LOGO DAERAH
PENERAPAN METODE BERMAIN
PERAN UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR BAHASA INDONESIA
SISWA KELAS I
SEKOLAH DASAR
NEGERI ...............................
SEMESTER 2 TAHUN PELAJARAN 2012/2013
Disusun sebagai salah satu syarat
Kenaikan Pangkat Golongan dari Golongan IV/a ke VI/b
Unsur Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan
Oleh
………….
NIP. ………………..
UPT DISDIKPORA KECAMATAN
............
SEKOLAH DASAR
NEGERI ...............................
Jl. Raya ............Kecamatan ............Kabupaten
............ Kode Pos …………
2013
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN AKHIR PENELITIAN TINDAKAN KELAS
(CLASSSROOM
ACTION RESEARCH)
1. a. Judul Penelitian : PENERAPAN METODE
BERMAIN PERAN UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI
DAN PRESTASI BELAJAR
BAHASA INDONESIA SISWA KELAS
I SEKOLAH DASAR NEGERI ............................... SEMESTER 2
TAHUN PELAJARAN 2012/2013
b. Kategori
Penelitian : Penelitian Tindakan Kelas
2. Identitas Peneliti
a.
Nama
Lengkap : ……………..
b.
NIP : ………………………
c.
Pangkat /
Golongan : IVa
d.
Jabatan : Guru
Kelas
e.
Sekolah : SDN
...............................
3. Jumlah peneliti : 1 orang
4. Lokasi :
Kelas I Sekolah Dasar Negeri ...............................
UPT
Dinas Pendidikan Kecamatan ............
5. Jangka waktu : 3 (tiga)
bulan (Bulan Juli 2013 s.d September 2013)
Mengetahui ………….., September 2013
Pengawas Sekolah Kepala
Sekolah
………………… …………….
NIP. ……………………. NIP. ……………………….
PENERAPAN METODE BERMAIN
PERAN UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR BAHASA INDONESIA
SISWA KELAS I
SEKOLAH DASAR
NEGERI ...............................
SEMESTER 2 TAHUN PELAJARAN 2012/2013
ABSTRAK
Tujuan
penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa
pada mata pelajaran bahasa Indonesia melalui metode bermain peran pada materi memerankan tokoh dongeng. Siswa kelas I SDN ............................... Kecamatan ……… Tahun
Pelajaran 2012/2013 yang menjadi subjek dalam penelitian ini berjumlah 25 orang
yang terdiri dari …. siswa laki-laki dan ….. siswa perempuan. Penelitian ini
berlangsung dalam 2 siklus. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik
observasi, teknik tes, dan teknik dokumentasi. Pengolahan data dalam penelitian
ini adalah dengan menggunakan analisis data secara kualitatif dan kuantitatif. Hasil belajar
siswa serta refleksi tindakan siklus I dan siklus II. Metode yang digunakan
untuk menganalisis data adalah teknik analisis deskriptif. Hasil analisis data
menunjukkan bahwa Hasil observasi terhadap kegiatan guru selama proses
pelaksanaan pembelajaran mengalami peningkatan hasil observasi terhadap motivasi belajar siswa, di mana pada kondisi awal,
siswa tuntas dilihat dari motivasi belajar sebanyak 8 siswa atau 32% ,
pada siklus pertama meningkat menjadi 18 siswa atau 72%
dan 25 siswa atau 100,00 % pada siklus II. Adapun penjelasan
mengenai peningkatan ketuntasan dan
hasil belajar dari keadaan awal
sebanyak 5 siswa (20%), setelah dilaksanakan perbaikan dengan menggunakan
metode bermain peran pada siklus I meningkat menjadi 12 siswa atau 48% dan pada
siklus II meningkat kembali menjadi 22 siswa atau 88% dengan nilai rata-rata
hasil belajar dari kondisi awal sebesar 54,80 meningkat menjadi 64,40
pada siklus I dan pada akhir siklus II meningkat menjadi 74,00. Kesimpulannya
bahwa pembelajaran dengan metode bermain peran pada materi memerankan
tokoh dongeng dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas I SDN ...............................
Kecamatan ……… Tahun Pelajaran 2012/2013.
Kata
kunci: hasil belajar, motivasi, bermain peran.
KATA
PENGANTAR
Atas berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa sehingga saya dapat
menyelesaikan laporan Penelitian Tindakan Sekolah di SDN ............................... UPT Disdikpora
Kecamatan ........... Kabupaten ...........dengan
lancar.
Laporan Penelitian ini merupakan
salah satu syarat dalam rangka
memenuhi Diajukan pada penilaian angka
kredit unsur pengembangan profesi guru untuk kenaikan pangkat dari golongan IV/a
ke IV/b yang telah saya laksanakan pada bulan Januari
2013 sampai dengan akhir Maret
2013.
Selesainya penyusunan ini
berkat bantuan dari berbagai pihak oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
sampaikan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penelitian ini..
Peneliti menyadari bahwa
laporan Penelitian ini
masih jauh dari
sempurna, ini disebabkan keterbatasan pengetahuan
penulis.Untuk itu kritik
dan saran dari
pembaca yang budiman
sangat penulis harapkan,
hingga nantinya dapat
penulis gunakan sebagai bahan
perbaikan dalam menyusun laporan penelitian yang akan datang.
……….., Maret 2013
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL ......................................................................................... i
LEMBAR
PENGESAHAN ............................................................................... ii
KATA
PENGANTAR ....................................................................................... iii
DAFTAR
ISI ...................................................................................................... iv
DAFTAR
TABEL .............................................................................................. v
DAFTAR
GAMBAR ......................................................................................... vi
DAFTAR
LAMPIRAN...................................................................................... vii
ABSTRAK/RINGKASAN
................................................................................ viii
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang ......................................................................
B.
Rumusan Masalah .................................................................
C.
Pemecahan Masalah...............................................................
D.
Tujuan Penelitian ..................................................................
E.
Manfaat Penelitian ................................................................
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.
Kajian Teori ..........................................................................
B.
Kerangka Berfikir .................................................................
C.
Hipotesis Tindakan ...............................................................
BAB III
METODOLODI PENELITIAN
A.
Setting Penelitian..................................................................
B.
Metode dan Rancangan Penelitian ......................................
C.
Subjek Penelitian ..................................................................
D.
Data dan Sumber Data..........................................................
E.
Teknis Pengumpulan Data....................................................
F.
Validitas Data.......................................................................
G.
Analisa Data .........................................................................
H.
Prosedur Penelitian...............................................................
I.
Indikator Keberhasilan .........................................................
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil Penelitian......................................................................
B.
Pembahasan ..........................................................................
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan ...........................................................................
B.
Saran .....................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel halaman
Tabel 3.1 Kriteria Penilaian
Aktivitas Belajar Siswa..............................
Tabel 4.1 Rekapitulasi Hasil Tes
Formatif Kondisi Awal......................
Tabel 4.2 Rekapitulasi Hasil
Observasi Peningkatan Motivasi Siswa Pembelajaran Bahasa Indonesia Materi memerankan
tokoh dongeng Kondisi Awal................
Tabel 4.3 Rekapitulasi Nilai Tes
Formatif Pembelajaran pada Siklus I
Tabel 4.4 Perhitungan Rata-Rata
Hasil Pekerjaan Siswa .......................
Tabel 4.5 Rekapitulasi Hasil Observasi
Peningkatan Motivasi Siswa pada Siklus I
Tabel 4.6 Rekapitulasi Nilai Tes
Formatif Pembelajaran pada Siklus I..
Tabel 4.7 Perhitungan Rata-Rata
Hasil Pekerjaan Siswa .......................
Tabel 4.8 Rekapitulasi Hasil
Observasi Peningkatan Motivasi Siswa pada Siklus II
Tabel 4.9 Rekapitulasi Nilai
Hasil Tes Formatif Temuan Awal, Siklus I
dan Siklus II
Tabel 4.10 Rekapitulasi Peningkatan
Motivasi Siswa pada Siklus I dan Siklus II
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1.
Kerangka Berpikir Penelitian Tindakan Kelas.....................
Gambar 3.1 Daur
PTK (dimodifikasi dari Rusna Ristasa, 2006:46).........
Gambar 4.1 Grafik Peningkatan
dan Penurunan Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I dan II
Gambar 4.2 Grafik Peningkatan
Nilai Rata-rata Belajar Siswa Pada
Siklus I dan II
Gambar 4.3 Grafik Ketuntasan
Siswa Berdasarkan Tingkat Motivasi Siswa Pada Siklus I dan II ...............................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN
1.
Surat Ijin Penelitian
2.
Jurnal Kegiatan
Penelitian
3.
a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I
b.
Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II
4.
a. Lembar Kerja Siswa
dan Lembar Soal Tes Formatif Siklus I
b. Lembar Kerja Siswa
dan Lembar Soal Tes Formatif Siklus II
c. Lembar Observasi Aktivitas Siswa
5.
Analisis Data Hasil
Penelitian
6.
Contoh Hasil Pekerjaan
Siswa
7.
Daftar Hadir Siswa
8.
a. Foto Dokumentasi
Kegiatan Pembelajaran Kondisi Awal
b. Foto Dokumentasi
Kegiatan Pembelajaran Siklus I (Pertemuan 1 dan 2)
c. Foto Dokumentasi
Kegiatan Pembelajaran Siklus II (Pertemuan 1 dan 2)
9.
Berkas Pelaksanaan Seminar Penelitian Tindakan Kelas
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Sekolah
Dasar (SD) sebagai
penyelenggara pendidikan tentunya
dilengkapi dengan kurikulum yang di dalamnya memuat berbagai
mata pelajaran yang diajarkan di
SD. Salah satu mata pelajaran tersebut adalah Bahasa Indonesia. Dalam KTSP
mata pelajaran Bahasa
Indonesia di SD
diarahkan untuk meningkatkan kemampuan
peserta didik supaya
berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan
baik dan benar,
baik secara lisan
maupun tulisan, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil
karya kesusastraan Indonesia. Dalam
proses pembelajaran ada
beberapa unsur yang
terlibat langsung, yaitu guru,
siswa, sarana dan prasarana serta lingkungan sekitar. Guru merupakan unsur yang
dapat menentukan keberhasilan
dalam proses pembelajaran.
Hal ini menyebabkan guru dituntut
harus cermat dan selektif dalam menentukan
strategi, pendekatan,
metode, media yang
digunakan dalam pembelajaran,
supaya dapat menarik minat siswa
dan ikut aktif selama pembelajaran.
Berdasarkan pengalaman
peneliti di lapangan,
kurangnya pemberian
kesempatan kepada siswa
untuk aktif selama
pembelajaran, menyebabkan siswa hanya dudukdengan tangan di atas meja,
mendengarkan apa yang dijelaskan guru, mencatat
apa yang dipelajari
dan akhirnya menghapalkan
materi yang sudah dipelajari. Proses
pembelajaran didominasi oleh
guru (teacher centered). Hal
ini menyebabkan pembelajaran menjadi
kurang bermakna bagi
siswa dan materi yang
dipelajari anak tidak
bertahan lama serta
hanya berupa hapalan
saja tanpa adanya pemahaman dan
pengaplikasiannya. Salah satu materi
Bahasa Indonesia yang
dipelajari adalah aspek
bercerita, sehingga
diperlukan adanya suatu
pendekatan atau metode
pembelajaran yang dapat memberikan
kesempatan kepada siswa
untuk aktif dan
kreatif. Dalam pembelajaran guru
bertindak hanya sebagai fasilitator.
Permasalahan tersebut
di atas menarik
untuk diteliti, maka
oleh sebab itu peneliti
bermaksud memperbaiki proses
pembelajaran dengan menggunakan metode bermain peran
Alasan penulis menggunakan
metode ini adalah agar siswa menjadi aktif dan kreatif
dalam aspek bercerita.
Dalam pembelajaran yang berhubungan
dengan memerankan tokoh dongeng menunjukkan hasil yang kurang memuaskan. Hal ini karena kurangnya
siswa dalam pemahaman dan pengalaman dalam memerankan tokoh dongeng. Salah satu
materi Bahasa Indonesia
yang dipelajari adalah
aspek bercerita, sehingga
diperlukan adanya suatu
pendekatan atau metode
pembelajaran yang dapat
memberikan kesempatan kepada
siswa untuk aktif
dan kreatif. Dalam
pembelajaran guru bertindak hanya sebagai fasilitator.
Dari tes formatif yang peneliti lakukan,
ternyata hasilnya tidak sesuai dengan yang peneliti harapkan. Hasil tes formatif
menunjukkan penguasaan siswa terhadap materi tersebut masih rendah, karena
hanya 5 siswa
(25%) yang mencapai tingkat 70 % ke atas atau
mendapat nilai sama dengan KKM sebesar 70 dari 25 siswa, sementara perolehan nilai rata-rata kelas
secara klasikal hanya 54,80 dengan motivasi belajar siswa sebesar 32% atau 8 siswa dari jumlah seluruh siswa sebanyak
25 orang siswa.
B.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan pada situasi dan kondisi proses pembelajaran
di kelas I SD Negeri ...............................
Kecamatan ........... sebagai hasil observasi dan
identifikasi masalah selama
peneliti mengajar dapat
digambarkan antara lain Kurangnya motivasi belajar siswa
1)
Siswa kurang menguasai materi
pembelajaran
2)
Siswa kurang aktif dalam proses
pembelajaran.
3)
Kurangnya kemampuan siswa dalam
memahami materi pelajaran yang disajikan oleh guru.
4)
Pembendaharaan kata masih
kurang
5)
Kegiatan siswa
masih terfokus pada
kegiatan membaca dan menulis
6)
Keterlibatan siswa secara aktif
dalam proses pembelajaran masih sangat kurang
7)
Ketidakberanian siswa dalam
menanyakan materi pelajaran yang belum jelas atau belum dikuasai.
8)
Siswa masih suka bermain mainan
pada saat belajar
Berdasarkan identifikasi masalah di
atas, penulis merasa perlu untuk merefleksi diri sejauhmana kemampuan pribadi
di dalam proses pembelajaran. Selain itu
juga melakukan diskusi dengan teman sejawat, melakukan kegiatan literatur
mengenai masalah yang dihadapi dalam proses pembelajaran sehingga diketahui
kemungkinan adanya kelemahan dalam proses pembelajaran sebagai berikut :
1)
Kurang tepatnya metode
pembelajaran yang digunakan guru dalam pembelajaran
2) Guru dalam menjelaskan tidak menggunakan
media pembelajaran yang sesuai.
3) Guru tidak melibatkan siswa secara aktif
dalam proses pembelajaran.
4) Metode penyajian materi yang digunakan
guru tidak sesuai dengan karakteristik dan tahap perkembangan siswa sekolah
dasar
5) Guru kurang mampu mengelola kelas dan ini
berdampak pada proses edukatif yang diharapkan kurang berhasil
Permasalahan tersebut
di atas menarik
untuk diteliti, maka
oleh sebab itu
peneliti bermaksud memperbaiki
proses pembelajaran dengan
menggunakan metode bermain peran. Alasan
penulis menggunakan metode
ini adalah agar siswa menjadi aktif dan kreatif dalam
aspek bercerita karena siswa terlibat langsung dalam pelaksanaan kegiatan
pembelajaran dengan memerankan tokoh-tokoh yang ada.
Atas dasar
itulah, peneliti merasa termotivasi untuk melakukan perbaikan pembelajaran agar prestasi
belajar siswa dapat meningkat. Upaya perbaikan yang peneliti lakukan dengan
mengadakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) di Kelas I SD Negeri ...............................
Kecamatan ........ Kabupaten ....... mata pelajaran Bahasa Indonesia materi pokok memerankan
tokoh dongeng,
dengan menggunakan metode
bermain peran
C.
Rumusan Masalah
Berdasarkan kajian masalah sebagaimana
terpapar pada latar belakang, maka dapat
dirumuskan masalahnya untuk menjadi fokus perbaikan pembelajaran adalah :
1.
Apakah melalui model bermain peran dapat meningkatkan motivasi
belajar siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia materi memerankan tokoh dongeng pada siswa I SD Negeri ...............................
Kecamatan ........ Kabupaten ....... Semester 2 Tahun Pelajaran 2013/2014?
2.
Apakah melalui model bermain peran dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia
materi memerankan tokoh dongeng
pada siswa I SD Negeri ............................... Kecamatan ........ Kabupaten ....... Semester 2 Tahun
Pelajaran 2013/2014?.
D.
Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dari
pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini, adalah :
1.
Melalui model bermain peran dapat
meningkatkan motivasi belajar
siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia materi memerankan
tokoh dongen pada siswa I SD Negeri ...............................
Kecamatan ........ Kabupaten ....... Semester 2 Tahun Pelajaran 2013/2014.
2.
Melalui model bermain peran dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia materi memerankan tokoh dongen pada siswa I SD Negeri ...............................
Kecamatan ........ Kabupaten ....... Semester 2 Tahun Pelajaran 2013/2014.
E.
Manfaat Penelitian
Diharapkan dengan pelaksanaan
penelitian tindakan kelas ini dapat memberikan manfaat secara teoritis dan
praktis :
- Manfaat Teoritis
Manfaat
teoretis penelitian ini adalah dapat menambah khasanah penelitian di bidang
pendidikan dan memberikan sumbangan teori untuk mengembangkan teori dalam
meningkatkan kemampuan pembelajaran mata pelajaran bahasa Indonesia materi memerankan tokoh dongeng dengan menggunakan metode bermain peran.
- Manfaat Praktis
a.
Siswa yaitu :
1)
Memperbaiki cara belajar siswa
agar lebih baik lagi
2)
Memberikan rangsangan dan motivasi
belajar siswa
3)
Meningkatkan prestasi belajar
siswa
4)
Siswa merasa mendapat perhatian
khusus dari guru
b.
Guru yaitu :
1)
Guru dapat memperbaiki kinerjanya,
berkembang secara profesional, dan dapat meningkatkan rasa percaya diri.
2)
Untuk memperbaiki pembelajaran
yang dikelolanya karena memang sasaran akhir PTK adalah perbaikan pembelajaran
3)
Guru mendapat kesempatan untuk
berperan aktif mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan sendiri.
c.
Sekolah yaitu :
1)
Mengembangkan mutu dan prestasi
belajarnya
2)
Meningkatkan sekolah untuk
berkembang
3)
Mengembangkan mutu dan prestasi
belajar siswa
4)
Menciptakan hubungan koleginal
yang sehat
5)
Menumbuhkan iklim kerjasama yang
kondusif
6)
Mempunyai kesempatan yang besar
untuk berubah secara menyeluruh.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.
Kajian Teori
1.
Pembelajaran Bahasa
Indonesia
a.
Hakikat Pembelajaran Bahasa
Indonesia
Ruang lingkup mata pelajaran bahasa
Indonesia mencakup komponen kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastera yang
meliputi aspek - aspek sebagai berikut : (1). Mendengarkan, (2). Berbicara,
(3). Membaca dan (4). Menulis.
Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan
untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan
maupun secara tulisan, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya
kesastraan manusia Indonesia. Standar kompetensi mata pelajaran bahasa
Indonesia merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang
menggambarkan penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif
terhadap bahasa dan sastra Indonesia. Standar kopetensi ini merupakan dasar
bagi pesrta didik untuk memahami dan merspon situasi lokal, regional, nasional,
dan global (Depdiknas, 2003)
Menurut Halliday, siswa itu belajar
berbahasa, belajar melalui bahasa, dan belajar tentang bahasa. Pengembangan
bahasa pada anak merupakan kesempatan menggunakan bahasa. Oleh karena itu, kita
membutuhkan lingkungan pendidikan yang memberikan kesempatan yang banyak atau upaya
bagi siswa untuk menggunaan bahasa di dalam cara- cara yang fungsional (Puskur,
2007 : 2)
Pembelajaran merupakan upaya
membelajarkan siswa Degeng (1989). Kegiatan pengupayaan ini akan mengakibatkan
siswa dapat mempelajari sesuatu dengan cara efektif dan efisien. Upaya-upaya
yang dilakukan dapat berupa analisis tujuan dan karakteristik studi dan siswa,
analisis sumber belajar, menetapkan strategi pengorganisasian, isi
pembelajaran, menetapkan strategi penyampaian pembelajaran, menetapkan strategi
pengelolaan pembelajaran, dan menetapkan prosedur pengukuran hasil
pembelajaran. Oleh karena itu, setiap pengajar harus memiliki keterampilan
dalam memilih strategi pembelajaran untuk setiap jenis kegiatan pembelajaran.
Dengan demikian, dengan memilih strategi pembelajaran yang tepat dalam setiap
jenis kegiatan pembelajaran, diharapkan pencapaian tujuan belajar dapat
terpenuhi. Peran pengajar lebih erat kaitannya dengan keberhasilan pebelajar,
terutama berkenaan dengan kemampuan pengajar dalam menetapkan strategi
pembelajaran.
Belajar bahasa pada hakikatnya adalah
belajar komunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa diarahkan untuk
meningkatkan kemampuan pebelajar dalam berkomunikasi, baik lisan maupun tulis.
Hal ini relevan dengan kurikulum 2004 bahwa kompetensi pebelajar bahasa
diarahkan ke dalam empat subaspek, yaitu membaca, berbicara, menyimak, dan
mendengarkan. (Depdikbud, 1995)
Sedangkan tujuan pembelajaran bahasa,
keterampilan komunikasi dalam berbagai konteks komunikasi. Kemampuan yang
dikembangkan adalah daya tangkap makna, peran, daya tafsir, menilai, dan
mengekspresikan diri dengan berbahasa. Kesemuanya itu dikelompokkan menjadi
kebahasaan, pemahaman, dan penggunaan. Sementara itu, dalam kurikulum 2004
untuk SD dan
MI,
disebutkan bahwa tujuan pemelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia secara umum
meliputi (1) siswa menghargai dan membanggakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa
persatuan (nasional) dan bahasa negara, (2) siswa memahami Bahasa Indonesia
dari segi bentuk, makna, dan fungsi,serta menggunakannya dengan tepat dan
kreatif untuk bermacam-macam tujuan, keperluan, dan keadaan, (3) siswa memiliki
kemampuan menggunakan Bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan
intelektual, kematangan emosional,dan kematangan sosial, (4) siswa memiliki
disiplin dalam berpikir dan berbahasa (berbicara dan menulis), (5) siswa mampu
menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan kepribadian,
memperluas wawasan kehidupan, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan
berbahasa, dan (6) siswa menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai
khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia. (Basiran, 1999:45-47)
Untuk mencapai tujuan di atas,
pembelajaran bahasa harus mengetahui prinsip-prinsip belajar bahasa yang
kemudian diwujudkan dalam kegiatan pembelajarannya, serta menjadikan
aspek-aspek tersebut sebagai petunjuk dalam kegiatan pembelajarannya.
Prinsip-prinsip belajar bahasa dapat disarikan sebagai berikut. Pembelajar akan
belajar bahasa dengan baik bila (1) diperlakukan sebagai individu yang
memiliki kebutuhan dan minat, (2) diberi kesempatan berapstisipasi dalam
penggunaan bahasa secara komunikatif dalam berbagai macam aktivitas, (3) bila
ia secara sengaja memfokuskan pembelajarannya kepada bentuk, keterampilan, dan
strategi untuk mendukung proses pemerolehan bahasa, (4) ia disebarkan dalam
data sosiokultural dan pengalaman langsung dengan budaya menjadi bagian dari
bahasa sasaran, (5) jika menyadari akan peran dan hakikat bahasa dan budaya,
(6) jika diberi umpan balik yang tepat menyangkut kemajuan mereka, dan (7) jika
diberi kesempatan untuk mengatur pembelajaran mereka sendiri (Aminuddin, 1994:
82).
b.
Pembelajaran Bahasa Indonesia di
SD
Bahasa
adalah sebuah alat
untuk mengkomuniikasikan gagasan
atau perasaan secara sistematis melalui penggunaan tanda, suara, gerak
atau tanda-tanda yang disepakati danmemiliki makna yang dipahami (Solchan TW,
2007 : 1.3).
Bahasa memiliki peran sentral dalam
perkembangan intelektual, social dan
emosional peserta didik
dan merupakan penunjang
keberhasilan dalam mepelajari
semua bidang studi (Depdiknas, 2008 : 106). Pembelajaran bahasa diharapkan
membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya dan budaya orang lain,
mengemukakan gagasan dan
perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang
menggunakan bahasa tersebut
dan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imaginative
yang ada dalam dirinya.
Standar Kompetensi mata pelajaran Bahasa
Indonesia yang diharapkan dari jenjang pendidikan Sekolah Dasar menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nomor 23
tahun 2006 Tentang
Srandar Kompetensi Lulusan
adalah sebagai berikut:
1) Peserta
didik dapat mengembangkan
potensinya sesuai dengan
kebutuhan dan minatnya serta
dapat menumbuhkan pernghargaan terhadap
hasil karya kesastraan dan hasil intelektual bangsa sendiri;
2) Guru
dapat memusatkan perhatian
kepada pengembangan kompetensi bahasa peserta
didik dengan menyediakan
berbagai kegiatan berbahasa dan sumber belajar;
3) Guru
lebih mandiri dan
leluasa dalam menentukan
bahan ajar kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan
kondisi lingkungan sekolah dan kemampuan peserta didiknya;
4) orang
tua dan masyarakat
dapat secara aktif
terlibat dalam pelaksanaan program kebahasaan dan kesastraan
di sekolah;
5) Sekolah
dapat menyusun program
pendidikan tentang kebahasaan
dan kesastraan sesuai dengan
keadaan peserta didik
dan sumber belajar
yang tersedia;
6) daerah
dapat menentukan bahan
dan sumber belajar
kebahasaan dan kesastraan sesuai
dengan kondisi dan
kekhasan daerah dengan memperhatikan kepentingan nasional.
c.
Fungsi Pembelajaran Bahasa
Indonesia di Sekolah Dasar
Belajar
bahasa Indonesia hakikatnya
adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa
diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi baik lisan
maupun tertulis. (Depdikbud, 1993:15). Pembelajaran bahasa di Sekolah Dasar
juga diarahkan untuk mempertajam kepekaan
perasaan siswa. Siswa
tidak hanya diharapkan
mampu memahami informasi yang
disampaikan secara langsung, melainkan juga disampaikan secara tidak langsung.
(Depdikbud, 1993:12). Fungsi
pembelajaran bahasa Indonesia
adalah sebagai sarana pengembangan penalaran.
Pembelajaran bahasa Indonesia
selain untuk meningkatkan keterampilan
berbahasa dalam berkomunikasi, juga untuk meningkatkan kemampuan
berpikir, bernalar, dan
kemampuan memperluas wawasan (GBPP
Bahasa Indonesia,1993). Kemampuan
yang dikembangkan adalah daya
tangkap makna, peran, daya tafsir, menilai, dan mengekspresikan diri dengan
berbahasa.
d.
Prestasi Hasil Belajar
Prestasi
adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, atau diciptakan secara individu maupun secara
kelompok. Pendapat ini berarti prestasi tidak akan pernah dihasilkan apabila seseorang
tidak melakukan kegiatan. Hasil belajar atau prestasi belajar adalah suatu
hasil yang telah dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar. Oleh
karena itu prestasi belajar bukan ukuran, tetapi dapat diukur setelah melakukan
kegiatan belajar. Keberhasilan seseorang dalam mengikuti program pembelajaran
dapat dilihat dari prestasi belajar seseorang tersebut. (Syaiful Bahri Djamarah,
2002 : 56)
Kemampuan intelektual siswa sangat
menentukan keberhasilan siswa dalam memperoleh prestasi. Untuk mengetahui
berhasil tidaknya seseorang dalam belajar maka perlu dilakukan suatu evaluasi,
tujuannya untuk mengetahui prestasi yang diperoleh siswa setelah proses belajar
mengajar berlangsung. Adapun prestasi dapat diartikan hasil diperoleh karena
adanya aktivitas belajar yang telah dilakukan. Namun banyak orang beranggapan
bahwa yang dimaksud dengan belajar adalah mencari ilmu dan menuntut ilmu. Ada
lagi yang lebih khusus mengartikan bahwa belajar adalah menyerap oengetahuan.
Belajar adalah perubahan yang terjadi dalam tingkah laku manusia. Proses
tersebut tidak akan terjadi apabila tidak ada suatu yang mendorong pribadi yang
bersangkutan.
Prestasi
belajar dapat dikelompokkan ke dalam 5 (lima) kategori yaitu : 1) keterampilan
intelektual, 2) informasi verbal, 3) strategi
kognitif, 4) keterampilan motorik, dan 5) sikap”.
Prestasi belajar yang dicapai oleh siswa dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) kawasan, yaitu
kognitif, afektif, dan psikomotorik”. (Poerwanto, 1986:28)
Prestasi belajar merupakan hal yang
tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan
proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Memahami
pengertian prestasi belajar secara garis besar harus bertitik tolak kepada
pengertian belajar itu sendiri. Untuk itu para ahli mengemukakan pendapatnya
yang berbeda-beda sesuai dengan pandangan yang mereka anut. Namun dari pendapat
yang berbeda itu dapat kita temukan satu titik persamaan. Sehubungan dengan
prestasi belajar, memberikan pengertian prestasi belajar yaitu “hasil yang
dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam
raport.” Prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau
kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan
bobot yang dicapainya. (Winkel, 1996:162).
Prestasi belajar adalah: “Kesempurnaan
yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat. Prestasi belajar
dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, affektif dan
psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum
mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut.” (S. Nasution, 1996:17)
Berdasarkan pengertian di atas, maka
dapat dijelaskan bahwa prestasi belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang
dimiliki siswa dalam menerima, menolak dan menilai informasi-informasi yang
diperoleh dalam proses belajar mengajar. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan
tingkat keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan
dalam bentuk nilai atau raport setiap bidang studi setelah mengalami proses
belajar mengajar. Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan
evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tentang tinggi atau
rendahnya prestasi belajar siswa.
e.
Motivasi Belajar
Kata motivasi berasal dari kata dasar
”motif” yang berarti suatu keadaan yang dialami
oleh makhluk hidup
yang mendorong makhluk
tersebut berbuat sesuatu
ke arah suatu tujuan tertentu. Subana (1968: 47) mengemukakan bahwa
motif merupakan dorongan yang berasal
dari dalam diri
seseorang untuk melakukan
suatu tindakan yang mengarah pada
tujuan yang diinginkan. Berawal dari kata ”motif” tersebut dapat diartikan
bahwa motivasi merupakan daya penggerak yang telah aktif. Sukmadinata (2003:
61) mendefinisikan motivasi
merupakan kekuatan yang menjadi
pendorong kegiatan individu
yang menunjukkan suatu
kondisi dalam diri individu
yang mendorong atau
menggerakkan individu tersebut
malakukan kegiatan mencapai tujuan.
Hal senada dikemukakan
oleh Surya (2003:
99), motivasi adalah suatu dorongan untuk mewujudkan
perilaku tertentu yang terarah kepada suatu tujuan tertentu. Motivasi
suatu individu akan
muncul terdorong oleh
suatu tujuan yang
ingin dicapai. Individu termotivasi untuk melakukan suatu tindakan
karena memiliki tujuan, tindakan
atau perbuatan yang
dilakukan oleh suatu
individu dilakukan berdasarkan motivasi yang dimiliki oleh
individu itu sendiri. Bila suatu individu memiliki motivasi dan tujuan yang
tinggi maka akan semakin banyak yang dilakukan.
Mc.
Donald dalam Sardiman
(2001: 71) menyatakan
bahwa motivasi adalah perubahan energi dalam
diri seseorang yang
ditandai dengan munculnya
feeling dan didahului dengan
tanggapan terhadap adanya tujuan. Berdasarkan pengertian tersebutdapat diartikan
bahwa motivasi menyebabkan
adanya perubahan energi
pada diri seseorang yang ditandai
dengan adanya rasa (feeling) yang dapat menentukan tingkah laku individu
tersebut yang terdorong oleh adanya tujuan.
Setiap
proses motivasi dan
perilaku akan menghasilkan
peristiwa yang beragam
antara individu dan
individu yang lainnya.
Setiap individu selalu
terdorong untuk melakukan tindakan yang
mengarah pada pencapaian
tujuan yang diharapkan. Tercapainya tujuan yang
diharapkan tersebut akan menimbulkan suatu kepuasan pada individu itu sendiri.
Pada
dasarnya karakteristik motivasi
ialah sebagai hasil
dari kebutuhan, terarah kepada
suatu tujuan, dan
penopang perilaku. Motivasi
suatu individu yang tinggi akan mengarahkan perilaku yang baik dan sesuai dengan arah tujuan
sehingga membawa hasil yang
baik. Sebaliknya jika
motivasi yang dimiliki
lemah maka perilaku atau
perbuatan yang dikerjakan
akan tidak sungguh-sungguh, tidak
terarah dan kemungkinan besar tidak akan membawa hasil.
Dapat terlihat bahwa suatu tindakan atau
perbuatan individu dipengaruhi oleh motivasi
yang dimiliki. Dalam
motivasi terdapat adanya
dorongan yang menggerakkan suatu
kegiatan individu untuk
mencapai tujuan yang
diharapkan. Sebagaimana diungkapkan oleh Purwanto berikut ini:
”Motivasi adalah kekuatan-kekuatan yang
komplek, dorongan-dorongan,
kebutuhan-kebutuhan,
pertanyaan-pertanyaan
ketegasan (tensen states),
atau mekanisme-mekanisme lainnya yang memiliki dan menjaga kegiatan-kegiatan
yang diinginkan kearah
pencapian tujuan-tujuan personal
(Purwanto, 1997: 72).”
Berdasarkan konsep-konsep
motivasi di atas
dapat digambarkan bahwa motivasi adalah kondisi dalam diri
individu yang mendorong individu tersebut untuk melakukan suatu
kegiatan yang sesuai
dengan tujuan yang
ingin dicapai. Motivasi tumbuh di dalam individu itu sendiri
tetapi dapat ditingkatkan atau dikembangkan dari faktor luar individu tersebut.
Mc Donald dalam Sardiman (2008: 73)
menyatakan bahwa motivasi adalah perubahan
energi dalam diri seseorang yang
ditandai dengan munculnya
feeling dan didahului dengan
tanggapan terhadap adanya
tujuan. Dalam definisi
ini terdapat tiga unsur yang saling terkait, yaitu :
a)
Motivasi dimulai
dari adanya perubahan
energi dalam pribadi.
Misalnya karena perubahan dalam sistem pencernaan maka timbul motif
lapar.
b)
Motivasi ditandai
dengan timbulnya perasaan,
yang merupakan ketegangan psikologis dan berubah menjadi
suatu emosi. Suasana emosi ini menimbulkan kelakuan yang
bermotif. Misalnya, seseorang
merasa memiliki cukup
waktu tetapi ia kurang
baik dalam mengatur
waktu belajarnya. Waktu
belajar yang digunakannya tidak memadai untuk memperoleh
hasil belajar yang baik. Oleh karena itu, ia mengubah cara belajarnya.
c)
Motivasi ditandai
dengan reaksi-reaksi untuk
mencapai tujuan. Misalnya, seseorang siswa
kelas I SD
memiliki keinginan untuk mrnjsfi jusrs kelas, namun
siswa tersebut memperoleh
hasil belajar yang rendah
pada mata pelajaran
Bahasa Indonesia dalam
ulangan harian. Menyadari hal
ini, siswa tersebut
mengambil les tambahan
dan belajar lebih giat
sehingga pada ulangan
berikutnya hasil belajarnya bertambah baik. Oleh karena itu,
semangat belajarnya pun semakin tinggi.
Setiap proses motivasi
dan perilaku akan
menghasilkan peristiwa yang beragam antara individu satu dan
individu lainnya. Masing-masing individu akan terdorong untuk melakukan tindakan
yang mengarah pada pencapaian tujuan yang diharapkan. Tercapainya suatu tujuan
tersebut akan menimbulkan kepuasan pada
diri individu itu sendiri.
Pada
dasarnya karakteristik motivasi
ialah sebagai hasil
dari kebutuhan, terarah kepada
tujuan, dan penopang perilaku. Motivasi individu yang tinggi akan mengarahkan kepada
perilaku yang baik
dan sesuai dengan
arah tujuan sehingga membawa hasil
yang baik. Sebaliknya
jika motivasi yang
dimiliki individu itu lemah,
maka perilaku yang
dikerjakannya tidak akan
sungguh-sungguh, tidak terarah,
bahkan kemungkinan besar tidak akan membawa hasil.
Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat
digambarkan bahwa motivasi adalah kondisi
dalam diri individu
yang mendorong individu
tersebut untuk melakukan suatu kegiatan yang sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai. Motivasi tumbuh di dalam diri
individu tetapi dapat
berkembang karena faktor
dari luar individu tersebut. Sedangkan pengertian belajar
merupakan perubahan tingkah laku seseorang yang dihasilkan melalui pengalaman.
Hermine Marshall menggambarkan motivasi belajar
sebagai suatu kebermaknaan,
nilai, dan keuntungan-keuntungan kegiatan belajar sehingga siswa tertarik untuk
melakukan kegiatan belajar.
Sardiman (2008: 75)
mengemukakan bahwa dalam
kegiatan belajar, motivasi dapat
dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan
kegiatan belajar, yang
menjamin kelangsungan dari
kegiatan belajar dan yang
memberikan arah pada
kegiatan belajar, sehingga
tujuan yang dikehendaki oleh subjek
belajar itu dapat tercapai.
f.
Metode Pembelajaran
Dalam
bahasa Inggris, metode
berarti method yang
artinya cara (Sri Anitah,
2007:7.24). Apabila kita
kaitkan dengan pembelajaran,
metode merupakan cara yang digunakan guru dalam membelajarkan siswa.
Karena metode lebih menekankan
kepada peran guru,
istilah metode sering digandengkan dengan kata mengajar,
yaitu metode mengajar. Metode adalah cara kerja yang bersifat relatif umum yang
sesuai untuk mencapai tujuan tertentu.
Penentuan bahan
dan pengelompokannya akan
mempermudah serta memperlancar
proses pembelajaran. Untuk itu dapat dikemukakan kriteria berikut ini:
a)
Bagian-bagian yang
lebih sederhana didahulukan
dari bagian-bagian yang kompleks.
b)
Bagian-bagian yang
lebih berguna dan
sering digunakan didahulukan dari bagian-bagian yang kurang
berguna.
c)
Diperhatikan tingkat kesukarannya,
artinya mendahulukan bahan yang lebih mudah daripada yang sukar.
d)
Diperhatikan kesinambungan bahan
pengajaran sendiri.
Selanjutnya mengenai penyajian bahan
didasarkan pada kriteria berikut ini:
a)
Apakah bahasa
lisan disajikan lebih
dahulu dari bahasa
tulis, atau keduanya disajikan
sekaligu.
b)
Cara penyajian bahasa lisan dan
bahasa tulis jangan disamakan begitu saja.
c)
Kapan sebaiknya
kosakata disajikan dan
kapan sebaiknya kalimat disajikan, serta bagaimana
contoh-contohnya yang memadai.
d)
Penggunaan alat bantu yang relevan
perlu diperhatikan.
e)
Sedangkan pengulangan bahan
(repetisi) merupakan usaha-usaha yang dilakukan
untuk menumbuhkan kebiasaan
berbahasa melalui bahan
yang telah diberikan itu.
Seperti kita ketahui
tujuan akhir suatu
pelaksanaan pengajaran bahasa adalah
pemilikan kompetensi siswa
untuk menggunakan bahasa secara
tepat, lancar dan
bebas (Solchan, 2007 :
3.11).
2.
Metode Bermain Peran
Metode bermain
peran adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui
pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan
penghayatan dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda
mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal itu
bergantung kepada apa yang diperankan.
Metode bermain peran adalah metode yang
melibatkan interaksi antara dua siswa atau lebih tentang suatu topik atau situasi.
Siswa melakukan peran masing sesuai dengan tokoh yang ia lakoni, mereka
berinteraksi sesama meraka melakukan peran terbuka. Metode ini dapat
dipergunakan di dalam mempraktik isi pelajaran yang baru, mereka diberi
kesempatan seluas-luasnya untuk memerankan sehingga menemukan kemungkinan
masalah yang akan dihadapi dalam pelaksanaan sesungguhnya. Metode ini
menuntutkan guru untuk mencermati kekurangan dari peran yang diperagakan siswa.
(Drs. H. Martinis Yamin, 166 : 2007).
Bermain peran pada prinsipnya merupakan
metode untuk ‘menghadirkan’ peran yang ada dalam dunia nyata ke dalam suatu
‘pertunjukan peran’ di dalam kelas yang kemudian dijadikan sebagai bahan
refleksi agar siswa memberikan penilaian terhadap isi peran tersebut. Misalnya
: menilai keunggulan maupun kelemahan masing-masing peran tersebut, dan
kemudian memberikan saran atau alternatif pendapat bagi pengembangan
peran-peran tersebut. Metode ini lebih menekankan terhadap masalah yang
diangkat dalam ‘pertunjukan’ dan bukan pada kemampuan pemain atau siswa dalam
melainkan permainan peran.
Permainan merupakan pengalaman belajar
yang menyenangkan bagi anak. Apa yang dilakukan siswa adalah suatu bentuk
permainan, untuk itu bermain peran juga sangat mendukung kemampuan dan daya
pikir siswa, karena dengan bermain peran siswa dapat merasakan perasaan orang
lain, tenggang rasa, dan toleransi yang menimbulkan diskusi yang hidup karena
siswa menghayati sendiri perannya. (Roetiyah, NK : 1998).
Metode ini biasanya digunakan untuk
mencapai tujuan-tujuan sebagai berikut :
1)
Agar
pelajar dapat menghayati dan menghargai perasaan orang lain.
2)
Agar
pelajar dapat belajar bagaimana membagi tanggung jawab.
3)
Agar
dapat belajar bagaimana mengambil keputusan secara spontan dalam situasi
kelompok.
4)
Untuk
merangsang kelas agar berpikir dan memecahkan masalah.
Metode bermain peran adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran
melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi
dan penghayatan dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau
benda mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal itu
bergantung kepada apa yang diperankan. Bermain
peran dan bermain peran pada dasarnya mendramatisasikan tingkah laku dalam
hubungannya dengan masalah sosial. (Sunarto. A,
2008 : 145)
Metode ini biasanya digunakan untuk
mencapai tujuan-tujuan sebagai berikut :
1) Agar pelajar dapat menghayati dan
menghargai perasaan orang lain.
2) Agar pelajar dapat belajar bagaimana
membagi tanggung jawab.
3) Agar dapat belajar bagaimana mengambil
keputusan secara spontan dalam situasi kelompok.
4) Untuk merangsang kelas agar berpikir dan
memecahkan masalah.
Kelebihan proses pembelajaran dengan menggunakan
metode bermain
peran antar lain :
1)
Melibatkan seluruh siswa dapat
berpartisipasi mempunyai kesempatan untuk memajukan kemampuannya dalam
bekerjasama.
2)
Siswa bebas mengambil keputusan
dan berekspresi secara utuh.
3)
Permainan merupakan penemuan yang
mudah dan dapat digunakan dalam situasi dan waktu yang berbeda.
4)
Guru dapat mengevaluasi pemahaman
tiap siswa melalui pengamatan pada waktu melakukan permainan.
5)
Permainan merupakan pengalaman
belajar yang menyenangkan bagi anak.
Sebagaimana
dengan metode-metode yang lain, metode bermain peran dan bermain peranan
memiliki sisi-sisi kelemahan. Namun yang penting disini, kelemahan dalam suatu
metode tertentu dapat ditutupi dengan memakai metode yang lain. Mungkin sekali
kita perlu memakai metode diskusi, ausid visual, tanya jawab dan metode-metode
lain yang dapat dianggap melengkapi metode bermain peran.
Kelemahan
metode bermain peran ini terletak pada :
1)
Bermain
peran dan bermain peranan memelrukan waktu yang relatif panjang/banyak
2)
Memerlukan
kreativitas dan daya kreasi yang tinggi dari pihak guru maupun murid. Dan ini tidak semua guru memilikinya
3)
Kebanyakan
siswa yang ditunjuk sebagai pemeran merasa malu untuk memerlukan suatu adegan
tertentu
4)
Apabila
pelaksanaan bermain peran dan bermain pemeran mengalami kegagalan, bukan saja
dapat memberi kesan kurang baik, tetapi sekaligus berarti tujuan pengajaran
tidak tercapai
5)
Tidak
semua materi pelajaran dapat disajikan melalui metode ini
B.
Kerangka Berpikir
Dalam pembelajaran yang berhubungan
dengan memerankan tokoh dongeng menunjukkan hasil yang kurang memuaskan. Hal ini karena kurangnya
siswa dalam pemahaman dan pengalaman memerankan tokoh dongeng. Salah satu
materi bahasa Indonesia
yang dipelajari adalah
aspek bercerita, sehingga
diperlukan adanya suatu
pendekatan atau metode
pembelajaran yang dapat
memberikan kesempatan kepada
siswa untuk aktif
dan kreatif. Dalam pembelajaran guru
bertindak hanya sebagai fasilitator. Keadaan tersebut berakibat pada rendahnya
kemampuan dalam pembelajaran bahasa Indonesia yang berimplikasi rendahnya
motivasi dan hasil belajar siswa. Permasalahan
tersebut di atas
menarik untuk diteliti,
maka oleh sebab
itu peneliti bermaksud memperbaiki
proses pembelajaran dengan
menggunakan metode bermain
peran Alasan penulis
menggunakan metode ini
adalah agar siswa menjadi aktif dan kreatif dalam aspek bercerita,
khususnya pada materi memerankan tokoh dongeng. Kondisi akhir yang diharapkan dari pelaksanaan
perbaikan pembelajaran menggunakan metode
bermain peran pada materi memerankan
tokoh dongeng akan dapat meningkatkan motivasi dan
prestasi belajar siswa kelas I SD Negeri ............................... Kecamatan ........ Kabupaten
....... Tahun Pelajaran 2012/2013. Dalam bentuk bagan,
kerangka berpikir sebagaimana gambar di bawah ini :
Gambar 2.1. Kerangka Berpikir
Penelitian Tindakan Kelas
C.
Hipotesis Tindakan
Dari penjelasan
pada kajian teori dan kerangka pikir sebagaimana di atas, maka hipotesis tindakan
dalam penelitian tindakan kelas ini adalah :
- Penggunaan model bermain peran dalam pembelajaran bahasa Indonesia, materi memerankan tokoh dongen akan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas I SD Negeri ............................... Kecamatan ........ Kabupaten ....... Tahun Pelajaran 2012/2013.
- Penggunaan model bermain peran dalam pembelajaran bahasa Indonesia, materi pokok memerankan tokoh dongeng akan dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas I SD Negeri ............................... Kecamatan ........ Kabupaten .......Tahun Pelajaran 2012/2013.
bila berkenan untuk bab selanjutnya secara lengkap sampai dengan lampiran-lampiran (RPP, LKS, Analisis Data) dan halaman depan dalam format *.doc/*.docx silahkan
klik DOWNLOAD
atau hub. 081327121707 terima kasih.