LAPORAN
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
PENERAPAN PEMBELAJARAN INKUIRI BERBANTUAN MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR
SISWA PADA MATA PELAJARAN KIMIA MATERI STRUKTUR DAN TATA NAMA
SENYAWA KARBON DI
SMA NEGERI 1 ...................
Disusun Sebagai Salah Satu Syarat
Kenaikan Pangkat dari Golongan ...... ke ......
Oleh
..........................................
NIP. ..............................
DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN ...............................
SMAN 1 ...................
Jl. ..............................................................
201...
HALAMAN
PENGESAHAN
LAPORAN
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
1. a. Judul Penelitian : Penerapan Pembelajaran Inkuiri
Berbantuan Multimedia untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar
Siswa pada Mata Pelajaran Kimia Materi Struktur dan Tata Nama
Senyawa Karbon di SMA Negeri 1 ...................
b.
Bidang Ilmu : Kimia
c.
Kategori Penelitian : Strategi
Pembelajaran
d. Jenis Penelitian : Penelitian
Tindakan Kelas
2. Ketua
Peneliti
a. Nama Lengkap dan Gelar : ……………..
b.
NIP : ………….
c. Pangkat / Golongan : Pembina, IV/a
d. Jabatan :
e. Instansi :
SMAN 1 ...................
f.
Tempat Penelitian : SMAN 1
...................
3. Lama
Penelitian : 3 bulan (Bulan ……….. sampai dengan Bulan …….
20…)
4. Sumber
Biaya : Swadaya
…………….,…………………….
Petugas Perpustakaan Peneliti
…………………….. ………………………
NIP. …………………….. NIP. ……………………..
Mengetahui/Mengesahkan
Kepala Sekolah
………………….
NIP.……………………..
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa peneliti panjatkan kehadirat
Allah, Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan kasih dan karunia-Nya
sehingga Laporan Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) ini dapat selesai dengan baik.
Dalam PTK ini peneliti menentukan judul yaitu Penerapan Pembelajaran Inkuiri
Berbantuan Multimedia untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar
Siswa pada Mata Pelajaran Kimia Materi Struktur dan Tata Nama
Senyawa Karbon di SMA Negeri 1 ...................”.
Penelitian ini diajukan untuk melengkapi syarat-syarat Kenaikan pangkat dari
golongan ………. Ke golongan …...Peneliti mengucapkan terimakasih kepada
pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan penelitian ini khususnya
kepada:
1.
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten ,…………….
atas Ijin dan pertimbangan terhadap pelaksanaan PTK selama
kegiatan berlangsung.
2.
Pengawas SMA Dinas Pendidikan Kabupaten …………. , atas saran, Ijin dan pertimbangan terhadap pelaksanaan PTK
selama kegiatan berlangsung
3.
Kepala
sekolah SMAN 1 ................... yang telah memberikan Saran, Ijin dan
pertimbangan terhadap pelaksanaan PTK selama kegiatan berlangsung.
4.
Bapak
dan Ibu Guru SMAN 1 ................... yang telah membimbing dan memotifasi serta mengarahkan kami hingga
kegiatan Program Penelitian Tindakan Kelas
ini dapat terselesaikan dengan lancar.
Dan akhirnya saya menyadari
sepenuhnya bahwa dalam penyusunan laporan ini banyak kelemahan atau kekurangan
untuk itu, saya berharap kepada pembaca berkenan memberikan saran dan kritik
yang membangun. Untuk itu sebelumnya kami ucapkan terimakasih.
......................, ...................
Peneliti
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR JUDUL............................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................. ii
KATA PENGANTAR....................................................................................... iii
DAFTAR ISI..................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL.............................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR......................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... vii
ABSTRAK......................................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah.........................................................
B.
Identifikasi Masalah ..............................................................
C.
Batasan Masalah ...................................................................
D.
Perumusan Masalah ...............................................................
E.
Tujuan Penelitian ...................................................................
F.
Kegunaan Hasil Penelitian ....................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori ...........................................................................
B. Kerangka Berpikir .................................................................
C. Hipotesis Tindakan ................................................................
BAB III METODE PENELITIAN
A.
Setting Penelitian...................................................................
B.
Desain Prosedur Penelitian ...................................................
C.
TEknik Pengumpulan Data....................................................
D.
Teknik Analisa Data ..............................................................
E.
Indikator Keberhasilan...........................................................
BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Tindakan
B. Pembahasan............................................................................
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ............................................................................
B. Saran.......................................................................................
DAFTAR
PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
TABEL Halaman
Tabel 3.1 Penilaian
Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa......................
Tabel 4.1 Rekapitulasi Hasil Tes Formatif pada Kondisi Awal..................
Tabel 4.2 Rekapitulasi
Hasil Observasi Peningkatan Aktivitas Belajar
Siswa pada Kondisi Awal
Tabel 4.3 Rekapitulasi
Hasil Observasi Peningkatan Motivasi Siswa pada Siklus
I
Tabel 4.4 Rekapitulasi Hasil Tes Formatif pada Siklus Pertama ...............
Tabel 4.5 Rekapitulasi
Hasil Observasi Peningkatan Motivasi Siswa pada Siklus II
Tabel 4.6 Rekapitulasi
Nilai Tes Formatif Pembelajaran Siklus II..............
Tabel 4.7 Rekapitulasi
Nilai Hasil Tes Formatif Temuan Awal,
Siklus I dan Siklus II
Tabel 4.8 Rekapitulasi
Peningkatan Motivasi Siswa pada Siklus I dan Siklus II
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR Halaman
Gambar 2.1 Diagram Kerangka Pikir
Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
Gambar 4.1 Grafik Peningkatan dan
Penurunan Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I dan II
Gambar 4.2 Grafik Peningkatan Nilai
Rata-rata Belajar Siswa Pada Siklus I
dan II
Gambar 4.3 Grafik
Ketuntasan Siswa Berdasarkan Tingkat Motivasi Siswa Pada Siklus I dan II
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian
Lampiran 2 Surat Pernyataan Kesediaan menjadi Observer
Lampiran 3 Jurnal Kegiatan Penelitian
Lampiran 4 Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Siklus I
Lampiran 4 Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Siklus II
Lampiran 5 Daftar Hadir Siswa Kondisi Awal, Siklus I
dan Siklus II
Lampiran 6 Daftar Hadir Peneliti Dan Observer Kondisi
Awal, Siklus I dan Siklus II
Lampiran 7 Daftar Nilai Tes Formatif Kondisi Awal,
Siklus I dan Siklus II
Lampiran 8 Lembar Observasi Peningkatan Motivasi Siswa
Dalam Kegiatan Pembelajaran Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II
Lampiran 9 Contoh Hasil Pekerjaan Siswa
Lampiran 10 Dokumentasi
Pelaksanaan Kegiatan Penelitian Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II
Catt :
Untuk lembar pengesahan yang bertanda tangan disesuaikan dengan kondisi
setempat
DAFTAR LAMPIRAN TOLONG DISESUIKAN
CATT :
Semua file yang ada tulisan cetak, dicetak !
ABSTRAK
Oleh :
..............................................
NIP. ...........................
Tujuan penelitian ini adalah : (1) Untuk mendeskripsikan
penerapan pembelajaran inkuiri berbantuan multimedia yang tepat, sehingga dapat
meningkatkan aktivitas belajar siswa dengan pada mata pelajaran Kimia di SMAN 1 ...................
Tahun Pelajaran 201../201.., (2) Untuk mendeskripsikan peningkatan hasil
belajar siswa dengan penerapan pembelajaran inkuiri berbantuan multimedia pada
mata pelajaran Kimia di SMAN 1 ................... Tahun Pelajaran 201../201..,, (3)
Untuk mendeskripsikan efektifitas penerapan pembelajaran inkuiri berbantuan
multimedia dalam meningkatkan hasil belajar siswa bila dibandingkan dengan
pembelajaran konvensional pada mata pelajaran Kimia di SMAN 1 ................... Tahun
Pelajaran 201../201..,. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMAN 1 ...................
Tahun Pelajaran 201../201..,. Metode penelitian adalah metode inkuiri berbantuan multimedia,
Berdasarkan Hasil penelitian dapat disimpulkan : Adanya
peningkatan aktivitas belajar siswa, yaitu siswa tuntas dilihat dari aktivitas belajar sebanyak 8 siswa atau 40%
dari 24 siswa meningkat menjadi sebanyak 13 siswa atau 65% dari 24 siswa pada
siklus I dan sebanyak 19 siswa atau 95,00
% dari 20 siswa pada siklus II. Peningkatan aktivitas belajar terbukti dapat meningkatkan hasil
belajar siswa pada pembelajaran
kimia materi struktur dan tata nama senyawa karbon. Hal tersebut dibuktikan
dengan peningkatan ketuntasan dan hasil belajar dari keadaan awal sebanyak 3 siswa (15%), setelah
dilaksanakan perbaikan dengan menggunakan pembelajaran inkuiri berbantuan
multimedia pada siklus I meningkat menjadi 9 siswa atau 45% dan pada siklus II
meningkat kembali menjadi 19 siswa atau 95,00% dengan nilai rata-rata hasil
belajar dari kondisi awal sebesar 56,50 meningkat menjadi 64,00
pada siklus I dan pada akhir siklus II meningkat menjadi 72,00.
.
Kata Kunci : Aktivitas, hasil belajar, inkuiri , multimedia
Kata Kunci : Aktivitas, hasil belajar, inkuiri , multimedia
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan Nasional yang berdasarkan
Pancasila dan UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
martabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
Jawab. Dalam Undang-undang SISDIKNAS Nomor 20 tahun 2003 dikemukakan pula bahwa
“ sistem pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan
pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan
untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal,
nasional, dan global ”. Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP, 2006)
menjelaskan Peningkatan mutu pendidikan diarahkan untuk meningkatkan kualitas
manusia Indonesia seutuhnya melalui olah hati, olah pikir, olah rasa dan olah raga
agar memiliki daya saing dalam menghadapi tantangan global.
Lebih lanjut Badan Standar Nasional
Pendidikan (BSNP, 2006) menjelaskan bahwa peningkatan relevansi pendidikan
dimaksudkan untuk menghasilkan lulusan yang sesuai dengan tuntutan kebutuhan
berbasis potensi sumber daya alam Indonesia. Peningkatan efisiensi manajemen
pendidikan dilakukan melalui penerapan manajemen berbasis sekolah dan otonomi
perguruan tinggi serta pembaharuan pengelolaan pendidikan secara terencana,
terarah, dan berkesinambungan. Adapun konsekuensi logis dari pernyataan
tersebut, maka pada setiap jenjang dan jenis pendidikan perlu melakukan
perbaikan dan pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah,
berkesinambungan, tidak terkecuali pada institusi pendidikan yang memberikan pelayanan
pendidikan
Sekolah Menengah Atas (SMA). Seorang
yang bekerja di dunia pendidikan baik formal, nonformal maupun informal harus
mempunyai kemampuan khusus di bidang kependidikan. Guru harus berkompetensi
dibidangnya, sehingga mampu bekerja secara profesional. Supriyatno (2011 : 2),
Peningkatan mutu pendidikan dapat dicapai melalui berbagai cara, antara lain :
melalui peningkatan kualitas guru, pelatihan dan pendidikan, atau dengan
memberikan kesempatan untuk menyelesaikan masalah-masalah pembelajaran secara
profesional lewat penelitian tindakan secara terkendali. Siswa di dalam
pembelajaran kimia seringkali susah dalam menentukan tujuan, memilih dan
menerapkan strategi penyelesaian masalah, serta memonitor tindakannya,
disamping itu terlihat juga kurangnya motivasi siswa untuk belajar. Kondisi ini
kemungkinan disebabkan oleh kemampuan siswa dan faktor guru dalam memilih
strategi mengajar. Dalam Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP, 2006)
dijelaskan bahwa : Tujuan mata pelajaran kimia dicapai oleh peserta didik
melalui berbagai pendekatan, antara lain pendekatan induktif dalam bentuk
proses inkuiri ilmiah. Proses inkuiri ilmiah bertujuan menumbuhkan kemampuan
berpikir, berkerja dan bersikap ilmiah serta berkomunikasi sebagai salah satu
aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran kimia menekankan
pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan
pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah. Model pembelajaran
konvensional dan masih dominannya peran guru dalam proses pembelajaran,
kurangnya variasi model pembelajaran, dan metode yang digunakan kurang menarik,
bisa berakibat menurunnya motivasi belajar siswa yang pada akhirnya kemampuan
siswa menjadi rendah. Proses pembelajaran konvensional yang kurang variatif sekarang
ini masih banyak dilakukan di sekolah-sekolah sehingga dapat menciptakan
kejenuhan belajar siswa. Rusman (2010 : 5) menyatakan : Guru merupakan ujung
tombak keberhasilan kegiatan pembelajaran di sekolah yang terlibat langsung
dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan pembelajaran.
Kualitas kegiatan pembelajaran yang
dilakukan sangat bergantung pada perencanaan dan pelaksanaan proses
pembelajaran yang dilakukan guru. Lebih lanjut Rusman (2010 : 5) menjelaskan
tugas guru bukan semata-mata mengajar (teacher centered), tetapi lebih
kepada membelajarkan siswa (children centered). Perilaku guru adalah
membelajarkan dan perilaku siswa adalah belajar. Perilaku pembelajaran tersebut
terkait dengan mendesain dan penerapan model-model pembelajaran. Uraian di atas
mempertegas bahwa belajar akan lebih berkesan dan bermanfaat bagi siswa apabila
siswa tersebut mengalami langsung, atau siswa ikut terlibat secara aktif dalam
proses belajar. Belajar harus dilakukan oleh siswa secara aktif, baik
individual maupun kelompok, dengan cara memecahkan masalah dan guru bertindak
sebagai pembimbing dan fasilitator. Keterlibatan siswa dalam pembelajaran akan
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kreativitas dan daya
pikirnya sehingga pemahaman tentang suatu konsep diperoleh dari pengalamannya
sendiri. Tidak menutup kemungkinan dengan keterlibatan siswa dalam pembelajaran
akan timbul gagasan baru tentang apa yang dipelajari siswa. Dalam belajar kimia
aktivitas siswa akan sangat membantu mereka dalam memahami konsep kimia dan
keterlibatan siswa akan optimal jika metode mengajar diterapkan dengan tepat
dan terampil oleh guru.
Menurut Indrawati dalam Trianto (2007 :
134) menyatakan, bahwa suatu pembelajaran pada umumnya akan lebih efektif bila
diselenggarakan melalui model-model pembelajaran yang termasuk rumpun
pemrosesan informasi. Karena pemrosesan informasi menekankan pada bagaimana
seseorang berpikir dan bagaimana dampaknya terhadap cara-cara mengolah
informasi. Lebih Lanjut Trianto (2007: 134-135) Menjelaskan bahwa inti dari
berpikir yang baik adalah kemampuan untuk memecahkan masalah. Inflementasinya
siswa diajarkan bagaimana belajar yang meliputi apa yang diajarkan, bagaimana
hal itu diajarkan, jenis kondisi belajar, dan memperoleh pandangan baru. Salah
satu yang termasuk dalam model pemrosesan informasi adalah model pembelajaran
inkuiri. Berdasarkan pengalaman Peneliti, dalam proses belajar mengajar kimia
yang berlangsung di SMA Negeri 1 ..................., siswa terlihat kurang
memahami konsep-konsep yang diajarkan guru secara utuh, rendahnya semangat
belajar siswa, bahkan tidak jarang diantara siswa sering minta izin keluar
masuk kelas selama proses belajar mengajar berlangsung, yang pada akhirnya
tercermin dari rendahnya hasil belajar yang diperoleh siswa pada mata pelajaran
kimia yang tidak mencapai Kreteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan
guru. Masalah di atas tidak bisa dibiarkan secara terus menerus dan perlu ada
solusi (pemecahan masalah). Bila hal ini dibiarkan terus terjadi, siswaakan
sulit untuk mempelajari materi selanjutnya. Untuk itu diperlukan model
pembelajaran yang dapat membuat siswa lebih aktif dan mampu memahami materi
dengan baik. Ketertarikan siswa terhadap hal-hal baru seperti belajar
menggunakan multimedia dapat dimanfaatkan untuk menciptakan motivasi belajar
dan memacu semangat serta memberi kemudahan-kemudahan belajar. Namun hai ini,
masih terbentur kemampuan guru mengoperasikan alat modern, juga terbatasnya
fasilitas yang ada, sehingga guru dalam merencanakan pembelajaran masih menggunakan
gaya lama, yang cenderung mematikan potensi kreatif siswa. Mengingat
kompleksnya permasalahan di atas peneliti berupaya untuk menemukan solusi
(pemecahan masalah) melalui penerapan pembelajaran inkuiri berbantuan
multimedia dalam upaya meningkatkan aktivitas, dan hasil belajar siswa kelas X SMA
Negeri 1 .................... Berdasarkan latar belakang masalah di atas
penulis memformulasikan judul penelitian tindakan kelas (classroom action
research) yakni : Penerapan
Pembelajaran Inkuiri Berbantuan Multimedia Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran
Kimia Materi Struktur dan Tata Nama
Senyawa Karbon di SMA Negeri 1 .....................
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang
masalah di atas muncul beberapa masalah yang dapat diidentifikasi, yaitu :
1. Pembelajaran masih terpusat pada guru sebagai salah satu sumber
belajar
2. Kemampuan guru dalam menggunakan berbagai model pembelajaran di
kelas masih sangat terbatas
3. Masih rendahnya hasil belajar siswa dalam mata pelajaran kimia di SMA
Negeri 1 ...................
4. Masih rendahnya aktivitas belajar siswa dalam mata pelajaran kimia
di SMA Negeri 1 ...................
C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di
atas, maka tidak semua masalah tersebut menjadi kajian dalam penelitian ini,
tetapi lebih memusatkan perhatian pada rendahnya hasil belajar siswa dalam mata
pelajaran kimia di SMA Negeri 1 .................... Upaya yang akan dilakukan
adalah : Penerapan Pembelajaran Inkuiri
Berbantuan Multimedia Untuk Meningkatkan
Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Kimia Materi Struktur dan Tata Nama Senyawa Karbon di SMA Negeri 1 ....................
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang,
identifikasi, dan batasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan beberapa
permasalahan penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana penerapan pembelajaran inkuiri berbantuan multimedia
yang tepat, sehingga dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata
pelajaran Kimia di SMA Negeri 1 ................... Tahun Pelajaran 2014/2015
2. Apakah penerapan pembelajaran inkuiri berbantuan multimedia dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Kimia di SMA Negeri 1 ...................
Tahun Pelajaran 2014/2015
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas,
maka tujuan dilaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (classroom action
research) ini adalah :
1. Untuk mendeskripsikan penerapan pembelajaran inkuiri berbantuan
multimedia yang tepat, sehingga dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada
mata pelajaran Kimia di SMA Negeri 1 ................... Tahun Pelajaran 2014/2015
2. Untuk mendeskripsikan peningkatan hasil belajar siswa dengan
penerapan pembelajaran inkuiri berbantuan multimedia pada mata pelajaran Kimia
di SMA Negeri 1 ................... Tahun Pelajaran 2014/2015
3. Untuk mendeskripsikan efektifitas penerapan pembelajaran inkuiri
berbantuan multimedia dalam meningkatkan hasil belajar siswa bila dibandingkan
dengan pembelajaran konvensional pada mata pelajaran Kimia di SMA Negeri 1 ...................
Tahun Pelajaran 2014/2015
F. Kegunaan Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini, diharapkan berguna
baik secara teoritis maupun secara Praktis, yaitu :
1. Secara Teoritis,
Diharapkan dapat memberikan kontribusi
yang berharga bagi pengembangan pendidikan dan dapat menambah referensi ilmiah,
pengembangan khazanah pengetahuan dalam teori pembelajaran kimia di sekolah
2. Secara Praktis
a. Bagi siswa, sebagai media meningkatkan aktivitas belajar untuk
lebih menguasai/memahami pelajaran melalui penguasaan konsep-konsep pokok yang
diajarkan terutama pelajaran kimia.
b. Bagi Guru
1) Dapat menggunakan model pembelajaran inkuiri berbantuan multimedia
sebagai salah satu upaya meningkatkan aktivitas pembelajaran dan hasil belajar
siswa
2) Peningkatan layanan profesional pembelajaran, koreksi diri,
memperbaiki kualitas pembelajaran dan untuk memperkenalkan model pembelajaran inkuiri
berbantuan multimedia
3) Mengembangkan sistem pembelajaran yang bervariasi, dapat
menciptakan pembelajaran lebih aktif, kreatif dan inovatif, menambah wawasan
dibidang pendidikan dalam mempersiapkan diri menjadi guru berkualitas dan
bertanggung jawab.
c. Bagi Sekolah
1) Dapat memberi informasi atau sebagai acuan untuk pengembangan
model pembelajaran inkuiri pada mata pelajaran kimia di sekolah.
2) Memberikan masukan, untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan
hasil belajar siswa secara lebih lanjut demi kemajuan proses pembelajaran,
sebagai sarana pemberdayaan untuk meningkatkan keterampilan/kreativitas antar
guru dan motivasi guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Pembelajaran Inkuiri
a.
Pengertian Pembelajaran
Inkuiri
Model pembelajaran ini dikembangkan oleh
seorang tokoh yang bernama Suchman. Suchman meyakini bahwa anak-anak merupakan
individu yang penuh rasa ingin tahu akan segala sesuatu, prosedur ilmiah dapat
diajarkan secara langsung kepada mereka. Secara singkat, model ini bertujuan
untuk melatih kemampuan siswa secara ilmiah. Karena pada dasarnya secara
intuitif setiap individu cenderung melakukan kegiatan ilmiah (mencari
tahu/memecahkan masalah). Kemampuan tersebut dapat dilatih sehingga setiap
individu kelak dapat melakukan kegiatan ilmiahnya secara sadar (tidak intuitif
lagi) dan dengan prosedur yang benar. Menurut Yamin (2011 : 154) : proses
pembelajaran dalam bentuk inkuiri, yaitu membangun pengetahuan/konsep yang
bermula dari melakukan observasi, bertanya, investigasi, analisis, kemudian
membangun teori atau konsep. Sund, seperti yang dikutip oleh Suryosubroto dalam
Trianto (2007 : 135) menyatakan bahwa discovery merupakan bagian dari
Inkuiri, atau inkuiri merupakan perluasan proses discovery yang
digunakan lebih mendalam. 12 Inkuiri dalam bahasa Inggris Inquiry, berarti
pertanyaan, atau pemeriksaan, penyelidikan. Inkuiri sebagai suatu proses umum
yang dilakukan manusia untuk mencari atau memahami informasi.
Gulo dalam Trianto (2007 : 135)
menyatakan model pembelajaran inkuiri suatu rangkaian kegiatan belajar yang
melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan
menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat
merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Senada dengan hal di
atas Trianto (2007 : 135) menjelaskan sasaran utama kegiatan pembelajaran
inkuiri adalah : 1). Keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan
belajar, 2). Keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuan
pembelajaran, 3). Mengembangkan sikap percaya pada diri siswa tentang apa yang
ditemukan dalam proses inkuiri.
Yamin (2011: 154) menjelaskan siklus
inkuiri meliputi : observasi, tanya jawab, hipotesis, pengumpulan data,
analisis data kemudian disimpulkan. Peserta didik melaksanakan proses
pembelajaran dengan penyelidikan untuk mendapatkan jawaban suatu permasalahan
yang di hadapi ditengah masyarakat, pembelajaran seperti ini lebih bermakna
dari mendengar ceramah dan keterangan guru di depan kelas. Sudjana (2003:88)
menjelaskan bahwa belajar bukan menghafal dan bukan pula mengingat, tetapi
belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang.
Dengan demikian dalam 13 proses perencanaan, guru bukanlah mempersiapkan
sejumlah materi yang harus dihafal, akan tetapi merancang pembelajaran yang
memungkinkan siswa dapat menemukan sendiri materi yang harus dipahaminya.
Menurut Ahmadi dan Prasetyo (2005:77)
dalam pembelajaran inkuiri mengandung proses-proses mental, seperti :
merumuskan masalah, membuat hipotesis, mendesain eksperimen, mengumpulkan dan
menganalisis data, serta menarik kesimpulan. Sehubungan dengan pengertian
tersebut, dalam pembelajaran inkuiri, kegiatan pembelajaran harus direncanakan
agar siswa memperoleh pengalaman-pengalaman, sehingga berkesempatan untuk
mengalami proses menemukan. Berdasarkan uraian tentang pembelajaran inkuiri
maka dapat penulis simpulkan bahwa metode pembelajaran inkuiri merupakan bentuk
dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada siswa. Dikatakan
demikian, sebab dalam metode pembelajaran ini siswa memegang peran yang sangat
dominan dalam proses pembelajaran.
Dalam Rusman (2010 : 131-133) dijelaskan
bahwa : Kegiatan pembelajaran dilakukan oleh dua orang pelaku, yaitu guru dan
siswa. Perilaku guru adalah mengajar dan perilaku siswa adalah belajar.
Perilaku mengajar dan perilaku belajar tersebut terkait dengan bahan
pembelajaran. Bahan pembelajaran dapat berupa pengetahuan, nilai-nilai
kesusilaan, seni, agama, sikap dan keterampilan. Kegiatan pembelajaran, dalam
implementasinya mengenal banyak istilah untuk menggambarkan cara mengajar yang
akan dilakukan oleh guru. Saat ini, begitu banyak macam strategi ataupun metode
pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran menjadi
lebih baik. Istilah model, pendekatan, strategi, metode, teknik dan taktik
sangat familiar dalam dunia pembelajaran kita, namun kadang istilah-istilah
tersebut membuat bingung para pendidik. Demikian pula dengan para ahli, mereka
memiliki pemaknaan sendiri-sendiri tentang istilah-istilah tersebut. Strategi
Menurut Kemp dalam Rusman (2010 : 132) adalah : suatu kegiatan pembelajaran
yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai
secara efektif dan efisien.
Senada dengan pendapatnya Kemp, Dick and
Carey dalam Rusman (2010 : 132) juga menyebutkan bahwa startegi pembelajaran
itu adalah suatu perangkat materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan
secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada peserta didik atau
siswa. Upaya mengimplementasikan rencana pembelajaran yang sudah disusun dalam
kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun dapat tercapai secara optimal,
maka perlu suatu metode yang digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah
ditetapkan.
Oleh sebab itu, strategi berbeda dengan
metode. Strategi menunjukkan pada sebuah perencanaan untuk mencapai sesuatu,
sedangkan metode adalah cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan 15
strategi. Dengan kata lain, strategi adalah a plan of operation achieving
something, sedangkan metode adalah a way in achieving something.
Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap
proses pembelajaran. Istilah Pendekatan merujuk kepada pandangan tentang
terjadinya suatu prosesyang sifatnya masih sangat umum.
Roy Kellen dalam Rusman (2010 : 132)
mencatat bahwa terdapat dua pendekatan dalam pembelajaran, yaitu pendekatan
yang berpusat pada guru (teacher centered approaches) dan pendekatan
yang berpusat pada siswa (student centered approaches). Pendekatan yang
berpusat pada guru menurunkan strategi pembelajaran langsung (direct
instruction), pembelajaran deduktif atau pembelajaran ekspositori. Sedangkan,
pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa menurunkan strategi
pembelajaran inkuiri dan diskoveri serta pembelajaran induktif.
Menurut Joyce & Weil dalam Rusman
(2010 : 133) berpendapat bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau
pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran
jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing
pembelajaran di kelas atau yang lainnya.
b. Karakteristik Pembelajaran Inkuiri
Tujuan utama dari model ini adalah
membuat siswa menjalani suatu proses tentang bagaimana pengetahuan diciptakan.
Untuk mencapai tujuan 16 ini, siswa dihadapkan pada sesuatu (masalah) yang
misterius, belum diketahui, tetapi menarik. Namun, perlu diingat bahwa masalah
tersebut harus didasarkan pada suatu gagasan yang memang dapat ditemukan (discoverable
ideas), bukan mengada-ada.
Menurut Trianto (2007 : 135) kondisi
umum yang merupakan syarat timbulnya kegiatan inkuiri bagi siswa adalah :
1)
Aspek sosial di kelas dan
suasana terbuka yang mengandung siswa berdiskusi,
2)
Inkuiri berfokus pada
hipotesis,
3)
Penggunaan fakta sebagai
evidensi (informasi, fakta)
Untuk menciptakan kondisi seperti di
atas, menurut Trianto (2007 : 136), peranan guru adalah sebagai berikut :
1) Motivator, memberikan rangsangan agar siswa aktif dan bergairah
berpikir
2) Fasilitator, menunjukkan jalan keluar jika siswa mengalami
kesulitan
3) Penanya, menyadarkan siswa dari kekeliruan yang mereka buat
4) Administrator, bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan kelas.
5) Pengarah, memimpin kegiatan siswa untuk mencapai tujuan yang
diharapkan
6) Manajer, mengelola sumber belajar, waktu dan organisasi kelas
7) Rewarder, memberi penghargaan pada prestasi yang dicapai siswa.
Gulo dalam Trianto (2007 : 137)
menyatakan dalam proses inkuiri tidak hanya mengembangkan kemampuan intelektual
tetapi seluruh potensi yang ada, termasuk pengembangan emosional dan
keterampilan inkuiri merupakan suatu proses yang bermula dari merumuskan
masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data, dan membuat
kesimpulan.
c. Pelaksanaan Pembelajaran Inkuiri
Gulo dalam Trianto (2007 : 137-138)
menyatakan, bahwa kemampuan yang diperlukan untuk melaksanakan pembelajaran
inkuiri adalah sebagai berikut :
1)
Mengajukan Pertanyaan
atau Permasalahan
Kegiatan Inkuiri dimulai ketika
pertanyaan atau permasalahan diajukan
2) Merumuskan Hipotesis
Hipotesis adalah solusi jawaban
sementara atas pertanyaan atau solusi permasalahan yang dapat diuji dengan
data.
3) Mengumpul Data
Hipotesis digunakan untuk menuntun
proses pengumpulan data. Data yang dihasilkan dapat berupa tabel, matrik atau
grafik
4) Analisis Data
Siswa bertanggung jawab menguji
hipotesis yang telah dirumuskan dengan menganalisis data yang telah diperoleh.
Faktor penting dalam menguji hipotesis adalah pemikiran ’benar’ atau ’salah’.
Setelah memperoleh kesimpulan, dari data percobaan, siswa dapat menguji
hipotesis yang telah dirumuskan
5)
Membuat Kesimpulan
Langkah penutup dari pembelajaran
inkuiri adalah membuat kesimpulan sementara berdasarkan data yang diperoleh
siswa.
d. Langkah-langkah Pembelajaran Inkuri
Uno (2007 : 15) menyimpulkan ada lima
langkah/tahapan prosedur penerapan model pembelajaran inkuiri, tahap pertama
adalah siswa dihadapkan pada suatu situasi yang membingungkan
(teka-teki). Tahap kedua dan ketiga adalah
pengumpulan data untuk verifikasi dan eksperimentasi. Tahap keempat adalah
merumuskan penjelasan atau peristiwa yang telah dialami siswa. Pada praktiknya,
mungkin siswa tidak dapat menjelaskan dengan sempurna, karena itu disarankan
agar penjelasan tidak hanya diberikan oleh satu atau dua orang siswa, melainkan
beberapa siswa diminta untuk memberikan penjelasannya tentang apa yang dialami.
Tahap kelima adalah menganalisis proses penelitian yang telah
mereka lakukan. Pada tahap ini, siswa diminta untuk menganalisis pola
penelitian yang telah mereka lakukan.
Sudjana dalam Trianto (2007 : 142)
menyatakan, ada lima tahapan yang ditempuh dalam melaksanakan pembelajaran
inkuri, yaitu :
1) Merumuskan masalah untuk dipecahkan oleh siswa
2) Menetapkan jawaban sementara atau lebih dikenal dengan istilah
hipotesis
3) Mencari Informasi, data, dan fakta yang diperlukan untuk menjawab
hipotesis atau permasalahan
4) Menarik kesimpulan jawaban atau generalisasi
5) Mengaplikasikan kesimpulan.
Sanjaya (2008 : 202) menyatakan bahwa
pembelajaran inkuiri mengikuti langkah-langkah sebagai berikut : a. Orientasi
b. Merumuskan Masalah c. Merumuskan Hipotesis d. Mengumpulkan Data e. Menguji
Hipotesis f. Merumuskan Kesimpulan
Dari berbagai pendapat di atas pada
dasarnya menjelaskan tahapan dalam pembelajaran inkuiri yaitu membangun
pengetahuan/konsep yang bermula dari melakukan observasi, bertanya,
investigasi, analisis, kemudian membangun teori atau konsep.
2. Media Pembelajaran
a.
Pengertian Media
Pembelajaran
Menurut Schram dalam Susilana dan Riyana
(2007 : 5) menyatakan : media adalah teknologi pembawa pesan yang dapat
dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Jadi media adalah perluasan dari
guru. Pendapat yang hampir sama menurut Heinic dalam Susilana dan Riyana (2007
: 6) menjelaskan : media merupakan alat saluran komunikasi. Media berasal dari
bahasa latin, dan merupakan bentuk jamak dari kata ”medium” yang secara
harfiah berarti perantara, yaitu perantara sumber pesan (a source) dengan
penerima pesan (a receiver). Menurut Briggs dalam Susilana dan Riyana
(2007 : 6) mengemukakan: media sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi
pembelajaran seperti buku, film, video, slide, dan sebagainya Dari berbagai
pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa 1). Media pembelajaran
merupakan wadah pesan, 2) materi yang ingin disampaikan adalah pesan
pembelajaran, 3) Tujuan yang ingin dicapai ialah proses pembelajaran.
Media merupakan alat bantu apa saja yang
dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan pembelajaran. Media
juga bisa digunakan orang untuk menyampaikan pesan. Media dalam proses
komunikasi digunakan sebagai alat pengirim (transfer) yang
mentansmisikan pesan dari pengirim (sander) kepada penerima pesan (receiver)
Mengapa perlu media pembelajaran ? Karena banyak faktor yang dapat menghambat
proses pembelajaran siswa, di antaranya adanya bahaya kata-kata (verbalisme)
kekacauan makna (tafsiran makna yang berbeda), kegemaran berangan-angan
(memperhatikan dengan tatapan kosong), persepsi yang kurang tepat (melihat
objek sama tetapi kesannya berbeda). Media pembelajaran yang baik harus
memenuhi beberapa syarat dan harus dapat meningkatkan motivasi pembelajaran,
aktivitas dan hasil belajar siswa. Penggunaan media harus mempunyai tujuan
untuk meningkatkan aktivitas belajar, meningkatkan hasil belajar siswa, dan
motivasi kepada pembelajaran, harus bisa mengaktifkan siswa dalam memberi
tanggapan, umpan-balik dan juga mampu mendorong siswa untuk melakukan praktek
praktek dengan benar serta dapat memberikan semangat belajar.
Hubbard dalam Supriyatno (2011 : 35) :
menyatakan bahwa ada beberapa kriteria untuk menilai keefektifan sebuah media,
yaitu : biaya memang harus dinilai dengan hasil yang akan dicapai dengan penggunaan
media itu. Kriteria lainnya adalah ketersediaan fasilitas pendukung seperti
listrik, kecocokan dengan ukuran kelas, keringkasan, kemampuan untuk dirubah,
waktu dan tenaga penyiapan, pengaruh yang ditimbulkan, kerumitan dan kegunaan.
Semakin banyak tujuan pembelajaran yang bisa dibantu dengan sebuah media
semakin baiklah media itu. Dengan demikian media pembelajaran dapat diartikan
sebagai pendekatan khusus untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran. Hal-hal
yang harus diperhatikan dalam pemilihan media pembelajaran yaitu kesesuaian
media dengan tujuan yang akan dicapai, kesesuaian karakteristik media dengan
pelajaran,kecanggihan media dengan tingkat perkembangan siswa, kesesuaian media
dengan minat siswa, kemampuan dan wawasan siswa, kesesuaian karakteristik siswa
dengan latar belakang sosial budayanya, kemudahan memperoleh dan menggunakan
media di sekolah, kualitas teknis media yang membuat pelajaran yang disajikan
lebih mudah dicerna siswa.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat
disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah : segala bentuk dan saluran yang
digunakan oleh guru untuk menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa
sehingga akan merasa lebih mudah dan dapat dipahami dalam proses pembelajaran.
Proses pembelajaran merupakan proses komunikasi antara guru, siswa dan bahan
ajar, termasuk media pembelajaran, komunikasi tersebut tidak akan berjalan
lancar tanpa adanya bantuan sarana media pembelajaran.
b. Pengertian Multimedia
Susilana dan Riyana (2007 : 21)
menjelaskan : Multi Media merupakan suatu sistem penyampaian dengan menggunakan
berbagai jenis bahan belajar yang membentuk suatu unit atau paket. Contohnya
suatu modul belajar yang terdiri atas bahan cetak, bahan audio, dan bahan
audiovisual.
Kelebihan Multi Media Menurut Susilana
dan Riyana (2007 : 21) antara lain : (1) siswa memiliki pengalaman yang beragam
dari segala media, (2) dapat menghilang kebosanan siswa karena media yang
digunakan lebih bervariasi, (3) sangat baik untuk kegiatan belajar mandiri. Kelemahan
Multi Media Menurut Susilana dan Riyana (2007 : 22) antara lain (1) biayanya
cukup mahal, (2) memerlukan perencanaan yang matang dan tenaga yang
profesional. Penggunaan multimedia sebagai sumber pembelajaran sangat penting,
siswa diharapkan dapat memberikan tanggapan pada kompetensi dasar (KD),
mengomentari penampilan/pementasan, dan juga pemodelan pada KD menulis naskah
multimedia dan juga KD memerankan naskah yang sudah disiapkan. Masalah yang
dibahas adalah hal-hal yang berhubungan dengan penggunaan multimedia.
Penerapan multimedia dalam proses
pembelajaran mempunyai beberapa faktor pendukung keberhasilan yaitu adanya
semangat guru untuk membuat strategi yang bervariasi untuk memadukan pendekatan
kontekstual dan komunikatif sehingga meminimalisasi rasa bosan dan membuat
siswa semangat untuk mengikuti pelajaran, adanya upaya guru untuk menggunakan
metode, multimedia yang bervariasi dan disesuaikan dengan KD dan minat siswa,
adanya kerjasama antara seluruh komponen sekolah yaitu guru, kurikulum, metode
dan lingkungan sekolah yang saling mendukung untuk membentuk suatu sistem yang
dapat membantu dan bekerjasama.
c. Jenis-jenis Media
Susilana dan Riyana (2007 : 13)
menjelaskan : menurut bentuk informasi yang digunakan, media dapat
dikelompokkankan dalam lima kelompok besar, yaitu media visual diam, media
visual gerak, media audio, media audio visual diam, dan media audio visual
gerak. Dilihat dari bentuk penyajian dan cara penyajiannya, Susilana dan Riyana
(2007 : 13), mengelompokkan media menjadi tujuh kelompok, yaitu :
Kelompok Kesatu : Media grafis, bahan cetak dan gambar diam, Kelompok Kedua : Media Proyeksi Diam, Kelompok Ketiga : Media Audio, Kelompok Keempat : Media audio visual diam, Kelompok Kelima : Film, Kelompok Keenam : Televisi, Kelompok Ketujuh : Multimedia.
Kelompok Kesatu : Media grafis, bahan cetak dan gambar diam, Kelompok Kedua : Media Proyeksi Diam, Kelompok Ketiga : Media Audio, Kelompok Keempat : Media audio visual diam, Kelompok Kelima : Film, Kelompok Keenam : Televisi, Kelompok Ketujuh : Multimedia.
d. Kriteria Pemilihan Media
1)
Kriteria Umum Pemilihan
Media
Susilana
dan Riyana (2007 : 69-71) menjelaskan : secara teoritik bahwa setiap media
memiliki kelebihan dan kelemahan yang memberikan pengeruh kepada efektifitas
program pembelajaran. Sejalan dengan hal ini, pendekatan yang ditempuh adalah
mengkaji media sebagai bagian integral dalam proses pendidikan yang kajiannya
akan sangat dipengaruhi beberapa kriteria umum sebagai berikut : 1. Kesesuaian
dengan tujuan (Intructional goals) 2. Kesesuaian dengan materi
pembelajaran (Intructional content) 3. Kesesuaian dengan karakteristik pembelajar
atau siswa 4. Kesesuaian dengan teori 5. Kesesuaian dengan gaya belajar siswa
6. Kesesuaian dengan kondisi lingkungan, fasilitas pendukung, dan Waktu yang
tersedia
2) Kriteria Khusus Pemilihan Media
Erickson
dalam Susilana dan Riyana (2007 : 72) memberi saran dalam kriteria khusus
pemilihan media, sebagai berikut : 1. Apakah materinya penting dan berguna bagi
siswa ? 2. Apakah dapat menarik minat siswa untuk belajar ? 3. Apakah ada
kaitannya dan mengena secara langsung dengan tujuan pembelajaran ? 4. Bagaimana
format penyajiannya diatur ? Apakah memenuhi tata urutan yang teratur ? 5.
Bagaimana dengan materinya, mutahir dan authentik ? 6. Apakah konsep dan
kecermatannya terjamin secara jelas ? 7. Apakah isi dan presentasinya memenuhi
standar ? 8. Apakah penyajiannya objektif ? 9. Apakah bahannya memenuhi standar
kualitas teknis ? 10 Apakah bahan tersebut sudah melalui pemantapan uji coba
atau validasi ? Sejumlah kriteria khusus lainya dalam pemilihan media
pembelajaran yang tepat dapat dirumuskan dalam satu kata ACTION, yaitu akronim
dari : access, cost, technology, interactivity, organization, dan novelty
3. Pembelajaran Kimia
a. Kurikulum Mata Pelajaran Kimia
Dalam BNSP (2006 : 1 ) : Tujuan
pembelajaran kimia di sekolah yaitu membekali peserta didik pengetahuan,
pemahaman dan sejumlah kemampuan yang dipersyaratkan untuk memasuki jenjang
pendidikan yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu dan teknologi. Tujuan
mata pelajaran kimia dicapai oleh peserta didik melalui berbagai pendekatan,
antara lain pendekatan induktif dalam bentuk proses inkuiri ilmiah. Proses
inkuiri ilmiah bertujuan menumbuhkan kemampuan berpikir, berkerja dan bersikap
ilmiah serta berkomunikasi sebagai salah satu aspek penting kecakapan hidup.
Oleh karena itu pembelajaran kimia menekankan pada pemberian pengalaman belajar
secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan
sikap ilmiah. Tujuan mata pelajaran kimia dicapai oleh peserta didik melalui
berbagai pendekatan, antara lain pendekatan induktif dalam bentuk proses
inkuiri ilmiah. Proses inkuiri ilmiah bertujuan menumbuhkan kemampuan berpikir,
berkerja dan bersikap ilmiah serta berkomunikasi sebagai salah satu aspek
penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran kimia menekankan pada
pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan
pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah.
Diungkapkan dalam BNSP (2006 : 2 ) bahwa
tujuan mata pelajaran kimia di SMA/MA agar peserta didik memiliki kemampuan
berikut :
1) Membentuk sikap positif terhadap kimia dengan menyadari
keteraturan dan keindahan alam serta mengagungkan kebesaran Tuhan Yang Maha
Esa.
2) Memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, objektif, terbuka, ulet, kritis,
dan dapat bekerjasama dengan orang lain.
3) Memperoleh pengalaman dalam menerapkan metode ilmiah melalui
percobaan atau eksperimen, dimana peserta didik melakukan pengujian hipotesis
dengan merancang percobaan melalui pemasangan instrumen, pengambilan,
pengolahan dan penafsiran data, serta menyampaikan hasil percobaan secara lisan
dan tertulis.
4) Meningkatkan kesadaran tentang terapan kimia yang dapat bermanfaat
dan juga merugikan individu, masyarakat dan lingkungan serta menyadari
pentingnya mengelola dan melestarikan lingkungan demi kesejahteraan masyarakat.
5) Memahami konsep-konsep, hukum, dan teori kimia serta saling
keterkaitannya dan penerapannya untuk menyelesaikan masalah dlam kehidupan
sehari – hari dan teknologi .
b. Karakteristik Pembelajaran Kimia
Dalam BSNP (2006) dijelaskan : Karena
kimia merupakan ilmu yang termasuk rumpun IPA, karakteristik kimia sama dengan
IPA. Karakteristik tersebut adalah objek ilmu kimia, cara memperoleh, serta
kegunaannya. Kimia merupakan ilmu yang pada awalnya diperoleh dan dikembangkan
berdasarkan percobaan (induktif) namun pada perkembangan selanjutnya kimia juga
diperoleh dan dikembangkan berdasarkan teori (deduktif).
Ruang lingkup mata pelajaran kimia di
SMA merupakan lanjutan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SMP/MTs yang menekankan
pada fenomena alam dan pengukurannya dengan perluasan pada konsep abstrak yang
meliputi aspek-aspek sebagai berikut :
1) Struktur Atom, sistem periodik, dan ikatan kimia, stoikiometri,
larutan non elektrolit dan elektrolit, reaksi oksidasi-reduksi, senyawa organik
dan makromolekul.
2) Termokimia, laju reaksi dan kesetimbangan, larutan asam basa,
stoikiometri larutan, kesetimbangan ion dalam larutan dan sistem koloid.
3) Sifat koligatif larutan, redoks dan elektrokimia, karakteristik
unsur, kegunaan, dan bahayanya, senyawa organik dan reaksinya, benzena dan
turunannya, makromolekul.
Standar Kompetensi dan Kompetensi dasar
menjadi arah dan landasan untuk mengembangkan materi pokok, kegiatan
pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian. Dalam
merancang kegiatan pembelajaran dan penilaian perlu memperhatikan standar
proses dan standar penilaian.
4. Belajar
a. Pengertian belajar dan hasil belajar
Chaplin dalam Hadiwinarto (2009 : 36)
membuat dua rumusan definisi belajar. Rumusan pertama, belajar adalah perolehan
perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan
pengalaman. Rumusan kedua, belajar adalah proses perolehan respons-respons
sebagai akibat adanya latihan khusus.
Sedangkan menurut Heinich dkk dalam Pribadi
(2009 : 6) : belajar diartikan sebagai ” ... development of new knowledge,
skills, or attitudes as individual interact with learning resources.” Belajar
merupakan sebuah proses pengembangan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang
terjadi manakala seseorang melakukan interaksi secara intensif dengan
sumber-sumber belajar.
Hattie, Biggs, & Purdie dalam
Hadiwinarto (2009 : 37) membuat rumusan definisi belajar secara kuantitatif,
instruksional, dan kualitatif. Secara kuantitatif, belajar adalah kegiatan
pengisian atau pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta sebanyak banyaknya.
Secara institusional (tinjauan kelembagaan), belajar diartikan sebagai proses ”
validasi” atau pengabsahan terhadap penguasaan siswa atas materi-materi yang
telah ia pelajari. Sedangkan secara kualitatif belajar adalah proses memperoleh
arti-arti dan pemahaman –pemahaman serta cara-cara menafsirkan dunia sekeliling
siswa.
Snelbecker dalam Pribadi (2009 : 7) :
menjelaskan dari sudut pandang pendidikan, belajar terjadi apabila terdapat
perubahan dalam hal kesiapan (readiness) pada diri seseorang dalam
berhubungan dengan lingkungannya. Setelah melakukan proses belajar, biasanya
seseorang akan menjadi lebih respek dan memiliki pemahaman yang lebih baik (sensitive)
terhadap objek, makna, dan peristiwa yang dialami. Melalui belajar,
seseorang akan menjadi lebih responsif dalam melakukan tindakan.
Briggs dalam Sumiati dan Asra (2007 :
40) menjelaskan : Berdasarkan teori belajar kognitif-gestalt, belajar merupakan
suatu proses terpadu yang berlangsung di dalam diri seseorang dalam upaya
memperoleh pemahaman dan struktur kognitif baru, atau untuk mengubah pemahaman
dan struktur kognitif lama.
Dari beberapa pendapat di atas dapat
disimpulkan belajar merupakan kegiatan yang dilakukan oleh seseorang agar
memiliki kompetensi berupa keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan.
Belajar juga dapat dipandang sebagai sebuah proses elaborasi dalam upaya
pencarian makna yang dilakukan oleh individu. Proses belajar pada dasarnya
dilakukan untuk meningkatkan kemampuan atau kompetensi personal. Belajar juga
merupakan suatu proses aktif dan fungsi dari total situasi yang mengelilingi
siswa. Individu yang melakukan proses belajar akan menempuh suatu pengalaman
belajar dan berusaha untuk mencari makna dari pengalaman tersebut.
Hadiwinarto (2009 : 55) menjelaskan :
hasil belajar, khususnya di lembaga pendidikan formal, sering diistilahkan
prestasi belajar. Ada perbedaan yang mendasar antara istilah hasil belajar dan
prestasi belajar. Istilah hasil belajar lebih tepat diberlakukan kepada apapun
hasil yang diperoleh seorang pelajar dalam mempelajari suatu mata pelajaran.
Sedangkan istilah prestasi belajar, lebih tepat diperuntukkan kepada hasil
belajar yang mencapai nilai sangat baik atau skor sangat baik atau skor sangat
tinggi.
Menurut Anni (2002 : 4) hasil belajar
merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami
aktivitas belajar. Menurut Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa (1995 : 343) hasil adalah sesuatu yang diadakan oleh usaha. Sehingga
hasil belajar adalah suatu perubahan yang dicapai oleh proses usaha yang
dilakukan seseorang dalam interaksinya antara pengalaman dan lingkungannya.
Sumiati dan Asra (2007 : 40)
menyimpulkan agar belajar dapat mencapai sasaran yang diperolehnya pemahaman
dan struktur kognitif baru, yang dimiliki seseorang, maka proses belajar
sepatutnya dilakukan secara aktif, melalui berbagai kegiatan, seperti
mengalami, melakukan, mencari, dan menemukan, keaktifan belajar sebagai
prasyarat diperolehnya hasil belajar tersebut.
Arikunto (2005:45) menyatakan bahwa
hasil belajar merupakan suatu hasil yang diperoleh siswa dalam mengikuti
pembelajaran, dan hasil belajar ini biasanya dinyatakan dalam bentuk angka,
huruf ataupun kata-kata. Penjelasan ini tidak juah berbeda dengan yang dijelaskan
Sukmadinata (2004:103), bahwa hasil belajar di sekolah dapat dilihat dari
penguasaan siswa akan mata-mata pelajaran yang ditempuhnya yang dilambangkan
dengan angka-angka atau huruf, seperti angka 0-10 pada pendidikan dasar dan
menengah, dan huruf A, B, C, D pada pendidikan tinggi. Artinya, hasil belajar
siswa di sekolah lebih banyak penekanannya dalam bidang kognitif yang
dilambangkan dengan angka-angka ataupun huruf.
Dari beberapa pendapat tentang hasil
belajar di atas, dapat penulis simpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil
yang didapat peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran. Hasil yang
diperoleh itu berupa perubahan tingkah laku yang mencakup ranah kognitif,
afektif dan psikomotorik. Jadi setelah proses pembelajaran itu ada perubahan
secara menyeluruh dalam sikap dan kebiasaan-kebiasaan serta keterampilan
keterampilan kearah yang lebih baik (positif)
b. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Ada berbagai faktor yang dapat
mempengaruhi hasil belajar yang dicapai siswa. Sukmadinata (2004:43) menyatakan
bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar seseorang bersumber
di dalam atau di luar diri peserta didik. Slameto (2002:65) menjelaskan secara
rinci bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar yang meliputi: (1)
faktor internal/faktor dalam diri siswa yakni keadaan jasmani/kondisi
fisiologis dan rohani/kondisi fisikologis seperti tingkat kecerdasan atau
intelegensi, sikap, bakat, minat, motivasi, dan emosi siswa; dan (2) faktor
eksternal/faktor di luar diri siswa yakni kondisi lingkungan siswa.
Sudjana (2003:23) mengemukakan bahwa
dalam proses pendidikan di sekolah, faktor sekolah seperti kurikulum, kemampuan
guru dalam mengelola pembelajaran, ketersediaan sarana dan fasilitas belajar,
pelayanan sekolah, dan iklim sekolah merupakan variabel-variabel yang dominan
mempengaruhi terhadap pencapaian prestasi para siswa dalam belajar.
Ali (2004:88) mengatakan bahwa faktor
emosi siswa mempunyai pengaruh yang lebih besar terhadap prestasi siswa dalam
belajar. Hal ini dikarenakan perubahan pengetahuan (kognitif), penanaman konsep
dan keterampilan (psikomotorik), dan pembentukan sikap mental, perilaku dan
pribadi siswa (afektif) ke arah yang lebih baik, juga ciri-ciri dari perubahan
emosi siswa yang lebih baik.
Berdasarkan beberapa penjelasan di atas
disimpulkan bahwa ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar
siswa. Faktor-faktor tersebut dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu
faktor internal (faktor dari dalam diri siswa), faktor eksternal (faktor dari
luar siswa), dan faktor pendekatan belajar (approach learning).
c. Pengukuran Hasil Belajar
Menurut Hadiwinarto (2009 : 56) :
pengukuran hasil belajar dilakukan dengan menggunakan tes, yang terdiri atas
tes tertulis, tes lisan dan tes perbuatan. Ditinjau dari tujuan evaluasi, ada
dua jenis, yakni
1) Tes formatif, dilaksanakan selama paket
program pembelajaran berlangsung. Tujuannya untuk mencari umpan balik dalam
rangka perbaikan pembelajaran.
2) Tes sumatif hasil belajar, dilaksanakan
setelah suatu paket program pembelajaran berakhir. Tujuannya untuk mengetahui
sejauhmana tingkat keberhasilan proses pembelajaran yang dilakukan selama kurun
waktu tertentu.
Hadiwinarto (2009 : 56-57) : menjelaskan alat
untuk mengukur hasil belajar disebut instrumen pengukuran hasil belajar.
Langkah-langkah penyusunan instrumen hasil belajar, khususnya untuk bentuk soal
pilihan ganda, sebab-akibat dan benar salah, sebagai berikut :
1) Menentukan konstruksinya atau materi pelajaran yang akan diujikan.
Yakinkan materi sudah dipelajari oleh siswa.
2) Menentukan dimensinya atau pokok bahasan-pokok bahasan dari materi
yang akan diujikan.
3) Menentukan indikator-indikatornya atau sub pokok bahasan-sub pokok
bahasan dari materi yang akan diujikan
4) Menentukan kisi-kisinya atau bagian-bagian dari masing-masing sub
pokok bahasan dari materi yang akan diujikan.
Menyusun butir-butir soal, dengan
mengikuti kaidah-kaidah sebagai berikut :
1) Satu butir soal, hanya mengukur satu obyek soal
2) Pertanyaan harus tegas, sehingga tidak menimbulkan pemahaman atau
persepsi yang beragam
3) Menggunakan tata bahasa dan struktur kalimat yang baik dan benar
4) Sedapat mungkin menghindari penggunaan kalimat yang bersifat
negatif
5) Pada bentuk soal pilihan ganda, sedapat mungkin menghindari
penggunaan kata kecuali.
6) Seperangkat soal untuk mata pelajaran-mata pelajaran tertentu
usaha kan mencakup semua domain pengukuran, yakni : dimensi proses kognitif
yang terdiri atas : ingatan, pemahaman, analisis, aplikasi, evaluasi dan
kreasi, serta dimensi pengetahuan yang terdiri atas : pengetahuan fakta,
pengetahuan konsep, pengetahuan prosedural dan pengetahuan meta kognitif.
B. Kerangka Pikir
Agar penelitian ini dapat dilaksanakan
dengan baik dan maksimal, maka harus dibuat pengembangan konseptual perencanaan
tindakan atau rancangan yang matang sebagai pemandu pelaksanaan penelitian.
Rancangan penelitian meliputi indikator setiap komponen, instrumen, petunjuk
penilaian, sumber data, metode pengumpulan data, metode analisis data jadwal,
dan pelaksanaan penelitian.
Tercapainya tujuan pendidikan yang
sesuai dengan standar/visi dan misi yang telah ditetapkan oleh sekolah
merupakan sasaran akhir dari proses pembelajaran. Untuk itu setiap guru dalam
proses pembelajaran di sekolah hendaknya mampu melakukan inovasi, paradigma
baru dalam pembelajaran, terutama di era globalisasi sudah seharusnya guru
mampu memanfaatkan multimedia sebagai media pembelajaran.
Berdasarkan konsep-konsep yang digunakan
dalam penelitian ini dapat digambarkan kerangka pikir pelaksanaan tindakan
penelitian tindakan kelas dengan judul : Penerapan Pembelajaran Inkuiri Berbantuan Multimedia Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar
Siswa pada Mata Pelajaran Kimia Materi Struktur dan Tata Nama Senyawa Karbon di
SMA Negeri 1 ................... adalah :
Gambar
2.1 Diagram Kerangka Pikir Pelaksanaan
Penelitian Tindakan Kelas
C. Hipotesis Tindakan
Jika dilaksanakan dengan benar penerapan
pembelajaran inkuiri berbantuan multimedia, diharapkan dapat meningkatkan
aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran kimia di SMA Negeri 1 ...................
Tahun Pelajaran 2014/2015.
bila berkenan untuk bab selanjutnya secara lengkap sampai dengan lampiran dan halaman depan dalam format *.doc/*.docx silahkan
klik DOWNLOAD
atau hub. 081327121707 terima kasih.