Contoh PTS
LAPORAN
PELAKSANAAN PENELITIAN
TINDAKAN SEKOLAH
PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU
KELAS VI DALAM PEMBELAJARAN IPS MELALUI METODE PERMAINAN
DI SD NEGERI .....................................
KECAMATAN ........................................ KABUPATEN CILACAP
TAHUN PELAJARAN 2010/2011
Disusun Oleh :
......................................., S.Pd
NIP. ............................................
SEKOLAH DASAR NEGERI .................................
UPT DISDIKPORA KECAMATAN ...........................
KABUPATEN CILACAP
2010
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur hanya kita panjatkan kepada Allah SWT,
atas limpahan taufik dan hidayah-Nya, peneliti dapat menyusun Laporan
Pelaksanaan Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) di SD Negeri ......................
Kecamatan Cimanggu Kabupaten Cilacap
dengan judul Penerapan Model Pembelajaran
Bermain Peran oleh Guru Kelas VI Dalam
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VI SD Negeri Panimbang 03 Kecamatan Cimanggu Kabupaten Cilacap Tahun Pelajaran 2010/2011. Laporan pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini disusun dan diajukan
untuk memenuhi tugas penulisan laporan penelitian tindakan sekolah pada kegiatan
Diklat Penguatan Kemampuan Pengawas dan Kepala Sekolah Tahun 2010.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini tidak dapat
berjalan lancar tanpa ada bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Kepala UPT Disdikpora Kecamatan Cimanggu
2. Pengawas TK/SD Disdikpora Kecamatan
Cimanggu
3. Dewan Guru SD Negeri ...................
4. Anak-anakku, siswa kelas I – VI SD Negeri ............................
5. Semua pihak yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu.
Penulisan laporan
perbaikan pembelajaran ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu kritik, saran
dari segala pihak sangat penulis harapkan. Semoga laporan perbaikan ini dapat
bermanfaat bagi peningkatan mutu pendidikan pada umumnya dan pelaksanaan proses
pembelajaran di SD Negeri ....................... pada
khususnya.
..................................., Nopember 2010
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................... i
KATA PENGANTAR........................................................................................ ii
DAFTAR ISI....................................................................................................... iii
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang............................................................................. 1
B. Identifikasi
Masalah ................................................................... 2
C. Pembatasan
Masalah ................................................................... 2
D. Rumusan
Masalah ....................................................................... 3
E. Tujuan
Penelitian......................................................................... 3
F. Manfaat
Penelitian....................................................................... 3
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi
Sekolah........................................................................ 5
B. Kajian
Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan
1. Kajian Teori .......................................................................... 5
2. Hasil Penelitian yang Relevan .............................................. 11
C. Usulan
Penyelesaian Masalah...................................................... 12
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pentahapan
Penelitian Tindakan ................................................. 13
B. Lokasi
dan Waktu Penelitian ...................................................... 13
C. Subjek
Penelitian ........................................................................ 14
D. Tindakan...................................................................................... 14
E. Teknik
Pengumpulan Data .......................................................... 15
F. Instrumen
Penelitian ................................................................... 16
G. Teknik
Analisis Data.................................................................... 16
BAB IV SIKLUS TINDAKAN
A. Siklus/tahap
1 .............................................................................. 18
B. Siklus/tahap
2............................................................................... 21
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
..................................................................................... 24
B. Saran............................................................................................ 24
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR
LAMPIRAN
Lampiran 1 Instrumen
Pelaksanaan
Proses Pembelajaran Siklus I............... 26
Lampiran 2 Instrumen
Pelaksanaan Proses Pembelajaran Siklus II ............ 28
Lampiran 3 Instrumen
Penilaian Siswa Pada Pelaksanaan Proses Pembelajaran Siklus I 30
Lampiran 4
Instrumen Penilaian Siswa Pada
Pelaksanaan Proses Pembelajaran Siklus II 31
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan
adalah pilar utama dalam pembentukan mental/ karakter seorang siswa. Pendidikan
yang baik akan membentuk mental atau karakter siswa yang lurus dan terarah.
Pembinaan mental yang baik pada akhirnya akan bermuara pada kebaikan di
kehidupan yang akan datang. Kehidupan di tengah-tengah masyarakat yang penuh
dengan persoalan-persoalan yang rumit. Dengan berbekal pendidikan yang baik,
maka siswa akan mempunyai mental/ karakter yang kuat, dan mempunyai pengetahuan
yang luas. Pengetahuan yang luas bisa diperoleh dari bangku sekolah. Di sekolah
anak-anak akan memperoleh ilmu pengetahuan yang diberikan oleh guru-guru
mereka. Dalam pembelajaran guru dan peserta didik sering dihadapkan pada
berbagai masalah, baik yang berkaitan dengan mata pelajaran maupun yang
menyangkut hubungan social.
Pemecahan
masalah pembelajaran dapat dilakukan melalui berbagai cara, melalui diskusi
kelas, tanya jawab antara guru dan peserta didik, penemuan dan inkuiri. Guru
yang kreatif senantiasa mencari pendekatan baru dalam memecahkan masalah, tidak
terpaku pada cara tertentu yang monoton, melainkan memilih variasi lain yang
sesuai.
Bermain
peran merupakan salah satu alternative yang dapat ditempuh. Hasil penelitian
dan percobaan yang dilakukan oleh para ahli menunjukkan bahwa bermain peran
merupakan salah satu model yang dapat digunakan secara efektif dalam
pembelajaran. Dalam hal ini, bermain peran (role playing) diarahkan pada
pemecahan masalah yang menyangkut hubungan antar manusia, terutama yang
menyangkut kehidupan peserta didik.
Manusia
merupakan makhluk social dan individual, yang dalam hidupnya senantiasa
berhadapan dengan manusia lain atau situasi di sekelilingnya. Mereka
berinteraksi, berinterdepedensi dan pengaruh mempengaruhi. Sebagai individu
manusia memiliki pola yang unik dalam berhubungan dengan manusia lain. Ia
memiliki rasa senang, tidak senang, percaya, curiga, dan ragu terhadap orang
lain. Namun perasaan tersebut diarahkan juga pada dirinya. Perasaan dan sikap
terhadap orang lain dan dirinya itu mempengaruhi pola respon individu terhadap
individu lain atau situasi di luar dirinya. Karena senang dan penasaran ia
cenderung mendekat. Karena tidak senang dan curiga ia cenderung menjauh.
Manipestasi tersebut disebut peran.
Peran
dapat didefinisikan sebagai suatu rangkaian perasaan, ucapan dan tindakan,
sebagai suatu pola hubungan unik yang ditunjukkan oleh individu terhadap
individu lain. Peran yang dimainkan individu dalam hidupnya dipengaruhi oleh
persepsi individu terhadap dirinya dan terhadap orang lain. Oleh sebab itu,
untuk dapat berperan dengan baik, diperlukan pemahaman terhadap peran pribadi
dan orang lain. Pemahaman tersebut tidak terbatas pada tindakan, tetapi pada
factor penentunya, yakni perasaan, persepsi dan sikap. Bermain peran berusaha
membantu individu untuk memahami perannya sendiri dan peran yang dimainkan
orang lain sambil mengerti perasaan, sikap dan nilai yang mendasarinya.
Bermain peran dalam pembelajaran merupakan usaha untuk memecahkan masalah melalui peragaan, serta langkah-langkah identifikasi masalah, analisis, pemeranan, dan diskusi. Untuk kepentingan tersebut, sejumlah peserta didik bertindak sebagai pemeran dan yang lainnya sebagai pengamat. Seorang pemeran harus mampu menghayati peran yang dimainkannya. Melalui peran, peserta didik berinteraksi dengan orang lain yang juga membawakan peran tertentu sesuai dengan tema yang dipilih. Selama pembelajaran berlangsung, setiap pemeranan dapat melatih sikap empati, simpati, rasa benci, marah, senang, dan peran lainnya. Pemeranan tenggelam dalam peran yang dimainkannya sedangkan pengamat melibatkan dirinya secara emosional dan berusaha mengidentifikasikan perasaan dengan perasaan yang tengah bergejolak dan menguasai pemeranan.
Bermain peran dalam pembelajaran merupakan usaha untuk memecahkan masalah melalui peragaan, serta langkah-langkah identifikasi masalah, analisis, pemeranan, dan diskusi. Untuk kepentingan tersebut, sejumlah peserta didik bertindak sebagai pemeran dan yang lainnya sebagai pengamat. Seorang pemeran harus mampu menghayati peran yang dimainkannya. Melalui peran, peserta didik berinteraksi dengan orang lain yang juga membawakan peran tertentu sesuai dengan tema yang dipilih. Selama pembelajaran berlangsung, setiap pemeranan dapat melatih sikap empati, simpati, rasa benci, marah, senang, dan peran lainnya. Pemeranan tenggelam dalam peran yang dimainkannya sedangkan pengamat melibatkan dirinya secara emosional dan berusaha mengidentifikasikan perasaan dengan perasaan yang tengah bergejolak dan menguasai pemeranan.
Pada
pembelajaran bermain peran, pemeranan tidak dilakukan secara tuntas sampai
masalah dapat dipecahkan. Hal ini dimaksudkan untuk mengundang rasa kepenasaran
peserta didik yang menjadi pengamat agar turut aktif mendiskusikan dan mencari
jalan ke luar. Dengan demikian, diskusi setelah bermain peran akan berlangsung
hidup dan menggairahkan peserta didik. Hakekat pembelajaran bermain peran
terletak pada keterlibatan emosional pemeran dan pengamat dalam situasi masalah
yang secara nyata dihadapi. Melalui bermain peran dalam pembelajaran, diharapkan
para peserta didik dapat (1) mengeksplorasi perasaannya; (2) memperoleh wawasan
tentang sikap, nilai, dan persepsinya; (3) mengembangkan keterampilan dan sikap
dalam memecahkan masalah yang dihadapi; dan (4) mengeksplorasi inti
permasalahan yang diperankan melalui berbagai cara.
Pembelajaran
partisipatif memiliki prinsip tersendiri dalam kegiatan belajar dan kegiatan
pembelajaran. Prinsip dalam kegiatan belajar adalah bahwa peserta didik
memiliki kebutuhan belajar, memahami teknik belajar, dan berperilaku belajar.
Prinsip dalam kegiatan membelajarkan bahwa pendidik menguasai metode dan teknik
pembelajaran, memaham materi atau bahan belajar yang cocok dengan kebutuhan
belajar, dan berperilaku membelajarkan peserta didik. Prinsip-prinsip tersebut
dijabarkan dalam langkah operasional kegiatan pembelajaran, sebagai wujud
interaksi dukasi antara pendidik dengan peserta didik dan/atau antar peserta
didik. Pendidik berperan untuk memotivasi, menunjukkan, dan membimbing peserta
didik supaya peserta didik melakukan kegiatan belajar. Seangkan peserta didik
berperan untuk mempelajari, mempelajari kembali, memecahkan masalah guna
meningkatkan taraf hidup dengan berpikir dan berbuat di dalam dan terhadap
dunia kehidupannya.
Penerapan
pembelajaran partisipatif mensyaratkan tersedianya berbagai metode dan teknik
pembelajaran yang cocok untuk itu. Metode pembelajaran adalah kegiatan atau
cara umum penggolongan peserta didik, sedangkan teknik pembelajaran adalah
langkah atau cara khusus yang digunakan pendidik dalam masing-masing metode
pembelajaran. Metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran partisipatif
ternyata bermacam ragam, yang dapat digolongkan ke dalam tiga kategori yaitu
metode pembelajaran perorangan (individual methods), metode pembelajaran
kelompok (group methods), dan metode pembelajaran missal atau pembangunan
masyarakat (community methods) (Verne dan Knowles, 1977:13). Teknik-teknik
pembelajaran partisipatif, berdasarkan pengelompokan metode, beraneka ragam
pula. Dalam metode pembelajaran perorangan dikenal teknik pembelajaran yaitu
tutorial, bimbingan perorangan, pembelajaran individual, magang, sorogan. Dalam
metode pembelajaran kelompok terdapat teknik diskusi, demontrasi, simulasi,
kerja kelompok, situasi hiptetis, pemecaham masalah kritis, bermain peran dan
sebagainya. Ke dalam metode pembelajaran masal atau pembangunan masyarakat,
termasuk teknik kontak social, ‘’paksaan sosial’’ (social pressure), demontrasi
proses dan/atau demontrasi hasil, aksi partisipasi. Teknik-teknik pembelajaran
dalam setiap metode itu tidak dapat dipisahkan secara mutlak, karena suatu
teknik dapat pula digunakan dalam metode yang berbeda, seperti metode
demonstrasi yang digunakan dalam metode pembelajaran kelompok dapat digunakan
pula dalam metode pembelajaran missal/pembangunan masyarakat atau dalam metode
pembelajaran perorangan.
Dalam
bermain drama, memerlukan cara/ strategi untuk mengajarkan. Strategi yang cocok
untuk meningkatkan keterampilan bermain drama adalah strategi bermain peran (role
playing).Pada pelaksanaan studi awal pembelajaran mata pelajaran PKn di seluruh
kelas menunjukkan hasil belajar siswa yang kurang memuaskan. Dari enam kelas yang
mengikuti tes formatif menunjukkan bahwa
pelaksanaan pembelajaran PKn yang memperoleh rata-rata paling rendah yaitu kelas
VI, sehingga fokus pelaksanaan penelitian tindakan sekolah ini ditetapkan pada
kelas VI SD Negeri Cibalung 02 Kecamatan Cimanggu Kabupaten Cilacap Tahun
Pelajaran 2010/2011.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan
uraian sebagaimana latar belakang di atas, peneliti mengidentifikasi masalah yang
muncul dalam proses pembelajaran. Masalah tersebut adalah penggunaan model
pembelajaran yang digunakan dalam pelaksanaan proses pembelajaran belum tepat.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan
indentifikasi masalah yang ada, refleksi diri dan studi literatur peneliti membatasi
masalah yang akan dibahas pada pelaksanaan penelitian
tindakan sekolah ini yaitu penggunaan metode bermain peran oleh guru dalam upaya peningkatan hasil belajar mata
pelajaran PKN di Kelas VI SD Negeri Cibalung 02 Kecamatan Cimanggu Kabupaten
Cilacap Tahun Pelajaran 2010/2011.
D. Rumusan Masalah
Dari penjelasan pada latar belakang masalah
dan melalui refleksi diri serta diskusi dengan teman sejawat, dapat
disimpulkan rumusan masalahnya, yaitu
apakah penggunaan metode bermain peran oleh guru dapat meningkatkan hasil
belajar siswa kelas VI SDN Cibalung 02
Kecamatan Cimanggu Kabupaten Cilacap pada pembelajaran PKN?
E. Tujuan Penelitian
Adapun yang
menjadi tujuan dari pelaksanaan penelitian
tindakan sekolah ini adalah :
1. Untuk mengetahui dampak penggunaan metode bermain peran pada pembelajaran PKN di kelas VI SD Negeri Cibalung
02 Kecamatan Cimanggu Kabupaten Cilacap Tahun Pelajaran 2010/2011.
2. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar
siswa setelah menggunakan metode bermain peran pada pembelajaran PKN di kelas VI
SD Negeri Cibalung 02 Kecamatan Cimanggu Kabupaten Cilacap Tahun Pelajaran
2010/2011.
F. Manfaat Penelitian
Adapun
manfaat yang dapat diperoleh dari pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini adalah :
- Bagi Siswa
a. Meningkatkan hasil belajar siswa
b. Meningkatkan minat belajar siswa
c. Melalui pembelajaran aktif, menjadikan
pembelajaran menjadi menyenangkan dan memudahkan siswa memahami dan mencapai
kompetensi pembelajaran PKN.
- Bagi Guru
a. Memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya.
b. Meningkatkan profesionalisme pembelajaran guru
c. Memberi kesempatan untuk berperan aktif
mengembangkan pengetahuan dan keterampilan sendiri.
- Bagi Sekolah
Pihak sekolah dengan
sendirinya akan mengalami peningkatkan kualitas dengan ditandai oleh lulusan
yang baik, kualitas dan variasi pembelajaran guru dan membaiknya motivasi siswa
serta prestasi hasil belajar siswa pada pelajaran PKN khususnya dan mata pelajaran lain pada
umumnya.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Sekolah
Sekolah
Dasar Negeri Cibalung 02 adalah salah satu sekolah negeri yang berada di
wilayah kerja UPT Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kecamatan Cimanggu
Kabupaten Cilacap. Letak
geografis Sekolah Dasar Negeri Cibalung 02 berada di daerah pegunungan yang
sarana transportasinya cukup sulit.
Walaupun
merupakan sekolah dasar yang berada di daerah terpencil dan cukup jauh letaknya
dari ibu kota kecamatan, namun SDN Cibalung 02 merupakan salah satu sekolah
yang mempunyai prestasi cukup menonjol baik di bidang akademik maupun non
akademik. Hal ini dibuktikan dengan beberapa prestasi lomba-lomba yang
diraihnya.
B. Kerangka Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan
1. Kerangka Teori
a. Pembelajaran PKn
Kewarganegaraan (citizenship) adalah mata
pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama,
sosio-kultural, bahas, usia, dan suku bangsa untuk menjadi warga negara
Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter sesuai dengan yang diamanatkan
oleh Pancasila dan UUD 1945 (Depdiknas, 2002).
Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu mata pelajaran yang
dapat membentuk diri yang beragam dari segi agama, sosio-kultural, bahasa,
usia, untuk menjadi warga negara yang cerdas, terampil dan berkarakter yang dilandasi oleh
UUD 1945. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Depdiknas (2005: 34)
bahwa : Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang secara umum
bertujuan untuk mengembangkan potensi individu warga negara Indonesia, sehingga
memiliki wawasan, sikap, dan keterampilan kewarganegaraan yang memadai dan
memungkinkan untuk berpartisipasi secara cerdas dan bertanggung jawab dalam
berbagai kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Berdasarkan pendapat di atas jelas bagi kita bahwa PKn bertujuan
mengembangkan potensi individu warga negara, dengan demikian maka seorang guru PKn
haruslah menjadi guru yang berkualitas dan profesional, sebab jika guru tidak
berkualitas tentu tujuan PKn itu sendiri tidak tercapai. Secara garis besar
mata pelajaran Kewarganegaraan memiliki 3 dimensi yaitu :
1. Dimensi Pengetahuan Kewarganegaraan (Civics Knowledge) yang mencakup bidang
politik, hukum dan moral.
2. Dimensi Keterampilan Kewarganegaraan (Civics Skills) meliputi keterampilan
partisipasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
3. Dimensi Nilai-nilai Kewarganegaraan (Civics Values) mencakup antara lain
percaya diri, penguasaan atas nilai religius, norma dan moral luhur. (Depdiknas
2003 : 4)
Berdasarkan uraian di atas peneliti berpendapat bahwa dalam mata
pelajaran Kewarganegaraan seorang siswa bukan saja menerima pelajaran berupa
pengetahuan, tetapi pada diri siswa juga harus berkembang sikap, keterampilan
dan nilai-nilai. Sesuai dengan Depdiknas (2005 : 33) yang menyatakan bahwa
tujuan PKn untuk setiap jenjang pendidikan yaitu mengembangkan kecerdasan warga
negara yang diwujudkan melalui pemahaman, keterampilan sosial dan intelektuan,
serta berprestasi dalam memecahkan masalah di lingkungannya.
Untuk mencapai tujuan Pendidikan Kewarganegaraan tersebut, maka guru
berupaya melalui kualitas pembelajaran yang dikelolanya, upaya ini bisa dicapai
jika siswa mau belajar. Dalam belajar inilah guru berusaha mengarahkan dan
membentuk sikap serta perilaku siswa sebagai mana yang dikehendaki dalam
pembelajaran PKn.
b. Metode Pembelajaran
Metodologi mengajar adalah ilmu yang
mempelajari cara-cara untuk melakukan aktivitas yang tersistem dari sebuah
lingkungan yang terdiri dari pendidik dan peserta didik untuk saling
berinteraksi dalam melakukan suatu kegiatan sehingga proses belajar berjalan
dengan baik dalam arti tujuan pengajaran tercapai.
Agar tujuan pengajaran tercapai sesuai
dengan yang telah dirumuskan oleh pendidik, maka perlu mengetahui, mempelajari
beberapa metode mengajar, serta dipraktekkan pada saat mengajar. Menurut
Winarno Surakhmad (1984:96), metode adalah cara yang didalam fungsinya
merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan, berlaku baik bagi guru maupun siswa
dalam kegiatan pembelajaran. Efektifitas pencapaian tujuan pembelajaran
ditentukan oleh ketepatan guru dalam memilih metode pembelajaran sesuai dengan
materi yang harus disampaikan pada siswa. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi
suatu metode, diantaranya adalah siswa, tujuan pembelajaran, situasi setempat,
fasilitas yang terdapat dalam kelas, dan profesionalisme guru.
Apabila tingkatan SD yang siswanya belum
mampu berfikir abstrak, masih berfikir kongrit. Keabstrakan bahan pelajaran
dapat dikongritkan dengan kehadiran media, sehinga anak didik lebih mudah
mencerna bahan pelajaran daripada tanpa bantuan media. Dalam penggunaan media,
perlu diperhatikan bahwa pemilihan media pengajaran haruslah jelas dengan
tujuan pengajaran yang telah dirumuskan., apabila diabadikan media pengajaran
bukanya membantu proses belajar mengajar, tapi sebagai penghambat dalam
pencapaian tujuan secara efektif dan efesien. Dari uraian tersebut diatas dapat
disimpulkan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
menyalurkan pesan, membantu mempertegas bahan pelajaran, sehingaga dapat
merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa dalam proses belajar.
c. Metode Bermain Peran
Role play adalah
sejenis permainan gerak yang didalamnya ada tujuan, aturan dan sekaligus
melibatkan unsur senang (Jill Hadfield, 1986:44). Dalam Role Play siswa
dikondisikan pada situasi tertentu di luar kelas, meskipun saat itu
pembelajaran terjadi di dalam kelas, dengan menggunakan bahasa Inggris. Selain
itu, Rote Play sering kali dimaksudkan sebagai suatu bentuk aktivitas dimana
pembelajar membayangkan dirinya seolah-olah berada di luar kelas dan memainkan
peran orang lain saat menggunakan bahasa Inggris (Basri Syamsu, 2000).
Dalam Role Play
siswa diperlakukan sebagai subyek pembelajaran, secara aktif melakukan
praktik-praktik berbahasa (bertanya dan menjawab dalam bahasa Inggris) bersama
teman-temannya pada situasi tertentu. Belajar efektif dimulai dari lingkungan
yang berpusat pada diri siswa (Departemen Pendidikan Nasional Direktorat
Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama,
2002). Lebih lanjut prinsip pembelajaran bahasa menjelaskan bahwa dalam
pembelajaran bahasa, siswa akan lebih berhasil jika mereka diberi kesempatan
menggunakan bahasa dengan melakukan berbagai kegiatan bahasa. Bila mereka
berpartisipasi, mereka akan lebih mudah menguasai apa yang mereka pelajari
(Boediono, 2001:94). Jadi, dalam pembelajaran siswa harus aktif.
Tanpa adanya aktivitas, maka proses pembelajaran tidak mungkin terjadi
(Sardiman, 2001:99).
Sementara itu,
sesuai dengan pengalaman peneliti manfaat yang dapat diambil dari Role Play adalah: Pertama, Role Play dapat
memberikan semacam hidden practise, dimana siswa tanpa sadar menggunakan
ungkapan-ungkapan terhadap materi yang telah dan sedang mereka pelajari. Kedua,
Role play melibatkan jumlah siswa yang cukup banyak, cocok untuk kelas besar.
Ketiga, Role Play dapat memberikan kepada siswa kesenangan karena Role Play
pada dasarnya adalah permainan. Dengan bermain siswa akan merasa senang karena
bermain adalah dunia siswa. Masuklah ke dunia siswa, sambil kita antarkan dunia
kita.
Metode ini dapat
dipergunakan di dalam mempraktikan isi pelajaran yang baru, mereka diberi
kesempatan seluas-luasnya untuk memerankan sehingga menemukan kemungkinan
masalah yang akan dihadapi dalam pelaksanaan sesungguhnya. Metode ini
menuntutkan guru untuk mencermati kekurangan dari peran yang diperagakan siswa.
Metode Role
Playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan
imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan
dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati.
Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal itu bergantung
kepada apa yang diperankan
Kelebihan metode
pembelajaran dengan menggunakan Role
Playing antara lain :
1.
Melibatkan seluruh siswa dapat
berpartisipasi mempunyai kesempatan untuk memajukan kemampuannya dalam
bekerjasama.
2.
Siswa bebas mengambil keputusan dan
berekspresi secara utuh.
3.
Permainan merupakan penemuan yang mudah
dan dapat digunakan dalam situasi dan waktu yang berbeda.
4.
Guru dapat mengevaluasi pemahaman tiap
siswa melalui pengamatan pada waktu melakukan permainan.
5.
Permainan merupakan pengalaman belajar
yang menyenangkan bagi anak.
E. Mulyasa (2003 :
161), mengemukakan tahapan pembelajaran bermain peran meliputi : (1)
menghangatkan suasana dan memotivasi peserta didik; (2) memilih peran; (3)
menyusun tahap-tahap peran; (4) menyiapkan pengamat; (5) menyiapkan pengamat;
(6) tahap pemeranan; (7) diskusi dan evaluasi tahap diskusi dan evaluasi tahap
I ; (8) pemeranan ulang; dan (9) diskusi dan evaluasi tahap II; dan (10)
membagi pengalaman dan pengambilan keputusan.
Selain itu dengan
bermain peran siswa akan lebih menghayati pelajaran yang diberikan (Conny
Setiawan : 1992 : 25). Langkah-langkah dalam bermain peran dalam pembelajaran adalah :
a. Siswa menyusun/menyiapkan skenario
yang akan ditampilkan berdasarkan gambar yang disajikan.
b. Menunjuk beberapa siswa untuk
mempelajari skenario untuk dipentaskan.
c.
Guru membentuk kelompok siswa
yang anggotanya 5 orang
d. Memberikan penjelasan tentang kompetensi
yang ingin dicapai
e. Memanggil para siswa yang sudah ditunjuk
untuk melakonkan skenario yang sudah dipersiapkan
f. Masing-masing siswa berada di kelompoknya
sambil mengamati skenario yang sedang diperagakan
g. Setelah selesai ditampilkan, masing-masing
siswa diberikan lembar kerja untuk membahas penampilan masing-masing kelompok.
h.
Masing-masing kelompok
menyampaikan hasil kesimpulannya
i.
Guru memberikan kesimpulan
secara umum
j.
Evaluasi
dan Penutup
2. Hasil Penelitian yang Relevan
a.
Diyah Retno
Palupi, PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN
BERMAIN PERAN (ROLE PLAYING)
UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN APRESIASI DRAMA. Hasil penelitian dan
percobaan yang dilakukan oleh para ahli menunjukkan bahwa bermain peran
merupakan salah satu model yang dapat digunakan secara efektif dalam
pembelajaran. Dalam hal ini, bermain peran (role playing) diarahkan pada
pemecahan masalah yang menyangkut hubungan antar manusia, terutama yang
menyangkut kehidupan peserta didik. Dalam bermain drama, memerlukan cara/
strategi untuk mengajarkan. Strategi yang cocok untuk meningkatkan keterampilan
bermain drama adalah strategi bermain peran (role playing).
b.
Purnomo, Eko. 2005. Peningkatan Keterampilan Berbicara
Bahasa Jawa Krama Dengan Metode Sosiodrama dan Bermain Peran Pada Siswa Kelas
IIB SMP Negeri 21 Semarang
Tahun Pelajaran 2004/2005. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum
dilakukan pembelajaran dengan metode sosiodrama dan bermain peran
keterampilan berbicara bahasa Jawa krama siswa berada pada kategori
kurang dengan nilai rata-rata 51,02. Setelah dilakukan tindakan siklus I nilai
rata-rata menjadi 64,20, berarti ada peningkatan sebesar 25,84%. Nilai
rata-rata siklus I belum mencapai target nilai yang telah ditetapkan. Hasil
siklus II mencapai nilai rata-rata 75,00, berarti meningkat 16,81 dari siklus I.
Dari prasiklus sampai siklus II nilai rata-rata meningkat 46,99%. Peningkatan
nilai rata-rata ini juga disertai peningkatan masing-masing aspek dalam
keterampilan berbicara.
C. Usulan Penyelesaian Masalah
Dengan
mempertimbangkan dan merujuk pada beberapa pendapat ahli dan kenyataan yang ada
di lapangan, maka usaha penyelesaian masalahnya adalah sebagai berikut :
1. Kepala sekolah dan guru bersepakat untuk
melaksanakan penelitian tindakan sekolah untuk meningkatkan hasil belajar pembelajaran
PKn di kelas VI SD Negeri Cibalung 02.
2. Guru menerapkan model pembelajaran
Interaktif pada pembelajaran PKn di kelas VI kelas V SD Negeri Cibalung 02.
3. Diharapkan penggunaan metode bermain peran oleh guru
pada pembelajaran PKn dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI SD Negeri Cibalung 02.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pentahapan Penelitian
Pelaksanaan penelitian tindakan sekolah
ini dilakukan dalam dua siklus. Pada
pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada siklus I dan II, peneliti melakukan
observasi terhadap proses pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode
permainan yang dilaksanakan di kelas oleh guru kelas VI. Pada tahap ini,
peneliti mengadakan pengamatan dengan menggunakan lembar observasi yang telah
disusun sebelumnya.
Tindakan selanjutnya
peneliti mendokumentasikan hasil observasi, yaitu antara lain hasil
observasi proses pembelajaran oleh guru, data kegiatan siswa dalam kelas selama
proses pembelajaran, isi ruangan kelas, kegiatan di dalam kelas serta data-data
yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan dalam dua siklus.
Kegiatan akhir dalam pelaksanaan penelitian tindakan sekolah
ini adalah mengadakan refleksi untuk menentukan tingkat keberhasilan
pelaksanaan proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru dengan menentukan
kriteria keberhasilan pelaksanaan proses pembelajaran.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Tempat pelaksanaan
penelitian tindakan sekolah dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Cibalung 02
Kecamatan Cimanggu Kabupaten Cilacap.
2. Waktu Pelaksanaan
Penelitian
dilaksanakan selama satu bulan, yaitu pada bulan Oktober 2010 sedangkan per
siklusnya dapat dirinci sebagai berikut :
Siklus Pertama : 22 Oktober 2010
Siklus Kedua : 24 Oktober 2010
C. Subjek Penelitian
Pada pelaksanaan penelitian tindakan
sekolah ini yang menjadi subyek penelitian adalah guru kelas VI SDN Cibalung 02
Kecamatan Cimanggu Kabupaten Cilacap dalam melaksanakan pembelajaran PKn dengan
menggunakan metode permainan.
D. Tindakan
Pelaksanaan
penelitian tindakan sekolah ini dilaksanakan dalam dua siklus, di mana uraian
tiap siklusnya adalah sebagai berikut :
1. Siklus I
Secara terperinci prosedur penelitian tindakan kelas untuk siklus pertama
diuraikan sebagai berikut.
a. Perencanaan
Kegiatan dalam tahap ini adalah membuat lembar
observasi terhadap pelaksanaan proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru
b. Pelaksanaan
Meminta guru untuk melaksanakan kegiatan
pembelajaran dengan menggunakan metode permainan.
c. Pengamatan
Dalam
tahap ini dilakukan pengamatan jalannya proses pembelajaran.
d. Refleksi
Berdasarkan
hasil pengamatan yang diperoleh maka diadakan refleksi dari tindakan yang telah
dilakukan sehingga peneliti dapat merefleksikan diri tentang berhasil tidaknya
apa yang telah dilakukan dalam siklus I. Hasil dari siklus I digunakan untuk
menentukan tindakan pada siklus II.
2. Siklus II
Secara terperinci prosedur penelitian tindakan kelas untuk siklus II
diuraikan sebagai berikut.
1. Perencanaan
Berdasarkan refleksi siklus I baik yang berkaitan
dengan guru, siswa ataupun perangkat, maka diadakan perencanaan ulang terutama
mengidentifikasi masalah. Masalah pokok yang dihadapi dikaji dalam refleksi I,
kemudian dievaluasi untuk mendapatkan informasi pada bagian yang menjadi
kelemahan sehingga pada siklus II dapat direncanakan yang lebih baik lagi.
2. Pelaksanaan
Setelah perencanaan ulang diambil, pelaksanaan
dilaksanakan pada siklus II. Tahapan-tahapan yang dilakukan pada pelaksanaan
tindakan ini, sama dengan tindakan pada siklus I.
3. Pengamatan
Selama pembelajaran berlangsung, peneliti diamati
oleh peneliti dengan menggunakan lembar observasi. Adapun poin untuk lembar
pengamatan guru menyangkut tentang hal-hal yang berkenaan dengan proses
pembelajaran di kelas. Selain itu peneliti sendiri juga melakukan pengamatan
terhadap perilaku siswa selama pembelajaran guna mengetahui keaktifan siswa.
Pengamatan terhadap siswa ini juga dilakukan berdasarkan lembar observasi .
4. Refleksi
Peneliti bersama guru menganalisa semua tindakan
kelas pada siklus II sebagaimana yang telah dilakukan pada siklus I dan
menentukan keberhasilan proses pembelajaran.
E. Teknik Pengumpulan Data
Keberhasilan dalam pengumpulan data
merupakan syarat keberhasilan penelitian. Sedangkan keberhasilan dalam
pengumpulan data tergantung pada metode yang digunakan. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan
dengan metode observasi, wawancara dan dokumentasi.
1. Observasi
Saat proses pembelajaran berlangsung siswa diamati baik
secara langsung maupun tidak langsung. Pengamatan secara langsung dilakukan
mencakup semua aktivitas yang dapat diamati dengan panca indra. Sedangkan
pengamatan tidak langsung dilakukan melalui lembar pengamatan
2. Wawancara
Wawancara dilakukan terhadap beberapa siswa yang nilai tesnya
tinggi, sedang dan rendah. Dari hasil wawancara ini diharapkan dapat diketahui
respon siswa terhadap pembelajaran, dan apa saja kesulitan-kesulitan yang
dihadapi dalam pelaksanaan proses pembelajaran.
3. Dokumentasi
Analisis dokumen dilakukan untuk mengumpulkan data yang
bersumber dari arsip dan dokumen baik yang berada di sekolah ataupun yang
berada di luar sekolah, yang ada hubungannya dengan penelitian tersebut.
Menurut Arikunto (2006: 132), teknik dokumentasi yaitu “mencari data mengenai
hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen
rapat, agenda dan sebagainya”..
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang akan digunakan
oleh penulis dalam penelitian ini adalah hasil-hasil dari kegiatan peneliti
dalam observasi, wawancara dan tes tertulis yang dilaksanakan pada saat
pelaksanaan penelitian tindakan sekolah berlangsung.
G. Teknik Analisa Data
Analisis data bermaksud atas nama
mengorganisasikan data, data yang terkumpul banyak sekali dan terdiri dari
catatan lapangan dan komentar peneliti, gambar, foto, dokumen, laporan, dan
lain-lain, dan pekerjaan analisis data adalahmengatur, mengurutkan,
mengelompokkan dan memberikan suatu kode tertentu dan mengkategorikannya,
pengelolaan data tersebut bertujuan untuk menemukan tema dan hipotesis kerja
yang akhirnya diangkat menjadi teori substantif (Moeloeng, 2007: 103).
BAB IV
SIKLUS TINDAKAN
A.
Siklus Pertama
Kegiatan
pelaksanaan penelitian tindakan sekolah pada pembelajaran PKn di kelas VI dengan
menggunakan metode bermain peran, dengan penjelasan kegiatan sebagaimana
diuraikan di bawah ini :
1. Perencanaan
Peneliti menyiapkan
dan menetapkan lembar observasi. Lembar observasi mencakup langkah-langkah yang
akan dilakukan oleh guru dan siswa dalam kegiatan tindakan atau perbaikan. Terkait
dengan rencana perbaikan pembelajaran, peneliti mengecek kesiapan guru dalam menyiapkan berbagai bahan yang
diperlukan dalam pelaksanaan proses pembelajaran seperti : lembar kerja, alat
bantu pembelajaran, lembar tes formatif dan lembar observasi.
2. Pelaksanaan
Dari pelaksanaan siklus I, diperoleh berbagai data
yaitu data hasil belajar siswa, data hasil observasi kinerja guru, dan data
hasil observasi aktivitas siswa. Hasil
penelitian pada siklus I dapat dijelaskan sebagai berikut.
a.
Aktivitas
Guru
Kegiatan inti yang dilakukan guru meliputi
mengorientasi siswa dalam pembelajaran, khususnya saat pembelajaran dengan
penggunaan metode bermain peran sedang berlangsung, dalam hal ini guru
memberikan bimbingan kepada kelompok yang mengalami kesulitan. Siswa dalam kelompoknya melakukan kegiatan
dengan bimbingan guru, namun demikian bimbingan guru masih belum merata pada
setiap kelompok. Guru lebih banyak memberikan bimbingan kepada kelompok yang
aktif bertanya, sedangkan kelompok yang cenderung pasif hanya mendapat
bimbingan guru secara sekilas sehingga siswa merasa kurang diperhatikan. Guru
juga belum memperhatikan sepenuhnya terhadap siswa yang enggan disuruh untuk
mengerjakan soal di papan tulis. Dan lamanya waktu yang diberikan guru kepada
siswa yang mengerjakan soal dipapan tulis, dapat menyebabkan alokasi waktu yang
diberikan seringkali tidak mencukupi. Pada kegiatan penutup guru membimbing
siswa dalam menarik kesimpulan. Namun dalam menarik kesimpulan kebanyakan masih
dilakukan oleh guru, sehingga siswa belum terbiasa berpikir sendiri. Secara
umum pada siklus I ini guru masih mendominasi pembelajaran.
b.
Aktivitas
Siswa
Pada siklus 1, dari lembar observasi
menunjukkan aktifitas belajar siswa. Misalnya, meningkatnya antusias dan
motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran, karena dorongan dan pemberian
motivasi oleh guru. Untuk kerja kelompokpun menunjukkan aktivitas, seperti
diskusi dan tanya jawab antar teman dalam kelompok, serta memberi pendapat
tentang hasil yang diperoleh. Beberapa siswa masih kurang percaya diri untuk
melakukan kerjasama dengan teman sekelompoknya. Namun ini belum menunjukkan aktivitas
yang dilaksanakan siswa optimal sesuai yang diharapkan sehingga perlu
ditingkatkan.
3. Observasi
a. Hasil Observasi Kinerja Guru
Pengamatan terhadap kemampuan guru dalam
pengelolaan pembelajaran pada siklus I diperoleh skor akhir kemampuan guru
dalam pengelolaan pembelajaran mencapai 18 kriteria dari 27 kriteria yang telah
ditetapkan. Hal ini
menunjukkan bahwa proses pembelajaran dengan menggunakan metode bermain peran oleh guru yang termasuk dalam kriteria sangat baik karena
berada di rentang 19-27 kriteria.
b. Hasil Observasi Aktivitas Siswa
Pengamatan aktivitas siswa pada siklus I
diperoleh hasil di atas skor total aktivitas siswa dalam pembelajaran juga
menunjukkan hal yang termasuk kriteria
baik karena dari empat aspek yang diamati muncul dua aspek, sehingga berada
pada rentang 50%.
4. Refleksi
Pendampingan guru tidak merata dan masih terfokus
pada siswa yang aktif, sehingga siswa yang tidak didampingi terlihat bermain
sendiri dan mengganggu teman yang lain sehingga tidak semua siswa dapat
memperhatikan penjelasan guru dengan lengkap. Sehingga terlihat bahwa proses
pembelajaran kurang lancar. Kesiapan dan keaktifan siswa di kelas juga belum
maksimal saat diberi pertanyaan maupun latihan soal. Siswa masih enggan saat disuruh untuk mengerjakan
soal di papan tulis. Hal ini lebih dikarenakan takut pada ejekan siswa yang
lain saat tidak dapat menyelesaikan soal tersebut dengan benar. Siswa juga
masih enggan untuk memberikan tanggapan terhadap pekerjaan yang diselesaikan
oleh siswa yang lain di papan tulis, walaupun sudah diberikan kesempatan oleh
guru.
Berdasarkan hasil lembar observasi aktivitas siswa,
skor keaktifan siswa 50%, termasuk dalam kriteria sangat baik. Meskipun
demikian masih perlu ditingkatkan. Hal ini disebabkan siswa masih kurang
percaya diri dalam bertanya, dan masih canggung untuk bekerja dalam kelompok.
Selain itu pengawasan tingkah laku siswa dalam melakukan diskusi kelompok masih
kurang.
Belum optimalnya aktivitas dalam pembelajaran
tersebut perlu adanya perbaikan dengan memberikan dorongan motivasi kepada
siswa untuk bersungguh-sungguh dalam melaksanakan pembelajaran, menyatukan
pendapat, tidak boleh mengganggu teman serta melakukan diskusi secara aktif dan
memberi pujian bagi siswa yang bertanya dan menjawab pertanyaan. Guru juga
harus bisa menumbuhkan rasa percaya diri agar siswa tidak malu lagi untuk
bekerjasama dengan teman sekelompoknya. Guru harus mampu memberi perhatian
serta motivasi terhadap kegiatan siswa dalam kelompoknya. Permasalahan ini akan
diupayakan perbaikan pada siklus II dengan melaksanakan kegiatan pembelajaran
menggunakan metode bermain peran.
B.
Siklus Kedua
Kegiatan
pelaksanaan penelitian tindakan sekolah pada siklus kedua sebagaimana diuraikan
di bawah ini :
1. Perencanaan
Peneliti
menyiapkan dan menetapkan lembar observasi. Lembar observasi mencakup
langkah-langkah yang akan dilakukan oleh guru dan siswa dalam kegiatan tindakan
atau perbaikan. Terkait dengan rencana perbaikan pembelajaran, peneliti
mengecek kesiapan guru dalam menyiapkan
berbagai bahan yang diperlukan dalam pelaksanaan proses pembelajaran seperti :
lembar kerja, alat bantu pembelajaran, lembar tes formatif dan lembar observasi
sebagaimana pelaksanaan siklus I.
2. Pelaksanaan
Dari pelaksanaan siklus II, diperoleh
berbagai data yaitu data hasil belajar siswa, data hasil observasi kinerja
guru, dan data hasil observasi aktivitas siswa. Hasil penelitian pada siklus II dapat dijelaskan sebagai berikut
a. Aktivitas Guru
Pencapaian hasil belajar siswa yang
diharapkan seperti yang ditetapkan dalam indikator keberhasilan tidak lepas
dari peran guru dalam proses pembelajaran. Mengingat guru merupakan salah satu
komponen yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Berdasar hasil lembar aktivitas
guru pada siklus II, dapat diketahui bahwa guru sudah dapat mengkondisikan
kelas dengan sangat baik.
Kemampuan guru seperti memunculkan
motivasi, memberikan apersepsi, membentuk kelompok, mendampingi siswa, menjawab
pertanyaaan siswa dan membantu siswa membuat kesimpulan sudah meningkat
ditandai dengan tingginya nilai akhir hasil observasi pada siklus II berada di
rentang 76-100% dengan kemunculan kriteria keberhasilan sebanyak 25 kriteria,
sehingga termasuk dalam kriteria sangat baik. Guru juga sudah dapat menumbuhkan
rasa percaya diri siswa dengan memberikan reward berupa pujian dan
dorongan agar siswa mampu bekerjasama dengan teman sekelompok dan mau bertanya
bila ada kesulitan baik kepada guru maupun sesama teman sekelompok. Juga kepada
siswa yang berhasil mengerjakan soal di papan tulis.
Guru juga memberi kesempatan yang lebih
banyak kepada siswa yang lain untuk memberikan tanggapan terhadap pekerjaan
yang ditulis oleh siswa di papan tulis. Sehingga terjadi proses pembelajaran
dua arah. Pada siklus II ini guru juga sudah memotivasi siswa agar cepat
menguasai materi pembelajaran dengan menggunakan metode bermain peran dengan
cepat dan memperoleh nilai yang maksimal dalam tes siklus II. Selain itu guru
juga sudah dapat mengurangi rasa kurang percaya diri siswa, sehingga apabila
disuruh mengerjakan soal di papan tulis siswa segera maju.
b. Aktivitas Siswa
Pada siklus II aktivitas siswa lebih
meningkat lagi dibandingkan dengan siklus I. Ditandai dengan perolehan skor
total hasil observasi yang tinggi, yaitu berada di rentang 50-100% dengan
kemunculan kriteria sebanyak empat kriteria dari empat kriteria keberhasilan
yang ditetapkan sehingga termasuk dalam kriteria sangat baik. Hal ini
menunjukkan siswa yang melakukan aktivitas belajar lebih banyak dibandingkan
dengan siklus I. Ini berarti siswa lebih menguasai penggunaan manik-manik dibandingkan
pada kegiatan pembelajaran pada siklus I dan berhasil dalam menciptakan kondisi
kelas yang kondusif.
Siswa juga telah bekerja sama dengan
kelompoknya secara baik dan siswa yang pandai sudah mau membantu siswa yang
lain. Hal tersebut sesuai bahwa dengan pembagian kelompok secara heterogen
memberikan kesempatan untuk saling mendukung, meningkatkan relasi dan interaksi
serta memudahkan pengelolaan kelas, karena dengan adanya siswa yang
berkemampuan akademis yang tinggi guru mendapatkan asisten untuk kelompok.
Siswa juga sudah tidak malu lagi apabila
disuruh mengerjakan soal di papan tulis, walaupun cara menyelesaikan soalnya
masih salah. Siswa yang pada pembelajaran pada siklus I masih malu bertanya
apabila masih mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran, pada siklus II ini
sudah mau bertanya baik kepada guru maupun kepada teman sekelompoknya. Oleh
karena itu belajar kelompok sangat diperlukan agar diperoleh hasil belajar yang
lebih baik.
3. Observasi
a. Hasil Observasi Kinerja Guru
Pengamatan terhadap kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran pada
siklus II diperoleh nilai akhir kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran berada
pada rentang 50-100% sehingga termasuk dalam kriteria sangat baik.
b. Hasil Observasi Aktivitas Siswa
Pengamatan aktivitas siswa pada siklus II diperoleh hasil di atas skor
total nilai aktivitas siswa dalam pembelajaran sebesar 100, yang termasuk dalam
kriteria sangat baik karena dari empat kriteria keberhasilan semuanya tercapai.
4. Refleksi
Dari pembahasan siklus I dan II di atas
menunjukkan bahwa indikator keberhasilan tercapai, sehingga hipotesis
penelitian ini dapat diterima yang berarti ada peningkatan hasil belajar dan
aktivitas belajar siswa kelas VI SD Negeri Cibalung 02 Kecamatan Cimanggu
Kabupaten Cilacap pada pembelajaran PKn dengan menggunakan metode bermain peran.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan
temuan dan hasi-hasil yang diperoleh, peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa pelaksanaan
pembelajaran IPS oleh guru dengan menerapkan metode permainan dapat
meningkatkan kemampuan guru dan siswa dalam
penyampaian dan penerimaan materi
pembelajaran. Hal ini dibuktikan dengan peningkatan kemampuan guru dan siswa
selama proses pembelajaran pada siklus I dan II dimana pada siklus I dari 27
kriteria yang ditetapkan untuk observasi guru dalam pelaksanaan pembelajaran,
muncul 18 kriteria keberhasilan pada siklus pertama, dan 25 kriteria
keberhasilan pada siklus II. Adapun observasi siswa juga mengalami peningkatan,
yaitu dua kriteria pada siklus pertama menjadi empat kriteria pada siklus II,
yang berarti semua kriteria keberhasilan terpenuhi pada akhir pelaksanaan
siklus II.
B. Saran
Saran bagi
guru bahasa khususnya dan guru lain pada umumnya, agar terus belajar
mengembangkan strategi dan metode pembelajaran yang sesuai. Agar dalam
pembelajaran (khususnya drama) menjadi lebih menarik dan menyenangkan. Sehingga
tercipta suasana pembelajaran yang tidak membosankan.masih banyak strategi dan
cara untuk mengajarkan materi pelajaran yang sesuai. Semua tergantung kita
sebagai guru, agar pandai-pandai memilih strategi yang cocok.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad
Sudrajat. 2008. “Model Pembelajaran
Inovatif”
Ahmadi,
Abu dan Joko T. Prasetyo. 1997. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia.
Antoro,
Yuni. 2002. Peningkatan Kemampuan Berbicara Ragam Krama Melalui Permainan
Simulasi P4 Pada Siswa Kelas IIIA SLTP Negeri 2 Pekuncen Tahun Pelajaran
2002/2003. Skripsi. Universitas Negeri Semarang,
Semarang.
Arikunto, Suharsimi.
2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Graha
Widya. John Herf. 2007. “Peran Guru SD dalam menyikapi KTSP” http:
//johnherf.wordpress.com/2007/03/13/peran-guru-sd-menyikapi-ktsp/.). (Diunduh
Rabu, 20 Oktober pukul 03.00)
Herman
J. Waluyo. 2008. Drama Teori dan Pengajarannya. Yogyakarta:
PT. Hanindita
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/19/model-pembelajaran-inovatif-2/
(Diunduh, Selasa, 20 Oktober pukul 23.00).
Masnur
Muslich. 2007. KTSP: Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta: PN. Bumi Aksara.
Situmorang. B.P. 1983. Puisi dan Metodologi Pengajarannya. Ende
Flores NTT: Nusa Indah.
Suminto
A. Sayuti. 2008. “Pengajran Sastra yang Menyebalkan dan KTSP “ (Makalah)
disajikan dalam lokakarya Apresiasi Sastra daerah di Bogor. Tanggal 12-16 Agustus.
Lampiran 1
INSTRUMEN
PENILAIAN
PELAKSANAAN
PROSES PEMBELAJARAN
SIKLUS I
Nama
Guru : ...................................... NIP : .........................................
Kelas : VI Tgl.
Pelaksanaan : .........................................
No
|
Indikator/Aspek Yang Diamati
|
Kemunculan
|
Ket
|
|
Ada
|
Tidak
|
|||
I
|
PRA PEMBELAJARAN
|
|||
1
|
Memeriksa
kesiapan peserta didik
|
V
|
||
2
|
Menyampaikan materi yang akan dipelajari
|
V
|
||
3
|
Menyampaikan tujuan yang
hendak dicapai
|
V
|
||
4
|
Menyampaikan pola pembelajaran
yang akan digunakan
|
V
|
||
5
|
Melakukan kegiatan
apersepsi
|
V
|
||
II
|
KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN
|
|||
A
|
Penguasaan Materi Pelajaran
|
|||
6
|
Menunjukkan penguasaan
materi pembelajaran
|
V
|
||
7
|
Mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan
|
V
|
||
8
|
Mengaitkan materi dengan jelas dan sesuai dengan
hierarki belajar
|
V
|
||
9
|
Mengaitkan materi dengan realitas kehidupan
|
V
|
||
B
|
Pendekatan / Strategi Pembelajaran
|
|||
10
|
Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi (tujuan) yang akan
dicapai
|
v
|
||
11
|
Melaksanakan pembelajaran
secara runtut
|
V
|
||
12
|
Menguasai kelas
|
V
|
||
13
|
Melaksanakan pembelajaran yang bersifat konstektual
|
V
|
||
14
|
Melaksanakan
pembelajaran yang memungkinkan timbulnya kebiasaan positif
|
V
|
||
15
|
Melaksanakakn pembelajaran sesuai dengan alokasi
waktu yang direncanakan
|
V
|
||
C
|
Pemanfaatan Sumber
Belajar/Media Pembelajaran
|
|||
16
|
Menggunakan media secara efektif dan efisien
|
V
|
||
17
|
Menghasilkan pesan yang
menarik
|
V
|
||
18
|
Melibatkan peserta didik dalam pemanfaatan media
|
V
|
||
D
|
Pembelajaran
Yang Memicu Dan Memelihara Ketertiban Peserta Didik
|
|||
19
|
Menumbuhkan partisipasi aktif peserta didik
dalam pembelajaran
|
V
|
||
20
|
Menunjukan sikap terbuka
terhadap respon peserta didik
|
V
|
||
21
|
Menumbuhkan keceriaan dan antusiasme peserta
didik dalam belajar
|
V
|
||
E
|
Penilaian Proses Dan Hasil Belajar
|
|||
22
|
Memantau kemajuan belajar
selama proses
|
V
|
||
23
|
Melakukan penilaian akhir sesuai dengan kompetensi (tujuan)
|
V
|
F
|
Penggunaan Bahasa
|
|||
24
|
Menggunakan bahasa lisan dan tulis secara jelas,
baik, dan benar
|
V
|
||
25
|
Menyampaikan pesan dengan gaya yang sesuai
|
V
|
||
V
|
||||
III
|
PENUTUP
|
|||
26
|
Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan
melibatkan peserta didik
|
V
|
||
27
|
Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan
arahan atau kegiatan atau tugas sebagai bagian remidial/pengayaan
|
V
|
||
TOTAL SKOR
|
18
|
9
|
Keterangan :
A = 19 - 27 (Amat Baik )
B = 10 - 18 (
Baik)
C = 00 - 09 (
Kurang )
Cibalung, Oktober
2010
Peneliti
SUMARYONO, S.Pd
Lampiran 2
INSTRUMEN
PENILAIAN
PELAKSANAAN
PROSES PEMBELAJARAN
SIKLUS II
Nama
Guru : ........................................... NIP : ..........................................
Kelas : VI Tgl.
Pelaksanaan : .........................................
No
|
Indikator/Aspek Yang Diamati
|
Kemunculan
|
Ket
|
|
Ada
|
Tidak
|
|||
I
|
PRA PEMBELAJARAN
|
|||
1
|
Memeriksa
kesiapan peserta didik
|
V
|
||
2
|
Menyampaikan materi yang akan dipelajari
|
V
|
||
3
|
Menyampaikan tujuan yang
hendak dicapai
|
V
|
||
4
|
Menyampaikan pola pembelajaran yang
akan digunakan
|
V
|
||
5
|
Melakukan kegiatan
apersepsi
|
V
|
||
II
|
KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN
|
|||
A
|
Penguasaan Materi Pelajaran
|
|||
6
|
Menunjukkan penguasaan
materi pembelajaran
|
V
|
||
7
|
Mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan
|
V
|
||
8
|
Mengaitkan materi dengan jelas dan sesuai dengan
hierarki belajar
|
V
|
||
9
|
Mengaitkan materi dengan realitas kehidupan
|
V
|
||
B
|
Pendekatan / Strategi Pembelajaran
|
|||
10
|
Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi (tujuan) yang akan
dicapai
|
v
|
||
11
|
Melaksanakan pembelajaran
secara runtut
|
V
|
||
12
|
Menguasai kelas
|
V
|
||
13
|
Melaksanakan pembelajaran yang bersifat konstektual
|
V
|
||
14
|
Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan
timbulnya kebiasaan positif
|
V
|
||
15
|
Melaksanakakn pembelajaran sesuai dengan alokasi
waktu yang direncanakan
|
V
|
||
C
|
Pemanfaatan Sumber
Belajar/Media Pembelajaran
|
|||
16
|
Menggunakan media secara efektif dan efisien
|
V
|
||
17
|
Menghasilkan pesan yang
menarik
|
V
|
||
18
|
Melibatkan peserta didik dalam pemanfaatan media
|
V
|
||
D
|
Pembelajaran
Yang Memicu Dan Memelihara Ketertiban Peserta Didik
|
|||
19
|
Menumbuhkan partisipasi aktif peserta didik
dalam pembelajaran
|
V
|
||
20
|
Menunjukan sikap terbuka
terhadap respon peserta didik
|
V
|
||
21
|
Menumbuhkan keceriaan dan antusiasme peserta
didik dalam belajar
|
V
|
||
E
|
Penilaian Proses Dan Hasil Belajar
|
|||
22
|
Memantau kemajuan belajar
selama proses
|
V
|
||
23
|
Melakukan penilaian akhir sesuai dengan kompetensi (tujuan)
|
V
|
F
|
Penggunaan Bahasa
|
|||
24
|
Menggunakan bahasa lisan dan tulis secara jelas,
baik, dan benar
|
V
|
||
25
|
Menyampaikan pesan dengan gaya yang sesuai
|
V
|
||
V
|
||||
III
|
PENUTUP
|
|||
26
|
Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan
melibatkan peserta didik
|
V
|
||
27
|
Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan
arahan atau kegiatan atau tugas sebagai bagian remidial/pengayaan
|
V
|
||
TOTAL SKOR
|
25
|
2
|
Keterangan :
A = 19 - 27 (Amat Baik )
B = 10 - 18 (
Baik)
C = 00 - 09 (
Kurang )
Cibalung, Oktober
2010
Peneliti
SUMARYONO, S.Pd
Lampiran 3
INSTRUMEN
PENILAIAN SISWA
PADA PELAKSANAAN PROSES PEMBELAJARAN
SIKLUS I
No
|
Aspek
yang diamati
|
Kemunculan
tiap siklus
|
|
Ada
|
Tdk
|
||
1
|
Siswa memperhatikan
penjelasan guru
|
√
|
|
2
|
Siswa dapat
mengekspresikan pembelajaran yang
dilakukan
|
√
|
|
3
|
Siswa aktif mengikuti
pembelajaran
|
√
|
|
4
|
Siswa terampil /
lancar dalam mengekspresikan dalam setiap langkah pembelajaran
|
√
|
Komentar :
1. Siklus I keaktifan siswa dari 4
aspek yang diamati muncul 2 aspek (0 - 50%)
2. Siklus II keaktifan siswa dari
4 aspek yang diamati muncul 3 aspek (51% - 75%)
3. Siklus III keaktifan siswa dari
4 aspek yang diamati muncul 4 aspek (75% - 100%)
Cibalung, Oktober
2010
Peneliti
SUMARYONO, S.Pd
Lampiran 4
INSTRUMEN
PENILAIAN SISWA
PADA PELAKSANAAN PROSES PEMBELAJARAN
SIKLUS II
No
|
Aspek
yang diamati
|
Kemunculan
tiap siklus
|
|
Ada
|
Tdk
|
||
1
|
Siswa memperhatikan
penjelasan guru
|
√
|
|
2
|
Siswa dapat
mengekspresikan pembelajaran yang
dilakukan
|
√
|
|
3
|
Siswa aktif mengikuti
pembelajaran
|
√
|
|
4
|
Siswa terampil /
lancar dalam mengekspresikan dalam setiap langkah pembelajaran
|
√
|
Komentar :
4. Siklus I keaktifan siswa dari 4
aspek yang diamati muncul 2 aspek (0 - 50%)
5. Siklus II keaktifan siswa dari
4 aspek yang diamati muncul 3 aspek (51% - 75%)
6. Siklus III keaktifan siswa dari
4 aspek yang diamati muncul 4 aspek (75% - 100%)
Cibalung, Oktober
2010
Peneliti
SUMARYONO, S.Pd
SEMOGA BERMANFAAT !!
0 comments:
Post a Comment
Silahkan berkomentar, hindari unsur SARA.
Terima kasih