Lencana Facebook

banner image

Thursday 27 June 2013

PROPOSAL SKRIPSI DIMENSI PENDIDIKAN DALAM RITUAL SESAJI DI BUDAYA JAWA



A.          Latar Belakang
Hasil pemikiran, cipta dan karya manusia merupakan kebudayaan yang berkembang pada masyarakat, pikiran dan perbuatan yang dilakukan oleh manusia secara terus menerus pada akhirnya menjadi sebuah tradisi. Tradisi merupakan proses situasi kemasyarakatan yang di dalamnya unsur-unsur dari warisan kebudayaan dan dipindahkan dari generasi ke generasi. Dalam sejarahnya, perkembangan kebudayaan masyarakat Jawa mengalami akulturasi dengan berbagai bentuk kultur yang ada. Oleh karena itu corak dan bentuknya diwarnai oleh berbagai unsur budaya yang bermacam-macam. Setiap masyarakat Jawa memiliki kebudayaan yang berbeda.
Hal ini dikarenakan oleh kondisi sosial budaya masyarakat antara yang satu dengan yang lain berbeda. Kebudayaan sebagai cara merasa dan cara berpikir yang menyatakan diri dalam seluruh segi kehidupan kelompok manusia yang membentuk kesatuan sosial dalam suatu ruang dan waktu. Salah satu unsur budaya Jawa yang menonjol adalah adat istiadat atau tradisi kejawen. Simbol yang juga merupakan salah satu ciri masyarakat Jawa, dalam wujud kebudayaannya ternyata digunakan dengan penuh kesadaran, pemahaman, penghayatan tertinggi, dan dianut secara tradisional dari satu generasi ke generasi berikutnya. Hal ini disebabkan orang Jawa pada masa itu belum terbiasa berfikir abstrak, maka segala ide diungkapkan dalam bentuk simbol yang konkrit.
Dengan demikian segalanya menjadi teka-teki. Simbol dapat ditafsirkan secara berganda. Juga berkaitan dengan ajaran mistik yang memang sangat sulit untuk diterangkan secara lugas, maka diungkapkan secara simbolis atau ungkapan yang miring (bermakna ganda).
Sejarah Islam di Jawa berjalan cukup lama. Selama perjalanan tersebut, banyak hal yang menarik dicermati, dan terjadi dialog budaya antara budaya asli Jawa dengan berbagai nilai yang datang dan merasuk kedalam budaya Jawa. Proses tersebut memunculkan berbagai varian dialektika, sekaligus membuktikan elastisitas budaya Jawa. Pada saat agama Hindu-Budha datang, memunculkan satu varian dialektika bercorak Hindu-Budha dengan corak khusus pengaruh budaya India. Demikian juga saat islam datang dan berinteraksi dengan budaya jawa, melebur menjadi satu. Dalam hal ini ada dua corak yang tampak dipermukaan, yakni Islam mempengaruhi nilai-nilai budaya Jawa dan Islam dipengaruhi oleh budaya Jawa.
Setiap agama dalam arti seluas-luasnya tentu memiiki aspek fundamental, yakni aspek kepercayaan atau keyakinan, terutama kepercayaan terhadap sesuatu yang sakral, yang suci atau yang ghaib. Dalam agama Islam aspek fundamental itu terumuskan dalam istilah aqidah atau keimanan, sehingga terdapatlah rukun iman yang didalamnya terangkum hal-hal yang harus dipercayai/di imani oleh muslim.
Namun, penghayatan tentang prinsip tauhid itu akan berbeda tatkala pemahaman tentang ketuhanan itu masuk dalam dimensi mistik bercorak pantheistic. Terdapatlah sebutan hidup (urip), sukma, sehingga Tuhan Allah disebut sebagai Hyang Maha Hidup, sukma kawekas yang mengandalkan bahwa Tuhan sebagai dzat yang maha hidup, yang menghidupi segala alam. Berkaitan dengan sisa-sisa kepercayaan animisme dan dinamisme, kepercayaan mengesakan Allah itu sering menjadi tidak murni oleh karena tercampur dengan penuhanan terhadap benda-benda yang dianggap keramat, baik benda mati/ hidup.
Kepercayaan-kepercayaan dari agama Hindu, Budha maupun kepercayaan animisme dan dinamisme dalam proses perkembangan Islam itulah yang berinterrelasi dengan kepercayaan-kepercayaan dalam islam. Ritual-ritual yang dibuat atau dipakai orang – orang Jawa Islam yang masih disesuaikan dengan kebiasaan Hindu-Budha nya, yaitu seperti adat mitoni (memperingati 7 bulan kehamilan) memperingati orang mati dengan ritual doa seminggu, 40 hari, nyatos, nyewu dan mendak, ada adat selamatan, gerebek suro nyandran, kliwonan sedekah bumi, nyekar (ziarah kubur) dan masih banyak adat-adat kebiasaan Islam lain yang dihubungkan dengan budaya Hindu-Budha.
Slametan merupakan salah satu dari banyaknya ritual sebagai manifestasi kultur Jawa asli. Di dalamnya lengkap menggunakan simbol-simbol sesaji, menggunakan mantra-mantra tertentu. Oleh karenanya boleh dikatakan slametan merupakan wujud ritual dari teks-teks religi terdahulu. Teks Hindhu, Budha, Islam, dan bahkan pada saat masyarakat Jawa masih menganut animisme dan dinamisme, slametan menjadi sentral mistik kejawen. Ritual slametan dan mistik sulit dilepaskan. Keduanya saling menunjang dan jalin-menjalin merujuk pada budaya spiritual yang hakiki (Endraswara, 2003).
Dari latar belakang di atas penulis tertarik untuk lebih mendalami tentang ritual budaya Jawa sehingga mengambil judul Dimensi Pendidikan Dalam Ritual Slametan  Dalam  Budaya Jawa.

B.           Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalahpahaman arti dan penafsiran terhadap judul , maka kiranya perlu diuraikan peristilahan-peristilahan yang ada dalam judul tersebut, sehingga diperoleh suatu pemahaman yang sesuai dengan apa yang dimaksudkan secara tepat dan benar. Adapun peristilahan (pharafrase) yang perlu untuk ditegaskan dalam judul di atas, adalah sebagai berikut :
1.            Dimensi Pendidikan
Dimensi pendidikan terdiri dari dua kata yaitu dimensi dan pendidikan. Dimensi mengandung pengertian pengukuran yang dibutuhkan untuk mendefinisikan sifat-sifat suatu objek (Poerwadarminta : 15). Sedangkan pendidikan oleh Ki Hajar Dewantara diartikan sebagai daya upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran serta jasmani, agar dapat memajukan kesempurnaan hidup yaitu hidup dan menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan masyarakatnya (Subagja : 22). Dapat diambil pengertian bahwa dimensi pendidikan dalam skripsi ini adalah  pengukuran   sifat atau objek  dalam upaya memajukan budi pekerti, pikiran, jasmani agar dapat memajukan kesempurnaan hidup.
2.            Ritual Slametan
Ritual sesaji terdiri dari dua kata yaitu ritual dan sesaji. Ritual adalah tata cara dalam hal keagamaan (Poerwadarminta : 470). Slametan  adalah bentuk ritual persembahan kepada roh halus ( Darori : 35). Ritual slametan dapat diambil pengertian bentuk ritual persembahan dalam tata cara keagamaan terhadap roh halus.
3.            Budaya Jawa
Budaya Jawa terdiri dari dua kata yaitu budaya dan Jawa. Budaya  adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan budi dan akal serta segala sesuatu yang dihasilkan oleh budi dan akal tersebut (Koentjaraningrat : 20). Sedangkan Jawa adalah salah satu pulau yang ada di Indonesia. Dapat diambil pengertian budaya Jawa adalah segala sesuatu yang berhubungan dan dihasilkan akal dan budi oleh masyarakat Jawa.
Dari judul skripsi yang diambil Dimensi Pendidikan Dalam Ritual Slametan Dalam Budaya Jawa dapat diambil suatu pengertian pengukuran   sifat atau objek  dalam upaya memajukan budi pekerti, pikiran, jasmani agar dapat memajukan kesempurnaan hidup dalam bentuk ritual persembahan pada tata cara keagamaan terhadap roh halus dimana terwujud dengan segala sesuatu yang berhubungan dan dihasilkan akal dan budi oleh masyarakat Jawa.
C.          Perumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas penulis merumuskan permasalahan yang akan diteliti yaitu bagaimana dimensi pendidikan dalam ritual slametan dalam budaya Jawa ?
D.          Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui dimensi pendidikan yang terdapat dalam ritual slametan dalam budaya Jawa.

E.           Manfaat Penelitian
1.      Sebagai acuan pengetahuan terutama dalam bidang kebudayaan khususnya budaya Jawa.
2.      Menambah wawasan penulis dalam memperdalam pengetahuan keagamaan dan kebudayaan.
F.           Telaah Pustaka
Sebelum menganalisa lebih lanjut, penulis akan menelaah karya-karya yang ada kaitannya dengan permasalahan ini, baik dari permasalahan dalam pandangan Islam maupun secara umum . Di antara buku-buku dan literatur yang ada kaitannya dengan permasalahan yang dikaji dalam penyusunan skripsi ini adalah  :
Buku dengan judul Benturan Budaya Islam : Puritan dan Sinkretis karya Sutiyono yang berisikan ketika Islam tersebar ke seluruh budaya Jawa maka mau tidak mau harus berhadapan dengan agama lokal seperti ketika masuk ke Jawa Islam harus berhadapan dengan keperayaan sinkretis lokal Jawa.
Buku dengan judul Islam dan Kebudayaan Jawa karya Amin M Darori dengan penerbit Gama Media Yogyakarta berisikan tentang perjalanan Islam dan kebudayaan serta berbagai macam ritual budaya yang ada dan berkembang di Jawa.
Buku dengan judul Akhlak Tasawuf (Manusia, Etika dan Makna Hidup) karangan DR. M Solihin berisikan tentang pengertian dan hubungan akhlak, etika dan susila, akhlak atau etika dalam persepektif Islam, ruang lingkup bahasan akhlak dan hubungan ilmu akhlak dan ilmu lainnya.
Buku dengan judul Teori-teori Pendidikan Berdasarkan Al-Quran karya Abdurrahman Saleh Abdullah, buku ini memperkenalkan teori-teori pendidikan yang didasarkan pada sumber-sumber Islam yang otentik. Buku ini menguraikan masalah poko yang berkaitan dengan sifat dasar manusia, hakikat ilmu pengetahuan, tugas intelek dalam memperoleh ilmu pengetahuan, kualitas pendidikan yang baik dan petunjuk-petunjuk tentang organisasi materi dan metode pengajaran.
Buku Kitab Tauhid karya Syaikh Muhammad At-Tamimi penerbit Daril Haq Jakarta tahun 1999, berisikan tentang ketauhidan yaitu pemurnian ibadah kepada Alloh secara murni dan konsekuen dengan mentaati segala perintahNya dan menjauhi segala laranganNya dengan penuh rasa rendah diri, cinta, harap dan takut kepadaNya.
Buku berjudul Studi Islam karya Dr. Khoirudin Nasution, M.A penerbit Academia Yogyakarta tahun 2004 berisikan tentang dimensi ideologis berkenaan dengan seperangkat kepercayaan yang memberikan premis eksistensial untuk menjelaskan Tuhan, alam, manusia dan hubungan diantara mereka. Kepercayaan ini dapat berupa makna yang menjelaskan tujuan Tuhan dan peranan manusia dalam mencapai peranan itu . kepercayaan terakhir dapat berupa pengetahuan tentang perangkat tingkah laku yang baik yang dikehendaki agama. Kepercayaan jenis inilah yang didasari struktur etis agama.
G.          Metode Penelitian
Untuk memperoleh data yang dibutuhkan secara terarah dan sistematis, penulis menggunakan metode sebagai berikut:
1.      Jenis Penelitian
Penelitian ini lebih ditekankan pada penelitian kualitatif, karena penelitian ini lebih mengandalkan kekuatan pengamatan pancaindera untuk merefleksi fenomena budaya. Menurut Suwardi Endraswara dikatakan bahwa (2003:16): “Penelitian kualitatif adalah lebih kepada pertimbangan pancaindera secara akurat untuk melihat kebudayaan yang cenderung berubah-ubah seiring perubahan jaman. Bahwa tradisi kualitatif cenderung peneliti sebagai pengumpul data, mengikuti asumsi kultural, dan mengikuti data, dengan kata lain penelitian kualitatif budaya lebih fleksibel, tidak memberi harga mati, reflektif, dan imajinatif “.
Penelitian ini bersifat kualitatif dan termasuk ke dalam jenis penelitian kepustakaan ( library research), yaitu penelitian dengan mengkaji dan menelaah sumber-sumber tertulis seperti buku dan dokumen lain yang berhubungan secara langsung maupun tidak langsung dengan materi pembahasan, sehingga dapat diperoleh data-data yang benar.
2.      Sifat Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif analitis, yaitu dengan menguraikan secara sistematis materi tentang dimensi pendidikan dalam ritual budaya Jawa yang berasal dari berbagai sumber, kemudian dianalisis secara cermat guna memperoleh hasil yang bisa dipertanggungjawabkan.
3.      Sumber Data
Data primer diperoleh melalui buku karangan Sutiyono yang berjudul Benturan Budaya Islam ; Puritan dan Sinkretis kemudian data sekunder diperoleh dari buku karangan Geertz yang berjudul Abangan, Santri, Priyayi Dalam Masyarakat Jawa dan buku-buku lain sebagai pendukung.
4.      Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan mulai dari bulan Oktober sampai dengan selesai.
5.      Teknik Pengumpulan Data
Karena penelitian ini adalah penelitian kepustakaan, maka teknik yang digunakan adalah pengumpulan data literer, yaitu penggalian bahan-bahan kepustakaan yang sejalan dengan obyek kajian.
6.      Analisis Data
Setelah pengumpulan bahan terkumpul, kemudian dilakukan peninjauan data dan diklasifikasikan untuk mempermudah langkah analisis dengan menempatkan masing-masing data sesuai sistematika yang telah direncanakan dalam penelitian ini, analisis yang digunakan analisis yang bersifat induktif yaitu proses berpikir yang berangkat dari pengetahuan atau fakta-fakta yang bersifat khusus kemudian menuju pada pengetahuan yang bersifat umum (Sutrisno Hadi : 36-40). Teknik analisa penelitian yang digunakan oleh penulis adalah kualitatif deskriptif  adalah pemusatan pada masalah-masalah pokok kemudian data yang terkumpul disusun dan dijelaskan selanjutnya dianalisis (Moleong : 33).
H.          Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi tersusun dalam tiga bagian yaitu bagian awal, bagian utama dan bagian akhir. Pada bagian awal berisi halaman judul, halaman nota pembimbing, halaman pengesahan, halaman motto, halaman persembahan, kata pengantar dan daftar isi.
Bagian  utama dari penulisan skripsi berisi lima bab pokok yang terdiri dari :
BAB I    :  Pendahuluan, terdiri dari latar belakang masalah, definisi operasional, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,  telaah pustaka, dan sistematika penulisan skripsi.
BAB II   : Kajian Teori tentang dimensi pendidikan dan ritual budaya Jawa, pengertian dan beberapa jenis ritual budaya Jawa.
BAB III    :        Metode Penelitian
BAB IV    :        Hasil penelitian dan analisis
BAB V   : Merupakan bagian akhir dari bagian utama yang berisi penutup.
Bagian akhir penulisan skripsi ini adalah daftar pustaka dan lampiran.




SKRIPSI BAB 1-5 
MINAT HUB 081327121707