A.
Latar Belakang
Hasil pemikiran, cipta dan karya
manusia merupakan kebudayaan yang berkembang pada masyarakat, pikiran dan
perbuatan yang dilakukan oleh manusia secara terus menerus pada akhirnya
menjadi sebuah tradisi. Tradisi merupakan proses situasi kemasyarakatan yang di
dalamnya unsur-unsur dari warisan kebudayaan dan dipindahkan dari generasi ke
generasi. Dalam sejarahnya, perkembangan kebudayaan masyarakat Jawa mengalami
akulturasi dengan berbagai bentuk kultur yang ada. Oleh karena itu corak dan
bentuknya diwarnai oleh berbagai unsur budaya yang bermacam-macam. Setiap
masyarakat Jawa memiliki kebudayaan yang berbeda.
Hal ini dikarenakan oleh kondisi
sosial budaya masyarakat antara yang satu dengan yang lain berbeda. Kebudayaan
sebagai cara merasa dan cara berpikir yang menyatakan diri dalam seluruh segi
kehidupan kelompok manusia yang membentuk kesatuan sosial dalam suatu ruang dan
waktu. Salah satu unsur budaya Jawa yang menonjol adalah adat istiadat atau
tradisi kejawen. Simbol yang juga merupakan salah satu ciri masyarakat Jawa,
dalam wujud kebudayaannya ternyata digunakan dengan penuh kesadaran, pemahaman,
penghayatan tertinggi, dan dianut secara tradisional dari satu generasi ke
generasi berikutnya. Hal ini disebabkan orang Jawa pada masa itu belum terbiasa
berfikir abstrak, maka segala ide diungkapkan dalam bentuk simbol yang konkrit.
Dengan demikian segalanya menjadi
teka-teki. Simbol dapat ditafsirkan secara berganda. Juga berkaitan dengan
ajaran mistik yang memang sangat sulit untuk diterangkan secara lugas, maka
diungkapkan secara simbolis atau ungkapan yang miring (bermakna ganda).
Sejarah Islam di Jawa berjalan cukup
lama. Selama perjalanan tersebut, banyak hal yang menarik dicermati, dan
terjadi dialog budaya antara budaya asli Jawa dengan berbagai nilai yang datang
dan merasuk kedalam budaya Jawa. Proses tersebut memunculkan berbagai varian
dialektika, sekaligus membuktikan elastisitas budaya Jawa. Pada saat agama Hindu-Budha
datang, memunculkan satu varian dialektika bercorak Hindu-Budha dengan corak
khusus pengaruh budaya India.
Demikian juga saat islam datang dan berinteraksi dengan budaya jawa, melebur
menjadi satu. Dalam hal ini ada dua corak yang tampak dipermukaan, yakni Islam
mempengaruhi nilai-nilai budaya Jawa dan Islam dipengaruhi oleh budaya Jawa.
Setiap agama dalam arti
seluas-luasnya tentu memiiki aspek fundamental, yakni aspek kepercayaan atau
keyakinan, terutama kepercayaan terhadap sesuatu yang sakral, yang suci atau
yang ghaib. Dalam agama Islam aspek fundamental itu terumuskan dalam istilah
aqidah atau keimanan, sehingga terdapatlah rukun iman yang didalamnya terangkum
hal-hal yang harus dipercayai/di imani oleh muslim.
Namun, penghayatan tentang prinsip
tauhid itu akan berbeda tatkala pemahaman tentang ketuhanan itu masuk dalam
dimensi mistik bercorak pantheistic. Terdapatlah sebutan hidup (urip), sukma,
sehingga Tuhan Allah disebut sebagai Hyang Maha Hidup, sukma kawekas yang
mengandalkan bahwa Tuhan sebagai dzat yang maha hidup, yang menghidupi segala
alam. Berkaitan dengan sisa-sisa kepercayaan animisme dan dinamisme,
kepercayaan mengesakan Allah itu sering menjadi tidak murni oleh karena
tercampur dengan penuhanan terhadap benda-benda yang dianggap keramat, baik
benda mati/ hidup.
Kepercayaan-kepercayaan dari agama
Hindu, Budha maupun kepercayaan animisme dan dinamisme dalam proses
perkembangan Islam itulah yang berinterrelasi dengan kepercayaan-kepercayaan
dalam islam. Ritual-ritual yang dibuat atau dipakai orang – orang Jawa Islam
yang masih disesuaikan dengan kebiasaan Hindu-Budha nya, yaitu seperti adat
mitoni (memperingati 7 bulan kehamilan) memperingati orang mati dengan ritual
doa seminggu, 40 hari, nyatos, nyewu dan mendak, ada adat selamatan, gerebek
suro nyandran, kliwonan sedekah bumi, nyekar (ziarah kubur) dan masih banyak
adat-adat kebiasaan Islam lain yang dihubungkan dengan budaya Hindu-Budha.
Slametan merupakan salah satu dari banyaknya
ritual sebagai manifestasi kultur Jawa asli. Di dalamnya lengkap menggunakan
simbol-simbol sesaji, menggunakan mantra-mantra tertentu. Oleh karenanya boleh
dikatakan slametan merupakan wujud ritual dari teks-teks religi terdahulu. Teks
Hindhu, Budha, Islam, dan bahkan pada saat masyarakat Jawa masih menganut
animisme dan dinamisme, slametan menjadi sentral mistik kejawen. Ritual
slametan dan mistik sulit dilepaskan. Keduanya saling menunjang dan
jalin-menjalin merujuk pada budaya spiritual yang hakiki (Endraswara, 2003).
Dari latar belakang di atas penulis tertarik
untuk lebih mendalami tentang ritual budaya Jawa sehingga mengambil judul Dimensi
Pendidikan Dalam Ritual Slametan Dalam Budaya Jawa.
B.
Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalahpahaman arti dan penafsiran terhadap judul ,
maka kiranya perlu diuraikan peristilahan-peristilahan yang ada dalam judul
tersebut, sehingga diperoleh suatu pemahaman yang sesuai dengan apa yang dimaksudkan secara
tepat dan benar. Adapun peristilahan (pharafrase) yang perlu untuk
ditegaskan dalam judul di atas, adalah sebagai berikut :
1.
Dimensi Pendidikan
Dimensi pendidikan terdiri dari dua kata yaitu dimensi dan pendidikan.
Dimensi mengandung pengertian pengukuran yang
dibutuhkan untuk mendefinisikan sifat-sifat suatu objek (Poerwadarminta : 15). Sedangkan pendidikan oleh Ki
Hajar Dewantara diartikan sebagai daya upaya untuk memajukan budi pekerti,
pikiran serta jasmani, agar dapat memajukan kesempurnaan hidup yaitu hidup dan
menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan masyarakatnya (Subagja : 22).
Dapat diambil pengertian bahwa dimensi pendidikan dalam skripsi ini adalah pengukuran
sifat atau objek dalam upaya
memajukan budi pekerti, pikiran, jasmani agar dapat memajukan kesempurnaan
hidup.
2.
Ritual Slametan
Ritual sesaji terdiri dari dua kata yaitu ritual dan sesaji. Ritual
adalah tata cara dalam hal keagamaan (Poerwadarminta : 470). Slametan adalah bentuk ritual persembahan kepada roh
halus ( Darori : 35). Ritual slametan dapat diambil pengertian bentuk ritual persembahan
dalam tata cara keagamaan terhadap roh halus.
3.
Budaya Jawa
Budaya Jawa terdiri dari dua kata yaitu budaya dan Jawa. Budaya adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan
budi dan akal serta segala sesuatu yang dihasilkan oleh budi dan akal tersebut
(Koentjaraningrat : 20). Sedangkan Jawa adalah salah satu pulau yang ada di Indonesia.
Dapat diambil pengertian budaya Jawa adalah segala sesuatu yang berhubungan dan
dihasilkan akal dan budi oleh masyarakat Jawa.
Dari judul skripsi yang diambil Dimensi
Pendidikan Dalam Ritual Slametan Dalam Budaya Jawa dapat diambil suatu
pengertian pengukuran sifat atau
objek dalam upaya memajukan budi
pekerti, pikiran, jasmani agar dapat memajukan kesempurnaan hidup dalam bentuk ritual persembahan pada tata
cara keagamaan terhadap roh halus dimana terwujud dengan segala sesuatu yang
berhubungan dan dihasilkan akal dan budi oleh masyarakat Jawa.
C.
Perumusan Masalah
Dari latar belakang yang
telah diuraikan di atas penulis merumuskan permasalahan yang akan diteliti
yaitu bagaimana dimensi pendidikan dalam ritual slametan dalam budaya Jawa ?
D.
Tujuan Penelitian
Untuk
mengetahui dimensi pendidikan yang terdapat dalam ritual slametan dalam budaya
Jawa.
E.
Manfaat Penelitian
1. Sebagai acuan pengetahuan terutama dalam
bidang kebudayaan khususnya budaya Jawa.
2. Menambah wawasan penulis dalam memperdalam
pengetahuan keagamaan dan kebudayaan.
F.
Telaah Pustaka
Sebelum menganalisa lebih lanjut, penulis akan menelaah
karya-karya yang ada kaitannya dengan permasalahan ini, baik dari permasalahan
dalam pandangan Islam maupun secara umum . Di antara buku-buku dan literatur
yang ada kaitannya dengan permasalahan yang dikaji dalam penyusunan skripsi ini
adalah :
Buku dengan judul Benturan Budaya
Islam : Puritan dan Sinkretis karya Sutiyono yang berisikan ketika Islam
tersebar ke seluruh budaya Jawa maka mau tidak mau harus berhadapan dengan
agama lokal seperti ketika masuk ke Jawa Islam harus berhadapan dengan
keperayaan sinkretis lokal Jawa.
Buku dengan judul Islam dan
Kebudayaan Jawa karya Amin M Darori dengan penerbit Gama Media Yogyakarta
berisikan tentang perjalanan Islam dan kebudayaan serta berbagai macam ritual
budaya yang ada dan berkembang di Jawa.
Buku dengan
judul Akhlak Tasawuf (Manusia, Etika dan Makna Hidup) karangan DR. M Solihin
berisikan tentang pengertian dan hubungan akhlak, etika dan susila, akhlak atau
etika dalam persepektif Islam, ruang lingkup bahasan akhlak dan hubungan ilmu
akhlak dan ilmu lainnya.
Buku
dengan judul Teori-teori Pendidikan Berdasarkan Al-Quran karya Abdurrahman
Saleh Abdullah, buku ini memperkenalkan teori-teori pendidikan yang didasarkan
pada sumber-sumber Islam yang otentik. Buku ini menguraikan masalah poko yang
berkaitan dengan sifat dasar manusia, hakikat ilmu pengetahuan, tugas intelek
dalam memperoleh ilmu pengetahuan, kualitas pendidikan yang baik dan petunjuk-petunjuk
tentang organisasi materi dan metode pengajaran.
Buku
Kitab Tauhid karya Syaikh Muhammad At-Tamimi penerbit Daril Haq Jakarta tahun
1999, berisikan tentang ketauhidan yaitu pemurnian ibadah kepada Alloh secara
murni dan konsekuen dengan mentaati segala perintahNya dan menjauhi segala
laranganNya dengan penuh rasa rendah diri, cinta, harap dan takut kepadaNya.
Buku
berjudul Studi Islam karya Dr. Khoirudin Nasution, M.A penerbit Academia
Yogyakarta tahun 2004 berisikan tentang dimensi ideologis berkenaan dengan
seperangkat kepercayaan yang memberikan premis eksistensial untuk menjelaskan
Tuhan, alam, manusia dan hubungan diantara mereka. Kepercayaan ini dapat berupa
makna yang menjelaskan tujuan Tuhan dan peranan manusia dalam mencapai peranan itu
. kepercayaan terakhir dapat berupa pengetahuan tentang perangkat tingkah laku
yang baik yang dikehendaki agama. Kepercayaan jenis inilah yang didasari
struktur etis agama.
G.
Metode Penelitian
Untuk
memperoleh data yang dibutuhkan secara terarah dan sistematis, penulis
menggunakan metode sebagai berikut:
1.
Jenis Penelitian
Penelitian ini lebih ditekankan pada penelitian kualitatif, karena penelitian
ini lebih mengandalkan kekuatan pengamatan pancaindera untuk merefleksi
fenomena budaya. Menurut Suwardi Endraswara dikatakan bahwa (2003:16): “Penelitian
kualitatif adalah lebih kepada pertimbangan pancaindera secara akurat untuk
melihat kebudayaan yang cenderung berubah-ubah seiring perubahan jaman. Bahwa
tradisi kualitatif cenderung peneliti sebagai pengumpul data, mengikuti asumsi
kultural, dan mengikuti data, dengan kata lain penelitian kualitatif budaya
lebih fleksibel, tidak memberi harga mati, reflektif, dan imajinatif “.
Penelitian
ini bersifat kualitatif dan termasuk ke dalam jenis penelitian kepustakaan ( library
research), yaitu penelitian dengan mengkaji dan menelaah sumber-sumber
tertulis seperti buku dan dokumen lain yang berhubungan secara langsung maupun tidak langsung
dengan materi pembahasan, sehingga dapat diperoleh data-data yang benar.
2.
Sifat Penelitian
Penelitian ini
bersifat deskriptif analitis, yaitu dengan menguraikan secara sistematis materi
tentang dimensi pendidikan dalam ritual budaya Jawa yang berasal dari berbagai
sumber, kemudian dianalisis secara cermat guna memperoleh hasil yang bisa
dipertanggungjawabkan.
3.
Sumber Data
Data primer diperoleh melalui buku karangan Sutiyono yang berjudul
Benturan Budaya Islam ; Puritan dan Sinkretis kemudian data sekunder diperoleh dari
buku karangan Geertz yang berjudul Abangan, Santri, Priyayi Dalam Masyarakat
Jawa dan buku-buku lain sebagai pendukung.
4.
Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan mulai dari bulan Oktober sampai dengan
selesai.
5.
Teknik Pengumpulan Data
Karena penelitian ini
adalah penelitian kepustakaan, maka teknik yang digunakan adalah pengumpulan
data literer, yaitu penggalian bahan-bahan kepustakaan yang sejalan dengan
obyek kajian.
6.
Analisis Data
Setelah pengumpulan bahan terkumpul,
kemudian dilakukan peninjauan data dan diklasifikasikan untuk mempermudah
langkah analisis dengan menempatkan masing-masing data sesuai sistematika yang
telah direncanakan dalam penelitian ini, analisis yang digunakan analisis yang
bersifat induktif yaitu proses berpikir yang berangkat dari pengetahuan atau
fakta-fakta yang bersifat khusus kemudian menuju pada pengetahuan yang bersifat
umum (Sutrisno Hadi : 36-40). Teknik analisa penelitian yang digunakan oleh penulis
adalah kualitatif deskriptif adalah
pemusatan pada masalah-masalah pokok kemudian data yang terkumpul disusun dan
dijelaskan selanjutnya dianalisis (Moleong : 33).
H.
Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi tersusun dalam tiga bagian yaitu bagian awal, bagian utama dan
bagian akhir. Pada bagian awal berisi halaman judul, halaman nota pembimbing,
halaman pengesahan, halaman motto, halaman persembahan, kata pengantar dan
daftar isi.
Bagian utama dari penulisan skripsi berisi lima bab
pokok yang terdiri dari :
BAB I : Pendahuluan, terdiri dari latar belakang masalah, definisi
operasional, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, telaah pustaka, dan sistematika penulisan
skripsi.
BAB II : Kajian Teori tentang dimensi
pendidikan dan ritual budaya Jawa, pengertian dan beberapa jenis ritual budaya
Jawa.
BAB III : Metode Penelitian
BAB IV : Hasil penelitian dan analisis
BAB V : Merupakan bagian akhir dari
bagian utama yang berisi penutup.
Bagian akhir penulisan skripsi
ini adalah daftar pustaka dan lampiran.
SKRIPSI BAB 1-5
MINAT HUB 081327121707
0 comments:
Post a Comment
Silahkan berkomentar, hindari unsur SARA.
Terima kasih