan sebaliknya, setiap penurunan satu satuan variabel X, akan menurunkan variabel Y sebesar 0,821.
c. Uji T
Menguji hipotesis bahwa terdapat pengaruh istri sebagai penolong menurut kitab Kejadian 2:18 (X) terhadap suami sebagai imam (Y) maka diperlukan uji signifikansi. Uji t digunakan untuk mengetahui hubungan secara parsial variabel bebas terhadap variabel terikat. Pengujian ini yaitu dengan membandingkan nilai probabilitas atau p-value (sig-t) dengan taraf signifikansi 0,05. Jika nilai p-value lebih kecil dari 0,05 maka Ha diterima, dan sebaliknya jika p-value lebih besar dari 0,05 maka Ha ditolak. Hipotesis yang diajukan adalah :
Ho : Variabel Istri sebagai penolong tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap suami sebagai imam.
Ha : Variabel Istri sebagai penolong mempunyai pengaruh signifikan terhadap suami sebagai imam.
Tabel 4.6
Hasil Uji T
Sumber: Lampiran hasil pengolahan data SPSS, 2024
Hasil uji t diatas dapat disimpulkan bahwa pada variabel budaya organisasi (X1) seperti pada tabel 4.5 diatas diperoleh thitung sebesar 7,233 lebih besar dari ttabel (1,697) dengan probabilitas sebesar 0,000 yang nilainya dibawah 0,05. Kesimpulannya adalah Ho ditolak dan Ha diterima, yang artinya terdapat penaruh positif yang signifikan antara istri sebagai penolong menurut kitab Kejadian 2:18 (X) terhadap Suami sebagai imam (Y).
d. Koefisien Determinasi
Tabel 4.7
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Sumber: Lampiran hasil pengolahan data SPSS, 2024
Hasil analisis koefisien determinasi di atas menunjukkan hasil sebagai berikut: pada tabel koefisien determinasi istri sebagai penolong menurut kitab Kejadian 2:18 terhadap suami sebagai imam besarnya koefisien R = 0,807 hasil tersebut menandakan variabel X mempunyai pengaruh yang kuat terhadap variabel Y. sedangkan hasil koefisien R2 = 0.651 hal ini menunjukan bahwa 65,1% efektivitas suami sebagai imam dipengaruhi oleh istri sebagai penolong, sedangkan sisanya 34,9% dipengaruhi oleh variabel lainnya.
Besar nilai Adjusted R berkisar antara 0-1 sedangkan dalam penelitian ini diperoleh nilai Adjusted R sebesar 0,807 (mendekati 1) maka dapat disimpulkan pengaruh variabel independen terhadap dependen dalam penelitian ini adalah kuat.
B. Pembahasan
Hasil pengujian hipotesis membuktikan bahwa isteri sebagai penolong menurut kitab kejadian 2:18 mempunyai pengaruh positif yang kuat dan signifikan terhadap kemaksimalan suami sebagai imam di GEPKIN ........................ ........................ tahun 2024, atau dengan kata lain ketika isteri sebagai penolong menurut kitab kejadian 2:18 bertugas dengan baik maka kemaksimalan suami sebagai imam semakin meningkat. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa istri sebagai penolong menurut kitab Kejadian 2:18 mempunyai peran yang sangat penting terhadap kemaksimalan suami sebagai imam. Kemaksimalan suami sebagai imam akan meningkat ketika ada peran dan fungsi istri sebagai penolong.
Sebagai penolong yang sepadan, istri memiliki peran yang sangat berpengaruh terhadap orang yang ditolong. Ada tekanan untuk penyatuan esensi laki-laki dan perempuan. Kesatuan inilah yang mendorong adanya persatuan antara suami dan istri, di luar persatuan fisik (seksual), tetapi juga dalam semua aspek kehidupan. Oleh karena itu, perempuan diciptakan sebagai "penolong yang sepadan" untuk menolong laki-laki dalam menyelesaikan tugas mulia ini. Perempuan diciptakan untuk membantu melaksanakan segala tugas dan tanggung jawab sebagai makhluk Tuhan. Karena laki-laki diciptakan oleh Tuhan sebagai makhluk sosial, kehidupan dapat dinikmati secara maksimal jika keduanya dapat memahami perannya masing-masing, terutama perempuan dengan sebagai penolong. Sebagai seorang istri, harus memahami fitrah menjadi seorang hamba. Hakekat dari istri Kristen adalah seorang yang sudah percaya Yesus, dan seorang perempuan yang mempunyai prioritas yang benar sesuai dengan kebenaran Alkitab, juga rela melakukan hal yang membuat kehidupan suaminya menjadi limpah di dalam Tuhan.
Frasa “tidak baik” laki-laki tanpa perempuan memiliki makna bahwa Allah punya rencana untuk menciptakan penolong bagi laki-laki. Tuhan melihat bahwa Adam membutuhkan bantuan yang setara dengan dirinya sendiri. Penolong bukanlah kedudukan yang rendah karena Allah memandang kedudukan hamba sebagai kedudukan untuk melayani, dan pelayanan adalah sesuatu yang penting di mata Allah (lih. Matius 20:25-28). Sebagai penolong yang sepadan, istri memiliki peran yang sangat berpengaruh terhadap orang yang ditolong. Ada tekanan untuk penyatuan esensi laki-laki dan perempuan. Kesatuan inilah yang mendorong adanya persatuan antara suami dan istri, di luar persatuan fisik (seksual), tetapi juga dalam semua aspek kehidupan. Oleh karena itu, perempuan diciptakan sebagai "penolong yang sepadan" untuk menolong laki-laki dalam menyelesaikan tugas mulia ini.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan menunjukan bahwa pengaruh yang dihasilkan oleh istri sebagai penolong menurut kitab kejadian 2:18 mempunyai korelasi pengaruh yang kuat. Hal tersebut menandakan bahwa peran dan fungsi seorang istri sebagai penolong adalah penting. Pentingnya tugas dan peran istri sebagai penolong telah dibuktikan oleh penelitian dari Sherly Mudak, (2022), dalam penelitiannya membahas tentang perempuan diciptakan sebagai penolong yang sepadan bagi laki-laki (Kejadian 2:1 8), dalam arti diciptakan untuk mendukung, melengkapi tugas dan panggilan suaminya. Begitupun halnya ketika menjadi istri dari seorang jemaat. Istri jemaat dalam kehidupannya harus berkenan kepada Tuhan, memiliki karakter yang sesuai dengan firman Tuhan serta menjadi pribadi yang bijaksana, sehingga menjadi kesaksian yang patut diteladani oleh orang lain dan memuliakan Tuhan. Selain memiliki karakter yang baik, harus memiliki kedewasaan rohani yang memadai sehingga dapat mengimbangi pelayanan suami dan kualitas kerohanian suami, keluarga dan pelayanan suami di gereja. Tujuan dari penulisan ini untuk menjelaskan mengenai makna “Penolong Yang Sepadan” menurut Kejadian 2:18, supaya istri jemaat masa kini memperoleh pemahaman yang benar sebagai seorang penolong dan signifikansi bagi para istri jemaat.
Penelitian serupa tentang istri sebagai penolong yaitu dari Okyob Jeon, (2022), bahwa banyak orang Kristen di Asia masih menganggap laki-laki lebih tinggi dari perempuan karena perempuan diciptakan untuk menjadi “pembantu” laki-laki. Menanggapi kesalahpahaman tentang superioritas laki-laki atas perempuan dari kata “penolong” dalam Kejadian 2:18, status perempuan dari sudut pandang Kejadian 2:18 dipelajari dalam artikel ini. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan hermeneutika, khususnya eksegesis. Hasilnya, dalam Kejadian 2:18, tidak ada konotasi tentang inferioritas perempuan di bawah laki-laki atau sahnya dominasi laki-laki atas perempuan. Ditekankan bahwa Tuhan akan mempersiapkan wanita yang dapat memenuhi kebutuhan pria, dan kata “penolong” tidak menyatakan status wanita tetapi perannya bagi pria. Selain itu, pria dan wanita harus saling membantu pada tingkat yang setara. Kejadian 1:26-28, 1 Korintus 11:9, dan 1 Timotius 2:13.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan rumusan masalah serta hasil penelitian dan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh isteri sebagai penolong menurut kitab kejadian 2:18 terhadap kemaksimalan suami sebagai imam di GEPKIN ........................ ........................ tahun 2024 dapat diterima kebenarannya. Hasil uji T menunjukan bahwa nilai thitung(7,233 ) >ttabel (1,697) dengan probabilitas sebesar 0,000 yang nilainya dibawah 0,05. Hasil koefisien determinasi menunjukan bahwa R = 0,807 hasil tersebut menandakan isteri sebagai penolong menurut kitab kejadian 2:18 mempunyai pengaruh yang kuat terhadap kemaksimalan suami sebagai imam di GEPKIN ........................ ........................ tahun 2024.
Dampak yang ditimbulkan dari peran istri sebagai penolong kemaksimalan suami sebagai imam adalah suami mampu menemukan terlebih dulu kebahagiaan sejatinya di dalam Kristus, kesadaran bahwa Hubungan intim dengan Tuhan membuatnya menyadari bahwa dia bisa memimpin secara efektif dalam keluarganya, seorang suami memiliki komitmen dan karakter yang seimbang baik secara mental maupun emosional, Suami dapat bersikap proaktif dan berani menghadapi tantangan yang muncul dalam keluarganya dan yang mengancam kesejahteraan hidup mereka, seorang suami harus dapat mengambil solusi yang bijaksana saat sebuah masalah muncul, serta suami dapat hidup dalam integritas, jujur, bijaksana dan menjadi pribadi pemimpin yang dihormati keluarganya..
B. Saran
Hasil dari penelitian telah membuktikan bahwa istri sebagai penolong menurut kitab kejadian 2:18 dapat berpengaruh terhadap kemaksimalan suami sebagai imam, oleh karena itu beberapa saran yang dapat penulis hadirkan adalah :
Sebagai seorang perempuan atau istri harus menyadari perannya sebagai penolong yang sepadan yaitu melakukan peran yang menghormati kepemimpinan suaminya untuk mencapai maksud dan rencana Allah didalam rumah tangga. Jika istri menentang tugas ini, itu artinya dia juga menentang Allah. Sebab Suami dipakai Allah untuk melindungi istri secara fisik, psikologis, dan rohani. Jika sebagai istri yang sesuai Firman Tuhan, mustahil suami tidak merasa senang melihat istrinya yang cakap dan bijaksana. Jauhkan perasaan egois atau merasa paling hebat, paling benar, paling bias melakukan seorang diri. Kata “paling” ini mengajak atau menolong iblis masuk dalam nikah rumah tangga. Setidaknya jika ada masalah berusaha untuk sadar akan kekurangan masing- masing. Sebagai perempuan kita harus menyadari bahwa Tuhan menciptakan kita sebagai penolong yang sepadan artinya partner suami kemanapun suami kita melangkah jika kita dibutuhkan bahkan tidak dibutuhkan sekalipun. Marilah berusaha menjadi istri yang sesuai dengan kehendak Tuhan sebab kepada keluarga kitalah berkat itu akan dicurahkan
DAFTAR PUSTAKA
“Hebrew Word Study – Wife | Chaim Bentorah,” https://www.chaimbentorah.com/2018/08/hebrew-word-study-wife/.
“Perempuan - Ezer Kenegdo - SarapanPagi Biblika Ministry,” https://www.sarapanpagi.org/perempuan-ezer-kenegdo-vt6683.html.
“The Nature of A Woman,” http://www.griiandhika.org/ringkasan_kotbah/2000/20001203.htm
“There Is No Word For Wife In Torah | We Are Israel,” https://weareisrael.org/creation-of-woman/wife-in-torah/.
Andriaan MF. Wakkary, “Peran Keluarga Kristen Bagi Pendidikan Remaja,” Rhema: Jurnal Teologi Biblika Dan Praktika 4, no. 1 (2018): 4–8, https://e-journal.stt-yestoya.ac.id/index.php/rhema/article/view/32/21.
Antonius Seri, 2020. “E-Issn : 2655-3201,” Pernikahan Kristen Dalam Perspektif Firman Tuhan 6, no. 2 h. 229.
Antony Sanjaya Suwignyo, 2021. Kajian Teologis Tentang Teman Pewaris Dari Kasih Karunia Menurut I Petrus 3:7 dan Implikasinya Bagi Tanggung Jawab Suami Dalam Ikatan Pernikahan Kristen (Studi kasus di Gereja Bethel Indonesia Berkat Bagi Bangsa Surabaya). Geneva - Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Vol. 3, No. 2, Desember 2021 : 104-113
Arikunto, S. (2019). Prosedur Penelitian. ........................: Rineka cipta
Asmat Purba, “Tanggung Jawab Orang Tua Kristen Sebagai Pendidik Dalam Menyikapi Dampak Pandemi Covid-19,” EPIGRAPHE: Jurnal Teologi dan Pelayanan Kristiani 4, no. 1 (2020): 86–97, http://jurnal.stttorsina.ac.id/index.php/epigraphe/article/view/148/54.
Baker, A. Disiplin Gereja Methodits Indonesia (........................: Gereja Methodist Indonesia, 2013), 37.
Bangun Munthe, “Peranan Orangtua Terhadap Peningkatan Kesejahteraan Keluarga Untuk Mewujudkan Tanggungjawab Dalam Keluarga, Gereja dan Masyarakat,” Jurnal Agape 1, no. 1 (2018): 62–91, http://repository.uhn.ac.id/handle/123456789/1490.
Basilius Redan Werang, Pendekatan Kuantitatifdalam Penelitian Sosial, (Yogyakarta : Calpulis, 2015)
C. Groenen, 1984. Pengantar ke dalam Perjanjian Baru, Yogyakarta: Kanisius, h.44-45.
Charles F Pfeiffer, 1962. The Wycliffe Bible Commentary: Old Testament, Chicago: Moody Press, h. 57.
Claartje Pattinama, “Peranan Orang Tua Terhadap Perkembangan Pendidikan Anak Dalam Keluarga Kristen,” Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan 6, no. 3 (2020): 199–205, https://doi.org/10.5281/zenodo.3951005.
Daniel G.: Ryken, Leland; Wilhoit Jim; Longman, Tremper; Duriez, Collin;Penney, Douglas;Reid, 2019. Dictionary of Biblical Imagery.Eltronic Ed. , ed. IL:InterVarsity Press Downers Grove : Downers Grove, h.947.
Daud Putranto, 2013. Grace on Marriage, ........................: Light Publishing, h. 34.
Do You Really Love-Your-Wife-part-1 - ephesians-525-33, diunduh tanggal 25 Maret 2024
Dr. Ab dan Karen Abercrombie – Marriage God’s Way: The Husband’s Call https://bcinstitute.com/marriage-gods-way/ , diunduh tanggal 22 Maret 2024
Ed. Philip B. Gove, ed.,1984. Webster’s New Dictionary of Synonyms, Springfiled, Massachussetts, USA: Merriam-Webster Inc, Publishe, h. 113.
Emmanuel Gerrith Singgih, 2011. Dari Eden ke Babel. Yogyakarta: Kanisius, 2011, h.93
Focus on the Family, God's design in marriage by Carol Heferman https://www.focusonthefamily.com/marriage/gods-design formarriage/&prev=search&pto=aue,
Gary Thomas, 2013. Sacred Influence, Yogyakarta: Penerbit Katalis, 2013. h. 99.
Gordon J Wenham, 2002. Word Biblical Commentary: Kejadian 1-15, Dallas: Word, Incorporated, h. 68.
Hanris, R. Laird. Theological Wordbook of the Old Testament. Chicago: Moody Press, 1980. “Hebrew Word Study – Wife | Chaim Bentorah. H. 549
Hasahatan Hutahaean, Bonnarty Steven Silalahi, and Linda Zenita Simanjuntak, “Spiritualitas Pandemik: Tinjauan Fenomenologi Ibadah di Rumah,” Evangelikal: Jurnal Teologi Injili dan Pembinaan Warga Jemaat 4, no. 2 (2020): 235–50, https://doi.org/10.46445/ejti.v4i2.270.
Henry, Matthew. Tafsiran Matthew Henry KEJADIAN. Surabaya: Penerbit Momentum, 2014. “Istri Selingkuh, Suami Yang Bekerja Sebagai Pendeta Dibunuh.
Inc: Thomas Nelson, 1997. Woman’s Study Bible, Nashville, Tennessee: Thomas Nelson Publisher
Jacob Daan Engel, 2014. Nilai dasar Logo Konseling. Yogyakarta: Kanisius
James F. White, Pengantar Ibadah Kristen (........................: BPK-Gunung Mulia, 2009), 17-18.
Jarot Kristanto, “Simbol-Simbol Liturgi: Studi Tentang Makna Simbol Liturgi Ditinjau Dari Fungsi Pastoral,” Jurnal Theologia Aletheia 12, no. 21 (2010): 20–35, http://sttaletheia.ac.id/wpcontent/uploads/2012/08/simbolsimbol-liturgi.pdf.
Jimmy Pardede, 2019. Pacaran, Pernikahan, Dan Keluarga, Surabaya: Momentum
John R.W. Stott, 2003. Tafsiran Efesus, ........................, yayasan Komunikasi Bina Kasih
KBBI, 2018. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). [Online] Available at: http://kbbi.web.id/pusat
Larry Christenson, 1994. Keluarga Kristen, Malang: Yayasan Persekutuan Betania
Magdalena G.K. Tindagi, “Indikator Penanaman Nilai-Nilai Pak Dalam Keluarga Bagi Perbinaan Iman Anak Remaja di Zaman Now,” Missio Ecclesiae 6, no. 1 (2017): 17–31, https://jurnal.i3batu.ac.id/index.php/me/article/view/67.
Maria Hanie Endojowatiningsih, 2013. “Jati Diri Perempuan Menurut Kejadian 1 -2 Dan Relevansinya Bagi Sikap Kristiani Terhadap Pengaruh Gerakan Feminisme Di Indonesia,” Missio Ecclesiae 2, no. 2. h. 125–142
Marie C. Barth Frommel. 2006. Hati Allah Bagaikan Hati seorang Ibu. ........................: BPK. Gunung Mulia
Mathews, KA. “Kejadian 1 -11: 26. Ed Elektronik. 1995),. Nashville: Broadman & Holman Publishers, (Logos Library System; The New American Commentary
Matthew Henry, 2014. Tafsiran Matthew Henry KEJADIAN, Surabaya: Penerbit Momentum
Michele A. Paludi Editor. Joy Rice & Nancy Felipe Russo. 2010. Feminism and Women’s Right Worldwide Vol 2. Mental and Physical Health. International Perspectives on Women and Mental Health. Santa Barbara; California
Nandari Prastica Wagiu, “Implementasi Peran Orang Tua Menurut Ulangan 6:4-9 Dalam Pendidikan Agama Kristen Keluarga di Gereja Masehi Injili di Minahasa Jemaat Imanuel Aertembaga Bitung,” Jurnal Shanan 4, no. 2 (2020): 128–61, http://ejournal.uki.ac.id/index.php/shan/article/view/1972.
Okyob Jeon, 2022. Status Perempuan Menurut Perspektif Kejadian 2:18, Jurnal Luxnos, Volume 8 Nomor 2, Desember 2022. DOI:https://doi.org/10.47304/jl.v8i2.280
Owens, John Joseph. 1990. Analytical Key to the Ole Testament Vol 1, Genesis-Joshua. Grand Rapids: Booker Book House, h.9
Richard M. Daulay, Episkopal Koneksional: Sejarah, Ajaran, dan Organisasi Gereja Methodist Indonesia (........................: BPK-Gunung Mulia, 2013), 63.
Ronald W. Leigh, 2007. Melayani Dengan Evektif: 34 Prinsip Pelayanan Bagi Pendeta dan Kaum Awam (........................: BPK-Gunung Mulia, h. 107.
Samuel B. Hakh, Berakar Didalam Dia dan Dibangun si Atas Dia (........................: BPK-Gunung Mulia, 2002), 20-21 .
Saparinah Sadli, 2010. Berbeda tapi Setara. ........................: Buku Kompas, h. 9
Saptono Raharjo, 2017. Undang-Undang Perkawinan, ........................: Penerbit Bhuana Ilmu Populer, h.38
Saragih and Hasugian, “Model Asuhan Keluarga Kristen di Masa Pandemi Covid-19.”
Sartika, Meitha. 2000. “Citra Feminis Allah dalam Tradisi Perjanjian Lama”, Jurnal Penuntun, Vol. IV No. 16, h.377
Selfisina Tetelepta, 2016. Studi Psiko Feminis Terhadap Peran Hawa Sebagai Penolong dalam Kejadian 2: 18, Skripsi. Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga
Sherly Mudak, 2022. Signifikansi “Penolong Yang Sepadan” Menurut Kejadian 2:18 Bagi Istri Gembala Jemaat Masa Kini Jurnal Arrabona | Volume 5, Nomor 1, (Agustus, 2022). H. 56-74. DOI: https://doi.org/10.57058/juar.v5i1.64
Sherly Mudaka, Winda Sulistia Ningsih Mendrofa (2022), Signifikansi “Penolong Yang Sepadan” Menurut Kejadian 2:18 Bagi Istri Gembala Jemaat Masa Kini, Jurnal Arrabona, Jurna Teologi dan Misi,5(10, 56-74
Shintia Maria Kapojos, Randy Frank Rouw, and Hengki Wijaya, “Implikasi Kehidupan Perempuan Yahudi Bagi Gereja Masa Kini,” Evangelikal: Jurnal Teologi Injili Dan Pembinaan Warga Jemaat 3 (2019): 136– 1 43.
Simion.H. M.Th,, & Iwan Setiawan Tarigan, M.Th, 2012. Penuntun Praktis Kitab Perjanjian Lama 2, Medan: Mitra,Hal. 42
Solbakken, 2009.Steinar. Eksposisi Kitab Kejadian. Batu: POI, h.48
Spousal Roles, Ligoner Ministries, The Teaching Fellowship of R.C. Sproul, https ://www.ligonier.org/learn/devotionals/spousal-roles/ diunduh tanggal 25 Maret 2024
Steinar Solbakken, 2009. Eksposisi Kitab Kejadian, Batu: POI,h. 51
Sugiyono. (2019). Metodelogi Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta
The Christian Family: The Role of Husband and Father,Protestant Reformed Churches in America Official Website, http://www.prca.org/resources/publications/articles/item /4803-the-christianfamily-the-role-of-husband-andfather,
Theologi Kristen Dan Operatif: Perempuan Penolong Laki-Laki,” https://www.ruach.info/2021/02/perempuan-penolong-laki-laki.html.
There Is No Word For Wife In Torah | We Are Israel,” https://weareisrael.org/creation-of-woman/wife-in-torah/.
Thomas Nelson, 1997: Woman’s Study Bible. Nashville, Tennessee: Thomas Nelson Publisher, h. 115
Thomas, Gary. 2013. Sacred Influence. Yogyakarta: Penerbit Katalis, h.97
Tony Evans, 2018. Kingdom Marriage, Yogyakarta: Penerbit Andi, h. 88.
William Dyrnes, 2001. Tema-Tema Teologi dalam Perjanjian Lama, Jawa Timur: Gandum Mas, h. 63- 65
Yonkky Karman, 2009. Bunga Rampai Teologi Perjanjian Lama. ........................: BPK Gunung Mulia, 2009) h. 45
Yosefo Gule,2020. Peranan Kepala Keluarga Sebagai Imam Di Tengah Tengah Keluarga Dimasa Pandemi Covid-19. Voice Of Wesley: Jurnal Ilmiah Musik dan Agama. Vol 4, No 1 (2020) DOI: https://dx.doi.org/10.36972/jvow.v4i1.74.
Lampiran 1 Instrumen Angket
ANGKET PENELITIAN
Bersama ini, saya …………………………... mahasiswa Program Studi …………………….. Fakultas ………….. Universitas ……………. memohon kesediaan bapak/ibu untuk mengisi daftar angket yang diberikan. Informasi yang bapak/ibu berikan merupakan bantuan yang sangat berarti bagi saya dalam rangka menyelesaikan penelitian skripsi saya yang berjudul “PENGARUH ISTERI SEBAGAI PENOLONG MENURUT KITAB KEJADIAN 2:18 TERHADAP KEMAKSIMALAN SUAMI SEBAGAI IMAM DI GEPKIN ........................ ........................ TAHUN 2024”. Seluruh jawaban akan dirahasiakan. Atas bantuan dan kesediaan waktu bapak/ibu saya mengucapkan terimakasih.
Data Responden
Nama : ……………………………
Jenis Kelamin : ……………………………
Usia : ……………………………
Petunjuk Pengerjaan Kuisioner
1. Berilah tanda checklist pada jawaban yang Bapak/Ibu anggap paling sesuai.
2. Setiap satu pertanyaan hanya membutuhkan satu jawaban saja.
3. Isi jawaban berikut sesuai dengan pendapat Bapak/Ibu dengan memberikan tanda check list pada kolom yang tersedia. Kuesioner ini menggunakan skala Likert dengan keterangan sebagai berikut: Skala 1 = Tidak Pernah (TP), Skala 2 = Pernah (P), Skala 3 = Jarang (JR), Skala 4 = Sering (SR), Skala 5 = Selalu (SL).
ANGKET PENELITIAN
A. Isteri Sebagai Penolong Menurut Kitab Kejadian 2:18
No |
Pernyataan |
Jawaban |
||||
SL |
SR |
JR |
P |
TP |
||
1. |
Saya berusaha bijak dalam membelanjakan uang |
|
|
|
|
|
2. |
Saya tidak perhitungan kalau mau memberi |
|
|
|
|
|
3. |
Saya akan jadi ‘hamba Tuhan’ bukan hamba uang |
|
|
|
|
|
4. |
Saya menggunakan perencanaan untuk mempertimbangkan biaya pengeluaran sehari-hari |
|
|
|
|
|
5. |
Saya membantu suami dengan menjadi pengelola di rumah |
|
|
|
|
|
6. |
Saya mendidik anak-anaknya untuk selalu mengasihi Tuhan |
|
|
|
|
|
7. |
Saya mendidik anak-anaknya untuk selalu dalam jalan kebenaran |
|
|
|
|
|
8. |
Saya memperlihatkan kasih dan rasa hormat terhadap satu sama lain dan terhadap anak-anaknya baik melalui tindakan maupun perkataan |
|
|
|
|
|
9. |
Selama saya mengerjakan pelayanan dengan bahagia maka tidak ada alasan untuk berhenti melayani Tuhan. |
|
|
|
|
|
10. |
Dukung suami untuk mencari bakat potensialnya |
|
|
|
|
|
11. |
Jangan pelit memberikan pujian. Hargai pelayanannya dan sampaikan betapa diberkatinya kamu atas hasil kerjanya selama ibadah |
|
|
|
|
|
12. |
Saling membantu saat suami membutuhkan bantuan |
|
|
|
|
|
13. |
Saya menghormati suami yang penuh kasih sehingga bisa menerima suami apapun kondisinya |
|
|
|
|
|
14. |
Saya menghormati suami semata-mata karena Tuhan, Dan salah satu hal yang membuat-Nya senang adalah ketika saya menghormati suami saya |
|
|
|
|
|
15. |
Saya menghormati suami bukan karena kondisinya, melainkan karena kasih kepada Tuhan |
|
|
|
|
|
16. |
Saya menyadari pandangan umum kaum perempuan yang menjadi alasan sulit menghormati suami ; Istri bukan bawahan mengapa harus menghormati / tunduk kepada suami ? karena alasan kesetaraan gender. |
|
|
|
|
|
17. |
Sebagai istri saya memperlakukan suami dengan kasih yang keluar dari hati yang penuh dengan cinta |
|
|
|
|
|
18. |
Saya sebagai istri harus menjadi penolong dan penghibur bagi suami. |
|
|
|
|
|
19. |
Saya sebagai istri harus memberikan kekuatan, dorongan, motivasi dan support bagi suami. |
|
|
|
|
|
20. |
Saya sebagai istri tidak boleh memandang rendah suaminya. |
|
|
|
|
|
B. Kemaksimalan Suami Sebagai Imam
No |
Pernyataan |
Jawaban |
||||
SL |
SR |
JR |
P |
TP |
||
1. |
Suami membiasakan diri untuk mengaku dosa-dosa kita kepada-Nya setiap hari. Jika dosa adalah penghalang dalam hubungan kita dengan Allah, maka pengakuan menghilangkan penghalang itu. |
|
|
|
|
|
2. |
Suami memiliki hubungan yang lebih dekat dengan Allah adalah mendengarkan dengan sungguh-sungguh ketika Allah berbicara. |
|
|
|
|
|
3. |
Suami memiliki hubungan yang lebih dekat dengan Allah adalah berbicara kepada-Nya melalui doa. Jika membaca Alkitab adalah mendengarkan Allah berbicara kepada kita, maka doa adalah berbicara kepada Allah. |
|
|
|
|
|
4. |
Percaya pada Allah untuk menyertai kehidupan kita setiap harinya dan percaya bahwa Dia adalah Pemelihara kita merupakan cara untuk memiliki hubungan pribadi dengan-Nya. |
|
|
|
|
|
5. |
Seorang suami mampu belajar untuk menerima diri sendiri bahkan mencintai dirimu dengan semua kekuatan, kelemahan, kekurangan dan kelebihan yang ada dalam dirimu |
|
|
|
|
|
6. |
Seorang suami mampu memaafkan orang lain itu tidak ada limitnya dan jadi “lifestyle” baginya orang Kristen. |
|
|
|
|
|
7. |
Seorang suami mampu berprinsip bahwa mengasihi merupakan esensi dari siapa diri kita dan mengapa dengan orang lain. Kasih adalah sumber kehidupan dan mengantarkan kita untuk membuat hal-hal positif. |
|
|
|
|
|
8. |
Mampu bersyukur dalam segala hal baik dalam keadaan suka dan maupun duka. |
|
|
|
|
|
9. |
Mampu untuk memfokuskan hatinya pada Tuhan dan berelasi dekat dengan Tuhan |
|
|
|
|
|
10. |
Mampu meluangkan waktu untuk beristirahat dan berdoa secara khusus kepada Allah Bapa |
|
|
|
|
|
11. |
Mampu memandang Tuhan sebagai sahabat tidak berarti hanya datang kepada-Nya ketika kita dalam masalah atau ketika kita sedang menjalankan rencana kita (dan meminta-Nya memberkati kita) |
|
|
|
|
|
12. |
Mempunyai komitmen untuk mempertahankan tujuan awal menikah untuk hidup bahagia sampai maut memisahkan |
|
|
|
|
|
13. |
Mempunyai komitmen yang kuat dengan mengesampingkan segala kepentingan pribadi karena memiliki tujuan yang sama. |
|
|
|
|
|
14. |
Mampu memahami satu sama lain dan menerima baik kekurangan serta kelebihan masing-masing pasangan demi menjaga keutuhan rumah tangga |
|
|
|
|
|
15. |
Mampu berpikir sebelum bertindak. Dengan berpikir jangka panjang, akan membantu dalam melihat gambaran besar terhadap suatu masalah. |
|
|
|
|
|
16. |
Mampu bersikap terbuka dengan adanya perubahan akan membuat kita memahami sudut pandang yang orang. |
|
|
|
|
|
17. |
Mampu memposisikan diri sebagai orang yang berselisih dengan dirinya sendiri sehingga dapat menentukan cara bersikap terhadap orang yang berselisih dengannya. |
|
|
|
|
|
18. |
Mampu memberikan keputusan yang baik bagi keluarga sebagai sebuah solusi |
|
|
|
|
|
19. |
Mampu untuk hidup berintegritas yakni apa yang dikatakan sama dengan apa yang dilakukan sesuai atau mendekati standar kehidupan sebagaimana ditetapkan Firman Tuhan. |
|
|
|
|
|
20. |
Mampu bersikap tegas di dalam kebenaran bukan kemarahan dan mengetahui apa yang benar dan apa yang menjadi kehendak Tuhan |
|
|
|
|
|
Lampiran 2 Data Mentah Penelitian
DATA MENTAH PENELITIAN
A. Hasil Uji Coba Instrumen
1. Variabel X
Responden |
VARIABEL ISTRI SEBAGAI PENOLONG (X) |
Skor Jumlah |
|||||||||||||||||||
1 |
2 |
3 |
4 |
5 |
6 |
7 |
8 |
9 |
10 |
11 |
12 |
13 |
14 |
15 |
16 |
17 |
18 |
19 |
20 |
||
1 |
5 |
5 |
5 |
4 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
1 |
5 |
5 |
4 |
5 |
4 |
5 |
5 |
4 |
92 |
2 |
4 |
4 |
4 |
4 |
5 |
4 |
5 |
4 |
4 |
4 |
4 |
1 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
5 |
5 |
81 |
3 |
4 |
5 |
1 |
4 |
4 |
4 |
5 |
4 |
4 |
4 |
5 |
1 |
5 |
5 |
5 |
4 |
4 |
5 |
5 |
4 |
82 |
4 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
1 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
96 |
5 |
4 |
5 |
5 |
4 |
5 |
5 |
5 |
4 |
5 |
5 |
5 |
1 |
5 |
5 |
4 |
4 |
5 |
5 |
5 |
5 |
91 |
6 |
5 |
4 |
4 |
5 |
5 |
5 |
4 |
5 |
4 |
5 |
5 |
1 |
5 |
5 |
4 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
91 |
7 |
4 |
4 |
4 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
1 |
5 |
5 |
5 |
4 |
4 |
5 |
5 |
5 |
91 |
8 |
4 |
5 |
1 |
2 |
5 |
4 |
4 |
4 |
4 |
5 |
5 |
1 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
4 |
5 |
5 |
83 |
9 |
4 |
4 |
1 |
4 |
5 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
5 |
1 |
4 |
5 |
5 |
4 |
4 |
4 |
5 |
5 |
80 |
10 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
1 |
4 |
4 |
1 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
74 |
11 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
1 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
77 |
12 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
1 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
96 |
13 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
100 |
14 |
2 |
2 |
2 |
2 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
5 |
5 |
1 |
5 |
5 |
4 |
4 |
5 |
4 |
5 |
4 |
75 |
15 |
4 |
5 |
4 |
4 |
5 |
5 |
5 |
5 |
4 |
4 |
5 |
1 |
5 |
5 |
5 |
4 |
4 |
5 |
5 |
5 |
89 |
16 |
5 |
5 |
4 |
4 |
5 |
5 |
5 |
4 |
4 |
5 |
5 |
1 |
5 |
5 |
4 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
91 |
17 |
5 |
4 |
4 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
4 |
4 |
4 |
4 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
94 |
18 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
1 |
5 |
5 |
4 |
5 |
4 |
4 |
5 |
5 |
87 |
19 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
100 |
20 |
4 |
5 |
4 |
4 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
1 |
5 |
5 |
4 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
92 |
21 |
5 |
5 |
4 |
4 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
1 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
94 |
22 |
4 |
5 |
1 |
4 |
5 |
5 |
5 |
4 |
5 |
5 |
5 |
1 |
5 |
5 |
4 |
5 |
4 |
4 |
5 |
5 |
86 |
23 |
5 |
5 |
2 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
1 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
93 |
24 |
4 |
5 |
2 |
2 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
5 |
1 |
5 |
5 |
5 |
4 |
4 |
4 |
5 |
5 |
80 |
25 |
4 |
4 |
4 |
4 |
5 |
5 |
4 |
4 |
5 |
5 |
5 |
1 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
90 |
2. Variabel Y
Responden |
VARIABEL SUAMI SEBAGAI IMAM (Y) |
Jumlah Skor |
|||||||||||||||||||
1 |
2 |
3 |
4 |
5 |
6 |
7 |
8 |
9 |
10 |
11 |
12 |
13 |
14 |
15 |
16 |
17 |
18 |
19 |
20 |
||
1 |
5 |
4 |
1 |
4 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
1 |
5 |
5 |
5 |
4 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
4 |
88 |
2 |
5 |
4 |
3 |
3 |
4 |
3 |
4 |
4 |
5 |
1 |
4 |
4 |
5 |
4 |
4 |
4 |
5 |
4 |
4 |
4 |
78 |
3 |
5 |
4 |
1 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
78 |
4 |
5 |
5 |
1 |
2 |
5 |
5 |
5 |
1 |
3 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
4 |
2 |
83 |
5 |
5 |
5 |
4 |
4 |
5 |
4 |
4 |
4 |
3 |
3 |
4 |
4 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
89 |
6 |
5 |
5 |
1 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
3 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
94 |
7 |
5 |
5 |
4 |
5 |
5 |
4 |
5 |
4 |
4 |
4 |
5 |
5 |
5 |
5 |
4 |
5 |
5 |
4 |
4 |
4 |
91 |
8 |
5 |
4 |
3 |
4 |
5 |
4 |
4 |
4 |
3 |
4 |
4 |
4 |
5 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
5 |
4 |
82 |
9 |
4 |
3 |
4 |
1 |
1 |
2 |
4 |
3 |
3 |
3 |
4 |
3 |
4 |
4 |
4 |
5 |
5 |
5 |
4 |
3 |
69 |
10 |
4 |
4 |
1 |
1 |
4 |
4 |
4 |
1 |
1 |
1 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
65 |
11 |
4 |
3 |
3 |
4 |
4 |
4 |
4 |
3 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
5 |
4 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
83 |
12 |
5 |
3 |
1 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
4 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
4 |
92 |
13 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
100 |
14 |
5 |
4 |
3 |
4 |
4 |
4 |
4 |
5 |
4 |
3 |
4 |
4 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
4 |
5 |
3 |
85 |
15 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
5 |
4 |
5 |
5 |
4 |
4 |
4 |
4 |
83 |
16 |
5 |
4 |
3 |
4 |
5 |
5 |
5 |
4 |
4 |
4 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
93 |
17 |
5 |
5 |
3 |
4 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
4 |
5 |
5 |
5 |
5 |
4 |
5 |
5 |
5 |
5 |
4 |
94 |
18 |
4 |
1 |
3 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
3 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
75 |
19 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
100 |
20 |
5 |
4 |
3 |
4 |
4 |
4 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
4 |
4 |
4 |
5 |
5 |
5 |
5 |
4 |
90 |
21 |
5 |
5 |
3 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
3 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
96 |
22 |
5 |
5 |
4 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
4 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
98 |
23 |
5 |
3 |
3 |
3 |
5 |
5 |
4 |
4 |
2 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
89 |
24 |
5 |
4 |
2 |
5 |
4 |
4 |
4 |
4 |
3 |
3 |
4 |
4 |
5 |
4 |
4 |
5 |
4 |
5 |
5 |
4 |
82 |
25 |
5 |
5 |
2 |
4 |
4 |
4 |
5 |
5 |
5 |
4 |
5 |
4 |
5 |
4 |
4 |
5 |
5 |
4 |
4 |
4 |
87 |
26 |
5 |
3 |
2 |
3 |
3 |
3 |
2 |
4 |
4 |
4 |
5 |
4 |
4 |
4 |
3 |
3 |
4 |
3 |
3 |
3 |
69 |
27 |
5 |
4 |
1 |
4 |
4 |
5 |
4 |
2 |
4 |
4 |
4 |
3 |
4 |
4 |
4 |
5 |
5 |
4 |
4 |
4 |
78 |
28 |
4 |
4 |
2 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
5 |
5 |
4 |
4 |
4 |
80 |
29 |
5 |
4 |
1 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
5 |
4 |
4 |
5 |
5 |
4 |
4 |
4 |
81 |
30 |
5 |
3 |
1 |
4 |
5 |
5 |
5 |
5 |
4 |
1 |
4 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
4 |
86 |
B. Hasil Penelitian
1. Variabel X
Responden |
VARIABEL ISTRI SEBAGAI PENOLONG (X) |
Jumlah Skor |
|||||||||||||||||||
1 |
2 |
3 |
4 |
5 |
6 |
7 |
8 |
9 |
10 |
11 |
12 |
13 |
14 |
15 |
16 |
17 |
18 |
19 |
20 |
||
1 |
5 |
5 |
5 |
4 |
4 |
4 |
1 |
5 |
5 |
5 |
4 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
3 |
5 |
5 |
3 |
88 |
2 |
4 |
4 |
4 |
4 |
3 |
4 |
2 |
4 |
4 |
4 |
3 |
4 |
4 |
5 |
5 |
4 |
2 |
5 |
4 |
2 |
75 |
3 |
5 |
4 |
4 |
3 |
4 |
4 |
1 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
3 |
4 |
4 |
4 |
76 |
4 |
5 |
5 |
4 |
3 |
4 |
5 |
1 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
3 |
90 |
5 |
4 |
4 |
4 |
2 |
4 |
5 |
2 |
5 |
5 |
4 |
4 |
5 |
5 |
5 |
4 |
4 |
1 |
4 |
5 |
4 |
80 |
6 |
5 |
5 |
5 |
1 |
4 |
4 |
1 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
1 |
5 |
5 |
5 |
86 |
7 |
4 |
4 |
4 |
3 |
4 |
4 |
1 |
4 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
1 |
4 |
4 |
3 |
80 |
8 |
4 |
4 |
4 |
2 |
3 |
5 |
3 |
4 |
5 |
4 |
5 |
5 |
5 |
5 |
4 |
4 |
3 |
4 |
5 |
4 |
82 |
9 |
3 |
4 |
4 |
3 |
3 |
4 |
1 |
4 |
3 |
3 |
3 |
4 |
4 |
5 |
5 |
4 |
1 |
3 |
4 |
3 |
68 |
10 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
3 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
3 |
4 |
4 |
4 |
78 |
11 |
4 |
4 |
4 |
3 |
3 |
4 |
2 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
76 |
12 |
5 |
5 |
5 |
2 |
5 |
5 |
1 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
1 |
4 |
5 |
5 |
88 |
13 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
100 |
14 |
4 |
4 |
4 |
1 |
2 |
4 |
1 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
1 |
4 |
4 |
2 |
67 |
15 |
5 |
5 |
5 |
2 |
4 |
4 |
2 |
4 |
5 |
5 |
4 |
4 |
4 |
5 |
5 |
4 |
2 |
4 |
5 |
4 |
82 |
16 |
4 |
4 |
4 |
3 |
4 |
5 |
3 |
5 |
5 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
1 |
5 |
4 |
1 |
76 |
17 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
4 |
4 |
5 |
4 |
5 |
5 |
5 |
4 |
3 |
4 |
5 |
5 |
93 |
18 |
4 |
4 |
5 |
1 |
4 |
5 |
1 |
5 |
5 |
5 |
4 |
4 |
4 |
4 |
5 |
5 |
4 |
4 |
4 |
5 |
82 |
19 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
100 |
20 |
5 |
5 |
5 |
1 |
5 |
5 |
1 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
4 |
5 |
4 |
1 |
5 |
5 |
3 |
84 |
21 |
5 |
5 |
4 |
3 |
5 |
5 |
1 |
5 |
5 |
5 |
4 |
5 |
5 |
5 |
5 |
4 |
1 |
5 |
5 |
3 |
85 |
22 |
4 |
4 |
5 |
2 |
2 |
5 |
4 |
4 |
5 |
4 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
2 |
5 |
5 |
2 |
83 |
23 |
4 |
4 |
4 |
1 |
5 |
5 |
1 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
1 |
5 |
5 |
1 |
81 |
24 |
4 |
4 |
4 |
3 |
4 |
4 |
3 |
4 |
5 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
3 |
78 |
25 |
5 |
5 |
4 |
4 |
5 |
5 |
2 |
5 |
5 |
4 |
4 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
1 |
5 |
5 |
5 |
89 |
26 |
4 |
4 |
4 |
3 |
4 |
4 |
3 |
3 |
3 |
3 |
3 |
3 |
2 |
4 |
4 |
5 |
5 |
4 |
5 |
5 |
75 |
27 |
4 |
4 |
5 |
3 |
4 |
4 |
2 |
5 |
4 |
5 |
4 |
4 |
4 |
5 |
4 |
4 |
2 |
4 |
4 |
2 |
77 |
28 |
5 |
5 |
5 |
3 |
5 |
4 |
3 |
5 |
4 |
4 |
5 |
4 |
4 |
5 |
4 |
4 |
3 |
4 |
4 |
3 |
83 |
29 |
4 |
5 |
4 |
2 |
4 |
5 |
2 |
4 |
4 |
3 |
4 |
4 |
4 |
5 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
1 |
75 |
30 |
5 |
5 |
5 |
3 |
4 |
5 |
3 |
4 |
4 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
1 |
4 |
5 |
4 |
87 |
2. Variabel Y
Responden |
VARIABEL SUAMI SEBAGAI IMAM (Y) |
Jumlah Skor |
|||||||||||||||||||
1 |
2 |
3 |
4 |
5 |
6 |
7 |
8 |
9 |
10 |
11 |
12 |
13 |
14 |
15 |
16 |
17 |
18 |
19 |
20 |
||
1 |
5 |
5 |
5 |
4 |
4 |
5 |
5 |
5 |
1 |
5 |
5 |
5 |
4 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
4 |
92 |
2 |
4 |
4 |
4 |
4 |
3 |
4 |
4 |
5 |
1 |
4 |
4 |
5 |
4 |
4 |
4 |
5 |
4 |
4 |
4 |
4 |
79 |
3 |
5 |
4 |
4 |
3 |
4 |
4 |
4 |
4 |
2 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
78 |
4 |
5 |
5 |
4 |
3 |
4 |
5 |
1 |
3 |
1 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
4 |
5 |
2 |
82 |
5 |
4 |
4 |
4 |
2 |
4 |
4 |
4 |
3 |
1 |
4 |
4 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
4 |
5 |
82 |
6 |
5 |
5 |
5 |
1 |
4 |
5 |
5 |
3 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
93 |
7 |
4 |
4 |
4 |
3 |
4 |
5 |
4 |
4 |
1 |
5 |
5 |
5 |
5 |
4 |
5 |
5 |
4 |
4 |
5 |
4 |
84 |
8 |
4 |
4 |
4 |
2 |
3 |
4 |
4 |
3 |
1 |
4 |
4 |
5 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
5 |
4 |
4 |
75 |
9 |
3 |
4 |
4 |
3 |
3 |
4 |
3 |
3 |
1 |
4 |
3 |
4 |
4 |
4 |
5 |
5 |
5 |
4 |
4 |
3 |
73 |
10 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
1 |
1 |
1 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
71 |
11 |
4 |
4 |
4 |
3 |
3 |
4 |
3 |
4 |
1 |
4 |
4 |
4 |
5 |
4 |
5 |
5 |
5 |
5 |
4 |
5 |
80 |
12 |
5 |
5 |
5 |
2 |
5 |
5 |
5 |
4 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
4 |
95 |
13 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
2 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
97 |
14 |
4 |
4 |
4 |
1 |
2 |
4 |
5 |
4 |
1 |
4 |
4 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
4 |
5 |
4 |
3 |
78 |
15 |
5 |
5 |
5 |
2 |
4 |
4 |
4 |
4 |
1 |
4 |
4 |
5 |
4 |
5 |
5 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
81 |
16 |
4 |
4 |
4 |
3 |
4 |
5 |
4 |
4 |
1 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
4 |
5 |
87 |
17 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
1 |
5 |
5 |
5 |
5 |
4 |
5 |
5 |
5 |
5 |
4 |
4 |
93 |
18 |
4 |
4 |
5 |
1 |
4 |
4 |
4 |
4 |
3 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
5 |
4 |
78 |
19 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
100 |
20 |
5 |
5 |
5 |
1 |
5 |
5 |
5 |
5 |
1 |
5 |
5 |
4 |
4 |
4 |
5 |
5 |
5 |
5 |
4 |
4 |
87 |
21 |
5 |
5 |
4 |
3 |
5 |
5 |
5 |
5 |
3 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
4 |
5 |
94 |
22 |
4 |
4 |
5 |
2 |
2 |
5 |
5 |
5 |
1 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
88 |
23 |
4 |
4 |
4 |
1 |
5 |
4 |
4 |
2 |
1 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
84 |
24 |
4 |
4 |
4 |
3 |
4 |
4 |
4 |
3 |
1 |
4 |
4 |
5 |
4 |
4 |
5 |
4 |
5 |
5 |
4 |
4 |
79 |
25 |
5 |
5 |
4 |
4 |
5 |
5 |
5 |
5 |
4 |
5 |
4 |
5 |
4 |
4 |
5 |
5 |
4 |
4 |
5 |
4 |
91 |
26 |
4 |
4 |
4 |
3 |
4 |
2 |
4 |
4 |
1 |
5 |
4 |
4 |
4 |
3 |
3 |
4 |
3 |
3 |
5 |
3 |
71 |
27 |
4 |
4 |
5 |
3 |
4 |
4 |
2 |
4 |
1 |
4 |
3 |
4 |
4 |
4 |
5 |
5 |
4 |
4 |
4 |
4 |
76 |
28 |
5 |
5 |
5 |
3 |
5 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
5 |
5 |
4 |
4 |
4 |
4 |
85 |
29 |
4 |
5 |
4 |
2 |
4 |
4 |
4 |
4 |
1 |
4 |
4 |
5 |
4 |
4 |
5 |
5 |
4 |
4 |
4 |
4 |
79 |
30 |
5 |
5 |
5 |
3 |
4 |
5 |
5 |
4 |
1 |
4 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
4 |
90 |
Lampiran 3 Hasil Analisis Penelitian
HASIL UJI COBA PENELITIAN
Responden |
VARIABEL ISTRI SEBAGAI PENOLONG (X) |
||||||||||
1 |
2 |
3 |
4 |
5 |
6 |
7 |
8 |
9 |
10 |
11 |
|
1 |
5 |
5 |
5 |
4 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
2 |
4 |
4 |
4 |
4 |
5 |
4 |
5 |
4 |
4 |
4 |
4 |
3 |
4 |
5 |
1 |
4 |
4 |
4 |
5 |
4 |
4 |
4 |
5 |
4 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
4 |
5 |
5 |
4 |
5 |
5 |
5 |
4 |
5 |
5 |
5 |
6 |
5 |
4 |
4 |
5 |
5 |
5 |
4 |
5 |
4 |
5 |
5 |
7 |
4 |
4 |
4 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
8 |
4 |
5 |
1 |
2 |
5 |
4 |
4 |
4 |
4 |
5 |
5 |
9 |
4 |
4 |
1 |
4 |
5 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
5 |
10 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
11 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
12 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
13 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
14 |
2 |
2 |
2 |
2 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
5 |
5 |
15 |
4 |
5 |
4 |
4 |
5 |
5 |
5 |
5 |
4 |
4 |
5 |
16 |
5 |
5 |
4 |
4 |
5 |
5 |
5 |
4 |
4 |
5 |
5 |
17 |
5 |
4 |
4 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
18 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
19 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
20 |
4 |
5 |
4 |
4 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
21 |
5 |
5 |
4 |
4 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
22 |
4 |
5 |
1 |
4 |
5 |
5 |
5 |
4 |
5 |
5 |
5 |
23 |
5 |
5 |
2 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
24 |
4 |
5 |
2 |
2 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
5 |
25 |
4 |
4 |
4 |
4 |
5 |
5 |
4 |
4 |
5 |
5 |
5 |
VALIDASI |
0,75 |
0,54 |
0,57 |
0,67 |
0,70 |
0,86 |
0,66 |
0,76 |
0,75 |
0,67 |
0,55 |
r tabel dengan n= 25 dan df= n-2 = 0.3388, interpretasi valid = rhitung> rtabel |
|||||||||||
Valid |
Valid |
Valid |
Valid |
Valid |
Valid |
Valid |
Valid |
Valid |
Valid |
Valid |
|
Varians |
0,4576 |
0,4896 |
1,9296 |
0,7936 |
0,1824 |
0,2304 |
0,2176 |
0,2496 |
0,2464 |
0,2016 |
0,1056 |
RELIABILITAS |
|||||||||||
Jumlah Varians |
8,5152 |
|
|
|
|
||||||
|
|
1,0294 |
|
|
|
||||||
|
|
72,509 |
|
|
|
||||||
|
|
0,1174 |
|
|
|
||||||
Alpha |
0,8826 |
Interpretasi: reliabel jika Cronbach’s Alpha > 0,60 , Alpha 0,8826> 0,60 = reliabel |
Responden |
VARIABEL ISTRI SEBAGAI PENOLONG (X) |
Skor Jumlah |
||||||||
12 |
13 |
14 |
15 |
16 |
17 |
18 |
19 |
20 |
||
1 |
1 |
5 |
5 |
4 |
5 |
4 |
5 |
5 |
4 |
92 |
2 |
1 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
5 |
5 |
81 |
3 |
1 |
5 |
5 |
5 |
4 |
4 |
5 |
5 |
4 |
82 |
4 |
1 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
96 |
5 |
1 |
5 |
5 |
4 |
4 |
5 |
5 |
5 |
5 |
91 |
6 |
1 |
5 |
5 |
4 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
91 |
7 |
1 |
5 |
5 |
5 |
4 |
4 |
5 |
5 |
5 |
91 |
8 |
1 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
4 |
5 |
5 |
83 |
9 |
1 |
4 |
5 |
5 |
4 |
4 |
4 |
5 |
5 |
80 |
10 |
1 |
4 |
4 |
1 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
74 |
11 |
1 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
77 |
12 |
1 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
96 |
13 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
100 |
14 |
1 |
5 |
5 |
4 |
4 |
5 |
4 |
5 |
4 |
75 |
15 |
1 |
5 |
5 |
5 |
4 |
4 |
5 |
5 |
5 |
89 |
16 |
1 |
5 |
5 |
4 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
91 |
17 |
4 |
4 |
4 |
4 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
94 |
18 |
1 |
5 |
5 |
4 |
5 |
4 |
4 |
5 |
5 |
87 |
19 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
100 |
20 |
1 |
5 |
5 |
4 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
92 |
21 |
1 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
94 |
22 |
1 |
5 |
5 |
4 |
5 |
4 |
4 |
5 |
5 |
86 |
23 |
1 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
93 |
24 |
1 |
5 |
5 |
5 |
4 |
4 |
4 |
5 |
5 |
80 |
25 |
1 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
90 |
VALIDASI |
0,51 |
0,48 |
0,40 |
0,46 |
0,70 |
0,57 |
0,81 |
0,52 |
0,57 |
|
r tabel dengan n= 25 dan df= n-2 = 0.3388, interpretasi valid = rhitung> rtabel |
||||||||||
Valid |
Valid |
Valid |
Valid |
Valid |
Valid |
Valid |
Valid |
Valid |
||
Varians |
1,4464 |
0,16 |
0,1344 |
0,72 |
0,24 |
0,2464 |
0,2304 |
0,0736 |
0,16 |
8,5152 |
RELIABILITAS |
||||||||||
Jumlah Varians |
|
|
|
|
||||||
|
|
|
|
|||||||
|
|
|
|
|||||||
|
|
|
|
|||||||
Alpha |
Interpretasi: reliabel jika Cronbach’s Alpha > 0,60 , Alpha 0,8826> 0,60 = reliabel |
Responden |
VARIABEL SUAMI SEBAGAI IMAM (Y) |
|||||||||||
1 |
2 |
3 |
4 |
5 |
6 |
7 |
8 |
9 |
10 |
11 |
12 |
|
1 |
5 |
4 |
1 |
4 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
1 |
5 |
5 |
2 |
5 |
4 |
3 |
3 |
4 |
3 |
4 |
4 |
5 |
1 |
4 |
4 |
3 |
5 |
4 |
1 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
5 |
5 |
1 |
2 |
5 |
5 |
5 |
1 |
3 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
4 |
4 |
5 |
4 |
4 |
4 |
3 |
3 |
4 |
4 |
6 |
5 |
5 |
1 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
3 |
5 |
5 |
5 |
7 |
5 |
5 |
4 |
5 |
5 |
4 |
5 |
4 |
4 |
4 |
5 |
5 |
8 |
5 |
4 |
3 |
4 |
5 |
4 |
4 |
4 |
3 |
4 |
4 |
4 |
9 |
4 |
3 |
4 |
1 |
1 |
2 |
4 |
3 |
3 |
3 |
4 |
3 |
10 |
4 |
4 |
1 |
1 |
4 |
4 |
4 |
1 |
1 |
1 |
4 |
4 |
11 |
4 |
3 |
3 |
4 |
4 |
4 |
4 |
3 |
4 |
4 |
4 |
4 |
12 |
5 |
3 |
1 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
4 |
5 |
5 |
5 |
13 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
14 |
5 |
4 |
3 |
4 |
4 |
4 |
4 |
5 |
4 |
3 |
4 |
4 |
15 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
16 |
5 |
4 |
3 |
4 |
5 |
5 |
5 |
4 |
4 |
4 |
5 |
5 |
17 |
5 |
5 |
3 |
4 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
4 |
5 |
5 |
18 |
4 |
1 |
3 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
3 |
4 |
4 |
19 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
20 |
5 |
4 |
3 |
4 |
4 |
4 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
21 |
5 |
5 |
3 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
3 |
5 |
5 |
22 |
5 |
5 |
4 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
4 |
5 |
5 |
23 |
5 |
3 |
3 |
3 |
5 |
5 |
4 |
4 |
2 |
5 |
5 |
5 |
24 |
5 |
4 |
2 |
5 |
4 |
4 |
4 |
4 |
3 |
3 |
4 |
4 |
25 |
5 |
5 |
2 |
4 |
4 |
4 |
5 |
5 |
5 |
4 |
5 |
4 |
26 |
5 |
3 |
2 |
3 |
3 |
3 |
2 |
4 |
4 |
4 |
5 |
4 |
27 |
5 |
4 |
1 |
4 |
4 |
5 |
4 |
2 |
4 |
4 |
4 |
3 |
28 |
4 |
4 |
2 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
29 |
5 |
4 |
1 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
30 |
5 |
3 |
1 |
4 |
5 |
5 |
5 |
5 |
4 |
1 |
4 |
5 |
VALIDASI |
0,533 |
0,552 |
0,391 |
0,739 |
0,726 |
0,708 |
0,743 |
0,646 |
0,506 |
0,427 |
0,64 |
0,763 |
r tabel dengan n= 30 dan df= n-2 = 0.3610, interpretasi valid = rhitung> rtabel |
||||||||||||
Valid |
Valid |
Tidak Valid |
Valid |
Valid |
Valid |
Valid |
Valid |
Valid |
Valid |
Valid |
Valid |
|
Varians |
0,16 |
0,832 |
1,579 |
1,09 |
0,699 |
0,543 |
0,44 |
1,196 |
0,929 |
1,499 |
0,25 |
0,373 |
RELIABILITAS |
||||||||||||
Jumlah Varians |
11,93 |
|
|
|
|
|
||||||
|
|
1,029 |
|
|
|
|
||||||
|
|
142,4 |
|
|
|
|
||||||
|
|
0,084 |
|
|
|
|
||||||
Alpha |
0,916 |
Interpretasi: reliabel jika Cronbach’s Alpha > 0,60 , Alpha 0,916> 0,60 = reliabel |
Responden |
VARIABEL SUAMI SEBAGAI IMAM (Y) |
Jumlah Skor |
|||||||
13 |
14 |
15 |
16 |
17 |
18 |
19 |
20 |
||
1 |
5 |
4 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
4 |
88 |
2 |
5 |
4 |
4 |
4 |
5 |
4 |
4 |
4 |
78 |
3 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
78 |
4 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
4 |
2 |
83 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
89 |
6 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
94 |
7 |
5 |
5 |
4 |
5 |
5 |
4 |
4 |
4 |
91 |
8 |
5 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
5 |
4 |
82 |
9 |
4 |
4 |
4 |
5 |
5 |
5 |
4 |
3 |
69 |
10 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
65 |
11 |
4 |
5 |
4 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
83 |
12 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
4 |
92 |
13 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
100 |
14 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
4 |
5 |
3 |
85 |
15 |
5 |
4 |
5 |
5 |
4 |
4 |
4 |
4 |
83 |
16 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
93 |
17 |
5 |
5 |
4 |
5 |
5 |
5 |
5 |
4 |
94 |
18 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
75 |
19 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
100 |
20 |
4 |
4 |
4 |
5 |
5 |
5 |
5 |
4 |
90 |
21 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
96 |
22 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
98 |
23 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
89 |
24 |
5 |
4 |
4 |
5 |
4 |
5 |
5 |
4 |
82 |
25 |
5 |
4 |
4 |
5 |
5 |
4 |
4 |
4 |
87 |
26 |
4 |
4 |
3 |
3 |
4 |
3 |
3 |
3 |
69 |
27 |
4 |
4 |
4 |
5 |
5 |
4 |
4 |
4 |
78 |
28 |
4 |
4 |
4 |
5 |
5 |
4 |
4 |
4 |
80 |
29 |
5 |
4 |
4 |
5 |
5 |
4 |
4 |
4 |
81 |
30 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
4 |
86 |
VALIDASI |
0,661 |
0,708 |
0,664 |
0,615 |
0,56 |
0,622 |
0,722 |
0,587 |
|
r tabel dengan n= 30 dan df= n-2 = 0.3610, interpretasi valid = rhitung> rtabel |
|
||||||||
Valid |
Valid |
Valid |
Valid |
Valid |
Valid |
Valid |
Valid |
|
|
Varians |
0,21 |
0,25 |
0,312 |
0,246 |
0,179 |
0,316 |
0,316 |
0,516 |
11,93 |
RELIABILITAS |
|||||||||
Jumlah Varians |
|
|
|
|
|||||
|
|
|
|
||||||
|
|
|
|
||||||
|
|
|
|
||||||
Alpha |
Interpretasi: reliabel jika Cronbach’s Alpha > 0,60 , Alpha 0,916> 0,60 = reliabel |
|
Hasil Analisis dengan Program SPSS
1. Analisis Deskriptif
2. Uji Asumsi Klassik
a. Uji Normalitas
b. Uji Multikoleniaritas
c. Uji Heterodesitas
3. Uji Hipotesis
[1]
Shintia
Maria Kapojos, Randy Frank Rouw, and Hengki Wijaya, “Implikasi Kehidupan
Perempuan
Yahudi Bagi Gereja Masa Kini,” Evangelikal: Jurnal Teologi Injili Dan
Pembinaan Warga Jemaat 3 (2019): 136– 1 43.
[2] Sherly Mudaka, Winda Sulistia Ningsih Mendrofa (2022), Signifikansi “Penolong Yang Sepadan” Menurut Kejadian 2:18 Bagi Istri Gembala Jemaat Masa Kini, Jurnal Arrabona, Jurna Teologi dan Misi,5(10, 56-74
[3] Wawancara dengan jemaat pada tanggal……………….
[4] Marie C. Barth Frommel. 2006. Hati Allah Bagaikan Hati seorang Ibu. Jakarta: BPK. Gunung Mulia, h. 44
[5] Yonkky Karman, 2009. Bunga Rampai Teologi Perjanjian Lama. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009) h. 45
[6] Marie C. Barth Frommel. 2006. Hati Allah Bagaikan Hati seorang Ibu. Jakarta: BPK. Gunung Mulia, h. 46
[7] Marie C. Barth Frommel. 2006. Hati Allah Bagaikan Hati seorang Ibu. Jakarta: BPK. Gunung Mulia, h. 123-128
[8] C. Groenen, 1984. Pengantar ke dalam Perjanjian Baru, Yogyakarta: Kanisius, h.44-45.
[9] Emmanuel Gerrith Singgih, 2011. Dari Eden ke Babel. Yogyakarta: Kanisius, 2011, h.93
[10] Sartika, Meitha. 2000. “Citra Feminis Allah dalam Tradisi Perjanjian Lama”, Jurnal Penuntun, Vol. IV No. 16, h.377
[11] Michele A. Paludi Editor. Joy Rice & Nancy Felipe Russo. 2010. Feminism and Women’s Right Worldwide Vol 2. Mental and Physical Health. International Perspectives on Women and Mental Health. Santa Barbara; California, h.1-3
[12] Jacob Daan Engel, 2014. Nilai dasar Logo Konseling. Yogyakarta: Kanisius, h. 57.
[13] Jacob Daan Engel, 2014. Nilai dasar Logo Konseling. Yogyakarta: Kanisius, h. 52-53.
[14] Saparinah Sadli, 2010. Berbeda tapi Setara. Jakarta: Buku Kompas, h. 9
[15] Inc: Thomas Nelson, 1997. Woman’s Study Bible, Nashville, Tennessee: Thomas Nelson Publisher, h. 95
[16] Steinar Solbakken, 2009. Eksposisi Kitab Kejadian, Batu: POI,h. 51
[17] Matthew Henry, 2014. Tafsiran Matthew Henry KEJADIAN, Surabaya: Penerbit Momentum, h. 56
[18] Daniel G.: Ryken, Leland; Wilhoit Jim; Longman, Tremper; Duriez, Collin;Penney, Douglas;Reid, 2019. Dictionary of Biblical Imagery.Eltronic Ed. , ed. IL:InterVarsity Press Downers Grove : Downers Grove, h.947.
[19] Ed. Philip B. Gove, ed.,1984. Webster’s New Dictionary of Synonyms, Springfiled, Massachussetts, USA: Merriam-Webster Inc, Publishe, h. 113.
[20] Jimmy Pardede, 2019. Pacaran, Pernikahan, Dan Keluarga, Surabaya: Momentum, h. 63.
[21] Jimmy Pardede, 2019. Pacaran, Pernikahan, Dan Keluarga, Surabaya: Momentum, h. 24.
[22] “There Is No Word For Wife In Torah | We Are Israel,” https://weareisrael.org/creation-of-woman/wife-in-torah/.
[23] Daud Putranto, 2013. Grace on Marriage, Jakarta: Light Publishing, h. 34.
[24] “Perempuan - Ezer Kenegdo - SarapanPagi Biblika Ministry,” https://www.sarapanpagi.org/perempuan-ezer-kenegdo-vt6683.html.
[25] There Is No Word For Wife In Torah | We Are Israel,” https://weareisrael.org/creation-of-woman/wife-in-torah/.
[26] “Hebrew Word Study – Wife | Chaim Bentorah,” https://www.chaimbentorah.com/2018/08/hebrew-word-study-wife/.
[27] Saptono Raharjo, 2017. Undang-Undang Perkawinan, Jakarta: Penerbit Bhuana Ilmu Populer, h.38
[28] Antonius Seri, 2020. “E-Issn : 2655-3201,” Pernikahan Kristen Dalam Perspektif Firman Tuhan 6, no. 2 h. 229.
[29] Larry Christenson, 1994. Keluarga Kristen, Malang: Yayasan Persekutuan Betania, h. 122.
[30] Tony Evans, 2018. Kingdom Marriage, Yogyakarta: Penerbit Andi, h. 88.
[31] Gary Thomas, 2013. Sacred Influence, Yogyakarta: Penerbit Katalis, 2013. h. 99.
[32] “The Nature of A Woman,” http://www.griiandhika.org/ringkasan_kotbah/2000/20001203.htm
[33] Henry, Matthew. Tafsiran Matthew Henry KEJADIAN. Surabaya: Penerbit Momentum, 2014. “Istri Selingkuh, Suami Yang Bekerja Sebagai Pendeta Dibunuh. h.79
[34] Owens, John Joseph. 1990. Analytical Key to the Ole Testament Vol 1, Genesis-Joshua. Grand Rapids: Booker Book House, h.9
[35] Gordon J Wenham, 2002. Word Biblical Commentary: Kejadian 1-15, Dallas: Word, Incorporated, h. 68.
[36] Charles F Pfeiffer, 1962. The Wycliffe Bible Commentary: Old Testament, Chicago: Moody Press, h. 57.
[37] Thomas, Gary. 2013. Sacred Influence. Yogyakarta: Penerbit Katalis, h.97
[38] Gordon J Wenham, 2002. Word Biblical Commentary: Kejadian 1-15, Dallas: Word, Incorporated, h. 68.
[39] Maria Hanie Endojowatiningsih, 2013. “Jati Diri Perempuan Menurut Kejadian 1 -2 Dan Relevansinya Bagi Sikap Kristiani Terhadap Pengaruh Gerakan Feminisme Di Indonesia,” Missio Ecclesiae 2, no. 2. h. 125–142
[40] Solbakken, 2009.Steinar. Eksposisi Kitab Kejadian. Batu: POI, h.48
[41] Theologi Kristen Dan Operatif: Perempuan Penolong Laki-Laki,” https://www.ruach.info/2021/02/perempuan-penolong-laki-laki.html.
[42] Hanris, R. Laird. Theological Wordbook of the Old Testament. Chicago: Moody Press, 1980. “Hebrew Word Study – Wife | Chaim Bentorah. H. 549
[43] Thomas Nelson, 1997: Woman’s Study Bible. Nashville, Tennessee: Thomas Nelson Publisher, h. 115
[44] Mathews, KA. “Kejadian 1 -11: 26. Ed Elektronik. 1995),. Nashville: Broadman & Holman Publishers, (Logos Library System; The New American Commentary,h.212.
[45] KBBI, 2018. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). [Online] Available at: http://kbbi.web.id/pusat,
[46] William Dyrnes, 2001. Tema-Tema Teologi dalam Perjanjian Lama, Jawa Timur: Gandum Mas, h. 63- 65
[47] Simion.H. M.Th,, & Iwan Setiawan Tarigan, M.Th, 2012. Penuntun Praktis Kitab Perjanjian Lama 2, Medan: Mitra,Hal. 42
[48] Focus on the Family, God's design in marriage by Carol Heferman https://www.focusonthefamily.com/marriage/gods-design formarriage/&prev=search&pto=aue,
[49] The Christian Family: The Role of Husband and Father,Protestant Reformed Churches in America Official Website, http://www.prca.org/resources/publications/articles/item /4803-the-christianfamily-the-role-of-husband-andfather,
[50] John R.W. Stott, 2003. Tafsiran Efesus, Jakarta, yayasan Komunikasi Bina Kasih, h. 217
[51] Do You Really Love-Your-Wife-part-1 - ephesians-525-33, diunduh tanggal 25 Maret 2024
[52] Spousal Roles, Ligoner Ministries, The Teaching Fellowship of R.C. Sproul, https ://www.ligonier.org/learn/devotionals/spousal-roles/ diunduh tanggal 25 Maret 2024
[53] Dr. Ab dan Karen Abercrombie – Marriage God’s Way: The Husband’s Call https://bcinstitute.com/marriage-gods-way/ , diunduh tanggal 22 Maret 2024
[54] Ronald W. Leigh, 2007. Melayani Dengan Evektif: 34 Prinsip Pelayanan Bagi Pendeta dan Kaum Awam (Jakarta: BPK-Gunung Mulia, h. 107.
[55] Bangun Munthe, “Peranan Orangtua Terhadap Peningkatan Kesejahteraan Keluarga Untuk Mewujudkan Tanggungjawab Dalam Keluarga, Gereja dan Masyarakat,” Jurnal Agape 1, no. 1 (2018): 62–91, http://repository.uhn.ac.id/handle/123456789/1490.
[56] Nandari Prastica Wagiu, “Implementasi Peran Orang Tua Menurut Ulangan 6:4-9 Dalam Pendidikan Agama Kristen Keluarga di Gereja Masehi Injili di Minahasa Jemaat Imanuel Aertembaga Bitung,” Jurnal Shanan 4, no. 2 (2020): 128–61, http://ejournal.uki.ac.id/index.php/shan/article/view/1972.
[57] Claartje Pattinama, “Peranan Orang Tua Terhadap Perkembangan Pendidikan Anak Dalam Keluarga Kristen,” Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan 6, no. 3 (2020): 199–205, https://doi.org/10.5281/zenodo.3951005.
[58] Andriaan MF. Wakkary, “Peran Keluarga Kristen Bagi Pendidikan Remaja,” Rhema: Jurnal Teologi Biblika Dan Praktika 4, no. 1 (2018): 4–8, https://e-journal.stt-yestoya.ac.id/index.php/rhema/article/view/32/21.
[59] Magdalena G.K. Tindagi, “Indikator Penanaman Nilai-Nilai Pak Dalam Keluarga Bagi Perbinaan Iman Anak Remaja di Zaman Now,” Missio Ecclesiae 6, no. 1 (2017): 17–31, https://jurnal.i3batu.ac.id/index.php/me/article/view/67.
[60] Jarot Kristanto, “Simbol-Simbol Liturgi: Studi Tentang Makna Simbol Liturgi Ditinjau Dari Fungsi Pastoral,” Jurnal Theologia Aletheia 12, no. 21 (2010): 20–35, http://sttaletheia.ac.id/wp-content/uploads/2012/08/simbolsimbol-liturgi.pdf.
[61] Hasahatan Hutahaean, Bonnarty Steven Silalahi, and Linda Zenita Simanjuntak, “Spiritualitas Pandemik: Tinjauan Fenomenologi Ibadah di Rumah,” Evangelikal: Jurnal Teologi Injili dan Pembinaan Warga Jemaat 4, no. 2 (2020): 235–50, https://doi.org/10.46445/ejti.v4i2.270.
[62] James F. White, Pengantar Ibadah Kristen (Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2009), 17-18.
[63] Asmat Purba, “Tanggung Jawab Orang Tua Kristen Sebagai Pendidik Dalam Menyikapi Dampak Pandemi Covid-19,” EPIGRAPHE: Jurnal Teologi dan Pelayanan Kristiani 4, no. 1 (2020): 86–97, http://jurnal.stttorsina.ac.id/index.php/epigraphe/article/view/148/54.
[64] Saragih and Hasugian, “Model Asuhan Keluarga Kristen di Masa Pandemi Covid-19.”
[65] Samuel B. Hakh, Berakar Didalam Dia dan Dibangun si Atas Dia (Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2002), 20-21 .
[66] Baker, A. Disiplin Gereja Methodits Indonesia (Jakarta: Gereja Methodist Indonesia, 2013), 37.
[67] Richard M. Daulay, Episkopal Koneksional: Sejarah, Ajaran, dan Organisasi Gereja Methodist Indonesia (Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2013), 63.
[68] Yosefo Gule,2020. Peranan Kepala Keluarga Sebagai Imam Di Tengah Tengah Keluarga Dimasa Pandemi Covid-19. Voice Of Wesley: Jurnal Ilmiah Musik dan Agama. Vol 4, No 1 (2020) DOI: https://dx.doi.org/10.36972/jvow.v4i1.74.
[69] Antony Sanjaya Suwignyo, 2021. Kajian Teologis Tentang Teman Pewaris Dari Kasih Karunia Menurut I Petrus 3:7 dan Implikasinya Bagi Tanggung Jawab Suami Dalam Ikatan Pernikahan Kristen (Studi kasus di Gereja Bethel Indonesia Berkat Bagi Bangsa Surabaya). Geneva - Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Vol. 3, No. 2, Desember 2021 : 104-113
[70] Sherly Mudak, 2022. Signifikansi “Penolong Yang Sepadan” Menurut Kejadian 2:18 Bagi Istri Gembala Jemaat Masa Kini Jurnal Arrabona | Volume 5, Nomor 1, (Agustus, 2022). H. 56-74. DOI: https://doi.org/10.57058/juar.v5i1.64
[71] Okyob Jeon, 2022. Status Perempuan Menurut Perspektif Kejadian 2:18, Jurnal Luxnos, Volume 8 Nomor 2, Desember 2022. DOI:https://doi.org/10.47304/jl.v8i2.280
[72] Selfisina Tetelepta, 2016. Studi Psiko Feminis Terhadap Peran Hawa Sebagai Penolong dalam Kejadian 2: 18, Skripsi. Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga
[73] Sugiyono. (2019). Metodelogi Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta
[74] Sugiyono. (2019). Metodelogi Penelitian Kuantitatif…
[75] Sugiyono. (2019). Metodelogi Penelitian Kuantitatif…
[76] Arikunto, S. (2019). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka cipta
0 comments:
Post a Comment
Silahkan berkomentar, hindari unsur SARA.
Terima kasih