Menerima Pembuatan TESIS-SKRIPSI-PKP UT, Silahkan Baca Cara Pemesanan di bawah ini

Lencana Facebook

banner image

Wednesday, 21 September 2011

Nih yg butuh proposal PTK buat PLGP Sertifikasi Guru

nih linknya :


http://www.ziddu.com/download/16463764/seli.rar.html

Nih yg butuh proposal PTK buat PLGP Sertifikasi Guru

nih linknya :

http://www.ziddu.com/download/16463764/seli.rar.html

Friday, 16 September 2011

PTS-2

Nih saya posting lagi contoh PTS

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Tingkat kepedulian masyarakat terhadap lingkungan tercermin dari kondisi lingkungan disekitar yang telah mengalami kerusakan alam dan pencemaran lingkungan. Untuk lebih meningkatkan rasa kesadaran, tanggung jawab serta kepedulian terhadap lingkungan, perlu ditanamkan pendidikan lingkungan sejak dini, yaitu melalui pendidikan berbudaya lingkungan di Sekolah Dasar. Gagasan pemerintah untuk menerapkan Pendidikan Lingkungan Hidup sebagai muatan lokal ditingkat SD hingga SMA merupakan salah satu usaha dalam meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan.
Oleh sebab itu telah dilakukan penelitian deskriptif yang terdiri dari 2 tahap yaitu analisa kurikulum dan, observasi lapangan untuk memperoleh data yang meliputi model pembelajaran, media pembelajaran, kendala pelaksanaan pembelajaran lingkungan hidup, dan fasilitas sekolah yang menunjang pembelajaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran lingkungan hidup belum terlaksana secara maksimal karena beberapa permasakahan yang dialami oleh para guru sekolah dasar. Agar pembelajaran lingkungan hidup dapat terlaksana secara maksimal, maka sebagai tindak lanjut dilakukan kegiatan sosialisasi dan lokakarya terhadap guru-guru sekolah dasar dalam meningkatkan proses pembelajaran lingkungan hidup serta pemberdayaan sumber daya manusia.
Sebagai contoh, sebagian siswa SLTP dan SMU yang menggemari petualangan melakukan kegiatan pendakian di berbagai gunung, kemudian menorehkan identitas mereka di pohon-pohon dengan menggunakan pisau, menyemprotkan cat (pilox) di bebatuan dan gua-gua; kemudian membawa pulang beberapa tangkai edelwise sebagai persembangan kepada teman-teman "dekat". Sebagian lagi memodifikasi knalpot sepeda motor yang dikendarai sehingga terdengar raungan yang memekakkan telinga dan mengepulkan asap yang memedihkan mata. Berbagai perilaku siswa yang mengarah pada perusakan lingkungan semestinya dapat dikendalikan karena mereka telah memperoleh materi lingkungan, yang terintegrasikan ke dalam berbagai bidang studi. Di jenjang sekolah dasar, materi lingkungan terintegrasikan ke dalam mata pelajaran IPA dan IPS; demikian juga di jenjang SLTP, materi lingkungan terintegrasi ke dalam mata pelajaran IPA-Biologi, IPA-Fisika, IPA-Geografl, dan IPS-Ekonomi; sedangkan di jenjang SMU, materi lingkungan terintegrasi ke dalam mata pelajaran Biologi dan Sosiologi.
Dalam era globalisasi sekarang ini negara mengalami persaingan yang luar biasa dalam berbagai bidang. Antara lain dalam bidang perniagaan, industri, ilmu pendidikan dan berbagai dimensi lain, baik pembangunan fisik maupun pembangunan sepiritual. Dalam upaya menjawab tantangan ini perkembangan sumber daya diproritaskan. Perkembangan sumber daya yang diprioritasakan adalah perkembangan sumber daya manusia. Salah satu cara untuk meningkatkan sumberdaya manusia dapat melalui pendidikan.
Pendidikan merupakan suatu proses yang sangat penting untuk meningkatkan kecerdasan, keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian, dan mempertebal semangat kebersamaan agar dapat membangun diri sendiri dan besama-sama membangun bangsa. Disamping itu pendidikan merupakan masalah yang penting bagi manusia, karena pendidikan menyangkut kelangsungan hidup manusia. Manusia muda tidak hanya cukup tumbuh dan berkembang dengan dorongan insting saja, melainkan perlu bimbingan dan dorongan dari luar dirinya (pendidikan) agar ia menjadi manusia purna. Menurut undang- undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional Bab I pasal 1 menyatakan;
Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara Begitu pentingnya pendidikan bagi diri sendiri, Masyarakat maupun bangsa dan negara, sebagai wujud perhatian negara Republik Indonesia, maka pemerintah berusaha meningkatkan mutu pendidikan sekarang ini. Peningkatan mutu pendidikan senantiasa disesuaikan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi akan membuat pembangunan bangsa akan menjadi lebih baik dan mampu bersaing dengan negara-negara lain.
Usaha yang dilakukan pemerintah dalam meningkatkan mutu pendidikan antara lain: peningkatan mutu para guru, pembaharuan kurikulum, penambahan berbagai fasilitas belajar, dan sebagainya. Meskipun usaha-usaha tersebut telah dilakukan tetapi masih banyak sekolah-sekolah yang menghasilkan lulusan yang kurang berkualitas. Oleh karena itu pendidikan tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah tetapi juga menjadi tanggung jawab masyarakat, orangtua, guru, dan siswa itu sendiri.
Menurut Ngalim Purwanto (1988: 148) lingkungan pendidikan atau lingkungan belajar dibedakan menjadi 3 golongan. antara lain: lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkuangan masyarakat. Lingkungan belajar tersebut mendukung dan berperan besar dalam keberhasilan perestasi belajar anak didik. Lingkungan keluarga merupakan pusat pendidikan yang utama dan pertama, tetapi juga dapat menjadi faktor kesulitan belajar. Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (1991: 81) Lingkungan keluarga terdiri dari tiga faktor yaitu: faktor Orangtua, suasana rumah tangga atau keluarga, dan keadaan ekonomi keluarga. Anak lahir dalam lingkungan keluarga dan dalam pemeliharaan Orangtua. Orangtua disini memikul tugas sebagai pendidik, pemelihara, pengasuh, pembimbing, maupun sebagai guru dan pengasuh bagi Anak-anaknya. Orangtua merupakan contoh terdekat bagi anaknya. Segala perbuatan yang dilakukan tanpa disadari akan ditiru anaknya, untuk itu sikap Orangtua yang bermasalah harus dihindari. Orangtua harus memperhatikan pendidikan, dan perkembangan belajar anaknya. Disamping itu hubungan Orangtua dengan anak sangat berpengaruh dalam kemajuan belajar anak. Yang dimaksud perhatian disini adalah kasih sayang yang penuh perhatian atau kebencian. Kasih sayang, perhatian atau penghargaan kepada anak akan menimbulkan mental yang sehat bagi anak-anaknya.Suasana rumah adalah keadaan lingkungan fisik maupun nonfisik dalam rumah. Suasana rumah yang ramai atau gaduh tidak mungkin anak akan dapat belajar dengan baik, anak akan terganggu konsenterasinya sehingga sulit untuk belajar.
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang memungkinkan seseorang meningkatkan pengetahuan dan mengembangkan bakat yang dimilikinya. Dikatakan sebagai lembaga pendidikan formal karena diadakan di sekolah atau tempat tertentu dan mempunyai jenjang mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Hal itu sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional Bab VI pasal 14. Pendidikan dasar merupakan pendidikan yang bertujuan untuk mengembangkan sikap dan kemampuan serta memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan untuk hidup dalam lingkungan masyarakat. Dan sekaligus mempersiapkan peserta didik untuk melanjutkan pendidikan ketingkat menengah. Pendidikan dasar ini diselengarakan selama 9 tahun, yang dilaksanakan 6 tahun di Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiah (MI) atau bentuk lain yang sederajat, serta 3 tahun di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTS) atau bentuk lain yang sederajat.
Secara hakikat, hasil sebuah pembelajaran adalah adanya perubahan perilaku. Berbagai fakta menunjukkan, berbagai perilaku siswa yang mengarah pada perusakan lingkungan masih mudah ditemukan. Dengan kata lain, kesadaran lingkungan siswa masih perlu ditingkatkan. Selain itu, permasalahan yang sering ditemukan di sekolah adalah kurangnya persiapan Guru dalam melakukan kegiatan pembelajaran yang masih monoton. Dan dari data yang ada, hanya sekitar 30 % guru yang memiliki kemampuan dalam pemberdayaan lingkungan sekolah, sehingga dampak dari kegiatan proses belajar mengajar di kelas menjadi tidak menarik dan tidak memotivasi siswa. Permasalahan tersebut timbul dikarenakan minimnya pengetahuan dan kemampuan guru dalam pemberdayaan lingkungan sekolah sehingga kegiatan pembelajaran yang dilakukan tidak dipersiapkan dan dirancang dengan baik.
Melalui PTS ini diharapkan guru-guru dapat lebih melatih diri dan meningkatkan kemampuan dalam memberdayakan lingkungan sekolah dengan maksimal sehingga secara otomatis jika proses pembelajaran dapat dirancang dengan baik, maka akan menciptakan suasana kelas yang kondusif dan dapat dengan mudah mencapai tujuan pembelajaran dengan mudah dan menyenangkan.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang muncul dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Guru belum maksimal dalam memberdayakan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar;
2. Kurangnya supervisi kepala sekolah terhadap pelaksanaan pembelajaran yang menggunakan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar.
3. Rendahnya motivasi dan kreatifitas guru dalam melaksanakan tugas mengajar;

C. Pembatasan Masalah
Dari masalah-masalah yang telah teridentifikasi seperti disebutkan di atas, maka masalah penelitian dibatasi pada masalah kurangnya kemampuan guru kelas IV, V dan VI dalam memberdayakan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar.

D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah yang telah diuraikan di atas, maka masalah pokok dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: “Apakah dengan pelaksanaan supervisi dapat meningkatkan kemampuan guru kelas IV, V dan VI dalam memberdayakan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar?”

E. Tujuan Penelitian
Penelitian tindakan sekolah ini bertujuan untuk:
(1) Meningkatkan kemampuan guru IV, V dan VI dalam memberdayakan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar;
(2) Meningkatkan motivasi, inovasi dan kreatifitas guru melaksanakan tugas mengajar;
(3) Meningkatkan semangat dan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran.

F. Manfaat Penelitian
Penelitian tindakan sekolah ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi kepala sekolah dalam memecahkan masalah guru, meningkatkan motivasi guru dalam melaksanakan tugas-tugasnya sehingga menjadi lebih profesional, meningkatkan prestasi siswa dalam pembelajaran, dan pada akhirnya meningkatkan kinerja dan mutu sekolah secara keseluruhan.
Di samping itu langkah-langkah yang tepat dalam meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun dan menggunakan pemberdayaan lingkungan sekolah dapat menjadi acuan dalam menyeselaikan masalah yang sama bagi peneliti lain.

G. Definisi Istilah
1. Lingkungan Sekolah sebagai sumber belajar
Keadaan-keadaan di sekolah yang dapat digunakan sebagai sarana pembelajaran.
2. Supervisi
Serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran demi pencapaian tujuan pembelajaran.
3. Kemampuan
Adalah apasitas seorang individu untuk melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan
4. Guru
Guru umumnya merujuk pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik.


secara lengkap dpt anda download di http://www.ziddu.com/download/16406153/PTS.rar.html.
semoga bermanfaat

PTS

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Sekolah
Sekolah Dasar Negeri Cilempuyang 01 adalah salah satu sekolah negeri yang berada di wilayah kerja UPT Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kecamatan Cimanggu Kabupaten Cilacap. Letak geografis Sekolah Dasar Negeri Cilempuyang 01 cukup strategis karena berada di wilayah yang padat penduduknya dan mempunyai halaman dan lapangan olahraga yang cukup luas dengan jumlah murid sebanyak 245, terdiri dari laki-laki sebanyak 126 siswa dan perempuan sebanyak 119 siswa.
Sekolah Dasar Negeri Cilempuyang 01 dikelola oleh seorang kepala sekolah berpendidikan Sarjana, dan empat guru berstatus PNS dengan latar belakang pendidikan sarjana, satu orang guru PNS dengan latar belakang sarjana muda pendidikan sekolah dasar serta dua orang guru wiyata bakti dengan pendidikan sarjana dan sarjana muda pendidikan.

B. Kerangka Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan
1. Kerangka Teori
a. Pembelajaran IPA

b. Metode Pembelajaran
Metodologi mengajar adalah ilmu yang mempelajari cara-cara untuk melakukan aktivitas yang tersistem dari sebuah lingkungan yang terdiri dari pendidik dan peserta didik untuk saling berinteraksi dalam melakukan suatu kegiatan sehingga proses belajar berjalan dengan baik dalam arti tujuan pengajaran tercapai.
Agar tujuan pengajaran tercapai sesuai dengan yang telah dirumuskan oleh pendidik, maka perlu mengetahui, mempelajari beberapa metode mengajar, serta dipraktekkan pada saat mengajar. Menurut Winarno Surakhmad (1984:96), metode adalah cara yang didalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan, berlaku baik bagi guru maupun siswa dalam kegiatan pembelajaran. Efektifitas pencapaian tujuan pembelajaran ditentukan oleh ketepatan guru dalam memilih metode pembelajaran sesuai dengan materi yang harus disampaikan pada siswa. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi suatu metode, diantaranya adalah siswa, tujuan pembelajaran, situasi setempat, fasilitas yang terdapat dalam kelas, dan profesionalisme guru.
Apabila tingkatan SD yang siswanya belum mampu berfikir abstrak, masih berfikir kongrit. Keabstrakan bahan pelajaran dapat dikongritkan dengan kehadiran media, sehinga anak didik lebih mudah mencerna bahan pelajaran daripada tanpa bantuan media. Dalam penggunaan media, perlu diperhatikan bahwa pemilihan media pengajaran haruslah jelas dengan tujuan pengajaran yang telah dirumuskan., apabila diabadikan media pengajaran bukanya membantu proses belajar mengajar, tapi sebagai penghambat dalam pencapaian tujuan secara efektif dan efesien. Dari uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan, membantu mempertegas bahan pelajaran, sehingaga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa dalam proses belajar.
c. Metode Drill / Latihan
Adapun metode drill (latihan siap) itu sendiri menurut beberapa pendapat memiliki arti sebagai berikut;
a. Suatu teknik yang dapat diartikan sebagai suatu cara mengajar di mana siswa melaksanakan kegiatan-kegiatan latihan, siswa memiliki ketangkasan atau keterampilan yang lebih tinggi dari apa yang telah dipelajari. (Roestiyah N.K, 1985:125).
b. Suatu metode dalam pendidikan dan pengajaran dengan jalan melatih anakanak terhadap bahan pelajaran yang sudah diberikan. (Zuhairini, dkk, 1983: 106).
c. Suatu kegiatan dalam melakukan hal yang sama secara berulang-ulang dan sungguh-sungguh dengan tujuan untuk memperkuat suatu asosiasi atau menyempumakan suatu keterampilan supaya menjadi permanen. (Shalahuddin,
dkk, 1987: 100).
Dari beberapa pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa metode drill (latihan siap) adalah suatu cara menyajikan bahan pelajaran dengan Jalan melatih siswa agar menguasai pelajaran dan terampil.
Dari segi pelaksanaannya siswa teriebih dahulu telah dibekali dengan pengetahuan secara teori secukupnya. Kemudian dengan tetap dibimbing oleh guru, siswa disuruh mempraktikkannya sehingga menjadi mahir dan terampil.
2. Tujuan Metode drill (latihan Siap)
Tujuan metode drill (latihan siap) adalah untuk memperoleh suatu ketangkasan, keterampilan tentang sesuatu yang dipelajari anak dengan melakukannya secara praktis pengetahuan-pengetahuan yang dipelajari anak itu. Dan siap dipergunakan bila sewaktu-waktu diperiukan. (Pasaribu dan B. Simandjuntak, 1986: 112).
Sedangkan menurut Roestiyah N.K (1985: 125-126) dalam strategi belajar mengajar teknik metode drill (latihan siap) ini biasanya dipergunakan untuk tujuan agar siswa:
a. Memiliki keterampilan motoris/gerak, seperti menghafal kata-kata, menulis, mempergunakan alat atau membuat suatu benda; melaksanakan gerak dalam olah raga.
b. Mengembangkan kecakapan intetek, seperti mengalikan, membagi, menjumlahkan, mengurangi, menarik akar dalam hitungan mencongak. Mengenal benda/bentuk dalam pelajaran matematika, ilmu pasti, ilmu kimia, tanda baca dan sebagainya.
c. Memiliki kemampuan menghubungkan antara sesuatu keadaan dengan hal lain, seperti sebab akibat banjir - hujan; antara tanda hurufdan bunyi -ing, -ny dan lain sebagainya; penggunaan lambang/simbol di dalam peta dan tarn-lain.
Dari keterangan-keterangan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan dari metode drill (latihan siap) adalah untuk melatih kecakapan-kecakapan motoris dan mental untuk memperkuat asosiasi yang dibuat.
3. Kebaikan Metode drill (Latihan Siap)
Menurut Yusufdan Syaifiil Anwar (1997: 66) kebaikan metode drill (latihan siap) adalah;
a. Dalam waktu yang tidak lama siswa dapat memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan.
b. Siswa memperoleh pengetahuan praktis dan siap pakai, mahir dan lancar.
c. Menumbuhkan kebiasaan belajar secara kontinue dan disiplin diri, melatih diri, belajar mandiri.
d. Pada pelafaran agama dengan melalui metode latihan siap ini anak didJk menjadi terbiasa dan menumbuhkan semangat untuk beramal kepada Allah.
Sedangkan menurut Zuhairini, dkk, (1983: 107) menguraikan hal tersebut sebagai berikut:
a. Dalam waktu relatif singkat, cepat dapat diperoleh penguasaan dan keterampilan yang diharapkan.
b.Para murid akan memiliki pengetahuan siap.
c. Akan menanamkan pada anak-anak kebiasaan belajar secara rutin dan disiplin.

4. Kekurangan Metode Drill (Latihan Slap)
Team Kurikulum Didakt'k Metodik Kurikulum IKIP Surabaya (1981: 45-46) dalam Pengantar Didaktik Metodik Kurikulum PBM menguraikan tentang kekurangan dari metode drill sebagai berikut:
a. Menghambat bakat dan inisiatif siswa MengaJar dengan metode drill berarti minat dan inisiatif siswa dianggap sebagai gangguan dalam belajar atau dianggap tidak layak dan kemudian dikesampingkan. Para siswa dibawa kepada kofomuitas dan diarahkan menjadi uniformitas.
b. Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan Perkembangan inisiatif di dalam menghadapi situasi baru atau masalah baru pelajar menyelesaikan persoalan dengan cara statis. Hal mi bertentangan dengan prinsip belajar di mana siswa seharusnya mengorganisasi kembali pengetahuan dan pengalaman sesuai dengan situasi yang mereka hadapi.
c. Membentuk kebiasaan yang kaku Dengan metode latihan siswa belajar secara mekanis. Dalam memberikan respon terhadap suatu stimulus siswa dibiasakan secara otomatis. Kecakapan siswa dalam memberikan respon stimulus dilakukan secara otomatis tanpa menggunakan vintelegensi. Tidaklah itu irrasional, hanya
berdasarkan routine saja.
d. Menimbulkan verbalisme
Setetah mengajarkan bahan pelajaran siswa berulang kali, guru mengadakan ulangan lebih-lebih jika menghadapi ujian. Siswa dilatih menghafal pertanyaan-pertanyaan (soal-soal). Mereka harus tahu, dan menghafal jawaban-jawaban atau pertanyaan-pertanyaan tertentu. Siswa harus dapat menjawab soal-soal secara otomatis. Karena itu maka proses belajar yang lebih realistis menjadi terdesak. Dan sebagai gantinya timbullah responrespon yang melalui bersifat verbalistis.

2. Hasil Penelitian yang Relevan
a. SRI MULYATI, Usaha Meningkatkan Hasil Belajar dan Aktivitas Belajar Siswa Kelas I Semester II Tahun Ajaran 2006/2007 Pokok Bahasan Menggunakan Nilai Tempat Dalam Penjumlahan dan Pengurangan dengan Menggunakan Model Pembelajaran Interaktif di SD Perumnas Banyumanik 14 Kecamatan Banyumanik Kota Semarang. Dalam pembelajaran matematika guru hendaknya mampu menciptakan suasana yang menyenangkan dengan tujuan agar siswa lebih tertarik terhadap pelajaran matematika. Siswa kelas I Sekolah Dasar Perumnas Banyumanik 14 masih mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal penjumlahan dan pengurangan. Salah satu upaya yang dapat ditempuh untuk membantu siswa dalam menyelesaikan soal-soal penjumlahan dan pengurangan adalah dengan menggunakan Model Pembelajaran Interaktif.
b. Ika Marlita Sari, Keefektifan Model Pembelajaran Interaktid Terhadap Hasil Belajar Matematika Pokok Bahasan Persamaan Garis Lurus Siswa Kelas VIII Smp Negeri 36 Semarang. Saat ini masih banyak siswa yang beranggapan bahwa mata pelajaran matematika sukar dipahami, bersifat abstrak, dan menjemukan, sehingga hasil belajar siswa kurang memuaskan. Oleh karena itu guru perlu mengusahakan pembelajaran yang lebih menarik. Di lain pihak, umumnya jumlah siswa pada suatu kelas terlalu besar, kurangnya alat pelajaran, dan siswa perlu mendapat kesempatan untuk bekerja dalam kelompok, serta memperolah umpan balik padahal waktu guru terbatas. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala tersebut adalah dengan menerapkan model pembelajaran interaktif.

C. Usulan Penyelesaian Masalah
Dengan mempertimbangkan dan merujuk pada beberapa pendapat ahli dan kenyataan yang ada di lapangan, maka usaha penyelesaian masalahnya adalah sebagai berikut :
1. Kepala sekolah dan guru bersepakat untuk melaksanakan penelitian tindakan sekolah untuk meningkatkan hasil belajar pembelajaran ilmu pengetahuan alam di kelas IV SD Negeri Cilempuyang 01.
2. Guru menerapkan metode drill pada pembelajaran IPA di kelas IV SD Negeri Cilempuyang 01.
3. Diharapkan penggunaan metode drill oleh guru pada pembelajaran IPA dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Cilempuyang 102.
Sukarman, ”STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN AKUNTANSI ANTARA METODE DRILL DENGAN METODE KONVENSIONAL DI SMA NEGERI I KARANGDOWO KLATEN TAHUN PELAJARAN 2008/2009”. Pengajaran akuntansi yang baik adalah pengajaran yang disesuaikan dengan kekhasan konsep atau pokok bahasan dan tingkat perkembangan berfikir siswa. Dalam hal ini, kertas kerja dan laporan keuangan merupakan pokok bahasan yang menekankan pada ketrampilan menyelesaikan soal dan pemecahan masalah. Dengan demikian diharapkan akan terdapat pengajaran dengan menggunakan metode drill atau latihan pada pokok bahasan kertas kerja dan laporan keuangan perusahaan dagang

Muradi Ahmad PELAKSANAAN METODE DRILL (LATIHAN SIAP)
DALAM PEMBELAJARAN BAHASA ARAB. Metode pembelajaran bahasa Arab yang sering digunakan oleh pengajar bagi pemula (baru belajar bahasa Arab) adalah metode drill (latihan siap). Sebab metode ini sesuai dengan fitrah bahasa dan fitrah manusia. Yang pertama kali berfungsi panca indra pada manusia adalah mendengar lalu kemudian berbicara. Di sinilah metode yang satu ini berperan. Oleh karena itu, guru atau pengajar bahasa (khususnya bahasa Arab) sangat berkepentingan memahami bagaimana pelaksanaan metode drill ini dalam pembelajaran bahasa Arab. Sebab yang menjadi tujuannya adalah agar siswa cepat tcrampil berbahasa Arab dalam waktu singkat.

kla pengin liat secara lengkap, nih linknya : http://www.ziddu.com/download/16406041/HARTUT.rar.html

Saturday, 10 September 2011

Contoh Proposal PTK

PROPOSAL
PENELITIAN TINDAKAN KELAS

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI POKOK PENGARUH GAYA TERHADAP BENTUK DAN GERAK SUATU BENDA MELALUI METODE EKSPERIMEN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN INTERAKTIF DI KELAS V SD NEGERI SADABUMI 03
KECAMATAN MAJENANG
KABUPATEN CILACAP


Disusun dan Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Tugas Akhir Program
dalam Mata Kuliah Pemantapan Kemampuan Profesional
(PDGK 4501) Program S1 PGSD FKIP
Universitas Terbuka






Oleh :

RODIATUS SA’ADAH
NIM. 817968635













UNIVERSITAS TERBUKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIT PROGRAM BELAJAR JARAK JAUH PURWOKERTO
2011
LEMBAR PENGESAHAN
PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Proposal penelitian tindakan kelas ini disusun dan diajukan sebagai persyaratan dalam penyusunan laporan pelaksanaan penelitian tindakan kelas pada mata kuliah Pemantapan Kemampuan Profesional (PDGK 4501) Program S1 PGSD FKIP Universitas Terbuka Jakarta.


Nama Mahasiswa : RODIATUS SA’ADAH
NIM : 817968635
Program Studi : S1 PGSD
Tempat Penelitian : Sekolah Dasar Negeri Sadabumi 03 Kecamatan Majenang Kabupaten Cilacap
Pembelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam
Kelas/Semester : V / 2

Masalah yang merupakan fokus perbaikan yaitu :
1. Bagaimana upaya meningkatkan keaktifan belajar siswa pada pembelajaran IPA materi pengaruh gaya terhadap bentuk dan gerak suatu benda dengan penerapan metode eksperimen dengan model pembelajaran interaktif?
2. Bagaimana upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA materi pengaruh gaya terhadap bentuk dan gerak suatu benda dengan penerapan metode eksperimen dengan model pembelajaran interaktif?


Cimanggu, April 2011
Menyetujui
Dosen Pembimbing




YONAS SUHARYONO, S.Pd, MM.Pd
NIP. 19590411 198403 1 008 Mahasiswa,


RODIATUS SA’ADAH
NIM. 817968635

DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR JUDUL i
LEMBAR PENGESAHAN ii
DAFTAR ISI iii
I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Perumusan Masalah 3
C. Tujuan Penelitian 3
D. Manfaat Penelitian 3
II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori 5
B. Kerangka Berpikir 18
C. Hipotesis Tindakan 20
III METODE PENELITIAN
A. Setting Penelitian 21
B. Subyek Penelitian 21
C. Data dan Sumber Data 21
D. Teknik Pengumpulan Data 22
E. Validitas Data 22
F. Teknik Analisa Data 23
G. Kriteria Keberhasilan 23
H. Prosedur Penelitian 24
DAFTAR PUSTAKA





BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Dalam kegiatan belajar mengajar di kelas V SDN Sadabumi 03 Kecamatan Majenang Kabupaten Cilacap pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam materi pengaruh gaya terhadap bentuk dan gerak suatu benda, secara klasikal hasil belajar siswa masih rendah, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya adanya rendahnya keaktifan belajar siswa yang berujung pada rendahnya hasil belajar siswa secara keseluruhan.
Hal tersebut dibuktikan pada pelaksanaan studi awal pembelajaran mata pelajaran IPA materi pengaruh gaya terhadap bentuk dan gerak suatu benda menunjukkan hasil belajar siswa yang kurang memuaskan. Dari 18 siswa kelas V yang mengikuti tes formatif hanya ada dua siswa (12,5%) yang dikategorikan tuntas belajar, sementara 18 siswa (87,5%) lainnya dinyatakan belum tuntas belajarnya karena masih mendapat nilai kurang dari 80.
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan data tersebut, peneliti meminta bantuan teman sejawat untuk membantu mengidentifikasi masalah dalam proses pembelajaran. Dari hasil diskusi terungkap beberapa masalah yang muncul dalam pelaksanaan pembelajaran, yaitu :
a. Rendahnya prestasi belajar siswa tentang pengaruh gaya terhadap bentuk dan gerak suatu benda
b. Rendahnya motivasi belajar siswa tentang pengaruh gaya terhadap bentuk dan gerak suatu benda
c. Siswa terlihat kurang merespon, sehingga kurang aktif dalam pembelajaran
d. Siswa kurang memahami konsep tentang pengaruh gaya terhadap bentuk dan gerak suatu benda
e. Rendahnya tingkat penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran yang berdampak pada hasil belajar siswa
2. Analisis Masalah
Berdasarkan indentifikasi masalah yang ada, refleksi diri dan studi literatur peneliti mencari dan menganalisis penyebab masalah yang terjadi diantaranya :
a. Guru kurang sesuai menerapkan metode pembelajaran
b. Guru kurang melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran
c. Guru dalam menjelaskan materi terlalu cepat.
d. Metode pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam penyampaian materi kurang tepat
e. Guru kurang mampu meningkatkan peran aktif siswa dapat pembelajaran.
Adapun prioritas masalah yang akan diteliti dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini adalah :
a. Rendahnya keaktifan belajar siswa pada mata pelajaran IPA materi pokok pengaruh gaya terhadap bentuk dan gerak suatu benda
b. Rendahnya prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA materi pokok pengaruh gaya terhadap bentuk dan gerak suatu benda
Melihat kondisi tersebut di atas, maka peneliti berusaha untuk mengatasi masalah-masalah yang timbul agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik sehingga prestasi belajar siswa dapat tercapai dengan penerapan metode eksperimen dengan model pembelajaran interaktif. Adapun yang menjadi tujuan perbaikan proses pembelajaran ini adalah :
a. Memperbaiki proses pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen dengan model pembelajaran interaktif.
b. Meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran
c. Meningkatkan hasil belajar siswa belajar sehingga tingkat ketuntasan belajar siswa dapat tercapai.
Dari hal di atas peneliti ingin melaksanakan penelitian tindakan kelas peningkatan prestasi belajar IPA materi pokok pengaruh gaya terhadap bentuk dan gerak suatu benda melalui penerapan metode eksperimen dengan model pembelajaran interaktif siswa kelas V SDN Sadabumi 03 Kecamatan Majenang Kabupaten Cilacap Tahun Pelajaran 2010/2011”.

B. Perumusan Masalah
Dari penjelasan pada latar belakang masalah dan melalui refleksi diri serta diskusi dengan teman sejawat, dapat disimpulkan beberapa rumusan masalahnya, yaitu :
1. Bagaimana upaya meningkatkan keaktifan belajar siswa pada pembelajaran IPA materi pengaruh gaya terhadap bentuk dan gerak suatu benda dengan penerapan metode eksperimen dengan model pembelajaran interaktif?
2. Bagaimana upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA materi pengaruh gaya terhadap bentuk dan gerak suatu benda dengan penerapan metode eksperimen dengan model pembelajaran interaktif?


C. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dari pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini adalah :
1. Untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran IPA materi pokok pengaruh gaya terhadap bentuk dan gerak suatu benda melalui model pembelajaran interaktif.
2. Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran IPA materi pokok pengaruh gaya terhadap bentuk dan gerak suatu benda melalui model pembelajaran interaktif.


D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini adalah :
1. Bagi Siswa
a. Meningkatkan hasil belajar siswa
b. Meningkatkan minat belajar siswa
c. Melalui pembelajaran aktif, menjadikan pembelajaran menjadi menyenangkan dan memudahkan siswa memahami dan mencapai kompetensi pembelajaran IPA.

2. Bagi Guru
a. Memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya.
b. Meningkatkan profesionalisme pembelajaran guru
c. Memberi kesempatan untuk berperan aktif mengembangkan pengetahuan dan keterampilan sendiri.
3. Bagi Sekolah
Pihak sekolah dengan sendirinya akan mengalami peningkatkan kualitas dengan ditandai oleh lulusan yang baik, kualitas dan variasi pembelajaran guru dan membaiknya motivasi siswa serta prestasi hasil belajar siswa pada pelajaran IPA khususnya dan mata pelajaran lain pada umumnya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Pembelajaran IPA
Istilah Ilmu Pengetahuan Alam atau IPA dikenal juga dengan istilah sains. Kata sains ini berasal dari bahasa Latin yaitu scientia yang berarti ”saya tahu”. Dalam bahasa Inggris, kata sains berasal dari kata science yang berarti ”pengetahuan”. Science kemudian berkembang menjadi social science yang dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan ilmu pengetahuan sosial (IPS) dan natural science yang dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan ilmu pengetahuan alam (IPA).
Dalam proses pendidikan, tidak terlepas dari kata belajar mengajar. Keduanya merupakan komponen utama dalam pendidikan. Belajar merupakan suatu proses yang menghasilkan perubahan. Menurut Ngalim Purwanto (1995: 85) mengemukakan bahwa belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku dimana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang buruk. IPA merupakan cabang pengetahuan yang berawal dari fenomena alam. IPA didefinisikan sebagai sekumpulan pengetahuan tentang objek dan fenomena alam yang diperoleh dari hasil pemikiran dan penyelidikan ilmuwan yang dilakukan dengan keterampilan bereksperimen dengan menggunakan metode ilmiah.
Dalam proses pendidikan, tidak terlepas dari kata belajar mengajar. Keduanya merupakan komponen utama dalam pendidikan. Belajar merupakan suatu proses yang menghasilkan perubahan. Menurut Ngalim Purwanto (1995: 85) mengemukakan bahwa belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku dimana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang buruk.
Pada dasarnya manusia ingin tahu lebih banyak tentang IPA atau Sains, antara lain sifat sains, model sains, dan filsafat sains. Pada saat setiap orang mengakui pentingnya sains dipelajari dan dipahami, tidak semua masyarakat mendukung. Pada umumnya siswa merasa bahwa sains sulit, dan untuk mempelajari sains harus mempunyai kemampuan memadai seperti bila akan menjadi seorang ilmuan. Ada tiga alasan perlunya memahami sains antara lain, pertama bahwa kita membutuhkan lebih banyak ilmuan yang baik, kedua untuk mendapatkan penghasilan, ketiga karena tiap kurikulum menuntut untuk mempelajari sains. Mendefinisikan sains secara sederhana, singkat dan yang dapat diterima secara universal sangat sulit dibandingkan dengan mendefinisikan ilmu-ilmu lain.
Beberapa ilmuwan memberikan definisi sains sesuai dengan pengamatan dan pemahamannya. Carin (1993:3) mendefinisikan science sebagai The activity of questioning and exploring the universe and finding and expressing it’s hidden order, yaitu “ Suatu kegiatan berupa pertanyaan dan penyelidikan alam semesta dan penemuan dan pengungkapan serangkaian rahasia alam.
Sains mengandung makna pengajuan pertanyaan, pencarian jawaban, pemahaman jawaban, penyempurnaan jawaban baik tentang gejala maupun karakteristik alam sekitar melalui cara-cara sistematis (Depdiknas,2002a: 1).
Belajar sains tidak sekedar belajar informasi sains tentang fakta, konsep, prinsip, hukum dalam wujud ‘pengetahuan deklaratif’, akan tetapi belajar sains juga belajar tentang cara memperoleh informasi sains, cara sains dan teknologi bekerja dalam bentuk pengetahuan prosedural, termasuk kebiasaan bekerja ilmiah dengan metode ilmiah dan sikap ilmiah.
Berdasar pada definisi yang telah dikemukakan sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa sains selain sebagai produk juga sebagai proses tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Pernyataan di atas selaras dengan pendapat Carin yang menyatakan bahwa sains sebagai produk atau isi mencakup fakta, konsep, prinsip, hukum-hukum dan teori sains. Fakta merupakan kegiatan-kegiatan empiris di dalam sains dan konsep, prinsip, hukum-hukum, teori merupakan kegiatan-kegiatan analisis di dalam sains. Sebagai proses sains dipandang sebagai kerja atau sesuatu yang harus dilakukan dan diteliti yang dikenal dengan proses ilmiah atau metode ilmiah, melalui keterampilan menemukan antara lain, mengamati, mengklasifikasi, mengukur, menggunakan keterampilan spesial, mengkomunikasikan, memprediksi, menduga, mendefinisikan secara operasional, merumuskan hipotesis, menginterprestasikan data, mengontrol variabel, melakukan eksperimen. Sebagai sikap sains dipandang sebagai sikap ilmiah yang mencakup rasa ingin tahu, berusaha untuk membuktikan menjadi skeptis, menerima perbedaan, bersikap kooperatif, menerima kegagalan sebagai suatu hal yang positif.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada hakekatnya sains terdiri atas tiga komponen, yaitu produk, proses, dan sikap ilmiah. Jadi tidak hanya terdiri atas kumpulan pengetahuan atau fakta yang dihafal, namun juga merupakan kegiatan atau proses aktif menggunakan pikiran dalam mempelajari rahasia gejala alam.
2. Keaktifan Belajar
Menurut Anton M. Mulyono (2001 : 26) keaktifan adalah kegiatan atau aktivitas atau segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatankegiatan yang terjadi baik fisik maupun non fisik. Menurut Sanjaya (2007:101-106) aktivitas tidak hanya ditentukan oleh aktivitas fisik semata, tetapi juga ditentukan oleh aktivitas non fisik seperti mental, intelektual dan emosional. Keaktifan yang dimaksudkan di sini penekanannya adalah pada siswa, sebab dengan adanya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan tercipta situasi belajar aktif.
Menurut Rochman Natawijaya (dalam Depdiknas 2005 : 31) belajar aktif adalah suatu sistem belajar mengajar yang menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental intelektual dan emosional guna memperoleh hasil belajar yang berupa perpaduan antara aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Belajar aktif sangat diperlukan oleh siswa untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimum. Ketika siswa pasif atau hanya menerima informasi dari guru saja, akan timbul kecenderungan untuk cepat melupakan apa yang telah diberikan oleh guru, oleh karena itu diperlukan perangkat tertentu untuk dapat mengingatkan yang baru saja diterima dari guru.
Proses pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas merupakan aktivitas mentransformasikan pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Dalam kegiatan pembelajaran ini sangat dituntut keaktifan siswa, dimana siswa adalah subjek yang banyak melakukan kegiatan, sedangkan guru lebih banyak membimbing dan mengarahkan.
Menurut Raka Joni (1992: 19-20) dan Martinis Yamin (2007: 80- 81) menjelaskan bahwa keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran dapat dilaksanakan manakala : (1) pembelajaran yang dilakukan lebih berpusat pada siswa, (2) guru berperan sebagai pembimbing supaya terjadi pengalaman dalam belajar (3) tujuan kegiatan pembelajaran tercapai kemampuan minimal siswa (kompetensi dasar), (4) pengelolaan kegiatan pembelajaran lebih menekankan pada kreativitas siswa, meningkatkan kemampuan minimalnya, dan mencapai siswa yang kreatif serta mampu menguasai konsep-konsep, dan (5) melakukan pengukuran secara kontinu dalam berbagai aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, keaktifan adalah kegiatan (Poerwodarminto, 1992 : 17), sedang belajar merupakan proses perubahan pada diri individu kearah yang lebih baik yang bersifat tetap berkat adanya interaksi dan latihan. Jadi keaktifan belajar adalah suatu kegiatan individu yang dapat membawa perubahan kearah yang lebih baik pada diri individu karena adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungan.
Keaktifan belajar adalah suatu kegiatan yang menimbulkan perubahan pada diri individu baik tingkah laku maupun kepribadian yang bersifat kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian yang bersifat konstan dan berbekas. Keaktifan belajar akan terjadi pada diri siswa apabila terdapat interaksi antara situasi stimulus dengan isi memori, sehingga perilaku siswa berubah dari waktu sebelum dan sesudah adanya situasi stimulus tersebut.
Selama proses belajar siswa dituntut aktivitasnya untuk mendengarkan, memperhatikan dan mencerna pelajaran yang diberikan guru, disamping itu sangat dimungkinkan para siswa memberikan balikan berupa pertanyaan, gagasan pikiran, perasaan, keinginannya. Guru hendaknya mampu membina rasa keberanian, keingintahuan siswa, untuk itu siswa hendaknya merasa aman, nyaman, dan kondusif dalam belajar. Peran guru dalam pembelajaran siswa aktif adalah sebagai fasilitator dan pembimbing siswa yang memberi berbagai kemudahan siswa dalam belajar serta mampu mendorong siswa untuk belajar seoptimal mungkin.
Keaktifan belajar adalah aktifitas yang bersifat fisik maupun mental (Sardiman: 2001: 99). Selama kegiatan belajar kedua aktifitas tersebut harus terkait, sehingga akan mengahasilkan aktifitas belajar yang optimal.
3. Pengertian Prestasi Belajar
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, prestasi berarti hasil yang telah dicapai setelah melakukan kegiatan (Depdiknas, 2003:895). Istilah prestasi sangat banyak digunakan dalam berbagai bidang kegiatan antara lain dalam bidang kesenian, olahraga, pendidikan, dan pengajaran.
Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu dalam lingkungannya. Dengan demikian belajar dapat terjadi kapan saja, di mana saja, dan dengan siapa saja, sepanjang adanya perubahan tingkah laku dan hasil pengalaman individu dengan lingkungannya. Dengan belajar maka manusia akan mengalami perubahan kualitatif sehingga perbuatan, sikap dan tingkah lakunya akan berkembang.
Belajar yang merupakan aktifitas, pasti memiliki faktor yang berpengaruh. Pengaruh positif membuat belajar menjadi lebih berhasil dan pengaruh negatif akan membuat belajar kurang berhasil.
Menurut Tabrani Rusyam, Atasy Kusnidar, Zaenal Arifin, (1986 : 61) bahwa prestasi belajar yang dicapai individu merupakan interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhinya, baik dari dalam (faktor intern) maupun faktor dari luar individu (ekstern). Jadi yang dimaksud prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh seseorang setelah melakukan aktivitas belajar.
4. Metode Pembelajaran
Metodologi mengajar adalah ilmu yang mempelajari cara-cara untuk melakukan aktivitas yang tersistem dari sebuah lingkungan yang terdiri dari pendidik dan peserta didik untuk saling berinteraksi dalam melakukan suatu kegiatan sehingga proses belajar berjalan dengan baik dalam arti tujuan pengajaran tercapai.
Metode pembelajaran adalah prosedur, urutan,langkah- langkah, dan cara yang digunakan guru dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Dapat dikatakan bahwa metode pembelajaran merupakan jabaran dari pendekatan. Satu pendekatan dapat dijabarkan ke dalam berbagai metode pembelajaran. Dapat pula dikatakan bahwa metode adalah prosedur pembelajaran yang difokuskan ke pencapaian tujuan.
Belajar atau pembelajaran adalah merupakan sebuah kegiatan yang wajib kita lakukan dan kita berikan kepada anak-anak kita. Karena ia merupakan kunci sukses unutk menggapai masa depan yang cerah, mempersiapkan generasi bangsa dengan wawasan ilmu pengetahuan yang tinggi. Yang pada akhirnya akan berguna bagi bangsa, negara, dan agama. Melihat peran yang begitu vital, maka menerapkan metode yang efektif dan efisien adalah sebuah keharusan. Dengan harapan proses belajar mengajar akan berjalan menyenakngkan dan tidak membosankan.
Agar tujuan pengajaran tercapai sesuai dengan yang telah dirumuskan oleh pendidik, maka perlu mengetahui, mempelajari beberapa metode mengajar, serta dipraktekkan pada saat mengajar. Menurut Winarno Surakhmad (1984:96), metode adalah cara yang didalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan, berlaku baik bagi guru maupun siswa dalam kegiatan pembelajaran. Efektifitas pencapaian tujuan pembelajaran ditentukan oleh ketepatan guru dalam memilih metode pembelajaran sesuai dengan materi yang harus disampaikan pada siswa. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi suatu metode, diantaranya adalah siswa, tujuan pembelajaran, situasi setempat, fasilitas yang terdapat dalam kelas, dan profesionalisme guru.
Apabila tingkatan SD yang siswanya belum mampu berfikir abstrak, masih berfikir kongrit. Keabstrakan bahan pelajaran dapat dikongritkan dengan kehadiran media, sehinga anak didik lebih mudah mencerna bahan pelajaran daripada tanpa bantuan media. Dalam penggunaan media, perlu diperhatikan bahwa pemilihan media pengajaran haruslah jelas dengan tujuan pengajaran yang telah dirumuskan., apabila diabadikan media pengajaran bukanya membantu proses belajar mengajar, tapi sebagai penghambat dalam pencapaian tujuan secara efektif dan efesien. Dari uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan, membantu mempertegas bahan pelajaran, sehingaga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa dalam proses belajar.
5. Metode Eksperimen
Mempelajari IPA kurang dapat berhasil bila tidak ditunjang dengan kegiatan eksperimen di laboratorium. Laboratorium IPA tidak hanya sebatas ruangan khusus yang dibatasi dinding, tetapi dapat lebih luas mencakup laboratorium terbuka berupa alam semesta. Dalam proses pembelajaran dengan me-tode ini siswa diberi kesempatan untuk mengalami atau melakukan eksperimen sendiri baik secara individual maupun kelompok kecil.
Ada dua istilah berbeda yang sering digunakan berkaitan dengan metode eksperimen ini, yaitu praktikum (practical work) dan eksperimen. Praktikum lebih cenderung untuk membangun keterampilan menggunakan alat-alat IPA atau mempraktikkan suatu teknik/prosedur tertentu. Sedangkan eksperimen bertujuan untuk mengetahui/menyelidiki sesuatu yang baru menggunakan alat-alat sains tertentu. Baik praktikum maupun eksperimen memegang peranan yang penting dalam pendidikan sains, karena dapat memberikan latihan metode dan sikap ilmiah bagi siswa.
Dalam menyusun petunjuk praktikum/eksperimen, guru harus dapat menyajikan lembar kerja siswa (LKS) yang mengajak siswa berpikir dalam me-laksanakan tugas prakteknya. Perlu dihindarkan LKS yang berbentuk cookbook, yang petunjuknya begitu lengkap sehingga siswa hanya bekerja seperti mesin dan tidak ada peluang untuk melatih kemampuan berpikir, bersikap dan bertindak yang ilmiah dan efektif.
Metode eksperimen sebagai salah satu metode pembelajaran adalah suatu cara penyajian bahan pembelajaran dengan mencoba mengerjakan sesuatu serta mengadakan pengamatan langsung terhadap suatu proses eksperimen. Menurut Winarno Surakhmad (1984:21) dengan metode eksperimen dapat diketahui dan dijawab pertanyaan diantaranya Bagaimana cara mengerjakannya ? cara manakah yang paling baik ? Apa yang akan terjadi dengan reaksi itu ?
Menurut Robert J.H. Navighurt (dalam Rusna Ristasa. 1995:71), anak usia sekolah dasar memiliki karakteristik senang bermain, senang bergerak, senang belajar atau bekerja dalam kelompok, dan senang melakukan atau melaksanakan serta meragakan sesuatu secara langsung.
Karakteristik ini membawa implikasi bahwa guru harus mampu merancang model pembelajaran yang memungkinkan adanya unsur permainan, anak berpindah atau bergerak, anak bekerja atau belajar dalam kelompok dan anak terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran dan penemuan informasi.
Di samping itu Richard Suchman (dalam Widiarni, 1995:19), mengemukakan bahwa siswa akan memiliki motivasi alamiah untuk meneliti atau berinkuri. Dan dalam penelitian membutuhkan partisipasi aktif dari anak didik untuk meneliti sendiri secara ilmiah masalah yang dihadapi. prosedur metode eksperimen memungkinkan siswa melakukan eksperimen untuk membuktikan sendiri sesuatu pertanyaan atau hipotesis yang dipelajari. Metode ini dapat menumbuhkan cara berpikir rasional dan ilmiah.
Menurut Toto Ruhimat (dalam Udin S.W.1997:167), metode eksperimen memiliki karakteristik :
1) Ada alat bantu yang digunakan;
2) Siswa aktif mencobakan;
3) Guru membimbing;
4) Tempat dikondisikan;
5) Ada pedoman untuk siswa;
6) Ada topik yang di eksperimen;
7) Ada temuan-temuan.
Sedangkan bagi siswa dapat memperoleh pengalaman belajar : 1) Mengamati sesuatu; 2) Membuktikan sesuatu; 3) Menemukan hasil eksperimen; 4) Membuat kesimpulan; 5) Membangkitkan rasa ingin tahu; 6) Menerapkan konsep informasi dari eksperimen.
Keunggulan-keunggulan penggunaan metode eksperimen
1) Dapat membangkitkan rasa ingin tahu siswa;
2) Dapat membangkitkan rasa ingin menguji sesuatu;
3) Menimbulkan rasa kurang puas, ingin lebih baik;
4) Isi pembelajaran dapat bersifat aktual;
5) Siswa dapat membuktikan sesuatu;
6) Dapat mengembangkan sikap kritis dan ilmiah;
7) Belajar membuktikan sesuatu.
Dari pendapat beberapa pakar di atas dapat disimpulkan bahwa metode eksperimen adalah suatu cara memberikan kesempatan kepada siswa secara perseorangan atau kelompok untuk berlatih melakukan suatu proses eksperimen secara mandiri. Karena melalui berbagai eksperimen, anak akan menemukan pengetahuan dan keterampilan. Metode eksperimen sangat bermanfaat untuk mengembangkan sikap ilmiah pada siswa.
6. Model Pembelajaran Interaktif
Menurut Balen (dalam Ihsan,1993:43) pengembangan keterampilan yang harus dimiliki siswa adalah keterampilan berpikir, keterampilan sosial, dan keterampilan praktis. Keterampilan berpikir dikembangkan untuk melatih siswa berpikir logis dan sistematis melalui proses belajar mengajar dengan model pengembangan berpikir kritis, keterampilan sosial dan praktis melalui model dialog kreatif. Ketiga keterampilan tersebut dapat dikembangkan dalam situasi pembelajaran yang interaktif antara guru dan siswa dan antara siswa dan siswa.
Optimalisasi interaksi dalam belajar mengajar bergantung pada beberapa faktor yang menyangkut kesiapan siswa dan guru yang meliputi : faktor minat dan perhatian siswa; faktor motivasi; faktor latar atau konteks; faktor perbedaan individu; faktor sosialisasi; faktor belajar sambil bermain; faktor belajar sambil bekerja; faktor in kuiri; faktor memecahkan masalah.
Dalam model pembelajaran interaktif memberi peluang bagi guru untuk mengembangkan dialog interaktif, sehingga dalam proses belajar mengajar memerlukan partisipasi siswa secara aktif dan kreatif. Peran guru dalam pembelajaran Ilmu Pengetahun Sosial mempunyai hubungan yang erat dengan cara pengembangan keterampilannya.
Brookfield, (dalam Prayekti, 1987:18). Menyatakan bahwa dalam pelaksanaannya berbagai prinsip belajar mengajar aktif yang menganut azab keluwesan interaksi guru dengan siswa, siswa dengan siswa, siswa dan guru dengan sarana belajar, didasarkan pada dialog transaksional yaitu proses belajar mengajar yang dilaksanakan secara interaktif antara guru dengan siswa.
Secara khusus, istilah model diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan suatu kegiatan. Sobry Sutikno (2004 :15) mengartikan model merupakan gambaran tentang keadaan nyata. Model pembelajaran atau model mengajar sebagai suatu rencana atau pola yang digunakan dalam mengatur materi pelajaran, dan memberi petunjuk kepada mengajar di kelas dalam setting pengajaran. Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakann aktivitas belajar mengajar.
Model pembelajaran interaktif sering dikenal dengan nama pendekatan pertanyaan anak. Model ini dirancang agar siswa akan bertanya dan kemudian menemukan jawaban pertanyaan mereka sendiri (Faire & Cosgrove dalam Harlen, 1992). Meskipun anak-anak mengajukan pertanyaan dalam kegiatan bebas, pertanyaan-pertanyaan tersebut akan terlalu melebar dan seringkali kabur sehingga kurang terfokus. Guru perlu mengambil langkah khusus untuk mengumpulkan, memilah, dan mengubah pertanyaan-pertanyaan tersebut ke dalam kegiatan khusus. Pembelajaran interaktif merinci langkah-langkah ini dan menampilkan suatu struktur untuk suatu pelajaran IPA yang melibatkan pengumpulan dan pertimbangan terhadap pertanyaan-pertanyaan siswa sebagai pusatnya (Harlen, 1992:48-50).
Model pembelajaran interaktif dimulai dari :
a. Mengajukan pertanyaan sifatnya mengandung permasalahan atau bersifat inkuiri. Wilson (dalam Trowbridge, 1990 : 51) menyatakan bahwa model inkuiri adalah sebuah model proses pengajaran yang berdasarkan atas teori belajar dan perilaku. Inkuiri merupakan suatu cara mengajar murid-murid bagaimana belajar dengan menggunakan keterampilan, proses, sikap, dan pengetahuan berpikir rasional
b. Membimbing siswa untuk mencari dan menemukan informasi yang berkenaan dengan permasalahan (misal : buku sumber).
c. Siswa diberi kesempatan untuk menjawab setiap permasalahan dan membuat kesimpulan.
d. Guru membimbing siswa untuk mendapatkan kesimpulan permasalahan secara keseluruhan.
Model pembelajaran kreatif ini memberi peluang kepada guru untuk melaksanakan perannya sebagai fasilisator, mediator, motivator dan demonstrator. Bahkan menurut Parawangsa dan Abdullah (1988 : 84) guru juga berperan sebagai pembimbing, evaluator, pengembang materi pembelajaran (demonstrator), pengelola PBM dan agen pembaharu (agent of change).
Pengembangan model dialog kreatif erat kaitannya dengan strategi mengajar bertanya efektif. Guru memberi kesempatan siswa bertanya dan guru tidak memotong atau menyalahkan pertanyaan siswa. Guru tidak menjawab pertanyaan, tetapi memberi kesempatan siswa lain untuk bertanya. Jika siswa tidak berani bertanya, guru mengembangkan kreatifnya untuk mengajukan pertanyaan dan memberi kesempatan siswa untuk menjawab.
Jenis pertanyaan yang dapat mengembangkan model dialog kreatif adalah : (a) pertanyaan mengingat; (b) pertanyaan mendiskripsikan; (c) pertanyaan menjelaskan; (d) pertanyaan sintesis; (e) pertanyaan menilai; dan (f) pertanyaan terbuka.
Dalam proses pembelajaran keterlibatan siswa harus secara totalitas. Artinya, melibatkan pikiran, penglihatan, pendengaran dan psikomotor. Jadi, dalam proses pembelajaran seorang guru harus mengajak siswa untuk mendengarkan, menyajikan media yang dapat dilihat, memberi kesempatan untuk menulis, dan mengajukan pertanyaan atau tanggapan, sehingga terjadi dialog kreatif yang menunjukkan proses belajar mengajar yang interaktif. Situasi belajar seperti ini dapat tercipta melalui penggunaan pendekatan partisipatoris.
7. Gaya dapat Merubah Bentuk Benda
Gerakan mendorong atau menarik yang menyebabkan benda bergerak disebut gaya. Gaya yang dikerjakan pada suatu benda akan mempengaruhi benda tersebut. Gaya terhadap suatu benda dapat mengakibatkan benda bergerak, berubah bentuk, dan berubah arah. Berdasarkan sumbernya, gaya dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu gaya magnet, gaya gravitasi, dan gaya gesekan. Gaya magnet adalah Tarikan atau dorongan yang disebabkan oleh magnet, sedangkan gaya gravitasi adalah gaya tarik bumi yang menyebabkan benda yang ada di bumi tertarik ke bawah, dan gaya gesekan adalah gaya yang ditimbulkan karena dua permukaan yang saling bersentuhan.
Contoh penggunaan gaya magnet dalam kehidupan sehari-hari dalam di antaranya adalah pengunci kotak pensil atau tas, kompas, speaker radio, mikrofon, antena pada mobil remot kontrol, dan alarm pengaman mobil. Magnet juga digunakan pada alat-alat berat untuk mengangkut benda- benda dari besi. Magnet tersebut berasal dari aliran listrik oleh karena itu disebut elektromagnet. Jika tidak ada aliran listrik maka sifat kemagnetannya akan hilang, sedangkan gaya gravitasi yang terjadi pada benda yang jatuh dari ketinggian tertentu tentunya berbeda-beda. Hal ini disebabkan karena gaya gravitasi dipengaruhi oleh ukuran dan bentuk benda tersebut.
Gravitasi adalah gaya tarik-menarik yang terjadi antara semua partikel yang mempunyai massa di alam semesta. Bumi yang mempunyai massa yang sangat besar menghasilkan gaya gravitasi yang sangat besar untuk menarik benda-benda di sekitarnya, termasuk benda-benda yang ada di bumi. Gaya gravitasi ini juga menarik benda-benda yang ada di luar angkasa seperti meteor, satelit buatan manusia, dan bulan. Gaya tarik ini menyebabkan benda-benda tersebut selalu berada di tempatnya, sedangkan gaya gesekan merupakan gaya yang ditimbulkan oleh dua pemukaan yang saling bersentuhan. Sebagai contoh lantai yang licin membuat kita sulit berjalan di atasnya karena gaya gesekan yang terjadi antara kaki kita dengan lantai sangat kecil. Manfaat gaya gesekan dalam kehidupan sehari-hari : ( a) Membantu benda bergerak tanpa tergelincir, (b) menghentikan benda yang sedang bergerak. Sedangkan kerugiannya antara lain : (a) menghambat gerakan, (b) menyebabkan aus.
Jadi dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa gaya pada benda juga mengakibatkan benda berubah bentuk. Sebagai contohnya, ketika bermain dengan plastisin maka plastisin tersebut dapat membuat berbagai macam bentuk. Gaya tangan menyebabkan bentuk plastisin berubah sesuai dengan bentuk yang diinginkan. (Heri Sulistyanto, 2007 : 89-92).
B. Kerangka Berpikir
Dalam kegiatan belajar mengajar di kelas V SDN Sadabumi 03 Kecamatan Majenang Kabupaten Cilacap pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam materi pengaruh gaya terhadap bentuk dan gerak suatu benda, secara klasikal hasil belajar siswa masih rendah, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya adanya rendahnya keaktifan belajar siswa yang berujung pada rendahnya hasil belajar siswa secara keseluruhan.
Prosedur metode eksperimen memungkinkan siswa melakukan eksperimen untuk membuktikan sendiri sesuatu pertanyaan atau hipotesis yang dipelajari. Metode ini dapat menumbuhkan cara berpikir rasional dan ilmiah.
Berdasarkan data tersebut, peneliti meminta bantuan teman sejawat untuk membantu mengidentifikasi masalah dalam proses pembelajaran. Dari hasil diskusi terungkap beberapa masalah yang muncul dalam pelaksanaan pembelajaran, yaitu :
a. Rendahnya prestasi belajar siswa tentang pengaruh gaya terhadap bentuk dan gerak suatu benda
b. Rendahnya motivasi belajar siswa tentang pengaruh gaya terhadap bentuk dan gerak suatu benda
c. Siswa terlihat kurang merespon, sehingga kurang aktif dalam pembelajaran
d. Siswa kurang memahami konsep tentang pengaruh gaya terhadap bentuk dan gerak suatu benda
e. Rendahnya tingkat penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran yang berdampak pada hasil belajar siswa
Dari hal di atas peneliti ingin melaksanakan penelitian tindakan kelas peningkatan prestasi belajar IPA materi pokok pengaruh gaya terhadap bentuk dan gerak suatu benda melalui penerapan metode eksperimen dengan model pembelajaran interaktif siswa kelas V SDN Sadabumi 03 Kecamatan Majenang Kabupaten Cilacap Tahun Pelajaran 2010/2011”.
Dalam bentuk diagram, kerangka berpikir pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut :





























Gambar 2.1. Kerangka Berpikir Penelitian Tindakan Kelas
C. Hipotesis Tindakan
Dengan mempertimbangkan dan merujuk pada beberapa pendapat ahli, disusunlah hipotesis tindakan sebagai berikut :
1. Penerapan model pembelajaran Interaktif meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran IPA materi pokok pengaruh gaya terhadap bentuk dan gerak suatu benda.
2. Penerapan model pembelajaran Interaktif meningkatkan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran IPA materi pokok pengaruh gaya terhadap bentuk dan gerak suatu benda.


BAB III
METODE PENELITIAN

A. Setting Penelitian
1. Tempat Penelitian
Dalam penilitian ini penulis mengambil lokasi di SD Negeri Sadabumi 03 UPT Disdikpora Kecamatan Majenang Kabupaten Cilacap.. Penulis mengambil lokasi atau tempat ini dengan pertimbangan bekerja pada sekolah tersebut, sehingga memudahkan dalam mencari data, peluang waktu yang luas dan subjek penlitian yang sangat sesuai dengan profesi penulis
2. Waktu penelitian
Dengan beberapa pertimbangan dan alasan penulis menentukan menggunakan waktu penelitian selama 4 minggu pada bulan Maret dan April 2011. Waktu dari perencanaan sampai penulisan laporan hasil penelitian tersebut pada semester II Tahun pelajaran 2010/2011.


B. Subjek Penelitian
Subjek pelaksanaan perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Sadabumi 03 UPT Disdikpora Kecamatan Majenang Kabupaten Cilacap Tahun Pelajaran 2010/2011.


C. Data dan Sumber Data
1. Data
Data yang dikumpulkan adalah data kualitatif dan kuantitatif yang terdiri atas:
a. Proses belajar mengajar
b. Data Hasil Belajar / tes formatif
c. Data keterkaitan antara perencanaan dengan pelaksanaan kegiatan
2. Sumber Data
Sumber Data dalam penelitian ini adalah siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Sadabumi 03 UPT Disdikpora Kecamatan Majenang Kabupaten Cilacap dengan jumlah siswa sebanyak 18 orang terdiri dari siswa laki-laki sebanyak 9 orang dan perempuan 9 orang.

D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah:
1. Tes, yaitu digunakan untuk mengetahui peningkatan penguasaan materi setiap siklus.
2. Lembar observasi, yaitu digunakan untuk mengetahui situasi belajar mengajar (seperti: perubahan sikap dan perilaku belajar siswa) pada saat dilakukannya tindakan.

E. Validitas Data
Untuk menjamin kebenaran data yang dikumpulkan dan dicatat dalam penelitian maka dipilih dan ditentukan cara-cara yang tepat untuk mengembangkan validitas data yang diperolehnya. Dalam penelitian ini akan digunakan teknik triangulasi. Menurut Lexy Moeleong (2000:178) Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu, untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut.
Dalam penelitian ini validitas data dilakukan dengan teknik triangulasi. Triangulasi dilakukan dengan maksud untuk mengecek kebenaran data yang diperoleh dan membandingkannya dengan data yang diperoleh dari sumber lain. Kebenaran hasil wawancara dengan wali kelas dapat dibandingkan dengan arsip atau dokumen maupun melalui pengarnatan ketika proses belajar berlangsung. Triangulasi sumber data dilakukan untuk mengecek kebenaran data dari guru kelas maupun anak. Sedangkan triangulasi metode dilakukan dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda untuk mendapatkan data yang sama. Observasi dapat dicek kebenarannya dari arsip atau dokumen dan wawancara..

F. Teknik Analisis Data
Pada penelitian tindakan kelas, data dianalisis sejak tindakan pembelajaran dilakukan, dilambangkan selama proses refleksi sampai proses penyusunan laporan. Analisis data ini dilakukan secara kualitatif melalui tiga alur. Menurut Miles dan Hubermen (1992: 15-20) alur yang meliputi reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Sedang menurut Sutama (2000:104) reduksi adalah proses pemilihan pemusatan perhatian pada penyederhanaan dan transportasi data kasar yang muncul dari catatan tertulis di lapangan. Dalam penelitian ini data diperoleh dari tes, observasi dan wawancara terhadap pihak-pihak yang terkait langsung dalam proses belajar mengajar, hasil reduksi berupa uraian singkat yang telah digolongkan dalam suatu kegiatan tertentu.
Penyajian data berupa sekumpulan infomasi dalam bentuk teks naratif yang disusun, diatur serta diringkas dalam bentuk kategori sehingga mudah dipahami makna yang terkandung didalamnya. Sedangkan penarikan kesimpulan dilaksanakan secara bertahap yaitu dari kumpulan makna setiap kategori disimpulkan sementara, kemudian diadakan vertifikasi untuk menyimpulkan dengan tepat melalui diskusi bersama mitra kolaborasi agar memperoleh derajat kepercayaan yang tinggi. Analisis data menggunakan analisis deskriptif komperatif dengan grafik yaitu membandingkan kondisi nilai tes awal siklus I dan nilai tes setelah siklus III.

G. Kriteria Keberhasilan
Kriteria yang digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan melalui upaya perbaikan pembelajaran sebagai berikut :
1. Penerapan model pembelajaran interaktif dalam meningkatkan keaktifan belajar siswa pada pembelajaran ipa materi pokok pengaruh gaya terhadap bentuk dan gerak suatu benda, minimal 85%.
2. Penerapan model pembelajaran interaktif dapat meningkatkan prestasi belajar IPA materi pokok pengaruh gaya terhadap bentuk dan gerak suatu benda secara individual minimal mencapai KKM yaitu 80 dan secara klasikal minimal 85% siswa tuntas belajarnya.
H. Prosedur Penelitian
Pelaksanaan prosedur penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut :
1 Siklus I
a. Tahap perencanaan tindakan.
Dalam tahap perencanaan tindakan pada siklus ini, kegiatan yang dilakukan adalah:
1) Peneliti menyusun silabus yang berkaitan dengan materi pembelajaran.
2) Merancang alat pengumpul data yang berupa tes dan digunakan untuk mengetahui pemahaman kemampuan siswa yang berkaitan dengan materi pembelajaran.
b. Tahap pelaksanaan tindakan.
1) Pada siswa diberikan penjelasan umum tentang tujuan penelitian tindakan kelas sesuai dengan rancangan yang telah direncanakan, baik mengenahi pengumpulan data maupun kegiatan –kegiatan yang lain.
Kegiatan dalam penelitian tindakan kelas ini meliputi : (a) Memberikan penjelasan secara umum tentang materi yang diajarkan dengan mengunakan strategi pembelajaran aktif dengan tehnik menstimulir rasa ingin tahu siswa (b) Mendorong siswa yang belum aktif untuk aktif dalam mengikuti pembelajaran. (c) Mengamati dan mencatata siswa yang berpartisipasi aktif dalam pembelajaran (d) Mengumpulkan hasil pengujian yang diperoleh siswa dalam mengerjakan tugas (e) Menganalisis hasil tes yang diberikan setelah siswa diajar dengan tehnik menstimulir secara kelompok besar.
2) Peneliti mengajar sesuai dengan skenario pembelajaran klasikal yang telah dirancang dan mencatat kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh masing-masing siswa.
3) Peneliti memberikan evaluasi pada siswa untuk mengetahui pemahaman siswa berkaitan dengan materi pembelajaran.
c. Tahap observasi tindakan.
Peneliti mengamati dan mencatat semua kejadian yang terjadi pada saat siswa mengikuti pengajaran dan menanyakan pada siswa yang kurang aktif dalam pembelajaran tentang kesulitan-kesulitan yang dihadapinya.
d. Tahap refleksi.
Peneliti menganalisis hasil pekerjaan siswa dan hasil observasi yang dilakukan pada siswa guna menentukan langkah berikutnya.
Peneliti membuat pengelompokkan siswa didasarkan pada hasil yang didapatkan siswa pada evaluasi yang dilakukan.
2. Siklus II
a. Tahap perencanaan tindakan.
1) Mempersiapkan fasilitas dan sarana yaitu dengan membuat kelompok siswa dengan penyebaran siswa yang menguasai materi awal yaitu materi yang telah disampaikan pada siklus I .
2) Membuat pengurus pada masing-masing kelompok mencakup fasilitator, pencatat , juru bicara dan pengatur waktu.
3) Membuat bahan ajar yang akan disampaikan pada masing – masing kelompok.untuk didiskusikan
b. Tahap pelaksanaan tindakan.
1) Peneliti memberikan penjelasan tentang materi pembelajaran yang akan dipelajari serta menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan berkaitan dengan pengajaran dalam tehnik menstimulir siswa untuk belajar bersama dalam kelompok.
2) Siswa yang telah menguasai pada materi awal di siklus I dimohonkan memimpin pembahasan bahan ajar yang diberikan peneliti. Bahan ajar yang diberikan berisi tugas memecahkan masalah tindak lanjut dari siklus I.
3) Memberi kesempatan pada masing-masing kelompok untuk menyajikan hasil diskusi
4) Pembahasan materi ajar yang siswa dalam satu kelas mengalami kesulitan ataupun salah dalam apersepsinya
5) Memberikan evaluasi pada siswa untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menguasai pengerjaan soal integral.
c. Tahap observasi tindakan.
1) Peneliti mencatat hasil-hasil yang diperoleh anak didik serta mencatat kesalahan-kesalahan yang dilakukan anak didik dalam mengerjakan masalah yang berkaitan dengan bahan ajar yang diberikan.
2) Peneliti mencatat kesalahan–kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan masalah pada bahan ajar yang diberikan..
d. Tahap refleksi.
Peneliti membuat inventarisasi kesulitan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan masalah pada bahan ajar yang diberikan serta mendata siswa yang telah mampu menyelesaikan soal evaluasi dan mampu mendapatkan nilai diatas standart ketuntasan belajar.

3. Siklus III
a. Tahap perencanaan tindakan.
1) Mempersiapkan fasilitas dan sarana yaitu dengan membuat kelompok siswa dengan penyebaran siswa yang menguasai materi awal yaitu materi yang telah disampaikan pada siklus II .
2) Membuat pengurus pada masing-masing kelompok mencakup fasilitator, pencatat , juru bicara dan pengatur waktu.
3) Membuat bahan ajar yang akan disampaikan pada masing – masing kelompok.untuk didiskusikan
b. Tahap pelaksanaan tindakan.
1) Peneliti memberikan penjelasan tentang materi pembelajaran yang akan dipelajari serta menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan berkaitan dengan pengajaran dalam tehnik menstimulir siswa untuk belajar bersama dalam kelompok.
2) Siswa yang telah menguasai pada materi awal di siklus I dimohonkan memimpin pembahasan bahan ajar yang diberikan peneliti. Bahan ajar yang diberikan berisi tugas memecahkan masalah tindak lanjut dari siklus II.
3) Memberi kesempatan pada masing-masing kelompok untuk menyajikan hasil diskusi
4) Memberikan evaluasi pada siswa untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menguasai pengerjaan soal integral.
c. Tahap observasi tindakan.
1) Peneliti mencatat hasil-hasil yang diperoleh anak didik serta mencatat kesalahan-kesalahan yang dilakukan anak didik dalam mengerjakan masalah yang berkaitan dengan bahan ajar yang diberikan.
2) Peneliti mencatat kesalahan–kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan masalah pada bahan ajar yang diberikan..
d. Tahap refleksi.
Peneliti membuat inventarisasi kesulitan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan masalah pada bahan ajar yang diberikan serta mendata siswa yang telah mampu menyelesaikan soal evaluasi dan mampu mendapatkan nilai di atas standart ketuntasan belajar.


I. Jadwal Penelitian

No Kegiatan Minggu Ke Keterangan
Maret April
1 2 3 4 1 2 3 4
I. Persiapan
1 Perencanaan √
II. Pelaksanaan
1 Proses pembelajaran √
2 Evaluasi √
3 Pengumpulan data √
No Kegiatan Minggu Ke Keterangan
Maret April
1 2 3 4 1 2 3 4
4 Analisis Data √
5 Penyusunan Hasil √
III. Laporan
1 Pelaporan Hasil √ √

J. Personalia Penelitian
Penelitian ini melibatkan Tim peneliti, identitas dari Tim tersebut adalah :
1. Nama : RODIATUS SA’ADAH
NIM : 817968635
Pekerjaan : Mahasiswa
Tugas dalam penelitian : Pelaksana, Pengumpulan data, dan analisis data.
2. Nama : SAFILIN, S.Pd.SD
NIP : 19580606 198304 1 001
Pekerjaan : Guru
Tugas dalam penelitian : Pengamat dan Observator