Loggo
LAPORAN
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
PENERAPAN MODEL
KOOPERATIF TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KIMIA MATERI KONSEP OKSIDASI DAN REDUKSI
SISWA DI KELAS X SMAN 1 .................
Disusun Sebagai Salah Satu Syarat
Kenaikan Pangkat dari Golongan ...... ke ......
Oleh
..........................................
NIP. ..............................
DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN ...............................
SMAN 1 .................
Jl. ..............................................................
201...
HALAMAN
PENGESAHAN
LAPORAN
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
1. a. Judul Penelitian : Penerapan Model Kooperatif Tipe Team Games
Tournament (TGT) dengan Pendekatan Saintifik untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Di
Kelas X SMAN 1 .................
b.
Bidang Ilmu : Kimia
c.
Kategori Penelitian : Strategi
Pembelajaran
d. Jenis Penelitian : Penelitian
Tindakan Kelas
2. Ketua
Peneliti
a. Nama Lengkap dan Gelar : ……………..
b.
NIP : ………….
c. Pangkat / Golongan : Pembina, IV/a
d. Jabatan :
e. Instansi :
SMAN 1 .................
f.
Tempat Penelitian : SMAN 1
.................
3. Lama
Penelitian : 3 bulan (Bulan ……….. sampai dengan Bulan …….
20…)
4. Sumber
Biaya : Swadaya
…………….,…………………….
Petugas Perpustakaan Peneliti
…………………….. ………………………
NIP. …………………….. NIP. ……………………..
Mengetahui/Mengesahkan
Kepala Sekolah
………………….
NIP.……………………..
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdullilah kehadirat Allah SWT atas segala
limpahan rahmat dan hidayahNya
sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan Penelitian Tindakan Kelas di SMAN 1 ................. dengan lancar. Laporan ini dibuat
oleh penulis dalam rangka memenuhi pengajuan
pada penilaian angka kredit unsur pengembangan profesi guru untuk kenaikan
pangkat dari golongan … ke …….
Terselesaikannya penelitian
ini tidak lepas dari bantuan beberapa pihak dan pada kesempatan ini ijinkan
peulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada
semua pihak yang baik langsung maupun tidak langsung telah membantu penyusunan
laporan ini, yaitu kepada yang terhormat:
1.
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten ,…………….
atas Ijin dan pertimbangan terhadap pelaksanaan PTK selama
kegiatan berlangsung.
2.
Pengawas SMA Dinas Pendidikan Kabupaten …………. , atas Saran, Ijin dan pertimbangan terhadap pelaksanaan PTK
selama kegiatan berlangsung
3.
Kepala
sekolah SMAN 1 ................. yang telah memberikan Saran, Ijin dan
pertimbangan terhadap pelaksanaan PTK selama kegiatan berlangsung.
4.
Bapak
dan Ibu Guru SMAN 1 ................. yang telah membimbing dan memotifasi serta mengarahkan kami hingga
kegiatan Program Penelitian Tindakan Kelas
ini dapat terselesaikan dengan lancar.
Dan akhirnya saya menyadari
sepenuhnya bahwa dalam penyusunan laporan ini banyak kelemahan atau kekurangan
untuk itu, saya berharap kepada pembaca berkenan memberikan saran dan kritik
yang membangun. Untuk itu sebelumnya kami ucapkan terimakasih.
......................, ...................
Peneliti
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR JUDUL............................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................. ii
KATA PENGANTAR....................................................................................... iii
DAFTAR ISI..................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL.............................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR......................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... vii
ABSTRAK......................................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah.........................................................
B.
Rumusan Masalah .................................................................
C.
Batasan Masalah ....................................................................
D.
Tujuan Penelitian ...................................................................
E.
Manfaat Penelitian ................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori ...........................................................................
B. Kerangka Berpikir .................................................................
C. Hipotesis Tindakan ................................................................
BAB III METODE PENELITIAN
A.
Setting Penelitian...................................................................
B.
Data dan Sumber Data...........................................................
C.
Teknik Pengumpulan Data ....................................................
D.
Teknik Analisa Data ..............................................................
E.
Rancangan Penelitian.............................................................
F.
Indikator Kinerja ...................................................................
BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian.......................................................................
B. Pembahasan............................................................................
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ............................................................................
B. Saran.......................................................................................
DAFTAR
PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
TABEL Halaman
Tabel 3.1 Kriteria Penilaian Hasil Pengamatan Kreativitas Siswa..............
TAbel 3.2 Kriteria Penilaian Hasil Belajar....................................................
Tabel 4.1 Rekapitulasi
Hasil Tes Formatif Kondisi Awal
Tabel 4.2 Rekapitulasi Hasil Observasi Keaktifan Siswa pada Kegiatan
Pembelajaran Kondisi Awal
Tabel 4.3 Rekapitulasi
Nilai Tes Formatif Pembelajaran kimia pada Siklus I
Tabel 4.4 Rekapitulasi
Hasil Observasi Peningkatan Keaktifan Siswa Pembelajaran kimia Materi Reaksi
redoks Pada Siklus I...................................................................
Tabel 4.5 Rekapitulasi
Nilai Tes Formatif Pembelajaran kimia
pada Siklus II
Tabel 4.6 Rekapitulasi
Hasil Observasi Peningkatan Keaktifan Siswa Pembelajaran kimia Materi Reaksi
redoks Siklus II
Tabel 4.7 Rekapitulasi
Nilai Hasil Tes Formatif Temuan Awal,
Siklus I dan Siklus II
Tabel 4.8 Rekapitulasi
Peningkatan Keaktifan Siswa pada Siklus I dan Siklus II
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR Halaman
Gambar 2.1 Kerangka
Pemikiran Penerapan Model Koopertif Tipe TGT (Team Games Tournament)
Dengan Pendekatan Saintifik.................................................................
Gambar 3.1 Spiral Penelitian Tindakan Kelas Model Kemmis
& Mc Taggart (Pardjono dkk, 2007: 22)
Gambar 4.1 Grafik
Peningkatan dan Penurunan Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I dan II
Gambar 4.2 Grafik
Peningkatan Nilai Rata-rata Belajar Siswa
Pada Siklus I dan II
Gambar 4.3 Grafik
Ketuntasan Siswa Berdasarkan Tingkat Keaktifan Siswa Pada Siklus I dan II
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian
Lampiran 2 Surat Pernyataan Kesediaan menjadi Observer
Lampiran 3 Jurnal Kegiatan Penelitian
Lampiran 4 Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Siklus I
Lampiran 4 Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Siklus II
Lampiran 5 Daftar Hadir Siswa Kondisi Awal, Siklus I
dan Siklus II
Lampiran 6 Daftar Hadir Peneliti Dan Observer Kondisi
Awal, Siklus I dan Siklus II
Lampiran 7 Daftar Nilai Tes Formatif Kondisi Awal,
Siklus I dan Siklus II
Lampiran 8 Lembar Observasi Peningkatan Motivasi Siswa
Dalam Kegiatan Pembelajaran Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II
Lampiran 9 Contoh Hasil Pekerjaan Siswa
Lampiran 10 Dokumentasi
Pelaksanaan Kegiatan Penelitian Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II
Catt :
Untuk lembar pengesahan yang bertanda tangan disesuaikan dengan kondisi
setempat
DAFTAR LAMPIRAN TOLONG DISESUIKAN
CATT :
Semua file yang ada tulisan cetak, dicetak !
ABSTRAK
Oleh :
..............................................
NIP. ...........................
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar
kimia dan aktivitas siswa dalam pembelajaran melalui Penerapan Model Kooperatif
Tipe Team Games Tournament (TGT) dengan Pendekatan Saintifik di kelas X SMAN 1 ..................
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan subjek
penelitian seluruh kelas X SMAN 1 ................. tahun ajaran 201../201..
yang berjumlah 20 siswa. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan tes dan
non tes, yang terdiri dari posttest dan lembar observasi. Data diolah dengan
menggunakan teknik analisis kuantitatif sederhana yaitu nilai rata-rata,
persentase daya serap, ketuntasan belajar, dan rata-rata skor observer. Dari hasil
penelitian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kimia dengan menggunakan Model
Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT) dengan Pendekatan Saintifik dapat
meningkatkan hasil belajar dan keaktifan siswa.
Penerapan Metode Teams
Games Tournament (TGT) yang divariasikan dengan mengerjakan lembar kerja
dalam pembelajaran mampu meningkatkan keaktifan belajar siswa dari 45% (9
siswa) pada kondisi awal, meningkat menjadi 13 siswa (65%) pada siklus pertama
dan pada akhir pelaksanaan pembelajaran
siklus II meningkat menjadi 20 siswa atau 100%. kerja sama antar kelompok dalam
diskusi mampu memotivasi siswa dalam pembelajaran sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar yang
ditunjukkan dengan peningkatan nilai rata-rata prestasi belajar yang terus
meningkat. Hal ini dibuktikan dengan
peningkatan perolehan nilai rata-rata
prestasi belajar sebesar 58,00 meningkat
menjadi 63,00 pada siklus I dan
pada akhir siklus II meningkat menjadi 74,50 dengan tingkat ketuntasan belajar dari 4 siswa (20)
menjadi 9 siswa (45%) dan 19 siswa (95%) pada siklus kedua.
Kata
Kunci : Aktivitas, Hasil Belajar, Tipe
Team Games Tournament
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
memegang peranan yang penting dalam proses peningkatan sumber daya manusia. IPA
berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala alam secara sistematis,
sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa
fakta-fakta, konsepkonsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan
suatu proses penemuan. Pendidikan diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta
didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek
pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di kehidupan sehari-hari
(Depdiknas, 2003). Kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam yang
mempelajari tentang sifat, struktur materi, komposisi, perubahan materi serta
energi yang menyertai perubahan materi secara umum yang diperoleh melalui hasil
eksperimen dan penalaran. Secara umum pengajaran kimia bertujuan untuk
mengembangkan sumber daya manusia yang memiliki keterampilan intelektual dan
psikomotor dalam bidang kimia yang dilandasi oleh sikap ilmiah, sehingga mampu
mengikuti perkembangan IPTEK (Depdiknas, 2003). Selama ini proses pembelajaran
yang dilaksanakan di sekolah-sekolah masih berpusat pada guru. Proses
pembelajaran yang berpusat pada guru ini akan membuat siswa hanya sebagai
penerima informasi dan guru pemberi informasi sehingga proses pembelajaran
bersifat pasif karena siswa hanya mendapatkan pengetahuan dari gurunya saja.
Proses pembelajaran yang terpusat pada guru akan memberikan dampak negatif pada
siswa diantaranya siswa menjadi pasif, siswa menjadi kurang kreatif dan jika
mengandalkan penjelasan dari guru saja, maka informasi yang akan diterima
sangat terbatas dan sedikit. (Wena, 2009)
Berdasarkan observasi dan pelaksanaan
kegiatan pra-siklus di kelas X SMAN 1 ................. diperoleh hasil yang
cukup memprihatikan, di mana dari 20 siswa hanya terdapat 4 siswa atau 20% yang
memperoleh nilai di atas kriteria ketuntasan minimal (70), yaitu dengan nilai
rata-rata 58,00 dehingga dapat disimpulkan bahwa banyak siswa yang mengalami
kesulitan dalam belajar kimia. Berdasarkan observasi, ada beberapa permasalahan
yang dialami siswa pada proses pembelajaran kimia berlangsung yaitu masih ada
siswa yang kurang berminat untuk mengikuti pelajaran kimia, media atau buku
penunjang sangat terbatas, dan banyak siswa hanya mencatat apa yang telah
dicatat guru di papan tulis. Dari penjelasan tersebut menunjukkan bahwa hasil
belajar kimia kelas X SMAN 1 ................. masih rendah pada pokok bahasan
redoks. Untuk menanggulangi permasalahan tersebut, peneliti dan guru akan
menggunakan model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada
mata pelajaran redoks.
Guru merupakan komponen penting dari
tenaga kependidikan yang memiliki tugas untuk melaksanakan proses pembelajaran.
Seorang guru diharapkan paham tentang strategi pembelajaran. Penggunaan
strategi dalam kegiatan pembelajaran sangat diperlukan untuk mempermudah proses
pembelajaran agar dapat mencapai hasil yang optimal. Tanpa strategi yang jelas,
proses pembelajaran tidak akan terarah sehingga tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan sulit tercapai secara optimal. Selain itu, proses pembelajaran tidak
dapat berlangsung secara efektif dan efisien tanpa penerapan strategi
pembelajaran yang tepat. Strategi pembelajaran tertentu dapat diterapkan pada
setiap pembelajaran disesuaikan dengan karakteristik materi dan tujuan
pembelajaran yang diharapkan (Wena, 2009 : 2 -3). Upaya untuk meningkatkan hal
tersebut tidak mudah untuk dicapai secara maksimal, karena banyak faktor yang
berpengaruh terhadap kemauan siswa untuk belajar, antara lain inisiatif,
kepercayaan diri, tanggung jawab, dan evaluasi diri sendiri.
Hal yang seharusnya dilakukan adalah
meningkatkan keikutsertaan siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar.
Aktifnya siswa dalam kegiatan pembelajaran diharapkan dapat meningkatkan hasil
belajar siswa dan membuat kegiatan pembelajaran lebih bermakna (Wena, 2009: 188
-189). Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan guna meningkatkan
keikutsertaan siswa secara aktif dalam pembelajaran adalah dengan menerapkan
pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang
memberikan kesempatan kepada para siswa melaksanakan kegiatan belajar bersama
dengan kelompok kecil (antara 4 sampai 6 orang). Dalam pembelajaran kooperatif
masing-masing siswa anggota kelompok bertanggung jawab terhadap keberhasilan
diri dan anggotanya. Mereka harus saling membantu melaksanakan tugas yang
diberikan kepada kelompoknya, sehingga setiap anggota kelompok mencapai potensi
optimal yang mungkin diraihnya (Huda, 2012). Teams Games Turnament (TGT)
adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan adanya kerjasama
antar anggota kelompok untuk mencapai tujuan belajar. Aktivitas belajar dengan
permainan dan turnamen yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif model TGT
memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung
jawab, kerja sama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar. Hal ini tentu
akan memotivasi siswa dalam belajar sehingga berpengaruh juga terhadap prestasi
belajar siswa (Harmianto dkk, 2013).
Pengetahuan, sikap, dan keterampilan
yang dimiliki oleh guru maupun siswa merupakan pengalaman yang satu sama lain
saling melengkapi. Dengan demikian ada proses sharing (bertukar pikiran) yang
memberi kesempatan yang luas bagi peserta didik untuk saling berinteraksi dekat
hubungan personalnya dan saling bekerja sama dengan siswa lain. Berdasarkan
uraian diatas peneliti tertarik untuk melakuan penelitian dengan judul “Penerapan
Model Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT) dengan Pendekatan
Saintifik untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Di Kelas X SMAN 1
.................”.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas, maka
rumusan masalah pada penelitian ini adalah :
1. Apakah pembelajaran kimia dengan menerapkan model Kooperatif tipe
Team Games Tournament (TGT) dengan pendekatan saintifik dapat meningkatkan hasil belajar kimia siswa di kelas X SMAN 1 .................?
Team Games Tournament (TGT) dengan pendekatan saintifik dapat meningkatkan hasil belajar kimia siswa di kelas X SMAN 1 .................?
2. Apakah pembelajaran kimia dengan menerapkan model Kooperatif tipe
Team Games Tournament (TGT) dengan pendekatan saintifik dapat meningkatkan aktivitas siswa pada proses pembelajaran hasil di kelas X SMAN 1 .................?
Team Games Tournament (TGT) dengan pendekatan saintifik dapat meningkatkan aktivitas siswa pada proses pembelajaran hasil di kelas X SMAN 1 .................?
C. Batasan Masalah
Dalam penelitian ini, masalah dibatasi
agar pembahasan tidak terlalu luas di antaranya beberapa hal sebagai berikut.
1. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X SMAN 1 .................
Semester genap tahun ajaran 2013/2014
2. Hasil belajar siswa dilihat dari hasil belajar kognitif berupa
nilai test
3. Pokok bahasan dalam penelitian ini adalah reaksi reduksi-oksidasi
4. Aktivitas siswa dilihat pada proses belajar mengajar dan kegiatan
pemecahan masalah ketika proses belajar mengajar berlangsung dengan melakukan
observasi
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan
pelaksanaan kegiatan penelitian ini adalah :
1. Untuk meningkatkan hasil belajar kimia pada pembelajaran kimia
dengan menerapkan model Kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT)
dengan pendekatan saintifik di kelas X SMAN 1 .................
2. Untuk meningkatkan hasil aktivitas siswa pada proses pembelajaran
kimia dengan menerapkan model Kooperatif tipe Team Games Tournament
(TGT) dengan pendekatan saintifik di kelas X SMAN 1 ..................
E. Manfaat Penelitian
Hasil pelaksanaan kegiatan penelitian tindakan kelas
ini diharapkan dapat memberikan manfaat :
1. Bagi Siswa
a. Dapat meningkatkan hasil belajar siswa
b. Siswa lebih termotivasi untuk belajar kimia serta dapat
meningkatkan keaktifan dalam belajar
2. Bagi Guru
Manfaat yang diperoleh oleh guru adalah
memberikan alternatif model yang dapat dilakukan oleh guru untuk mengoptimalkan
kualitas pembelajaran kimia serta meningkatkan hasil belajar siswa.
3. Bagi Sekolah
Sebagai salah satu peluang pengenalan
model pembelajaran yang bisa diterapkan di sekolah untuk menunjang proses
pembelajaran dan menghasilkan output yang berkualitas.
4. Bagi Peneliti
Diharapkan dapat menjadi bekal
pengetahuan setelah menjadi tenaga pengajar dan dapat menerapkannya dengan baik
dalam proses belajar mengajar.
BAB II
KAJIAN
PUSTAKA
A.
Kajian Teori
1.
Belajar dan
Pembelajaran
Pada dasarnya, belajar adalah masalah
setiap orang. Dengan belajar maka pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, nilai,
sikap, tingkah laku, dan semua perbuatan manusia terbentuk, disesuaikan dan
dikembangkan. Oleh karena itu, banyak ahli yang mencoba memberikan definisi tentang
belajar. Pengertian belajar menurut para ahli adalah sebagai berikut :
a. Belajar Menurut Pandangan Skinner (Dimyati dan Mudjiono, 2006)
Skinner berpandangan bahwa belajar adalah suatu prilaku pada saat orang
belajar, maka responnya menjadi lebih baik.
b. Belajar Menurut Gagne (Dimyati dan Mudjiono, 2006) Menurut Gagne,
belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil belajar berupa kapabilitas.
Setelah belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai.
c. Belajar Menurut Pandangan Piaget (Dimyati dan Mudjiono, 2006)
Piaget berpendapat bahwa pengetahuan dibentuk oleh individu. Sebab individu
melakukan interaksi terus-menerus dengan lingkungan. Lingkungan tersebut
mengalami perubahan. Dengan adanya interaksi maka fungsi interaksi semakin
berkembang. Purwanto (2010 : 102), mengatakan bahwa belajar adalah suatu proses
yang menimbulkan terjadinya suatu perubahan atau pembaharuan dalam tingkah laku
dan atau kecakapan.
Atas dasar definisi di atas dapat
diambil kesimpulan bahwa belajar selalu melibatkan tiga hal pokok, yaitu;
adanya perubahan tingkah laku, sifat perubahannya relatif permanen, serta
perubahan tersebut disebabkan oleh interaksi dengan lingkungan, bukan oleh
proses kedewasaan ataupun perubahan-perubahan kondisi fisik yang temporer
sifatnya. Oleh karena itu, pada prinsipnya belajar adalah proses perubahan
tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara siswa dengan sumber-sumber
belajar, baik sumber yang didesain maupun yang dimanfaatkan. Proses belajar
tidak hanya terjadi karena adanya interaksi antara siswa dan guru. Hasil
belajar yang maksimal dapat pula diperoleh lewat interaksi antara siswa dengan
sumber-sumber belajar lainnya (M-edukasi,2013).
Mengajar pada dasarnya merupakan suatu
usaha untuk menciptakan kondisi atau sistem lingkungan yang mendukung dan
memungkinkan untuk berlangsungnya proses belajar. Pengertian mengajar seperti
ini memberikan petunjuk bahwa fungsi pokok dalam mengajar itu adalah
menyediakan kondisi yang kondusif, sedang yang berperan aktif dan banyak
melakukan kegiatan adalah siswanya, dalam upaya menemukan dan memecahkan
masalah. Konsep mengajar ini memberikan indikator bahwa pengajarannya lebih
bersifat pupil centered. Sehingga tercapailah suatu hasil yang optimal
yang sangat tergantung oleh kegiatan siswa/ anak didik itu sendiri. Dengan kata
lain, tercapainya tujuan pembelajaran atau hasil pengajaran itu sangat
dipengaruhi oleh bagaimana aktivitas siswa di dalam belajar (Sardiman, 2011 :
47-50). Dengan demikian, permasalahan yang dihadapi oleh pengajar yang
dipandang baik untuk menghasilkan produk yang baik, adalah bagaimana
mengorganisasikan proses belajar untuk mencapai pengetahuan otentik atau tahan
lama. Karena dalam mengajar merupakan kegiatan mengorganisasikan proses belajar
secara baik, maka guru sebagai pengajar harus berperan sebagai organisator yang
baik pula. Secara makro guru dituntut untuk dapat mengorganisasikan
komponen-komponen yang terlibat di dalam proses belajarmengajar, sehingga
harapan terjadi proses pengajaran yang optimal.
2. Hasil Belajar
Pengajaran yang efektif ditandai oleh
berlangsungnya proses belajar. Proses belajar dapat dikatakan berlangsung
apabila seseorang sekarang mengetahui atau sekarang dapat melakukan sesuatu
yang sebelumnya tidak diketahui atau tidak dapat dilakukan olehnya. Hasil
belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,
sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Pengertian hasil belajar oleh para
ahli adalah sebagai berikut :
a. Merujuk pemikiran Gagne (Suprijono, 2009), hasil belajar berupa :
1) Informasi verbal yang berupa mengungkapkan pengetahuan dalam
bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis.
2) Keterampilan intelektual yang terdiri dari kemampuan
mengategorisasi, kemampuan analitis-sintesis fakta-konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip
keilmuan. Keterampilan intelektual merupakan kemampuan melakukan aktivitas
kognitif bersifat khas.
3) Strategi kognitif yaitu kemampuan yang meliputi penggunaan konsep
dan kaidah dalam memecahkan masalah.
4) Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak
jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak
jasmani.
5) Sikap berupa kemampuan menginternalisasi dan eksternalisasi
nilainilai. Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar
perilaku.
b. Menurut Bloom (Suprijono,
2009), hasil belajar mencakup :
1) Ranah kognitif
Ranah kognitif
berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek berupa
:
a)
knowledge (pengetahuan, ingatan),
b)
comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh),
c)
application (menerapkan),
d) analysis (menguraikan,
menentukan hubungan),
e)
synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru), dan
f)
evaluation (menilai).
2) Ranah afektif
Ranah afektif berkenaan
dengan sikap dan nilai yang terdiri dari lima aspek berupa
a)
receiving (sikap menerima),
b)
responding(memberikan respons),
c)
valuing (nilai),
d) organization (organisasi),
e)
characterization (karakterisasi).
Ranah psikomotor Hasil
belajar psikomotoris tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan
kemampuan bertindak individu. Kemampuan psikomotor mencakup keterampilan
produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial, dan intelektual.
c. Menurut Lindgren (Suprijono, 2009) hasil pembelajaran meliputi
kecakapan, informasi, pengertian, dan sikap (Suprijono, 2009 : 5-7).
Dari beberapa pendapat tersebut, dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar adalah penilaian hasil yang sudah dicapai oleh
setiap siswa dalam ranah kognitif, afektif dan psikomotor yang diperoleh
sebagai akibat usaha kegiatan belajar dan dinilai dalam periode tertentu. Di
antara ketiga ranah tersebut, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh
para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam
menguasai isi bahan pengajaran (Uny, 2003 : 15- 16). Ciri-ciri hasil belajar
adalah adanya perubahan tingkah laku dalam diri individu. Artinya seseorang
yang telah mengalami proses belajar itu akan berubah tingkah lakunya.
Perubahan tingkah laku sebagai hasil
belajar mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
a. Perubahan yang disadari, artinya individu yang melakukan proses
pembelajaran menyadari bahwa pengetahuan, keterampilannya telah bertambah, ia
lebih percaya terhadap dirinya, dan sebagainya.
b. Perubahan yang bersifat kontinu (berkesinambungan). Perubahan
tingkah laku sebagai hasil pembelajaran akan berkesinambungan, artinya suatu
perubahan yang telah terjadi menyebabkan terjadinya perubahan tingkah laku yang
lain,
c. Perubahan yang bersifat fungsional, artinya perubahan yang telah
diperoleh sebagai hasil pembelajaran memberikan manfaat bagi individu yang
bersangkutan.
d. Perubahan yang bersifat positif, artinya terjadi adanya
pertambahan perubahan dalam individu. Misalnya ilmunya menjadi lebih banyak,
prestasinya meningkat, kecakapannya menjadi lebih baik, dan sebagainya.
e. Perubahan yang bersifat aktif, artinya perubahan itu tidak terjadi
dengan sendirinya akan tetapi melalui aktivitas individu.
f. Perubahan yang bertujuan dan terarah, artinya perubahan itu
terjadi karena ada sesuatu yang akan dicapai.
Dalam proses pembelajaran, semua
aktivitas terarah kepada pencapaian suatu tujuan tertentu (Hakim, 2012) Menurut
Dimyati (2006 : 3-5), hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak
belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan
proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan
berakhirnya penggal dan puncak proses belajar. Hasil belajar untuk sebagian
berkat tindak guru, suatu pencapaian tujuan pengajaran. Dampak pengajaran adalah
hasil yang dapat diukur, seperti tertuang dalam angka rapor, angka dalam
ijazah, atau kemampuan meloncat setelah latihan. Dampak pengiring adalah
terapan pengetahuan dan kemampuan di bidang lain, yaitu suatu transfer belajar.
Keberhasilan proses mengajar dibagi atas beberapa tingkatan atau taraf. Tingkat
keberhasilan tersebut adalah sebagai berikut :
a. Istimewa/maksimal : apabila seluruh bahan pelajaran yang diajarkan
itu dapat dikuasai oleh siswa.
b. Baik sekali/optimasi : apabila sebagian besar (76% sampai 99%)
bahan pelajaran yang diajarkan itu dapat dikuasai oleh siswa.
c. Baik/minimal : apabila bahan pelajaran yang diajarkan hanya 60%
sampai 75 % saja dikuasai oleh siswa.
d. Kurang : apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 60%
dikuasai oleh siswa.
3. Pembelajaran Kooperatif
Pengertian pembelajaran kooperatif
menurut para ahli yang diungkapkan oleh Huda (2012 : 29-32) adalah sebagai
berikut :
a. Menurut Roger, dkk (1992), pembelajaran kooperatif merupakan
aktivitas pembelajaran kelompok yang diorganisir oleh satu prinsip bahwa
pembelajaran harus didasarkan pada perubahan informasi secara sosial di antara
kelompok-kelompok pembelajar yang didalamnya setiap pembelajar bertanggung
jawab atas pembelajarannya sendiri dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran
anggota-anggota yang lain.
b. Menurut Parker (1994), kelompok kecil kooperatif didefinisikan
sebagai suasana pembelajaran dimana para siswa saling berinteraksi dalam
kelompok-kelompok kecil untuk mengerjakan tugas akademik demi mencapai tujuan bersama.
c. Menurut Davidson (1994), pembelajaran kooperatif merupakan suatu
konsep yang sebenarnya sudah ada sejak dulu dalam kehidupan seharihari, dimana
konsep ini sangat penting untuk meningkatkan kinerja kelompok, organisasi, dan
perkumpulan manusia.
d. Menurut Johnson (1998), pembelajaran kooperatif berarti bekerja
sama untuk mencapai tujuan bersama.
e. Menurut Art dan Newman (1990), pembelajaran kooperatif
didefinisikan sebagai kelompok kecil pembelajar/siswa yang bekerja sama dalam
satu tim untuk mengatasi suatu masalah, menyelesaikan sebuah tugas, atau
mencapai satu tujuan bersama.
Dari beberapa definisi yang dikemukakan
oleh para ahli di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran
kooperatif adalah model pembelajaran yang menempatkan siswa dalam
kelompok-kelompok kecil (4-6 orang) yang anggotanya bersifat heterogen, terdiri
dari siswa dengan prestasi tinggi, sedang, dan rendah, perempuan dan laki-laki
dengan latar belakang etnik yang berbeda untuk saling membantu dan bekerja sama
mempelajari materi pelajaran agar belajar semua anggota maksimal. Prinsip dasar
pembelajaran kooperatif adalah siswa membentuk kelompok kecil dan saling
mengajar sesamanya untuk mencapai tujuan bersama. Dalam pembelajaran kooperatif
siswa yang kurang pandai dapat belajar dalam suasana yang menyenangkan karena
banyak teman yang membantu dan memotivasi. Siswa yang terbiasa bersifat pasif
setelah menerapkan pembelajaran kooperatif terpaksa berpartisipasi secara aktif
agar bisa diterima oleh anggota kelompoknya.
Melalui pembelajaran kooperatif, menurut
pendapat Lie dalam Made Weda (2009: 189), dapat dikembangkan sebuah asumsi
bahwa proses belajar akan lebih bermakna jika peserta didik lebih mendukung dan
mengajari walaupun dalam pembelajaran kooperatif siswa dapat belajar dari dua
sumber belajar utama yaitu pengajar dan teman belajar yang lain (Nancy, 2013 :
3). Roger dan David Johnson (Suprijono, 2009) mengatakan bahwa tidak semua
belajar kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai hasil
yang maksimal, lima unsur dalam model pembelajaran kooperatif harus diterapkan.
Lima unsur tersebut adalah :
a. Saling Ketergantungan Positif
Unsur
ini menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif ada dua pertanggungjawaban
kelompok, yaitu mempelajari bahan yang ditugaskan kepada kelompok dan menjamin
semua anggota kelompok secara individu mempelajari bahan yang ditugaskan
tersebut.
b. Tanggung Jawab Individual
Pertanggungjawaban
ini muncul jika dilakukan pengukuran terhadap keberhasilan kelompok. Tanggung
jawab perseorangan adalah kunci untuk menjamin semua anggota yang diperkuat
oleh kegiatan belajar bersama. Artinya, setelah mengikuti kelompok belajar
bersama, anggota kelompok harus dapat menyelesaikan tugas yang sama.
c. Interaksi Promotif
Unsur
ini penting karena dapat menghasilkan saling ketergantungan positif
Keterampilan Sosial Untuk mengoordinasikan kegiatan peserta didik dalam
pencapaian tujuan, peserta didik harus : saling mengenal dan mempercayai, mampu
berkomunikasi secara akurat dan tidak ambisius, saling menerima dan saling
mendukung, dan mampu menyelesaikan konflik secara konstruktif.
d. Pemrosesan Kelompok
Pemrosesan
mengandung arti menilai. Tujuan pemrosesan kelompok adalah meningkatkan
efektivitas anggota dalam memberikan kontribusi terhadap kegiatan kolaboratif
untuk mencapai tujuan kelompok. Salah satu aksentuasi model pembelajaran
kooperatif adalah interaksi kelompok. Interaksi kelompok dalam pembelajaran
kooperatif bertujuan mengembangkan inteligensi interpersonal. Secara umum
inteligensi interpersonal berkaitan dengan kemampuan seseorang menjalin relasi
dan komunikasi dengan berbagai orang (Suprijono, 2009 : 58-62).
Dengan demikian, pembelajaran kooperatif
bergantung pada efektivitas kelompok-kelompok siswa tersebut. Dalam
pembelajaran ini, guru diharapkan mampu membentuk kelompok-kelompok kooperatif
dengan berhati-hati agar semua anggotanya dapat bekerja bersama-sama untuk
memaksimalkan pembelajarannya sendiri dan pembelajaran teman-teman satu
kelompoknya. Masing-masing anggota kelompok bertanggung jawab mempelajari apa
yang disajikan dan membantu teman-teman satu anggota untuk mempelajarinya juga.
Model pembelajaran kooperatif
dikembangkan untuk mencapai setidaktidaknya tiga tujuan pembelajaran penting.
Menurut Depdiknas tujuan pertama pembelajaran kooperatif yaitu meningkatkan
hasil akademik, dengan meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas
akademiknya. Siswa yang lebih mampu akan menjadi narasumber bagi siswa yang
kurang mampu, yang memiliki orientasi dan bahasa yang sama. Sedangkan tujuan yang
kedua, pembelajaran kooperatif memberi peluang agar siswa dapat menerima
teman-temannya yang mempunyai berbagai perbedaan latar belajar. Perbedaan
tersebut antara lain perbedaan suku, agama, kemampuan akademik, dan tingkat
sosial. Tujuan penting ketiga dari pembelajaran kooperatif ialah untuk
mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan sosial yang dimaksud
antara lain, berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain,
memancing teman untuk bertanya, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja
dalam kelompok dan sebagainya. Untuk mencapai hasil belajar itu, model
pembelajaran kooperatif menuntut kerja sama dan interdependensi peserta didik
dalam struktur tugas, struktur tujuan, dan struktur reward-nya. Struktur tugas
berhubungan bagaimana tugas diorganisir. Struktur tujuan dan reward mengacu
pada derajat kerja sama atau kompetisi yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan
maupun reward (Harmianto dkk, 2013 : 60).
4. Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Team Games Tournament)
Pembelajaran kooperatif model TGT adalah
salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan,
melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan
peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur-unsur permainan dan reinforcement
didalamnya. Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam
pembelajaran kooperatif model TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks
disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerja sama, persaingan sehat dan
keterlibatan belajar (A’la, 2010 : 105). Permainan dalam TGT dapat berupa
pertanyaan-pertanyaan yang ditulis pada kartu-kartu yang diberi angka. Tiap
siswa, misalnya, akan mengambil sebuah kartu yang diberi angka tadi dan
berusaha untuk menjawab pertanyaan yang sesuai dengan angka tersebut. Turnamen
harus memungkinkan semua siswa dari semua tingkat kemampuan (kepandaian) untuk
menyumbangkan poin bagi kelompoknya. Permainan yang dikemas dalam bentuk
turnamen ini dapat berperan sebagai penilaian alternatif atau dapat pula
sebagai review materi pembelajaran (Rusman, 2011 : 224).
Menurut Slavin (1995), ada lima komponen
utama dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT yaitu :
a. Penyajian Kelas
Penyajian
kelas dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT tidak berbeda dengan pengajaran
biasa atau pengajaran klasikal oleh guru, hanya pengajaran lebih difokuskan
pada materi yang sedang dibahas saja. Ketika penyajian kelas berlangsung mereka
sudah berada dalam kelompoknya. Dengan demikian mereka akan memperhatikan
dengan serius selama pengajaran penyajian kelas berlangsung sebab setelah ini
mereka harus mengerjakan games akademik dengan sebaik-baiknya dengan
skor mereka akan menentukan skor kelompok mereka.
b. Kelompok
Kelompok
disusun dengan beranggotakan 4-6 orang yang mewakili pencampuran dari berbagai
keragaman dalam kelas seperti kemampuan akademik, jenis kelamin, rasa atau
etnik. Fungsi utama mereka dikelompokkan adalah anggota-anggota kelompok saling
meyakinkan bahwa mereka dapat bekerja sama dalam belajar dan mengerjakan game
atau lembar kerja dan lebih khusus lagi untuk menyiapkan semua anggota dalam
menghadapi kompetisi.
c. Permainan
Pertanyaan
dalam game disusun dan dirancang dari materi yang relevan dengan materi yang
telah disajikan untuk menguji pengetahuan yang diperoleh mewakili masing-masing
kelompok. Sebagian besar pertanyaan pada kuis adalah bentuk sederhana. Setiap
siswa mengambil sebuah kartu yang diberi nomor dan mejawab pertanyaan yang
sesuai dengan nomor pada kartu tersebut.
d. Kompetisi/turnamen
Turnamen
adalah susunan beberapa game yang dipertandingkan. Biasanya turnamen
dilakukan pada akhir minggu atau pada setiap unit setelah guru melakukan
persentasi kelas dan kelompok sudah mengerjakan lembar kerja. Pada tahap
turnamen ini, masing-masing kelompok menempati meja turnamen yang sudah
disediakan.
e. Pengakuan Kelompok
Pengakuan
kelompok dilakukan dengan memberi penghargaan berupa hadiah atau sertifikat
atas usaha yang telah dilakukan kelompok selama belajar sehingga mencapai
kriteria yang telah disepakati bersama.
Langkah-langkah dan aktivitas
pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah sebagai berikut :
a. Langkah-langkah dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT mengikuti
urutan sebagai berikut : pengaturan klasikal, belajar kelompok, turnamen
akdemik, penghargaan tim.
b. Pembelajaran diawali dengan memberikan pelajaran, selanjutnya
diumumkan kepada semua siswa bahwa akan melaksanakan pembelajaran kooperatif
tipe TGT dan siswa diminta memindahkan bangku untuk membentuk tim. Kepada siswa
disampaikan bahwa mereka akan bekerja sama dengan kelompok belajar selama
beberapa pertemuan, mengikuti turnamen akademik untuk memperoleh poin bagi
nilai tim mereka serta diberitahukan tim yang mendapat nilai tinggi akan
mendapat penghargaan.
c. Kegiatan dalam turnamen adalah persaingan pada meja turnamen dari
masing-masing tim. Pada permulaan turnamen diumumkan penetapan meja bagi siswa.
Siswa diminta mengatur meja turnamen yang ditetapkan. Nomor meja turnamen bisa
diacak. Setelah kelengkapan dibagikan dapat dimulai kegiatan turnamen.
d. Pada akhir putaran, pemenang akan mendapat penghargaan dan yang
kalah tidak diberikan hukuman. Penskoran didasarkan pada jumlah perolehan
jawaban benar dari soal.
e. Dengan model yang mengutamakan kerja kelompok dan kemampuan
menyatukan intelegensi siswa yang berbeda-beda akan dapat membuat siswa
mempunyai nilai dalam segi kognitif, afektif dan psikomotor secara merata satu
siswa dengan siswa yang lain. Dengan model yang mengutamakan kerja kelompok dan
kemampuan menyatukan intelegensi siswa yang berbeda-beda akan dapat membuat
siswa mempunyai nilai dalam segi kognitif, afektif, dan psikomotor secara
merata satu siswa dengan siswa yang lain (Harmianto dkk, 2013 : 67-72).
5. Pendekatan Saintifik
Pendekatan sains suatu pengkajian
pendidikan untuk menelaah dan memecahkan masalah-masalah pendidikan dengan
menggunakan disiplin ilmu tertentu sebagai dasarnya. Cara kerja pedekatan sains
dalam pendidikan ialah menggunakan prinsip-prinsip dan metode kerja ilmiah yang
ketat, baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif, sehingga ilmu
pendidikan dapat diiris-iris menjadi bagian-bagian yang lebih detail dan
mendalam (Sitiavana, 2013). Melalui pendekatan sains tersebut, bisa dihasilkan
sains pendidikan atau ilmu pendidikan, dengan berbagai cabangnya (Sitiavana,
2013), seperti berikut :
a. Sosiologi pendidikan; suatu cabang ilmu pendidikan sebagai
aplikasi dari sosiologi dalam pendidikan untuk mengkaji faktor-faktor sosial
dalam pendidikan.
b. Psikologi pendidikan; suatu cabang ilmu pendidikan sebagai
aplikasi dari psikologi untuk mengkaji perilaku dan perkembangan individu dalam
belajar.
c. Administrasi atau manajemen pendidikan; suatu cabang ilmu
pendidikan sebagai aplikasi dari ilmu manajemen untuk mengkaji tentang upaya
memanfaatkan berbagai sumber daya agar tujuan-tujuan pendidikan dapat tercapai
secara efektif dan efisien.
d. Teknologi pendidikan; suatu cabang ilmu pendidikan sebagai
aplikasi dari sains dan teknologi untuk mengkaji aspek metodologi serta teknik
belajar yang efektif dan efisien.
e. Evaluasi pendidikan; suatu cabang ilmu pendidikan sebagai aplikasi
dari psikologi pendidikan dan statistika untuk menentukan tingkat keberhasilan
belajar siswa.
f. Bimbingan dan konseling; suatu cabang ilmu pendidikan sebagai
aplikasi dari beberapa disiplin ilmu, seperti sosiologi, teknologi, dan
psikologi.
Model pembelajaran berbasis keterampilan
sosial merupakan model pembelajaran yang mengintegrasikan keterampilan proses
sains ke dalam sistem penyajian materi secara terpadu (Beyer, 1991). Model ini
menekankan kepada proses pencarian pengetahuan daripada transfer pengetahuan.
Siswa dipandang sebagai subjek belajar yang perlu dilibatkan secara aktif dalam
proses pembelajaran, sedangkan guru hanyalah seorang fasilisator yang
membimbing dan mengkoordinasikan kegiatan belajar siswa.
Dengan demikian, siswa diarahkan untuk
menemukan sendiri berbagai fakta sekaligus membangun konsep dan niai-nilai baru
yang diperlukan untuk kehidupannya. Jadi, dalam konsep (pembelajaran berbasis
sains) ini, siswa dididik dan dilatih agar terampil dalam memperoleh dan
mengolah informasi melalui aktivitas berpikir dengan mengikuti prosedur
(metode) ilmiah, seperti terampil melakukan pengamatan, pengukuran,
pengklasifikasian, penarikan kesimpulan, dan pengkomunikasian hasil temuan
(Sitiavana, 2013 : 53-57).
Menurut Kemdikbud (2013), suatu proses
pembelajaran disebut ilmiah jika memenuhi kriteria sebagai berikut :
a. Substansi atau materi pembelajaran berbasis pada fakta atau
fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu, bukan
sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.
b. Penjelasan guru, respon peserta didik dan interaksi edukatif
guru-peserta didik terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran
subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.
c. Mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir secara kritis,
analitis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan
mengaplikasikan substansi atau materi pembelajaran.
d. Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu berpikir hipotetik
dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu degan yang lain dari substansi
atau materi pembelajaran.
e. Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu memahami,
menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam
merespon substansi atau materi pembelajaran.
f. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat
dipertanggungjawabkan.
g. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana, jelas, dan menarik
sistem penyajiannya.
Proses pembelajaran dengan pendekatan
saintifik dapat disajikan sebagai berikut :
a. Mengamati
Metode
mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik.
Sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi. Dengan metode
observasi peserta didik menemukan fakta bahwa ada hubungan antara obyek yang
dianalisis dengan materi pembelajaran yang digunakan oleh guru. Melalui
mengamati gambar, peserta didik dapat secara langsung menceritakan kondisi sebagaimana
yang dituntut dalam Kompetensi Dasar (KD) dan indikator, dan mata pelajaran apa
saja yang dapat dipadukan dengan media yang tersedia.
b. Menanya
Peserta
didik tidak mudah menanya apabila tidak dihadapkan dengan media yang menarik.
Guru harus mampu menginspirasi peserta didik untuk mau dan mampu menanya. Pada
saat guru mengajukan pertanyaan, guru harus membimbing dan memandu peserta
didik menanya dengan baik. Ketika guru menjawab pertanyaan, guru mendorong
peserta didik menjadi penyimak yang baik. Pertanyaan guru dimaksudkan untuk
memperoleh tanggapan verbal.
c. Menalar
Istilah
“menalar” dalam kerangka proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah yang
dianut dalam kurikulum 2013 untuk menggambarkan bahwa guru dan peserta didik
merupakan pelaku aktif. Titik tekannya dalam banyak hal dan situasi peserta
didik harus lebih aktif daripada guru. Penalaran adalah proses berfikir yang
logis dan sistematis atas fakta-kata empiris yang dapat diobservasi untuk
memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Menalar merupakan proses berfikir yang
logis dan sistematis atas fakta-fakta empiris yang dapat diobservasi untuk
memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Menalar (associating) merujuk
pada teori belajar asosiasi, yaitu kemampuan mengelompokkan beragam ide dan
mengasosiasikan beragam peristiwa untuk kemudian memasukannya menjadi penggalan
memori dalam otak dan pengalaman-pengalaman yang tersimpan di memori otak
berinteraksi dengan pengalaman sebelumnya (asosiasi).
d. Mencoba
Mencoba
merupakan keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan tentang alam
sekitar dengan menggunakan metode ilmiah dan sikap ilmiah dalam memecahkan
masalah-masalah yang dihadapinya seharihari. Untuk memperoleh hasil belajar
yang otentik, peserta didik harus melakukan percobaan, terutama untuk
materi/substansi yang sesuai dan aplikasi dari kegiatan mencoba pun dimaksudkan
untuk mengembangkan berbagai ranah tujuan belajar (sikap, keterampilan, dan
pengetahuan). Aplikasi metode eksperimen atau mencoba dimaksudkan untuk
mengembangkan berbagai ranah tujuan belajar, yaitu sikap, keterampilan, dan
pengetahuan. Aktivitas pembelajaran yang nyata untuk ini yaitu: menentukan tema
atau topik sesuai dengan kompetensi dasar menurut tuntutan kurikulum,
mempelajari cara-cara penggunaan alat dan bahan yang tersedia dan harus
disediakan, mempelajari dasar teoritis yang relevan dan hasil-hasil eksperimen
sebelumnya, melakukan dan mengamati percobaan, mencatat fenomena yang terjadi,
menganalisis, dan menyajikan data, menarik simpulan atas hasil percobaan, dan
membuat laporan dan mengkomunikasikan hasil percobaan.
e. Menyimpulkan, Menyajikan, dan Menkomunikasikan
Menyimpulkan
dapat dilakukan bersama-sama dalam satu kesatuan kelompok, atau bisa juga
dengan dikerjakan sendiri setelah mendengarkan hasil kegiatan mengolah
informasi. Menyajikan dapat disajikan dalam bentuk laporan tertulis. Laporan
tertulis dapat dijadikan sebagai salah satu bahan untuk portofolio kelompok dan
atau individu dan walaupun tugas dikerjakan secara berkelompok, sebaiknya hasil
pencatatan dilakukan oleh setiap individu agar dapat dimasukan ke dalam file
portofolio peserta didik. Pada kegiatan akhir diharapkan peserta didik
dapat mengkomunikasikan hasil pekerjaan yang telah disusun secara bersama-sama
dalam kelompok dan/atau secara individu. Guru dapat memberikan klarifikasi agar
peserta didik mengetahui dengan tepat apakah yang telah dikerjakan sudah benar
atau ada yang harus diperbaiki. Kegiatan mengkomunikasikan dapat diarahkan
sebagai kegiatan konfirmasi (Fauziah, 2013 : 166-168).
B.
Kerangka Berpikir
Siswa
sebagai input memiiki kemampuan dan pengetahuan yang berbeda dalam belajar.
Kemampuan dan pengetahuan itu akan diasah dan dikembangkan dalam melaksanakan
pembelajaran dengan menerapkan model kooperatif tipe TGT (Team Games
Tournament) dengan pendekatan saintifik melalui tahapan berikut : 1)
Kegiatan awal yaitu guru menyampaikan judul, tujuan, dan memotivasi siswa. 2)
Kegiatan inti yang meliputi lima tahap utama yaitu : tahap penyajian kelas,
tahap belajar dalam kelompok (guru membagi siswa ke dalam kelompok, membagikan
LKS atau LDS, dan melakukan diskusi), tahap game, tahap turnamen, dan tahap
penghargaan kelompok. 3) Kegiatan akhir yaitu menyimpulkan materi pelajaran dan
mengadakan tes akhir.
Gambar
2.2 Kerangka
Pemikiran Penerapan Model Koopertif Tipe TGT (Team Games
Tournament) Dengan Pendekatan Saintifik
C.
Hipotesis Penelitian
Dari uraian pada kajian teori dan
kerangka pikir di atas, maka hipotesis pada penelitian ini adalah :
1. Penerapan model Kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT)
dengan pendekatan saintifik dapat meningkatkan hasil belajar kimia siswa di
kelas X SMAN 1 .................
2. Penerapan model Kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT)
dengan pendekatan saintifik dapat meningkatkan aktivitas siswa pada proses
pembelajaran hasil di kelas X SMAN 1 .................?
bila berkenan untuk bab selanjutnya secara lengkap sampai dengan lampiran dan halaman depan dalam format *.doc/*.docx silahkan
klik DOWNLOAD
atau hub. 081327121707 terima kasih.