Loggo kabupaten
LAPORAN
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SBK MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF MAKE MACTH PADA MATERI MENGGAMBAR MODEL DI KELAS VIII
SMPN .................................... SEMESTER 1
TAHUN PELAJARAN 2019/2020
Disusun dan Diajukan sebagai Salah Satu Syarat
Kenaikan Pangkat Golongan dari ..... ke .....
Oleh
.....................................
NIP. ...........................................
SMP NEGERI .................
Alamat : .............................................................................................
Kabupaten/Kota .................
Provinsi ...............................................
2018
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS
1. a. Judul Penelitian : Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar SBK melalui Model Pembelajaran Kooperatif Make Macth Pada Materi Menggambar model di Kelas VIII SMPN ....................... Semester 1 Tahun Pelajaran 2019/2020
b. Jenis Penelitian : Penelitian Tindakan Kelas
2. Identitas Peneliti
a. Nama Lengkap dan Gelar : .....................................
b. NIP : ………………………
c. Pangkat / Golongan : ………………………
d. Jabatan : Guru SBK
e. Instansi : SMPN ……………………….
f. Tempat Penelitian : SMPN ……………………….
3. Lama Penelitian : 3 bulan (Bulan September 2019 sampai dengan Bulan November 2019)
4. Sumber Biaya : Swadaya
Mengetahui ………………….., November 2018
Kepala Sekolah Peneliti
…………………………. ………………………
NIP. …………………. NIP. .......................
Mengesahkan
Pengawas Sekolah
………………………..
NIP. …………………….
ABSTRAK
Latar belakang masalah penelitian ini adalah proses pembelajaran SBK yang kurang variatif dan tidak ada inovasi pembelajaran sehingga berujung pada rendahnya aktivitas dan hasil belajar SBK siswa kelas VIII SMPN .................. Tujuan yang hendak dicapai adalah untuk meningkatan aktivitas dan hasil belajar SBK dengan menggunakan model pembelajaran make a match. Penelitian ini merupakan jenis Penelitian Tindakan kelas yang dilakukan dalam dua siklus dengan model penelitian mengacu pada model spiral dari S. Kemmis dan McTaggart. Setiap siklus terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan dan observasi, serta refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII SMPN ................. dengan jumlah siswa 36 siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik tes, observasi dan dokumentasi. validasi data dilakukan dengan teknik triangulasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis ketuntasan dan analisis komparatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran make a match dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar SBK siswa. Terbukti dari pengukuran tingkat kerjasama belajar SBK siswa kelas VIII SMPN ................. pada kondisi awal hanya 15 siswa atau 41,67%, siklus I ada 24 siswa atau 66,67%, dan pada siklus II ada 34 siswa atau 94,44%, dan peningkatan ketuntasan dan hasil belajar SBK siswa yang awalnya pada pembelajaran pra siklus siswa yang tuntas ada 11 siswa atau 30,56%, pada siklus I mengalami kenaikan yaitu ada 22 siswa atau 61,11%, dan pada siklus II ada 32 siswa atau 88,89%, hasil ini sesuai dengan indikator yang ditentukan yakni nilai dengan KKM 70 di atas 85%. Adapun peningkatan nilai rata-rata hasil belajar meningkat dari 58,06 pada kondisi awal menjadi 68,06 pada siklus pertama dan 75,56 pada siklus kedua. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran make a match pada pembelajaran SBK materi menggambar model dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VIII SMPN ................. Semester 1 Tahun Pelajaran 2019/2020.
Kata Kunci : make a match, aktivitas, hasil belajar
KATA PENGANTAR
Penulis bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT, karena berkat rahmat dan karuniaNyalah seluruh proses penelitian sampai penulisan laporan penelitian tindakan kelas berjudul “Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar SBK melalui Model Pembelajaran Kooperatif Make Macth Pada Materi Menggambar model di Kelas VIII SMPN ....................... Semester 1 Tahun Pelajaran 2019/2020” dapat terselesaikan. Laporan penelitian tindakan kelas ini dibuat untuk memenuhi persyaratan kenaikan pangkat dan golongan dari ........ ke ........ Peneliti mengakui, dengan terselesaikannya penulisan laporan penelitian tindakan kelas ini, tentunya tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak.
Penelitipun menyadari, bahwa penulisan laporan penelitian tindakan kelas ini masih banyak kekurangannya. Untuk itu, segala kritik dan saran yang sifatnya membangun, akan peneliti terima dengan senang hati. Akhirnya peneliti berharap semoga penulisan laporan penelitian tindakan kelas ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.
................., November 2019
Peneliti
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL............................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................. ii
ABSTRAK......................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR....................................................................................... iv
DAFTAR ISI..................................................................................................... v
DAFTAR TABEL.............................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR......................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1
B. Identifikasi Masalah .............................................................. 3
C. Pembatasan Masalah ............................................................. 4
D. Rumusan Masalah ................................................................. 4
E. Tujuan Penelitian.................................................................... 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori ........................................................................... 7
B. Kerangka Berpikir ................................................................. 23
C. Hipotesis Tindakan ................................................................ 24
BAB III METODE PENELITIAN
A. Setting Penelitian................................................................... 25
B. Metode dan Rancangan Penelitian ........................................ 25
C. Subjek Penelitian.................................................................... 27
D. Teknik Pengumpulan Data .................................................... 28
E. Validasi Data.......................................................................... 39
F. Analisis Data.......................................................................... 30
G. Prosedur Penelitian ................................................................ 31
H. Indikator dan Kriteria Keberhasilan ...................................... 36
BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data ....................................................................... 38
B. Hasil Penelitian ...................................................................... 59
B. Pembahasan Hasil Penelitian.................................................. 63
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ................................................................................ 67
B. Saran....................................................................................... 68
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 4.1 Rekapitulasi Hasil Nilai Tes Formatif pada Kondisi Awal....... 39
Tabel 4.2 Data Aktivitas Belajar Siswa Pada Kondisi Awal.................... 40
Tabel 4.3 Rekapitulasi Hasil Nilai Tes Formatif pada Siklus I ................ 48
Tabel 4.4 Rekapitulasi Data Aktivitas belajar Siswa Pada Siklus Pertama 49
Tabel 4.5 Rekapitulasi Hasil Nilai Tes Formatif pada Siklus II ............... 56
Tabel 4.6 Data Aktivitas belajar Siswa Pada Siklus Kedua..................... 57
Tabel 4.7 eningkatan Hasil Belajar Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II..... 59
Tabel 4.8 Peningkatan Aktivitas belajar Siswa pada Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II 61
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Berfikir Penelitian Tindakan Kelas........................... 24
Gambar 3.1 Daur PTK (dimodifikasi dari Arikunto, 2006 : 46).................. 26
Gambar 4.1 Peningkatan Nilai, dan Ketuntasan Belajar Berdasarkan Nilai Tes Hasil Belajar pada Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II................................................................ 60
Gambar 4.2 Peningkatan Aktivitas belajar Siswa pada Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II 61
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Surat Ijin Penelitian
Lampiran 2 : Jurnal Kegiatan Penelitian
Lampiran 3 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I
Lampiran 4 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II
Lampiran 5 : Instrumen Pengumpulan Data
(LKS dan Lembar Tes Formatif Siklus I dan II)
Lampiran 6 : Analisis Data Hasil Penelitian
(Daftar Nilai dan Lembar Penilaian Aktivitas Belajar Siswa Pra Siklus, Siklus I dan II)
Lampiran 7 : Daftar Hadir Siswa
Lampiran 8 : Contoh Hasil Pekerjaan Siswa
Lampiran 9 : Dokumentasi Pelaksanaan Kegiatan Penelitian Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II
Lampiran 10 : Berkas Pelaksanaan Seminar PTK
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Mata pelajaran SBK adalah salah satu mata pelajaran yang harus dikuasai siswa untuk mendukung kesiapan siswa bekerja di dunia usaha. Kurikulum 2013 membekali peserta didik pada Pendidikan Menengah dengan kemampuan kewirausahaan yang lahir dan tumbuh dalam sektor nyata. Pembelajaran SBK bagi peserta didik pada jenjang Pendidikan Menengah Kelas VIII harus mencakup aktivitas dan materi pembelajaran yang secara utuh dapat meningkatkan kompetensi pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan untuk menciptakan karya nyata, menciptakan peluang pasar, dan menciptakan kegiatan bernilai ekonomi dari produk dan pasar tersebut.
Berdasarkan hasil observasi awal diketahui bahwa yang menjadi permasalahan yang timbul pada saat proses pembelajaran berlangsung adalah kurangnya perhatian siswa dan partisipasi siswa ketika guru menjelaskan materi. Hanya sebagian siswa yang memberi respon positif terhadap materi yang diajarkan dan sebagian lainnya memberikan respon negatif dengan kurang memperhatikan guru pada saat menyampaikan materi, ada banyak faktor yang diduga mempengeruhi sikap siswa di antaranya karena banyaknya siswa yang beranggapan bahwa mata pelajaran SBK tidak terlalu penting karena tidak di ujiankan secara nasional dan menganggap remeh mata pelajaran SBK. Padahal, pembelajaran SBK sangat penting untuk siswa itu sendiri, dimana dengan pembelajaran SBK ini dapat menjadi bekal untuk berwirausaha kelak.
Selain itu, pembelajaran SBK yang biasanya dilakukan secara praktik, guru lebih menekankan pada pembelajaran secara teori saja, sehingga siswa merasa bosan akan pembelajaran SBK ini. Namun masalah lain yang juga timbul jika pembelajaran dilakukan secara praktik, dimana siswa menjadikan media belajarnya sebagai objek permainan. Alat dan bahan yang seharusnya digunakan untuk belajar, malah dipakai sebagai alat dan bahan untuk bermain, sehingga hal ini akan menyebabkan keadaan kelas menjadi ribut dan tidak kondusif, dan pada akhirnya berujung pada tidak terselesaikannya pekerjaan mereka dan hasil karyanya juga kurang memuaskan.
Hasil tes formatif pada studi awal mata pelajaran SBK materi menggambar model ternyata hanya 30,56% atau 11 siswa dari 36 siswa yang mencapai tingkat penguasaan materi 85% ke atas atau mendapat nilai di atas KKM sebesar 70 dan perolehan nilai rata-rata klasikal sebesar 58,06. Untuk itulah guru perlu mempelajari dan mempertimbangkan penggunaan model pembelajaran yang tepat. Model pembelajaran sangat dibutuhkan oleh pendidik agar peserta didiknya bisa menerima informasi atau pesan dengan baik, karena melalui model pembelajaran guru dapat membantu peserta didik mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara berfikir, dan mengekspresikan ide. Model pembelajaran berfungsi pula sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar (Suprijono, 2011:46).
Salah satu model pembelajaran yang tepat diterapkan dalam proses pembelajaran adalah model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan sistem pembelajaran yang memberi kesempatan pada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur. Taniredja (2011:55) menyebutkan bahwa pembelajaran kooperatif dikenal sebagai pembelajaran secara berkelompok. Akan tetapi, belajar kooperatif lebih dari sekedar belajar kelompok atau kerja kelompok karena dalam belajar kooperatif ada struktur dorongan dan tugas yang bersifat kooperatif sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka.
Belajar secara kelompok merupakan salah satu upaya untuk mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran. Dalam wilayah afektif, pembelajaran kooperatif berpengaruh signifikan terhadap sikap-sikap positif siswa terhadap teman-teman mereka meskipun mereka berasal dari kebudayaan dan latar belakang sosial yang beragam, serta memiliki kebutuhan-kebutuhan khusus. Pembelajaran kooperatif juga membantu siswa bersikap positif terhadap pembelajaran, bersedia untuk terlibat bersama teman-temannya, dan bekerja sama untuk saling meningkatkan pembelajarannya masing-masing (Huda, 2011:265).
Isjoni (2012:77) menjelaskan bahwa pembelajaran model make a match merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yang mendorong anak didik/siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal. Sehingga pembelajaran dengan menggunakan model yang tepat akan turut menentukan efektivitas dan efisiensi pembelajaran. Adapun pembelajaran perlu dilakukan dengan metode yang berpusat pada guru serta lebih menekankan ada interaksi peserta didik. Penggunaan model yang bervariasi akan sangat membantu peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Model pembelajaran kooperatif tipe make a match ini mengajak siswa untuk mencari jawaban terhadap suatu pertanyaan atau pasangan dari suatu konsep melalui suatu permainan kartu pasangan. Sehingga hal yang perlu dipersiapkan jika pembelajaran dikembangkan dengan model make a match adalah kartu- kartu, kartu- kartu tersebut terdiri dari kartu yang berisi pertanyaan- pertanyaan dan kartu- kartu lainnya yang berisi jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut (Zaini, 2008:67).
Dengan adanya model pembelajaran (make a match) siswa lebih aktif untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Disamping itu (make a match) juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan mengeluarkan pendapat serta berionteraksi dengan siswa yang menjadikan aktif dalam kelas. Oleh karena itu, peneliti mencoba melakukan penelitian tindakan kelas yang berjudul “Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar SBK melalui Model Pembelajaran Kooperatif Make Macth Pada Materi Menggambar model di Kelas VIII SMPN ....................... Semester 1 Tahun Pelajaran 2019/2020”.
B. Identifikasi Masalah
Melalui pengamatan dan diskusi terindentifikasi beberapa masalah yang mempengaruhi pembelajaran antara lain :
1. Metode yang digunakan oleh guru dalam mengajar didominasi dengan penggunaan metode konvensional, sehingga pembelajaran di kelas masih terpusat dengan guru (teacher centered),
2. Guru kurang memotivasi siswa agar siswa membangun pengetahuannya sendiri dan
3. Guru kurang memanfaatkan potensi siswa yang telah ada agar menjadi aktif dan mandiri dalam pembelajaran.
4. Siswa kurang mampu membangun pengetahuannya sendiri dan lebih suka mendengar ceramah dari guru,
5. Hanya sebagian kecil orang siswa di kelas yang mampu dan berani mengemukakan pendapatnya mengenai materi pembelajaran, dan
6. Siswa seringkali terlihat ribut dan melakukan berbagai aktivitas yang tidak berhubungan dengan materi pelajaran.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas, dapat disimpulkan rumusan masalah fokus perbaikan adalah :
1. Bagaimana upaya peningkatan aktivitas belajar siswa kelas VIII SMPN ....................... semester 1 tahun pelajaran 2019/2020 pada pembelajaran SBK materi menggambar model dengan penerapan model pembelajaran make a match?
2. Bagaimana upaya peningkatan hasil belajar siswa kelas VIII SMPN ....................... semester 1 tahun pelajaran 2019/2020 pada pembelajaran SBK materi menggambar model dengan penerapan model pembelajaran make a match?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, agar memiliki arah yang jelas, ditentukan tujuan dari penelitian ini, yaitu :
1. Untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran SBK materi menggambar model melalui penerapan model pembelajaran make a match pada siswa kelas VIII SMPN ....................... semester 1 tahun pelajaran 2019/2020.
2. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran SBK materi menggambar model melalui penerapan model pembelajaran make a match pada siswa kelas VIII SMPN ....................... semester 1 tahun pelajaran 2019/2020.
E. Manfaat Penelitian
Diharapkan hasil pelaksanaan perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan melalui pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini juga dapat memberikan manfaat baik secara teroris maupun praktis, yaitu :
- Manfaat Teoris
a. Secara teoritis penelitian ini diharapkaan dapat berguna sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya, yaitu penelitian yang berhubungan dengan model pembelajaran make a match.
b. Sebagai bahan kajian untuk meningkatkan pemahaman konsep menggambar model melalui model pembelajaran make a match.
- Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
1) Peserta didik dapat membiasakan diri berpikir logis mengenai hubungan sebab akibat serta dapat meningkatkan kualitas hasil pembelajaran pada materi menggambar model
2) Peserta didik dapat lebih mudah dan semangat dalam memahami mata pelajaran. Dengan cara pembelajaran yang menarik, dan tidak membosankan.
3) Peserta didik akan lebih aktif belajar dan mereka bisa lebih mudah dalam memahami pelajaran.
4) Peserta didik dapat menyimak pelajaran dengan semangat sehingga peserta dididik akan memperoleh hasil yang baik.
b. Bagi Guru
1) Meningkatkan kinerja guru karena dengan model pembelajaran make a match dapat mengefektifkan waktu pembelajaran.
2) Menciptakan pembelajaran yang inovatif dan menyenangkan sehingga dapat menarik perhatian siswa.
3) Guru dapat mengetahui permasalahan-permasalahan peserta didik, sehingga dapat mempermudah guru untuk mengatasi masalah-masalah apa yang timbul dalam pembelajaran.
c. Bagi Sekolah
1) Dengan penelitian ini diharapkan sekolah dapat memperoleh gambaran tentang penerapan model pembelajaran make a match sehingga dapat dijadikan salah satu solusi peningkatan proses pembelajaran pada mata pelajaran yang lain.
2) Dengan penelitian ini diharapkan sekolah dapat lebih meningkatkan pemberdayaan model pembelajaran make a match agar hasil belajar siswa lebih baik dan perlu dicoba untuk diterapkan pada pembelajaran lain.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Pembelajaran SBK
a. Pengertian Pembelajaran SBK
Pembelajaran SBK merupakan singkatan dari pembelajaran Seni Budaya dan Keterampilan. Widaningsih (2013: 4) mengatakan bahwa SBK sebagai salah sau bidang studi dalam pembelajaran dengan latar belakang peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan tidak hanya dalam satu mata pelajaran karena budaya itu sendiri meliputi segala aspek kehidupan dan dapat menumbuhkan kecerdasan moral secara kompetitif. Pendapat lain disampaikan oleh Susanto (2013: 263) bahwa pendidikan Seni Budaya dan Keterampilan (SBK) pada dasarnya merupakan pendidikan seni yang berbasis budaya yang aspek-aspeknya meliputi seni rupa, seni musik, seni tari, dan keterampilan.
Aspek Seni Budaya dan Keterampilan memiliki kekhasan tersendiri sesuai dengan kaidah keilmuan masing-masing.Susanto (2013: 263) menyebutkan bahwa aktivitas berkesenian dalam pembelajaran SBK harus menampung kekhasan yang tertuang dalam pemberian pengalaman pengembangan konsepsi, apresiasi, dan kreasi. Tocharman (2006: 147) menambahkan bahwa pemberian pengalaman dalam proses pembelajaran SBK merupakan hal yang perlu diutamakan, karena misi pembelajaran seni yang utama adalah mengembangkan kepekaan rasa agar terbentuk manusia yang memiliki kepribadian yang seimbang antara jasmani, rohani, mental, spiritual, intelektual, dan emosional. Berkaitan dengan hal tersebut, pembelajaran seni dapat mencakup kognisi, apresiasi, dan berkreasi.Pembelajaran tersebut harus mempertimbangkan proses yang menyenangkan, edukatif dan kreatif.
Pengertian pembelajaran Seni Budaya dan Keterampilan (SBK) dapat disimpulkan bahwa pembelajaran SBK di sekolah dasar merupakan pendidikan seni yang tersedia dalam beberapa aspek, yaitu seni rupa, seni musik, seni tari, dan keterampilan yang dapat menumbuhkan kreativitas dan sikap apresiasi peserta didik. Pembelajaran SBK lebih mengutamakan pengalaman, yaitu peserta didik melakukan dan merasakan secara langsung proses pembelajaran.
b. Tujuan Pembelajaran Seni Budaya dan Keterampilan (SBK)
Mata pelajaran SBK memiliki tujuan yang dominan untuk meningkatkan keterampilan peserta didik.Werdiningtyas (2017: 65) menyebutkan bahwa tujuan pembelajaran seni adalah agar peserta didik memiliki kemampuan untuk menampilkan kreatifitas melalui seni dan budaya, serta memberi peluang pada peserta didik untuk berekspresi. Susanto (2013: 264) dalam bukunya juga menyampaikan beberapa tujuan pembelajaran SBK sebagai berikut:
1) Memahami konsep dan pentingnya seni budaya dan keterampilan.
2) Menampilkan sikap apresiasi terhadap seni budaya dan keterampilan.
3) Menampilkan kreativitas melalui seni budaya dan kreativitas.
4) Menampilkan peran serta dalam seni budaya dan keterampilan dalam tingkat lokal, regional, maupun global.
Kesimpulan yang dapat diambil dari uraian di atas, tujuan pembelajaran SBK adalah sebagai wadah untuk mengembangkan potensi peserta didik, baik dari segi kreativitas, kemampuan mengapresiasi seni, keterampilan, ataupun kesadaran akan budaya lokal. Pembelajaran SBK bukan hanya sebagai proses transformasi pengetahuan, tetapi juga sebagai proses pengembangan bakat agar peserta didik aktif, kritis, dan kreatif.
2. Aktivitas Belajar
Aktivitas yang dilakukan oleh siswa dalam proses pembelajaran merupakan salah satu faktor penting yang sangat mempengaruhi hasil belajar siswa. Menurut Djamarah (2008: 38) aktivitas artinya kegiatan atau keaktifan. Jadi segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non-fisik, merupakan suatu aktivitas. Aktivitas siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar. Menurut Sagala (2011: 124) mempelajari psikologi berarti mempelajari tingkah laku manusia, baik yang teramati maupun yang tidak teramati. Segenap tingkah laku manusia mempunyai latar belakang psikologis, karena itu secara umum aktivitas-aktivitas manusia itu dapat dicari hukum psokologis yang mendasarinya.
Aktivitas belajar merupakan kegiatan atau tindakan baik fisik maupun mental yang dilakukan oleh individu untuk membangun pengetahuan dan ketrampilan dalam diri dalam kegiatan pembelajaran. Aktivitas belajar akan menjadikan pembelajaran yang efektif. Guru tidak hanya menyampaikan pengetahuan dan ketrampilan saja. Namun, guru harus mampu membawa siswa untuk aktif dalam belajar.
Menurut Sardiman (2011: 22) belajar adalah merupakan suatu proses interaksi antara diri manusia dengan lingkungannya yang mungkin berwujud pribadi, fakta, konsep ataupun teori. Dapat di jelaskan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor.
Berdasarkan pengertian tersebut yang dimaksud dengan aktivitas belajar adalah segala sesuatu yang dilakukan oleh siswa baik fisik maupun mental/non fisik dalam proses pembelajaran atau suatu bentuk interaksi (guru dan siswa) untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang menyangkut kognitif, afektik dan psikomotor dalam rangka untuk mencapai tujuan belajar. Aktivitas yang diutamakan dalam pembelajaran adalah aktivitas yang dilakukan oleh siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat seorang penulis dari Jombang (dalam Asmani, 2010:211) yang menyatakan bahwa guru yang baik adalah guru yang sedikit bicara banyak diamnya. Maksud dari pernyataan tersebut adalah guru hanya sebagai fasilitator saja sedangkan siswa yang harus aktif melakukan berbagai aktivitas dalam proses pembelajaran dengan melakukan diskusi, kerja kelompok, debat, bertanya dan lempar gagasan. Kegiatan atau aktivitas siswa yang dilakukan dalam proses pembelajaran yang demikian akan mewujudkan pembelajaran aktif.
Sardiman (2011: 101) menyatakan bahwa jenis aktivitas yang dapat dilakukan oleh siswa di sekolah antara lain sebgai berikut: 1) Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya, membaca, memperhatikan gambar, demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain. 2) Oral activities, seperti : menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, musik, pidato. 3) Listening activities, sebagai contoh mendengarkan; uraian, percakapan, diskusi, angket, menyalin. 4) Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin. 5) Drawing activities, misalnya megambar, membuat grafik, peta, diagram. 6) Motor activities, yang termasuk didalam antara lain : melakukan percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, berternak. 7) Mental activities, sebagai contoh misalnya: menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan. 8) Emotional ectivities, seperti misalnya, menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.
Penggolongan aktivitas tersebut menunjukkan bahwa aktivitas belajar siswa sangat kompleks. Aktivitas belajar dapat diciptakan dengan melaksanakan pembelajaran yang menyenangkan dengan menyajikan variasi model pembelajaran yang lebih memicu kegiatan siswa. Dengan demikian siswa akan lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran.
Beberapa cara di atas yang dilakukan untuk menumbuhkan aktivitas belajar siswa. Tentunya, dalam hal ini guru menjadi pendorong bagi siswa dalam belajar. Guru mampu melaksanakan perannya terhadap siswa dalam belajar, membimbing, mengarahkan bahkan memberikan tes untuk mengukur seberapa besar kemampuan siswa dalam pembelajaran.
Jadi dengan klasifikasi aktivitas seperti diuraikan di atas, menunjukan bahwa aktivitas di sekolah cukup kompleks dan bervariasi. Kalau berbagai macam kegiatan tersebut dapat diciptakan di sekolah, tentu sekolah-sekolah akan lebih dinamis, tidak membosankan dan benar-benar menjadi pusat aktivitas berlajar yang maksimal dan bahkan akan memperlancar peranannya sebagai pusat dan trasformasi kebudayaan. Kreativitas guru mutlak diperlukan agar dapat merencanakan kegiatan siswa yang sangat bervariasi itu. Dari jenis–jenis aktivitas belajar yang dikemukakan di atas maka dijadikan sebagai pedoman membuat lembar observasi aktivitas siswa dan guru dalam proses pembelajaran.
3. Hasil Belajar
a. Pengertian hasil belajar
Menurut Gagne dalam Nana Sudjana, (2001: 34) Hasil Belajar ‘adalah kapabilitas pada kemampuan yang diperoleh dari proses belajar’. Hasil Belajar dapat dikategorikan dalam lima macam yaitu:
1) Informasi Verbal, yaitu kemampuan seseorang untuk menerangkan pikirannya dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tulisan.
2) Keterampilan Intelektual, yaitu kemampuan yang dimiliki seseorang untuk membedakan, mengabstraksikan suatu obyek, menghubungkan konsep dan dapat menghasilkan suatu pengertian, pemecahan suatu masalah.
3) Strategi Kognitif, yaitu kemampuan seseorang untuk mengatur dan mengarahkan aktivitas mentahnya sendiri dalam memecahkan persoalan yang dihadapinya.
4) Sikap, yaitu kemampuan yang dimiliki seseorang berupa kecenderungan dengan menerima dan menolak sesuatu obyek berdasarkan pengertian atas obyek itu.
5) Ketrampilan Motorik, yaitu kemampuan seseorang untuk melakukan serangkaian gerakan jasmani dan anggota badan secara terpadu dan terkoordinasi.
Subino, (2000: 13) menjelaskan bahwa “hasil belajar adalah meliputi pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai yang diperoleh dari proses belajar mengajar di sekolah”. Bloom (1956) dalam Rudi Susilana (2006:102) mengemukakan tiga ranah hasil belajar yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Untuk aspek kognitif, Bloom menyebutkan 6 tingkatan yaitu: 1) pengetahuan; 2) pemahaman; 3) Aplikasi; 4) Analisa; 5) Sintesa; dan 6) evaluasi. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya proses belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku secara keseluruhan baik yang menyangkut segi kognitif, afektif, maupun psikomotor. Proses perubahan dapat terjadi dari yang paling sederhana sampai pada yang paling kompleks yang bersifat pemecahan masalah, dan pentingnya peranan kepribadian dalam proses serta hasil belajar.
Hasil belajar meliputi tiga aspek penilaian, yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Hasil belajar pada aspek kognitif yang dimaksud adalah kemampuan menyatakan kembali konsep atau prinsip yang telah dipelajari dan kemampuan intelektual yang diukur dalam prestasi belajar. Pengumpulan data aspek kognitif ini dilakukan melalui tes tertulis setelah pembelajaran (postes). Hasil belajar pada aspek afektif yang dimaksud meliputi sikap dan nilai siswa dalam pembelajaran IPA, seperti kerjasama dalam diskusi dan percobaan, kejujuran dalam pengambilan data, dan mengkomunikasikan hasil pengamatan.
Adapun Bloom yang banyak mmendapat pengaruh dari Carrol dalam ”Model of School Learning”-nya berusaha untuk mengatakan sejumlah kecil variabel yang besar pengaruhnya terhadap hasil belajar. Thesis Central Model. Bloom menyatakan bahwa variasi dalam ”Cognitive Entry Behaviours” dan ”Afektif Entry Characteristics” dan kualitas pengajaran menentukan hasil belajar, Bloom yakin bahwa variabel kualitas pengajaran yang tercermin dalam penyajian bahan petunjuk latihan tes (tes formatif), proses balikan dan perbaikan penguatan partisipasi siswa harus sesuai dengan kebutuhan siswa, (Bloom, 1976:11 dalam Rudi Susilana, 2006:102).
Secara umum, hasil belajar siswa dipengaruhi oleh faktor internal, yaitu faktor-faktor yang ada dalam diri siswa dan faktor eksternal yaitu faktor-faktor yang berada diluar diri siswa. Yang tergolong faktor internal ialah:
a. Faktor fisiologis atau jasmani individu baik bersifat bawaan maupun yang diperoleh dengan melihat, mendengar, struktur tubuh, cacat tubuh dan sebagainya.
b. Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun keturunan, yang meliputi:
1) Faktor intelektual terdiri atas:
a) Faktor potensial, yaitu intelegensi dan bakat.
b) Faktor aktual yaitu kecakapan nyata dan prestasi.
2) Faktor non-intelektual yaitu komponen-komponen kepribadian tertentu seperti sikap, minat, kebiasaan, motivasi, kebutuhan, konsep diri, penyesuaian diri, emosional dan sebagainya.
c. Faktor kematangan baik fisik maupun psikis, yang tergolong faktor eksternal ialah:
1) Faktor sosial yang terdiri atas:
a) Faktor lingkungan keluarga
b) Faktor lingkungan sekolah
c) Faktor lingkungan masyarakat
d) Faktor kelompok
2) Faktor budaya seperti: adat istiadat, ilmu pengetahuan dan teknologi, kesenian dan sebagainya.
3) Faktor lingkungan fisik, seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, iklim dan sebagainya.
4) Faktor spiritual atau lingkungan keagamaan.
Faktor-faktor tersebut saling berinteraksi secara langsung atau tidak langsung dalam mempengaruhi hasil belajar yang dicapai seseorang. Karena adanya faktor-faktor tertentu yang mempengaruhi prestasi belajar yaitu motivasi berprestasi, intelegensi dan kecemasan.
b. Karakteristik Perilaku Belajar
Menurut Abin Syamsuddin (2001: 158). Ciri perubahan yang merupakan perilaku belajar diantaranya:
1) Bahwa perubahan intensional, dalam arti pengalaman atau praktik atau latihan itu dengan sengaja dan disadari dilakukannya dan bukan secara kebetulan.
2) Bahwa perubahan itu positif, dalam arti sesuai seperti yang diharapkan (normative) atau criteria keberhasilan (criteria of success) baik dipandang dari segi siswa (tingkat abilititas dan bakat khususnya, tugas perkembangan dan sebagainya) maupun dari segi guru
c. Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Belajar
Agar kita dapat mencapai keberhasilan belajar yang maksimal, kita harus memahami factor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar. Menurut Thursan Hakim, (2004: 11) “faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu faktor internal dan faktor eksternal”.
1) Faktor Internal, terdiri dari:
a) Faktor SBKs meliputi segala hal yang berhubungan dengan keadaan fisik atau jasmani individu yang bersangkutan, diantaranya kondisi fisik yang normal, kondisi kesehatan fisik.
b) Faktor Psikologis, yaitu meliputi segala hal yang berkaitan dengan kondisi mental seseorang, diantaranya intelegensi, kemauan, bakat dan daya ingat.
2) Faktor Eksternal terdiri dari: faktor lingkungan keluarga, faktor lingkungan sekolah, faktor lingkungan masyarakat, faktor waktu.
4. Pembelajaran Kooperatif
Pendekatan Kooperatif (Cooperative Learning) merupakan suatu pendekatan pengajaran yang mengutamakan siswa untuk saling bekerjasama satu dengan lainnya untuk memahami dan mengerjakan segala tugas belajar mereka. Kegiatan bekerjasama dapat mengembangkan tingkat pemikiran yang tinggi, keterampilan komunikasi yang penting, meningkatkan minat, percaya diri, kesadaran bersosial dan sikap toleransi terhadap perbedaan individu. Menurut Anita Lie (1:10) ada tiga hal yang perlu diperhatikan dalam cooperative learning, : Pengelompokan, semangat Gotong Royong, penataan ruang kelas
Belajar kelompok, memiliki kesempatan mengungkapkan gagasan, mendengarkan pendapat orang lain, serta bersama-sama membangun pengertian, menjadi sangat penting dalam belajar karena memiliki unsur yang berguna menantang pemikiran dan meningkatkan harga diri seseorang. Dengan pengalaman belajarnya siswa dapat mengkonstruk pengetahuannya sendiri.
Lundgren mendeskripsikan keterampilan kooperatif yang perlu dikembangkan dalam pembelajaran kooperatif sebagai keterampilan interpersonal dalam belajar. Keterampilan kooperatif tersebut meliputi tiga (3) tingkatan, yaitu tingkat awal, tingkat menengah dan tingkat mahir, dalam setiap tingkat terdapat beberapa keterampilan yang perlu dimiliki oleh siswa agar dapat melaksanakan pembelajaran kooperatif dengan baik. Keterampilan tersebut antara lain menggunakan kesepakatan, menghargai kontribusi, mengambil giliran dan berbagi tugas, mendorong partisipasi (tingkat awal), mendengarkan dengan aktif, menunjukkan penghargaan dan simpati, bertanya, menerima tanggung jawab, dan membuat ringkasan (tingkat menengah), mengelaborasi, memeriksa dengan cermat, menanyakan kebenaran dan berkompromi (tingkat mahir).
Cooperative Learning merupakan satu strategi pembelajaran yang terbaik yang telah diteliti. Hasilnya menunjukkan bahwa siswa memiliki kesempatan untuk bekerja bersama-sama, belajar lebih cepat dan efisien, memiliki daya ingat yang lebih besar dan mendapat pengalaman belajar yang lebih positif. Pembelajaran kooperatif siswa belajar dan membentuk pengalaman dan pengetahuannya sendiri secara bersama-sama dalam kelompoknya.
Penulis sepakat bahwa pendekatan kooperatif sangat cocok untuk digunakan dalam pembelajaran di era kurikulum 2013 ini, hanya saja tujuh pilar kooperatif ini dianggap terlalu berat jika akan dilaksanakan semua dalam pembelajaran di SMPN ....................... Maka dari itu, penulis mendesain satu teknik pembelajaran yang lebih sederhana tanpa mengurangi esensi dari kooperatif itu sendiri. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan model pembelajaran Make A Match.
5. Model Pembelajaran
Model secara harfiah berarti “bentuk”, dalam pemakaian secara umum model merupakan interpretasi terhadap hasil observasi dan pengukurannya yang diperoleh dari beberapa sistem. Sedangkan menurut Agus Suprijono (2011: 45), model diartikan sebagai bentuk representasi akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu.
Pengertian menurut Syaiful Sagala (2005: 175) sebagaimana dikutip oleh Indrawati dan Wanwan Setiawan (2009: 27), mengemukakan bahwa model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar peserta didik untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar. Model pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial (Agus Suprijono, 2011: 46).
Dari beberapa pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu.
6. Model Pembelajaran Make a Match
a. Pengertian Make A-Match ( Mencari Pasangan)
Menurut Suprijono, (2011:54) pembelajaran kooperatif adalah salah satu pembelajaran berbasis sosial. Pembelajaran kooperatif meliputi semua kerja kelompok termasuk bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Sedangkan menurut Hamdani (2011:30) Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang mengimplementasikan model-model pembelajaran inovatif. Dalam pembelajaran kooperatif diterapkan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Model pembelajaran adalah rangkaian kegiatan belajar siswa dalam kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dirumuskan. Siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang saling membantu satu sama lain. Kelas disusun dalam kelompok yang terdiri atas empat atau enam orang siswa, dengan komampuan heterogen. Maksud kelompok heterogen adalah terdiri atas campuran kemampuan siswa, jenis kelamin, dan suku. Hal ini bermanfaaat untuk melatih siswa menerima perbedaan cara bekerja dengan teman yang berbeda latar belakangnya.
Make A-Match (Mencari Pasangan) merupakan salah satu model pembelajaran yang efektif yang dikembangkan oleh Lorna Curran pada tahun 1994. Model pembelajaran ini digunakan untuk mendalami materi yang telah disampaikan sebelumnya dengan cara guru menyiapkan sejumlah kupon yang berisi pertanyaan dan sejumlah kupon yang berisi jawaban. Selanjutnya kelas dibagi dua, kelompok pertama mendapat kupon pertanyaan, dan yang lain mendapat kupon jawaban. Setelah guru memberikan aba-aba mulai, maka siswa kelompok satu yang memegang kupon pertanyaan mencari siswa kelompok kedua yang memegang kupon jawaban yang sesuai dengan pertanyaan yang dimiliki atau sebaliknya. Dengan aba aba selesai maka siswa mengakhiri pencarian. Siswa yang berhasil menemukan pasangannya dengan tepat dicatat. Kegiatan pencarian pasangan kupon diulangi lagi dengan terlebih dahulu kupon dikocok, dengan harapan siswa tidak mendapatkan kupon yang sama dengan yang pertama. Model ini mengajak seluruh siswa untuk aktif berperan serta selama pembelajaran berlangsung. Selain itu untuk menemukan pasangan dengan cepat dan tepat siswa harus menguasai materi. Apabila kegiatan pencarian pasanngan kupon dilakukan berulang-ulang dan siswa memperoleh kupon yang berbeda-beda diharapkan siswa semakin banyak menguasai materi yang diajarkan. Penguasaan materi pelajaran dapat diartikan bahwa siswa semakin memahami tentang materi yang diajarkan. Kegiatan pembelajaran dengan Make A-Match berlangsung menarik dan menyenangkan karena siswa aktif dalam permainan mencari pasangan.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilaksanakan dengan menerapkan model model pembelajaran yang inovatif melalui kerja kelompok untuk menyelesaikan tugas secara terstruktur dengan teknik kerjasama dan tanggungjawab. Dari definisi mengenai pengertian pembelajaran kooperatif di atas, sesuai dengan akar penyebab masalah yang ada peneliti memilih salah satu model pembelajaran kooperatif tipe make a match untuk meningkatkan kualitas pembelajaran SBK pada siswa kelas VIII SMPN ........................ .
b. Karakteristik Model Pembelajaran Make A Match
Rusman (2011, h. 233) Menyatakan bahwa karakteristik model pembelajaran make a match yaitu : (1)mengajak siswa bermain sambil belajar; (2)membuat siswa menjadi aktif,kreatif dan inovatif; (3)memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dengan teman-temanya; dan meningkatkan motivasi belajar siswa. Karakteristik model pembelajaran make a match yaitu membuat siswa menjadi lebih aktif, kreatif dan inovatif selain itu model pembelajaran make a match dapat mempermudah siswa dalam memahami materei pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
c. Langkah langkah Model Pembelajaran Make A Match
Model pembelajaran make a match atau mencari pasangan pertama kali dikembangkan oleh Lorna Curran 1994 (dalam Huda, 2013: 251). Salah satu keunggulan teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Model pembelajaran tipe Make a match dapat dikatakan sebagai model pembelajaran konsep karena model pembelajaran ini mengajak murid mencari jawaban terhadap suatu pertanyaan konsep melalui suatu permainan kartu pasangan. Penerapan metode ini dimulai dari teknik yaitu siswa disuruh mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal sebelum batas waktunya, siswa yang dapat mencocokkan kartunya diberi poin.
1) Guru menyampaikan materi atau memberi tugas kepada siswa untuk mempelajari materi dirumah.
2) Siswa di kelompokkan kedalam dua kelompok, misalnya kelompok A dan kelompok B. Kedua kelompok diminta untuk berhadap-hadapan.
3) Guru membagikan kartu pertanyaan kepada kelompok A dan kartu jawaban kepada kelompok B
4) Guru menyampaikan kepada siswa bahwa mereka harus mencari/ mencocokan kartu yang dipegang dengan kartu kelompok lain. Guru juga perlu menyampaikan batasan maksimun waktu yang ia berikan kepada mereka.
5) Guru meminta semua anggota kelompok A untuk mencari pasangannya di kelompok B. Jika mereka sudah menemukan pasangannya masing-masing, guru meminta mereka melaporkan diri kepadanya. Guru mencatat mereka pada kertas yang sudah dipersiapkan.
6) Jika waktu sudah habis, mereka harus diberitahu bahwa waktu sudah habis.Siswa yang belum menemukan pasangan diminta untuk berkumpul tersendiri
7) Guru memanggil satu pasangan untuk presentasi. Pasangan lain dan siswa yang tidak mendapat pasangan memperhatikan dan memberi tanggapan apakah pasangan itu cocok atau tidak.
8) Terakhir, guru memberikan konfirmasi tentang kebenaran dan kococokan pertanyaan dan jawaban dari pasangan yang memberikan presentasi.
9) Guru memanggil pasangan berikutnya, begitu seterusnya sampai seluruh pasangan melakukan presentasi.
d. Kelebihan model Pembelajaran Make A Match
1) Dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, baik secara kognitif maupun fisik
2) Karena ada unsur permainan, metode ini menyenangkan
3) Meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari 4) dapat meningkatkan motivasi belajar siswa
4) Efektif sebagai sarana melatih keberanian siswa untuk tampil presentasi
5) Efektif melatih kedisiplinan siswa menghargai waktu untuk belajar
e. Kelemahan model Pembelaran Make A Match
1) Jika model ini tidak dipersiapkan dengan baik, maka banyak waktu terbuang
2) Pada awal-awal penerapan metode ini, banyak siswa yang malu bisa berpasangan dengan lawan jenisnya
3) Jika guru tidak mengarahkan dengan baik, akan banyak siswa yang tidak memperhatikan pada saat presentasi
4) Menggunakan metode ini secara terus menerus akan menimbulkan kebosanan.
Solusi dari kelemahan model make a match tersebut adalah guru harus mempersiapkan model ini dengan sebaik-baiknya dan disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan saat pembelajaran. Selain itu, untuk mengatasi kendala banyak siswa yang malu ketika berpasangan dengan lawan jenisnya, guru dapat membuat kontrak sosial diawal pembelajaran dengan memberikan pengarahan bahwa siswa laki-laki dan perempuan sama saja. Jadi meraka tidak perlu merasa malu. Agar siswa yang sedang presentasi mendapatkan perhatian dari siswa lain, maka sebisa mungkin guru harus mampu mengkondisikan kelas agar tetap dalam suasana yang kondusif, misalnya dengan memberikan hukuman bagi siswa yang ramai dan gaduh sendiri. Model ini tentu akan membuat siswa merasa bosan bila dilaksanakan terus menerus, maka dari itu alangkah lebih baik jika guru tidak menggunakan model ini terus menerus. Selingi juga dengan model yang lain agar siswa tidak merasa bosan dengan suasana pembelajaran. Atau jika guru tetap ingin menggunakan model ini, maka pelaksanaanya dapat divariasikan tergantung kreatifitas guru.
f. Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan
Model Pembelajaran
Cooperatif Learning Tipe Mak A Match
Aktivitas belajar siswa sangat erat kaitanya dengan keberhasilan belajar yang dicapai siswa, sehingga guru berupaya untuk meningkatkan motifasi siswa melalui proses-proses pembelajaran yang dilakukan. Salah satunya dengan menerapkan Model Pembelajaran Cooperatif Learning Tipe Mak A Match. Menurut Rusman (2011, h. 235) “Faktor yang mempengaruhi keberhasilan Model Pembelajaran Cooperatif Learning Tipe Mak A Match adalah :
1) Tujuan
Tujuan merupakan pedoman sekaligus sebagai sasaran yang akan dicapai dalam kegiatan belajar mengajar.
2) Guru
Guru adalah tenaga pendidik yang memberikan sejumlah ilmu pengetahuan kepada anak didik disekolah.
3) Peserta Didik
Peserta didik adalah yang secara sengajha datang kesekolah. Anak didi menyenangi pelajaran tertentu dan kurang menyenangi pelajaran yang lain adalah prilaku anak yang bermula dari sikap mereka dari minat yang berlainan. Hal ini dapat mempengaruhi proses belajar dan hasil belajar peserta didik.
4) Media Ajar
Dalam proses pembelajaran dibutuhkan suatu media ajar, media yang digunakan dalam model pembelajaran Cooperatif Learning Tipe Mak A Match adalah kartu pertanyaan dan kartu jawaban. Tanpa media tersebut, model pembelajaran Cooperatif Learning Tipe Mak A Match tidak akan berhasil dicapai dan akan mempengaruhi hasil belajar siswa.
5) Kegiatan Pengajaran
Pola umum kegiatan pengajaran ada;ah terjadinya interaksi antara guru dengan siswa, dengan bahan ajar dan perantaranya.
B. Kerangka Berpikir
Permasalahan yang dihadapi dunia pendidikan sangat kompleks. Salah satunya adalah sistem pengajaran yang monoton. Seorang guru dituntut profesionalismenya dalam menghadapi siswa, dan cukup cermat dalam melihat kebutuhan setiap individu yang berbeda.
Untuk mewujudkan tujuan tersebut, guru sebagai moderator dan fasilitator sebaiknya dapat melaksanakan perannya dengan baik yang mampu melayani siswa sesuai karakter mereka masing-masing. Guru dituntut untuk dapat membuat suasana belajar yang nyaman, agar Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dapat berjalan secara efektif. Oleh karena itu, seorang guru harus terampil dan kreatif dalam memanfaatkan berbagai media dalam menyampaikan materi pelajaran, serta mampu menggunakan berbagai model pembelajaran yang mampu mengakomodasi semua kebutuhan siswa.
Banyak sekali jenis model pembelajaran yang dapat digunakan dan divariasikan dalam proses belajar mengajar. Salah satu model yang diharapkan tidak hanya mementingkan siswanya sekedar mengerti tetapi juga paham terhadap materi adalah model make a match. Ketika model make a match digunakan dalam proses pembelajaran maka penekanannya harus pada siswa yang mempelajarinya, bukan hanya pada belajar untuk memecahkan suatu masalah. Hal ini sangat penting karena jika hanya fokus mengajar kepada siswa sebatas terpecahkannya masalah tanpa memperhatikan paham tidaknya siswa terhadap materi yang diajarkan maka mereka hanya mempelajari sedikit pengetahuan atau sekedar tahu langkah-langkah yang harus diikuti untuk memecahkan masalah tertentu. Model make a match dapat mempengaruhi hasil belajar karena dalam metode ini peserta didik dituntut untuk belajar aktif berfikir ilmiah dan mandiri untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi, sesuai dengan tujuan sekolah.
Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai jalannya alur berfikir dari permasalahan yang akan diatasi dan solusi tindakan yang akan dilaksanakan serta hasil yang diharapkan dari penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.1. Kerangka Berpikir Penelitian Tindakan Kelas
C. Hipotesis Tindakan
Dengan mempertimbangkan dan merujuk penjelasan sebagaimana kajian teori dan kerangka pikir di atas disusunlah hipotesis tindakan sebagai berikut : jika pembelajaran SBK materi menggambar model di kelas VIII SMPN ........................ semester 1 tahun pelajaran 2019/2020 menerapkan model pembelajaran make a match maka aktivitas dan hasil belajar siswa akan meningkat.
SURAT IJIN PENELITIAN
No. ...................................
Sehubungan dengan rencana pelaksanaan penelitian tindakan kelas (PTK) di SDN 2 ………………….. Kecamatan Wih ……………Kabupaten ……………………… oleh :
Nama |
: |
………………………. |
NIP |
: |
……………………….. |
Pangkat/Gol |
: |
……………………… |
Unit Kerja |
: |
|
Judul |
: |
Pada prinsipnya kami memberikan ijin kepada yang bersangkutan untuk melaksanakan kegiatan penelitian dimaksud untuk dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dan kepada yang berkepentingan untuk menjadikan periksa.
Mengetahui ……………………………
Kepala UPT Dinas ............... Kepala Sekolah
.................................... ...........................
NIP. .......................... NIP. ........................
Lampiran 2
JURNAL KEGIATAN PENELITIAN
No |
Kegiatan |
Waktu |
1 |
Persiapan Penelitian |
|
|
a. Pengajuan Permohonan Ijin |
23 September 2019 |
|
b. Indentifikasi Masalah |
26-27 September 2019 |
|
c. Diskusi Penentuan Masalah |
28 September 2019 |
2 |
Pelaksanaan Penilaian Pra Tindakan |
30 September 2019 |
3 |
Pelaksanaan Penelitian Siklus I |
|
|
a. Penentuan Rencana Tindakan |
4-5 Oktober 2019 |
|
b. Pelaksanaan Rencana Tindakan |
|
|
Pertemuan Pertama |
7 Oktober 2019 |
|
Pertemuan Kedua |
12 Oktober 2019 |
|
c. Observasi |
14-15 Oktober 2019 |
|
d. Refleksi |
16-17 Oktober 2019 |
4 |
Pelaksanaan Penelitian Siklus II |
|
|
a. Penentuan Rencana Tindakan |
18-19 Oktober 2019 |
|
b. Pelaksanaan Rencana Tindakan |
|
|
Pertemuan Pertama |
21 Oktober 2019 |
|
Pertemuan Kedua |
26 Oktober 2019 |
|
c. Observasi |
30-31 Oktober 2019 |
|
d. Refleksi |
1-2 November 2019 |
5 |
Pengolahan Data |
4-8 November 2019 |
6 |
Penyusunan Laporan |
|
|
a. Penyusunan Draf Penelitian |
11-13 November 2019 |
|
b. Penyempurnaan Draf |
14-15 November 2019 |
|
c. Finishing |
18-23 November 2019 |
Mengetahui ..............., 27 September 2019
Kepala Sekolah Peneliti
…………………….. ...................................
NIP. …………….. NIP............................
Lampiran : 3
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
SIKLUS I
Sekolah : SMPN …………………..
Mata Pelajaran : SBK
Kelas/Semester : VIII/1 ( satu )
Materi Pokok : Menggambar Model
Alokasi Waktu : 4 x 45 Menit (2 kali pertemuan)
Hari/Tgl. Pelaksanaan : Senin dan Sabtu, 7 dan 12 Oktober 2019
A. Kompetesi Inti (KI)
KI.1 |
Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya; |
KI.2 |
Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya; |
KI.3 |
Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata; |
KI.4 |
Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan mem-buat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori. |
B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi
3.3 |
Memahami konsep dan prosedur menggambar model |
3.3.1
3.3.2 |
Mendeskripsikan keunikan dan keindahan karya gambar model Mendeskripsikan prinsip-prinsip serta alat dan bahan menggambar model |
4.3. |
Menggambar model |
4..3.1
4.3.2 |
Membuat sket gambar model dengan prosedur yang benar Mempresentasikan hasil gambar dalam diskusi kelas |
C. Tujuan Pembelajaran
Melalui ceramah, diskusi dan tanya jawab, peserta didik dapat:
3.1.1.1 Mendeskripsikan keunikan dan keindahan karya gambar model.
3.1.2.1 Mendeskripsikan prinsip-prinsip serta alat dan bahan menggambar model.
4.1.1.1 Membuat sket gambar model dengan prosedur yang benar.
4.1.2.1 Mempresentasikan hasil gambar dalam diskusi kelas.
D. Alat dan Sumber Belajar
1. Alat / Bahan
a. Contoh karya gambar model dengan objek yang berbeda-beda: buah-buahan dan benda-benda alam.
b. Kertas gambar ukuran A4
c. Pensil 2B/3B
d. Karet penghapus
e. Gambar benda-benda alam
2. Sumber Belajar
a. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2014). Buku Guru Seni Budaya untuk SMP/Mts Kelas VIII. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Hal 28-34).
b.
Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan (2014). Seni Budaya untuk
SMP/MTs Kelas VII. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
(Hal3-14).
c. Lingkungan sekitar: Objek-objek berupa benda-benda dilingkungan sekitar
E. Model dan Metode Pembelajaran
1. Ceramah
2. Tanya jawab
3. Diskusi
4. Make a Match
F. Langkah-Langkah Pembelajaran
Pertemuan 1
a. Kegiatan Awal
1) Apersepsi
Siswa diberi pertanyaan : pengertian gambar model secara benar.
2) Motivasi
a. Menyampaikan indikator dan kompetensi yang diharapkan
b. Memberikan pujian kepada siswa yang menjawab dengan benar pada kegiatan apersepsi.
b. Kegiatan Inti
1) Guru membagi siswa dalam 2 kelompok besar dan membagikan LKS tiap kelompok.
2) Peserta didik berkumpul dengan kelompok yang telah diberikan guru.
3) Guru menyampaikan materi dan menayangkan presentasi powerpoint tentang materi gambar model secara benar.
4) Peserta didik yang telah dibagi menjadi 2 kelompok menyimak apa yang disampaikan dan mengisi LKS sesuai bagian yang diberikan. (mengamati)
5) Guru memberi kesempatan untuk tiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya dalam mengerjakan bagian LKS dalam kelompok.
6) Siswa perwakilan kelompok mempresentasikan hasil diskusi LKS kelompok. (mengkomunikasi)
7) Guru membimbing dan mengkonfirmasi bila terjadi miskonsepsi pada jawaban kelompok.
8) Kelompok menjawab pertanyaan yang didapatkan (mengkomunikasi)
c. Kegiatan Akhir (10 menit)
1) Guru menyimpulkan materi pembelajaran tentang pengertian gambar model secara benar
2) Memberi penghargaan pada kelompok dengan kinerja baik
3) Membimbing siswa merangkum pelajaran
4) Tindak lanjut, doa dan salam penutup
2. Pertemuan Kedua
a. Kegiatan Awal
1) Apersepsi
Siswa diberi pertanyaan seputar materi tentang gambar model.
2) Motivasi
a. Menyampaikan Indikator dan kompetensi yang diharapkan
b. Memberikan pujian kepada siswa yang menjawab dengan benar pada kegiatan apersepsi.
b. Kegiatan Inti
1) Guru membagi siswa dalam 2 kelompok besar dengan cara merotasi anggota kelompok pada pertemuan pertama.
2) Peserta didik berkumpul dengan kelompok yang telah diberikan guru.
3) Guru menyampaikan materi dan menayangkan materi berupa presentasi powerpoint tentang gambar model.
4) Peserta didik yang telah dibagi menjadi 2 kelompok menyimak apa yang disampaikan. (mengamati)
5) Siswa perwakilan kelompok mempresentasikan hasil pengamatan kelompok. (mengkomunikasi)
6) Guru memberikan kartu untuk diisi oleh kelompok.
7) Peserta didik mengisi kartu itu dengan membuat pertanyaan. (menanya)
8) Guru mengumpulkan kartu kartu tersebut dan memberikan secara acak pada tiap kelompok. ( masing-masing kelompok mendapatkan kartu ).
9) Tiap kelompok membacakan kartu “question” yang didapatkan dan kelompok lain yang mendapatkan kartu pasangan “answer” yang cocok menunjuk tangan . (dilakukan secara bergantian pada tiap kelompok)
10) Guru membimbing dan mengkonfirmasi bila terjadi miskonsepsi pada jawaban kelompok.
11) Kelompok menjawab pertanyaan yang didapatkan (mengkomunikasi)
12) Guru memberikan permainan make a match dengan kartu yang dibagikan tiap kelompok secara turnamen grup dengan pertanyaan tentang gambar model
13) Mengikuti permainan turnamen grup. (mengasosiasikan dan mengkomunikasi)
c. Kegiatan Akhir (5 menit)
1) Guru menyimpulkan materi pembelajaran
2) Memberi penghargaan pada kelompok dengan kinerja baik
3) Membimbing siswa merangkum pelajaran
4) Uji kompetensi tertulis
5) Tindak lanjut, doa dan salam penutup
G. Evaluasi
1. Penilaian tertulis
Instrumen : LKS dan Tes Formatif
Jenis : Observasi dan Pilihan Ganda (terlampir)
2. Kunci Jawaban
1. 6.
2. 7.
3. 8.
4. 9.
5. 10.
3. Pedoman Penilaian
Jawaban benar diberi skor : 10
Jawaban salah diberi skor : 0
Jumlah Perolehan Skor
Nilai Akhir = ---------------------------------- x 100
Skor Maksimal
H. Tindak Lanjut
@ Untuk siswa yang memenuhi syarat penilaian KKM maka diadakan pengayaan
@ Untuk siswa yang tidak memenuhi syarat penilaian KKM maka diadakan Remedial.
Mengetahui ..............., 7 Oktober 2019
Kepala Sekolah Peneliti
.............................. ................................
NIP. ............................ NIP. ...........................
Untuk mendapatkan file lengkap, silahkan : klik DOWNLOAD atau hub. (WA) 081327121707 - (WA) 081327789201 terima kasih
0 comments:
Post a Comment
Silahkan berkomentar, hindari unsur SARA.
Terima kasih