LOGO DAERAH
LAPORAN
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA MATERI MENGIDENTIFIKASI
JENIS-JENIS ZPT DAN KARAKTERISTIKNYA MELALUI
METODE EKSPERIMEN
DI KELAS XI SMK……….
TAHUN PELAJARAN …………………………
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Kenaikan Pangkat
dari Golongan IV/a ke IV/b
Oleh
………………………
NIP.
……………………
UPT DISDIKPORA KECAMATAN
……………………
SMK…………………………………………………..
Jl. Raya ………………………………………………………………………….
201..
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN AKHIR PENELITIAN TINDAKAN KELAS
(CLASSSROOM
ACTION RESEARCH)
1. a. Judul Penelitian : Upaya Meningkatkan
Keaktifan Dan Hasil Belajar Siswa Materi Mengidentifikasi Jenis-Jenis ZPT dan
Karakteristiknya Melalui Metode Eksperimen
di Kelas XI SMK………. Tahun Pelajaran …………………………
b. Kategori
Penelitian : Penelitian Tindakan Kelas
2. Identitas Peneliti
a.
Nama
Lengkap : ………………
b.
NIP : ………………….
c.
Pangkat /
Golongan : Pembina / IVa
d.
Jabatan : Guru
e.
Sekolah : SMK…………..
3. Jumlah peneliti : 1 orang
4. Lokasi :
Kelas XI SMK……….
5. Jangka waktu : 3 (tiga)
bulan
(Bulan
……….. s.d ……………)
Mengetahui ……….., ………………
Pengawas Sekolah Kepala
Sekolah
…………………. …………………………..
NIP. …………………………. NIP. ……………………………….
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT. Karena dengan rahmat dan karunia-Nyalah
sehingga saya dapat menyelesaikan laporan Penelitian Tindakan
Kelas di SMK…… dengan lancar. Selesainya
penyusunan ini berkat bantuan dari berbagai pihak oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis sampaikan terima kasih dan penghargaan
setinggi-tingginya kepada yang terhormat:
1. Kepala UPT Dinas Pendidikan, Pemuda
dan Olahraga Kecamatan ………….
2. Pengawas
TK/SD UPT Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga yang telah memberikan motivasi
dan dorongan kepada penulis untuk menyelesaikan penulisan laporan PTK ini.
3. Kepala SMK…… yang telah memberikan Saran, Ijin dan pertimbangan terhadap pelaksanaan PTK
selama kegiatan berlangsung.
4. Bapak dan Ibu Guru SMK…… yang telah membimbing dan memotifasi
serta mengarahkan kami hingga kegiatan Program Penelitian Tindakan Kelas ini dapat terselesaikan dengan lancar.
5. Siswa-siswa
SMK……. khususnya siswa kelas XI yang penulis sayangi.
6. Semua
pihak yang telah tulus ikhlas membantu dalam penulisan laporan penelitian ini
yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Serta kerabat-kerabat
dekat dan rekan-rekan seperjuangan yang penulis banggakan. Semoga Allah SWT,
memberikan balasan atas kebaikan yang telah diberikan kepada penulis. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam
penyusunan laporan ini banyak kelemahan atau kekurangan untuk itu, saya
berharap kepada pembaca berkenan memberikan saran dan kritik yang membangun.
Untuk itu sebelumnya kami ucapkan terimakasih.
………, …………….
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL ......................................................................................... i
LEMBAR
PENGESAHAN ............................................................................... ii
KATA
PENGANTAR ....................................................................................... iii
DAFTAR
ISI ...................................................................................................... iv
DAFTAR
TABEL .............................................................................................. v
DAFTAR
GAMBAR ......................................................................................... vi
DAFTAR
LAMPIRAN...................................................................................... vii
ABSTRAK/RINGKASAN
................................................................................ viii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah........................................................ 1
B.
Identifikasi Masalah ............................................................. 4
C.
Rumusan Masalah.................................................................. 4
D.
Tujuan Penelitian................................................................... 4
E.
Manfaat Penelitian................................................................. 5
BAB II KAJIAN TEORI
A.
Kajian Teori .......................................................................... 6
B.
Kerangka Berfikir ................................................................. 23
C.
Hipotesis Tindakan ............................................................... 24
BAB III
METODOLODI PENELITIAN
A.
Setting Penelitian...................................................................
B.
Subjek Penelitian ..................................................................
C.
Data dan Sumber Data..........................................................
D.
Teknis dan Alat Pengumpulan Data......................................
E.
Validitas Data........................................................................
F.
Analisa Data .........................................................................
G.
Prosedur Penelitian................................................................
H.
Indikator Kinerja...................................................................
BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN
A.
Deskripsi Data ......................................................................
B.
Pembahasan ..........................................................................
C.
Hasil Penelitian .....................................................................
BAB V PENUTUP
A.
Kesimpulan ...........................................................................
B.
Saran .....................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Rekapitulasi Hasil Tes
Formatif Kondisi Awal...........................
Tabel 4.2 Rekapitulasi Hasil
Observasi Keaktifan Siswa pada Kondisi Awal
Tabel 4.3 Rekapitulasi Nilai Tes
Formatif Siklus I......................................
Tabel 4.4 Rekapitulasi Hasil
Observasi Peningkatan Keaktifan Siswa pada Siklus I
Tabel 4.5 Rekapitulasi Nilai Tes
Formatif Siklus II....................................
Tabel 4.6 Rekapitulasi Hasil
Observasi Peningkatan Keaktifan Siswa Siklus II
Tabel 4.7 Rekapitulasi Nilai
Hasil Tes Formatif Temuan Awal, Siklus I
dan Siklus II
Tabel 4.8 Rekapitulasi
Peningkatan Keaktifan Siswa pada Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II
DAFTAR GAMBAR
Gambar
2.1
Percobaan yang dilakukan oleh Darwin dan Boysen–Jensen..
Gambar
2.2. Kerangka Berpikir Penelitian Tindakan Kelas........................
Gambar 4.1 Grafik
Peningkatan dan Penurunan Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I dan II
Gambar 4.2 Grafik
Peningkatan Nilai Rata-rata Belajar Siswa
Pada Siklus I dan II
Gambar 4.3 Grafik
Ketuntasan Siswa Berdasarkan Tingkat Keaktifan Siswa Studi Awal, Siklus I dan II...............................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1................................................................................................ Surat
Ijin Penelitian
Lampiran 2................................................................................................ Jurnal
Kegiatan Penelitian
Lampiran 3................................................................................................ Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I
Lampiran 4................................................................................................ Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II
Lampiran 5................................................................................................ Instrumem
Pengumpulan Data
Lampiran 6................................................................................................ Analisis
Data Hasil Penelitian
Lampiran 7................................................................................................ Daftar
Hadir Siswa (Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II)
Lampiran 8................................................................................................ Daftar
Hadir Peneliti dan Observer (Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II)
Lampiran 9................................................................................................ Contoh
Hasil Pekerjaan Siswa
Lampiran 10 Dokumentasi Pelaksanaan Kegiatan
Penelitian (Kondisi
Awal, Siklus I dan Siklus II)
UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA MATERI MENGIDENTIFIKASI
JENIS-JENIS ZPT DAN KARAKTERISTIKNYA MELALUI
METODE EKSPERIMEN
DI KELAS XI SMK……….
TAHUN PELAJARAN …………………………
Oleh
……………….
NIP. …………………
ABSTRAK
Dalam pembelajaran ……., penyampaian secara
konseptual melalui metode ceramah
sering kali membuat
siswa merasa bosan
sehingga proses pembelajaran menjadi
monoton. Akhirnya perolehan
nilai pada umumnya
berada di bawah
nilai mata pelajaran
lainnya. Upaya untuk memperbaiki proses pembelajaran yang telah
dilakukan sebelumnya akan dilakukan melalui upaya penelitian tindakan kelas
dengan metode eksperimen. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam 4
tahapan, yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan (action),
mengamati (observation), dan refleksi
(reflection). Subjek penelitian dalam
penelitian ini adalah siswa kelas XI SMK…..Tahun Pelajaran….. dengan jumlah siswa sebanyak 17 siswa terdiri dari siswa laki-laki … siswa dan perempuan …. siswa. Teknik Pengumpulan Data
menggunakan teknik observaso,
penilaian atau
tes, dan dokumentasi.
Analisis data menggunakan analisis
deskriptif komperatif dengan grafik yaitu membandingkan kondisi nilai tes awal,
siklus I, setelah siklus II. Hasil penelitian menunjukkan penerapan metode terbukti dapat
meningkatkan keaktifan belajar dari 8 siswa atai 47,06% dinyatakan tuntas,
meningkat menjadi 11 siswa atau 64,71% pada siklus pertama dan 17 siswa atau
100% pada siklus kedua.dan
peningkatan nilai rata-rata kelas
terus mengalami peningkatan dari 58,24 , pada siklus I
nilai rata-rata yang
diperoleh siswa adalah
64,12 dan pada siklus II rata-rata nilai yang diperoleh siswa adalah 74,71 dengan peningkatan ketuntasan belajar pada keadaan awal sebanyak 4 siswa (23,53%), setelah dilaksanakan
perbaikan dengan penerapan penerapan metode eksperimen pada siklus I meningkat
menjadi 9 siswa atau 52,94% dan pada siklus II meningkat kembali menjadi 16
siswa atau 94,12%.. Kesimpulannya penerapan metode eksperimen pada
pembelajaran … materi mengidentifikasi jenis-jenis zat ZPT dan karakteristiknya
melalui Metode Eksperimen terbukti dapat meningkatkan keaktifan dan hasil
belajar Siswa Kelas XI SMK….. Tahun Pelajaran …...
Kata Kunci : eksperimen,
keaktifan, hasil belajar
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Guru memiliki
peran yang sangat strategis untuk menanamkan investasi berupa pengetahuan dan
ketrampilan, sehubungan dengan itu guru dituntut menciptakan kondisi yang
mempermudah pemahaman siswa, siswa mencoba belajar melalui pengalaman dengan
melakukan eksperimen, pengamatan, dan diskusi yang dapat menanamkan daya ingat
yang jelas dan tidak mudah hilang. Sehingga siswa menjadi senang, aktif dan
mempunyai kemauan yang tinggi serta sadar untuk belajar dengan sungguh-sungguh.
Masalah pendidikan dan pengajaran
merupakan masalah yang cukup kompleks dimana banyak faktor yang ikut
mempengaruhinya. Salah satu factor tersebut adalah guru. Guru merupakan
komponen pengajaran yang memegang peranan penting dan utama, karena keberhasilan
proses belajar mengajarsangat ditentukan oleh
faktor guru. Tugas guru adalah menyampaikan materi pelajaran kepada siswa
melalui interaksi komunikasi dalam proses belajar mengajar yang dilakukannya.
Interaksi komunikasi, penerapan metode mengajar, dan pemakaian media
pembelajaran yang baik dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar. Dengan
demikian, diharapkan hasil belajar siswapun meningkat.
Dalam rangka memperbaiki dan
meningkatkan keaktifan siswa untuk belajar mata pelajaran materi
mengidentifikasi jenis-jenis ZPT dan karakteristiknya pada kelas XI SMK
........................., guru perlu menciptakan kondisi belajar yang
kondunsif supaya siswa nyaman dan senang di dalam kelas. Tetapi nampaknya siswa masih kurang termotivasi untuk
belajar karena siswa beranggapan pelajaran materi mengidentifikasi jenis-jenis
ZPT dan karakteristiknya sukar, menjemukan dan sulit dipahami. Maka tugas
gurulah untuk membangkitkan kembali semangat belajar siswa. Dalam hal ini
peneliti selaku guru bersama rekan guru yang bertindak sebagai observer akan
bersama mencoba untuk melaksanakan perbaikan cara mengajar, cara menanamkan
konsep pembelajaran kejuruan dan menggunakan media dan metode pembelajaran yang menarik.
Dikaitkan dengan Standar Pendidikan
Nasional tahun 2005 menyatakan bahwa, standar mutu proses merupakan salah satu
indicator rendahnya mutu pendidikan dasar dan menengah disebabkan karena
kurangnya penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran. Siswa cenderung hanya
menghafal materi, tidak memahami essensi makna materi, bahkan tidak mengetahui
aplikasi tentang materi pembelajaran di dunia nyata. Hal ini karena materi
pembelajaran disekolah kurang terkait dengan konteks lingkungan kehidupan
siswa, baik konteks sosial, budaya, geografi, dan karakteristik siswa itu
sendiri. Disini menunujukkan bahwa ada hal yang kurang tepat dalam pendekatan
pembelajaran yang selama ini berlangsung disekolah.
Ditinjau dari segi proses, maka mata
pelajaran kejuruan di SMK memiliki berbagai keterampilan sains diantaranya
keterampilan mengamati, menggunakan sebanyak mungkin indera, mengumpulkan fakta
yang relevan, mencarai kesamaan dan perbedaan dan mengaplikasikannya. Kenyataan
dilapanganpeserta didik kurang tertarik dan kurang aktif dalam belajar.
Berdasarkan pengalaman peneliti
dilapangan selama menjadi guru, kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan
pada tahun-tahun sebelumnya pada kelas XI SMK ................., siswa kurang
respon terhadap pelajaran materi mengidentifikasi jenis-jenis ZPT dan karakteristiknya.
Dalam proses pembelajaran, ada diantara mereka yang hanya duduk diam dan tidak
mau bertanya, mengerjakan Lembaran Kerja asal-asalan dan ada juga diantaranya
siswa yang sering minta izin keluar waktu proses pembelajaran berlangsung.
Permasalahan di atas sangat
tampak, kemudian permasalahan itu didiskusikan dengan waki kelas XII dan Kepala
Sekolah, setelah dirumuskan maka peneliti mengambil kesimpulan untuk mengadakan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang bersifat kolaboratif antara peneliti
dengan wali kelas XI sebagai observer.
Sebelum ini dilaksanakan protest atau test akhir pelajaran, ternyata
nilai yang diperoleh siswa banyak yang dibawah kriteria ketuntasan minimal
(KKM). Dalam proses belajar yang bermutu seharusnya 85% siswa memperoleh nilai
diatas KKM, tetapi kenyataannyadisekolah lebih sepertiga jumlah siswa
memperoleh nilai dibawah KKM (7,0). Rendahnya hasil belajar siswa pada
pembelajaran materi mengidentifikasi jenis-jenis ZPT dan karakteristiknya
ditunjukkan oleh kenyataan kurangnya aktivitas belajar siswa dala mengikuti
prose belajar di kelas. Jika hal ini dibiarkan terus menerus, tentu banyak
siswa yang tidak dapat melanjutkan pelajaran pada pokok bahasan berikutnya.
Pada akhirnya siswa banyak yang diremedial dan menyebabkan waktu yang dijadwal
tidak cukup dan akhirnya siswa harus tinggal kelas.
Berdasarkan penjelasan di atas, untuk memperbaiki proses pembelajaran
yang telah dilakukan sebelumnya akan dilakukan melalui upaya penelitian
tindakan kelas dengan metode eksperimen pembelajaran materi mengidentifikasi
jenis-jenis ZPT dan karakteristiknya.
Metode ini merupakan salah satu upaya
agar peserta didik dalam mengikuti proses belajar di Sekolah, sehingga dapat
bertindak aktif membentuk sendiri pengetahuannya dengan mewujudkan gagasan
dalam struktur kognitifnya. Metode eksperimen adalah metode yang siswanya
mencoba mempraktekkan suatu proses tersebut, setelah melihat/mengamati apa yang
telah didemonstrasikan oleh seorang demonstrator. Eksperimen dapat juga
dilakukan untuk membuktikan kebenaran sesuatu, misalnya menguji sebuah
hipotesis. Eksperimen ialah suatu upaya
atau praktek dengan menggunakan peragaan yang ditujukan pada siswa dengan
tujuan agar semua siswa lebih mudah dalam memahami dan mempraktekan apa yang
telah diperolehnya dan dapat belajar mengalami suatu proses dan menganalisa
proses tersebut.
Penggunaan
teknik ini mempunyai tujuan agar siswa mampu mencari dan menemukan sendiri
berbagai jawaban atas persoalan-persoalan yang dihadapinya dengan mengadakan
percobaan sendiri. Juga siswa dapat terlatih dalam cara berfikir yang ilmiah (sciebtific
thinking). Dengan eksperimen siswa menemukan bukti kebenaran dari teori
sesuatu yang sedang dipelajarinya
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalaha di atas peneliti meminta bantuan teman sejawat dan kepala sekolah untuk mengidentifikasi masalah pembelajaran. Dari
hasil observasi dan diskusi terungkap beberapa masalah yang terjadi dalam
pembelajaran. Masalah tersebut antara
1.
Siswa kurang memahami
konsep-konsep pelajaran materi mengidentifikasi jenis-jenis ZPT dan
karakteristiknya
2.
Minat Baca siswa terhadap buku mengidentifikasi
jenis-jenis ZPT dan karakteristiknya masih rendah
3.
Pendekatan dan metode yang
digunakan guru kurang tepat, dan kurang bervariasi
4.
Media pembelajaran yang
digunakan kurang menarik bagi siswa
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang dan identifikasi
masalah di atas, maka dapat disimpulkan rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Apakah melalui penerapan metode eksperimen
dapat meningkatkan keaktifan belajar
siswa pada pembelajaran materi mengidentifikasi jenis-jenis ZPT dan karakteristiknya siswa kelas XI
SMK ................... Tahun Pelajaran .......................?
2. Apakah melalui penerapan metode eksperimen
dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran materi mengidentifikasi jenis-jenis ZPT dan karakteristiknya siswa kelas XI
SMK ................... Tahun Pelajaran .......................?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan
latar belakang di atas, agar memiliki arah yang jelas, maka ditetapkan tujuan
sebagai berikut :
- Untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa pada pembelajaran materi pembelajaran materi mengidentifikasi jenis-jenis ZPT dan karakteristiknya siswa kelas XI SMK ................... Tahun Pelajaran ........................
- Untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran materi pembelajaran materi mengidentifikasi jenis-jenis ZPT dan karakteristiknya siswa kelas XI SMK ................... Tahun Pelajaran .........................
E. Manfaat Penelitian
Diharapkan
penelitian ini juga dapat memberikan manfaat bagi :
- Guru
a. Untuk memperbaiki pembelajaran yang
dikelolanya
b. Memperbaiki kinerja guru untuk berkembang
secara profesional
c. Meningkatkan aktifitas guru dalam
pembelajaran untuk berperan aktif
mengembangkan pengetahuan dan keterampilan.
- Siswa
a. Memperbaiki belajar siswa, agar hasil
belajar siswa meningkat
b. Siswa merasa mendapat perhatian khusus
dari guru sehingga minat belajar siswa meningkat
c. Siswa dapat berperan sebagai peneliti bagi
hasil belajarnya sendiri
d. Untuk memperbaiki pembelajaran yang telah
dilakukan sebelumnya, sehingga hasil belajar siswa dan keaktifan belajar siswa
meningkat.
- Sekolah
a. Membantu sekolah untuk berkembang karena
adanya peningkatan kemampuan pada diri guru dan pendidikan di sekolah
b. Meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan
bagi siswa
c. Mempunyai kesempatan yang besar untuk
berubah secara menyeluruh
BAB II
KAJIAN
PUSTAKA
A. Kajian Teori
1.
Zat Pengatur Tumbuh
Para
ahli botani telah lama mengetahui bahwa satu bagian tumbuhan dapat memengaruhi
bagian tumbuhan lain. Contohnya, menghilangkan ujung pucuk umumnya merangsang
pertumbuhan tunas ketiak daun; biji biasanya berkecambah lebih cepat jika dipisahkan
dari buahnya. Pengaruh ini sering dikaitkan dengan hormon tumbuhan atau zat
pengatur tumbuh, yaitu molekul organik yang dihasilkan oleh satu bagian
tumbuhan dan ditransportasikan ke bagian lain yang dipengaruhinya. Terdapat
lima kelompok hormon tumbuhan, yaitu auksin, giberelin, sitokinin, asam
absisat, dan gas etilen. Kelima jenis hormon tersebut memiliki kelebihan dan
pengaruh yang berbeda-beda terhadap sel-sel pada jaringan. Misalnya, auksin dapat
merangsang pembesaran sel, sedangkan sitokinin dapat merangsang pembelahan sel.
Hormon
tumbuhan tidak spesifik seperti hormon hewan. Bahkan mungkin tidak ada satu
fase pertumbuhan tumbuhan yang hanya dipengaruhi oleh satu jenis hormon.
Pengaruh hormon tumbuhan tidak spesifik dan dipengaruhi oleh hormon lain dan
molekul lain.
Berikut
penjelasan secara rinci tentang beberapa hormon tumbuhan sebagaimana diuraikan
di bawah ini
a. Auksin
Sekitar
tahun 1880, Charles Darwin dan putranya Francis Darwin, melakukan
penelitian awal tentang fototropisme. Fototropisme adalah pertumbuhan
tumbuhan menuju sumber cahaya. Darwin mencoba mengungkap pertanyaan, mengapa
tumbuhan tumbuh menuju sumber cahaya. Mereka meneliti koleoptil rumput kenari (Phalaris
canariensis) dan gandum (Avena sativa). Mereka menyimpulkan bahwa
pertumbuhan koleoptil menuju cahaya dikendalikan oleh koleoptil..
Gambar
2.1 Percobaan yang
dilakukan oleh Darwin dan Boysen–Jensen.
Beberapa
tahun kemudian pada 1913, seorang ahli botani Denmark, Peter Boysen-Jensen,
menguji penelitian Darwin. Penelitiannya menegaskan bahwa fototropisme
disebabkan oleh zat kimia yang dapat berpindah tempat. Akhirnya pada 1926, Frits
Went, seorang peneliti dari Belanda memodifikasi penelitian Boysen-Jensen
dan berhasil mengekstrak zat pengatur fototropisme pada tumbuhan rumput. Zat
tumbuh atau hormon ini diberi nama auksin. Secara kimiawi, auksin ini bernama indolacetic
acid (IAA). Setelah banyak penelitian tentang hormon, diketahui bahwa IAA
ditemukan pada banyak tumbuhan. IAA merupakan salah satu senyawa auksin alami.
Terdapat beberapa auksin alami lain yang ditemukan pada tumbuhan, yaitu
4-chloro-IAA dan phenylacetic acid, namun, mereka lebih tidak aktif
dibandingkan IAA.
Selain
auksin alami, terdapat juga auksin sintetis, yakni 2,4 D (2,4- dichlorophenoxyacetic
acid) dan NAA (naphthaleneacetic acid).
IAA bergerak melalui sel-sel parenkim di korteks dan jaringan
pembuluh. Pada batang, IAA bergerak secara basipetal, artinya IAA
bergerak menuju dasar, bahkan jika batang dibalikkan. Pada akar, IAA
bergerak secara akropetal, artinya bergerak menuju pucuk. Pengaruh
auksin terhadap pertumbuhan dan perkembahan adalah sebagai berikut.
IAA bergerak melalui sel-sel parenkim di korteks dan jaringan
pembuluh. Pada batang, IAA bergerak secara basipetal, artinya IAA
bergerak menuju dasar, bahkan jika batang dibalikkan. Pada akar, IAA
bergerak secara akropetal, artinya bergerak menuju pucuk. Pengaruh
auksin terhadap pertumbuhan dan perkembahan adalah sebagai berikut.
1) Merangsang pemanjangan sel pada kecambah
rumput dan tumbuhan herba. Penyebaran auksin pada batang tidak merata sehingga
daerah dengan banyak auksin mengalami pemanjangan sel dan membuat
batang membengkok.
batang membengkok.
2) Merangsang pembentukan akar
3) Merangsang pembentukan buah tanpa biji
4) Merangsang diferensiasi jaringan pembuluh
sehingga merangsang pertumbuhan diameter batang
5) Merangsang absisi (pengguguran daun)
6) Berperan dalam dominansi apikal, yaitu keadaan
pertumbuhan batang terus ke atas dan tidak menghasilkan cabang. Jika ujung
batang
dipotong, dominansi apikal akan hilang dan tumbuhan menghasilkan
cabang dari tunas ketiak.
dipotong, dominansi apikal akan hilang dan tumbuhan menghasilkan
cabang dari tunas ketiak.
Auksin
merangsang pemanjangan sel pada konsentrasi tertentu.
Rentang konsentrasi ini berbeda pada akar dan batang. Jika konsentrasi
auksin terlalu tinggi, pemanjangan akar dan batang akan terhambat.
Karena hal itu, auksin konsentrasi tinggi dapat digunakan sebagai
herbisida
Rentang konsentrasi ini berbeda pada akar dan batang. Jika konsentrasi
auksin terlalu tinggi, pemanjangan akar dan batang akan terhambat.
Karena hal itu, auksin konsentrasi tinggi dapat digunakan sebagai
herbisida
b.
Giberelin
Setelah
penelitian Frits Went dipublikasikan, para ahli botani Jepang pada tahun
1926 mulai melakukan penelitian yang mengungkap adanya hormon tumbuhan baru,
giberelin. Ewiti Kurosawa dan rekan-rekannya meneliti tanaman padi (Oryza
sativa) yang terkena penyakit foolish seedling. Penyakit ini
menyebabkan tanaman pucat dan luar biasa panjang. Diduga disebabkan infeksi
jamur Gibberella fujikuroi.
Akhirnya E. Kurosawa berhasil mengisolasi zat yang dihasilkan jamur Gibberella yang menyebabkan penyakit tersebut. Zat ini dinamakan giberelin. Lebih dari delapan jenis giberelin telah didapatkan dari berbagai jamur dan tumbuhan. Penamaan giberelin disingkat GA (gibberellic acid) dan diberi nomor. Contohnya, GA3 adalah giberelin yang didapat dari jamur Gibberella fujikuroi dan paling banyak dipelajari. Giberelin terdapat pada tumbuhan angiospermae, gymnospermae, lumut, tumbuhan paku, dan jamur. Dalam angiospermae, giberelin terdapat pada biji muda, pucuk batang, ujung akar, dan daun muda. Giberelin ditransportasikan ke seluruh bagian tumbuhan melalui xilem dan floem. Terdapat beberapa pengaruh giberelin terhadap tumbuhan, yaitu:
Akhirnya E. Kurosawa berhasil mengisolasi zat yang dihasilkan jamur Gibberella yang menyebabkan penyakit tersebut. Zat ini dinamakan giberelin. Lebih dari delapan jenis giberelin telah didapatkan dari berbagai jamur dan tumbuhan. Penamaan giberelin disingkat GA (gibberellic acid) dan diberi nomor. Contohnya, GA3 adalah giberelin yang didapat dari jamur Gibberella fujikuroi dan paling banyak dipelajari. Giberelin terdapat pada tumbuhan angiospermae, gymnospermae, lumut, tumbuhan paku, dan jamur. Dalam angiospermae, giberelin terdapat pada biji muda, pucuk batang, ujung akar, dan daun muda. Giberelin ditransportasikan ke seluruh bagian tumbuhan melalui xilem dan floem. Terdapat beberapa pengaruh giberelin terhadap tumbuhan, yaitu:
1)
merangsang pemanjangan batang dan
pembelahan sel;
2)
merangsang perkecambahan biji dan memecah
dormansi biji;
3)
merangsang perbungaan dan pembentukan
buah.
c.
Sitokinin
Pada
1940, ahli botani Johannes van Overbeek melakukan penelitian yang
menyimpulkan bahwa embrio tanaman tumbuh lebih cepat jika ditambahkan air buah
kelapa. Air buah kelapa tersebut merupakan cairan endospermae buah kelapa yang banyak
mengandung asam nukleat. Kemudian pada 1950, Folke Skoog dan siswanya, Carlos
Miller mencampurkan DNA sperma ikan hering pada kultur jaringan tembakau.
Sel-sel
kultur jaringan tersebut mulai membelah diri.
Setelah sekian lama melakukan percobaan, Skoog dan Miller berhasil mengisolasi zat yang menyebabkan pembelahan sel. Zat ini dinamai kinetin. Adapun kelompok zat kinetin ini disebut sitokinin karena zat tersebut merangsang pembelahan sel (sitokinesis). Selain kinetin, ditemukan juga sitokinin lain, seperti zeatin (dari jagung), zeatin ribosida, dan BAP (6-benzilaminopurin). Sitokinin diisolasi dari tumbuhan angiospermae, gymnospermae, lumut, dan tumbuhan paku. Pada angiospermae, sitokinin banyak terdapat pada biji, buah, dan daun muda. Sitokinin ditransportasikan melalui xilem, floem, dan sel parenkim. Sitokinin memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan, antara lain:
Setelah sekian lama melakukan percobaan, Skoog dan Miller berhasil mengisolasi zat yang menyebabkan pembelahan sel. Zat ini dinamai kinetin. Adapun kelompok zat kinetin ini disebut sitokinin karena zat tersebut merangsang pembelahan sel (sitokinesis). Selain kinetin, ditemukan juga sitokinin lain, seperti zeatin (dari jagung), zeatin ribosida, dan BAP (6-benzilaminopurin). Sitokinin diisolasi dari tumbuhan angiospermae, gymnospermae, lumut, dan tumbuhan paku. Pada angiospermae, sitokinin banyak terdapat pada biji, buah, dan daun muda. Sitokinin ditransportasikan melalui xilem, floem, dan sel parenkim. Sitokinin memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan, antara lain:
1) bersama auksin mengatur pembelahan sel,
pembentukan sistem tajuk dan sistem akar;
2) merangsang pembelahan sel dan pembesaran
kotiledon;
3) memengaruhi organogenesis (pembentukan organ);
4) menghambat kerusakan klorofil pada daun gugur;
5)
merangsang
pembentukan tunas batang.
d.
Gas
Etilen
Etilen
merupakan hormon tumbuhan pertama dalam bentuk gas. Jika buah jeruk yang sudah
matang disatukan bersama buah pisang, buah pisang tersebut matang lebih cepat
karena jeruk mengeluarkan gas etilen. Penemuan hormon ini pada tumbuhan kali
pertama
diungkapkan oleh R. Gane pada 1934. Etilen dibuat tumbuhan dan menyebabkan pematangan yang lebih cepat pada banyak buah, termasuk pisang. Pembentukan gas etilen memerlukan O2 dan dihambat oleh CO2. Semua bagian tumbuhan angiospermae dapat menghasilkan gas etilen. Pembentukannya terutama terjadi di akar, meristem apikal pucuk, modus, bunga yang gugur, dan buah matang.
diungkapkan oleh R. Gane pada 1934. Etilen dibuat tumbuhan dan menyebabkan pematangan yang lebih cepat pada banyak buah, termasuk pisang. Pembentukan gas etilen memerlukan O2 dan dihambat oleh CO2. Semua bagian tumbuhan angiospermae dapat menghasilkan gas etilen. Pembentukannya terutama terjadi di akar, meristem apikal pucuk, modus, bunga yang gugur, dan buah matang.
Gas
etilen memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan, di antaranya
sebagai berikut.
1) Pematangan buah. Para pedagang sering
menyimpan buah dalam wadah yang diberi gas CO2 pada saat pengiriman agar buah
lebih lama matang dan matang setelah sampai tujuan. Terkadang pedagang memeram
buah matang dengan buah yang baru agar cepat matang.
2) Gas etilen menghambat perbungaan pada banyak
tumbuhan. Akan tetapi, pada beberapa jenis tumbuhan, gas etilen merangsang
perbungaan. Contohnya pada pohon mangga dan nanas.
perbungaan. Contohnya pada pohon mangga dan nanas.
3) Merangsang absisi (pengguguran daun).
4) Bersama giberelin menentukan ekspresi organ
kelamin tumbuhan, contohnya pada mentimun.
e.
Asam
Absisat
Penemuan
berbagai hormon tumbuhan memberikan jalan baru untuk menjelaskan pertumbuhan
dan perkembangan. Para ilmuwan menduga bahwa ada zat atau hormon tumbuhan lain
yang tidak hanya merangsang, tetapi menghambat pertumbuhan dan perkembangan.
Pada sekitar 1940-an Torsten Hemberg dari Swedia melaporkan adanya zat
inhibitor (penghambat) yang mencegah efek IAA terhadap dormansi tunas kentang. Hemberg
memberi nama zat penghambat ini dormin, karena pengaruhnya terhadap
dormansi tunas.
Pada
awal 1960, Philip Woreing meneliti temuan Hemberg. Ia
melaporkan bahwa pemberian dormin dapat menginduksi dormansi. Pada waktu yang sama, F.T. Addicott menemukan zat yang merangsang absisi buah tanaman kapas. Ia memberi nama zat ini abscisin. Para ahli botani terkejut mengetahui bahwa dormin dan abscisin adalah zat yang sama. Zat ini kemudian diberi nama asam absisat atau ABA. Asam absisat terdapat pada angiospermae, gymnospermae, dan lumut tetapi tidak pada lumut hati. ABA bergerak ke seluruh bagian tumbuhan melalui xilem, floem, dan parenkim. Tidak terdapat ABA sintetik.
melaporkan bahwa pemberian dormin dapat menginduksi dormansi. Pada waktu yang sama, F.T. Addicott menemukan zat yang merangsang absisi buah tanaman kapas. Ia memberi nama zat ini abscisin. Para ahli botani terkejut mengetahui bahwa dormin dan abscisin adalah zat yang sama. Zat ini kemudian diberi nama asam absisat atau ABA. Asam absisat terdapat pada angiospermae, gymnospermae, dan lumut tetapi tidak pada lumut hati. ABA bergerak ke seluruh bagian tumbuhan melalui xilem, floem, dan parenkim. Tidak terdapat ABA sintetik.
ABA
memiliki beberapa pengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan, di antaranya
sebagai berikut.
1) Mengatur
dormansi tunas dan biji
2) ABA memiliki
pengaruh yang berlawanan dengan hormon tumbuhan lain. Misalnya, ABA menghambat
produksi amilase pada biji yang diberi giberelin. ABA juga menghambat
pemanjangan dan per
tumbuhan sel yang dirangsang oleh IAA.
tumbuhan sel yang dirangsang oleh IAA.
3) Menyebabkan
penutupan stomata
4) Meskipun ABA
menghambat pertumbuhan, tetapi tidak bersifat racun terhadap tumbuhan.
2.
Keaktifan Belajar Siswa
a. Pengertian Keaktifan
Proses
pembelajaran pada hakekatnya untuk mengembangkan aktivitas dan kreatifitas
peserta didik melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar. Keaktifan
belajar siswa merupakan unsur dasar yang penting bagi keberhasilan proses
pembelajaran. Keaktifan adalah kegiatan yang bersifat fisik maupun mental,
yaitu berbuat dan berfikir sebagai suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan
(Sardiman, 2001: 98).
Belajar
yang berhasil harus melalui berbagai macam aktifitas, baik aktifitas fisik
maupun psikis. Aktifitas fisik adalah siswa giat aktif dengan anggota badan,
membuat sesuatu, bermain maupun bekerja, ia tidak hanya duduk dan mendengarkan,
melihat atau hanya pasif. Siswa yang memiliki aktifitas psikis (kejiwaan)
adalah jika daya jiwanya bekerja sebanyak–banyaknya atau banyak berfungsi dalam
rangka pembelajaran. Keaktifan siswa dalam kegiatan belajar tidak lain adalah
untuk mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri. Mereka aktif membangun
pemahaman atas persoalan atau segala sesuatu yang mereka hadapi dalam proses
pembelajaran.
Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia aktif berarti giat (bekerja, berusaha). Keaktifan
diartikan sebagai hal atau keadaan dimana siswa dapat aktif. Rousseau dalam
(Sardiman, 1986: 95) menyatakan bahwa setiap orang yang belajar harus aktif
sendiri, tanpa ada aktifitas proses pembelajaran tidak akan terjadi. Thorndike
mengemukakan keaktifan belajar siswa dalam belajar dengan hukum “law of
exercise”-nya menyatakan bahwa belajar memerlukan adanya latihan-latihan
dan Mc Keachie menyatakan berkenaan dengan prinsip keaktifan mengemukakan bahwa
individu merupakan “manusia belajar yang aktif selalu ingin tahu”
(Dimyati,2009:45). Segala pengetahuan harus diperoleh dengan pengamatan
sendiri, pengalaman sendiri, penyelidikan sendiri, dengan bekerja sendiri dengan
fasilitas yang diciptakan sendiri , baik secara rohani maupun teknik.
Dari
penjelasan di atas dapat disimpulkan
bahwa keaktifan siswa dalam belajar merupakan segala kegiatan yang bersifat
fisik maupun non fisik siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar yang
optimal sehingga dapat menciptakan suasana kelas menjadi kondusif.
b.
Klasifikasi Keaktifan
Banyak
jenis aktivitas yang dapat dilakukan oleh siswa di sekolah. Aktivitas siswa
tidak hanya mendengarkan dan mencatat seperti yang lazim terdapat di sekolah –
sekolah tradisonal. Jenis – jenis aktivitas siswa dalam belajar adalah sebagai
berikut (Sardiman, 1988: 99) :
1) Visual
activities, yang termasuk didalamnya misalnya membaca, memperhatikan gambar
demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.
2) Oral
activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran,
mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi.
3) Listening
activities, sebagai contoh mendengarkan: percakapan, diskusi , musik,
pidato.
4) Writing
activities, seperti menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin.
5) Drawing
activities, misalnya menggambar, membuat grafik, peta, diagram.
6) Motor
activities, yang termasuk didalamnya antara lain: melakukan percobaan,
membuat konstruksi, bermain.
7) Mental activities, sebagai contoh misalnya:
menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisa, mengambil keputusan.
8) Emotional activities, seperti: menaruh
minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, tenang.
Salah
satu penilaian proses pembelajaran adalah melihat sejauh mana keaktifan siswa
dalam mengikuti proses belajar mengajar. Nana Sudjana (2004: 61) menyatakan
keaktifan siswa dapat dilihat dalam hal: (1) turut serta dalam melaksanakan
tugas belajarnya; (2) terlibat dalam pemecahan masalah; (3) Bertanya kepada
siswa lain atau guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya; (4)
Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah;(5)
Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru;(6) Menilai kemampuan
dirinya dan hasil– hasil yang diperolehnya; (7) Melatih diri dalam memecahkan
soal atau masalah yang sejenis; (8) Kesempatan menggunakan atau menerapkan apa
yang diperoleh dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan keaktifan siswa dapat dilihat dari
berbagai hal seperti memperhatikan (visual activities), mendengarkan,
berdiskusi, kesiapan siswa,bertanya, keberanian siswa, mendengarkan,memecahkan
soal (mental activities).
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keaktifan
Keaktifan
peserta didik dalam proses pembelajaran dapat merangsang dan mengembangkan
bakat yang dimilikinya, peserta didik juga dapat berlatih untuk berfikir
kritis, dan dapat memecahkan permasalahan-permasalahan dalam kehidupan
sehari-hari. Di samping itu, guru juga dapat merekayasa sistem pembelajaran
secara sistematis, sehingga merangsang keaktifan peserta didik dalam proses
pembelajaran.
Keaktifan
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi keaktifan
belajar siswa adalah
1) Memberikan motivasi atau
menarik perhatian peserta didik, sehingga mereka berperan aktif dalam kegiatan
pembelajaran;
2) Menjelaskan tujuan
instruksional (kemampuan dasar kepada peserta didik);
3) Mengingatkan kompetensi
belajar kepada peserta didik;
4) Memberikan stimulus (masalah,
topik, dan konsep yang akan dipelajari);
5) Memberikan petunjuk
kepada peserta didik cara mempelajari;
6) Memunculkan aktifitas,
partisipasi peserta didik dalam kegiatan pembelajaran,
7) Memberikan umpan balik (feedback);
8) Melakukan
tagihan-tagihan kepada peserta didik berupa tes sehingga kemampuan peserta
didik selalu terpantau dan terukur;
9) Menyimpulkan setiap
materi yang disampaikan diakhir pembelajaran.
Keaktifan
dapat ditingkatkan dan diperbaiki dalam keterlibatan siswa pada saat belajar.
Hal tersebut seperti dijelaskan oleh Moh. Uzer Usman (2009:26-27) cara untuk
memperbaiki keterlibatan siswa diantaranya yaitu abadikan waktu yang lebih
banyak untuk kegiatan belajar mengajar, tingkatkan partisipasi siswa secara
efektif dalam kegiatan belajar mengajar, serta berikanlah pengajaran yang jelas
dan tepat sesuai dengan tujuan mengajar yang akan dicapai. Selain memperbaiki
keterliban siswa juga dijelaskan cara meningkatkan keterlibatan siswa atau
keaktifan siswa dalam belajar. Cara meningkatkan keterlibatan atau keaktifan
siswa dalam belajar adalah mengenali dan membantu anak-anak yang kurang
terlibat dan menyelidiki penyebabnya dan usaha apa yang bisa dilakukan untuk
meningkatkan keaktifan siswa, sesuaikan pengajaran dengan kebutuhan-kebutuhan
individual siswa. Hal ini sangat penting untuk meningkatkan usaha dan keinginan
siswa untuk berfikir secara aktif dalam kegiatan belajar.
Berdasarkan
penjelasan tersebut maka dapat disimpulkan keaktifan dipengaruhi oleh berbagai
macam faktor seperti menarik atau memberikan motivasi kepada siswa dan
keaktifan juga dapat ditingkatkan, salah satu cara meningkatkan keaktifan yaitu
dengan mengenali keadaan siswa yang kurang terlibat dalam proses pembelajaran.
3.
Hasil Belajar
a.
Pengertian
Hasil
belajar adalah kemampuan-kemampuan yang
dapat diamati setelah
siswa menerima pengalaman
belajarnya. Agar hasil
belajar dapat dicapai
dengan hasil yang
baik, maka siswa
harus banyak mendapat
pengalaman belajar, dalam hal ini pengalaman dapat diperoleh dari
aktivitas belajar siswa. Jadi hasil belajar pada hakekatnya
adalah perubahan tingkah
laku yang terjadi
pada siswa setelah menempuh pengalaman belajar Yamanoto
dalam (Setiawan, 2008:17).
Dimyati dan Mudjiono (2002:3)
mengartikan hasil belajar sebagai hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan
tindak mengajar. Dari sisi
guru, tindakan mengajar diakhiri dengan proses evaluasi belajar. Dari sisi
siswa, hasil belajar merupakan penggalan dan puncak proses belajar. Hasil belajar,
untuk sebagian adalah berkat tindakan guru, suatu pencapaian tujuan pengajaran.
Pada bagian lain, merupakan peningkatan kemampuan mental siswa.
Hasil
belajar adalah perubahan perilaku baik berupa pengetahuan, keterampilan atau
sikap sebagai hasil dari proses belajar. Dalam pedoman pelaksanaan kurikulum sekolah
dasar (1995:69) disebutkan bahwa pencapaian hasil belajar adalah informasi
tentang pengetahuan sikap dan perilaku serta keterampilan yang dicapai oleh
siswa setelah berpartisipasi dalam kegiatan belajar mengajar selama kurun waktu
tertentu.
Hasil
belajar tersebut dapat dibedakan menjadi dua, yaitu dampak pengajaran dan
dampak pengiring. Dampak pengajaran adalah hasil yang dapat diukur, seperti tertuang pada angka rapor,
angka dalam ijazah, atau kemampuan meloncat setelah latihan. Sedangkan dampak
pengiring adalah terapan pengetahuan dan kemampuan di bidang lain, suatu
transfer belajar. Peran guru dalam proses pembelajaran yaitu membuat desain
intruksional, menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar, bertindak mengajar
atau membelajarkan, mengevaluasi hasil belajar yang berupa dampak pengiring
Adapun menurut
pendapat Maehr (dalam
Semiawan, 2003:24) tentang hasil belajar, yaitu :
1) Hasil
belajar merupakan tingkah
laku yang dapat
diukur dengan menggunakan tes
prestasi belajar.
2) Hasil
belajar merupakan hasil
dari perubahan individu
itu sendiri bukan hasil dari
perubahan orang lain.
3) Hasil
belajar dapat dievaluasi
tinggi rendahnya berdasarkan
criteria yang telah ditetapkan
oleh penilai atau menurut standar yang telah ditetapkan oleh kelompok.
4) Hasil
belajar merupakan hasil
dari kegiatan yang
dilakukan secara sengaja dan
disadari, jadi bukan suatu kebiasaan atau perilaku yang tidak disadari.
Hasil belajar
siswa dapat dinyatakan dalam proses skor atau angka dari hasil tes
seperti yang dikemukakan
oleh Makmun dan
Nurmala (2003:26) bahwa hasil
belajar merupakan hasil
usaha atau kalimat
yang mencerminkan hasil yang
dicapai oleh setiap siswa. Hasil
belajar dapat diperoleh
dari hasil tes
(formatif, sub sumatif
dan sumatif), unjuk kerja
(performance), penugasan (proyek),
hasil kerja (produk), porto folio, sikap serta penilaian
diri.
b.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
hasil belajar
Ada beberapa
faktor yang mempengaruhi
tingkat keberhasilan hasil belajar
siswa. Menurut Purwanto
(1984:101) bahwa faktor-faktor
yang mempengaruhi hasil belajar adalah :
1) Faktor
individu, yaitu faktor
yang ada pada
diri individu itu
sendiri. Kematangan/pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi, dan
faktor pribadi.
2) Faktor
sosial, yaitu faktor
yang ada dari
luar individu. Factor
sosial terdiri dari factor keluarga,
guru dan cara
mengajar, lingkungan dan
kesempatan yang tersedia serta motivasi sosial.
Sementara itu
berhubungan dengan hasil
belajar, Sudjana dalam
Kadir (2000:63) mengatakan hasil
belajar yang dicapai
siswa dipengaruhi oleh dua factor utama
yaitu factor yang
datang dari dalam
diri siswa dan
factor yang datang dari
luar siswa atau
factor lingkungan. Factor
yang datang dari
diri siswa terutama kemampuan
yang dimilikinya. Di samping itu, motivasi belajar, minat dan
perhatian, sikap dan
cara belajar, ketekunan,
sosial ekonomi, factor fisik
dan factor psikis.
Sedangkan factor dari
luar siswa atau
lingkungan yaitu keluarga,
sekolah, kelompok bermain dan masyarakat.
4.
Ketuntasan Belajar
Konsep ketuntasan belajar didasarkan
pada konsep pembelajaran tuntas. Pembelajaran tuntas merupakan istilah yang
diterjemahkan dari istilah“mastery Learning”. Nasution, S (1982: 36)
menyebutkan bahwa mastery learning atau belajar tuntas, artinya penguasaan
penuh. Penguasaan penuh ini dapat dicapai apabila siswa mampu menguasai materi
tertentu secara menyeluruh yang dibuktikan dengan hasil belajar yang baik pada
materi tersebut. Nasution, S (1982: 38) juga menyebutkan beberapa faktor yang
mempengaruhi penguasaan penuh, yaitu: (1) bakat untuk mempelajari sesuatu, (2) mutu
pengajaran, (3) kesanggupan untuk memahami pengajaran, (4) ketekunan, (5) waktu
yang tersedia untuk belajar. Kelima faktor tersebut perlu diperhatikan guru,
ketika melaksanakan pembelajaran tuntas. Sehingga siswa dapat mencapai
ketuntasan belajar sesuai kriteria yang telah ditetapkan.
Block, James H. (1971: 62)
menyatakan bahwa mastery learning dapat memberikan semangat pada
pembelajaran di sekolah dan dapat membantu mengembangkan minat dalam
pembelajaran tersebut. Pembelajaran yang berkesinambungan ini harus menjadi
tujuan utama dalam pendidikan yang modern. Ciri-ciri pembelajaran tuntas antara
lain: (1) pendekatan pembelajaran lebih berpusat pada siswa (child center),
(2) mengakui dan melayani perbedaan-perbedaan perorangan siswa (individual
personal), (3) strategi pembelajaran berasaskan maju berkelanjutan (continuous
progress), (4) pembelajaran dipecah-pecah menjadi satuan-satuan (cremental
units) (KTSP SDN Sumberkembar 02, 2007).
Dalam pembelajaran tuntas
seorang siswa yang dapat mempelajari unit pelajaran tertentu dapat berpindah ke
unit satuan pelajaran berikutnya jika siswa yang bersangkutan telah menguasai
secara tuntas sesuai standar ketuntasan belajar minimal yang telah ditentukan
oleh sekolah. Dalam pembelajaran tuntas terdapat dua layanan yang diberikan
pada siswa, yaitu layanan program remedial dan layanan program pengayaan. Pertama,
layanan program remedial dilaksanakan dengan cara: (a) memberikan bimbingan
secara khusus dan perorangan bagi siswa yang mengalami kesulitan, (b)
memberikan tugas-tugas atau perlakuan secara khusus yang sifatnya
penyederhanaan dari pelaksanaan pembelajaran reguler, (c) materi program
remedial diberikan pada Kompetensi Dasar (KD) yang belum dikuasai siswa,
(d) pelaksanaan program remedial dilakukan setelah siswa mengikuti tes/ujian
semester.
Kedua,
layanan program pengayaan dilaksanakan dengan cara: (a) memberikan bacaan
tambahan atau diskusi yang bertujuan untuk memperluas wawasan yang masih dalam
lingkup seputar KD yang dipelajari, (b) pemberian tugas untuk melakukan
analisis gambar, model, grafik, bacaan/paragraf dan lainnya, (c) memberikan
soal-aoal latihan tambahan yang bersifat pengayaan, (d) membantu guru dalam
rangka membimbing teman-temannya yang belum mencapai ketuntasan, (e) materi
pengayaan diberikan sesuai dengan KD yang dipelajari, (f) program pengayaan
dilaksanakan setelah mengikuti tes/ujian KD tertentu atau tes/ujian semester.
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tuntas menjadi dasar dari
konsep ketuntasan belajar. Sehingga guru diharapkan menerapkan pembelajaran
tuntas dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan pembelajaran tuntas, siswa dapat
mencapai kriteria ketuntasan belajar yang ideal.
Ketuntasan belajar merupakan salah
satu muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Standar ketuntasan
belajar siswa ditentukan dari hasil prosentase penguasaan siswa pada Kompetensi
Dasar dalam suatu materi tertentu. Kriteria ketuntasan belajar setiap
Kompetensi Dasar berkisar antara 0-100%. Menurut Departemen Pendidikan
Nasional, idealnya untuk masing-masing indikator mencapai 75%. Sekolah dapat
menetapkan sendiri kriteria ketuntasan belajar sesuai dengan situasi dan
kondisi masing-masing. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, sekolah perlu
menetapkan kriteria ketuntasan belajar dan meningkatkan kriteria ketuntasan
belajar secara berkelanjutan sampai mendekati ideal.
5.
Metode Eksperimen
a. Pengertian Metode Eksperimen
Eksperimen
adalah metode penelitian yang bertujuan untuk meneliti hubungan (bisa berupa
hubungan sebab akibat atau bentuk hubungan lainnya) antara dua variabel atau lebih pada satu atau lebih
kelompok eksperimental, serta membandingkan hasilnya dengan kelompok yang tidak
mengalami manipulasi yakni yang disebut dengan kelompok kontrol. Manipulasi di
sini maksudnya adalah mengubah secara sistematis sifat-sifat atau nilai-nilai
pada variabel bebas (Kartini Kartono, 2003 : 47).
Dalam eksperimen, gejala yang diamati
biasanya disederhanakan sedemikian rupa sehingga hanya beberapa faktor saja
yang memang perlu diamati, sementara faktor-faktor lainnya bisa diabaikan, atau
dianggap konstan, sehingga peneliti bisa sepenuhnya menguasai seluruh proses
penelitian tersebut.
Dalam kondisi tertentu, proses sosial bisa
diamati dengan menggunakan teknik atau metode eksperimen ini. Meskipun metode
lain juga bisa dilakukan. Ada eksperimen
eksploratif dan ada eksperimen pengembangan. Yang pertama bertujuan untuk
mencari atau menemukan masalah-masalah sosial tertentu yang sangat berguna
untuk bahan hipotesis, sedangkan yang kedua berguna untuk menguji hipotesis dan
juga memverifikasikannya.
Beberapa
langkah dalam teknik eksperimentasi adalah sebagai berikut : (1) Menentukan masalah khusus yang akan
diteliti dalam eksperimen, (2) Merumuskan hipotesis kerja, (3) Mengadakan percobaan pendahuluan (try out)
untuk memprediksikan pelaksanaan eksperimen yang sebenarnya, (4) Mengumpulkan sampel atau kasus
yang akan digunakan dalam eksperimen, (5) Melaksanakan eksperimen yang
sebenarnya,(6) Mengecek hasil eksperimen dalam situasi yang sesungguhnya. Metode ini adalah metode pemberian kesempatan kepada siswa
perseorangan dan kelompok, untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan
b. Kebaikan dan Kelemahan Metode Eksperimen
Syaiful Sagala
(2010: 220-221) menuturkan bahwa metode eksperimen memiliki kebaikan dan
kelemahan sebagaimana yang akan dijelaskan dibawah ini.
1) Kelebihan metode eksperimen : (1) Dapat
membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan
percobaannya sendiri, (2) Siswa dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan
studi eksplorasi tentang ilmu dan teknologi, (3) Akan terbina manusia yang
membawa terobosan-terobosan baru dengan penemuan sebagai hasil percobaan yang
diharapkan dapat bermanfaat bagi kesejahteraan hidup manusia
2) Kekurangan Metode Eksperimen : (1) Tidak
cukup alat-alat mengakibatkan tidak setiap siswa berkesempatan mengadakan
eksperimen, (2) Metode ini menuntut ketelitian, keuletan dan ketabahan, (3)
Memerlukan jangka waktu yang lama, (4) Metode ini lebih sesuai untuk
menyajikan bidang-bidang ilmu dan teknologi.
Melihat kelemahan-kelemahan metode eksperimen, ternyata ada beberapa cara
untuk mengatasi kelemahan tersebut, diantaranya sebagai berikut :
1)
Guru harus
menjelaskan secara gamblang
hasil yang ingin
dicapai dengan eksperimen;
2)
Guru harus menjelaskan prosedur
eksperimen, bahan-bahan eksperimen yang
diperlukan, peralatan yang
diperlukan dan cara
penggunaannya, variabel yang perlu
dikontrol, dan hal
yang perlu dicatat
selama eksperimen;
3)
Mengawasi pelaksanaan
eksperimen dan memberi bantuan
jika siswa mengalami kesulitan;
4)
Meminta setiap siswa
melaporkan hasil eksperimennya,
membanding-bandingkannya dan mendiskusikannya, untuk
mengetahui kekurangan dan
kekeliruan yang mungkin terjadi.
c. Prosedur Penggunaan Metode Eksperimen
Adapun prosedur
pelaksanaan suatu eksperimen yang dikemukakan oleh Roestiyah N. K (2008: 81-82)
sebagai berikut:
1) Perlu dijelaskan kepada siswa tentang tujuan
eksperimen, mereka harus memahami masalah yang akan dibuktikan melalui
eksperimen.
2) Kepada siswa perlu diterangkan pula tentang:
a) Alat serta bahan yang akan digunakan dalam
percobaan.
b) Agar tidak mengalami kegagalan siswa perlu
mengetahui variabel-variabel yang harus dikontrol dengan ketat.
c) Urutan yang akan ditempuh sewaktu eksperimen
berlangsung.
d) Seluruh proses atau hal-hal penting saja yang
akan dicatat.
e) Perlu menetapkan bentuk catatan atau laporan
berupa uraian, perhitungan, grafik, dsb.
3) Selama eksperimen berlangsung guru harus
mengawasi pekerjaan siswa. Bila perlu memberi saran atau pertanyaan yang
menunjang kesempurnaan.
4) Setelah eksperimen selesai guru harus
mengumpulkan hasil penelitian siswa, mendiskusikan ke kelas, dan mengevaluasi
dengan tes atau sekedar tanya jawab.
d. Langkah-langkah Metode Eksperimen
A. Tabrani Rusyan
(1993: 113-114) menyatakan langkah langkah menggunakan metode eksperimen adalah
sebagai berikut:
1) Langkah persiapan eksperimen
Persiapan yang
harus dilakukan sebelum eksperimen antara lain sebagai berikut:
a) Memberikan penjelasan tentang tujuan yang hendak
dicapai dalam eksperimen dan prosedur yang ditempuh selama eksperimen serta
tata tertib yang harus dipatuhi.
b) Mengemukakan data-data apa yang akan dikumpulkan
selama eksperimen berlangsung melalui pengamatan yang cermat.
c) Melakukan pengecekan alat dan fasilitas untuk
keperluan eksperimen.
2) Langkah pelaksanaan eksperimen
Langkah-langkah
pelaksanaan eksperimen adalah sebagai berikut:
a) Peserta didik memulai eksperimen dibawah
bimbingan guru.
b) Guru membimbing peserta didik yang sedang
melakukan eksperimen dengan penuh kesungguhan dengan memberi petunjuk tentang
segala kesalahan yang diperbuat serta cara mengatasinya, mendiskusikan
pertanyaan yang akan diajukan.
c) Guru mendorong peserta didik berbuat aktif
melakukan eksperimen dengan cermat dan penuh hati-hati. Guru memberi peringatan
sekali lagi tentang data-data yang perlu dicatatnya.
d) Melakukan evaluasi selama berlangsungnya
eksperimen.
3) Langkah pengambilan kesimpulan hasil eksperimen
Langkah-langkah
pengambilan kesimpulan hasil eksperimen adalah sebagai berikut:
a) Peserta didik memberi laporan hasil eksperimen
yang telah dilakukannya di depan kelas.
b) Laporan didiskusikan bersama di bawah bimbingan
guru.
c)
Kesimpulan-kesimpulan
hasil eksperimen harus sederhana dan terarah.
B. Kerangka Berpikir
Dalam
kegiatan belajar mengajar di kelas
XI SMK …………. Tahun Pelajaran ………. pada pembelajaran
materi mengidentifikasi jenis-jenis ZPT dan
karakteristiknya secara
klasikal hasil belajar siswa masih rendah, hal ini disebabkan oleh beberapa
faktor salah satunya adanya rendahnya keaktifan belajar siswa yang berujung
pada rendahnya hasil belajar siswa secara keseluruhan. Berdasarkan data tersebut, peneliti
meminta bantuan teman sejawat untuk membantu mengidentifikasi masalah dalam
proses pembelajaran. Dari hasil diskusi terungkap beberapa masalah yang muncul
dalam pelaksanaan pembelajaran, yaitu
rendahnya keaktifan dan hasil belajar belajar siswa. Dari hal di atas peneliti ingin melaksanakan
penelitian tindakan kelas peningkatan hasil belajar pembelajaran materi mengidentifikasi
jenis-jenis ZPT dan karakteristiknya
melalui penerapan metode eksperimen siswa kelas XI SMK …………. Tahun
Pelajaran ………..
Metode adalah alat atau cara untuk mencapai tujuan. Semakin tepat
metode yang digunakan, semakin efektif pula pencapaian tujuan. Metode dan
tujuan yang dimaksud dalam pembahasan ini adalah metode dan tujuan
pembelajaran. Agar pencapaian tujuan pembelajaran IPA di SD diperlukan
kemampuan guru dalam memilih dan menggunakan metode pembelajaran yang sesuai
dengan bahan ajar yang disajikan. Kegiatan pembelajaran lebih diarahkan pada “learning”
(belajar) daripada “teaching” (mengajar). Dengan kegiatan
pembelajaran yang demikian, guru di posisikan lebih banyak sebagai fasilitator.
Agar posisi guru sebagai fasilitator dapat benar-benar berjalan sebagaimana
mestinya, tampaknya metode eksperimen dapat menjadi salah satu pilihan dalam
metode pembelajaran.
Dalam bentuk
diagram, kerangka berpikir pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut :
Gambar 2.2. Kerangka Berpikir Penelitian Tindakan Kelas
C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan
kajian teori dan kerangka pikir di atas, maka hipotesis dalam penelitian
ini dirumuskan sebagai berikut :
1. Penerapan metode eksperimen akan
meningkatkan keaktifan belajar siswa kelas kelas XI SMK …………. Tahun Pelajaran ……….. pada pembelajaran materi mengidentifikasi jenis-jenis ZPT dan karakteristiknya.
2. Penerapan metode eksperimen akan
meningkatkan hasil belajar siswa kelas kelas XI SMK …………. Tahun Pelajaran ……….. pada
pembelajaran materi mengidentifikasi jenis-jenis ZPT
dan karakteristiknya.
bila berkenan untuk bab selanjutnya secara lengkap sampai dengan lampiran dan halaman depan dalam format *.doc/*.docx silahkan
klik DOWNLOAD
atau hub. 081327121707 terima kasih.