Lencana Facebook

banner image

Sunday 2 October 2016

PTK PAI KELAS VII



LAPORAN
PENELITIAN TINDAKAN KELAS



UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI  BELAJAR
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MELALUI MODEL PEMBELAJARAN
 SMALL GROUP DISCUSSION SISWA  KELAS VII
SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI .....................
TAHUN PELAJARAN 2015/2016



Disusun Sebagai Salah Satu Syarat
Kenaikan Pangkat dari Golongan IV/a ke IV/b
Unsur Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan





Oleh

.........................
NIP. .........................






UPT DISDIKPORA KECAMATAN .....................
KABUPATEN .....................
SMP NEGERI .....................
Jl. Raya ..................... Kecamatan ..................... Kabupaten .....................
2015

HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS


1.   a.   Judul Penelitian                    :  UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI  BELAJAR  PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MATERI ASMAUL HUSNA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN SMALL GROUP DISCUSSION SISWA  KELAS VII  SMP NEGERI ..................... TAHUN PELAJARAN 2015/2016
      b.   Bidang Ilmu                         : Pendidikan Agama Islam
      c.   Kategori Penelitian              :  Strategi  Pembelajaran
      d.   Jenis Penelitian                     : Penelitian Tindakan Kelas
2.   Ketua Peneliti
      a.   Nama Lengkap dan Gelar    : .........................
      b.   NIP                                      :  .........................
      c.   Pangkat / Golongan             : Pembina, IV/a
      d.   Jabatan                                 : Guru
      e.   Instansi                                 : SMP Negeri .....................
      f.    Tempat Penelitian                :  SMP Negeri .....................
3.   Lama Penelitian                         : 3 bulan (Bulan Agustus 2015 sampai dengan Bulan Oktober 2015)
4.   Sumber Biaya                             : Swadaya


                      Mengesahkan                             .....................,       Oktober  2015
                  Pengawas Sekolah                                       Kepala Sekolah




                    ………………..                                     ……………………
               NIP. …………………                               NIP. ………………


UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI  BELAJAR
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MELALUI MODEL PEMBELAJARAN
 SMALL GROUP DISCUSSION SISWA  KELAS VII
SMP NEGERI ..................... TAHUN PELAJARAN 2015/2016


ABSTRAK


Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan aktivitas dan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam setelah diterapkannya model pembelajaran Small Group Discussion pada peserta didik Kelas VII SMP Negeri ..................... Tahun Pelajaran 2015/2016. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK) atau classroom action research (CAR), yaitu: penelitian praktis yang dilaksanakan untuk memecahkan masalah faktual yang dihadapi guru sebagai suatu pencermatan terhadap kegiatan pengelolaan pembelajaran yang diterapkan pada peserta didik Kelas VII SMP Negeri ..................... Tahun Pelajaran 2015/2016 dengan jumlah peserta didik 20 yang terdiri dari 10 peserta didik laki-laki dan 10 peserta didik perempuan. Teknik pengumpulan data dengan teknik tes, observasi dan dokumentasi. Validasi data menggunakan teknik memperpanjang masa observasi, pengamatan yang terus menerus dan triangulasi. Teknik analisa data diolah dengan analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa pembelajaran Pendidikan Agama Islam  dengan model Small Group Discussion pada peserta didik kelas Kelas VII SMP Negeri ..................... Tahun Pelajaran 2015/2016 mampu meningkatkan prestasi belajar peserta didik. Adapun peningkatan hasil belajar pada prasiklus dengan rata-rata 56,50, meningkat pada siklus I  menjadi 64,50 dan pada siklus terakhir menjadi 75,00, sedangkan jumlah siswa yang tuntas sebanyak 2 siswa atau 10,00% dari 20 siswa pada kondisi awal, menjadi 11 siswa atau 55,00% dan 19 siswa atau 95,00% pada siklus terakhir. Penjelasan mengenai peningkatan aktivitas belajar siswa dari 6 siswa atau 30,00% pada kondisi awal meningkat menjadi 13 siswa atau 65,00% dan pada siklus terakhir menjadi 20 siswa atau 100%. Hal ini menunjukkan bahwa, prestasi belajar peserta didik pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di Kelas VII SMP Negeri ..................... Tahun Pelajaran 2015/2016 dapat ditingkatkan melalui model pembelajaran Small Group Discussion karena telah melampaui nilai ketuntasan secara klasikal yaitu 95,00% di atas KKM (70). Dari hasil di atas maka dapat disimpulkan bahwa  melalui model pembelajaran Small Group Discussion  terbukti dapat meningkatkan proses pembelajaran, aktivitas belajar   dan   prestasi  belajar  siswa Kelas VII SMP Negeri ..................... Tahun Pelajaran 2015/2016.

Kata kunci: prestasi, belajar, Small Group Discussion



KATA PENGANTAR



Syukur Alhamdullilah kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis  dapat menyelesaikan laporan Penelitian Tindakan Kelas di  SDN ..................... dengan lancar. Laporan ini dibuat oleh penulis dalam rangka memenuhi pengajuan  pada penilaian angka kredit unsur pengembangan profesi guru untuk kenaikan pangkat dari golongan IVa ke IVb
Terselesaikannya penelitian ini tidak lepas dari bantuan beberapa pihak dan pada kesempatan ini ijinkan peulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang baik langsung maupun tidak langsung telah membantu penyusunan laporan ini, yaitu kepada yang terhormat:
1.      Kepala UPT Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kecamatan .....................
2.      Pengawas Sekolah UPT Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kecamatan .....................
3.      Kepala sekolah yang telah memberikan saran, ijin dan pertimbangan terhadap pelaksanaan PTK selama kegiatan berlangsung.
4.      Rekan-rekan guru yang telah  bekerjasama dengan baik pada kegiatan Penelitian Tindakan Kelas  ini.
5.      Siswa dan siswi SDN ..................... khususnya siswa kelas IV yang penulis sayangi dan cintai atas kerjasamanya dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini.
Dan akhirnya saya menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan laporan ini banyak kelemahan atau kekurangan untuk itu, saya berharap kepada pembaca berkenan memberikan saran dan kritik yang membangun. Untuk itu sebelumnya kami ucapkan terimakasih.
                                                                              .....................,     Oktober 2015

                                                                                                Penulis


SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

a.  Nama Lengkap dan Gelar           : .........................
b. NIP                                              :  .........................
c.  Pangkat / Golongan                     : Pembina, IV/a
d.  Jabatan                                        : Guru
e.  Instansi                                        : SMP Negeri .....................
f. Tempat Penelitian                        :  SMP Negeri .....................

Menyatakan bahwa laporan penelitian tindakan kelas saya yang berjudul “UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI  BELAJAR  PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MELALUI MODEL PEMBELAJARAN SMALL GROUP DISCUSSION SISWA  KELAS VII  SMP NEGERI ..................... TAHUN PELAJARAN 2015/2016” ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar Pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan laporan penelitian tindakan kelas ini hasil jiplakan saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.

.....................,     Oktober 2015




.........................
NIP. .........................






DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL..........................................................................................      i
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................     ii
ABSTRAK..........................................................................................................    iii
KATA PENGANTAR........................................................................................    iv
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN....................................     v
DAFTAR ISI.......................................................................................................    vi
DAFTAR TABEL...............................................................................................   vii
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................    ix

BAB    I     PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang Masalah ..............................................................     1
B.  Identifikasi Masalah ....................................................................     5
C.  Rumusan Masalah .......................................................................     5
D.  Tujuan Penelitian .........................................................................     5
E.   Manfaat Penelitian ......................................................................     6
BAB    II   LANDASAN TEORI
A.  Kajian Teori.................................................................................     7
B.  Kerangka Pikir Penelitian............................................................   25
C.  Hipotesis Tindakan......................................................................   26
BAB    III METODE PENELITIAN         
A.  Setting Penelitian.........................................................................   27
B.  Metode dan Rancangan Penelitian .............................................   27
C.  Subjek Penelitian..........................................................................   28
D.  Teknik dan Alat Pengumpulan Data ...........................................   29
E.   Validasi Data...............................................................................   30
F.   Analisis Data................................................................................   31
G.  Prosedur Penelitian .....................................................................   32
H.  Indikator dan Kriteria Keberhasilan ...........................................   35
BAB    IV  HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.  Deskripsi Data.............................................................................   37
B.  Hasil Penelitian............................................................................   46
C.  Pembahasan.................................................................................   48
BAB    V   SIMPULAN DAN SARAN                  
A.  Simpulan .....................................................................................   51
B.  Saran ...........................................................................................   51

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN


DAFTAR TABEL

TABEL                                                                                                       Halaman

Tabel   3.1 Penilaian Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa........................      31
Tabel   4.1 Rekapitulasi  Nilai Hasil Tes Formatif Pada Kondisi Awal .........      38
Tabel   4.2 Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Kondisi Awal                     38
Tabel   4.3 Daftar Nilai Hasil Tes Formatif dengan Metode Small Group Discussion Pada Siklus Pertama  .......................................................................................................      41
Tabel   4.4 Rekapitulasi Hasil Observasi Kegiatan Pembelajaran dengan Metode Small Group Discussion Pada Siklus Pertama .....................................................................      41
Tabel   4.5 Daftar Nilai Hasil Tes Formatif dengan Metode Small Group Discussion Pada Siklus Kedua  ....................................................................................................... 44
Tabel   4.6 Rekapitulasi Hasil Observasi Kegiatan Pembelajaran dengan Metode Small Group Discussion Siklus Kedua .................................................................................      45
Tabel   4.7  Rekapitulasi Peningkatan Hasil Belajar Siswa dengan Metode Small Group Discussion Pada Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II.............................................      46
Tabel   4.8 Rekapitulasi Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa pada Pembelajaran Pendidikan Agama Islamdengan Penerapan Metode Small  Group  Discussion pada Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II....................................................................................................      47










DAFTAR GAMBAR

GAMBAR                                                                                                  Halaman

Gambar    2.1  Kerangka Berpikir  Penelitian Tindakan Kelas.........................      26
Gambar    3.1 Bagan Pelaksanaan PTK (Sirkunti, 2008:55)............................      28
Gambar    4.1 Diagram Batang Peningkatan Hasil  dan Ketuntasan Belajar Siswa Pada Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II .............................................................................      47
Gambar    4.2 Diagram Batang Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa pada Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II ..............................................................................................      48















DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN                                                                                                             

1.        Surat Ijin Penelitian
2.        Jurnal Kegiatan Penelitian
3.        a.  Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I
4.        a.  Lembar Kerja Siswa dan Lembar Soal Tes Formatif Siklus I
b.  Lembar Kerja Siswa dan Lembar Soal Tes Formatif Siklus II
c. Lembar Observasi Aktivitas  Siswa
5.        Analisis Data HasilPenelitian
6.        Contoh Hasil Pekerjaan Siswa
7.        Daftar Hadir Siswa
8.        a.  Foto Dokumentasi Kegiatan Pembelajaran Kondisi Awal
b.  Foto Dokumentasi Kegiatan Pembelajaran Siklus I (Pertemuan 1 dan 2)
c.  Foto Dokumentasi Kegiatan Pembelajaran Siklus II (Pertemuan 1 dan 2)
9.    Berkas Pelaksanaan Seminar Laporan Hasil Penelitian Tindakan Kelas



BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Pendidikan diwujudkan melalui proses belajar mengajar di dalam kelas maupun di luar kelas. Proses ini berlangsung melalui interaksi antara guru dengan peserta didik dalam situasi intruksional edukatif. Melalui proses belajar mengajar inilah peserta didik akan mengalami proses perkembangan ke arah yang lebih baik dan bermakna. Peserta didik memerlukan suasana proses belajar mengajar yang kondusif dalam melampaui tahapan-tahapan belajar secara bermakna dan efektif sehingga menjadi pribadi yang percaya diri, inovatif, dan kreatif. Guru sebagai ujung tombak dalam pencapaian tujuan pendidikan, perlu memilih strategi pembelajaran yang efektif dan efisien. Pengelolaan proses pembelajaran yang efektif merupakan titik awal keberhasilan pembelajaran yang bermuara akan meningkatkan prestasi belajar siswa.
Terkait dengan proses pembelajaran, guru memiliki peran sentral berhasil tidaknya suatu proses pembelajaran, sebab guru dalam posisi ini bertindak sebagai perancang atau desainer sekaligus pengelola proses pembelajaran sedemikian hingga hasil dari proses pembelajaran tersebut tercapai. Namun demikian, peran guru dalam mendesain dan mengelola proses belajar mengajar di kelas seringkali dihadapkan pada kondisi-kondisi dimana rancangan pembelajaran yang didesainnya tidak berjalan dengan lancar sesuai harapan.
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam khususnya di sekolah dasar bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi dalam Pendidikan Agama Islam dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulisan. Secara umum tujuan pengajaran Pendidikan Agama Islam di SD adalah siswa memiliki disiplin berpikir dan bahasa pasif dan aktif (berbicara), menyimak dan membaca serta menulis. Selain itu untuk membantu guru dalam mengembangkan proses belajar mengajar di dalam kelas, sehingga tujuan pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah untuk menumbuhkan apresiasi kesustraan masyarakat Indonesia, menggunakannya secara aktif dan kreatif untuk bermacam-macam tujuan, keperluan, dan keadaan.
Dalam kurikulum,  pembelajaran Pendidikan Agama Islam diharapkan dapat menerapkan sikap ilmiah siswa dalam penggunaan Pendidikan Agama Islam baik sebagai bahasa pergaulan sehari hari maupun sebagai alat untuk mengembangkan IPTEK dan memiliki kesadaran akan melestarikannya sebagai bagian integral Pendidikan Agama Islam. Pendidikan Agama Islam merupakan ilmu yang dipelajari dengan memahami, bukan dengan menghafal. Siswa kadang berfikir bahwa bahasa merupakan ilmu yang harus dilafalkan agar bisa mempelajarinya.
Perbaikan mutu pendidikan dan pengajaran senantiasa harus tetap diupayakan dan  dilaksanakan,  guna  meningkatkan  kualitas  pembelajaran  tersebut.  Melalui peningkatan  kualitas  pembelajaran, peserta  didik  akan  semakin  meningkat prestasinya, semakin positif sikapnya, semakin bertambah jenis pengetahuan dan keterampilan yang dikuasainya, dan semakin mantap pemahaman terhadap materi yang dipelajari, sehingga prestasi yang dicapaipun akan semakin meningkat.
Dalam proses belajar mengajar guru mempunyai peranan yang sangat penting dalam menentukan kualitas pembelajaran yang dilaksanakan, dalam arti guru harus selalu menciptakan suasana yang kondusif dalam lingkungan pendidikan dan menjalankan tugasnya dengan semaksimal mungkin demi tercapainya tujuan pendidikan. Guru memiliki peranan yang sangat sentral, baik sebagai perencana, pelaksana, maupun evaluator pembelajaran (Mulyasa, 2005:13).
Dalam kenyataan sehari-hari sering dijumpai sejumlah guru yang menggunakan metode tertentu yang kurang atau tidak cocok dengan isi dan tujuan pengajaran. Dalam kehidupan sehari-hari tak jarang juga ditemui sejumlah guru yang mampu mengaplikasikan secara baik. Hasilnya, tentu saja tidak memadai bahkan mungkin merugikan semua pihak terutama pihak siswa walaupun kebanyakan dari mereka tidak menyadari hal ini. Tidak berkembangnya salah satu faktor dalam proses pembelajaran atau kegiatan belajar mengajar yaitu guru, murid, materi dan metode pembelajaran sudah barang tentu berpengaruh pada proses pembelajaran yang dilaksanakan di dalam kelas. Bahkan kondisi tersebut akan berpengaruh pula pada hasil pembelajaran terutama tampak pada hasil belajar siswa.
Studi pendahuluan  (pra-survey) adalah kegiatan terkini yang mutlak harus dilakukan untuk mengumpulkan informasi awal penelitian, yaitu prestasi belajar, mengumpulkan  data  profil  pembelajaran  Pendidikan Agama Islam  yang  sedang berlangsung di kelas VII SMP ................. ............... dan kondisi riil subjek yang akan diteliti. Hal ini dilakukan untuk mengembangkan model atau pendekatan dalam rangka peningkatan mutu pembelajaran, karena pengembangan sebuah model yang dilakukan perlu didasari oleh data empirik tentang bagaimana proses belajar mengajar di kelas.
Berdasarkan hasil kegiatan studi pendahuluan  (pra-survey) yang telah dilakukan oleh peneliti menunjukkan bahwa hasil belajar Pendidikan Agama Islam siswa kelas VII SMP ................. ............... masih rendah, khususnya dalam keterampilan menyimak dan keterampilan berbicara siswa memiliki hambatan yang cukup signifikan, yaitu permasalahan yang terpusat pada ketidakmampuan siswa dalam menjelaskan perbedaan antara Nabi dan Rasul. Hal ini dapat dilihat secara umum nilai yang dapat dicapai oleh siswa belum memuaskan di mana masih banyak siswa yang mendapatkan nilai di bawah rata-rata Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Nilai  rata-rata  siswa  hanya  mencapai 56,50  padahal  nilai  rata-rata  yang  diharapkan  minimal  mendapat nilai 70  sesuai  dengan  ketuntasan individu yang diharapkan oleh sekolah (KKM).
Berdasarkan hasil sebagaimana dijelaskan di atas diperoleh data mengenai kondisi pembelajaran di kelas VII SMP ................. ................  Sistem pembelajaran yang berlangsung masih satu arah,   dimana guru masih berperan sebagai orang yang paling  tahu  dan  sumber  segala  pengetahuan  bagi  peserta  didik,  sehingga  selama proses  pembelajaran  berlangsung  keterlibatan  peserta  didik  dalam  pembelajaran masih kurang atau dapat dikatakan bahwa peserta didik cenderung pasif. Selain itu peserta  didik  juga  kurang  berantusias  dalam  mengikuti  pembelajaran   yang ditunjukkan  dengan  masih  sedikitnya  peserta  didik  yang  mengajukan  pertanyaan maupun menanggapi pertanyaan yang diberikan oleh guru. Kondisi pembelajaran Pendidikan Agama Islam seperti di atas dijadikan sebagai data based dan titik tolak bagi penelitian tindakan kelas dan pengembangan  (classroom research  and  development)  dalam  merancang  sebuah  model  hipotetik  yang  akan diujicobakan dalam penelitian tindakan kelas ini.
Faktor  metode  atau  strategi  pembelajaran  yang  digunakan  pendidik  cendrung monoton (selalu menggunakan metode ceramah), kurang variatif, membosankan, dan kurang menyenangkan, walaupun tidak selamanya metode ceramah itu jelek. Untuk   mengatasi   permasalahan   tersebut   di   atas   diperlukan   inovasi pembelajaran, diantaranya dengan menggunakan   model-model Small Group Discussion (Ismail, 2009:87). Dengan metode tersebut diharapkan peserta didik mempunyai peluang untuk mengoptimalkan kemampuan mereka, dapat memotivasi diri berperan aktif dalam pembelajaran di kelas dan melatih untuk belajar mandiri yang akhirnya dapat meningkatkan hasil prestasi belajar mereka.
Berdasarkan data yang diperoleh, pembelajaran Pendidikan Agama Islam selama ini belum  mencapai  keberhasilan  yang  memuaskan.  Di samping  materi  yang  terlalu banyak,  waktu  yang tersedia kurang,  serta  metode  atau  model  pembelajaran  yang dipakai guru dalam menyampaikan materi masih monoton atau didominasi oleh guru semata. Akibatnya, aktivitas peserta didik dalam pembelajaran selama ini cenderung pasif, kurang bergairah dalam mengikuti Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). Hasil akhir dari proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam berupa prestasi belajar peserta didik belum mencapai standar ketuntasan belajar minimal yang ditetapkan.
B.  Identifikasi Masalah
Dari penjelasan sebagaimana latar belakang permasalahan di atas, maka dapat diidentifikasi permasalahan-permasalahan yang ada dan menjadi kendala dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam materi Pengertian 10 Asmaul Husna peserta didik kelas VII SMP ................. ............... ini dikarenakan banyak faktor, antara lain:
  1. Penggunaan metode dan model pembelajaran yang kurang relevan dengan materi pembelajaran yang disampaikan.
  2. Penjelasan materi terlalu cepat, sehingga kurangnya model dialog yang interaktif, efektif dan kreatif.
  3. Latar belakang peserta didik yang relatif hiterogen, baik dari segi ekonomi, kemampuan akademik.
C.  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar  belakang dan identifikasi masalah  di  atas  maka rumusan masalah dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini adalah:
1.    Bagaimana pelaksanaan proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam materi Pengertian 10 Asmaul Husna melalui penerapan metode Small Group Discussion?
2.    Bagaimana peningkatan aktivitas belajar  peserta  didik  kelas  VII SMP ................. ............... pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam materi Pengertian 10 Asmaul Husna melalui penerapan metode Small Group Discussion?
3.    Bagaimana peningkatan prestasi  belajar  peserta  didik  kelas  VII SMP ................. ............... pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam materi Pengertian 10 Asmaul Husna melalui penerapan metode Small Group Discussion?
D.  Tujuan Penelitian
Dari penjelasan pada rumusan masalah di atas, maka tujuan dari pelaksanaan penelitian tindakan kelas inia adalah :
a.    Untuk mengetahui proses pembelajaran dengan menerapkan metode Small Group Discussion pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam materi Pengertian 10 Asmaul Husna di Kelas VII SMP ................. ................
b.    Untuk mengetahui peningkatkan aktivitas belajar Pendidikan Agama Islam materi Pengertian 10 Asmaul Husna di Kelas VII SMP ................. ............... melalui metode Small Group Discussion.Untuk mengetahui peningkatkan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam materi Pengertian 10 Asmaul Husna di Kelas VII SMP ................. ............... melalui metode Small Group Discussion.
E.  Manfaat Penelitian
Hasil  pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut:
1.    Manfaat penelitian:
a.    Bagi peserta didik
1)   Dapat  meningkatkan  prestasi dan aktivitas  belajar  dalam  kegiatan  belajar  mengajar, khususnya pada pelajaran Pendidikan Agama Islam
2)   Dapat mengembangkan kemampuan belajar secara mandiri
b.    Bagi guru
1)   Dapat    menggunakannya    sebagai    solusi    tindakan    kelas    pada sekolah masing-masing.
2)   Dapat meningkatkan prestasi pembelajaran dan profesionalitas guru
3)   Dapat membantu memberikan informasi peningkatan kemampuan peserta didik kepada seluruh tenaga pendidik.
c.    Bagi sekolah
Penelitian ini dapat memberikan pengalaman  pada  guru-guru  lain sehingga memperoleh   pengalaman   baru,   yaitu   penerapan   metode pembelajaran kooperatif  tipe SGD (Small Group   Discussion)  dalam meningkatkan prestasi belajar peserta didik.




BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.      Kajian Teori
1.      Hakikat Prestasi Belajar 
a.       Pengertian Prestasi Belajar
Menurut  Nana  Sudjana  (2004)  yang  dikutip  Bara  Hidayat  (2006:  8)  mendefinisikan  prestasi  belajar  siswa  yaitu  kemampuan-kemampuan  yang  dimiliki  siswa  setelah  ia  menerima  pengalaman  belajar.  Pembelajaran  yang  telah  dilaksanakan  pada  akhirnya  bertujuan  untuk  melihat  prestasi  belajar  siswa.  prestasi  belajar ini meliputi sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Prestasi  yang  diperoleh  siswa  dapat  diukur  berdasarkan  perbedaan  perilaku  sebelum  dan  sesudah  belajar  dilakukan.  Hal  ini  sejalan  dengan  pendapat  Nana  Syaodih  (2009:  124-125)  yang  menyatakan  bahwa  “prestasi  belajar  merupakan  segala  perilaku  yang  dimiliki  siswa  sebagai  akibat  dari  proses  belajar  yang  berlangsung di sekolah maupun  di luar sekolah yang bersifat kognitif, afektif dan  psikomotor yang sengaja maupun yang tidak disengaja”.
Dalam sistem pendidikan rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler  maupun tujuan intruksional, menggunakan klasifikasi prestasi belajar dari Benjamin Bloom  dalam  Nana  Sudjana  (1989)  yang  dikutip  oleh  Bara  Hidayat  (2006:9)  yang  secara  garis  besar  membaginya  menjadi  tiga  aspek  ,  yaitu  aspek  kognitif,  afektif, dan psikomotor. Berikut penjelasan dari ketiga aspek tersebut :
1)      Aspek kognitif (pengetahuan/ pemahaman)
Dalam  Susilana  Rudi  (2006)  yang  dikutip  oleh  Bara  Hidayat  (2006:9)  untuk  aspek  kognitif,  menyebutkan  6  tingkatan  1)  pengetahuan    2)  pemahaman  3)  pengertian 4) aplikasi 5) analisa 6) sintesa, dan 7) evaluasi 
2)      Aspek afektif
Prestasi belajar  afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti  perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai  guru dan  teman,  kebiasaan  belajar  dan  hubungan  sosial.  Ranah  afektif  ini  terdiri  dari  lima  aspek  yaitu  penerimaan,  jawaban,  atau  reaksi,  penilaian,  organisasi,  dan  internalisasi nilai atau karakteristik nilai.  
3)      Aspek psikomotor
Prestasi  belajar  pada  aspek  psikomotor  berkenaan  dengan  keterampilan  atau   kemampuan bertindak setelah ia menerima pengalaman belajar tertentu. Terdapat   enam  tingkatan  kererampilan  psikomotor  yaitu  gerak  reflek,  keterampilan  pada  gerakan-gerakan  dasar,  kemampuan  konseptual,  keharmonisan  atau  ketepatan,  gerakan keterampilan kompleks, gerakan ekspresif dan interpretatif. Prestasi belajar  afektif yang baru tampak dalam kecendrungan-kecendrungan untuk berprilaku.    
Menurut Maehr yang dikutip oleh Nurmala ( dalam Siti Sontini: 2006) tentang prestasi belajar adalah :
1)      Prestasi belajar merupakan tingkah laku yang dapat diukur dengan menggunakan  tes prestasi belajar.
2)      Prestasi  belajar  merupakan  hasil  dari  perubahan  individu  itu  sendiri  bukan  hasil  dari perbuatan orang lain.
3)      Prestasi belajar dapat dievaluasi tinggi rendahnya berdasarkan kriteria yang telah  ditetapkan  oleh  penilai  atau  menurut  standar  yang  telah  ditetapkan  oleh  kelompok
4)      Prestasi belajar merupakan hasil dari kegiatan yang dilakukan secara sengaja dan  disadari.
Inti  dari  pendapat  Mehr  yaitu  bahwa  prestasi  belajar  merupakan  perubahan  perilaku  individu  yang  didasari  dapat  diukur  berdasarkan  kriteria  yang  telah  ditetapkan selama proses belajar mengajar berlangsung.
Dari  berbagai  pernyataan  di atas,  dapat  disimpulkan  bahwa  prestasi  belajar  merupakan  perubahan  tingkah  laku  sebagai  akibat  dari  proses.  Prestasi  belajar  ini  dapat berupa kemampuan intelektual, sikap maupun keterampilan psikomotor.  
Bloom  (Solihin,  2008:55)  membagi  prestasi  belajar  secara  garis  besar  ke dalam  tiga  ranah  kognitif,  ranah  afektif  dan  ranah  psikomotorik.  Ranah  kognitif ini berkenaan dengan prestasi belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek  yaitu  pengetahuan/ingatan,  pemahaman/aplikasi,  analisis,  sintesis,  dan  evaluasi. Kedua aspek  yang pertama disebut juga kognitif tingkat rendah dan  aspek  berikutnya  termasuk  dalam  kognitif  tingkat  tinggi.  Ranah  afektif  berkenaan  dengan  sikap  dan  nilai.  Tipe  prestasi  belajar  afektif  ini  terlihat  pada  siswa  dalam  berbagai  tingkah  laku  seperti  perhatiannya  terhadap  pelajaran,  disiplin, motivasi belajar, mengahargai  guru dan teman, kebiasaan belajar  dan  hubungan  sosial.  Ranah  afektif  ini  terdiri  dari  lima  aspek  yaitu  penerimaan,  jawaban  /  reaksi,  penilaian,  organisasi  dan  internalisasi,  nilai/karakteristik  nilai.  Ranah  psikomotorik  berkenaan  dengan  prestasi  belajar  keterampilan  dan  kemampuan  bertindak.  Prestasi  belajar  psikomotor  ini  terlihat  dalam  bentuk  keterampilan  /  skill  dan  kemampuan  bertindak  individu.  Ada  6  tingkatan  keterampilan  psikomotoris  yaitu  :  gerak  reflek,  keterampilan  pada  gerakan- gerakan  dasar,  kemampuan  konseptual.  Keharmonisan  /  ketepatan,  gerakan  keterampilan kompleks, gerakan ekspresif dan dan interfretatif.
Aspek-aspek  tersebut  diatas  menunjukkan  jika  seseorang  telah  melakukan  perbuatan  belajar,  maka  akan  terlihat  terjadinya  perubahan  dalam salah  satu  atau  beberapa  aspek  tingkah  laku  sebagai  prestasi  belajar  yang  telah dilakukan.
b.      Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
Nana  Sudjana  (2000:39)  menyatakan  bahwa  terdapat  banyak  faktor  yang  mempengaruhi prestasi belajar, secara garis besar faktor-faktor tersebut,yaitu:
1)      Faktor internal (bersumber dari dalam diri sendiri) yaitu: sikap, minat, bakat,  motifasi, motif, kesiapan mental dan faktor lainnya yang kesemuanya berasal  dari dalam diri sendiri.
2)      Faktor  eksternal  (berasal  dari  luar  diri  sendiri),seperti  tempat  belajar,sarana  belajar, bahan belajar, personil, kurikulum, metode pengajaran.
3)      Kedua  faktor  ini  sangat  dominan  dan  mempengaruhi  terhadap  proses  dan  prestasi belajar.
M.  Surya  (2004:62)  mengemukakan  tujuh  faktor  yang  mempengaruhi  prestasi  belajar, ketujuh faktor itu adalah:
1)      karakteristik belajar,
2)      karakteristik Guru
3)      karakteristik kelompok,
4)      interaksi pelajar dengan pengajar,
5)      karakteristik fasilitas,
6)      subject metter
7)      dan faktor lingkungan luar.
Menurut  Van  Dallen (dikutip oleh Lunnenburg, 2011:5-8),  ada  enam  faktor  yang  mempengaruhi  belajar  siswa  yaitu: 
1)      Guru,
2)      Kurikulum,
3)      Lingkungan,
4)      Media
5)      Siswa
6)      Dan metode serta model pembelajaran.
Dari  berbagai  pernyataan  di atas,  dapat  disimpulkan  bahwa  faktor-faktor tersebut  saling  mempengaruhi  dan  berkaitan  sehingga  sinergitas  antara  faktor-faktor tersebut perlu di bangun menjadi sebuah sistem yang saling mengisi faktor-faktor  tersebut  dapat  menunjang  atau  menghambat  proses  belajar  mengajar  ataupun dalam pencapaian prestasi belajar.
2.      Hakikat Metode Pembelajaran 
Secara  etimologi,  istilah  metode  berasal  dari  bahasa  Yunani “metodos”.  Kata  ini  terdiri  dari  dua  suku  kata:  metha  yang  berarti jalan  atau  cara.  Metode  berarti  suatu  jalan  yang  dilalui  untuk  mencapai tujuan,  sehingga  dapat  dipahami  bahwa  metode  berarti  suatu  cara  yang harus  dilalui  untuk  menyajikan  bahan  pelajaran  agar  tercapai  tujuan pengajaran (Zuhairini dan Abdul Ghofir, 2008: 54.)
Menurut Nana Sudjana (2005:76) metode pembelajaran adalah, “Metode pembelajaran ialah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran”. Sedangkan M. Sobri Sutikno (2009:88) menyatakan, “Metode pembelajaran adalah cara-cara menyajikan materi pelajaran yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses pembelajaran pada diri siswa dalam upaya untuk mencapai tujuan”.
Melalui  model  pembelajaran  guru  dapat  membantu  peserta  didik mendapatkan  informasi,  ide,  keterampilan,  cara  berpikir,  dan mengekspresikan ide. Model pembelajaran berfungsi pula sebagai pedoman bagi  para  perancang  pembelajaran  dan  para  guru  dalam  merencanakan aktivitas belajar mengajar
Metode pengajaran adalah cara-cara pelaksanaan dari pada proses pengajaran atau soal bagaimana tekniknya suatu bahan pelajaran diberikan di Sekolah. Metode mengajar adalah cara yang digunakan guru dalam mengajarkan satuan atau unit materi pelajaran dengan memusatkan pada keseluruhan proses atau situasi belajar untuk mencapai tujuan”. Jadi, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu guru harus mampu memilih dan menetapkan metode pembelajaran yang paling efektif dan efisien sesuai dengan kondisi atau situasinya.
3.      Metode Small Group Discussion
a.    Pengertian Metode Small Group Discussion
Metode berasal dari bahasa Yunani “metha” yang berarti melewati atau melalui dan “hodos” yang berarti jalan atau cara. Metode berarti jalan atau cara yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan pembelajaran adalah bahan pelajaran yang disajikan atau proses penyajian bahan pelajaran (Ismail, 2008:7). Pembelajaran pada dasarnya merupakan interaksi guru dan peserta didik sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Dalam buku Educational Psychology dinyatakan bahwa learning is an achive process that needs to be stimulated and guided toward desirable outcomes (Crow and Crow, 1985:225). Metode menurut kamus Besar Pendidikan Agama Islam adalah pengetahuan tentang tata cara mengerjakan sesuatu atau bahan (KKBI:2005:673). Metode juga diartikan sekumpulan perangkat tata cara melaksanakan suatu aktifitas yang bertujuan untuk menjadwal kegiatan tersebut berdasarkan urutan kejadian dan skala prioritas (Moeslichatun, 2001:43).
Metode merupakan tata cara untuk melaksanakan suatu aktifitas, sehingga aktifitas tersebut berjalan sesuai dengan tahapan yang ditentukan, yang pada akhirnya tujuan dapat tercapai. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa metode pembelajaran adalah suatu cara atau jalan yang harus dilalui dalam proses penyajian bahan pelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Small Group Discussion adalah proses pembelajaran dengan melakukan diskusi kelompok kecil tujuannya agar peserta didik memiliki ketrampilan memecahkan masalah terkait materi pokok dan persoalan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Small Group Discussion juga berarti proses penglihatan dua atau lebih individu yang berinteraksi secara global dan saling berhadapan muka mengenai tujuan atau sasaran yang sudah tertentu melalui tukar menukar informasi, mempertahankan pendapat atau pemecahan masalah (Ismail, 2008:87-89).
Small Group Discussion sebagaimana pembelajaran kelompok lainnya memiliki unsur-unsur yang saling terkait, yakni:
1)   Saling ketergantungan positif (positive interdependence)
Cooperative learning menghendaki adanya ketergantungan positif saling membantu dan saling memberikan motivasi sehingga ada interaksi diantara siswa (Lie, 2005:32). 
2)   Akuntabilitas individual (individual accountability)
Small Group Discussion menuntut adanya akuntabilitas individual yang mengukur penguasaan bahan belajar tiap anggota kelompok, dan diberi balikan tentang prestasi belajar anggota anggotanya sehingga mereka saling mengetahui rekan yang memerlukan bantuan. Berbeda dengan kelompok tradisional, akuntabilitas individual sering diabaikan sehingga tugas-tugas sering dikerjakan oleh sebagian anggota. Dalam Small Group Discussion, siswa harus bertanggungjawab terhadap tugas yang diemban masing-masing anggota (Abdurrahman, 2003:122).
3)   Tatap muka ( face to face interaction )
Small Group Discussion menuntut semua anggota dalam kelompok belajar dapat saling tatap muka sehingga mereka dapat berdialog tidak hanya dengan guru tapi juga bersama dengan teman. Interaksi semacam itu memungkinkan anak-anak menjadi sumber belajar bagi sesamanya. Hal ini diperlukan karena siswa sering merasa lebih mudah belajar dari sesamanya dari pada dari guru (Abdurrahman, 2003:122).
4)   Keterampilan Sosial (Social Skill)
Unsur ini menghendaki siswa untuk dibekali berbagai ketrampilan sosial seperti tenggang rasa, sikap sopan kepada teman, mengkritik ide, berani mempertahankan pikiran logis, tidak mendominasi yang lain, mandiri, dan berbagai sifat lain yang bermanfaat dalam menjalin hubungan antar pribadi tidak hanya diasumsikan tetapi secara sengaja diajarkan (Abdurrahman, 2003:113).
5)   Proses Kelompok (Group Processing)
Proses ini terjadi ketika tiap anggota kelompok mengevaluasi sejauh mana mereka berinteraksi secara efektif untuk mencapai tujuan bersama. Kelompok perlu membahas perilaku anggota yang kooperatif dan tidak kooperatif serta membuat keputusan perilaku mana yang harus diubah atau dipertahankan.
b.    Tujuan Metode Small Group
Sebagai metode belajar, belajar kelompok diskusi atau Small Group Discussion mengandung tujuan yang ingin dikembangkan. Tujuan diskusi atau Small Group Discussion antara lain :
1) Agar siswa berbincang-bincang untuk memecahkan masalah masalah sendiri.
2)  Agar siswa berbincang-bincang mengenai masalah-masalah apa saja yang berhubungan dengan kehidupan mereka sehari-hari, dengan kehidupan mereka di sekolah, dengan sesuatu yang terjadi di lingkungan sekitar mereka dan sebagainya.
3) Agar siswa berbincang-bincang mengenai pelajaran di kelas dengan maksud saling mengoreksi pemahaman yang mereka atas pelajaran yang diterimanya, agar masing-masing anggota memperoleh pemahaman yang lebih baik (Suryobroto, 1999:180).
Sedangkan menurut Ismail (2008:89), tujuan penerapan strategi ini adalah agar peserta didik memiliki keterampilan memecahkan masalah terkait materi pokok dan persoalan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut A. Surjadi (1983:47-48), tujuan pembelajaran kelompok adalah untuk menyatakan pendapat dan memperoleh informasi tentang topik yang menjadi perhatian; belajar dari anggota kelompoknya.
1)  Pemimpin
a) Membantu menentukan topik yang menarik perhatian
b)  Mendorong anggota kelompok melakukan penelitian mandiri sebelum diskusi dilaksanakan
c)  Mempersiapkan ruangan; kursi ditempatkan di sekeliling meja hingga para anggota saling berhadapan
d) Mempersiapkan pertanyaan sebelum pertemuan untuk membuka diskusi
e) Menjelaskan masalah, isu atau topik yang akan didiskusikan
f) Menyarankan/mengajukan tujuan diskusi
g)  Menyodorkan outline tentatif untuk diikuti kelompok
h)  Mempersilakan kelompok bereaksi kepada outline itu
i)   Mempersilakan anggota kelompok mengajukan pendapat tentang yang didiskusikan itu
j)   Menjaga agar diskusi itu tetap sesuai dengan outline, kecuali apabila mayoritas anggota kelompok menunjukkan kehendak untuk menyimpang dari outline
k)  Mengusahakan agar keikutsertaan / partisipasi para anggota merata atau seimbang
l)   Menahan diri untuk tidak berpidato
m) Menyampaikan rangkuman bila diperlukan selama diskusi berlangsung dab juga pada saat penutupannya
n)  Mengusulkan studi lebih lanjut atau tindakan yang perlu dilakukan
o)  Mengevaluasi pengalaman belajar kelompok.
2)  Anggota kelompok
a) Membantu menentukan topik untuk didiskusikan
b)  Mempelajari bahan yang tepat sebelum diskusi dilaksanakan
c) Membantu merumuskan tujuan dan prosedur diskusi
d) Memikirkan dalam-dalam tentang topik yang akan didiskusikan
e)  Mendengarkan dengan baik pendapat anggota lain
f)  Menghubungkan pengertian dengan pengalaman sebelumnya
g)  Mengembangkan pendapat atas pendapat orang / anggota lain
h)  Menerima dan mendorong anggota lain sebagai individu yang berharga
i)   Menolong anggota lain untuk memahami apa yang sedang dibicarakan
j)   Memelihara keikutsertaan yang merata/seimbang bagi setiap anggota
k)  Menyumbangkan informasi atau pendapat yang selaras/berhubungan dengan topik
l)   Mengidentifikasi gagasan baru dan mengintegrasikannya ke dalam pikiran
m) Menerangkan bidang perhatian/minat yang penting
n)  Menentukan bagaimana informasi itu dimanfaatkan/ dipergunakan atau studi lebih lanjut apa yang perlu dilakukan
o)  Membantu mengevaluasi pengalaman belajar kelompok
Metode Small Group Discussion Diskusi mungkin tidak efektif untuk menyajikan informasi baru dimana peserta didik sudah dengan sendirinya termotivasi. Tetapi diskusi tampaknya sangat cocok ketika guru ingin melakukan hal-hal dibawah ini:
1)  Membantu peserta didik belajar berfikir dari sudut pandang suatu subjek bahasan dengan memberi mereka praktek berpikir.
2)  Membantu peserta didik mengevaluasi logika serta bukti-bukti bagi posisi dirinya atau posisi yang lain
3)  Memberi kesempatan pada peserta didik untuk memformulasikan penerapan suatu prinsip.
4)  Membantu peserta didik menyadari akan suatu problem dan menformulasikannya dengan menggunakan informasi yang diperoleh dari bacaan atau ceramah.
5)  Menggunakan bahan-bahan dari anggota lain dalam kelompoknya
6)  Memperoleh penerimaan bagi informasi atau teori yang mengkomunteri cerita rakyat atau kepercayaan peserta didik terdahulu
7) Mengembangkan motivasi untuk belajar yang lebih jauh
8)  Memperoleh feedback yang cepat tentang seberapa jauh suatu tujuan tercapai (Zaini, 2008:117-118).
Sistem pembelajaran yang baik seharusnya dapat membantu siswa mengembangkan diri secara optimal serta mampu mencapai tujuan-tujuan belajarnya. Meskipun proses belajar-mengajar tidak dapat sepenuhnya berpusat pada siswa (pupil centered instruction) seperti pada sistem pendidikan terbuka, tetapi perlu diingat bahwa pada hakekatnya siswalah yang harus belajar. Dengan demikian, proses belajar mengajar perlu berorientasi pada kebutuhan dan kemampuan siswa, misalnya dengan pendekatan “inquiry-discovery learning”. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di sini harus dapat memberikan pengalaman belajar yang menyenangkan dan berguna baginya. Guru perlu memberikan bermacam-macam situasi belajar yang memadai untuk materi yang disajikan, dan menyesuaikannya dengan kemampuan dan karakteristik serta gaya belajar siswa. Sebagai konsekuensi logisnya, guru dituntut harus kaya metodologi mengajar sekaligus terampil menerapkannya, tidak monoton dan variatif dalam melaksanakan pembelajaran (Drost, 1999:42).
c.    Peran Guru Dalam Metode Small Group
Sesuai dengan pengertian mengajar yaitu menciptakan suasana yang mengembangkan inisiatif dan tanggungjawab belajar peserta didik. Maka sikap guru hendaknya:
1)    Buka mau mendengarkan pendapat peserta didik.
2)    Membiasakan peserta didik untuk mendengarkan bila guru atau peserta didik lain berbicara.
3)    Menghargai perbedaan pendapat.
4)    “Mentolelir” salah dan mendorong untuk memperbaiki.
5)    Menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik.
6)    Memberi umpan balik terhadap hasil kerja guru.
7)    Tidak terlalu cepat membantu peserta didik.
8)    Tidak kikir untuk memuji atau menghargai.
9)    Tidak mentertawakan pendapat atau hasil karya peserta didik sekalipun kurang berkualitas.
10)  Mendorong peserta didik untuk tidak takut salah dan berani menanggung resiko (Sukardi, 2003:12).
Dalam pengajaran yang dimiliki dalam metode Small Group Discussion, Sudjana, (1996:32-35) menjelaskan bahwa  posisi dan peran guru harus menempatkan diri sebagai:
1)    Pemimpin belajar, artinya merencanakan, mengorganisasi, melaksanakan dan mengontrol kegiatan belajar peserta didik
2)    Fasilitator belajar artinya memberikan kemudahan-kemudahan peserta didik dalam melakukan kegiatan belajarnya misal, menyediakan sumber dan alat belajar, menyediakan waktu belajar yang cukup, memberi bantuan, menunjukkan jalan keluar pemecahan masalah, menengahi perdebatan pendapat dan sebagainya.
3)    Moderator belajar artinya sebagai pengatur arus belajar peserta didik, guru menampung persoalan yang diajukan oleh peserta didik dan mengembalikan lagi persoalan tersebut kepada di lain, untuk dijawab dan dipecahkan. Jawaban tersebut dikembalikan kepada penannya atau kepada kelas untuk dinilai benar salahnya.
4)    Motivator belajar sebagai pendorong agar peserta didik mau melakukan kegiatan belajar
5)    Evaluator artinya sebagai penilai yang obyektif dan komprehensif, guru berkewajiban memantau, mengawasi, proses belajar peserta didik dan hasil belajar yang dicapainya.
d.   Langkah-Langkah dalam Metode Small Group
Ismail (2008, 87-88) menjelaskan langkah-langkah penerapan metode Small Group Discussion diantaranya :
1)    Bagi kelas menjadi beberapa kelompok kecil (maksimal 5 murid) dengan menunjuk ketua dan sekretaris
2)    Berikan soal studi kasus (yang dipersiapkan oleh guru) sesuai dengan Standar Kompetensi (SK) & Kompetensi dasar (KD).
3)    Instruksikan setiap kelompok untuk mendiskusikan jawaban soal tersebut
4)    Pastikan setiap anggota berpartisipasi aktif dalam diskusi
5)    Instruksikan setiap kelompok melalui juru bicara yang ditunjuk menyajikan hasil diskusinya dalam forum kelas
6)    Klarifikasi, penyimpulan dan tindak lanjut (Guru)
e.    Kelebihan dan kekurangan metode Small Group Discussion
Tidak  ada  model  pembelajaran  yang  paling  ideal  dan sempurna.  Setiap  model  pembelajaran  mestinya  mempunyai kelebihan  dan  kekurangan,  begitu  juga  metode    Small  Group Discussion ini. Kelebihan dan kekurangan itu antara lain sebagai berikut:
1)        Sisi kelebihan
Nasih, (2009:59) menjelaskan tentang sisi kelebihan dari metode    Small  Group Discussion yaitu :
a)   Suasana belajar mengajar di kelas akan berkembang.
b)   Mendidik peserta didik untuk bersikap toleran, demokratis, kritis dan berpikir sistematis.
c)   Mendidik    peserta    didik    untuk    terampil    dalam menyampaikan ide, gagasan, argumentasi dan membiasakan diri untuk berpikir logis.
d)  Kesimpulan-kesimpulan   dari   masalah   yang   sedang didiskusikan dapat secara mudah diingat peserta didik, hal itu disebabkan karena peserta didik mengikuti alur berpikir diskusi.
e)   Memberikan pengalaman kepada peserta didik tentang etika bermusyawarah agar nantinya menjadi bekal mereka ketika hidup di masyarakat
2)        Sisi kelemahan
Sedangkan pada sisi kelemahan metode Small  Group Discussion, Isjoni (2010:36) menjelaskan :
a)   Jalannya diskusi seringkali didominasi oleh peserta didik yang  pandai  dan  berani,  sehingga  mengurangi  peluang peserta didik yang lain untuk berpartisipasi.
b)   Jalannya diskusi sering dipengaruhi oleh pembicaraan yang menyimpang  dan  topik  pembahasan  masalah,  sehingga pembahasan kadang melebar.
c)   Diskusi  biasanya  lebih  banyak  menyita  waktu,  sehingga tidak sejalan dengan prinsip efisiensi.
d)  Suasana kelas menjadi ramai dan bahkan gaduh, sehingga terkadang mengganggu kelas yang lain.
Mengingat  adanya  kelemahan-kelemahan  di  atas,  maka guru  yang  ingin  menggunakan  metode  diskusi  kelompok  ini sebaiknya  mempersiapkan  segala  sesuatunya  dengan  rapi  dan sistematis  terlebih  dahulu. Dalam  hal  ini  peran  seorang  guru sebagai  encourager  yang  memberi encouragement (dorongan semangat dan membesarkan hati sangat diperlukan, terutama oleh peserta didik yang tergolong kurang pintar berbicara atau pendiam.
Dilihat dari segi kemanfaatannya,  metode diskusi sangat ideal untuk digunakan proses belajar mengajar pada kompetensi dasar tertentu, akan tetapi ternyata masih banyak guru yang belum menggunakan metode diskusi, hal itu disebabkan karena: banyak guru  yang  belum  mengerti  tentang  metode  diskusi,  belum mengetahui manfaat metode diskusi dan memerlukan waktu yang banyak padahal jam terbatas dan tidak semua topik dapat dijadikan pokok diskusi.  Selama ini masih banyak kelemahan yang dilakukan oleh guru dalam proses belajar mengajar yang dilaksanakan, diantaranya penggunaan metode yang tidak tepat, sehingga hasil belajar yang dicapai  oleh  peserta  didik  kurang  maksimal.  Melihat  realita tersebut,  maka  peneliti  mencoba  untuk  menerapkan  strategi PAIKEM, yaitu metode Small Group Discussion. Dengan demikian diharapkan  dapat  meningkatkan  hasil  belajar,  sehingga  terjadi penguatan   terhadap   materi   pelajaran   yang   diberikan   di sekolah/madrasah.
4.      Prestasi Belajar PAI
a.    Pengertian Prestasi Belajar PAI
Kegiatan pembelajaran merupakan inti dari kegiatan pendidikan secara keseluruhan. Dalam prosesnya, kegiatan ini melibatkan interaksi individu yaitu pengajar di satu pihak dan peserta dodol dipihak lain. Keduanya berinteraksi dalam satu proses yang disebut belajar-mengajar (Usman, 2009:4). 
Interaksi dalam proses pembelajaran bermakna interaksi edukatif. Interaksi edukatif adalah yang secara sadar mempunyai tujuan untuk mendidik. Interaksi edukatif mempunyai arti yang cukup luas tidak sekedar menyampaikan materi pelajaran, tetapi juga terjadi proses penanaman sikap dan nilai pada diri peserta didik.  Oleh karena itu dalam proses pembelajaran tidak hanya terjadi transfer pengetahuan tetapi juga mengajarkan nilai-nilai luhur dalam kehidupan. Tujuan pembelajaran adalah agar peserta didik dapat menguasai bahan-bahan belajar sesuai dengan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Sekalipun dalam sebuah pembelajaran seorang guru memberikan informasi yang sama kepada peserta didik, namun hasil pembelajaran berbeda. Hasil perolehan tersebut dinamakan prestasi belajar. Pengertian prestasi menurut Suharso dan Retnoningsih (2009:390) adalah ”hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya)
Prestasi dalam pendidikan adalah penilaian tentang perkembangan dan kemajuan peserta didik yang berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada mereka dan nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum. Adapun menurut Morgan (1971:2) ”learning is any relatively permanentchange in behavior which occur as a result of experience or practice”. Maksudnya belajar adalah perubahan tingkah laku yang terjadi relatif permanen sebagai hasil dari sebuah pengalaman atau latihan.
Dari beberapa definisi di atas, dapat dipahami bahwa prestasi belajar adalah ukuran atau hasil yang dicapai seseorang setelah mengikuti proses belajar berupa perubahan tingkah laku secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan pendidikan agama Islam lebih dipahami sebagai upaya atau cara mendidik ajaran agama Islam. Pendidikan agama Islam menurut Abdul Madjid dan Dian Andayani (2004:132) adalah “usaha sadar yang dilakukan oleh pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam melalui bimbingan, pengajaran atau pelatihan yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan yang harus ditetapkan.”
Jadi yang dimaksud prestasi belajar PAI adalah hasil belajar yang diperoleh setelah proses pembelajaran PAI selesai. Indikator keberhasilan peserta didik dalam pembelajaran PAI dapat diketahui dari skor atau nilai ulangan.
b.    Dasar-dasar Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam
Pelaksanaan Pendidikan agama Islam di sekolah mempunyai dasar yang kuat. Dasar tersebut menurut Abdul Majid dan Dian Andayani (2004:132-133) antara lain :
1)        Dasar Yuridis/Hukum Dasar pelaksanaan pendidikan agama berasal dari perundang undangan yang secara tidak langsung dapat menjadi pegangan dalam melaksanakan pendidikan agama di sekolah secara formal. Dasar yuridis formal tersebut antara lain:
a)        Dasar ideal, yaitu dasar falsafah negara pancasila, sila pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa.
b)        Dasar struktural/konstitusional, yaitu UUD’45 dalam Bab XI pasal 29 ayat 1 dan 2, yang berbunyi: 1) Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa; 2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan beribadah menurut agama dan kepercayaannya itu.
2)        Dasar Religius
Yang dimaksud dengan dasar religius adalah dasar yang bersumber dari ajaran Islam. Menurut ajaran Islam pendidikan agama adalah perintah Tuhan dan merupakan perwujudan ibadah kepada-Nya. Dalam Al-Qur’an terdapat dalam Q.S. Al-Imran: 104.
`ä3tFø9ur öNä3YÏiB ×p¨Bé& tbqããôtƒ n<Î) ÎŽösƒø:$# tbrããBù'tƒur Å$rã÷èpRùQ$$Î/ tböqyg÷Ztƒur Ç`tã ̍s3YßJø9$# 4 y7Í´¯»s9'ré&ur ãNèd šcqßsÎ=øÿßJø9$# ÇÊÉÍÈ  
Artinya :  “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung”.

3)        Dasar Psikologis
Psikologis yaitu dasar yang berhubungan dengan aspek kejiwaan kehidupan bermasyarakat. Hal ini didasarkan bahwa dalam hidupnya, manusia baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat dihadapkan pada hal-hal yang membuat hatinya tidak tenang dan tidak tenteram sehingga memerlukan adanya pegangan hidup. Sebagaimana dikemukakan oleh Zuhairini dkk bahwa:  Semua manusia di dunia ini selalu membutuhkan adanya pegangan hidup yang disebut agama. Mereka merasakan bahwa dalam jiwanya ada suatu perasaan yang mengakui adanya Zat yang Maha Kuasa, tempat mereka berlindung dan tempat mereka memohon pertolongan-Nya.
c.    Fungsi Pendidikan Agama Islam
Abdul Majid dan Dian Andayani (2004:134-135) menjelaskan bahwa kurikulum pendidikan agama Islam untuk sekolah/madrasah berfungsi sebagai berikut:
1)        Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga. Pada dasarnya dan pertama-tama kewajiban menanamkan keimanan dan ketakwaan dilakukan oleh setiap orang tua dalam keluarga. Sekolah berfungsi untuk menumbuhkan kembangkan lebih lanjut dalam diri anak melalui bimbingan, pengajaran dan pelatihan agar keimanan dan ketakwaan tersebut dapat berkembang secara optimal sesuai dengan tingkat perkembangannya.
2)        Penanaman nilai, sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
3)        Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran agama Islam. Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran agama Islam.
4)        Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan kekurangan dan kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pemahaman dan pengalaman ajaran dalam kehidupan sehari-hari.
5)        Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungannya atau dari budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat perkembangannya menuju manusia Indonesia seutuhnya.
6)        Pengajaran, tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum (alam nyata dan nir-nyata), sistem dan fungsionalnya.
7)        Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat khusus di bidang agama Islam agar bakat tersebut dapat berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan bagi orang lain.
d.   Tujuan Pendidikan Agama Islam
Abdul Majid dan Dian Andayani (2004:135) menjelaskan bahwa Pendidikan Agama Islam di sekolah/madrasah bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, pengetahuan, penghayatan, pengamalan, serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaannya, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pede jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Menurut Muhaimin (2004:78) menjelaskan bahwa PAI bertujuan agar siswa memahami, menghayati, meyakini, dan mengamalkan ajaran Islam sehingga menjadi manusia muslim yang beriman bertakwa kepada Allah SWT dan berakhlak mulia.
Tujuan PAI harus mengacu pada penanaman nilai-nilai Islam. Hal ini dilakukan dalam rangka menuai keberhasilan hidup di dunia yang kemudian akan membuahkan kebaikan di akhirat. Dalam Penjelasan atas Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) butir a, disebutkan bahwa mata pelajaran agama dan akhlak mulai dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia. Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, atau moral sebagai perwujudan dari pendidikan agama (Depag RI, 2006:218). Jadi tujuan Pendidikan Agama Islam adalah untuk membekali peserta didik dengan nilai-nilai agama supaya dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari sehingga terbentuk manusia yang berakhlakul karimah.
B.  Kerangka Berfikir
Dalam  kegiatan  belajar  mengajar,  semakin  tepat  metode yang digunakan, maka akan semakin efektif dan efisien kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh guru dan peserta didik yang pada akhirnya akan menunjang dan menghantarkan keberhasilan belajar peserta didik dan keberhasilan mengajar yang dilakukan oleh guru.
Seorang  guru  adalah  salah  satu  faktor  pendidikan  yang mempunyai  peranan  penting  dan  strategis,  sebab  gurulah  yang paling menentukan keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Sehingga guru memang harus mempunyai kompetensi, ketrampilan dan wawasan yang luas. Sebagaimana ungkapan Ibnu Syina yang menyatakan, bahwa sudah sepantasnyalah jika seorang pendidik itu cerdas,  agamis,  bermoral,  simpatik,  kharismatik,  dan  pandai membawa diri.
Metode pembelajaran Small Group Discussion merupakan alat ekstrinsik dalam kegiatan belajar mengajar yakni sebagai alat perancang dari luar yang dapat membangkitkan semangat belajar peserta didik. Namun demikian metode dapat dikatakan baik dan tepat manakala pemilihan dan penerapannya sesuai dengan situasi pembelajaran. Untuk itu pendidik harus menyiapkan taktik atau strategi yang dapat diterima oleh peserta didik secara keseluruhan dengan  mudah  dan  tidak  membosankan.  Dengan  kata  lain  pembelajaran  yang  menyenangkan  yaitu  ada  kepuasan  peserta didik, bagaimana peserta didik merasa senang menerima pelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami betapa pentingnya menggunakan metode yang tepat untuk mencapai hasil belajar yang maksimal, maka penelitian ini ditulis dengan konsep Penelitian   Tindakan  Kelas (PTK)   untuk   memperbaiki   dan meningkatkan  hasil  belajar  dengan menggunakan  Small  Group Discussion sebagai model pembelajaran.
Dalam bentuk diagram, kerangka pikir pelaksanaan penelitian tindakan kelas dengan menerapkan metode    Small  Group  Discussion sebagaimana dijelaskan di bawah ini.


 














Gambar 2.1. Kerangka Berpikir  Penelitian Tindakan Kelas

C.  Hipotesis Tindakan
Dari penjelasan pada kajian teori dan kerangka pikir di atas maka dapat ditentukan hipotesis dari penelitian ini yaitu pembelajaran  dengan  menggunakan  metode    Small  Group  Discussion dapat meningkatkan proses pembelajaran, aktivitas dan prestasi belajar peserta didik kelas VII SMP ................. ................... pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam materi Pengertian 10 Asmaul Husna.

BAB V
PENUTUP
A.  Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam pelaksanaan pembelajaran  bahasa Inggris melalui metode Small Group Discussion pada kelas VII SMP ................. ...................  tahun pelajaran  2014/2015 dapat disimpulkan :
1.    Pembelajaran dengan menggunakan metode Small Group Discussion dapat meningkatkan proses pembelajaran. Hal tersebut dapat dibuktikan dari  perubahan perilaku siswa kelas VII SMP ................. ................... selama mengikuti proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam melalui metode Small Group Discussion menunjukkan perubahan sikap ke arah yang lebih positif. Sikap positif tersebut diantaranya adalah peserta didik menunjukkan sikap disiplin, aktif, mandiri, berani bertanya dan menjawab, dan merasa nyaman dengan lingkungan belajarnya sehingga tercipta suasana pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan.
2.    Pembelajaran dengan menggunakan metode Small Group Discussion dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam  materi Pengertian 10 Asmaul Husna  pada siswa kelas VII SMP ................. .................... Penjelasan mengenai peningkatan aktivitas belajar siswa dari 6 siswa atau 30,00% pada kondisi awal meningkat menjadi 13 siswa atau 65,00% dan pada siklus terakhir menjadi 20 siswa atau 100%.
3.    Pembelajaran dengan menggunakan metode Small Group Discussion dapat meningkatkan prestasi hasil belajar siswa. Peningkatan hasil belajar pada prasiklus dengan rata-rata kondisi awal sebesar 56,50, meningkat pada siklus I  menjadi 64,50 dan pada siklus terakhir menjadi 75,00, sedangkan jumlah siswa yang tuntas sebanyak 2 siswa atau 10,00% dari 20 siswa pada kondisi awal, menjadi 11 siswa atau 55,00% dan 19 siswa atau 95,00% pada siklus terakhir.


B.  Saran
Dengan selesainya pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dan pembahasan yang dilakukan pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam melalui metode Small Group Discussion pada siswa kelas VII SMP ................. ..................., maka peneliti dengan segala kerendahan hati memberikan beberapa saran, diantaranya:
1.    Bagi peserta didik kelas VII SMP ................. ...................  khususnya dan peserta didik secara umum, agar dalam mempelajari Pendidikan Agama Islam selalu rajin, tekun dan sabar. Pengalaman pembelajaran dengan metode Small Group Discussion sangat mempengaruhi peningkatan prestasi dan aktivitas belajar. Oleh karena itu, tingkatkan praktek dan cara-cara keterampilan kooperatif dalam pembelajaran selanjutnya
2.    Bagi guru, untuk mencapai kualitas Proses Belajar Mengajar (PBM) yang baik bisa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Small Group Discussion, jangan lupa selalu memberikan motivasi kepada peserta didik dengan memberikan stimulus dan reward berupa peraihan pahala di sisi Allah, keluhuran derajat baik di dunia maupun di akhirat, nilai akademik yang tinggi, atau minimal pujian/sanjungan sebagai bentuk perhatian kepada mereka. Jangan hanya keterbatasan dan kenakalan mereka saja yang diperhatikan!
3.    Kepala sekolah sebagai pemegang kebijakan, hendaknya mengfasilitasi pendidik atau guru untuk meningkatkan profesinya dengan sering melakukan penataran ataupun workshop tentang pelaksanaan pembelajaran dan penerapan metode pembelajaran PAIKEM untuk meningkatkan prestasi mereka dan peserta didik.