LAPORAN
PENELITIAN
TINDAKAN KELAS
UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI
BELAJAR
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MELALUI MODEL
PEMBELAJARAN
SMALL GROUP DISCUSSION SISWA KELAS VII
SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI .....................
TAHUN PELAJARAN 2015/2016
Disusun Sebagai
Salah Satu Syarat
Kenaikan Pangkat
dari Golongan IV/a ke IV/b
Unsur
Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan
Oleh
.........................
NIP. .........................
UPT DISDIKPORA KECAMATAN .....................
KABUPATEN .....................
SMP NEGERI .....................
Jl. Raya ..................... Kecamatan .....................
Kabupaten .....................
2015
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS
1. a. Judul
Penelitian : UPAYA
MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI
BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MATERI
ASMAUL HUSNA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN SMALL
GROUP DISCUSSION SISWA KELAS VII SMP NEGERI ..................... TAHUN
PELAJARAN 2015/2016
b. Bidang
Ilmu : Pendidikan Agama Islam
c. Kategori
Penelitian : Strategi Pembelajaran
d. Jenis
Penelitian : Penelitian Tindakan Kelas
2. Ketua Peneliti
a. Nama
Lengkap dan Gelar : .........................
b. NIP
: .........................
c. Pangkat
/ Golongan : Pembina, IV/a
d. Jabatan
: Guru
e. Instansi
: SMP Negeri .....................
f. Tempat
Penelitian : SMP Negeri .....................
3. Lama Penelitian : 3
bulan (Bulan Agustus 2015 sampai dengan Bulan Oktober 2015)
4. Sumber Biaya :
Swadaya
Mengesahkan ....................., Oktober
2015
Pengawas Sekolah Kepala
Sekolah
……………….. ……………………
NIP. ………………… NIP. ………………
UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI
BELAJAR
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MELALUI MODEL
PEMBELAJARAN
SMALL GROUP DISCUSSION SISWA KELAS VII
SMP NEGERI ..................... TAHUN
PELAJARAN 2015/2016
ABSTRAK
Pelaksanaan
penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan aktivitas
dan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam setelah diterapkannya model
pembelajaran Small Group Discussion
pada peserta didik Kelas VII SMP Negeri ..................... Tahun Pelajaran
2015/2016. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas
(PTK) atau classroom action research
(CAR), yaitu: penelitian praktis yang dilaksanakan untuk memecahkan masalah
faktual yang dihadapi guru sebagai suatu pencermatan terhadap kegiatan
pengelolaan pembelajaran yang diterapkan pada peserta didik Kelas VII SMP
Negeri ..................... Tahun Pelajaran 2015/2016 dengan jumlah peserta
didik 20 yang terdiri dari 10 peserta didik laki-laki dan 10 peserta didik
perempuan. Teknik pengumpulan data dengan teknik tes, observasi dan
dokumentasi. Validasi data menggunakan teknik memperpanjang masa observasi,
pengamatan yang terus menerus dan triangulasi. Teknik analisa data diolah
dengan analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa pembelajaran Pendidikan
Agama Islam dengan model Small Group Discussion pada peserta
didik kelas Kelas VII SMP Negeri ..................... Tahun Pelajaran
2015/2016 mampu meningkatkan prestasi belajar peserta didik. Adapun peningkatan
hasil belajar pada prasiklus dengan rata-rata 56,50, meningkat pada siklus
I menjadi 64,50 dan pada siklus terakhir
menjadi 75,00, sedangkan jumlah siswa yang tuntas sebanyak 2 siswa atau 10,00%
dari 20 siswa pada kondisi awal, menjadi 11 siswa atau 55,00% dan 19 siswa atau
95,00% pada siklus terakhir. Penjelasan mengenai peningkatan aktivitas belajar
siswa dari 6 siswa atau 30,00% pada kondisi awal meningkat menjadi 13 siswa
atau 65,00% dan pada siklus terakhir menjadi 20 siswa atau 100%. Hal ini
menunjukkan bahwa, prestasi belajar peserta didik pada mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam di Kelas VII SMP Negeri ..................... Tahun Pelajaran
2015/2016 dapat ditingkatkan melalui model pembelajaran Small Group Discussion karena telah melampaui nilai ketuntasan
secara klasikal yaitu 95,00% di atas KKM (70). Dari hasil di atas maka dapat
disimpulkan bahwa melalui model
pembelajaran Small Group Discussion terbukti dapat meningkatkan proses
pembelajaran, aktivitas belajar
dan prestasi belajar
siswa Kelas VII SMP Negeri ..................... Tahun Pelajaran
2015/2016.
Kata kunci: prestasi, belajar, Small Group Discussion
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdullilah kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan
hidayahNya sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan Penelitian Tindakan Kelas di SDN ..................... dengan
lancar. Laporan
ini dibuat oleh penulis dalam rangka memenuhi pengajuan pada penilaian angka kredit unsur
pengembangan profesi guru untuk kenaikan pangkat dari golongan IVa ke IVb
Terselesaikannya penelitian ini tidak lepas dari bantuan beberapa pihak dan
pada kesempatan ini ijinkan peulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan
yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang baik langsung maupun tidak
langsung telah membantu penyusunan laporan ini, yaitu kepada yang terhormat:
1.
Kepala UPT Dinas Pendidikan Pemuda
dan Olahraga Kecamatan .....................
2.
Pengawas
Sekolah UPT Dinas Pendidikan Pemuda
dan Olahraga Kecamatan .....................
3.
Kepala sekolah yang telah memberikan saran, ijin dan
pertimbangan terhadap pelaksanaan PTK selama kegiatan berlangsung.
4.
Rekan-rekan
guru yang telah bekerjasama dengan baik pada kegiatan Penelitian
Tindakan Kelas ini.
5.
Siswa
dan siswi SDN .....................
khususnya siswa kelas IV yang penulis sayangi dan cintai atas kerjasamanya
dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini.
Dan akhirnya saya
menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan laporan ini banyak kelemahan atau
kekurangan untuk itu, saya berharap kepada pembaca berkenan memberikan saran
dan kritik yang membangun. Untuk itu sebelumnya kami ucapkan terimakasih.
....................., Oktober 2015
Penulis
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan
di bawah ini:
a. Nama Lengkap dan Gelar : .........................
b. NIP : .........................
c. Pangkat / Golongan : Pembina,
IV/a
d. Jabatan :
Guru
e. Instansi :
SMP Negeri .....................
f. Tempat Penelitian : SMP
Negeri .....................
Menyatakan bahwa laporan
penelitian tindakan kelas saya yang berjudul “UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI
BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
MELALUI MODEL PEMBELAJARAN SMALL GROUP
DISCUSSION SISWA KELAS VII SMP NEGERI ..................... TAHUN
PELAJARAN 2015/2016”
ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu, sumber
informasi yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam daftar Pustaka.
Apabila pada kemudian hari
terbukti atau dapat dibuktikan laporan penelitian tindakan kelas ini hasil
jiplakan saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
....................., Oktober 2015
.........................
NIP. .........................
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.......................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................ ii
ABSTRAK.......................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR........................................................................................ iv
SURAT PERNYATAAN
KEASLIAN PENELITIAN.................................... v
DAFTAR ISI....................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL............................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
B.
Identifikasi Masalah .................................................................... 5
C.
Rumusan Masalah ....................................................................... 5
D.
Tujuan Penelitian ......................................................................... 5
E.
Manfaat Penelitian ...................................................................... 6
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori................................................................................. 7
B. Kerangka Pikir Penelitian............................................................ 25
C. Hipotesis Tindakan...................................................................... 26
BAB III METODE PENELITIAN
A.
Setting Penelitian......................................................................... 27
B.
Metode dan Rancangan Penelitian ............................................. 27
C.
Subjek Penelitian.......................................................................... 28
D.
Teknik dan Alat Pengumpulan Data ........................................... 29
E.
Validasi Data............................................................................... 30
F.
Analisis Data................................................................................ 31
G.
Prosedur Penelitian ..................................................................... 32
H.
Indikator dan Kriteria Keberhasilan ........................................... 35
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data............................................................................. 37
B. Hasil Penelitian............................................................................ 46
C. Pembahasan................................................................................. 48
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ..................................................................................... 51
B. Saran ........................................................................................... 51
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
TABEL Halaman
Tabel 3.1 Penilaian Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa........................ 31
Tabel 4.1 Rekapitulasi Nilai Hasil Tes
Formatif Pada Kondisi Awal ......... 38
Tabel 4.2 Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Kondisi Awal 38
Tabel 4.3 Daftar Nilai Hasil Tes Formatif dengan Metode Small Group Discussion Pada Siklus Pertama ....................................................................................................... 41
Tabel 4.4 Rekapitulasi Hasil Observasi Kegiatan Pembelajaran dengan Metode Small Group Discussion Pada Siklus
Pertama ..................................................................... 41
Tabel 4.5 Daftar Nilai Hasil Tes Formatif dengan Metode Small Group Discussion Pada Siklus Kedua ....................................................................................................... 44
Tabel 4.6 Rekapitulasi Hasil Observasi Kegiatan Pembelajaran dengan Metode Small Group Discussion Siklus Kedua ................................................................................. 45
Tabel 4.7 Rekapitulasi Peningkatan Hasil Belajar Siswa dengan Metode Small Group Discussion Pada Kondisi
Awal, Siklus I dan Siklus II............................................. 46
Tabel 4.8 Rekapitulasi Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa pada Pembelajaran Pendidikan
Agama Islamdengan Penerapan Metode Small
Group Discussion pada Kondisi
Awal, Siklus I dan Siklus II.................................................................................................... 47
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Penelitian
Tindakan Kelas......................... 26
Gambar 3.1 Bagan Pelaksanaan PTK (Sirkunti, 2008:55)............................ 28
Gambar 4.1 Diagram Batang Peningkatan Hasil dan Ketuntasan Belajar Siswa Pada Kondisi
Awal, Siklus I dan Siklus II ............................................................................. 47
Gambar 4.2 Diagram Batang Peningkatan Aktivitas Belajar
Siswa pada Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II .............................................................................................. 48
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN
1.
Surat
Ijin Penelitian
2.
Jurnal
Kegiatan Penelitian
3.
a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Siklus I
b.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II
4.
a. Lembar
Kerja Siswa dan Lembar Soal Tes Formatif Siklus I
b. Lembar
Kerja Siswa dan Lembar Soal Tes Formatif Siklus II
c. Lembar
Observasi Aktivitas Siswa
5.
Analisis
Data HasilPenelitian
6.
Contoh
Hasil Pekerjaan Siswa
7.
Daftar
Hadir Siswa
8.
a. Foto
Dokumentasi Kegiatan Pembelajaran Kondisi Awal
b. Foto
Dokumentasi Kegiatan Pembelajaran Siklus I (Pertemuan 1 dan 2)
c. Foto
Dokumentasi Kegiatan Pembelajaran Siklus II (Pertemuan 1 dan 2)
9. Berkas Pelaksanaan Seminar Laporan Hasil
Penelitian Tindakan Kelas
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan
diwujudkan melalui proses belajar mengajar di dalam kelas maupun di luar kelas.
Proses ini berlangsung melalui interaksi antara guru dengan peserta didik dalam
situasi intruksional edukatif. Melalui proses belajar mengajar inilah peserta
didik akan mengalami proses perkembangan ke arah yang lebih baik dan bermakna.
Peserta didik memerlukan suasana proses belajar mengajar yang kondusif dalam
melampaui tahapan-tahapan belajar secara bermakna dan efektif sehingga menjadi
pribadi yang percaya diri, inovatif, dan kreatif. Guru sebagai ujung tombak
dalam pencapaian tujuan pendidikan, perlu memilih strategi pembelajaran yang
efektif dan efisien. Pengelolaan proses pembelajaran yang efektif merupakan
titik awal keberhasilan pembelajaran yang bermuara akan meningkatkan prestasi
belajar siswa.
Terkait
dengan proses pembelajaran, guru memiliki peran sentral berhasil tidaknya suatu
proses pembelajaran, sebab guru dalam posisi ini bertindak sebagai perancang
atau desainer sekaligus pengelola proses pembelajaran sedemikian hingga hasil
dari proses pembelajaran tersebut tercapai. Namun demikian, peran guru dalam
mendesain dan mengelola proses belajar mengajar di kelas seringkali dihadapkan
pada kondisi-kondisi dimana rancangan pembelajaran yang didesainnya tidak berjalan
dengan lancar sesuai harapan.
Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam khususnya di sekolah dasar bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan berkomunikasi dalam Pendidikan Agama Islam dengan baik dan benar,
baik secara lisan maupun tulisan. Secara umum tujuan pengajaran Pendidikan
Agama Islam di SD adalah siswa memiliki disiplin berpikir dan bahasa pasif dan
aktif (berbicara), menyimak dan membaca serta menulis. Selain itu untuk
membantu guru dalam mengembangkan proses belajar mengajar di dalam kelas,
sehingga tujuan pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah untuk menumbuhkan
apresiasi kesustraan masyarakat Indonesia, menggunakannya secara aktif dan
kreatif untuk bermacam-macam tujuan, keperluan, dan keadaan.
Dalam
kurikulum, pembelajaran Pendidikan Agama
Islam diharapkan dapat menerapkan sikap ilmiah siswa dalam penggunaan Pendidikan
Agama Islam baik sebagai bahasa pergaulan sehari hari maupun sebagai alat untuk
mengembangkan IPTEK dan memiliki kesadaran akan melestarikannya sebagai bagian
integral Pendidikan Agama Islam. Pendidikan Agama Islam merupakan ilmu yang
dipelajari dengan memahami, bukan dengan menghafal. Siswa kadang berfikir bahwa
bahasa merupakan ilmu yang harus dilafalkan agar bisa mempelajarinya.
Perbaikan
mutu pendidikan dan pengajaran senantiasa harus tetap diupayakan dan dilaksanakan,
guna meningkatkan kualitas
pembelajaran tersebut. Melalui peningkatan kualitas
pembelajaran, peserta didik akan
semakin meningkat prestasinya,
semakin positif sikapnya, semakin bertambah jenis pengetahuan dan keterampilan
yang dikuasainya, dan semakin mantap pemahaman terhadap materi yang dipelajari,
sehingga prestasi yang dicapaipun akan semakin meningkat.
Dalam
proses belajar mengajar guru mempunyai peranan yang sangat penting dalam
menentukan kualitas pembelajaran yang dilaksanakan, dalam arti guru harus
selalu menciptakan suasana yang kondusif dalam lingkungan pendidikan dan
menjalankan tugasnya dengan semaksimal mungkin demi tercapainya tujuan
pendidikan. Guru memiliki peranan yang sangat sentral, baik sebagai perencana,
pelaksana, maupun evaluator pembelajaran (Mulyasa, 2005:13).
Dalam
kenyataan sehari-hari sering dijumpai sejumlah guru yang menggunakan metode
tertentu yang kurang atau tidak cocok dengan isi dan tujuan pengajaran. Dalam
kehidupan sehari-hari tak jarang juga ditemui sejumlah guru yang mampu
mengaplikasikan secara baik. Hasilnya, tentu saja tidak memadai bahkan mungkin
merugikan semua pihak terutama pihak siswa walaupun kebanyakan dari mereka
tidak menyadari hal ini. Tidak berkembangnya salah satu faktor dalam proses
pembelajaran atau kegiatan belajar mengajar yaitu guru, murid, materi dan
metode pembelajaran sudah barang tentu berpengaruh pada proses pembelajaran
yang dilaksanakan di dalam kelas. Bahkan kondisi tersebut akan berpengaruh pula
pada hasil pembelajaran terutama tampak pada hasil belajar siswa.
Studi
pendahuluan (pra-survey) adalah kegiatan terkini yang mutlak harus dilakukan
untuk mengumpulkan informasi awal penelitian, yaitu prestasi belajar,
mengumpulkan data profil
pembelajaran Pendidikan Agama
Islam yang sedang berlangsung di kelas VII SMP
................. ............... dan kondisi riil subjek yang akan diteliti.
Hal ini dilakukan untuk mengembangkan model atau pendekatan dalam rangka
peningkatan mutu pembelajaran, karena pengembangan sebuah model yang dilakukan
perlu didasari oleh data empirik tentang bagaimana proses belajar mengajar di
kelas.
Berdasarkan
hasil kegiatan studi pendahuluan (pra-survey) yang telah dilakukan oleh
peneliti menunjukkan bahwa hasil belajar Pendidikan Agama Islam siswa kelas VII
SMP ................. ............... masih rendah, khususnya dalam
keterampilan menyimak dan keterampilan berbicara siswa memiliki hambatan yang
cukup signifikan, yaitu permasalahan yang terpusat pada ketidakmampuan siswa
dalam menjelaskan perbedaan antara Nabi dan Rasul. Hal ini dapat dilihat secara
umum nilai yang dapat dicapai oleh siswa belum memuaskan di mana masih banyak
siswa yang mendapatkan nilai di bawah rata-rata Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM). Nilai rata-rata siswa
hanya mencapai 56,50 padahal
nilai rata-rata yang
diharapkan minimal mendapat nilai 70 sesuai
dengan ketuntasan individu yang
diharapkan oleh sekolah (KKM).
Berdasarkan
hasil sebagaimana dijelaskan di atas diperoleh data mengenai kondisi
pembelajaran di kelas VII SMP ................. ................ Sistem pembelajaran yang berlangsung masih
satu arah, dimana guru masih berperan
sebagai orang yang paling tahu dan
sumber segala pengetahuan
bagi peserta didik,
sehingga selama proses pembelajaran
berlangsung keterlibatan peserta
didik dalam pembelajaran masih kurang atau dapat
dikatakan bahwa peserta didik cenderung pasif. Selain itu peserta didik
juga kurang berantusias
dalam mengikuti pembelajaran
yang ditunjukkan dengan masih
sedikitnya peserta didik
yang mengajukan pertanyaan maupun menanggapi pertanyaan yang
diberikan oleh guru. Kondisi pembelajaran Pendidikan Agama Islam seperti di
atas dijadikan sebagai data based dan titik tolak bagi penelitian tindakan
kelas dan pengembangan (classroom research and
development) dalam merancang
sebuah model hipotetik
yang akan diujicobakan dalam
penelitian tindakan kelas ini.
Faktor metode
atau strategi pembelajaran
yang digunakan pendidik
cendrung monoton (selalu menggunakan metode ceramah), kurang variatif,
membosankan, dan kurang menyenangkan, walaupun tidak selamanya metode ceramah
itu jelek. Untuk mengatasi permasalahan tersebut
di atas diperlukan
inovasi pembelajaran, diantaranya dengan menggunakan model-model Small Group Discussion (Ismail, 2009:87). Dengan metode tersebut
diharapkan peserta didik mempunyai peluang untuk mengoptimalkan kemampuan mereka,
dapat memotivasi diri berperan aktif dalam pembelajaran di kelas dan melatih
untuk belajar mandiri yang akhirnya dapat meningkatkan hasil prestasi belajar
mereka.
Berdasarkan
data yang diperoleh, pembelajaran Pendidikan Agama Islam selama ini belum mencapai
keberhasilan yang memuaskan.
Di samping materi yang
terlalu banyak, waktu yang tersedia kurang, serta
metode atau model
pembelajaran yang dipakai guru
dalam menyampaikan materi masih monoton atau didominasi oleh guru semata.
Akibatnya, aktivitas peserta didik dalam pembelajaran selama ini cenderung
pasif, kurang bergairah dalam mengikuti Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). Hasil
akhir dari proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam berupa prestasi belajar
peserta didik belum mencapai standar ketuntasan belajar minimal yang ditetapkan.
B. Identifikasi Masalah
Dari
penjelasan sebagaimana latar belakang permasalahan di atas, maka dapat
diidentifikasi permasalahan-permasalahan yang ada dan menjadi kendala dalam
pelaksanaan kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam materi Pengertian 10
Asmaul Husna peserta didik kelas VII SMP ................. ............... ini
dikarenakan banyak faktor, antara lain:
- Penggunaan metode dan model pembelajaran yang kurang relevan dengan materi pembelajaran yang disampaikan.
- Penjelasan materi terlalu cepat, sehingga kurangnya model dialog yang interaktif, efektif dan kreatif.
- Latar belakang peserta didik yang relatif hiterogen, baik dari segi ekonomi, kemampuan akademik.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang dan identifikasi masalah di
atas maka rumusan masalah dalam pelaksanaan
penelitian tindakan kelas ini adalah:
1. Bagaimana pelaksanaan proses
pembelajaran Pendidikan Agama Islam materi Pengertian 10 Asmaul Husna melalui
penerapan metode Small Group Discussion?
2. Bagaimana peningkatan aktivitas
belajar peserta didik
kelas VII SMP .................
............... pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam materi Pengertian 10
Asmaul Husna melalui penerapan metode Small
Group Discussion?
3. Bagaimana peningkatan prestasi belajar
peserta didik kelas VII
SMP ................. ............... pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam materi
Pengertian 10 Asmaul Husna melalui penerapan metode Small Group Discussion?
D. Tujuan Penelitian
Dari
penjelasan pada rumusan masalah di atas, maka tujuan dari pelaksanaan
penelitian tindakan kelas inia adalah :
a. Untuk mengetahui proses pembelajaran
dengan menerapkan metode Small Group
Discussion pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam materi Pengertian 10
Asmaul Husna di Kelas VII SMP ................. ................
b. Untuk mengetahui peningkatkan aktivitas
belajar Pendidikan Agama Islam materi Pengertian 10 Asmaul Husna di Kelas VII
SMP ................. ............... melalui metode Small Group Discussion.Untuk mengetahui peningkatkan prestasi
belajar Pendidikan Agama Islam materi Pengertian 10 Asmaul Husna di Kelas VII
SMP ................. ............... melalui metode Small Group Discussion.
E. Manfaat Penelitian
Hasil pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini
diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut:
1. Manfaat penelitian:
a. Bagi peserta didik
1) Dapat
meningkatkan prestasi dan
aktivitas belajar dalam
kegiatan belajar mengajar, khususnya pada pelajaran Pendidikan
Agama Islam
2) Dapat mengembangkan kemampuan belajar
secara mandiri
b. Bagi guru
1) Dapat menggunakannya sebagai
solusi tindakan kelas
pada sekolah masing-masing.
2) Dapat meningkatkan prestasi
pembelajaran dan profesionalitas guru
3) Dapat membantu memberikan informasi
peningkatan kemampuan peserta didik kepada seluruh tenaga pendidik.
c. Bagi sekolah
Penelitian
ini dapat memberikan pengalaman pada guru-guru
lain sehingga memperoleh
pengalaman baru, yaitu
penerapan metode pembelajaran
kooperatif tipe SGD (Small Group
Discussion) dalam
meningkatkan prestasi belajar peserta didik.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.
Kajian Teori
1.
Hakikat Prestasi Belajar
a.
Pengertian Prestasi Belajar
Menurut Nana
Sudjana (2004) yang
dikutip Bara Hidayat
(2006: 8) mendefinisikan prestasi
belajar siswa yaitu
kemampuan-kemampuan yang dimiliki
siswa setelah ia
menerima pengalaman belajar.
Pembelajaran yang telah
dilaksanakan pada akhirnya
bertujuan untuk melihat
prestasi belajar siswa.
prestasi belajar ini meliputi
sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Prestasi yang
diperoleh siswa dapat
diukur berdasarkan perbedaan
perilaku sebelum dan
sesudah belajar dilakukan.
Hal ini sejalan
dengan pendapat Nana
Syaodih (2009: 124-125)
yang menyatakan bahwa
“prestasi belajar merupakan
segala perilaku yang
dimiliki siswa sebagai
akibat dari proses
belajar yang berlangsung di sekolah maupun di luar sekolah yang bersifat kognitif,
afektif dan psikomotor yang sengaja
maupun yang tidak disengaja”.
Dalam
sistem pendidikan rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan intruksional, menggunakan
klasifikasi prestasi belajar dari Benjamin Bloom dalam
Nana Sudjana (1989)
yang dikutip oleh
Bara Hidayat (2006:9)
yang secara garis
besar membaginya menjadi
tiga aspek ,
yaitu aspek kognitif,
afektif, dan psikomotor. Berikut penjelasan dari ketiga aspek tersebut :
1)
Aspek kognitif (pengetahuan/ pemahaman)
Dalam Susilana
Rudi (2006) yang
dikutip oleh Bara
Hidayat (2006:9) untuk
aspek kognitif, menyebutkan
6 tingkatan 1)
pengetahuan 2) pemahaman
3) pengertian 4) aplikasi 5)
analisa 6) sintesa, dan 7) evaluasi
2)
Aspek afektif
Prestasi
belajar afektif tampak pada siswa dalam
berbagai tingkah laku seperti
perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan
teman, kebiasaan belajar
dan hubungan sosial.
Ranah afektif ini
terdiri dari lima
aspek yaitu penerimaan,
jawaban, atau reaksi,
penilaian, organisasi, dan
internalisasi nilai atau karakteristik nilai.
3)
Aspek psikomotor
Prestasi belajar
pada aspek psikomotor
berkenaan dengan keterampilan
atau kemampuan bertindak setelah
ia menerima pengalaman belajar tertentu. Terdapat enam
tingkatan kererampilan psikomotor
yaitu gerak reflek,
keterampilan pada gerakan-gerakan dasar,
kemampuan konseptual, keharmonisan
atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, gerakan
ekspresif dan interpretatif. Prestasi belajar
afektif yang baru tampak dalam kecendrungan-kecendrungan untuk
berprilaku.
Menurut
Maehr yang dikutip oleh Nurmala ( dalam Siti Sontini: 2006) tentang prestasi belajar adalah :
1)
Prestasi belajar merupakan tingkah laku yang dapat
diukur dengan menggunakan tes prestasi
belajar.
2)
Prestasi
belajar merupakan hasil
dari perubahan individu
itu sendiri bukan
hasil dari perbuatan orang lain.
3)
Prestasi belajar dapat dievaluasi tinggi rendahnya
berdasarkan kriteria yang telah
ditetapkan oleh penilai
atau menurut standar
yang telah ditetapkan
oleh kelompok
4)
Prestasi belajar merupakan hasil dari kegiatan yang
dilakukan secara sengaja dan disadari.
Inti dari
pendapat Mehr yaitu
bahwa prestasi belajar
merupakan perubahan perilaku
individu yang didasari
dapat diukur berdasarkan
kriteria yang telah
ditetapkan selama proses belajar mengajar berlangsung.
Dari berbagai
pernyataan di atas, dapat
disimpulkan bahwa prestasi
belajar merupakan perubahan
tingkah laku sebagai
akibat dari proses.
Prestasi belajar ini
dapat berupa kemampuan intelektual, sikap maupun keterampilan
psikomotor.
Bloom (Solihin,
2008:55) membagi
prestasi belajar secara
garis besar ke dalam
tiga ranah kognitif,
ranah afektif dan
ranah psikomotorik. Ranah
kognitif ini berkenaan dengan prestasi belajar intelektual yang terdiri
dari 6 aspek yaitu pengetahuan/ingatan, pemahaman/aplikasi, analisis,
sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek yang pertama disebut juga kognitif tingkat
rendah dan aspek berikutnya
termasuk dalam kognitif
tingkat tinggi. Ranah
afektif berkenaan dengan
sikap dan nilai.
Tipe prestasi belajar
afektif ini terlihat
pada siswa dalam
berbagai tingkah laku
seperti perhatiannya terhadap
pelajaran, disiplin, motivasi
belajar, mengahargai guru dan teman,
kebiasaan belajar dan hubungan
sosial. Ranah afektif
ini terdiri dari
lima aspek yaitu
penerimaan, jawaban /
reaksi, penilaian, organisasi
dan internalisasi, nilai/karakteristik nilai.
Ranah psikomotorik berkenaan
dengan prestasi belajar
keterampilan dan kemampuan
bertindak. Prestasi belajar
psikomotor ini terlihat
dalam bentuk keterampilan
/ skill dan
kemampuan bertindak individu.
Ada 6 tingkatan
keterampilan psikomotoris yaitu
: gerak reflek,
keterampilan pada gerakan- gerakan dasar,
kemampuan konseptual. Keharmonisan
/ ketepatan, gerakan
keterampilan kompleks, gerakan ekspresif dan dan interfretatif.
Aspek-aspek tersebut
diatas menunjukkan jika
seseorang telah melakukan
perbuatan belajar, maka
akan terlihat terjadinya
perubahan dalam salah satu atau
beberapa aspek tingkah
laku sebagai prestasi
belajar yang telah dilakukan.
b.
Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
Nana Sudjana
(2000:39) menyatakan bahwa
terdapat banyak faktor
yang mempengaruhi prestasi
belajar, secara garis besar faktor-faktor tersebut,yaitu:
1)
Faktor internal (bersumber dari dalam diri sendiri)
yaitu: sikap, minat, bakat, motifasi,
motif, kesiapan mental dan faktor lainnya yang kesemuanya berasal dari dalam diri sendiri.
2)
Faktor
eksternal (berasal dari
luar diri sendiri),seperti tempat
belajar,sarana belajar, bahan
belajar, personil, kurikulum, metode pengajaran.
3)
Kedua
faktor ini sangat
dominan dan mempengaruhi
terhadap proses dan
prestasi belajar.
M. Surya
(2004:62) mengemukakan
tujuh faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar, ketujuh faktor itu adalah:
1)
karakteristik belajar,
2)
karakteristik Guru
3)
karakteristik kelompok,
4)
interaksi pelajar dengan pengajar,
5)
karakteristik fasilitas,
6)
subject metter
7)
dan faktor lingkungan luar.
Menurut Van
Dallen (dikutip oleh Lunnenburg, 2011:5-8),
ada enam faktor
yang mempengaruhi belajar
siswa yaitu:
1)
Guru,
2)
Kurikulum,
3)
Lingkungan,
4)
Media
5)
Siswa
6)
Dan metode serta model pembelajaran.
Dari berbagai
pernyataan di atas, dapat
disimpulkan bahwa faktor-faktor tersebut saling
mempengaruhi dan berkaitan
sehingga sinergitas antara
faktor-faktor tersebut perlu di bangun menjadi sebuah sistem yang saling
mengisi faktor-faktor tersebut dapat
menunjang atau menghambat
proses belajar mengajar
ataupun dalam pencapaian prestasi belajar.
2.
Hakikat Metode Pembelajaran
Secara etimologi,
istilah metode berasal
dari bahasa Yunani “metodos”. Kata
ini terdiri dari
dua suku kata:
“metha” yang
berarti jalan atau cara.
Metode berarti suatu
jalan yang dilalui
untuk mencapai tujuan, sehingga
dapat dipahami bahwa
metode berarti suatu
cara yang harus dilalui
untuk menyajikan bahan
pelajaran agar tercapai
tujuan pengajaran (Zuhairini dan Abdul Ghofir, 2008: 54.)
Menurut Nana Sudjana (2005:76)
metode pembelajaran adalah, “Metode pembelajaran ialah cara yang dipergunakan
guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya
pengajaran”. Sedangkan M. Sobri Sutikno (2009:88) menyatakan, “Metode
pembelajaran adalah cara-cara menyajikan materi pelajaran yang dilakukan oleh
pendidik agar terjadi proses pembelajaran pada diri siswa dalam upaya untuk
mencapai tujuan”.
Melalui model
pembelajaran guru dapat
membantu peserta didik mendapatkan informasi,
ide, keterampilan, cara
berpikir, dan mengekspresikan
ide. Model pembelajaran berfungsi pula sebagai pedoman bagi para
perancang pembelajaran dan
para guru dalam
merencanakan aktivitas belajar mengajar
Metode pengajaran adalah
cara-cara pelaksanaan dari pada proses pengajaran atau soal bagaimana tekniknya
suatu bahan pelajaran diberikan di Sekolah. Metode mengajar adalah cara yang
digunakan guru dalam mengajarkan satuan atau unit materi pelajaran dengan
memusatkan pada keseluruhan proses atau situasi belajar untuk mencapai tujuan”.
Jadi, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan
praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu guru harus mampu
memilih dan menetapkan metode pembelajaran yang paling efektif dan efisien
sesuai dengan kondisi atau situasinya.
3. Metode Small Group Discussion
a. Pengertian
Metode Small Group Discussion
Metode
berasal dari bahasa Yunani “metha” yang berarti melewati atau melalui dan
“hodos” yang berarti jalan atau cara. Metode berarti jalan atau cara yang harus
ditempuh untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan pembelajaran adalah bahan
pelajaran yang disajikan atau proses penyajian bahan pelajaran (Ismail, 2008:7).
Pembelajaran pada dasarnya merupakan interaksi guru dan peserta didik sehingga
terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Dalam buku Educational Psychology dinyatakan bahwa
learning is an achive process that needs to be stimulated and guided toward
desirable outcomes (Crow and Crow, 1985:225). Metode menurut kamus Besar Pendidikan
Agama Islam adalah pengetahuan tentang tata cara mengerjakan sesuatu atau bahan
(KKBI:2005:673). Metode juga diartikan sekumpulan perangkat tata cara
melaksanakan suatu aktifitas yang bertujuan untuk menjadwal kegiatan tersebut
berdasarkan urutan kejadian dan skala prioritas (Moeslichatun, 2001:43).
Metode
merupakan tata cara untuk melaksanakan suatu aktifitas, sehingga aktifitas
tersebut berjalan sesuai dengan tahapan yang ditentukan, yang pada akhirnya
tujuan dapat tercapai. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa metode
pembelajaran adalah suatu cara atau jalan yang harus dilalui dalam proses
penyajian bahan pelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Small
Group Discussion adalah
proses pembelajaran dengan melakukan diskusi kelompok kecil tujuannya agar
peserta didik memiliki ketrampilan memecahkan masalah terkait materi pokok dan
persoalan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Small Group Discussion juga
berarti proses penglihatan dua atau lebih individu yang berinteraksi secara
global dan saling berhadapan muka mengenai tujuan atau sasaran yang sudah
tertentu melalui tukar menukar informasi, mempertahankan pendapat atau
pemecahan masalah (Ismail, 2008:87-89).
Small
Group Discussion sebagaimana
pembelajaran kelompok lainnya memiliki unsur-unsur yang saling terkait, yakni:
1) Saling ketergantungan positif (positive
interdependence)
Cooperative
learning menghendaki
adanya ketergantungan positif saling membantu dan saling memberikan motivasi
sehingga ada interaksi diantara siswa (Lie, 2005:32).
2) Akuntabilitas individual (individual
accountability)
Small
Group Discussion menuntut
adanya akuntabilitas individual yang mengukur penguasaan bahan belajar tiap
anggota kelompok, dan diberi balikan tentang prestasi belajar anggota
anggotanya sehingga mereka saling mengetahui rekan yang memerlukan bantuan.
Berbeda dengan kelompok tradisional, akuntabilitas individual sering diabaikan
sehingga tugas-tugas sering dikerjakan oleh sebagian anggota. Dalam Small
Group Discussion, siswa harus bertanggungjawab terhadap tugas yang diemban
masing-masing anggota (Abdurrahman, 2003:122).
3) Tatap muka ( face to face
interaction )
Small
Group Discussion menuntut
semua anggota dalam kelompok belajar dapat saling tatap muka sehingga mereka
dapat berdialog tidak hanya dengan guru tapi juga bersama dengan teman.
Interaksi semacam itu memungkinkan anak-anak menjadi sumber belajar bagi
sesamanya. Hal ini diperlukan karena siswa sering merasa lebih mudah belajar
dari sesamanya dari pada dari guru (Abdurrahman, 2003:122).
4) Keterampilan Sosial (Social Skill)
Unsur
ini menghendaki siswa untuk dibekali berbagai ketrampilan sosial seperti
tenggang rasa, sikap sopan kepada teman, mengkritik ide, berani mempertahankan
pikiran logis, tidak mendominasi yang lain, mandiri, dan berbagai sifat lain
yang bermanfaat dalam menjalin hubungan antar pribadi tidak hanya diasumsikan
tetapi secara sengaja diajarkan (Abdurrahman, 2003:113).
5) Proses Kelompok (Group Processing)
Proses
ini terjadi ketika tiap anggota kelompok mengevaluasi sejauh mana mereka
berinteraksi secara efektif untuk mencapai tujuan bersama. Kelompok perlu
membahas perilaku anggota yang kooperatif dan tidak kooperatif serta membuat
keputusan perilaku mana yang harus diubah atau dipertahankan.
b. Tujuan Metode
Small Group
Sebagai
metode belajar, belajar kelompok diskusi atau Small Group Discussion mengandung
tujuan yang ingin dikembangkan. Tujuan diskusi atau Small Group Discussion antara
lain :
1) Agar siswa berbincang-bincang untuk memecahkan masalah
masalah sendiri.
2) Agar siswa
berbincang-bincang mengenai masalah-masalah apa saja yang berhubungan dengan
kehidupan mereka sehari-hari, dengan kehidupan mereka di sekolah, dengan
sesuatu yang terjadi di lingkungan sekitar mereka dan sebagainya.
3) Agar siswa berbincang-bincang mengenai pelajaran di
kelas dengan maksud saling mengoreksi pemahaman yang mereka atas pelajaran yang
diterimanya, agar masing-masing anggota memperoleh pemahaman yang lebih baik (Suryobroto,
1999:180).
Sedangkan
menurut Ismail (2008:89), tujuan penerapan strategi ini adalah agar peserta
didik memiliki keterampilan memecahkan masalah terkait materi pokok dan
persoalan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut
A. Surjadi (1983:47-48), tujuan pembelajaran kelompok adalah untuk menyatakan
pendapat dan memperoleh informasi tentang topik yang menjadi perhatian; belajar
dari anggota kelompoknya.
1) Pemimpin
a) Membantu menentukan topik yang
menarik perhatian
b) Mendorong anggota kelompok
melakukan penelitian mandiri sebelum diskusi dilaksanakan
c) Mempersiapkan ruangan; kursi
ditempatkan di sekeliling meja hingga para anggota saling berhadapan
d) Mempersiapkan pertanyaan sebelum
pertemuan untuk membuka diskusi
e) Menjelaskan masalah, isu atau
topik yang akan didiskusikan
f) Menyarankan/mengajukan tujuan
diskusi
g) Menyodorkan outline tentatif
untuk diikuti kelompok
h) Mempersilakan kelompok bereaksi
kepada outline itu
i) Mempersilakan anggota kelompok
mengajukan pendapat tentang yang didiskusikan itu
j) Menjaga agar diskusi itu tetap
sesuai dengan outline, kecuali apabila mayoritas anggota kelompok menunjukkan
kehendak untuk menyimpang dari outline
k) Mengusahakan agar keikutsertaan
/ partisipasi para anggota merata atau seimbang
l) Menahan diri untuk tidak
berpidato
m) Menyampaikan rangkuman bila
diperlukan selama diskusi berlangsung dab juga pada saat penutupannya
n) Mengusulkan studi lebih lanjut
atau tindakan yang perlu dilakukan
o) Mengevaluasi pengalaman belajar
kelompok.
2) Anggota kelompok
a) Membantu menentukan topik untuk
didiskusikan
b) Mempelajari bahan yang tepat
sebelum diskusi dilaksanakan
c) Membantu merumuskan tujuan dan
prosedur diskusi
d) Memikirkan dalam-dalam tentang
topik yang akan didiskusikan
e) Mendengarkan dengan baik pendapat
anggota lain
f) Menghubungkan pengertian dengan
pengalaman sebelumnya
g) Mengembangkan pendapat atas
pendapat orang / anggota lain
h) Menerima dan mendorong anggota
lain sebagai individu yang berharga
i) Menolong anggota lain untuk
memahami apa yang sedang dibicarakan
j) Memelihara keikutsertaan yang
merata/seimbang bagi setiap anggota
k) Menyumbangkan informasi atau
pendapat yang selaras/berhubungan dengan topik
l) Mengidentifikasi gagasan baru
dan mengintegrasikannya ke dalam pikiran
m) Menerangkan bidang
perhatian/minat yang penting
n) Menentukan bagaimana informasi
itu dimanfaatkan/ dipergunakan atau studi lebih lanjut apa yang perlu dilakukan
o) Membantu mengevaluasi
pengalaman belajar kelompok
Metode Small
Group Discussion Diskusi mungkin tidak efektif untuk menyajikan informasi
baru dimana peserta didik sudah dengan sendirinya termotivasi. Tetapi diskusi
tampaknya sangat cocok ketika guru ingin melakukan hal-hal dibawah ini:
1) Membantu peserta
didik belajar berfikir dari sudut pandang suatu subjek bahasan dengan memberi
mereka praktek berpikir.
2) Membantu peserta
didik mengevaluasi logika serta bukti-bukti bagi posisi dirinya atau posisi
yang lain
3) Memberi
kesempatan pada peserta didik untuk memformulasikan penerapan suatu prinsip.
4) Membantu peserta
didik menyadari akan suatu problem dan menformulasikannya dengan menggunakan
informasi yang diperoleh dari bacaan atau ceramah.
5) Menggunakan
bahan-bahan dari anggota lain dalam kelompoknya
6) Memperoleh
penerimaan bagi informasi atau teori yang mengkomunteri cerita rakyat atau
kepercayaan peserta didik terdahulu
7) Mengembangkan motivasi untuk belajar yang lebih jauh
8) Memperoleh feedback
yang cepat tentang seberapa jauh suatu tujuan tercapai (Zaini,
2008:117-118).
Sistem
pembelajaran yang baik seharusnya dapat membantu siswa mengembangkan diri
secara optimal serta mampu mencapai tujuan-tujuan belajarnya. Meskipun proses
belajar-mengajar tidak dapat sepenuhnya berpusat pada siswa (pupil centered
instruction) seperti pada sistem pendidikan terbuka, tetapi perlu diingat
bahwa pada hakekatnya siswalah yang harus belajar. Dengan demikian, proses
belajar mengajar perlu berorientasi pada kebutuhan dan kemampuan siswa,
misalnya dengan pendekatan “inquiry-discovery learning”.
Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di sini harus dapat memberikan pengalaman
belajar yang menyenangkan dan berguna baginya. Guru perlu memberikan
bermacam-macam situasi belajar yang memadai untuk materi yang disajikan, dan
menyesuaikannya dengan kemampuan dan karakteristik serta gaya belajar siswa.
Sebagai konsekuensi logisnya, guru dituntut harus kaya metodologi mengajar
sekaligus terampil menerapkannya, tidak monoton dan variatif dalam melaksanakan
pembelajaran (Drost, 1999:42).
c. Peran Guru
Dalam Metode Small Group
Sesuai
dengan pengertian mengajar yaitu menciptakan suasana yang mengembangkan
inisiatif dan tanggungjawab belajar peserta didik. Maka sikap guru hendaknya:
1) Buka mau
mendengarkan pendapat peserta didik.
2) Membiasakan
peserta didik untuk mendengarkan bila guru atau peserta didik lain berbicara.
3) Menghargai
perbedaan pendapat.
4) “Mentolelir”
salah dan mendorong untuk memperbaiki.
5) Menumbuhkan
rasa percaya diri peserta didik.
6) Memberi umpan
balik terhadap hasil kerja guru.
7) Tidak terlalu
cepat membantu peserta didik.
8) Tidak kikir
untuk memuji atau menghargai.
9) Tidak
mentertawakan pendapat atau hasil karya peserta didik sekalipun kurang
berkualitas.
10) Mendorong
peserta didik untuk tidak takut salah dan berani menanggung resiko (Sukardi,
2003:12).
Dalam
pengajaran yang dimiliki dalam metode Small Group Discussion, Sudjana,
(1996:32-35) menjelaskan bahwa posisi
dan peran guru harus menempatkan diri sebagai:
1) Pemimpin
belajar, artinya merencanakan, mengorganisasi, melaksanakan dan mengontrol
kegiatan belajar peserta didik
2) Fasilitator
belajar artinya memberikan kemudahan-kemudahan peserta didik dalam melakukan
kegiatan belajarnya misal, menyediakan sumber dan alat belajar, menyediakan
waktu belajar yang cukup, memberi bantuan, menunjukkan jalan keluar pemecahan
masalah, menengahi perdebatan pendapat dan sebagainya.
3) Moderator
belajar artinya sebagai pengatur arus belajar peserta didik, guru menampung
persoalan yang diajukan oleh peserta didik dan mengembalikan lagi persoalan
tersebut kepada di lain, untuk dijawab dan dipecahkan. Jawaban tersebut
dikembalikan kepada penannya atau kepada kelas untuk dinilai benar salahnya.
4) Motivator
belajar sebagai pendorong agar peserta didik mau melakukan kegiatan belajar
5) Evaluator
artinya sebagai penilai yang obyektif dan komprehensif, guru berkewajiban
memantau, mengawasi, proses belajar peserta didik dan hasil belajar yang
dicapainya.
d. Langkah-Langkah
dalam Metode Small Group
Ismail
(2008, 87-88) menjelaskan langkah-langkah penerapan metode Small Group
Discussion diantaranya :
1) Bagi kelas
menjadi beberapa kelompok kecil (maksimal 5 murid) dengan menunjuk ketua dan
sekretaris
2) Berikan soal
studi kasus (yang dipersiapkan oleh guru) sesuai dengan Standar Kompetensi (SK)
& Kompetensi dasar (KD).
3) Instruksikan
setiap kelompok untuk mendiskusikan jawaban soal tersebut
4) Pastikan
setiap anggota berpartisipasi aktif dalam diskusi
5) Instruksikan
setiap kelompok melalui juru bicara yang ditunjuk menyajikan hasil diskusinya
dalam forum kelas
6) Klarifikasi,
penyimpulan dan tindak lanjut (Guru)
e. Kelebihan dan kekurangan metode Small
Group Discussion
Tidak ada
model pembelajaran yang
paling ideal dan sempurna.
Setiap model pembelajaran
mestinya mempunyai kelebihan dan
kekurangan, begitu juga
metode Small Group Discussion ini.
Kelebihan dan kekurangan itu antara lain sebagai berikut:
1)
Sisi
kelebihan
Nasih,
(2009:59) menjelaskan tentang sisi kelebihan dari metode Small Group Discussion yaitu :
a) Suasana belajar mengajar di kelas akan
berkembang.
b) Mendidik peserta didik untuk bersikap
toleran, demokratis, kritis dan berpikir sistematis.
c) Mendidik peserta
didik untuk terampil
dalam menyampaikan ide, gagasan, argumentasi dan membiasakan diri untuk
berpikir logis.
d) Kesimpulan-kesimpulan dari
masalah yang sedang didiskusikan dapat secara mudah
diingat peserta didik, hal itu disebabkan karena peserta didik mengikuti alur
berpikir diskusi.
e) Memberikan pengalaman kepada peserta
didik tentang etika bermusyawarah agar nantinya menjadi bekal mereka ketika
hidup di masyarakat
2)
Sisi
kelemahan
Sedangkan
pada sisi kelemahan metode Small Group Discussion, Isjoni (2010:36)
menjelaskan :
a) Jalannya diskusi seringkali didominasi
oleh peserta didik yang pandai dan
berani, sehingga mengurangi
peluang peserta didik yang lain untuk berpartisipasi.
b) Jalannya diskusi sering dipengaruhi
oleh pembicaraan yang menyimpang
dan topik pembahasan
masalah, sehingga pembahasan
kadang melebar.
c) Diskusi biasanya
lebih banyak menyita
waktu, sehingga tidak sejalan
dengan prinsip efisiensi.
d) Suasana kelas menjadi ramai dan bahkan
gaduh, sehingga terkadang mengganggu kelas yang lain.
Mengingat adanya
kelemahan-kelemahan di atas,
maka guru yang ingin
menggunakan metode diskusi
kelompok ini sebaiknya mempersiapkan
segala sesuatunya dengan
rapi dan sistematis terlebih
dahulu. Dalam hal ini
peran seorang guru sebagai
encourager yang memberi encouragement
(dorongan semangat dan membesarkan hati sangat diperlukan, terutama oleh
peserta didik yang tergolong kurang pintar berbicara atau pendiam.
Dilihat
dari segi kemanfaatannya, metode diskusi
sangat ideal untuk digunakan proses belajar mengajar pada kompetensi dasar
tertentu, akan tetapi ternyata masih banyak guru yang belum menggunakan metode
diskusi, hal itu disebabkan karena: banyak guru
yang belum mengerti
tentang metode diskusi,
belum mengetahui manfaat metode diskusi dan memerlukan waktu yang banyak
padahal jam terbatas dan tidak semua topik dapat dijadikan pokok diskusi. Selama ini masih banyak kelemahan yang dilakukan
oleh guru dalam proses belajar mengajar yang dilaksanakan, diantaranya
penggunaan metode yang tidak tepat, sehingga hasil belajar yang dicapai oleh
peserta didik kurang
maksimal. Melihat realita tersebut, maka
peneliti mencoba untuk
menerapkan strategi PAIKEM, yaitu
metode Small Group Discussion. Dengan
demikian diharapkan dapat meningkatkan
hasil belajar, sehingga
terjadi penguatan terhadap materi
pelajaran yang diberikan
di sekolah/madrasah.
4.
Prestasi Belajar PAI
a. Pengertian Prestasi Belajar PAI
Kegiatan
pembelajaran merupakan inti dari kegiatan pendidikan secara keseluruhan. Dalam
prosesnya, kegiatan ini melibatkan interaksi individu yaitu pengajar di satu
pihak dan peserta dodol dipihak lain. Keduanya berinteraksi dalam satu proses
yang disebut belajar-mengajar (Usman, 2009:4).
Interaksi
dalam proses pembelajaran bermakna interaksi edukatif. Interaksi
edukatif adalah yang secara sadar mempunyai tujuan untuk mendidik. Interaksi
edukatif mempunyai arti yang cukup luas tidak sekedar menyampaikan materi
pelajaran, tetapi juga terjadi proses penanaman sikap dan nilai pada diri
peserta didik. Oleh karena itu dalam
proses pembelajaran tidak hanya terjadi transfer pengetahuan tetapi juga
mengajarkan nilai-nilai luhur dalam kehidupan. Tujuan pembelajaran adalah agar
peserta didik dapat menguasai bahan-bahan belajar sesuai dengan tujuan-tujuan
yang telah ditetapkan. Sekalipun dalam sebuah pembelajaran seorang guru
memberikan informasi yang sama kepada peserta didik, namun hasil pembelajaran
berbeda. Hasil perolehan tersebut dinamakan prestasi belajar. Pengertian
prestasi menurut Suharso dan Retnoningsih (2009:390) adalah ”hasil yang telah
dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya)
Prestasi
dalam pendidikan adalah penilaian tentang perkembangan dan kemajuan peserta
didik yang berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada
mereka dan nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum. Adapun menurut Morgan
(1971:2) ”learning is any relatively permanentchange in behavior which occur
as a result of experience or practice”. Maksudnya belajar adalah perubahan
tingkah laku yang terjadi relatif permanen sebagai hasil dari sebuah pengalaman
atau latihan.
Dari
beberapa definisi di atas, dapat dipahami bahwa prestasi belajar adalah ukuran
atau hasil yang dicapai seseorang setelah mengikuti proses belajar berupa
perubahan tingkah laku secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu
sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan pendidikan agama Islam
lebih dipahami sebagai upaya atau cara mendidik ajaran agama Islam. Pendidikan
agama Islam menurut Abdul Madjid dan Dian Andayani (2004:132) adalah “usaha
sadar yang dilakukan oleh pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik
untuk meyakini, memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam melalui bimbingan,
pengajaran atau pelatihan yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan yang
harus ditetapkan.”
Jadi
yang dimaksud prestasi belajar PAI adalah hasil belajar yang diperoleh setelah
proses pembelajaran PAI selesai. Indikator keberhasilan peserta didik dalam
pembelajaran PAI dapat diketahui dari skor atau nilai ulangan.
b. Dasar-dasar Pelaksanaan Pendidikan
Agama Islam
Pelaksanaan
Pendidikan agama Islam di sekolah mempunyai dasar yang kuat. Dasar tersebut
menurut Abdul Majid dan Dian Andayani (2004:132-133) antara lain :
1)
Dasar
Yuridis/Hukum Dasar pelaksanaan pendidikan agama berasal dari perundang
undangan yang secara tidak langsung dapat menjadi pegangan dalam melaksanakan
pendidikan agama di sekolah secara formal. Dasar yuridis formal tersebut antara
lain:
a)
Dasar
ideal, yaitu dasar falsafah negara pancasila, sila pertama: Ketuhanan Yang Maha
Esa.
b)
Dasar
struktural/konstitusional, yaitu UUD’45 dalam Bab XI pasal 29 ayat 1 dan 2,
yang berbunyi: 1) Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa; 2) Negara
menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan
beribadah menurut agama dan kepercayaannya itu.
2)
Dasar
Religius
Yang
dimaksud dengan dasar religius adalah dasar yang bersumber dari ajaran Islam.
Menurut ajaran Islam pendidikan agama adalah perintah Tuhan dan merupakan
perwujudan ibadah kepada-Nya. Dalam Al-Qur’an terdapat dalam Q.S. Al-Imran:
104.
`ä3tFø9ur öNä3YÏiB ×p¨Bé&
tbqããôt n<Î) Îösø:$# tbrããBù'tur
Å$rã÷èpRùQ$$Î/ tböqyg÷Ztur
Ç`tã
Ìs3YßJø9$# 4
y7Í´¯»s9'ré&ur ãNèd
cqßsÎ=øÿßJø9$# ÇÊÉÍÈ
Artinya : “Dan hendaklah ada di
antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang
ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung”.
3)
Dasar
Psikologis
Psikologis
yaitu dasar yang berhubungan dengan aspek kejiwaan kehidupan bermasyarakat. Hal
ini didasarkan bahwa dalam hidupnya, manusia baik sebagai individu maupun
sebagai anggota masyarakat dihadapkan pada hal-hal yang membuat hatinya tidak
tenang dan tidak tenteram sehingga memerlukan adanya pegangan hidup. Sebagaimana
dikemukakan oleh Zuhairini dkk bahwa:
Semua manusia di dunia ini selalu membutuhkan adanya pegangan hidup yang
disebut agama. Mereka merasakan bahwa dalam jiwanya ada suatu perasaan yang
mengakui adanya Zat yang Maha Kuasa, tempat mereka berlindung dan tempat mereka
memohon pertolongan-Nya.
c. Fungsi Pendidikan Agama Islam
Abdul
Majid dan Dian Andayani (2004:134-135) menjelaskan bahwa kurikulum pendidikan
agama Islam untuk sekolah/madrasah berfungsi sebagai berikut:
1)
Pengembangan,
yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik kepada Allah SWT yang
telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga. Pada dasarnya dan pertama-tama
kewajiban menanamkan keimanan dan ketakwaan dilakukan oleh setiap orang tua
dalam keluarga. Sekolah berfungsi untuk menumbuhkan kembangkan lebih lanjut
dalam diri anak melalui bimbingan, pengajaran dan pelatihan agar keimanan dan
ketakwaan tersebut dapat berkembang secara optimal sesuai dengan tingkat
perkembangannya.
2)
Penanaman
nilai, sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan hidup di dunia dan di
akhirat.
3)
Penyesuaian
mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya baik lingkungan
fisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan
ajaran agama Islam. Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah
lingkungannya sesuai dengan ajaran agama Islam.
4)
Perbaikan,
yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan kekurangan dan
kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pemahaman dan pengalaman
ajaran dalam kehidupan sehari-hari.
5)
Pencegahan,
yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungannya atau dari budaya lain
yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat perkembangannya menuju manusia
Indonesia seutuhnya.
6)
Pengajaran,
tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum (alam nyata dan nir-nyata),
sistem dan fungsionalnya.
7)
Penyaluran,
yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat khusus di bidang agama
Islam agar bakat tersebut dapat berkembang secara optimal sehingga dapat
dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan bagi orang lain.
d. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Abdul
Majid dan Dian Andayani (2004:135) menjelaskan bahwa Pendidikan Agama Islam di
sekolah/madrasah bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui
pemberian dan pemupukan pengetahuan, pengetahuan, penghayatan, pengamalan,
serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia
muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaannya, berbangsa dan
bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pede jenjang pendidikan yang lebih
tinggi.
Menurut
Muhaimin (2004:78) menjelaskan bahwa PAI bertujuan agar siswa memahami,
menghayati, meyakini, dan mengamalkan ajaran Islam sehingga menjadi manusia
muslim yang beriman bertakwa kepada Allah SWT dan berakhlak mulia.
Tujuan
PAI harus mengacu pada penanaman nilai-nilai Islam. Hal ini dilakukan dalam
rangka menuai keberhasilan hidup di dunia yang kemudian akan membuahkan
kebaikan di akhirat. Dalam Penjelasan atas Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 6 ayat
(1) butir a, disebutkan bahwa mata pelajaran agama dan akhlak mulai dimaksudkan
untuk membentuk peserta didik menjadi menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia. Akhlak mulia mencakup etika,
budi pekerti, atau moral sebagai perwujudan dari pendidikan agama (Depag RI,
2006:218). Jadi tujuan Pendidikan Agama Islam adalah untuk membekali peserta
didik dengan nilai-nilai agama supaya dapat diaplikasikan dalam kehidupan
sehari-hari sehingga terbentuk manusia yang berakhlakul karimah.
B. Kerangka Berfikir
Dalam kegiatan
belajar mengajar, semakin
tepat metode yang digunakan, maka
akan semakin efektif dan efisien kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh
guru dan peserta didik yang pada akhirnya akan menunjang dan menghantarkan
keberhasilan belajar peserta didik dan keberhasilan mengajar yang dilakukan
oleh guru.
Seorang guru
adalah salah satu
faktor pendidikan yang mempunyai peranan
penting dan strategis,
sebab gurulah yang paling menentukan keberhasilan dalam
proses belajar mengajar. Sehingga guru memang harus mempunyai kompetensi, ketrampilan
dan wawasan yang luas. Sebagaimana ungkapan Ibnu Syina yang menyatakan, bahwa
sudah sepantasnyalah jika seorang pendidik itu cerdas, agamis,
bermoral, simpatik, kharismatik,
dan pandai membawa diri.
Metode
pembelajaran Small Group Discussion
merupakan alat ekstrinsik dalam kegiatan belajar mengajar yakni sebagai alat
perancang dari luar yang dapat membangkitkan semangat belajar peserta didik.
Namun demikian metode dapat dikatakan baik dan tepat manakala pemilihan dan
penerapannya sesuai dengan situasi pembelajaran. Untuk itu pendidik harus
menyiapkan taktik atau strategi yang dapat diterima oleh peserta didik secara
keseluruhan dengan mudah dan
tidak membosankan. Dengan
kata lain pembelajaran
yang menyenangkan yaitu
ada kepuasan peserta didik, bagaimana peserta didik merasa
senang menerima pelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Berdasarkan
uraian di atas, dapat dipahami betapa pentingnya menggunakan metode yang tepat
untuk mencapai hasil belajar yang maksimal, maka penelitian ini ditulis dengan
konsep Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
untuk memperbaiki dan meningkatkan hasil
belajar dengan menggunakan Small Group Discussion sebagai model
pembelajaran.
Dalam
bentuk diagram, kerangka pikir pelaksanaan penelitian tindakan kelas dengan
menerapkan metode Small Group Discussion sebagaimana dijelaskan di
bawah ini.
Gambar 2.1. Kerangka Berpikir
Penelitian Tindakan Kelas
C. Hipotesis Tindakan
Dari
penjelasan pada kajian teori dan kerangka pikir di atas maka dapat ditentukan
hipotesis dari penelitian ini yaitu pembelajaran dengan
menggunakan metode Small Group
Discussion dapat meningkatkan proses pembelajaran, aktivitas dan prestasi
belajar peserta didik kelas VII SMP ................. ................... pada
pembelajaran Pendidikan Agama Islam materi Pengertian 10 Asmaul Husna.
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan
hasil penelitian dan pembahasan dalam pelaksanaan pembelajaran bahasa Inggris melalui metode Small Group
Discussion pada kelas VII SMP ................. ................... tahun pelajaran 2014/2015 dapat disimpulkan :
1. Pembelajaran dengan menggunakan metode
Small Group Discussion dapat meningkatkan proses pembelajaran.
Hal tersebut dapat dibuktikan dari
perubahan perilaku siswa kelas VII SMP ................. ...................
selama mengikuti proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam melalui metode Small
Group Discussion menunjukkan perubahan sikap ke arah yang lebih positif.
Sikap positif tersebut diantaranya adalah peserta didik menunjukkan sikap
disiplin, aktif, mandiri, berani bertanya dan menjawab, dan merasa nyaman
dengan lingkungan belajarnya sehingga tercipta suasana pembelajaran yang
kondusif dan menyenangkan.
2. Pembelajaran dengan menggunakan metode
Small Group Discussion dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa
pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam materi Pengertian 10 Asmaul Husna pada siswa kelas VII SMP ................. .................... Penjelasan mengenai peningkatan
aktivitas belajar siswa dari 6 siswa atau 30,00% pada kondisi awal meningkat
menjadi 13 siswa atau 65,00% dan pada siklus terakhir menjadi 20 siswa atau
100%.
3. Pembelajaran dengan menggunakan metode
Small Group Discussion dapat meningkatkan prestasi hasil belajar siswa.
Peningkatan hasil belajar pada prasiklus dengan rata-rata kondisi awal sebesar
56,50, meningkat pada siklus I menjadi
64,50 dan pada siklus terakhir menjadi 75,00, sedangkan jumlah siswa yang
tuntas sebanyak 2 siswa atau 10,00% dari 20 siswa pada kondisi awal, menjadi 11
siswa atau 55,00% dan 19 siswa atau 95,00% pada siklus terakhir.
B. Saran
Dengan
selesainya pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dan pembahasan yang
dilakukan pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam melalui metode Small
Group Discussion pada siswa kelas VII SMP ................. ...................,
maka peneliti dengan segala kerendahan hati memberikan beberapa saran,
diantaranya:
1. Bagi peserta didik kelas VII SMP
................. ................... khususnya
dan peserta didik secara umum, agar dalam mempelajari Pendidikan Agama Islam
selalu rajin, tekun dan sabar. Pengalaman pembelajaran dengan metode Small
Group Discussion sangat mempengaruhi peningkatan prestasi dan
aktivitas belajar. Oleh karena itu, tingkatkan praktek dan cara-cara
keterampilan kooperatif dalam pembelajaran selanjutnya
2. Bagi guru, untuk mencapai kualitas Proses
Belajar Mengajar (PBM) yang baik bisa menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe Small Group Discussion, jangan lupa selalu memberikan
motivasi kepada peserta didik dengan memberikan stimulus dan reward berupa
peraihan pahala di sisi Allah, keluhuran derajat baik di dunia maupun di
akhirat, nilai akademik yang tinggi, atau minimal pujian/sanjungan sebagai
bentuk perhatian kepada mereka. Jangan hanya keterbatasan dan kenakalan mereka
saja yang diperhatikan!
3. Kepala sekolah sebagai pemegang
kebijakan, hendaknya mengfasilitasi pendidik atau guru untuk meningkatkan
profesinya dengan sering melakukan penataran ataupun workshop tentang pelaksanaan pembelajaran dan penerapan metode
pembelajaran PAIKEM untuk meningkatkan prestasi mereka dan peserta didik.
Untuk mendapatkan file lengkap, silahkan : klik DOWNLOAD atau hub. (WA) 081327121707 - (WA) 081327789201 terima kasih