LAPORAN
PENELITIAN
TINDAKAN KELAS
UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI
BELAJAR
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MATERI SEJARAH NABI MUHAMMAD SAW MELALUI
MODEL PEMBELAJARAN BUZZ GROUP DISCUSSION SISWA KELAS VII
SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI .....................
TAHUN PELAJARAN ……….
Disusun Sebagai
Salah Satu Syarat
Kenaikan Pangkat
dari Golongan IV/a ke IV/b
Unsur
Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan
Oleh
.........................
NIP. .........................
UPT DISDIKPORA KECAMATAN .....................
KABUPATEN .....................
SMP NEGERI .....................
Jl. Raya ..................... Kecamatan .....................
Kabupaten .....................
2015
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS
1. a. Judul
Penelitian : UPAYA
MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI
BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MATERI
SEJARAH NABI MUHAMMAD SAW MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BUZZ GROUP DISCUSSION SISWA KELAS
VII SMP NEGERI .....................
TAHUN PELAJARAN .................
b. Bidang
Ilmu : Pendidikan Agama Islam
c. Kategori
Penelitian : Strategi Pembelajaran
d. Jenis
Penelitian : Penelitian Tindakan Kelas
2. Ketua Peneliti
a. Nama
Lengkap dan Gelar : .........................
b. NIP
: .........................
c. Pangkat
/ Golongan : Pembina, IV/a
d. Jabatan
: Guru
e. Instansi
: SMP Negeri .....................
f. Tempat
Penelitian : SMP Negeri .....................
3. Lama Penelitian : 3
bulan (Bulan …… sampai dengan Bulan ………)
4. Sumber Biaya :
Swadaya
Mengesahkan ....................., Oktober
2015
Pengawas Sekolah Kepala
Sekolah
……………….. ……………………
NIP. ………………… NIP. ………………
UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI
BELAJAR
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MATERI SEJARAH
NABI MUHAMMAD SAW MELALUI MODEL
PEMBELAJARAN BUZZ GROUP DISCUSSION SISWA KELAS VII
SMP NEGERI ..................... TAHUN
PELAJARAN ………….
ABSTRAK
Pelaksanaan
penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan aktivitas
dan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam setelah diterapkannya model
pembelajaran Buzz Group Discussion
pada peserta didik Kelas VII SMP Negeri ..................... Tahun Pelajaran ……...
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK) atau classroom action research (CAR), yaitu:
penelitian praktis yang dilaksanakan untuk memecahkan masalah faktual yang
dihadapi guru sebagai suatu pencermatan terhadap kegiatan pengelolaan
pembelajaran yang diterapkan pada peserta didik Kelas VII SMP .....................
Tahun Pelajaran 2015/2016 dengan jumlah peserta didik 24 yang terdiri dari …..
peserta didik laki-laki dan ….. peserta didik perempuan. Teknik pengumpulan
data dengan teknik tes, observasi dan dokumentasi. Validasi data menggunakan
teknik memperpanjang masa observasi, pengamatan yang terus menerus dan
triangulasi. Teknik analisa data diolah dengan analisis deskriptif. Hasil
penelitian menunjukkan, bahwa pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan model Buzz Group Discussion pada peserta didik kelas Kelas VII SMP Negeri
..................... Tahun Pelajaran 2015/2016 mampu meningkatkan prestasi
belajar peserta didik. Adapun peningkatan hasil belajar pada prasiklus dengan
rata-rata 57,92, meningkat pada siklus I
menjadi 64,58 dan pada siklus terakhir menjadi 74,58, sedangkan jumlah
siswa yang tuntas sebanyak 3 siswa atau 12,50% dari 24 siswa pada kondisi awal,
menjadi 13 siswa atau 54,17% dan 23 siswa atau 95,83% pada siklus terakhir.
Penjelasan mengenai peningkatan aktivitas belajar siswa dari 6 siswa atau
25,00% pada kondisi awal meningkat menjadi 16 siswa atau 66,67% dan pada siklus
terakhir menjadi 24 siswa atau 100%.. Hal ini menunjukkan bahwa, prestasi
belajar peserta didik pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di Kelas VII
SMP Negeri ..................... Tahun Pelajaran 2015/2016 dapat ditingkatkan
melalui model pembelajaran Buzz Group
Discussion karena telah melampaui nilai ketuntasan secara klasikal yaitu
95,00% di atas KKM (70). Dari hasil di atas maka dapat disimpulkan bahwa melalui model pembelajaran Buzz Group Discussion terbukti dapat meningkatkan proses
pembelajaran, aktivitas belajar
dan prestasi belajar
siswa Kelas VII SMP Negeri ..................... Tahun Pelajaran
2015/2016.
Kata kunci: prestasi, belajar, Buzz Group Discussion
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdullilah kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan
hidayahNya sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan Penelitian Tindakan Kelas di SMPN ..................... dengan
lancar. Laporan
ini dibuat oleh penulis dalam rangka memenuhi pengajuan pada penilaian angka kredit unsur
pengembangan profesi guru untuk kenaikan pangkat dari golongan IVa ke IVb
Terselesaikannya penelitian ini tidak lepas dari bantuan beberapa pihak dan
pada kesempatan ini ijinkan peulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan
yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang baik langsung maupun tidak
langsung telah membantu penyusunan laporan ini, yaitu kepada yang terhormat:
1.
Kepala UPT Dinas Pendidikan Pemuda dan
Olahraga Kecamatan .....................
2.
Pengawas
Sekolah UPT Dinas Pendidikan Pemuda
dan Olahraga Kecamatan .....................
3.
Kepala sekolah yang telah memberikan saran, ijin dan
pertimbangan terhadap pelaksanaan PTK selama kegiatan berlangsung.
4.
Rekan-rekan
guru yang telah bekerjasama dengan baik pada kegiatan Penelitian
Tindakan Kelas ini.
5.
Siswa
dan siswi SMPN ..................... khususnya siswa kelas VII
yang penulis sayangi dan cintai atas kerjasamanya dalam pelaksanaan penelitian
tindakan kelas ini.
Dan akhirnya saya
menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan laporan ini banyak kelemahan atau
kekurangan untuk itu, saya berharap kepada pembaca berkenan memberikan saran
dan kritik yang membangun. Untuk itu sebelumnya kami ucapkan terimakasih.
....................., Oktober 2015
Penulis
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan
di bawah ini:
a. Nama Lengkap dan Gelar : .........................
b. NIP : .........................
c. Pangkat / Golongan : Pembina,
IV/a
d. Jabatan :
Guru
e. Instansi :
SMP Negeri .....................
f. Tempat Penelitian : SMP
Negeri .....................
Menyatakan bahwa laporan
penelitian tindakan kelas saya yang berjudul “UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI
BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MATERI
SEJARAH NABI MUHAMMAD SAW MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BUZZ GROUP DISCUSSION SISWA KELAS
VII SMP NEGERI .....................
TAHUN PELAJARAN 2015/2016” ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu, sumber
informasi yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam daftar Pustaka.
Apabila pada kemudian hari
terbukti atau dapat dibuktikan laporan penelitian tindakan kelas ini hasil
jiplakan saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
....................., Oktober 2015
.........................
NIP. .........................
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.......................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................ ii
ABSTRAK.......................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR........................................................................................ iv
SURAT PERNYATAAN
KEASLIAN PENELITIAN.................................... v
DAFTAR ISI....................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL............................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
B.
Identifikasi Masalah .................................................................... 5
C.
Rumusan Masalah ....................................................................... 5
D.
Tujuan Penelitian ......................................................................... 5
E.
Manfaat Penelitian ...................................................................... 6
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori................................................................................. 7
B. Kerangka Pikir Penelitian............................................................ 25
C. Hipotesis Tindakan...................................................................... 26
BAB III METODE PENELITIAN
A.
Setting Penelitian......................................................................... 27
B.
Metode dan Rancangan Penelitian ............................................. 27
C.
Subjek Penelitian.......................................................................... 28
D.
Teknik dan Alat Pengumpulan Data ........................................... 29
E.
Validasi Data............................................................................... 30
F.
Analisis Data................................................................................ 31
G.
Prosedur Penelitian ..................................................................... 32
H.
Indikator dan Kriteria Keberhasilan ........................................... 35
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data............................................................................. 37
B. Hasil Penelitian............................................................................ 46
C. Pembahasan................................................................................. 48
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ..................................................................................... 51
B. Saran ........................................................................................... 51
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
TABEL Halaman
Tabel 3.1 Penilaian Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa........................ 31
Tabel 4.1 Rekapitulasi Nilai Hasil Tes
Formatif Pada Kondisi Awal ......... 38
Tabel 4.2 Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Kondisi Awal 38
Tabel 4.3 Daftar Nilai Hasil Tes Formatif dengan Metode Buzz Group Discussion Pada Siklus Pertama ....................................................................................................... 41
Tabel 4.4 Rekapitulasi Hasil Observasi Kegiatan Pembelajaran dengan Metode Buzz Group Discussion Pada Siklus
Pertama .............................................................................. 41
Tabel 4.5 Daftar Nilai Hasil Tes Formatif dengan Metode Buzz Group Discussion Pada Siklus Kedua ....................................................................................................... 44
Tabel 4.6 Rekapitulasi Hasil Observasi Kegiatan Pembelajaran dengan Metode Buzz Group Discussion Siklus Kedua ................................................................................. 45
Tabel 4.7 Rekapitulasi Peningkatan Hasil Belajar Siswa dengan Metode Buzz Group Discussion Pada Kondisi Awal,
Siklus I dan Siklus II............................................. 46
Tabel 4.8 Rekapitulasi Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa pada Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam dengan Penerapan Metode Small
Group Discussion pada Kondisi
Awal, Siklus I dan Siklus II....................................................................................................... 47
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Penelitian
Tindakan Kelas......................... 26
Gambar 3.1 Bagan Pelaksanaan PTK (Sirkunti, 2008:55)............................ 28
Gambar 4.1 Diagram Batang Peningkatan Hasil dan Ketuntasan Belajar Siswa Pada Kondisi
Awal, Siklus I dan Siklus II ............................................................................. 47
Gambar 4.2 Diagram Batang Peningkatan Aktivitas Belajar
Siswa pada Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II .............................................................................................. 48
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN
1.
Surat
Ijin Penelitian
2.
Jurnal
Kegiatan Penelitian
3.
a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Siklus I
b.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II
4.
a. Lembar
Kerja Siswa dan Lembar Soal Tes Formatif Siklus I
b. Lembar
Kerja Siswa dan Lembar Soal Tes Formatif Siklus II
c. Lembar
Observasi Aktivitas Siswa
5.
Analisis
Data HasilPenelitian
6.
Contoh
Hasil Pekerjaan Siswa
7.
Daftar
Hadir Siswa
8.
a. Foto
Dokumentasi Kegiatan Pembelajaran Kondisi Awal
b. Foto
Dokumentasi Kegiatan Pembelajaran Siklus I (Pertemuan 1 dan 2)
c. Foto
Dokumentasi Kegiatan Pembelajaran Siklus II (Pertemuan 1 dan 2)
9. Berkas Pelaksanaan Seminar Laporan Hasil
Penelitian Tindakan Kelas
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu
Pendidikan Agama Islam di SMP mempunyai peranan penting dalam mempersiapkan
peserta didik untuk mengenal, memahami dan menghayati hukum Islam yang kemudian
menjadi pandangan hidupnya. Melalui bimbingan, pengajaran, latihan, penggunaan
pengalaman dan pembiasaan. Sehingga dengan mempelajari Ilmu agama selain untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa juga untuk bekal hidup di akherat. Dalam
menyampaikan ilmu agama tidak bisa terlepas dari proses belajar-mengajar, yang
di dalamnya ada dua subyek penting yang menjadi pelaku di dalamnya yaitu guru
dan siswa/anak didik. Guru adalah unsur manusiawi dalam pendidikan. Guru juga
sebagai figur manusia sumber yang menempati posisi dan memegang peranan penting
dalam pendidikan. Tidak ada alasan bagi guru untuk tidak mempraktekkan proses
belajar dengan sebaik-baiknya. Apalagi bagi guru yang sudah lulus sertifikasi,
gaji dan tunjangan bisa dijadikan cambuk untuk meningkatkan kualitas dalam
pembelajaran. Jangan sampai Sertifikasi guru dan dosen hanya sebagai formalitas
untuk mendapat \gelar profesional tapi lebih bisa mempertanggung jawabkan gelar
yang diperoleh di hadapan Allah, bangsa dan negara. Setelah guru dan siswa
terjadi interaksi yang baik, maka proses belajar-mengajar di kelaspun berjalan.
Di dalam proses pembelajaran ini kita sebagai pendidik harus tahu apa yang
terjadi dengan anak didik kita. Yang sering kita temui di kelas adalah guru
dalam mengajar menggunakan metode ceramah. Tanpa tahu apakah siswa dihadapannya
mengerti tentang materi yang diajarkan atau merasa bosan dan jenuh. Jika siswa
sebagai pelaku/subyek belajar sudah merasa bosan, jangan heran penguasaan
materi tidak menguasai, sudah bisa dipastikan prestasipun akan rendah.
Di sini
peran guru benar-benar teruji untuk menerapkan suatu konsep belajar untuk
mensiasati kejenuhan anak. Selain faktor kejenuhan ada juga faktor yang
menjadikan penguasaan materi tidak bisa diserap oleh siswa. Sebab antara siswa
satu dengan yang lain jelas beda. Ada tiga aspek yang membedakan siswa satu
dengan lainnya, yaitu aspek intelektual, psikologis dan biologis. Ketiga aspek
tersebut diakui sebagai akar permasalahan yang melahirkan bervariasinya sikap
dan tingkah laku anak didik di sekolah. Hal itu pula yang menjadi tugas cukup
berat bagi guru dalam mengelola kelas dengan baik. Keluhan-keluhan guru sering
terlontar hanya karena masalah sukarnya mengelola kelas. Akibat kegagalan guru
mengelola kelas. Tujuan pengajaranpun sukar untuk dicapai. Pengembangan variasi
mengajar yang dilakukan oleh guru pun salah satunya adalah dengan memanfaatkan
variasi alat bantu baik dalam hal ini, variasi, media pandang, variasi media
dengar maupun variasi media yang lain. Dalam pengembangan variasi mengajar
tentu saja tidak sembarangan, tetapi ada tujuan yang hendak dicapai, yaitu
meningkatkan dan memelihara perhatian anak didik terhadap relevansi proses
belajar-mengajar, memberikan kesempatan kemungkinan berfungsinya motifasi,
membentuk sikap positif terhadap guru dan sekolah memberi kemungkinan pilihan
dan fasilitas belajar individual dan mendorong anak didik untuk belajar.
Metode Mengajar
adalah cara guru memberikan pelajaran dan cara murid menerima pelajaran pada
waktu pelajaran berlangsung baik dalam bentuk memberitahukan atau
membangkitkan. Peranan metode pengajaran adalah sebagai alat untuk menciptakan
proses belajar mengajar yang kondusif. Dengan suatu metode diharapkan tumbuh
berbagai kegiatan belajar siswa sehubungan dengan mengajar guru. Dengan kata
lain terciptalah interaksi edukatif antara guru dan siswa. Dalam interaksi ini
guru berperan sebagai penggerakatau pembimbing sedangkan siswa berperan sebagai
penerima atau dibimbing.Proses interaksi ini akan berjalan dengan baik jika
siswa lebih aktif dibandingkan dengan gurunya. Oleh karenanya metode mengajar
yang baik adalah metode yang dapat menumbuhkan kegiatan belajar siswa dan
sesuai dengan kondisi pembelajaran. Salah satu usaha yang tidak boleh
ditinggalkan oleh guru adalah bagaimana guru memahami kedudukan metode sebagai
salah satu komponen yang mempengaruhi ndalam proses belajar mengajar.kerangka
berpikir yang demikian bukanlah suatu hal yang aneh tetapi nyata dan memang
betul-betul dipikirkan oleh guru.
Dalam
proses belajar mengajar guru mempunyai peranan yang sangat penting dalam
menentukan kualitas pembelajaran yang dilaksanakan, dalam arti guru harus
selalu menciptakan suasana yang kondusif dalam lingkungan pendidikan dan
menjalankan tugasnya dengan semaksimal mungkin demi tercapainya tujuan
pendidikan. Guru memiliki peranan yang sangat sentral, baik sebagai perencana,
pelaksana, maupun evaluator pembelajaran (Mulyasa, 2005:13).
Dalam
kenyataan sehari-hari sering dijumpai sejumlah guru yang menggunakan metode
tertentu yang kurang atau tidak cocok dengan isi dan tujuan pengajaran. Dalam
kehidupan sehari-hari tak jarang juga ditemui sejumlah guru yang mampu
mengaplikasikan secara baik. Hasilnya, tentu saja tidak memadai bahkan mungkin
merugikan semua pihak terutama pihak siswa walaupun kebanyakan dari mereka
tidak menyadari hal ini. Tidak berkembangnya salah satu faktor dalam proses
pembelajaran atau kegiatan belajar mengajar yaitu guru, murid, materi dan
metode pembelajaran sudah barang tentu berpengaruh pada proses pembelajaran
yang dilaksanakan di dalam kelas. Bahkan kondisi tersebut akan berpengaruh pula
pada hasil pembelajaran terutama tampak pada hasil belajar siswa.
Studi
pendahuluan (pra-survey) adalah kegiatan terkini yang mutlak harus dilakukan
untuk mengumpulkan informasi awal penelitian, yaitu prestasi belajar,
mengumpulkan data profil
pembelajaran Pendidikan Agama
Islam yang sedang berlangsung di kelas VII SMP
................. ............... dan kondisi riil subjek yang akan diteliti.
Hal ini dilakukan untuk mengembangkan model atau pendekatan dalam rangka
peningkatan mutu pembelajaran, karena pengembangan sebuah model yang dilakukan
perlu didasari oleh data empirik tentang bagaimana proses belajar mengajar di
kelas.
Berdasarkan
hasil kegiatan studi pendahuluan (pra-survey) yang telah dilakukan oleh
peneliti menunjukkan bahwa hasil belajar Pendidikan Agama Islam siswa kelas VII
SMP ................. ............... masih rendah, khususnya dalam
keterampilan menyimak dan keterampilan berbicara siswa memiliki hambatan yang
cukup signifikan, yaitu permasalahan yang terpusat pada ketidakmampuan siswa
dalam menjelaskan perbedaan antara Nabi dan Rasul. Hal ini dapat dilihat secara
umum nilai yang dapat dicapai oleh siswa belum memuaskan di mana masih banyak
siswa yang mendapatkan nilai di bawah rata-rata Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM). Nilai rata-rata siswa
hanya mencapai 57,92 padahal
nilai rata-rata yang
diharapkan minimal mendapat nilai 70 sesuai
dengan ketuntasan individu yang
diharapkan oleh sekolah (KKM).
Berdasarkan
hasil sebagaimana dijelaskan di atas diperoleh data mengenai kondisi
pembelajaran di kelas VII SMP ................. ................ Sistem pembelajaran yang berlangsung masih
satu arah, dimana guru masih berperan
sebagai orang yang paling tahu dan
sumber segala pengetahuan
bagi peserta didik,
sehingga selama proses pembelajaran
berlangsung keterlibatan peserta
didik dalam pembelajaran masih kurang atau dapat
dikatakan bahwa peserta didik cenderung pasif. Selain itu peserta didik
juga kurang berantusias
dalam mengikuti pembelajaran
yang ditunjukkan dengan masih
sedikitnya peserta didik yang
mengajukan pertanyaan maupun
menanggapi pertanyaan yang diberikan oleh guru. Kondisi pembelajaran Pendidikan
Agama Islam seperti di atas dijadikan sebagai data based dan titik tolak bagi
penelitian tindakan kelas dan pengembangan
(classroom research and
development) dalam merancang
sebuah model hipotetik
yang akan diujicobakan dalam
penelitian tindakan kelas ini.
Faktor metode
atau strategi pembelajaran
yang digunakan pendidik
cenderung monoton (selalu menggunakan metode ceramah), kurang variatif,
membosankan, dan kurang menyenangkan, walaupun tidak selamanya metode ceramah
itu jelek. Salah satu metode yang dapat meningkatkan kemampuan berargumentasi
adalah metode diskusi buzz group. “Buzz group adalah suatu kelompok
besar yang dibagi menjadi beberapa kelompok kecil, terdiri atas 4-5 orang.
Tempat diatur agar siswa dapat berhadapan muka dan bertukar pikiran dengan
mudah. Diskusi diadakan di tengah pelajaran atau di akhir pelajaran dengan
maksud menajankan kerangka bahan pelajaran, memperjelas bahan pelajaran atau
menjawab pertanyaanpertanyaan (Hasibuan, dan Moedjiono 2004:20)”..
Berdasarkan
data yang diperoleh, pembelajaran Pendidikan Agama Islam selama ini belum mencapai
keberhasilan yang memuaskan.
Di samping materi yang
terlalu banyak, waktu yang tersedia kurang, serta
metode atau model
pembelajaran yang dipakai guru
dalam menyampaikan materi masih monoton atau didominasi oleh guru semata.
Akibatnya, aktivitas peserta didik dalam pembelajaran selama ini cenderung pasif,
kurang bergairah dalam mengikuti Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). Hasil akhir
dari proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam berupa prestasi belajar peserta
didik belum mencapai standar ketuntasan belajar minimal yang ditetapkan.
B. Identifikasi Masalah
Dari
penjelasan sebagaimana latar belakang permasalahan di atas, maka dapat
diidentifikasi permasalahan-permasalahan yang ada dan menjadi kendala dalam
pelaksanaan kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam materi menjelaskan sejarah Nabi Muhammad Saw peserta
didik kelas VII SMP ................. ............... ini dikarenakan banyak
faktor, antara lain:
- Penggunaan metode dan model pembelajaran yang kurang relevan dengan materi pembelajaran yang disampaikan.
- Penjelasan materi terlalu cepat, sehingga kurangnya model dialog yang interaktif, efektif dan kreatif.
- Latar belakang peserta didik yang relatif hiterogen, baik dari segi ekonomi, kemampuan akademik.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang dan identifikasi
masalah di atas
maka rumusan masalah dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini
adalah:
1. Bagaimana pelaksanaan proses
pembelajaran Pendidikan Agama Islam materi Menjelaskan sejarah Nabi Muhammad
Saw melalui penerapan metode Buzz Group
Discussion?
2. Bagaimana peningkatan aktivitas
belajar peserta didik
kelas VII SMP .................
............... pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam materi Menjelaskan
sejarah Nabi Muhammad Saw melalui penerapan metode Buzz Group Discussion?
3. Bagaimana peningkatan prestasi belajar
peserta didik kelas VII
SMP ................. ............... pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam
materi Menjelaskan sejarah Nabi Muhammad Saw melalui penerapan metode Buzz Group Discussion?
D. Tujuan Penelitian
Dari
penjelasan pada rumusan masalah di atas, maka tujuan dari pelaksanaan
penelitian tindakan kelas inia adalah :
a. Untuk mengetahui proses pembelajaran
dengan menerapkan metode Buzz Group
Discussion pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam materi Menjelaskan
sejarah Nabi Muhammad Saw di Kelas VII SMP ................. ................
b. Untuk mengetahui peningkatkan
aktivitas belajar Pendidikan Agama Islam materi Menjelaskan sejarah Nabi
Muhammad Saw di Kelas VII SMP ................. ............... melalui metode Buzz Group Discussion.Untuk mengetahui
peningkatkan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam materi Menjelaskan sejarah
Nabi Muhammad Saw di Kelas VII SMP ................. ............... melalui
metode Buzz Group Discussion.
E. Manfaat Penelitian
Hasil pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini
diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut:
1. Manfaat penelitian:
a. Bagi peserta didik
1) Dapat
meningkatkan prestasi dan
aktivitas belajar dalam
kegiatan belajar mengajar, khususnya pada pelajaran Pendidikan
Agama Islam
2) Dapat mengembangkan kemampuan belajar
secara mandiri
b. Bagi guru
1) Dapat menggunakannya sebagai
solusi tindakan kelas
pada sekolah masing-masing.
2) Dapat meningkatkan prestasi
pembelajaran dan profesionalitas guru
3) Dapat membantu memberikan informasi
peningkatan kemampuan peserta didik kepada seluruh tenaga pendidik.
c. Bagi sekolah
Penelitian
ini dapat memberikan pengalaman
pada guru-guru lain sehingga memperoleh pengalaman
baru, yaitu penerapan
metode pembelajaran kooperatif
tipe BGD (Buzz Group Discussion) dalam meningkatkan prestasi belajar peserta
didik.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.
Kajian Teori
1.
Hakikat Prestasi Belajar
a.
Pengertian Prestasi Belajar
Menurut Nana
Sudjana (2004) yang
dikutip Bara Hidayat
(2006: 8) mendefinisikan prestasi
belajar siswa yaitu
kemampuan-kemampuan yang dimiliki
siswa setelah ia
menerima pengalaman belajar.
Pembelajaran yang telah
dilaksanakan pada akhirnya
bertujuan untuk melihat
prestasi belajar siswa.
prestasi belajar ini meliputi
sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Prestasi yang
diperoleh siswa dapat
diukur berdasarkan perbedaan
perilaku sebelum dan
sesudah belajar dilakukan.
Hal ini sejalan
dengan pendapat Nana
Syaodih (2009: 124-125)
yang menyatakan bahwa
“prestasi belajar merupakan
segala perilaku yang
dimiliki siswa sebagai
akibat dari proses
belajar yang berlangsung di sekolah maupun di luar sekolah yang bersifat kognitif,
afektif dan psikomotor yang sengaja
maupun yang tidak disengaja”.
Dalam
sistem pendidikan rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan intruksional, menggunakan
klasifikasi prestasi belajar dari Benjamin Bloom dalam
Nana Sudjana (1989)
yang dikutip oleh
Bara Hidayat (2006:9)
yang secara garis
besar membaginya menjadi
tiga aspek ,
yaitu aspek kognitif,
afektif, dan psikomotor. Berikut penjelasan dari ketiga aspek tersebut :
1)
Aspek kognitif (pengetahuan/ pemahaman)
Dalam Susilana
Rudi (2006) yang
dikutip oleh Bara
Hidayat (2006:9) untuk
aspek kognitif, menyebutkan
6 tingkatan 1)
pengetahuan 2) pemahaman
3) pengertian 4) aplikasi 5)
analisa 6) sintesa, dan 7) evaluasi
2)
Aspek afektif
Prestasi
belajar afektif tampak pada siswa dalam
berbagai tingkah laku seperti
perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan
teman, kebiasaan belajar
dan hubungan sosial.
Ranah afektif ini
terdiri dari lima
aspek yaitu penerimaan,
jawaban, atau reaksi,
penilaian, organisasi, dan
internalisasi nilai atau karakteristik nilai.
3)
Aspek psikomotor
Prestasi belajar
pada aspek psikomotor
berkenaan dengan keterampilan
atau kemampuan bertindak setelah
ia menerima pengalaman belajar tertentu. Terdapat enam
tingkatan kererampilan psikomotor
yaitu gerak reflek,
keterampilan pada gerakan-gerakan dasar,
kemampuan konseptual, keharmonisan
atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, gerakan
ekspresif dan interpretatif. Prestasi belajar
afektif yang baru tampak dalam kecendrungan-kecendrungan untuk
berprilaku.
Menurut
Maehr yang dikutip oleh Nurmala ( dalam Siti Sontini: 2006) tentang prestasi belajar adalah :
1)
Prestasi belajar merupakan tingkah laku yang dapat
diukur dengan menggunakan tes prestasi
belajar.
2)
Prestasi
belajar merupakan hasil
dari perubahan individu
itu sendiri bukan
hasil dari perbuatan orang lain.
3)
Prestasi belajar dapat dievaluasi tinggi rendahnya
berdasarkan kriteria yang telah
ditetapkan oleh penilai
atau menurut standar
yang telah ditetapkan
oleh kelompok
4)
Prestasi belajar merupakan hasil dari kegiatan yang
dilakukan secara sengaja dan disadari.
Inti dari
pendapat Mehr yaitu
bahwa prestasi belajar
merupakan perubahan perilaku
individu yang didasari
dapat diukur berdasarkan
kriteria yang telah
ditetapkan selama proses belajar mengajar berlangsung.
Dari berbagai
pernyataan di atas, dapat
disimpulkan bahwa prestasi
belajar merupakan perubahan
tingkah laku sebagai
akibat dari proses.
Prestasi belajar ini
dapat berupa kemampuan intelektual, sikap maupun keterampilan
psikomotor.
Bloom (Solihin,
2008:55) membagi
prestasi belajar secara
garis besar ke dalam
tiga ranah kognitif,
ranah afektif dan
ranah psikomotorik. Ranah
kognitif ini berkenaan dengan prestasi belajar intelektual yang terdiri
dari 6 aspek yaitu pengetahuan/ingatan, pemahaman/aplikasi, analisis,
sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek yang pertama disebut juga kognitif tingkat
rendah dan aspek berikutnya
termasuk dalam kognitif
tingkat tinggi. Ranah
afektif berkenaan dengan
sikap dan nilai.
Tipe prestasi belajar
afektif ini terlihat
pada siswa dalam
berbagai tingkah laku
seperti perhatiannya terhadap
pelajaran, disiplin, motivasi
belajar, mengahargai guru dan teman,
kebiasaan belajar dan hubungan
sosial. Ranah afektif
ini terdiri dari
lima aspek yaitu
penerimaan, jawaban /
reaksi, penilaian, organisasi
dan internalisasi, nilai/karakteristik nilai.
Ranah psikomotorik berkenaan
dengan prestasi belajar
keterampilan dan kemampuan
bertindak. Prestasi belajar
psikomotor ini terlihat
dalam bentuk keterampilan
/ skill dan
kemampuan bertindak individu.
Ada 6 tingkatan
keterampilan psikomotoris yaitu
: gerak reflek,
keterampilan pada gerakan- gerakan dasar,
kemampuan konseptual. Keharmonisan
/ ketepatan, gerakan
keterampilan kompleks, gerakan ekspresif dan dan interfretatif.
Aspek-aspek tersebut
diatas menunjukkan jika
seseorang telah melakukan
perbuatan belajar, maka
akan terlihat terjadinya
perubahan dalam salah satu atau
beberapa aspek tingkah
laku sebagai prestasi
belajar yang telah dilakukan.
b.
Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
Nana Sudjana
(2000:39) menyatakan bahwa
terdapat banyak faktor
yang mempengaruhi prestasi
belajar, secara garis besar faktor-faktor tersebut,yaitu:
1)
Faktor internal (bersumber dari dalam diri sendiri)
yaitu: sikap, minat, bakat, motifasi,
motif, kesiapan mental dan faktor lainnya yang kesemuanya berasal dari dalam diri sendiri.
2)
Faktor
eksternal (berasal dari
luar diri sendiri),seperti tempat
belajar,sarana belajar, bahan
belajar, personil, kurikulum, metode pengajaran.
3)
Kedua
faktor ini sangat
dominan dan mempengaruhi
terhadap proses dan
prestasi belajar.
M. Surya
(2004:62) mengemukakan
tujuh faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar, ketujuh faktor itu adalah:
1)
karakteristik belajar,
2)
karakteristik Guru
3)
karakteristik kelompok,
4)
interaksi pelajar dengan pengajar,
5)
karakteristik fasilitas,
6)
subject metter
7)
dan faktor lingkungan luar.
Menurut Van
Dallen (dikutip oleh Lunnenburg, 2011:5-8),
ada enam faktor
yang mempengaruhi belajar
siswa yaitu:
1)
Guru,
2)
Kurikulum,
3)
Lingkungan,
4)
Media
5)
Siswa
6)
Dan metode serta model pembelajaran.
Dari berbagai
pernyataan di atas, dapat
disimpulkan bahwa faktor-faktor tersebut saling
mempengaruhi dan berkaitan
sehingga sinergitas antara
faktor-faktor tersebut perlu di bangun menjadi sebuah sistem yang saling
mengisi faktor-faktor tersebut dapat
menunjang atau menghambat
proses belajar mengajar
ataupun dalam pencapaian prestasi belajar.
2.
Hakikat Metode Pembelajaran
Secara etimologi,
istilah metode berasal
dari bahasa Yunani “metodos”. Kata
ini terdiri dari
dua suku kata:
“metha” yang
berarti jalan atau cara.
Metode berarti suatu
jalan yang dilalui
untuk mencapai tujuan, sehingga
dapat dipahami bahwa
metode berarti suatu
cara yang harus dilalui
untuk menyajikan bahan
pelajaran agar tercapai
tujuan pengajaran (Zuhairini dan Abdul Ghofir, 2008: 54.)
Menurut Nana Sudjana (2005:76)
metode pembelajaran adalah, “Metode pembelajaran ialah cara yang dipergunakan
guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya
pengajaran”. Sedangkan M. Sobri Sutikno (2009:88) menyatakan, “Metode
pembelajaran adalah cara-cara menyajikan materi pelajaran yang dilakukan oleh
pendidik agar terjadi proses pembelajaran pada diri siswa dalam upaya untuk
mencapai tujuan”.
Melalui model
pembelajaran guru dapat
membantu peserta didik mendapatkan informasi,
ide, keterampilan, cara
berpikir, dan mengekspresikan
ide. Model pembelajaran berfungsi pula sebagai pedoman bagi para
perancang pembelajaran dan
para guru dalam
merencanakan aktivitas belajar mengajar
Metode pengajaran adalah
cara-cara pelaksanaan dari pada proses pengajaran atau soal bagaimana tekniknya
suatu bahan pelajaran diberikan di Sekolah. Metode mengajar adalah cara yang
digunakan guru dalam mengajarkan satuan atau unit materi pelajaran dengan
memusatkan pada keseluruhan proses atau situasi belajar untuk mencapai tujuan”.
Jadi, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan
praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu guru harus mampu
memilih dan menetapkan metode pembelajaran yang paling efektif dan efisien
sesuai dengan kondisi atau situasinya.
3. Metode Buzz Group Discussion
a. Pengertian Diskusi Metode Buzz
Group
Menurut
Sunaryo (1989: 107), diskusi dengan menggunakan metode buzz group adalah
diskusi pada satu kelompok besar yang dibagi menjadi beberapa kelompok kecil,
terdiri atas 3 sampai 4 orang. Tempat duduk diatur sedemikian agar siswa dapat
bertukar pikiran dan berhadapan muka dengan mudah. Diskusi diadakan di
tengah-tengah pelajaran atau di akhir pelajaran dengan maksud menajamkan
kerangka bahan pelajaran, memperjelas bahan pelajaran atau menjawab pertanyaan-pertanyaan.
Menurut Moedjiono & Dimyati (1992: 54), kelompok dadakan atau buzz group
adalah satu jenis diskusi kelompok kecil yang beranggotakan 3-4 orang, dan
bertemu secara bersama-sama membicarakan suatu topik yang sebelumnya telah
dibicarakan secara klasikal. Diskusi kelompok dadakan ini dapat dilaksanakan di
tengah- tengah atau di akhir jam pelajaran dengan maksud menajamkan kerangka
isi pelajaran, memperjelas isi pelajaran, atau menjawab pertanyaan pertanyaan.
Menurut Hasibuan & Moedjiono (2006: 20-21), diskusi jenis buzz group adalah
satu kelompok besar dibagi menjadi beberapa kelompok kecil, terdiri atas 4-5
orang. Tempat diatur agar siswa dapat berhadapan muka dan bertukar pikiran
dengan mudah. Diskusi dapat dilakukan di tengah atau di akhir pelajaran dengan
maksud menajamkan kerangka bahan pelajaran, memperjelas bahan pelajaran, atau
menjawab pertanyaan-pertanyaan. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat
disimpulkan bahwa pengertian diskusi kelompok kecil (buzz group discussion)
adalah sebuah kelompok besar yang berkumpul dan dibagi menjadi kelompok
kelompok kecil sekitar 3-6 orang, untuk mendiskusikan masalah tertentu dalam
waktu yang singkat.
b. Langkah-Langkah Penerapan Metode Buzz
Group
1) Kelompok
besar atau kelas dibagi menjadi beberapa kelompok kecil yang terdiri dari 3-6
orang.
2)
Tempat duduk diatur sedemikian rupa agar para siswa dapat bertukar pikiran dan
bertatap muka dengan mudah.
3)
Perwakilan kelompok mengambil undian yang berisi pembagian materi diskusi.
4)
Sebelum diskusi dimulai setiap kelompok melakukan pembagian tugas, ada yang
bertugas sebagai ketua kelompok, notulis, yang membacakan atau mempresentasikan
hasil diskusi di depan kelas.
5)
Masing-masing kelompok melakukan diskusi sesuai dengan tema yang diperoleh.
6)
Setelah diskusi selesai, perwakilan kelompk melakukan presentasi untuk
membacakan hasil diskusi di depan kelas.
7)
Pada saat persentasi siswa lain menyimak, apabila belum jelas boleh mengajukan
pertanyaan kepada kelompok yang melakukan persentasi.
8)
Apabila kelompok yang melakukan persentasi tidak bisa menjawab, kelompok lain
boleh membantu dan didiskusikan pada kelompok besar (kelas).
c. Kelebihan Metode Buzz Group
Menurut
Sunaryo (1989: 107), metode buzz group mempunyai kelebihan yaitu
mendorong anggota yang kurang percaya diri untuk mengemukakan pendapat,
menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, menghemat waktu, memungkinkan
pembagian tugas kepemimpinan, memberikan variasi dalam belajar, dan dapat digunakan
bersama metode lain. Menurut Moedjiono & Dimyati (1992: 55), keunggulan
diskusi kelompok dadakan atau buzz group adalah dapat mendorong individu
yang malu-malu untuk memberikan sumbangan pikiran, menciptakan suasana yang
menyenangkan, menghemat waktu memungkinkan pembagian tugas kepemimpinan,
memberikan variasi kegiatan belajar, dan dapat digunakan bersama metode yang
lain. Kelompok dadakan yang beranggotakan tidak lebih dari empat orang akan
membuat semua anggota kelompok dapat terlibat aktif dalam diskusi. Berdasarkan
pendapat-pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kelebihan dari diskusi
kelompok kecil (buzz group discussion) yaitu membantu peserta didik
untuk bisa menyampaikan gagasan atau pendapat di dalam kelompok, menumbuhkan
suasana akrab, menyenangkan, mendorong tiap anggota untuk berpartisipasi dalam
diskusi, dan dapat digunakan bersama teknik lain sehingga penggunaan teknik
lebih bervariasi.
d. Kekurangan Metode Buzz Group
Adapun
kekurangan penggunaan metode buzz group menurut Sunaryo (1989: 107-108)
adalah metode ini tidak dapat berhasil apabila anggota kelompok terdiri dari
orang yang tidak tahu apa-apa sehingga diskusi akan berputar-putar, tidak ada
kepemimpinan yang baik dalam kelompok, mungkin laporan tidak tersusun dengan
baik, dan tidak ada waktu persiapan yang cukup. Menurut Moedjiono & Dimyati
(1992: 55) kekurangan diskusi kelompok jenis ini adalah tidak ada waktu
persiapan yang cukup, tidak akan berhasil bila anggota kelompok terdiri dari
orang yaang tidak tahu apa-apa, mungkin diskusi akan berputar-putar, mungkin
tidak ada kepemimpinan yaang baik dalam kelompok, mungkin juga laporan tidak
tersusun dengan baik. Berdasarkaan kedua pendapat di atas dapat disimpulkan
bahwa kekurangan metode ini terletak pada waktu persiapan yang kurang, diskusi
tidak dapat berjalan lancar apabila peserta diskusi tidak menguasai materi,
tidak ada kepemimpinan yang baik, dan laporan tidak tersusun dengan baik.
Metode ini dapat mengaktifkan siswa dalam diskusi apabila anggota kelompok
tidak lebih dari empat orang. Apabila akan menerapkan metode ini sebaiknya
dilakukan persiapan dan pembagian tugas kelompok secara seimbang terlebih
dahulu, agar berjalan lancar serta mencapai tujuan belajar yang diinginkan.
e. Pembelajaran dengan Strategi Buzz
group
Menurut
Alwani (2012) gambaran pelaksanaan pembelajaran model buzz group discussion di kelas yaitu :
1)
Guru
membuka pelajaran dengan menyajikan kejadian dan fenomena alam untuk menarik
perhatin dan memotivasi siswa untuk belajar.
2)
Guru
memberikan pertanyaan untuk mengarakan dan membangun berpikir siswa terhadap
pelajaran.
3)
Guru
membagikan lembar kerja siswa dan mengarahkan siswa dalam membagi kelompok,
kemudian siswa mengidentifikasi masalah tersebut secara berkelompok.
4)
Siswa
mencari tahu jawaban dari masalah yang sedang dihadapi, penemuan ini dapat
dilakukan melalui kegiatan berstrategi buzz group. Pada tahap ini siswa
mnganalisis masalah dengan mencari informasi untuk menjawab masalah tersebut
yang kemudian didiskusikan dengan teman kelompoknya. Diskusi yang dilakukan
dalam satu kelompok dapat dilakukan dengan membagi kelompok tersebut menjadi
kelompok lebih kecil lagi sehingga sangat memungkinkan semua siswa untuk
berperan aktif mengeluarkan ide dan pendapatnya.
5)
Beberapa
siswa menyampikan hasil diskusi kelompoknya msing-masing. Setelah guru
memberikan komentar terhadap temuan siswa, kemudian guru dan siswa membuat
kesepakatan dalam menyimpulkan pelajaran.
6)
Guru
memberikan soal latihan ataupun tugas lain sebagai pekerjaan rumah dan kemudian
menutup pembelajaran.
4.
Prestasi Belajar PAI
a. Pengertian Prestasi Belajar PAI
Kegiatan
pembelajaran merupakan inti dari kegiatan pendidikan secara keseluruhan. Dalam
prosesnya, kegiatan ini melibatkan interaksi individu yaitu pengajar di satu
pihak dan peserta dodol dipihak lain. Keduanya berinteraksi dalam satu proses
yang disebut belajar-mengajar (Usman, 2009:4).
Interaksi
dalam proses pembelajaran bermakna interaksi edukatif. Interaksi
edukatif adalah yang secara sadar mempunyai tujuan untuk mendidik. Interaksi
edukatif mempunyai arti yang cukup luas tidak sekedar menyampaikan materi
pelajaran, tetapi juga terjadi proses penanaman sikap dan nilai pada diri
peserta didik. Oleh karena itu dalam
proses pembelajaran tidak hanya terjadi transfer pengetahuan tetapi juga
mengajarkan nilai-nilai luhur dalam kehidupan. Tujuan pembelajaran adalah agar
peserta didik dapat menguasai bahan-bahan belajar sesuai dengan tujuan-tujuan
yang telah ditetapkan. Sekalipun dalam sebuah pembelajaran seorang guru
memberikan informasi yang sama kepada peserta didik, namun hasil pembelajaran
berbeda. Hasil perolehan tersebut dinamakan prestasi belajar. Pengertian
prestasi menurut Suharso dan Retnoningsih (2009:390) adalah ”hasil yang telah
dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya)
Prestasi
dalam pendidikan adalah penilaian tentang perkembangan dan kemajuan peserta didik
yang berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada mereka
dan nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum. Adapun menurut Morgan (1971:2) ”learning
is any relatively permanentchange in behavior which occur as a result of
experience or practice”. Maksudnya belajar adalah perubahan tingkah laku
yang terjadi relatif permanen sebagai hasil dari sebuah pengalaman atau
latihan.
Dari
beberapa definisi di atas, dapat dipahami bahwa prestasi belajar adalah ukuran
atau hasil yang dicapai seseorang setelah mengikuti proses belajar berupa
perubahan tingkah laku secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu
sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan pendidikan agama Islam
lebih dipahami sebagai upaya atau cara mendidik ajaran agama Islam. Pendidikan
agama Islam menurut Abdul Madjid dan Dian Andayani (2004:132) adalah “usaha
sadar yang dilakukan oleh pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik
untuk meyakini, memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam melalui bimbingan, pengajaran
atau pelatihan yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan yang harus
ditetapkan.”
Jadi
yang dimaksud prestasi belajar PAI adalah hasil belajar yang diperoleh setelah
proses pembelajaran PAI selesai. Indikator keberhasilan peserta didik dalam pembelajaran
PAI dapat diketahui dari skor atau nilai ulangan.
b. Fungsi Pendidikan Agama Islam
Abdul
Majid dan Dian Andayani (2004:134-135) menjelaskan bahwa kurikulum pendidikan
agama Islam untuk sekolah/madrasah berfungsi sebagai berikut:
1)
Pengembangan,
yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik kepada Allah SWT yang
telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga. Pada dasarnya dan pertama-tama
kewajiban menanamkan keimanan dan ketakwaan dilakukan oleh setiap orang tua
dalam keluarga. Sekolah berfungsi untuk menumbuhkan kembangkan lebih lanjut
dalam diri anak melalui bimbingan, pengajaran dan pelatihan agar keimanan dan
ketakwaan tersebut dapat berkembang secara optimal sesuai dengan tingkat
perkembangannya.
2)
Penanaman
nilai, sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan hidup di dunia dan di
akhirat.
3)
Penyesuaian
mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya baik lingkungan
fisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan
ajaran agama Islam. Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah
lingkungannya sesuai dengan ajaran agama Islam.
4)
Perbaikan,
yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan kekurangan dan
kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pemahaman dan pengalaman
ajaran dalam kehidupan sehari-hari.
5)
Pencegahan,
yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungannya atau dari budaya lain
yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat perkembangannya menuju manusia
Indonesia seutuhnya.
6)
Pengajaran,
tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum (alam nyata dan nir-nyata),
sistem dan fungsionalnya.
7)
Penyaluran,
yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat khusus di bidang agama
Islam agar bakat tersebut dapat berkembang secara optimal sehingga dapat
dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan bagi orang lain.
c. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Abdul
Majid dan Dian Andayani (2004:135) menjelaskan bahwa Pendidikan Agama Islam di
sekolah/madrasah bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui
pemberian dan pemupukan pengetahuan, pengetahuan, penghayatan, pengamalan,
serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia
muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaannya, berbangsa dan
bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pede jenjang pendidikan yang lebih
tinggi.
Menurut
Muhaimin (2004:78) menjelaskan bahwa PAI bertujuan agar siswa memahami,
menghayati, meyakini, dan mengamalkan ajaran Islam sehingga menjadi manusia
muslim yang beriman bertakwa kepada Allah SWT dan berakhlak mulia.
Tujuan
PAI harus mengacu pada penanaman nilai-nilai Islam. Hal ini dilakukan dalam
rangka menuai keberhasilan hidup di dunia yang kemudian akan membuahkan
kebaikan di akhirat. Dalam Penjelasan atas Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 6 ayat
(1) butir a, disebutkan bahwa mata pelajaran agama dan akhlak mulai dimaksudkan
untuk membentuk peserta didik menjadi menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia. Akhlak mulia mencakup etika,
budi pekerti, atau moral sebagai perwujudan dari pendidikan agama (Depag RI,
2006:218). Jadi tujuan Pendidikan Agama Islam adalah untuk membekali peserta
didik dengan nilai-nilai agama supaya dapat diaplikasikan dalam kehidupan
sehari-hari sehingga terbentuk manusia yang berakhlakul karimah.
B. Kerangka Berfikir
Dalam kegiatan
belajar mengajar, semakin
tepat metode yang digunakan, maka
akan semakin efektif dan efisien kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh
guru dan peserta didik yang pada akhirnya akan menunjang dan menghantarkan
keberhasilan belajar peserta didik dan keberhasilan mengajar yang dilakukan
oleh guru.
Seorang guru
adalah salah satu
faktor pendidikan yang mempunyai peranan
penting dan strategis,
sebab gurulah yang paling menentukan keberhasilan dalam
proses belajar mengajar. Sehingga guru memang harus mempunyai kompetensi, ketrampilan
dan wawasan yang luas. Sebagaimana ungkapan Ibnu Syina yang menyatakan, bahwa
sudah sepantasnyalah jika seorang pendidik itu cerdas, agamis,
bermoral, simpatik, kharismatik,
dan pandai membawa diri.
Metode
pembelajaran Buzz Group Discussion
merupakan alat ekstrinsik dalam kegiatan belajar mengajar yakni sebagai alat
perancang dari luar yang dapat membangkitkan semangat belajar peserta didik.
Namun demikian metode dapat dikatakan baik dan tepat manakala pemilihan dan
penerapannya sesuai dengan situasi pembelajaran. Untuk itu pendidik harus
menyiapkan taktik atau strategi yang dapat diterima oleh peserta didik secara
keseluruhan dengan mudah dan
tidak membosankan. Dengan
kata lain pembelajaran
yang menyenangkan yaitu
ada kepuasan peserta didik, bagaimana peserta didik merasa
senang menerima pelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Berdasarkan
uraian di atas, dapat dipahami betapa pentingnya menggunakan metode yang tepat
untuk mencapai hasil belajar yang maksimal, maka penelitian ini ditulis dengan
konsep Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
untuk memperbaiki dan meningkatkan hasil
belajar dengan menggunakan Small Group Discussion sebagai model
pembelajaran.
Dalam
bentuk diagram, kerangka pikir pelaksanaan penelitian tindakan kelas dengan
menerapkan metode Small Group Discussion sebagaimana dijelaskan di
bawah ini.
Gambar 2.1. Kerangka Berpikir
Penelitian Tindakan Kelas
C. Hipotesis Tindakan
Dari
penjelasan pada kajian teori dan kerangka pikir di atas maka dapat ditentukan
hipotesis dari penelitian ini yaitu pembelajaran dengan
menggunakan metode Small Group
Discussion dapat meningkatkan proses pembelajaran, aktivitas dan prestasi
belajar peserta didik kelas VII SMP ................. ................... pada
pembelajaran Pendidikan Agama Islam materi menjelaskan sejarah Nabi Muhammad
Saw.
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan
hasil penelitian dan pembahasan dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama Islam melalui metode Buzz
Group Discussion pada kelas VII SMP ................. ................... tahun pelajaran 2014/2015 dapat disimpulkan :
1. Pembelajaran dengan menggunakan metode
Buzz Group Discussion dapat meningkatkan proses pembelajaran. Hal
tersebut dapat dibuktikan dari perubahan
perilaku siswa kelas VII SMP ................. ................... selama
mengikuti proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam melalui metode Buzz
Group Discussion menunjukkan perubahan sikap ke arah yang lebih positif.
Sikap positif tersebut diantaranya adalah peserta didik menunjukkan sikap
disiplin, aktif, mandiri, berani bertanya dan menjawab, dan merasa nyaman
dengan lingkungan belajarnya sehingga tercipta suasana pembelajaran yang
kondusif dan menyenangkan.
2. Pembelajaran dengan menggunakan metode
Buzz Group Discussion dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa
pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam materi menjelaskan sejarah Nabi Muhammad Saw pada siswa kelas VII SMP ................. .................... Penjelasan mengenai peningkatan
aktivitas belajar siswa dari 6 siswa atau 25,00% pada kondisi awal meningkat
menjadi 16 siswa atau 66,67% dan pada siklus terakhir menjadi 24 siswa atau
100%.
3. Pembelajaran dengan menggunakan metode
Buzz Group Discussion dapat meningkatkan prestasi hasil belajar siswa.
Peningkatan hasil belajar pada prasiklus dengan rata-rata kondisi awal sebesar 57,92,
meningkat pada siklus I menjadi 64,58
dan pada siklus terakhir menjadi 74,58, sedangkan jumlah siswa yang tuntas
sebanyak 3 siswa atau 12,50% dari 24 siswa pada kondisi awal, menjadi 13 siswa
atau 54,17% dan 23 siswa atau 95,83% pada siklus terakhir.
B. Saran
Dengan
selesainya pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dan pembahasan yang
dilakukan pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam melalui metode Buzz Group
Discussion pada siswa kelas VII SMP ................. ...................,
maka peneliti dengan segala kerendahan hati memberikan beberapa saran,
diantaranya:
1. Bagi peserta didik kelas VII SMP
................. ................... khususnya
dan peserta didik secara umum, agar dalam mempelajari Pendidikan Agama Islam
selalu rajin, tekun dan sabar. Pengalaman pembelajaran dengan metode Buzz
Group Discussion sangat mempengaruhi peningkatan prestasi dan
aktivitas belajar. Oleh karena itu, tingkatkan praktek dan cara-cara
keterampilan kooperatif dalam pembelajaran selanjutnya
2. Bagi guru, untuk mencapai kualitas Proses
Belajar Mengajar (PBM) yang baik bisa menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe Buzz Group Discussion, jangan lupa selalu memberikan
motivasi kepada peserta didik dengan memberikan stimulus dan reward berupa
peraihan pahala di sisi Allah, keluhuran derajat baik di dunia maupun di
akhirat, nilai akademik yang tinggi, atau minimal pujian/sanjungan sebagai
bentuk perhatian kepada mereka. Jangan hanya keterbatasan dan kenakalan mereka
saja yang diperhatikan!
3. Kepala sekolah sebagai pemegang
kebijakan, hendaknya mengfasilitasi pendidik atau guru untuk meningkatkan
profesinya dengan sering melakukan penataran ataupun workshop tentang pelaksanaan pembelajaran dan penerapan metode
pembelajaran PAIKEM untuk meningkatkan prestasi mereka dan peserta didik.
DAFTAR PUSTAKA
A. Surjadi, Membuat
Siswa Aktif Belajar, (Bandung: Bina Cipta, 1983)
Abdul Majid dan Dian
Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi: Konsep dan
Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2004)
Anita Lie, Cooperative
Learning; Mempraktekkan Cooperative Learning di RuangRuang Kelas, (Jakarta:
Gramedia, 2005)
B. Suryobroto, Proses-Proses
Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta: Bina Aksara,1999)
Departemen Agama RI, Undang-undang
dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan, (Jakarta: Direktorat
Jendral Pendidikan Islam Departemen Agama RI, 2006)
E. Mulyasa, Menjadi
Guru Profesional; Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), hal. 13
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hal. 201
Menyenangkan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), hal. 13
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hal. 201
Fathurrohman, Pupuh dan M. Sobri Sutikno. 2009. Strategi Belajar
Mengajar Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami. Bandung: P.T
Refika Aditama
Hidayat, Bara. 2008. Upaya
Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan
Alam. Melalaui model pembelajaran Inquri. Skripsi Sarjana Pendidikan PGSD
FIP UPI Bandung : tidak di terbitkan
Hisyam Zaini, dkk, Strategi
Pembelajaran Aktif, (Yogyakarta: Insan Madani, 2008)
Isjoni. (2010).
Pembelajaran Kooperatif. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Ismail, Strategi
Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, (Semarang: RaSail Media Group,
2008), Cetakan 1
Jalal Abdul Fattah, Asas-Asas Pendidikan Islam, dalam Herry Noer
Ally (Terj), (Bandung: CV. Diponegoro, 1988)
Lester O Crow and Alice
Crow, Educational Psychology, (New York: American Book Company, 1985)
Lunnenburg,
F.C. The Generation and Verifiation of Theory: A Bridge to the Continuing Quest
for a Knowledge Base, National Forum Of Educational Administration And
Supervision Journal, Vol. 29: 4, 2011
M. Subana dan Sudrajat, Dasar-dasar
Penelitian Ilmiah, (Bandung : Pustaka Setia, 2001)
Margono, Metodologi
Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000),
Moeslichatun, Strategi Pembelajaran di
Taman Kanak – kanak, (Jakarta: Rineka Cipta, 2001)
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru
Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009)
Muhaimin, et.al,
Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam
di Sekolah, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004)
Mulyana Abdurrahman, Pendidikan
Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: RinekaCipta, 2003)
Munjin Nasih Ahmad dan Lilik Nur
Khamidah, Metode dan Tehnik Pembelajaran Pendidikan Islam, (Bandung : Refika
Aditama, 2009), Cet. Ke-1
Nana Sudjana, Dasar-dasar
Belajar Mengajar, (Bandung: PT Sinar Baru Algensindo, 2000)
Nana Sudjana. (2005). Dasar-dasar
Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar
Baru Algesindo
Baru Algesindo
Raharjo
dan Solihin, (2008), Cooperative
Learning, Jakarta, Bumi Aksara
Rochiati Wiraatmadja, Penelitian
Tindakan Kelas Untuk Meningkatkan Kinerja Guru dan Dosen, Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2007
Sontini Siti (2008), Upaya
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dalam Perkalian Bilangan Cacah dengan
Menggunakan Teknik Jari Matika. Skripsi UPI Bandung Tidak
Diterbitkan
Sukmadinata, Nana
Syaodih, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Bandung : Remaja Rosda
Karya, 2009
Surya, M., (2004), Psikologi
Pembelajaran dan Pengajaran, Pustaka Bani. Quraisy, Bandung
Tim Penyusun Kamus Besar
Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta; Balai Pustaka,
2005)
Yatim Riyanto, Metodologi
Penelitian suatu Tindakan Dasar, (Surabaya: Sie Surabaya,1996), cet. 4
Zaenal Aqib (et.al), Penelitian
Tindakan Kelas, (Bandung : Yrama Widya, 2009),
Zuhairini, H. Abdul
Ghofir Slamet As. Yusuf, Metodik Khusus Pendidikan
Agama, Surabaya: Penerbit Usaha Nasional, 2008.
Agama, Surabaya: Penerbit Usaha Nasional, 2008.
Untuk mendapatkan file lengkap, silahkan : klik DOWNLOAD atau hub. (WA) 081327121707 - (WA) 081327789201 terima kasih