LAPORAN
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIDATO
MELALUI PENERAPAN TEKNIK PEMODELAN PADA SISWA KELAS IX
SMAN 2 ............ KABUPATEN ............
TAHUN PELAJARAN ….. / ……
Diajukan
untuk Memenuhi Persyaratan Kenaikan
Pangkat
............................... dst disesuaikan
Oleh :
………………………………………..
NIP.
……………..
DINAS
PENDIDIKAN………………………
SMAN........................................................................................
Jl.
……………………………………………………..
20….
KATA
PENGANTAR
Puji syukur senantiasa peneliti panjatkan kehadirat
Allah, Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan kasih dan karunia-Nya
sehingga Laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dapat selesai dengan baik.
Dalam PTK ini peneliti menentukan judul yaitu Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpidato melalui Penerapan Teknik
Pemodelan pada Siswa Kelas IX SMAN 2 ............ Kabupaten ............ Tahun Pelajaran ….. / ……” Penelitian ini diajukan untuk melengkapi
syarat-syarat Kenaikan pangkat dari golongan ………. ke golongan …...
Peneliti mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang
telah membantu dalam penyusunan penelitian ini khususnya kepada:
1.
……………….., selaku Kepala Dinas ………………..
2.
……………….., selaku Pengawas SMA ……………
3.
……………….., selaku Kepala Sekolah ……………………………..
4.
Segenap warga ……………. khususnya guru-guru ……… yang
telah membantu penyelesaian karya ini.
Akhirnya penulis mohon saran dan kritik dari pembaca
demi perbaikan langkah berikutnya. Harapan peneliti semoga hasil penelitian ini
dapat memberikan dampak positip terhadap perkembangan peningkatan sumber daya
manusia.
............, ............
Penulis
ABSTRAK
Kemampuan
berpidato yang rendah menjadi permasalahan tersendiri dalam pembelajaran Bahasa
Indonesia. Untuk mengatasinya diperlukan strategi yang tepat, salah satunya
dengan penerapan teknik pemodelan. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah Bagaimana Upaya Peningkatan Kemampuan Berpidato Melalui Penerapan Teknik
Pemodelan pada Siswa Kelas IX SMAN 2 ............ Kabupaten ............ Tahun Pelajaran ….. / ……. Penelitian ini
bertujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran di kelas khususnya berpidato
dengan menggunakan teknik pemodelan dan meningkatkan hasil belajar siswa agar
kemampuan berpidato dengan menggunakan teknik pemodelan meningkat. Penelitian
ini dilaksanakan di kelas IX SMPN 1 Batu Ampar tahun pelajaran …../….. yang berjumlah 27
orang, …. orang perempuan dan ….. orang laki-laki. Data kemampuan berpidato
siswa diambil melalui tes lisan berpidato. Berdasarkan analisis data
pembelajaran sebelumnya membuktikan bahwa penerapan teknik pemodelan telah
memberikan efek peningkatan pada aktivitas dan hasil belajar siswa pada setiap
siklus. Peningkatan aktivitas belajar dari 5 siswa atau 18,52% dengan kriteria nilai baik pada pra siklus,
menjadi 21 siswa atau 77,78% dengan kriteria nilai baik dan sangat baik, dan 25
siswa pada siklus terakhir dengan kriteria nilai baik dan kriteria sangat baik
atau 92,59%. Adapun peningkatan hasil belajar pada pra siklus nilai rata-rata
45,83 dan hanya ada 4 siswa atau 14,81% siswa yang dinyatakan tuntas karena
memperoleh nilai minimal 70 sesuai dengan KKM. Pada siklus pertama setelah
pembelajaran dilakukan dengan menerapkan metode pemodelan, hasil belajar
meningkat menjadi 13 siswa atau 48,15% dengan nilai rata-rata sebesar
67,13. Pada siklus kedua dengan menerapkan metode pemodelan hasil belajar
meningkat menjadi rata-rata 81,02 dengan
tingkat ketuntasan belajar siswa sebesar 88,89%. Adapun siswa belum tuntas
sebesar 85,19% atau 23 siswa pada kondisi awal, menurun menjadi 14 siswa atau
51,85% pada siklus pertama dan 3 siswa atau 11,11% pada siklus kedua. Hasil ini
telah mencapai persentase target keberhasilan yang telah ditentukan oleh
peneliti sebelum penelitian dilakukan yaitu 85% dan nilai rata-rata minimal 70.
Dari hasil penelitian tindakan kelas ini dapat disimpulkan bahwa penerapan
teknik pemodelan dapat meningkatkan kemampuan dan hasil belajar berpidato siswa
IX SMAN 2 ............ Kabupaten ............
Tahun Pelajaran ….. / ……..
Kata
kunci: berpidato, teknik pemodelan, kemampuan, hasil belajar,
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR JUDUL............................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................. ii
ABSTRAK......................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR....................................................................................... iv
DAFTAR ISI..................................................................................................... v
DAFTAR TABEL.............................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR......................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah ........................................................
B.
Rumusan Masalah ..................................................................
C.
Tujuan Penelitian ...................................................................
D.
Manfaat Penelitian .................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori ...........................................................................
B. Kerangka Berpikir .................................................................
C. Hipotesis Tindakan ................................................................
BAB III METODE PENELITIAN
A.
Setting Penelitian....................................................................
B.
Metode dan Rancangan Penelitian.........................................
C.
Subjek Penelitian ...................................................................
D.
Teknik Pengumpulan Data .....................................................
E.
Teknik Analisis Data ..............................................................
F.
Prosedur Penelitian ................................................................
G.
Indikator Keberhasilan...........................................................
BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian.......................................................................
B. Pembahasan............................................................................
BAB V PENUTUP
A. Simpulan ................................................................................
B. Saran.......................................................................................
DAFTAR
PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
TABEL Halaman
Tabel 3.1 ... Kriteria
Penilaian Hasil Observasi Aktivitas Siswa.....................
Tabel 3.2.... Indikator
Bobot Penilaian Kemampuan Penyajian Lisan (Pidato)
Tabel 3.3 ... Tolok
Ukur Penilaian Kemampuan Berpidato.............................
Tabel 4.1.... Rekapitulasi Hasil Observasi Siswa Terhadap Kegiatan
Peneliti Pada Pra siklus
Tabel 4.2.... Rekapitulasi Pelaksanaan Tes Hasil Belajar Pada Pra siklus......
Tabel 4.3.... Rekapitulasi Hasil Observasi Siswa Terhadap Kegiatan
Peneliti Pada Siklus Pertama .....................................................................................................
Tabel 4.4.... Rekapitulasi Pelaksanaan Tes Hasil Belajar Pada Siklus Pertama
Tabel 4.5.... Rekapitulasi Hasil Observasi Siswa Terhadap Kegiatan
Peneliti Pada Siklus Kedua .....................................................................................................
Tabel 4.6.... Rekapitulasi Pelaksanaan Tes Hasil Belajar Pada Siklus
Kedua
Tabel 4.7.... Rekapitulasi Hasil Observasi Terhadap Aktivitas Siswa
selama Proses Pembelajaran pada Pra siklus, Siklus I dan Siklus II .......................................................
Tabel 4.8.... Rekapitulasi Tes Hasil Belajar pada Pra siklus, Siklus I
dan Siklus II
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR Halaman
2.1 Kerangka Berpikir ...................................................................................
4.1 Peningkatan Hasil Observasi Terhadap Kegiatan
dan Aktivitas Siswa selama Proses Pembelajaran pada Pra siklus, Siklus I dan
Siklus II..............................................................
4.2 Peningkatan Tes Hasil Belajar pada Pra
siklus, Siklus I dan Siklus II ...
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian
Lampiran 2 Jurnal Kegiatan
Penelitian
Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) Siklus I
Lampiran 4
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Siklus II
Lampiran
5 Daftar
Hadir Siswa Pra siklus, Siklus I dan Siklus II
Lampiran
6 Daftar
Hadir Peneliti Dan Observer
Lampiran 7 Hasil Nilai Tes Formatif Pra
Siklus, Siklus I dan Siklus
II
Lampiran 8 Data Hasil Observasi Siswa Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
Lampiran 9 Data Hasil Observasi Guru Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
Lampiran 10 Contoh Hasil Pekerjaan Siswa
Lampiran 11 Dokumentasi Pelaksanaan Kegiatan Penelitian Pra siklus,
Siklus I dan Siklus II
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam praktik pendidikan formal selama
ini, pengajaran bahasa Indonesia masih menitikberatkan pada aspek pengetahuan
atau teori yang bersifat kognitif, padahal untuk terampil dalam berbahasa
Indonesia perlu didukung peranan sikap afektif dan psikomotor. Kondisi
pembelajaran itulah yang menyebabkan pengajaran bahasa Indonesia dalam berbagai
aspek keterampilan (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis) tidak dapat
diterima secara maksimal. Dari keempat keterampilan tersebut, keterampilan
menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang rumit dan kompleks
karena dalam menulis seluruh unsur keterampilan berbahasa dilibatkan agar
menghasilkan sebuah karya tulis yang baik. Keterampilan menulis tidak akan datang
secara otomatis, melainkan harus sering berlatih dan mempraktikkannya.
Dalam kehidupan sehari-hari fungsi utama
bahasa adalah sarana komunikasi. Bahasa dipergunakan sebagai alat untuk
berkomunikasi antarpenutur untuk berbagai keperluan dan situasi pemakaian.
Berkomunikasi dalam rangka menyampaikan sesuatu dapat dilakukan secara lisan
maupun tulisan. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia tentu tidak terlepas dari
keterampilanketerampilan yang harus dicapai dalam berbahasa Indonesia
Keterampilan-keterampilan tersebut
adalah mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Berdasarkan fakta di
lapangan, peserta didik sering mengalami kesulitan dalam menguasai keterampilan
berbicara. Kesulitan tersebut meliputi faktor kebahasaan yaitu ketepatan
ucapan, intonasi (penempatan tekanan, sendi, nada, durasi yang sesuai), diksi
dan faktor nonkebahasaan yaitu sikap yang wajar (tenang dan tidak kaku),
pandangan kepada lawan bicara, gerak-gerik dan mimik yang tepat, kenyaringan
suara, dan kelancaran (penguasaan topik). Kesulitan penguasaan ini berkaitan
dengan kompetensi dasar (10.1) yaitu berpidato / khutbah / ceramah dengan
intonasi yang tepat serta artikulasi dan volume suara yang jelas. Sedangkan
indikator yang ingin dicapai adalah (1) siswa 2 mampu menyusun garis besar
kerangka pidato / khutbah / ceramah melalui kegiatan diskusi, (2) siswa mampu
mengembangkan kerangka pidato/ khutbah/ ceramah, (3) siswa mampu berpidato /
khutbah / ceramah dengan intonasi yang tepat serta artikulasi dan volume suara
yang jelas. (Model Silabus dan RPP, 2006: 46)
Berbicara adalah kemampuan mengucapkan
bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta
menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan (Tarigan, 1990:15). Berbicara
merupakan keterampilan berbahasa selain keterampilan mendengarkan, keterampilan
membaca, dan keterampilan menulis (Nida dan Haris dalam Tarigan, 1990:1).
Keterampilan berbicara merupakan keterampilan kebahasaan yang sangat penting.
Syafi'ie (1993:33) mengemukakan, dengan keterampilan berbicaralah pertama-tama
kita memenuhi kebutuhan untuk berkomunikasi dengan masyarakat tempat kita
berada. Keraf (1997:314) menyebutkan bahwa peranan pidato, ceramah, penyajian
lisan pada suatu kelompok masa merupakan hal yang sangat penting, baik pada
waktu sekarang maupun waktu mendatang. Selain pentingnya keterampilan berbicara
untuk berkomunikasi, keterampilan berbicara juga dapat bermanfaat secara
praktis, yaitu untuk meningkatkan kualitas kehidupan sesorang. Melalui
ketermpilan berbicara seseorang dapat meningkatkan penghasilannya sehingga
mampu mendongkrak perekononomian keluarga, seperti menjadi seorang pembicara
dalam sebuah seminar atau sebagai pembawa acara.
Dari uraian di atas, diketahui betapa
pentingnya keterampilan berbicara bagi seseorang. Oleh karena itu, pembelajaran
keterampilan berbicara perlu mendapat perhatian agar para siswa memiliki
keterampilan berbicara, sehingga mampu berkomunikasi untuk menyampaikan isi
hatinya kepada orang lain dengan baik. Selain betapa pentingnya keterampilan
berbicara bagi seseorang, pembelajaran keterampilan berbicara perlu mendapatkan
perhatian karena keterampilan berbicara tidak bisa diperoleh secara otomatis,
melainkan harus belajar dan berlatih (Syafi'ie, 1993:33).
Berdasarkan hasil kegiatan pra-siklus,
ternyata kemampuan berbicara khususnya pidato siswa kelas XI masih rendah dan
belum memuaskan. Hal ini terlihat dari jumlah siswa yang 27 orang di kelas XI,
hanya 4 siswa (14,81%) mendapatkan skor 70 ke atas, sisanya 23 siswa (85,19%)
memperoleh skor di bawah 70 dengan nilai rata-rata 45,83. Hal tersebut jauh
dari harapan karena 85% dari jumlah siswa belum bisa memenuhi standar
ketuntasan minimal, yaitu 70.
Penyebabnya adalah siswa belum memiliki cukup keberanian, kurang percaya diri,
dan tidak mampu menyampaikan gagasannya secara lancar dan sistematis.
Permasalahan tersebutlah yang mendorong peneliti untuk melakukan penelitian
dengan topik, penggunaan media pemodelan untuk meningkatkan keterampilan
berbicara siswa di XI SMAN 2 ............ Kabupaten ............ Tahun
Pelajaran 2014/2015 dengan harapan mampu menjadi solusi dan alternatif dalam
pembelajaran sehingga mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam pembelajaran
berbicara khususnya berpidato.
Pendekatan kontekstual (Contexstual Teaching and Learning)
merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan materi yang diajarkan
dengan situasi dunia nyata siswa. Dengan demikian, mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapan dalam kehidupan
sebagai anggota keluarga dan masyarakat, dengan melibatkan tujuh komponen utama
pembelajaran efektif, yaitu: konstruktivisme (contructivism), bertanya (questioning),
penilaian sebenarnya (authentic
assessment), menemukan (inquiry),
masyarakat belajar (learning comunity),
pemodelan (modeling), dan refleksi (reflection) (Depdiknas, 2005:5).
Dengan konsep pendekatan kontekstual
tersebut, proses pembelajaran dapat berlangsung secara alamiah dalam bentuk
kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke
siswa. Pembelajaran berdasarkan pendekatan kontekstual mengaitkan antara materi
yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa. Media pemodelan sebagai salah
satu komponen pendekatan kontekstual mempunyai peran penting dalam pembelajaran
keterampilan berbicara.
Berdasarkan hasil belajar siswa,
peneliti merasa penting untuk melakukan penelitian tindakan kelas dalam upaya
mengatasi kesulitan siswa. Peneliti memilih metode yang tepat dalam mengatasi
kesulitan tersebut. Hal ini dilakukan guna memperbaiki hasil belajar berpidato
siswa yang masih menggunakan metode membaca keras pidato yang telah dibuat.
Berdasarkan pengalaman mengajar
berpidato yang dilakukan penulis, metode membaca keras membuat siswa tidak memahami topik yang disampaikan. Siswa juga
lebih terfokus pada teks yang dibaca daripada berkomunikasi dengan pendengar.
Dalam pembelajaran berbicara, tampaknya
masih sedikit guru yang menggunakan media dalam mengajarkan keterampilan
berbicara khususnya berpidato. Sebaiknya guru mempersiapkan berbagai macam
media untuk menggairahkan pembelajaran berpidato. Peneliti mencoba memberikan
contoh model berpidato yang bersumber dari video ”Juara lomba berpidato yang
diadakan oleh Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Pada hari selasa,
16 Oktober 2012”. Model ini dipilih karena ketika berpidato sudah mampu
menyampaikan gagasannya dengan kategori baik sekali, baik dari segi kebahasaan
ataupun non kebahasaan. Tema yang dibawakan juga sangat dekat dengan situasi
dunia nyata siswa yaitu, pengaruh pergaulan remaja. Kegiatan pemberian model
dalam pembelajaran keterampilan berbicara bertujuan untuk mengomunikasikan
gagasan yang dipikirkan dengan cara mendemonstrasikan, siswa diharapkan untuk
belajar atau melakukan sesuatu. Komponen pemodelan melibatkan guru, siswa, dan
orang luar sebagai model (dalam bentuk video). Penelitian mengenai keterampilan
berbicara bukanlah hal baru dalam dunia pendidikan. Penelitian-penelitian
tersebut sudah banyak dilakukan oleh mahasiswa pendidikan bahasa dan sastra
Indonesia dan kebanyakan merupakan penenlitian tindakan kelas untuk memperbaiki
pembelajaran keterampilan berbicara yang selama ini berlangsung.
Penulis menerapkan metode yang lebih
kontekstual yaitu dengan teknik pemodelan (modeling karena penerapan
teknik pemodelan dapat memberikan gambaran nyata kepada siswa tentang bagaimana
cara berpidato yang benar dengan melihat model yang ada di sekitar kehidupan
sehari-hari. Selain itu teknik pemodelan memiliki keunggulan yaitu, dapat
membuat pengajaran menjadi lebih jelas dan konkret dengan adanya model, siswa
lebih mudah memahami apa yang dipelajari dengan adanya model daripada hanya
diberikan penjelasan, dan model bisa diperoleh langsung dari yang
berkompeten/ahlinya.
Dari penjelasan sebagaimana diuraikan
pada latar belakang permasalahan di atas, maka peneliti tertarik untuk
melaksanakan kegiatan penelitian sebagai salah satu upaya perbaikan dengan
judul Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpidato melalui Penerapan
Teknik Pemodelan pada Siswa Kelas XI SMAN 2 ............ Kabupaten ............ Tahun Pelajaran 2014/2015
Teknik Pemodelan pada Siswa Kelas XI SMAN 2 ............ Kabupaten ............ Tahun Pelajaran 2014/2015
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas,
penulis merumuskan masalah sebagai berikut: “Bagaimana Upaya Peningkatan Hasil
dan Aktivitas Belajar Pembelajaran Bahasa Indonesia Materi berpidato melalui
Penerapan Teknik Pemodelan pada Siswa Kelas XI SMAN 2 ............ Kabupaten ............
Tahun Pelajaran 2014/2015?”
C.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas
tujuan penelitian adalah sebagai berikut.
1. Memperbaiki proses pembelajaran di kelas
khususnya berpidato dengan menggunakan teknik pemodelan.
2. Meningkatkan hasil belajar siswa agar
kemampuan berpidato dengan menggunakan teknik pemodelan meningkat.
D.
Manfaat Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan
penelitian, manfaat penelitian mencakup manfaat teoretis dan praktis.
1. Manfaat Secara Teoretis
a. Menambah pengetahuan tentang penerapan teknik pemodelan dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia pada keterampilan berpidato.
b. Meningkatkan kemampuan guru dan siswa di dalam pembelajaran dengan
menggunakan teknik pemodelan.
2. Manfaat Secara Praktis
a. Manfaat bagi guru
1)
Sebagai masukan guru dalam
meningkatkan minat belajar siswa dalam pelajaran Bahasa Indonesia.
2)
Memotivasi guru untuk
meningkatkan kualitas dan kreativitas dalam proses pembelajaran di kelas.
3)
Bagi guru bidang studi agar
dapat mengetahui kemampuan berpidato siswa kelas XI SMAN 2 ............
Kabupaten ............ Tahun Pelajaran 2014/2015.
b. Manfaat bagi siswa
1)
Meningkatkan aktivitas dan
minat belajar dalam meningkatkan keterampilan berbicara.
2)
Memotivasi siswa dalam
melaksanakan aktivitas belajar di kelas, baik secara individu maupun kelompok.
c. Manfaat bagi sekolah
1)
Dapat meningkatkan kinerja
guru secara profesional.
2)
Menambah wawasan bagi guru
mata pelajaran lain tentang pemanfaatan sumber belajar berbasis aneka sumber.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Berpidato
a. Pengertian Pidato
Pidato adalah pengungkapan pikiran dalam
bentuk kata-kata yang ditujukan kepada orang banyak atau wacana yang disiapkan
untuk diucapkan di depan khalayak. (KBBI, 1990: 681) Pidato umumnya ditujukan
kepada orang atau sekumpulan orang untuk menyatakan selamat, menyambut
kedatangan tamu, memperingati hari-hari besar dan lain sebagainya. (Karomani,
2011: 12)
b. Menyampaikan Pidato
Menyampaikan pidato atau berpidato
adalah berbicara di hadapan orang banyak (di depan umum) dalam rangka
menyampaikan suatu masalah untuk mencapai suatu tujuan tertentu, misalnya untuk
bermusyawarah, memberikan rujukan dan sebagainya. (Tarigan, 1997:73) Berpidato
juga merupakan suatu kegiatan menyampaikan gagasan secara lisan dengan
menggunakan penalaran yang tepat serta memanfaatkan aspek-aspek nonkebahasaan
(ekspresi wajah, kontak pandang, gerak tangan dan lain-lain) yang dapat mendukung efisiensi dan efektifitas
pengungkapan gagasan kepada orang banyak dalam suatu acara tertentu.
Hal- hal yang perlu disiapkan oleh orang
yang berpidato sebagai berikut.
1) Menentukan topik dan tujuan pidato
Topik merupakan persoalan yang
dikemukakan, sedangkan tujuan pembicaraan berhubungan dengan tanggapan yang
diharapkan dari para pendengar berkenaan dengan persoalan yang dikemukakan.
2) Menganalisis pendengar dan situasi
Dengan menganalisis situasi akan
didapatkan jalan keluar untuk menyiapkan cara-cara bagaimana pembicara harus
menyesuaikan diri dalam menyampaikan uraiannya dan memberi jalan untuk
menentukan suatu sikap yang harus diambil dalam menghadapi para pendengar.
Menganalisis pendengar dapat dilakukan dengan cara mengaitkan pokok
pembicaraannya dengan persoalan hidup pendengar.
3) Memilih topik dan menyempitkan topik
Pemilihan topik hendaknya disesuaikan
dengan sifat pertemuan serta data dan informasi tentang situasi dan pendengar
yang akan hadir dalam pertemuan. Topik yang akan disajikan harus disempitkan
atau dibatasi, disesuaikan dengan waktu yang disediakan.
4) Mengumpulkan materi pidato
Materi pidato harus berhubungan dengan
persoalan atau topik yang akan dibahas. Lebih banyak dan lebih lengkap bahan
yang diperoleh akan memperlancar pembicara dalam menyusun suatu naskah.
5) Menyusun dan mengembangkan kerangka pidato
Kerangka pidato dibuat terperinci dan
tersusun baik. Dalam kerangka tersebut persoalan yang akan dibahas dibagi
menjadi beberapa bagian / sub-subtopik. Tiap bagian dibagi menjadi
bagian-bagian yang lebih kecil yang menjelaskan bagian sebelumnya.
6) Menguraikan secara mendetail
Dalam penyusunan naskah hendaknya
dipergunakan kata-kata yang tepat, penggunaan kalimat yang efektif, pemakaian
istilah-istilah dan gaya bahasa yang dikehendaki sehingga dapat memperjelas
uraian.
7) Melatih dengan suara nyaring
Dengan melakukan latihan, seorang
pembicara akan dapat membiasakan diri dan menemukan cara dan gaya yang tepat.
(Gorys Keraf, 1994: 317-339)
c.
Tujuan Berpidato
Pidato memiliki empat tujuan penyajian
yaitu:
1)
Menyampaikan informasi (informative)
yaitu pidato yang bertujuan memberikan laporan atau pengetahuan atau sesuatu
yang menarik untuk pendengar. Contoh: pidato penyuluhan cara pemakaian kompor
gas.
2)
Meyakinkan dan mempengaruhi
sikap pendengar (persuasive) yaitu pidato yang berisi tentang usaha
untuk mendorong, meyakinkan dan mengajak pendengar untuk melakukan suatu hal.
Contoh: pidato calon legislatif.
3)
Menghibur pendengar (rekreatif)
yaitu pidato yang bertujuan untuk menghibur atau menyenangkan pendengar.
Contoh: pidato di posko bencana, pidato dalam acara bakti sosial.
4)
Menekankan aspek-aspek
pendidikan (educative) yaitu pidato yang berupaya menekankan pada
aspek-aspek pendidikan. Contoh: pidato keagamaan. (Ochs and Winner dalam
Tarigan, 2008:16)
d.
Kriteria Pidato yang
Baik
Seseorang yang berpidato dengan baik
akan meyakinkan pendengarnya untuk menerima dan mematuhi pikiran, informasi,
gagasan atau pesan yang disampaikannya. Faktor- faktor yang harus diperhatikan
agar dapat berpidato dengan baik adalah sebagai berikut.
1) Harus mempunyai tekad dan keyakinan bahwa pembicara mampu
meyakinkan orang lain. Dengan memiliki tekad ini maka akan tumbuh keberanian
dan sikap percaya diri sehingga pembicara tidak akan raguragu mengucapkan
pidatonya.
2) Harus memiliki pengetahuan yang luas sehingga pembicara dapat
menguasai materi dengan baik.
3) Harus memiliki pembendaharaan kata yang cukup, sehingga pembicara
mampu mengungkapkan pidato dengan lancar dan meyakinkan.
4) Harus memiliki kebiasaan atau latihan yang intensif. Persiapan
yang matang dan latihan yang intensif akan sangat membantu kelancaran
berpidato. (Maidar dalam Karomani, 2011:12)
e. Jenis-Jenis Pidato
Berdasarkan pada sifat isi pidato,
pidato dibedakan sebagai berikut:
1) Pidato pembukaan, yaitu pidato singkat yang dibawakan oleh pembawa
acara atau MC (master of ceremony) dalam sebuah acara, seperti acara
pernikahan, ulang tahun.
2) Pidato pengarahan, yaitu pidato yang dilakukan oleh seseorang pada
suatu pertemuan resmi yang berfungsi untuk memberi pengarahan dalam melakukan
sesuatu, seperti pidato kepala sekolah dalam mengarahkan acara PERSAMI.
3) Pidato sambutan, yaitu pidato yang disampaikan pada suatu acara
kegiatan atau peristiwa tertentu yang dapat dilakukan oleh beberapa orang
dengan waktu yang terbatas secara bergantian, seperti pidato pada acara
perpisahan sekolah.
4) Pidato peresmian, yaitu pidato yang dilakukan oleh orang yang
berpengaruh untuk meresmikan sesuatu, seperti pidato peresmian gedung baru oleh
rektor.
5) Pidato laporan, yaitu pidato yang berisi laporan suatu tugas atau
kegiatan yang telah selesai dilaksanakan, seperti pidato laporan ketua kelompok
kegiatan Pelatihan mengenai kegiatan-kegiatan pelatihan yang dilakukan.
6)
Pidato pertanggungjawaban,
yaitu pidato yang berisi suatu laporan pertanggungjawaban, seperti pidato
pertanggungjawaban ketua koperasi pada rapat akhir tahun. (http://organisasi.org/pengertian-pidato-tujuan-sifat-metode-susunan-danpersiapan-pidato-sambutan)
2.
Metode Pidato
Metode dalam berpidato dapat dibedakan
menjadi empat:
a. Metode menghafal, yaitu membuat suatu rencana pidato lalu
menghapalnya kata per kata. Metode ini kebalikan dari metode impromtu. Pembicara
mempersiapkan pidato yang akan disampaikan secara lengkap sebelum menyampaikan
pidato, kemudian dihafal kata demi kata. Metode ini dapat melatih pembicara
untuk melatih pemahaman sebelum menghafal teks pidato yang akan disampaikan.
Selain itu, metode ini akan membuat pembicara lebih terfokus dengan teks yang
telah dihafal dan audience yang dihadapi.
b. Metode serta-merta, yaitu membawakan pidato tanpa persiapan dan
hanya mengandalkan pengalaman dan wawasan. Metode ini dilakukan berdasarkan
kebutuhan sesaat. Pembicara sebelum berbicara tidak melakukan persiapan sama
sekali, melainkan secara serta merta berbicara berdasarkan kemampuannya dan
pengetahuannya yang dikaitkan dengan situasi dan kepentingan saat itu.
c. Metode naskah, yaitu berpidato dengan menggunakan naskah yang
telah dibuat sebelumnya dan umumnya dipakai pada pidato-pidato resmi. Pembicara
menyampaikan pidato dengan membacakan naskah yang telah ditulis, baik oleh diri
sendiri maupun orang lain.
d. Metode tanpa persiapan naskah (ekstemporan), yaitu metode
tanpa persiapan naskah yang lengkap. Pembicara masih mempunyai kesempatan untuk
membuat persiapan khusus berupa kerangka pembicaraan / catatan penting. Metode
ini sangat dianjurkan sebagai jalan tengah. Uraian yang akan dibawakan pada
metode ini direncanakan dengan cermat dan dibuat catatan yang penting, yang
sekaligus menjadi urutan bagi uraian itu. Catatan-catatan ini hanya digunakan
untuk mengingat urutan-urutan idenya. (Mulgrave, 1954:25)
Dari beberapa metode tersebut pada
penelitian tindakan kelas ini peneliti memilih metode menghafal. Metode ini
dipadukan dengan teknik pemodelan di mana
siswa akan melihat model menyampaikan pidato dengan cara menghafal,
sehingga siswa akan terdorong untuk memahami terlebih dahulu pidato yang akan
dihafalkan sebelum disampaikan.
Contoh Kerangka Pidato yang dikemukakan
oleh Asul Wiyanto (2009:65)
Kerangka pidato tentang perpisahan
A. Pembuka (Ucapan syukur)
B. Isi
1. Cerita mulai pertemuan, kebersamaan, sampai
saat perpisahan
2. Ucapan minta pamit
3. Ucapan terima kasih atas segala kebaikan dan
kerjasama
4. Permintaan maaf atas segala kesalahan
5. Saling mendoakan
C. Penutup (Harapan agar yang berpisah tetap sehat
dan dapat berjumpa lagi)
Contoh Teks Pidato
Pidato
Perpisahan Siswa Kelas IX
Assalamualaikum
warahmatullahi wabarakatuh, Bapak Kepala Sekolah yang kami hormati, Ibu dan
Bapak guru yang kami hormati, Teman-teman semuanya, Marilah kita ucapan puji
syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat, hidayah dan
karunia-Nya kepada kita semua sehingga saat ini kita masih dapat berkumpul
bersama di Aula SMP Negeri ………. dalam acara perpisahan kelas IX dengan
adik-adik kelas VII dan VIII, tahun ajaran 2010/2011.
Ibu
dan bapak guru yang kami hormati dan teman-teman semuanya,
Dulu
kita tidak saling kenal, kita berasal dari berbagai sekolah, setelah diterima
menjadi siswa kita saling kenal, dekat, baik itu antar siswa maupun siswa
dengan guru. Kita sekolah bukan hanya sehari atau dua hari tetapi cukup lama
waktunya. Kita berkumpul bersama belajar bersama bercanda bersama seperti hidup
dalam sebuah keluarga. Namun semua itu tidaklah akan selamanya bersama. Setiap
ada pertemuan pasti ada perpisahan. Perpisahan bukan berarti berpisah tidak
akan bertemu lagi. Tetapi perpisahan itu hanyalah untuk menyelesaikan
pendidikan kami di sekolah ini. Kami juga akan selalu ingat dengan sekolah yang
kami tinggalkan. Dengan segala kerendahan hati kami memohon pamit kepada ibu
dan bapak guru yang kami hormati dan selamat tinggal kepada adik-adik kelas VII
dan VIII, semoga adik-adik bisa lebih baik dari kakak kalian sekarang.
Ibu
dan Bapak guru yang kami hormati dan teman-teman semuanya,
Dalam
kesempatan ini kami secara khusus mengucapakan terima kasih kepada bapak kepala
sekolah, ibu dan bapak guru yang telah membimbing kami. Berkat bimbingan yang
tekun, sabar, dan ikhlas kami dapat lulus dengan nilai yang cukup baik. Jasa
ibu dan bapak guru tidak akan kami lupakan. Mudah-mudahan Allah SWT membalas
jasa ibu dan bapak guru dengan balasan yang berlipat ganda. Kami sadar bahwa
selama belajar di sekolah ini kami sering membuat jengkel ibu dan bapak guru.
Kami sering melakukan kesalahan. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini kami
mohon maaf. Demikian pula kepada adik-adik kelas VII dan VIII, kami minta maaf
atas kesalahan kami selama bergaul dan bermain bersama. Akhirnya, kepada Ibu
dan Bapak guru, kami pamit dan mohon doa restu. Mudahmudahan kami semua dapat
melanjutkan ke sekolah pilihan kami masing-masing. Kepada adik-adik kami
ucapkan selamat belajar dan selamat berjuang, semoga kelak lulus dengan nilai
yang lebih baik lagi. Kalau ada sumur di ladang boleh kita menumpang mandi,
kalau ada umur yang panjang kita dapat berjumpa lagi. Sekian. Atas perhatian
Ibu dan Bapak guru serta adik-adik semuanya, kami ucapkan terima kasih.
Wassalamualaikum
warahmatullahi wabarakatuh.
3.
Faktor-Faktor Penunjang
Keefektifan Berpidato
Untuk menjadi pembicara yang baik,
seorang pembicara harus memberikan kesan bahwa ia menguasai masalah yang
dibicarakan, pembicara harus memperlihatkan keberanian dalam berbicara. Selain
itu pembicara harus berbicara dengan tepat dan jelas. Ada beberapa faktor yang
harus diperhatikan oleh pembicara untuk keefektifan berbicara yaitu faktor
kebahasaan dan nonkebahasaan. (Arsjad dan Mukti, 1988:17-22)
a. Faktor Kebahasaan
Berikut ini adalah faktor kebahasaan
yang dikemukakan oleh Arsjad dan Mukti (1988:17-22).
1)
Ketepatan Ucapan
Seorang pembicara harus membiasakan diri
mengucapkan bunyi-bunyi bahasa secara tepat. Pengucapan bunyi bahasa yang kurang
tepat dapat mengalihkan perhatian
pendengar. Sudah tentu pola ucapan dan artikulasi yang digunakan tidak selalu
sama untuk setiap kalimat.
2)
Penempatan Tekanan,
Sendi, Nada, Durasi yang Sesuai
Kesesuaian tekanan, sendi, nada, dan
durasi akan menjadi daya tarik tersendiri dalam berbicara, bahkan kadang-kadang
merupakan faktor penentu. Walaupun masalah yang dibicarakan kurang menarik,
dengan penempatan tekanan, sendi, nada, dan durasi yang sesuai dapat menjadikan
topik pembicaraan menjadi menarik. Sebaliknya jika penempatannya datar saja,
maka dapat dipastikan akan menimbulkan kejemuan dan keefektifan berbicara
menjadi berkurang.
3)
Pilihan Kata (Diksi)
Pilihan kata hendaknya tepat, jelas dan
bervariasi. Maksudnya mudah dimengerti pendengar yang menjadi sasaran.
Pendengar akan lebih termotivasi dan akan lebih paham kalau kata-kata yang
digunakan kata-kata yang sudah dikenal.
4)
Ketepatan Sasaran
Pembicaraan
Pembicara sebaiknya menggunakan kalimat
efektif agar memudahkan pendengar menangkap pembicaraannya. Susunan penuturan
kalimat ini sangat besar pengaruhnya terhadap keefektifan penyampaian sehingga
menimbulkan pengaruh, meninggalkan kesan, atau menimbulkan akibat.
b. Faktor Nonkebahasaan
Berikut ini adalah faktor nonkebahasaan
yang dikemukakan oleh Arsjad dan Mukti (1988:17-22).
1)
Sikap yang wajar,
tenang, dan tidak kaku
Pembicara yang tidak tenang, kaku akan
memberi kesan pertama yang kurang menarik. Padahal, kesan pertama ini sangat
penting untuk menjaga kesinambungan perhatian pihak pendengar.
2)
Pandangan pada lawan
bicara
Supaya pendengar dan pembicara
betul-betul terlibat dalam kegiatan berbicara, pandangan pembicara harus
diarahkan kepada semua pendengar.
3)
Kesediaan menghargai
pendapat orang lain
Pembicara hendaknya memiliki sikap
terbuka dalam arti dapat menerima pendapat orang lain, bersedia menerima
kritik, dan bersedia mengganti pendapatnya jika memang pendapat tersebut
keliru.
4)
Gerak-gerik dan mimik
yang tepat
Gerak-gerik dan mimik juga merupakan
faktor yang penting dalam berbicara. Dengan gerak-gerik dan mimik yang tepat
akan menghidupkan komunikasi sehingga tidak kaku.
5)
Kenyaringan suara
Kenyaringan suara harus disesuaikan
dengan situasi, tempat, jumlah pendengar, agar semua pendengar dapat mendengar
suara pembicara dengan jelas.
6)
Kelancaran dalam berbicara
Berbicara dengan lancar akan memudahkan
pendengar dalam menangkap apa yang disampaikan oleh pembicara. Dalam berbicara
perlu dihindari penyelipan bunyi a, e, o yang dapat mengganggu pendengar
dalam memahami pesan yang disampaikan pembicara.
7)
Relevansi(penalaran)
Ide dari hal yang dibicarakan harus
logis dan berkesinambungan. Kalimat-kalimat yang digunakan dapat ditangkap oleh
nalar dan tidak melompat jauh dari topik yang dibicarakan.
8)
Penguasaan topik
Dalam berpidato diperlukan kesiapan yang
matang. Penguasaan topik akan sangat membantu pembicara menjadi lebih percaya
diri dalam menyampaikan pidato.
4.
Model Pembelajaran
a. Pengertian Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah suatu
perencanaan/ suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan
pembelajaran di kelas. Dengan kata lain model pembelajaran adalah suatu
perencanaan/ pola yang dapat digunakan untuk mendesain pola-pola mengajar secara
tatap muka di dalam kelas dan untuk menentukan material/ perangkat pembelajaram
termasuk di dalamnya buku-buku, media(film-film), tipe-tipe, program-program
media komputer dan komputer. (Joyce dalam Trianto, 2010: 22).
Model pembelajaran adalah kerangka
konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai
pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan
aktivitas belajar mengajar. Sejalan dengan yang dikemukakan oleh Eggen dan Kauchak bahwa model pembelajaran memberikan
kerangka dan arah bagi guru untuk mengajar. (Soekamto dalam Trianto, 2010:22)
b. Fungsi Model Pembelajaran
Fungsi model pembelajaran adalah sebagai
pedoman perancangan dan pelaksanaan pembelajaran. Pemilihan model pembelajaran
dipengaruhi oleh sifat dari materi yang akan dibelajarkan, tujuan (kompetensi)
yang akan dicapai dalam pembelajaran tersebut, serta tingkat kemampuan peserta
didik.
c. Pendekatan, Metode dan Teknik Pembelajaran
Dalam pembelajaran terdapat tiga
komponen penting yang menunjang tercapainya tujuan pembelajaran, yaitu
pendekatan, metode, dan teknik. Berikut merupakan pendapat Anthony dalam Brown
(2001:14) mengenai ketiga komponen tersebut. Pendekatan merupakan seperangkat
asumsi yang berkenaan dengan hakikat bahasa, pembelajaran, dan pengajaran.
Metode merupakan keseluruhan rencana untuk penyajian bahasa yang sistematis
yang didasarkan pada pendekatan yang dipilih. Teknik merupakan aktivitas tertentu
yang diterapkan di kelas yang pelaksanaannya konsisten dengan metode sejalan
dengan pendekatan. Teknik mengajar dapat berupa berbagai kegiatan yang
menyajikan pelajaran di depan kelas dengan cara tertentu. Teknik tersebut
bergantung pada interpretasi terhadap pendekatan dan metode.
5.
Pendekatan Kontekstual
Pendekatan kontekstual atau contextual
teaching and learning (CTL) adalah pengajaran yang memungkinkan siswa untuk
menguatkan, memperluas, dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan akademik
mereka dalam berbagai macam tatanan dalam sekolah dan di luar sekolah agar
dapat memecahkan masalah-masalah dunia nyata atau masalah-masalah yang
disimulasikan (University of Washington dalam Trianto, 2010:105).
Pendekatan contextual teaching and
learning (CTL) memiliki tujuh komponen utama, yaitu konstruktivisme,
inkuiri, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, penilaian
sebenarnya (Depdiknas, 2002)
a. Konstruktivisme (Constructivism)
Pendekatan ini menekankan pada
pentingnya siswa membangun sendiri pengetahuan mereka lewat keterlibatan aktif
proses belajar mengajar. Sebagian besar waktu dalam proses belajar mengajar
berbasis pada aktivitas siswa.
b. Inkuiri (Inquiry)
Inkuiri merupakan bagian inti dari
kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang
diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta,
tetapi hasil dari menemukan sendiri. Guru harus selalu merancang kegiatan yang
merujuk pada kegiatan menemukan, apapun materi yang diajarkan.
c. Bertanya (Questioning)
Questioning (bertanya) merupakan strategi utama yang berbasis kontekstual.
Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong,
membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. Bagi siswa, kegiatan bertanya
merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis inquiry,
yaitu menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui, dan
mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya.
d. Masyarakat Belajar (Learning Community)
Masyarakat belajar bisa terjadi apabila
ada proses komunikasi dua arah. Dalam masyarakat belajar, dua kelompok/ lebih
yang terlibat dalam komunikasi pembelajaran saling belajar satu sama lain.
Seseorang yang terlibat dalam komunikasi pembelajaran saling belajar satu sama
lain. Seseorang yang terlibat dalam kegiatan masyarakat belajar memberi
informasi yang diperlukan oleh teman bicaranya dan sekaligus juga meminta
informasi yang diperlukan dari teman belajarnya.
e. Pemodelan (Modeling)
Dalam sebuah pembelajaran keterampilan/
pengetahuan tertentu, ada model yang bisa ditiru oleh siswanya. Guru bukan
satu-satunya model. Pemodelan dapat dirancang dengan melibatkan siswa.
Seseorang bisa ditunjuk untuk memodelkan sesuatu berdasarkan pengalaman yang
diketahuinya. Model dapat juga didatangkan dari luar yang ahli di bidangnya.
f. Refleksi (Reflection)
Refleksi adalah cara berpikir tentang
apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah
kita lakukan di masa lalu. Siswa mengendapkan apa yang baru dipelajarinya
sebagai struktur pengetahuan yang baru, yang merupakan pengayaan dari
pengetahuan sebelumnya. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas,
atau pengetahuan yang baru diterima.
g. Penilaian Autentik (Authentic Assessment)
Assessment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan
gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran tersebut perlu diketahui oleh
guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan
benar. Apabila data yang dikumpulkan guru mengidentifikasikan bahwa siswa
mengalami kemacetan dalam belajar, guru segera bisa mengambil tindakan yang
tepat agar siswa terbatas dari kemacetan belajar. Assessment dilakukan
bersama-sama secara terintegrasi (tidak terpisahkan) dari kegiatan pembelajaran.
(Trianto, 2010:103)
6.
Teknik Pemodelan
a.
Pengertian
Teknik pemodelan (modeling)
merupakan cara penyajian pelajaran di mana guru menampilkan model yang bisa
ditiru oleh siswanya. Modeling adalah strategi yang dikembangkan
berdasarkan prinsip bahwa seseorang dapat belajar melalui pengamatan perilaku
orang lain. Ada dua alasan yang mendasari mengapa diterapkannya strategi
modeling dalam suatu pembelajaran. Alasan yang pertama adalah untuk mengubah
perilaku baru peserta didik melalui pengamatan model pembelajaran yang
dilatihkan dalam hal ini pidato. Dengan mengamati model yang melakukan kegiatan
semisal demonstrasi maka peserta didik dapat meniru perilaku (langkah-langkah
yang dimodelkan). Alasan yang kedua adalah untuk mendorong perilaku peserta didik
tentang apa yang dipelajari, memperkuat atau memperlemah hambatan. (Trianto,
2010:53)
b.
Tujuan Teknik Pemodelan
Teknik pemodelan mempunyai tujuan
sebagai berikut.
1) Untuk mengubah perilaku baru siswa melalui pengamatan model
pembelajaran yang dilatihkan.
2) Untuk memotivasi siwa atau mendorong siswa tentang kegiatan
berpidato.
3) Untuk membuat siswa dapat meniru perilaku yang dimodelkan atau
terampil melakukan kegiatan berpidato seperti yang dimodelkan. (Trianto,
2010:53)
Dengan menggunakan teknik pemodelan ini,
penulis bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa tentang bagaimana
menyampaikan pidato dengan benar sehingga dapat mencapai KKM 75%.
c.
Penerapan Teknik Pemodelan
Teori pembelajaran sosial memberikan
penjelasan tentang peran pengamatan dalam pembelajaran. Prinsip-prinsip dalam
pembelajaran ini ditekankan pada proses mental internal. Berikut merupakan
empat fase dalam teknik pemodelan (modeling) yang dikemukakan oleh
Albert Bandura (2000:11).
1) Fase Atensi
Dalam fase atensi, guru memberikan
model/contoh yang melakukan kegiatan berpidato di depan siswa. Siswa melakukan
observasi terhadap keterampilan model dalam melakukan kegiatan berpidato. Guru
bersama-sama siswa mendiskusikan hasil pengamatan yang dilakukan. Tujuan
diskusi ini adalah untuk mencari kekurangan dan kesulitan siswa dalam mengamati
langkahlangkah kegiatan berpidato yang disampaikan oleh model.
2) Fase Retensi
Fase retensi diisi dengan kegiatan guru
menjelaskan struktur langkahlangkah kegiatan berpidato (demonstrasi) yang telah
diamati oleh siswa.
3) Fase Produksi
Pada fase ini siswa ditugasi untuk
menyiapkan langkah-langkah kegiatan berpidato (demonstrasi) sendiri sesuai
dengan langkah-langkah yang telah dicontohkan. Selanjutnya, hasil kegiatan
disajikan dalam bentuk diskusi kelas yang dilakukan secara bergiliran. Guru dan
siswa akan memberikan refleksi pada saat diskusi sesudah KBM berlangsung yang
dilakukan secara bergantian.
4) Fase Motivasi
Fase ini berupa presentasi hasil
kegiatan (simulasi) dan kegiatan diskusi. Pada saat diskusi, kelompok lain
diberi kesempatan untuk menyampaikan hasil pengamatannya.
d.
Kelebihan dan Kekurangan Teknik Pemodelan
Berikut merupakan kelebihan dan
kekurangan teknik pemodelan yang dikemukakan oleh Masnur Muslich (2007:46)
1) Kelebihan
a) Dapat membuat pengajaran menjadi lebih jelas dan konkret dengan
adanya model.
b) Siswa lebih mudah memehami apa yang dipelajari dengan adanya model
daripada hanya diberikan penjelasan.
c) Model bisa diperoleh langsung dari yang berkompeten/ahlinya.
2) Kekurangan
a) Pelaksanaan pemodelan (demonstrasi) tidak akan efektif jika model
yan memperagakan sulit ditiru siswa
b) Memerlukan kesiapan dan perencanaan yang matang dan memerlukan
waktu yang cukup panjang.
Pembelajaran keterampilan berpidato
dengan menerapkan teknik pemodelan dalam kegiatan berpidato sesuai dengan
tujuan pembelajaran. Dalam kegiatan berpidato siswa didorong untuk terampil
atau mampu berpidato dengan intonasi yang tepat, artikulasi dan volume suara
yang jelas, serta ekspresi yang sesuai konteks, maka siswa perlu belajar untuk
berpidato sampai mencapai keberhasilan sesuai KKM yang ditetapkan.
B. Kerangka Pikir
Berdasarkan hasil kegiatan pra-siklus,
ternyata kemampuan berbicara khususnya pidato siswa kelas IX masih rendah dan
belum memuaskan. Hal ini terlihat dari jumlah siswa yang 21 orang di kelas XI,
hanya 3 siswa (14,29%) mendapatkan skor 70 ke atas, sisanya 18 siswa (85,71%)
memperoleh skor di bawah 70 dengan nilai rata-rata 48,21. Hal tersebut jauh
dari harapan karena 85% dari jumlah siswa belum bisa memenuhi standar
ketuntasan minimal, yaitu 70.
Penyebabnya adalah siswa belum memiliki cukup keberanian, kurang percaya diri,
dan tidak mampu menyampaikan gagasannya secara lancar dan sistematis.
Permasalahan tersebutlah yang mendorong peneliti untuk melakukan penelitian
dengan topik, penggunaan media pemodelan untuk meningkatkan keterampilan
berbicara siswa di IX SMAN 2 ............ Kabupaten ............ Tahun
Pelajaran 2014/2015 dengan harapan mampu menjadi solusi dan alternatif dalam
pembelajaran sehingga mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam pembelajaran
berbicara khususnya berpidato.
Pendekatan kontekstual (Contexstual Teaching and Learning)
merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan materi yang diajarkan
dengan situasi dunia nyata siswa. Dengan demikian, mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapan dalam kehidupan
sebagai anggota keluarga dan masyarakat, dengan melibatkan tujuh komponen utama
pembelajaran efektif, yaitu: konstruktivisme (contructivism), bertanya (questioning),
penilaian sebenarnya (authentic
assessment), menemukan (inquiry),
masyarakat belajar (learning comunity),
pemodelan (modeling), dan refleksi (reflection) (Depdiknas, 2005:5).
Dengan konsep pendekatan kontekstual
tersebut, proses pembelajaran dapat berlangsung secara alamiah dalam bentuk
kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke
siswa. Pembelajaran berdasarkan pendekatan kontekstual mengaitkan antara materi
yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa. Media pemodelan sebagai salah
satu komponen pendekatan kontekstual mempunyai peran penting dalam pembelajaran
keterampilan berbicara.
Ada dua alasan yang mendasari mengapa
diterapkannya strategi modeling dalam suatu pembelajaran. Alasan yang pertama
adalah untuk mengubah perilaku baru peserta didik melalui pengamatan model
pembelajaran yang dilatihkan dalam hal ini pidato. Dengan mengamati model yang
melakukan kegiatan semisal demonstrasi maka peserta didik dapat meniru perilaku
(langkah-langkah yang dimodelkan). Alasan yang kedua adalah untuk mendorong
perilaku peserta didik tentang apa yang dipelajari, memperkuat atau memperlemah
hambatan. Diharapkan dengan penerapan metode permodelam maka kendala yang
dihadapi yaitu rendahnya kemampuan siswa dalam berpidato dapat diatasi.
Dalam bentuk diagaram, penerapan pembelajaran
dengan metode permodelan pada pelaksanaan kegiatan penelitian tindakan kelas
ini sebagaimana dijelaskan pada diagram di bawah ini.
C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka
pikir di atas, penulis merumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut:
“Peningkatan Kemampuan dan Aktivitas Belajar Siswa Kelas IX SMAN 2 ............
Kabupaten ............ Tahun Pelajaran 2014/2015 pada materi berpidato dapat
ditingkatkan melalui Penerapan Teknik Pemodelan”
BAB V
SIMPULAN
DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan analisis dari data-hara hasil
penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Pembelajaran berpidato dengan penerapan teknik pemodelan dapat
meningkatkan kemampuan dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran berpidato
siswa kelas XI SMAN 2 ............ pada setiap siklus.
2. Penerapan teknik pemodelan telah memberikan efek peningkatan pada aktivitas
belajar siswa pada setiap siklus. Hasil analisis data hasil observasi terhadap
aktivitas siswa selama proses pelaksanaan pembelajaran ketuntasan siswa
mengalami peningkatan dari 5 siswa atau 18,52%
dengan kriteria nilai baik pada pra siklus, menjadi 21 siswa atau 77,78%
dengan kriteria nilai baik dan sangat baik, dan 25 siswa pada siklus terakhir
dengan kriteria nilai baik dan kriteria sangat baik atau 92,59%
3. Penerapan teknik pemodelan telah memberikan efek peningkatan pada hasil belajar siswa pada setiap siklus. Hasil
analisis data hasil belajar pada pra siklus nilai rata-rata 45,83 dan hanya ada
4 siswa atau 14,81% siswa yang dinyatakan tuntas karena memperoleh nilai
minimal 70 sesuai dengan KKM. Pada siklus pertama setelah pembelajaran
dilakukan dengan menerapkan metode pemodelan, hasil belajar meningkat
menjadi 13 siswa atau 48,15% dengan nilai rata-rata sebesar
67,13. Pada siklus kedua dengan menerapkan metode pemodelan hasil belajar
meningkat menjadi rata-rata 81,02 dengan
tingkat ketuntasan belajar siswa sebesar 88,89%. Adapun siswa belum tuntas
sebesar 85,19% atau 23 siswa pada kondisi awal, menurun menjadi 14 siswa atau
51,85% pada siklus pertama dan 3 siswa atau 11,11% pada siklus kedua
B.
Saran
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
terjadi peningkatan keterampilan menulis teks pidato siswa XI SMAN 2 ............
melalui teknik pemodelan. Hal itu ditandai oleh adanya peningkatan kualitas
pembelajaran menulis teks pidato siswa kelas XI, baik kualitas hasil maupun
kualitas proses pembelajaran. Berkaitan dengan hal tersebut, demi tetap
terjaganya kualitas pembelajaran, disarankan hal-hal sebagai berikut.
1. Perlu disosialisasikan kepada guru-guru secara intensif tentang
konsep teknik pemodelan sehingga mereka di sekolah dapat secara efektif
menggunakan teknik tersebut dalam setiap pembelajaran guna mengatasi kesulitan
siswa dalam mencapai kompetensi pembelajaran
2. Iklim sekolah yang kondusif yang mampu menciptakan suasana senang
dalam pembelajaran perlu terus dikembangkan oleh segenap warga sekolah,
khususnya guru-guru. Hal itu akan mampu membentuk budaya belajar yang positif
di kalangan siswa sebagai salah satu langkah pencapaian visi dan misi sekolah
dalam bidang pembelajaran.
3. Dalam pembelajaran menulis, hendaknya dibiasakan adanya kegiatan
merevisi dan mengedit tulisan. Hal itu dimaksudkan agar siswa dan guru secara
tegas dapat membedakan pengertian perevisian dan pengeditan yang selama ini
disamakan guna mendukung terbentuknya kompetensi menulis.
4. Setiap guru bahasa Indonesia hendaknya mampu menyajikan
pembelajaranmenulis secara menarik yang ditandai, antara lain, oleh timbulnya
rasa senang siswa dalam mengikuti pembelajaran. Hal itu diperlukan demi
mendorong terbentuknya kompetensi menulis yang bertahan lama pada diri siswa.
5. Setiap guru bahasa Indonesia hendaknya memahami adanya tahap-tahap
proses penulisan yang meliputi prapenulisan, pengedrafan, perevisian,
pengeditan, dan pemublikasian. Untuk itu, setiap melakukan pembelajaran menulis
hendaknya pembelajaran pada tahapan tahapan tersebut selalu dilakukan.
6. Semangat gotong-royong dalam pembelajaran kepada diri siswa perlu
terus dikembangkan di sekolah melalui diskusi atau sharing untuk
mendukung terbentuknya kemandirian belajar sebagaimana yang telah dicanangkan
dalam visi sekolah.
7. Untuk melatih keberanian dan kreativitas dalam pembelajaran, siswa
perlu diakrabkan dengan kegiatan presentasi baik di hadapan teman maupun guru.
8. Mengingat bahwa kompetensi pidato merupakan salah satu refleksi
kemampuan berpikir dan bernalar yang dapat menjadi salah satu bentuk kecakapan
hidup, siswa perlu dibiasakan akrab dengan kegiatan pidato baik melalui
kegiatan mendengarkan, berbicara, membaca, maupun menulis.
Untuk mendapatkan file lengkap, silahkan : klik DOWNLOAD atau hub. (WA) 081327121707 - (WA) 081327789201 terima kasih