Menerima Pembuatan TESIS-SKRIPSI-PKP UT, Silahkan Baca Cara Pemesanan di bawah ini

Lencana Facebook

banner image

Sunday, 4 December 2011

wkwkwkwkwkwkwkwkwkwk......................
mau posting apa?? gue aja bingung????

Saturday, 15 October 2011

R@Me-Net

Wednesday, 21 September 2011

Nih yg butuh proposal PTK buat PLGP Sertifikasi Guru

nih linknya :


http://www.ziddu.com/download/16463764/seli.rar.html

Nih yg butuh proposal PTK buat PLGP Sertifikasi Guru

nih linknya :

http://www.ziddu.com/download/16463764/seli.rar.html

Friday, 16 September 2011

PTS-2

Nih saya posting lagi contoh PTS

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Tingkat kepedulian masyarakat terhadap lingkungan tercermin dari kondisi lingkungan disekitar yang telah mengalami kerusakan alam dan pencemaran lingkungan. Untuk lebih meningkatkan rasa kesadaran, tanggung jawab serta kepedulian terhadap lingkungan, perlu ditanamkan pendidikan lingkungan sejak dini, yaitu melalui pendidikan berbudaya lingkungan di Sekolah Dasar. Gagasan pemerintah untuk menerapkan Pendidikan Lingkungan Hidup sebagai muatan lokal ditingkat SD hingga SMA merupakan salah satu usaha dalam meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan.
Oleh sebab itu telah dilakukan penelitian deskriptif yang terdiri dari 2 tahap yaitu analisa kurikulum dan, observasi lapangan untuk memperoleh data yang meliputi model pembelajaran, media pembelajaran, kendala pelaksanaan pembelajaran lingkungan hidup, dan fasilitas sekolah yang menunjang pembelajaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran lingkungan hidup belum terlaksana secara maksimal karena beberapa permasakahan yang dialami oleh para guru sekolah dasar. Agar pembelajaran lingkungan hidup dapat terlaksana secara maksimal, maka sebagai tindak lanjut dilakukan kegiatan sosialisasi dan lokakarya terhadap guru-guru sekolah dasar dalam meningkatkan proses pembelajaran lingkungan hidup serta pemberdayaan sumber daya manusia.
Sebagai contoh, sebagian siswa SLTP dan SMU yang menggemari petualangan melakukan kegiatan pendakian di berbagai gunung, kemudian menorehkan identitas mereka di pohon-pohon dengan menggunakan pisau, menyemprotkan cat (pilox) di bebatuan dan gua-gua; kemudian membawa pulang beberapa tangkai edelwise sebagai persembangan kepada teman-teman "dekat". Sebagian lagi memodifikasi knalpot sepeda motor yang dikendarai sehingga terdengar raungan yang memekakkan telinga dan mengepulkan asap yang memedihkan mata. Berbagai perilaku siswa yang mengarah pada perusakan lingkungan semestinya dapat dikendalikan karena mereka telah memperoleh materi lingkungan, yang terintegrasikan ke dalam berbagai bidang studi. Di jenjang sekolah dasar, materi lingkungan terintegrasikan ke dalam mata pelajaran IPA dan IPS; demikian juga di jenjang SLTP, materi lingkungan terintegrasi ke dalam mata pelajaran IPA-Biologi, IPA-Fisika, IPA-Geografl, dan IPS-Ekonomi; sedangkan di jenjang SMU, materi lingkungan terintegrasi ke dalam mata pelajaran Biologi dan Sosiologi.
Dalam era globalisasi sekarang ini negara mengalami persaingan yang luar biasa dalam berbagai bidang. Antara lain dalam bidang perniagaan, industri, ilmu pendidikan dan berbagai dimensi lain, baik pembangunan fisik maupun pembangunan sepiritual. Dalam upaya menjawab tantangan ini perkembangan sumber daya diproritaskan. Perkembangan sumber daya yang diprioritasakan adalah perkembangan sumber daya manusia. Salah satu cara untuk meningkatkan sumberdaya manusia dapat melalui pendidikan.
Pendidikan merupakan suatu proses yang sangat penting untuk meningkatkan kecerdasan, keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian, dan mempertebal semangat kebersamaan agar dapat membangun diri sendiri dan besama-sama membangun bangsa. Disamping itu pendidikan merupakan masalah yang penting bagi manusia, karena pendidikan menyangkut kelangsungan hidup manusia. Manusia muda tidak hanya cukup tumbuh dan berkembang dengan dorongan insting saja, melainkan perlu bimbingan dan dorongan dari luar dirinya (pendidikan) agar ia menjadi manusia purna. Menurut undang- undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional Bab I pasal 1 menyatakan;
Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara Begitu pentingnya pendidikan bagi diri sendiri, Masyarakat maupun bangsa dan negara, sebagai wujud perhatian negara Republik Indonesia, maka pemerintah berusaha meningkatkan mutu pendidikan sekarang ini. Peningkatan mutu pendidikan senantiasa disesuaikan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi akan membuat pembangunan bangsa akan menjadi lebih baik dan mampu bersaing dengan negara-negara lain.
Usaha yang dilakukan pemerintah dalam meningkatkan mutu pendidikan antara lain: peningkatan mutu para guru, pembaharuan kurikulum, penambahan berbagai fasilitas belajar, dan sebagainya. Meskipun usaha-usaha tersebut telah dilakukan tetapi masih banyak sekolah-sekolah yang menghasilkan lulusan yang kurang berkualitas. Oleh karena itu pendidikan tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah tetapi juga menjadi tanggung jawab masyarakat, orangtua, guru, dan siswa itu sendiri.
Menurut Ngalim Purwanto (1988: 148) lingkungan pendidikan atau lingkungan belajar dibedakan menjadi 3 golongan. antara lain: lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkuangan masyarakat. Lingkungan belajar tersebut mendukung dan berperan besar dalam keberhasilan perestasi belajar anak didik. Lingkungan keluarga merupakan pusat pendidikan yang utama dan pertama, tetapi juga dapat menjadi faktor kesulitan belajar. Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (1991: 81) Lingkungan keluarga terdiri dari tiga faktor yaitu: faktor Orangtua, suasana rumah tangga atau keluarga, dan keadaan ekonomi keluarga. Anak lahir dalam lingkungan keluarga dan dalam pemeliharaan Orangtua. Orangtua disini memikul tugas sebagai pendidik, pemelihara, pengasuh, pembimbing, maupun sebagai guru dan pengasuh bagi Anak-anaknya. Orangtua merupakan contoh terdekat bagi anaknya. Segala perbuatan yang dilakukan tanpa disadari akan ditiru anaknya, untuk itu sikap Orangtua yang bermasalah harus dihindari. Orangtua harus memperhatikan pendidikan, dan perkembangan belajar anaknya. Disamping itu hubungan Orangtua dengan anak sangat berpengaruh dalam kemajuan belajar anak. Yang dimaksud perhatian disini adalah kasih sayang yang penuh perhatian atau kebencian. Kasih sayang, perhatian atau penghargaan kepada anak akan menimbulkan mental yang sehat bagi anak-anaknya.Suasana rumah adalah keadaan lingkungan fisik maupun nonfisik dalam rumah. Suasana rumah yang ramai atau gaduh tidak mungkin anak akan dapat belajar dengan baik, anak akan terganggu konsenterasinya sehingga sulit untuk belajar.
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang memungkinkan seseorang meningkatkan pengetahuan dan mengembangkan bakat yang dimilikinya. Dikatakan sebagai lembaga pendidikan formal karena diadakan di sekolah atau tempat tertentu dan mempunyai jenjang mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Hal itu sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional Bab VI pasal 14. Pendidikan dasar merupakan pendidikan yang bertujuan untuk mengembangkan sikap dan kemampuan serta memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan untuk hidup dalam lingkungan masyarakat. Dan sekaligus mempersiapkan peserta didik untuk melanjutkan pendidikan ketingkat menengah. Pendidikan dasar ini diselengarakan selama 9 tahun, yang dilaksanakan 6 tahun di Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiah (MI) atau bentuk lain yang sederajat, serta 3 tahun di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTS) atau bentuk lain yang sederajat.
Secara hakikat, hasil sebuah pembelajaran adalah adanya perubahan perilaku. Berbagai fakta menunjukkan, berbagai perilaku siswa yang mengarah pada perusakan lingkungan masih mudah ditemukan. Dengan kata lain, kesadaran lingkungan siswa masih perlu ditingkatkan. Selain itu, permasalahan yang sering ditemukan di sekolah adalah kurangnya persiapan Guru dalam melakukan kegiatan pembelajaran yang masih monoton. Dan dari data yang ada, hanya sekitar 30 % guru yang memiliki kemampuan dalam pemberdayaan lingkungan sekolah, sehingga dampak dari kegiatan proses belajar mengajar di kelas menjadi tidak menarik dan tidak memotivasi siswa. Permasalahan tersebut timbul dikarenakan minimnya pengetahuan dan kemampuan guru dalam pemberdayaan lingkungan sekolah sehingga kegiatan pembelajaran yang dilakukan tidak dipersiapkan dan dirancang dengan baik.
Melalui PTS ini diharapkan guru-guru dapat lebih melatih diri dan meningkatkan kemampuan dalam memberdayakan lingkungan sekolah dengan maksimal sehingga secara otomatis jika proses pembelajaran dapat dirancang dengan baik, maka akan menciptakan suasana kelas yang kondusif dan dapat dengan mudah mencapai tujuan pembelajaran dengan mudah dan menyenangkan.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang muncul dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Guru belum maksimal dalam memberdayakan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar;
2. Kurangnya supervisi kepala sekolah terhadap pelaksanaan pembelajaran yang menggunakan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar.
3. Rendahnya motivasi dan kreatifitas guru dalam melaksanakan tugas mengajar;

C. Pembatasan Masalah
Dari masalah-masalah yang telah teridentifikasi seperti disebutkan di atas, maka masalah penelitian dibatasi pada masalah kurangnya kemampuan guru kelas IV, V dan VI dalam memberdayakan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar.

D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah yang telah diuraikan di atas, maka masalah pokok dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: “Apakah dengan pelaksanaan supervisi dapat meningkatkan kemampuan guru kelas IV, V dan VI dalam memberdayakan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar?”

E. Tujuan Penelitian
Penelitian tindakan sekolah ini bertujuan untuk:
(1) Meningkatkan kemampuan guru IV, V dan VI dalam memberdayakan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar;
(2) Meningkatkan motivasi, inovasi dan kreatifitas guru melaksanakan tugas mengajar;
(3) Meningkatkan semangat dan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran.

F. Manfaat Penelitian
Penelitian tindakan sekolah ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi kepala sekolah dalam memecahkan masalah guru, meningkatkan motivasi guru dalam melaksanakan tugas-tugasnya sehingga menjadi lebih profesional, meningkatkan prestasi siswa dalam pembelajaran, dan pada akhirnya meningkatkan kinerja dan mutu sekolah secara keseluruhan.
Di samping itu langkah-langkah yang tepat dalam meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun dan menggunakan pemberdayaan lingkungan sekolah dapat menjadi acuan dalam menyeselaikan masalah yang sama bagi peneliti lain.

G. Definisi Istilah
1. Lingkungan Sekolah sebagai sumber belajar
Keadaan-keadaan di sekolah yang dapat digunakan sebagai sarana pembelajaran.
2. Supervisi
Serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran demi pencapaian tujuan pembelajaran.
3. Kemampuan
Adalah apasitas seorang individu untuk melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan
4. Guru
Guru umumnya merujuk pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik.


secara lengkap dpt anda download di http://www.ziddu.com/download/16406153/PTS.rar.html.
semoga bermanfaat

PTS

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Sekolah
Sekolah Dasar Negeri Cilempuyang 01 adalah salah satu sekolah negeri yang berada di wilayah kerja UPT Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kecamatan Cimanggu Kabupaten Cilacap. Letak geografis Sekolah Dasar Negeri Cilempuyang 01 cukup strategis karena berada di wilayah yang padat penduduknya dan mempunyai halaman dan lapangan olahraga yang cukup luas dengan jumlah murid sebanyak 245, terdiri dari laki-laki sebanyak 126 siswa dan perempuan sebanyak 119 siswa.
Sekolah Dasar Negeri Cilempuyang 01 dikelola oleh seorang kepala sekolah berpendidikan Sarjana, dan empat guru berstatus PNS dengan latar belakang pendidikan sarjana, satu orang guru PNS dengan latar belakang sarjana muda pendidikan sekolah dasar serta dua orang guru wiyata bakti dengan pendidikan sarjana dan sarjana muda pendidikan.

B. Kerangka Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan
1. Kerangka Teori
a. Pembelajaran IPA

b. Metode Pembelajaran
Metodologi mengajar adalah ilmu yang mempelajari cara-cara untuk melakukan aktivitas yang tersistem dari sebuah lingkungan yang terdiri dari pendidik dan peserta didik untuk saling berinteraksi dalam melakukan suatu kegiatan sehingga proses belajar berjalan dengan baik dalam arti tujuan pengajaran tercapai.
Agar tujuan pengajaran tercapai sesuai dengan yang telah dirumuskan oleh pendidik, maka perlu mengetahui, mempelajari beberapa metode mengajar, serta dipraktekkan pada saat mengajar. Menurut Winarno Surakhmad (1984:96), metode adalah cara yang didalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan, berlaku baik bagi guru maupun siswa dalam kegiatan pembelajaran. Efektifitas pencapaian tujuan pembelajaran ditentukan oleh ketepatan guru dalam memilih metode pembelajaran sesuai dengan materi yang harus disampaikan pada siswa. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi suatu metode, diantaranya adalah siswa, tujuan pembelajaran, situasi setempat, fasilitas yang terdapat dalam kelas, dan profesionalisme guru.
Apabila tingkatan SD yang siswanya belum mampu berfikir abstrak, masih berfikir kongrit. Keabstrakan bahan pelajaran dapat dikongritkan dengan kehadiran media, sehinga anak didik lebih mudah mencerna bahan pelajaran daripada tanpa bantuan media. Dalam penggunaan media, perlu diperhatikan bahwa pemilihan media pengajaran haruslah jelas dengan tujuan pengajaran yang telah dirumuskan., apabila diabadikan media pengajaran bukanya membantu proses belajar mengajar, tapi sebagai penghambat dalam pencapaian tujuan secara efektif dan efesien. Dari uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan, membantu mempertegas bahan pelajaran, sehingaga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa dalam proses belajar.
c. Metode Drill / Latihan
Adapun metode drill (latihan siap) itu sendiri menurut beberapa pendapat memiliki arti sebagai berikut;
a. Suatu teknik yang dapat diartikan sebagai suatu cara mengajar di mana siswa melaksanakan kegiatan-kegiatan latihan, siswa memiliki ketangkasan atau keterampilan yang lebih tinggi dari apa yang telah dipelajari. (Roestiyah N.K, 1985:125).
b. Suatu metode dalam pendidikan dan pengajaran dengan jalan melatih anakanak terhadap bahan pelajaran yang sudah diberikan. (Zuhairini, dkk, 1983: 106).
c. Suatu kegiatan dalam melakukan hal yang sama secara berulang-ulang dan sungguh-sungguh dengan tujuan untuk memperkuat suatu asosiasi atau menyempumakan suatu keterampilan supaya menjadi permanen. (Shalahuddin,
dkk, 1987: 100).
Dari beberapa pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa metode drill (latihan siap) adalah suatu cara menyajikan bahan pelajaran dengan Jalan melatih siswa agar menguasai pelajaran dan terampil.
Dari segi pelaksanaannya siswa teriebih dahulu telah dibekali dengan pengetahuan secara teori secukupnya. Kemudian dengan tetap dibimbing oleh guru, siswa disuruh mempraktikkannya sehingga menjadi mahir dan terampil.
2. Tujuan Metode drill (latihan Siap)
Tujuan metode drill (latihan siap) adalah untuk memperoleh suatu ketangkasan, keterampilan tentang sesuatu yang dipelajari anak dengan melakukannya secara praktis pengetahuan-pengetahuan yang dipelajari anak itu. Dan siap dipergunakan bila sewaktu-waktu diperiukan. (Pasaribu dan B. Simandjuntak, 1986: 112).
Sedangkan menurut Roestiyah N.K (1985: 125-126) dalam strategi belajar mengajar teknik metode drill (latihan siap) ini biasanya dipergunakan untuk tujuan agar siswa:
a. Memiliki keterampilan motoris/gerak, seperti menghafal kata-kata, menulis, mempergunakan alat atau membuat suatu benda; melaksanakan gerak dalam olah raga.
b. Mengembangkan kecakapan intetek, seperti mengalikan, membagi, menjumlahkan, mengurangi, menarik akar dalam hitungan mencongak. Mengenal benda/bentuk dalam pelajaran matematika, ilmu pasti, ilmu kimia, tanda baca dan sebagainya.
c. Memiliki kemampuan menghubungkan antara sesuatu keadaan dengan hal lain, seperti sebab akibat banjir - hujan; antara tanda hurufdan bunyi -ing, -ny dan lain sebagainya; penggunaan lambang/simbol di dalam peta dan tarn-lain.
Dari keterangan-keterangan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan dari metode drill (latihan siap) adalah untuk melatih kecakapan-kecakapan motoris dan mental untuk memperkuat asosiasi yang dibuat.
3. Kebaikan Metode drill (Latihan Siap)
Menurut Yusufdan Syaifiil Anwar (1997: 66) kebaikan metode drill (latihan siap) adalah;
a. Dalam waktu yang tidak lama siswa dapat memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan.
b. Siswa memperoleh pengetahuan praktis dan siap pakai, mahir dan lancar.
c. Menumbuhkan kebiasaan belajar secara kontinue dan disiplin diri, melatih diri, belajar mandiri.
d. Pada pelafaran agama dengan melalui metode latihan siap ini anak didJk menjadi terbiasa dan menumbuhkan semangat untuk beramal kepada Allah.
Sedangkan menurut Zuhairini, dkk, (1983: 107) menguraikan hal tersebut sebagai berikut:
a. Dalam waktu relatif singkat, cepat dapat diperoleh penguasaan dan keterampilan yang diharapkan.
b.Para murid akan memiliki pengetahuan siap.
c. Akan menanamkan pada anak-anak kebiasaan belajar secara rutin dan disiplin.

4. Kekurangan Metode Drill (Latihan Slap)
Team Kurikulum Didakt'k Metodik Kurikulum IKIP Surabaya (1981: 45-46) dalam Pengantar Didaktik Metodik Kurikulum PBM menguraikan tentang kekurangan dari metode drill sebagai berikut:
a. Menghambat bakat dan inisiatif siswa MengaJar dengan metode drill berarti minat dan inisiatif siswa dianggap sebagai gangguan dalam belajar atau dianggap tidak layak dan kemudian dikesampingkan. Para siswa dibawa kepada kofomuitas dan diarahkan menjadi uniformitas.
b. Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan Perkembangan inisiatif di dalam menghadapi situasi baru atau masalah baru pelajar menyelesaikan persoalan dengan cara statis. Hal mi bertentangan dengan prinsip belajar di mana siswa seharusnya mengorganisasi kembali pengetahuan dan pengalaman sesuai dengan situasi yang mereka hadapi.
c. Membentuk kebiasaan yang kaku Dengan metode latihan siswa belajar secara mekanis. Dalam memberikan respon terhadap suatu stimulus siswa dibiasakan secara otomatis. Kecakapan siswa dalam memberikan respon stimulus dilakukan secara otomatis tanpa menggunakan vintelegensi. Tidaklah itu irrasional, hanya
berdasarkan routine saja.
d. Menimbulkan verbalisme
Setetah mengajarkan bahan pelajaran siswa berulang kali, guru mengadakan ulangan lebih-lebih jika menghadapi ujian. Siswa dilatih menghafal pertanyaan-pertanyaan (soal-soal). Mereka harus tahu, dan menghafal jawaban-jawaban atau pertanyaan-pertanyaan tertentu. Siswa harus dapat menjawab soal-soal secara otomatis. Karena itu maka proses belajar yang lebih realistis menjadi terdesak. Dan sebagai gantinya timbullah responrespon yang melalui bersifat verbalistis.

2. Hasil Penelitian yang Relevan
a. SRI MULYATI, Usaha Meningkatkan Hasil Belajar dan Aktivitas Belajar Siswa Kelas I Semester II Tahun Ajaran 2006/2007 Pokok Bahasan Menggunakan Nilai Tempat Dalam Penjumlahan dan Pengurangan dengan Menggunakan Model Pembelajaran Interaktif di SD Perumnas Banyumanik 14 Kecamatan Banyumanik Kota Semarang. Dalam pembelajaran matematika guru hendaknya mampu menciptakan suasana yang menyenangkan dengan tujuan agar siswa lebih tertarik terhadap pelajaran matematika. Siswa kelas I Sekolah Dasar Perumnas Banyumanik 14 masih mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal penjumlahan dan pengurangan. Salah satu upaya yang dapat ditempuh untuk membantu siswa dalam menyelesaikan soal-soal penjumlahan dan pengurangan adalah dengan menggunakan Model Pembelajaran Interaktif.
b. Ika Marlita Sari, Keefektifan Model Pembelajaran Interaktid Terhadap Hasil Belajar Matematika Pokok Bahasan Persamaan Garis Lurus Siswa Kelas VIII Smp Negeri 36 Semarang. Saat ini masih banyak siswa yang beranggapan bahwa mata pelajaran matematika sukar dipahami, bersifat abstrak, dan menjemukan, sehingga hasil belajar siswa kurang memuaskan. Oleh karena itu guru perlu mengusahakan pembelajaran yang lebih menarik. Di lain pihak, umumnya jumlah siswa pada suatu kelas terlalu besar, kurangnya alat pelajaran, dan siswa perlu mendapat kesempatan untuk bekerja dalam kelompok, serta memperolah umpan balik padahal waktu guru terbatas. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala tersebut adalah dengan menerapkan model pembelajaran interaktif.

C. Usulan Penyelesaian Masalah
Dengan mempertimbangkan dan merujuk pada beberapa pendapat ahli dan kenyataan yang ada di lapangan, maka usaha penyelesaian masalahnya adalah sebagai berikut :
1. Kepala sekolah dan guru bersepakat untuk melaksanakan penelitian tindakan sekolah untuk meningkatkan hasil belajar pembelajaran ilmu pengetahuan alam di kelas IV SD Negeri Cilempuyang 01.
2. Guru menerapkan metode drill pada pembelajaran IPA di kelas IV SD Negeri Cilempuyang 01.
3. Diharapkan penggunaan metode drill oleh guru pada pembelajaran IPA dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Cilempuyang 102.
Sukarman, ”STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN AKUNTANSI ANTARA METODE DRILL DENGAN METODE KONVENSIONAL DI SMA NEGERI I KARANGDOWO KLATEN TAHUN PELAJARAN 2008/2009”. Pengajaran akuntansi yang baik adalah pengajaran yang disesuaikan dengan kekhasan konsep atau pokok bahasan dan tingkat perkembangan berfikir siswa. Dalam hal ini, kertas kerja dan laporan keuangan merupakan pokok bahasan yang menekankan pada ketrampilan menyelesaikan soal dan pemecahan masalah. Dengan demikian diharapkan akan terdapat pengajaran dengan menggunakan metode drill atau latihan pada pokok bahasan kertas kerja dan laporan keuangan perusahaan dagang

Muradi Ahmad PELAKSANAAN METODE DRILL (LATIHAN SIAP)
DALAM PEMBELAJARAN BAHASA ARAB. Metode pembelajaran bahasa Arab yang sering digunakan oleh pengajar bagi pemula (baru belajar bahasa Arab) adalah metode drill (latihan siap). Sebab metode ini sesuai dengan fitrah bahasa dan fitrah manusia. Yang pertama kali berfungsi panca indra pada manusia adalah mendengar lalu kemudian berbicara. Di sinilah metode yang satu ini berperan. Oleh karena itu, guru atau pengajar bahasa (khususnya bahasa Arab) sangat berkepentingan memahami bagaimana pelaksanaan metode drill ini dalam pembelajaran bahasa Arab. Sebab yang menjadi tujuannya adalah agar siswa cepat tcrampil berbahasa Arab dalam waktu singkat.

kla pengin liat secara lengkap, nih linknya : http://www.ziddu.com/download/16406041/HARTUT.rar.html

Saturday, 10 September 2011

Contoh Proposal PTK

PROPOSAL
PENELITIAN TINDAKAN KELAS

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI POKOK PENGARUH GAYA TERHADAP BENTUK DAN GERAK SUATU BENDA MELALUI METODE EKSPERIMEN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN INTERAKTIF DI KELAS V SD NEGERI SADABUMI 03
KECAMATAN MAJENANG
KABUPATEN CILACAP


Disusun dan Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Tugas Akhir Program
dalam Mata Kuliah Pemantapan Kemampuan Profesional
(PDGK 4501) Program S1 PGSD FKIP
Universitas Terbuka






Oleh :

RODIATUS SA’ADAH
NIM. 817968635













UNIVERSITAS TERBUKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIT PROGRAM BELAJAR JARAK JAUH PURWOKERTO
2011
LEMBAR PENGESAHAN
PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Proposal penelitian tindakan kelas ini disusun dan diajukan sebagai persyaratan dalam penyusunan laporan pelaksanaan penelitian tindakan kelas pada mata kuliah Pemantapan Kemampuan Profesional (PDGK 4501) Program S1 PGSD FKIP Universitas Terbuka Jakarta.


Nama Mahasiswa : RODIATUS SA’ADAH
NIM : 817968635
Program Studi : S1 PGSD
Tempat Penelitian : Sekolah Dasar Negeri Sadabumi 03 Kecamatan Majenang Kabupaten Cilacap
Pembelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam
Kelas/Semester : V / 2

Masalah yang merupakan fokus perbaikan yaitu :
1. Bagaimana upaya meningkatkan keaktifan belajar siswa pada pembelajaran IPA materi pengaruh gaya terhadap bentuk dan gerak suatu benda dengan penerapan metode eksperimen dengan model pembelajaran interaktif?
2. Bagaimana upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA materi pengaruh gaya terhadap bentuk dan gerak suatu benda dengan penerapan metode eksperimen dengan model pembelajaran interaktif?


Cimanggu, April 2011
Menyetujui
Dosen Pembimbing




YONAS SUHARYONO, S.Pd, MM.Pd
NIP. 19590411 198403 1 008 Mahasiswa,


RODIATUS SA’ADAH
NIM. 817968635

DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR JUDUL i
LEMBAR PENGESAHAN ii
DAFTAR ISI iii
I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Perumusan Masalah 3
C. Tujuan Penelitian 3
D. Manfaat Penelitian 3
II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori 5
B. Kerangka Berpikir 18
C. Hipotesis Tindakan 20
III METODE PENELITIAN
A. Setting Penelitian 21
B. Subyek Penelitian 21
C. Data dan Sumber Data 21
D. Teknik Pengumpulan Data 22
E. Validitas Data 22
F. Teknik Analisa Data 23
G. Kriteria Keberhasilan 23
H. Prosedur Penelitian 24
DAFTAR PUSTAKA





BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Dalam kegiatan belajar mengajar di kelas V SDN Sadabumi 03 Kecamatan Majenang Kabupaten Cilacap pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam materi pengaruh gaya terhadap bentuk dan gerak suatu benda, secara klasikal hasil belajar siswa masih rendah, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya adanya rendahnya keaktifan belajar siswa yang berujung pada rendahnya hasil belajar siswa secara keseluruhan.
Hal tersebut dibuktikan pada pelaksanaan studi awal pembelajaran mata pelajaran IPA materi pengaruh gaya terhadap bentuk dan gerak suatu benda menunjukkan hasil belajar siswa yang kurang memuaskan. Dari 18 siswa kelas V yang mengikuti tes formatif hanya ada dua siswa (12,5%) yang dikategorikan tuntas belajar, sementara 18 siswa (87,5%) lainnya dinyatakan belum tuntas belajarnya karena masih mendapat nilai kurang dari 80.
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan data tersebut, peneliti meminta bantuan teman sejawat untuk membantu mengidentifikasi masalah dalam proses pembelajaran. Dari hasil diskusi terungkap beberapa masalah yang muncul dalam pelaksanaan pembelajaran, yaitu :
a. Rendahnya prestasi belajar siswa tentang pengaruh gaya terhadap bentuk dan gerak suatu benda
b. Rendahnya motivasi belajar siswa tentang pengaruh gaya terhadap bentuk dan gerak suatu benda
c. Siswa terlihat kurang merespon, sehingga kurang aktif dalam pembelajaran
d. Siswa kurang memahami konsep tentang pengaruh gaya terhadap bentuk dan gerak suatu benda
e. Rendahnya tingkat penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran yang berdampak pada hasil belajar siswa
2. Analisis Masalah
Berdasarkan indentifikasi masalah yang ada, refleksi diri dan studi literatur peneliti mencari dan menganalisis penyebab masalah yang terjadi diantaranya :
a. Guru kurang sesuai menerapkan metode pembelajaran
b. Guru kurang melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran
c. Guru dalam menjelaskan materi terlalu cepat.
d. Metode pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam penyampaian materi kurang tepat
e. Guru kurang mampu meningkatkan peran aktif siswa dapat pembelajaran.
Adapun prioritas masalah yang akan diteliti dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini adalah :
a. Rendahnya keaktifan belajar siswa pada mata pelajaran IPA materi pokok pengaruh gaya terhadap bentuk dan gerak suatu benda
b. Rendahnya prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA materi pokok pengaruh gaya terhadap bentuk dan gerak suatu benda
Melihat kondisi tersebut di atas, maka peneliti berusaha untuk mengatasi masalah-masalah yang timbul agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik sehingga prestasi belajar siswa dapat tercapai dengan penerapan metode eksperimen dengan model pembelajaran interaktif. Adapun yang menjadi tujuan perbaikan proses pembelajaran ini adalah :
a. Memperbaiki proses pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen dengan model pembelajaran interaktif.
b. Meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran
c. Meningkatkan hasil belajar siswa belajar sehingga tingkat ketuntasan belajar siswa dapat tercapai.
Dari hal di atas peneliti ingin melaksanakan penelitian tindakan kelas peningkatan prestasi belajar IPA materi pokok pengaruh gaya terhadap bentuk dan gerak suatu benda melalui penerapan metode eksperimen dengan model pembelajaran interaktif siswa kelas V SDN Sadabumi 03 Kecamatan Majenang Kabupaten Cilacap Tahun Pelajaran 2010/2011”.

B. Perumusan Masalah
Dari penjelasan pada latar belakang masalah dan melalui refleksi diri serta diskusi dengan teman sejawat, dapat disimpulkan beberapa rumusan masalahnya, yaitu :
1. Bagaimana upaya meningkatkan keaktifan belajar siswa pada pembelajaran IPA materi pengaruh gaya terhadap bentuk dan gerak suatu benda dengan penerapan metode eksperimen dengan model pembelajaran interaktif?
2. Bagaimana upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA materi pengaruh gaya terhadap bentuk dan gerak suatu benda dengan penerapan metode eksperimen dengan model pembelajaran interaktif?


C. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dari pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini adalah :
1. Untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran IPA materi pokok pengaruh gaya terhadap bentuk dan gerak suatu benda melalui model pembelajaran interaktif.
2. Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran IPA materi pokok pengaruh gaya terhadap bentuk dan gerak suatu benda melalui model pembelajaran interaktif.


D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini adalah :
1. Bagi Siswa
a. Meningkatkan hasil belajar siswa
b. Meningkatkan minat belajar siswa
c. Melalui pembelajaran aktif, menjadikan pembelajaran menjadi menyenangkan dan memudahkan siswa memahami dan mencapai kompetensi pembelajaran IPA.

2. Bagi Guru
a. Memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya.
b. Meningkatkan profesionalisme pembelajaran guru
c. Memberi kesempatan untuk berperan aktif mengembangkan pengetahuan dan keterampilan sendiri.
3. Bagi Sekolah
Pihak sekolah dengan sendirinya akan mengalami peningkatkan kualitas dengan ditandai oleh lulusan yang baik, kualitas dan variasi pembelajaran guru dan membaiknya motivasi siswa serta prestasi hasil belajar siswa pada pelajaran IPA khususnya dan mata pelajaran lain pada umumnya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Pembelajaran IPA
Istilah Ilmu Pengetahuan Alam atau IPA dikenal juga dengan istilah sains. Kata sains ini berasal dari bahasa Latin yaitu scientia yang berarti ”saya tahu”. Dalam bahasa Inggris, kata sains berasal dari kata science yang berarti ”pengetahuan”. Science kemudian berkembang menjadi social science yang dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan ilmu pengetahuan sosial (IPS) dan natural science yang dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan ilmu pengetahuan alam (IPA).
Dalam proses pendidikan, tidak terlepas dari kata belajar mengajar. Keduanya merupakan komponen utama dalam pendidikan. Belajar merupakan suatu proses yang menghasilkan perubahan. Menurut Ngalim Purwanto (1995: 85) mengemukakan bahwa belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku dimana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang buruk. IPA merupakan cabang pengetahuan yang berawal dari fenomena alam. IPA didefinisikan sebagai sekumpulan pengetahuan tentang objek dan fenomena alam yang diperoleh dari hasil pemikiran dan penyelidikan ilmuwan yang dilakukan dengan keterampilan bereksperimen dengan menggunakan metode ilmiah.
Dalam proses pendidikan, tidak terlepas dari kata belajar mengajar. Keduanya merupakan komponen utama dalam pendidikan. Belajar merupakan suatu proses yang menghasilkan perubahan. Menurut Ngalim Purwanto (1995: 85) mengemukakan bahwa belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku dimana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang buruk.
Pada dasarnya manusia ingin tahu lebih banyak tentang IPA atau Sains, antara lain sifat sains, model sains, dan filsafat sains. Pada saat setiap orang mengakui pentingnya sains dipelajari dan dipahami, tidak semua masyarakat mendukung. Pada umumnya siswa merasa bahwa sains sulit, dan untuk mempelajari sains harus mempunyai kemampuan memadai seperti bila akan menjadi seorang ilmuan. Ada tiga alasan perlunya memahami sains antara lain, pertama bahwa kita membutuhkan lebih banyak ilmuan yang baik, kedua untuk mendapatkan penghasilan, ketiga karena tiap kurikulum menuntut untuk mempelajari sains. Mendefinisikan sains secara sederhana, singkat dan yang dapat diterima secara universal sangat sulit dibandingkan dengan mendefinisikan ilmu-ilmu lain.
Beberapa ilmuwan memberikan definisi sains sesuai dengan pengamatan dan pemahamannya. Carin (1993:3) mendefinisikan science sebagai The activity of questioning and exploring the universe and finding and expressing it’s hidden order, yaitu “ Suatu kegiatan berupa pertanyaan dan penyelidikan alam semesta dan penemuan dan pengungkapan serangkaian rahasia alam.
Sains mengandung makna pengajuan pertanyaan, pencarian jawaban, pemahaman jawaban, penyempurnaan jawaban baik tentang gejala maupun karakteristik alam sekitar melalui cara-cara sistematis (Depdiknas,2002a: 1).
Belajar sains tidak sekedar belajar informasi sains tentang fakta, konsep, prinsip, hukum dalam wujud ‘pengetahuan deklaratif’, akan tetapi belajar sains juga belajar tentang cara memperoleh informasi sains, cara sains dan teknologi bekerja dalam bentuk pengetahuan prosedural, termasuk kebiasaan bekerja ilmiah dengan metode ilmiah dan sikap ilmiah.
Berdasar pada definisi yang telah dikemukakan sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa sains selain sebagai produk juga sebagai proses tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Pernyataan di atas selaras dengan pendapat Carin yang menyatakan bahwa sains sebagai produk atau isi mencakup fakta, konsep, prinsip, hukum-hukum dan teori sains. Fakta merupakan kegiatan-kegiatan empiris di dalam sains dan konsep, prinsip, hukum-hukum, teori merupakan kegiatan-kegiatan analisis di dalam sains. Sebagai proses sains dipandang sebagai kerja atau sesuatu yang harus dilakukan dan diteliti yang dikenal dengan proses ilmiah atau metode ilmiah, melalui keterampilan menemukan antara lain, mengamati, mengklasifikasi, mengukur, menggunakan keterampilan spesial, mengkomunikasikan, memprediksi, menduga, mendefinisikan secara operasional, merumuskan hipotesis, menginterprestasikan data, mengontrol variabel, melakukan eksperimen. Sebagai sikap sains dipandang sebagai sikap ilmiah yang mencakup rasa ingin tahu, berusaha untuk membuktikan menjadi skeptis, menerima perbedaan, bersikap kooperatif, menerima kegagalan sebagai suatu hal yang positif.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada hakekatnya sains terdiri atas tiga komponen, yaitu produk, proses, dan sikap ilmiah. Jadi tidak hanya terdiri atas kumpulan pengetahuan atau fakta yang dihafal, namun juga merupakan kegiatan atau proses aktif menggunakan pikiran dalam mempelajari rahasia gejala alam.
2. Keaktifan Belajar
Menurut Anton M. Mulyono (2001 : 26) keaktifan adalah kegiatan atau aktivitas atau segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatankegiatan yang terjadi baik fisik maupun non fisik. Menurut Sanjaya (2007:101-106) aktivitas tidak hanya ditentukan oleh aktivitas fisik semata, tetapi juga ditentukan oleh aktivitas non fisik seperti mental, intelektual dan emosional. Keaktifan yang dimaksudkan di sini penekanannya adalah pada siswa, sebab dengan adanya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan tercipta situasi belajar aktif.
Menurut Rochman Natawijaya (dalam Depdiknas 2005 : 31) belajar aktif adalah suatu sistem belajar mengajar yang menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental intelektual dan emosional guna memperoleh hasil belajar yang berupa perpaduan antara aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Belajar aktif sangat diperlukan oleh siswa untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimum. Ketika siswa pasif atau hanya menerima informasi dari guru saja, akan timbul kecenderungan untuk cepat melupakan apa yang telah diberikan oleh guru, oleh karena itu diperlukan perangkat tertentu untuk dapat mengingatkan yang baru saja diterima dari guru.
Proses pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas merupakan aktivitas mentransformasikan pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Dalam kegiatan pembelajaran ini sangat dituntut keaktifan siswa, dimana siswa adalah subjek yang banyak melakukan kegiatan, sedangkan guru lebih banyak membimbing dan mengarahkan.
Menurut Raka Joni (1992: 19-20) dan Martinis Yamin (2007: 80- 81) menjelaskan bahwa keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran dapat dilaksanakan manakala : (1) pembelajaran yang dilakukan lebih berpusat pada siswa, (2) guru berperan sebagai pembimbing supaya terjadi pengalaman dalam belajar (3) tujuan kegiatan pembelajaran tercapai kemampuan minimal siswa (kompetensi dasar), (4) pengelolaan kegiatan pembelajaran lebih menekankan pada kreativitas siswa, meningkatkan kemampuan minimalnya, dan mencapai siswa yang kreatif serta mampu menguasai konsep-konsep, dan (5) melakukan pengukuran secara kontinu dalam berbagai aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, keaktifan adalah kegiatan (Poerwodarminto, 1992 : 17), sedang belajar merupakan proses perubahan pada diri individu kearah yang lebih baik yang bersifat tetap berkat adanya interaksi dan latihan. Jadi keaktifan belajar adalah suatu kegiatan individu yang dapat membawa perubahan kearah yang lebih baik pada diri individu karena adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungan.
Keaktifan belajar adalah suatu kegiatan yang menimbulkan perubahan pada diri individu baik tingkah laku maupun kepribadian yang bersifat kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian yang bersifat konstan dan berbekas. Keaktifan belajar akan terjadi pada diri siswa apabila terdapat interaksi antara situasi stimulus dengan isi memori, sehingga perilaku siswa berubah dari waktu sebelum dan sesudah adanya situasi stimulus tersebut.
Selama proses belajar siswa dituntut aktivitasnya untuk mendengarkan, memperhatikan dan mencerna pelajaran yang diberikan guru, disamping itu sangat dimungkinkan para siswa memberikan balikan berupa pertanyaan, gagasan pikiran, perasaan, keinginannya. Guru hendaknya mampu membina rasa keberanian, keingintahuan siswa, untuk itu siswa hendaknya merasa aman, nyaman, dan kondusif dalam belajar. Peran guru dalam pembelajaran siswa aktif adalah sebagai fasilitator dan pembimbing siswa yang memberi berbagai kemudahan siswa dalam belajar serta mampu mendorong siswa untuk belajar seoptimal mungkin.
Keaktifan belajar adalah aktifitas yang bersifat fisik maupun mental (Sardiman: 2001: 99). Selama kegiatan belajar kedua aktifitas tersebut harus terkait, sehingga akan mengahasilkan aktifitas belajar yang optimal.
3. Pengertian Prestasi Belajar
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, prestasi berarti hasil yang telah dicapai setelah melakukan kegiatan (Depdiknas, 2003:895). Istilah prestasi sangat banyak digunakan dalam berbagai bidang kegiatan antara lain dalam bidang kesenian, olahraga, pendidikan, dan pengajaran.
Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu dalam lingkungannya. Dengan demikian belajar dapat terjadi kapan saja, di mana saja, dan dengan siapa saja, sepanjang adanya perubahan tingkah laku dan hasil pengalaman individu dengan lingkungannya. Dengan belajar maka manusia akan mengalami perubahan kualitatif sehingga perbuatan, sikap dan tingkah lakunya akan berkembang.
Belajar yang merupakan aktifitas, pasti memiliki faktor yang berpengaruh. Pengaruh positif membuat belajar menjadi lebih berhasil dan pengaruh negatif akan membuat belajar kurang berhasil.
Menurut Tabrani Rusyam, Atasy Kusnidar, Zaenal Arifin, (1986 : 61) bahwa prestasi belajar yang dicapai individu merupakan interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhinya, baik dari dalam (faktor intern) maupun faktor dari luar individu (ekstern). Jadi yang dimaksud prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh seseorang setelah melakukan aktivitas belajar.
4. Metode Pembelajaran
Metodologi mengajar adalah ilmu yang mempelajari cara-cara untuk melakukan aktivitas yang tersistem dari sebuah lingkungan yang terdiri dari pendidik dan peserta didik untuk saling berinteraksi dalam melakukan suatu kegiatan sehingga proses belajar berjalan dengan baik dalam arti tujuan pengajaran tercapai.
Metode pembelajaran adalah prosedur, urutan,langkah- langkah, dan cara yang digunakan guru dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Dapat dikatakan bahwa metode pembelajaran merupakan jabaran dari pendekatan. Satu pendekatan dapat dijabarkan ke dalam berbagai metode pembelajaran. Dapat pula dikatakan bahwa metode adalah prosedur pembelajaran yang difokuskan ke pencapaian tujuan.
Belajar atau pembelajaran adalah merupakan sebuah kegiatan yang wajib kita lakukan dan kita berikan kepada anak-anak kita. Karena ia merupakan kunci sukses unutk menggapai masa depan yang cerah, mempersiapkan generasi bangsa dengan wawasan ilmu pengetahuan yang tinggi. Yang pada akhirnya akan berguna bagi bangsa, negara, dan agama. Melihat peran yang begitu vital, maka menerapkan metode yang efektif dan efisien adalah sebuah keharusan. Dengan harapan proses belajar mengajar akan berjalan menyenakngkan dan tidak membosankan.
Agar tujuan pengajaran tercapai sesuai dengan yang telah dirumuskan oleh pendidik, maka perlu mengetahui, mempelajari beberapa metode mengajar, serta dipraktekkan pada saat mengajar. Menurut Winarno Surakhmad (1984:96), metode adalah cara yang didalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan, berlaku baik bagi guru maupun siswa dalam kegiatan pembelajaran. Efektifitas pencapaian tujuan pembelajaran ditentukan oleh ketepatan guru dalam memilih metode pembelajaran sesuai dengan materi yang harus disampaikan pada siswa. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi suatu metode, diantaranya adalah siswa, tujuan pembelajaran, situasi setempat, fasilitas yang terdapat dalam kelas, dan profesionalisme guru.
Apabila tingkatan SD yang siswanya belum mampu berfikir abstrak, masih berfikir kongrit. Keabstrakan bahan pelajaran dapat dikongritkan dengan kehadiran media, sehinga anak didik lebih mudah mencerna bahan pelajaran daripada tanpa bantuan media. Dalam penggunaan media, perlu diperhatikan bahwa pemilihan media pengajaran haruslah jelas dengan tujuan pengajaran yang telah dirumuskan., apabila diabadikan media pengajaran bukanya membantu proses belajar mengajar, tapi sebagai penghambat dalam pencapaian tujuan secara efektif dan efesien. Dari uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan, membantu mempertegas bahan pelajaran, sehingaga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa dalam proses belajar.
5. Metode Eksperimen
Mempelajari IPA kurang dapat berhasil bila tidak ditunjang dengan kegiatan eksperimen di laboratorium. Laboratorium IPA tidak hanya sebatas ruangan khusus yang dibatasi dinding, tetapi dapat lebih luas mencakup laboratorium terbuka berupa alam semesta. Dalam proses pembelajaran dengan me-tode ini siswa diberi kesempatan untuk mengalami atau melakukan eksperimen sendiri baik secara individual maupun kelompok kecil.
Ada dua istilah berbeda yang sering digunakan berkaitan dengan metode eksperimen ini, yaitu praktikum (practical work) dan eksperimen. Praktikum lebih cenderung untuk membangun keterampilan menggunakan alat-alat IPA atau mempraktikkan suatu teknik/prosedur tertentu. Sedangkan eksperimen bertujuan untuk mengetahui/menyelidiki sesuatu yang baru menggunakan alat-alat sains tertentu. Baik praktikum maupun eksperimen memegang peranan yang penting dalam pendidikan sains, karena dapat memberikan latihan metode dan sikap ilmiah bagi siswa.
Dalam menyusun petunjuk praktikum/eksperimen, guru harus dapat menyajikan lembar kerja siswa (LKS) yang mengajak siswa berpikir dalam me-laksanakan tugas prakteknya. Perlu dihindarkan LKS yang berbentuk cookbook, yang petunjuknya begitu lengkap sehingga siswa hanya bekerja seperti mesin dan tidak ada peluang untuk melatih kemampuan berpikir, bersikap dan bertindak yang ilmiah dan efektif.
Metode eksperimen sebagai salah satu metode pembelajaran adalah suatu cara penyajian bahan pembelajaran dengan mencoba mengerjakan sesuatu serta mengadakan pengamatan langsung terhadap suatu proses eksperimen. Menurut Winarno Surakhmad (1984:21) dengan metode eksperimen dapat diketahui dan dijawab pertanyaan diantaranya Bagaimana cara mengerjakannya ? cara manakah yang paling baik ? Apa yang akan terjadi dengan reaksi itu ?
Menurut Robert J.H. Navighurt (dalam Rusna Ristasa. 1995:71), anak usia sekolah dasar memiliki karakteristik senang bermain, senang bergerak, senang belajar atau bekerja dalam kelompok, dan senang melakukan atau melaksanakan serta meragakan sesuatu secara langsung.
Karakteristik ini membawa implikasi bahwa guru harus mampu merancang model pembelajaran yang memungkinkan adanya unsur permainan, anak berpindah atau bergerak, anak bekerja atau belajar dalam kelompok dan anak terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran dan penemuan informasi.
Di samping itu Richard Suchman (dalam Widiarni, 1995:19), mengemukakan bahwa siswa akan memiliki motivasi alamiah untuk meneliti atau berinkuri. Dan dalam penelitian membutuhkan partisipasi aktif dari anak didik untuk meneliti sendiri secara ilmiah masalah yang dihadapi. prosedur metode eksperimen memungkinkan siswa melakukan eksperimen untuk membuktikan sendiri sesuatu pertanyaan atau hipotesis yang dipelajari. Metode ini dapat menumbuhkan cara berpikir rasional dan ilmiah.
Menurut Toto Ruhimat (dalam Udin S.W.1997:167), metode eksperimen memiliki karakteristik :
1) Ada alat bantu yang digunakan;
2) Siswa aktif mencobakan;
3) Guru membimbing;
4) Tempat dikondisikan;
5) Ada pedoman untuk siswa;
6) Ada topik yang di eksperimen;
7) Ada temuan-temuan.
Sedangkan bagi siswa dapat memperoleh pengalaman belajar : 1) Mengamati sesuatu; 2) Membuktikan sesuatu; 3) Menemukan hasil eksperimen; 4) Membuat kesimpulan; 5) Membangkitkan rasa ingin tahu; 6) Menerapkan konsep informasi dari eksperimen.
Keunggulan-keunggulan penggunaan metode eksperimen
1) Dapat membangkitkan rasa ingin tahu siswa;
2) Dapat membangkitkan rasa ingin menguji sesuatu;
3) Menimbulkan rasa kurang puas, ingin lebih baik;
4) Isi pembelajaran dapat bersifat aktual;
5) Siswa dapat membuktikan sesuatu;
6) Dapat mengembangkan sikap kritis dan ilmiah;
7) Belajar membuktikan sesuatu.
Dari pendapat beberapa pakar di atas dapat disimpulkan bahwa metode eksperimen adalah suatu cara memberikan kesempatan kepada siswa secara perseorangan atau kelompok untuk berlatih melakukan suatu proses eksperimen secara mandiri. Karena melalui berbagai eksperimen, anak akan menemukan pengetahuan dan keterampilan. Metode eksperimen sangat bermanfaat untuk mengembangkan sikap ilmiah pada siswa.
6. Model Pembelajaran Interaktif
Menurut Balen (dalam Ihsan,1993:43) pengembangan keterampilan yang harus dimiliki siswa adalah keterampilan berpikir, keterampilan sosial, dan keterampilan praktis. Keterampilan berpikir dikembangkan untuk melatih siswa berpikir logis dan sistematis melalui proses belajar mengajar dengan model pengembangan berpikir kritis, keterampilan sosial dan praktis melalui model dialog kreatif. Ketiga keterampilan tersebut dapat dikembangkan dalam situasi pembelajaran yang interaktif antara guru dan siswa dan antara siswa dan siswa.
Optimalisasi interaksi dalam belajar mengajar bergantung pada beberapa faktor yang menyangkut kesiapan siswa dan guru yang meliputi : faktor minat dan perhatian siswa; faktor motivasi; faktor latar atau konteks; faktor perbedaan individu; faktor sosialisasi; faktor belajar sambil bermain; faktor belajar sambil bekerja; faktor in kuiri; faktor memecahkan masalah.
Dalam model pembelajaran interaktif memberi peluang bagi guru untuk mengembangkan dialog interaktif, sehingga dalam proses belajar mengajar memerlukan partisipasi siswa secara aktif dan kreatif. Peran guru dalam pembelajaran Ilmu Pengetahun Sosial mempunyai hubungan yang erat dengan cara pengembangan keterampilannya.
Brookfield, (dalam Prayekti, 1987:18). Menyatakan bahwa dalam pelaksanaannya berbagai prinsip belajar mengajar aktif yang menganut azab keluwesan interaksi guru dengan siswa, siswa dengan siswa, siswa dan guru dengan sarana belajar, didasarkan pada dialog transaksional yaitu proses belajar mengajar yang dilaksanakan secara interaktif antara guru dengan siswa.
Secara khusus, istilah model diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan suatu kegiatan. Sobry Sutikno (2004 :15) mengartikan model merupakan gambaran tentang keadaan nyata. Model pembelajaran atau model mengajar sebagai suatu rencana atau pola yang digunakan dalam mengatur materi pelajaran, dan memberi petunjuk kepada mengajar di kelas dalam setting pengajaran. Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakann aktivitas belajar mengajar.
Model pembelajaran interaktif sering dikenal dengan nama pendekatan pertanyaan anak. Model ini dirancang agar siswa akan bertanya dan kemudian menemukan jawaban pertanyaan mereka sendiri (Faire & Cosgrove dalam Harlen, 1992). Meskipun anak-anak mengajukan pertanyaan dalam kegiatan bebas, pertanyaan-pertanyaan tersebut akan terlalu melebar dan seringkali kabur sehingga kurang terfokus. Guru perlu mengambil langkah khusus untuk mengumpulkan, memilah, dan mengubah pertanyaan-pertanyaan tersebut ke dalam kegiatan khusus. Pembelajaran interaktif merinci langkah-langkah ini dan menampilkan suatu struktur untuk suatu pelajaran IPA yang melibatkan pengumpulan dan pertimbangan terhadap pertanyaan-pertanyaan siswa sebagai pusatnya (Harlen, 1992:48-50).
Model pembelajaran interaktif dimulai dari :
a. Mengajukan pertanyaan sifatnya mengandung permasalahan atau bersifat inkuiri. Wilson (dalam Trowbridge, 1990 : 51) menyatakan bahwa model inkuiri adalah sebuah model proses pengajaran yang berdasarkan atas teori belajar dan perilaku. Inkuiri merupakan suatu cara mengajar murid-murid bagaimana belajar dengan menggunakan keterampilan, proses, sikap, dan pengetahuan berpikir rasional
b. Membimbing siswa untuk mencari dan menemukan informasi yang berkenaan dengan permasalahan (misal : buku sumber).
c. Siswa diberi kesempatan untuk menjawab setiap permasalahan dan membuat kesimpulan.
d. Guru membimbing siswa untuk mendapatkan kesimpulan permasalahan secara keseluruhan.
Model pembelajaran kreatif ini memberi peluang kepada guru untuk melaksanakan perannya sebagai fasilisator, mediator, motivator dan demonstrator. Bahkan menurut Parawangsa dan Abdullah (1988 : 84) guru juga berperan sebagai pembimbing, evaluator, pengembang materi pembelajaran (demonstrator), pengelola PBM dan agen pembaharu (agent of change).
Pengembangan model dialog kreatif erat kaitannya dengan strategi mengajar bertanya efektif. Guru memberi kesempatan siswa bertanya dan guru tidak memotong atau menyalahkan pertanyaan siswa. Guru tidak menjawab pertanyaan, tetapi memberi kesempatan siswa lain untuk bertanya. Jika siswa tidak berani bertanya, guru mengembangkan kreatifnya untuk mengajukan pertanyaan dan memberi kesempatan siswa untuk menjawab.
Jenis pertanyaan yang dapat mengembangkan model dialog kreatif adalah : (a) pertanyaan mengingat; (b) pertanyaan mendiskripsikan; (c) pertanyaan menjelaskan; (d) pertanyaan sintesis; (e) pertanyaan menilai; dan (f) pertanyaan terbuka.
Dalam proses pembelajaran keterlibatan siswa harus secara totalitas. Artinya, melibatkan pikiran, penglihatan, pendengaran dan psikomotor. Jadi, dalam proses pembelajaran seorang guru harus mengajak siswa untuk mendengarkan, menyajikan media yang dapat dilihat, memberi kesempatan untuk menulis, dan mengajukan pertanyaan atau tanggapan, sehingga terjadi dialog kreatif yang menunjukkan proses belajar mengajar yang interaktif. Situasi belajar seperti ini dapat tercipta melalui penggunaan pendekatan partisipatoris.
7. Gaya dapat Merubah Bentuk Benda
Gerakan mendorong atau menarik yang menyebabkan benda bergerak disebut gaya. Gaya yang dikerjakan pada suatu benda akan mempengaruhi benda tersebut. Gaya terhadap suatu benda dapat mengakibatkan benda bergerak, berubah bentuk, dan berubah arah. Berdasarkan sumbernya, gaya dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu gaya magnet, gaya gravitasi, dan gaya gesekan. Gaya magnet adalah Tarikan atau dorongan yang disebabkan oleh magnet, sedangkan gaya gravitasi adalah gaya tarik bumi yang menyebabkan benda yang ada di bumi tertarik ke bawah, dan gaya gesekan adalah gaya yang ditimbulkan karena dua permukaan yang saling bersentuhan.
Contoh penggunaan gaya magnet dalam kehidupan sehari-hari dalam di antaranya adalah pengunci kotak pensil atau tas, kompas, speaker radio, mikrofon, antena pada mobil remot kontrol, dan alarm pengaman mobil. Magnet juga digunakan pada alat-alat berat untuk mengangkut benda- benda dari besi. Magnet tersebut berasal dari aliran listrik oleh karena itu disebut elektromagnet. Jika tidak ada aliran listrik maka sifat kemagnetannya akan hilang, sedangkan gaya gravitasi yang terjadi pada benda yang jatuh dari ketinggian tertentu tentunya berbeda-beda. Hal ini disebabkan karena gaya gravitasi dipengaruhi oleh ukuran dan bentuk benda tersebut.
Gravitasi adalah gaya tarik-menarik yang terjadi antara semua partikel yang mempunyai massa di alam semesta. Bumi yang mempunyai massa yang sangat besar menghasilkan gaya gravitasi yang sangat besar untuk menarik benda-benda di sekitarnya, termasuk benda-benda yang ada di bumi. Gaya gravitasi ini juga menarik benda-benda yang ada di luar angkasa seperti meteor, satelit buatan manusia, dan bulan. Gaya tarik ini menyebabkan benda-benda tersebut selalu berada di tempatnya, sedangkan gaya gesekan merupakan gaya yang ditimbulkan oleh dua pemukaan yang saling bersentuhan. Sebagai contoh lantai yang licin membuat kita sulit berjalan di atasnya karena gaya gesekan yang terjadi antara kaki kita dengan lantai sangat kecil. Manfaat gaya gesekan dalam kehidupan sehari-hari : ( a) Membantu benda bergerak tanpa tergelincir, (b) menghentikan benda yang sedang bergerak. Sedangkan kerugiannya antara lain : (a) menghambat gerakan, (b) menyebabkan aus.
Jadi dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa gaya pada benda juga mengakibatkan benda berubah bentuk. Sebagai contohnya, ketika bermain dengan plastisin maka plastisin tersebut dapat membuat berbagai macam bentuk. Gaya tangan menyebabkan bentuk plastisin berubah sesuai dengan bentuk yang diinginkan. (Heri Sulistyanto, 2007 : 89-92).
B. Kerangka Berpikir
Dalam kegiatan belajar mengajar di kelas V SDN Sadabumi 03 Kecamatan Majenang Kabupaten Cilacap pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam materi pengaruh gaya terhadap bentuk dan gerak suatu benda, secara klasikal hasil belajar siswa masih rendah, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya adanya rendahnya keaktifan belajar siswa yang berujung pada rendahnya hasil belajar siswa secara keseluruhan.
Prosedur metode eksperimen memungkinkan siswa melakukan eksperimen untuk membuktikan sendiri sesuatu pertanyaan atau hipotesis yang dipelajari. Metode ini dapat menumbuhkan cara berpikir rasional dan ilmiah.
Berdasarkan data tersebut, peneliti meminta bantuan teman sejawat untuk membantu mengidentifikasi masalah dalam proses pembelajaran. Dari hasil diskusi terungkap beberapa masalah yang muncul dalam pelaksanaan pembelajaran, yaitu :
a. Rendahnya prestasi belajar siswa tentang pengaruh gaya terhadap bentuk dan gerak suatu benda
b. Rendahnya motivasi belajar siswa tentang pengaruh gaya terhadap bentuk dan gerak suatu benda
c. Siswa terlihat kurang merespon, sehingga kurang aktif dalam pembelajaran
d. Siswa kurang memahami konsep tentang pengaruh gaya terhadap bentuk dan gerak suatu benda
e. Rendahnya tingkat penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran yang berdampak pada hasil belajar siswa
Dari hal di atas peneliti ingin melaksanakan penelitian tindakan kelas peningkatan prestasi belajar IPA materi pokok pengaruh gaya terhadap bentuk dan gerak suatu benda melalui penerapan metode eksperimen dengan model pembelajaran interaktif siswa kelas V SDN Sadabumi 03 Kecamatan Majenang Kabupaten Cilacap Tahun Pelajaran 2010/2011”.
Dalam bentuk diagram, kerangka berpikir pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut :





























Gambar 2.1. Kerangka Berpikir Penelitian Tindakan Kelas
C. Hipotesis Tindakan
Dengan mempertimbangkan dan merujuk pada beberapa pendapat ahli, disusunlah hipotesis tindakan sebagai berikut :
1. Penerapan model pembelajaran Interaktif meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran IPA materi pokok pengaruh gaya terhadap bentuk dan gerak suatu benda.
2. Penerapan model pembelajaran Interaktif meningkatkan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran IPA materi pokok pengaruh gaya terhadap bentuk dan gerak suatu benda.


BAB III
METODE PENELITIAN

A. Setting Penelitian
1. Tempat Penelitian
Dalam penilitian ini penulis mengambil lokasi di SD Negeri Sadabumi 03 UPT Disdikpora Kecamatan Majenang Kabupaten Cilacap.. Penulis mengambil lokasi atau tempat ini dengan pertimbangan bekerja pada sekolah tersebut, sehingga memudahkan dalam mencari data, peluang waktu yang luas dan subjek penlitian yang sangat sesuai dengan profesi penulis
2. Waktu penelitian
Dengan beberapa pertimbangan dan alasan penulis menentukan menggunakan waktu penelitian selama 4 minggu pada bulan Maret dan April 2011. Waktu dari perencanaan sampai penulisan laporan hasil penelitian tersebut pada semester II Tahun pelajaran 2010/2011.


B. Subjek Penelitian
Subjek pelaksanaan perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Sadabumi 03 UPT Disdikpora Kecamatan Majenang Kabupaten Cilacap Tahun Pelajaran 2010/2011.


C. Data dan Sumber Data
1. Data
Data yang dikumpulkan adalah data kualitatif dan kuantitatif yang terdiri atas:
a. Proses belajar mengajar
b. Data Hasil Belajar / tes formatif
c. Data keterkaitan antara perencanaan dengan pelaksanaan kegiatan
2. Sumber Data
Sumber Data dalam penelitian ini adalah siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Sadabumi 03 UPT Disdikpora Kecamatan Majenang Kabupaten Cilacap dengan jumlah siswa sebanyak 18 orang terdiri dari siswa laki-laki sebanyak 9 orang dan perempuan 9 orang.

D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah:
1. Tes, yaitu digunakan untuk mengetahui peningkatan penguasaan materi setiap siklus.
2. Lembar observasi, yaitu digunakan untuk mengetahui situasi belajar mengajar (seperti: perubahan sikap dan perilaku belajar siswa) pada saat dilakukannya tindakan.

E. Validitas Data
Untuk menjamin kebenaran data yang dikumpulkan dan dicatat dalam penelitian maka dipilih dan ditentukan cara-cara yang tepat untuk mengembangkan validitas data yang diperolehnya. Dalam penelitian ini akan digunakan teknik triangulasi. Menurut Lexy Moeleong (2000:178) Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu, untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut.
Dalam penelitian ini validitas data dilakukan dengan teknik triangulasi. Triangulasi dilakukan dengan maksud untuk mengecek kebenaran data yang diperoleh dan membandingkannya dengan data yang diperoleh dari sumber lain. Kebenaran hasil wawancara dengan wali kelas dapat dibandingkan dengan arsip atau dokumen maupun melalui pengarnatan ketika proses belajar berlangsung. Triangulasi sumber data dilakukan untuk mengecek kebenaran data dari guru kelas maupun anak. Sedangkan triangulasi metode dilakukan dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda untuk mendapatkan data yang sama. Observasi dapat dicek kebenarannya dari arsip atau dokumen dan wawancara..

F. Teknik Analisis Data
Pada penelitian tindakan kelas, data dianalisis sejak tindakan pembelajaran dilakukan, dilambangkan selama proses refleksi sampai proses penyusunan laporan. Analisis data ini dilakukan secara kualitatif melalui tiga alur. Menurut Miles dan Hubermen (1992: 15-20) alur yang meliputi reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Sedang menurut Sutama (2000:104) reduksi adalah proses pemilihan pemusatan perhatian pada penyederhanaan dan transportasi data kasar yang muncul dari catatan tertulis di lapangan. Dalam penelitian ini data diperoleh dari tes, observasi dan wawancara terhadap pihak-pihak yang terkait langsung dalam proses belajar mengajar, hasil reduksi berupa uraian singkat yang telah digolongkan dalam suatu kegiatan tertentu.
Penyajian data berupa sekumpulan infomasi dalam bentuk teks naratif yang disusun, diatur serta diringkas dalam bentuk kategori sehingga mudah dipahami makna yang terkandung didalamnya. Sedangkan penarikan kesimpulan dilaksanakan secara bertahap yaitu dari kumpulan makna setiap kategori disimpulkan sementara, kemudian diadakan vertifikasi untuk menyimpulkan dengan tepat melalui diskusi bersama mitra kolaborasi agar memperoleh derajat kepercayaan yang tinggi. Analisis data menggunakan analisis deskriptif komperatif dengan grafik yaitu membandingkan kondisi nilai tes awal siklus I dan nilai tes setelah siklus III.

G. Kriteria Keberhasilan
Kriteria yang digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan melalui upaya perbaikan pembelajaran sebagai berikut :
1. Penerapan model pembelajaran interaktif dalam meningkatkan keaktifan belajar siswa pada pembelajaran ipa materi pokok pengaruh gaya terhadap bentuk dan gerak suatu benda, minimal 85%.
2. Penerapan model pembelajaran interaktif dapat meningkatkan prestasi belajar IPA materi pokok pengaruh gaya terhadap bentuk dan gerak suatu benda secara individual minimal mencapai KKM yaitu 80 dan secara klasikal minimal 85% siswa tuntas belajarnya.
H. Prosedur Penelitian
Pelaksanaan prosedur penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut :
1 Siklus I
a. Tahap perencanaan tindakan.
Dalam tahap perencanaan tindakan pada siklus ini, kegiatan yang dilakukan adalah:
1) Peneliti menyusun silabus yang berkaitan dengan materi pembelajaran.
2) Merancang alat pengumpul data yang berupa tes dan digunakan untuk mengetahui pemahaman kemampuan siswa yang berkaitan dengan materi pembelajaran.
b. Tahap pelaksanaan tindakan.
1) Pada siswa diberikan penjelasan umum tentang tujuan penelitian tindakan kelas sesuai dengan rancangan yang telah direncanakan, baik mengenahi pengumpulan data maupun kegiatan –kegiatan yang lain.
Kegiatan dalam penelitian tindakan kelas ini meliputi : (a) Memberikan penjelasan secara umum tentang materi yang diajarkan dengan mengunakan strategi pembelajaran aktif dengan tehnik menstimulir rasa ingin tahu siswa (b) Mendorong siswa yang belum aktif untuk aktif dalam mengikuti pembelajaran. (c) Mengamati dan mencatata siswa yang berpartisipasi aktif dalam pembelajaran (d) Mengumpulkan hasil pengujian yang diperoleh siswa dalam mengerjakan tugas (e) Menganalisis hasil tes yang diberikan setelah siswa diajar dengan tehnik menstimulir secara kelompok besar.
2) Peneliti mengajar sesuai dengan skenario pembelajaran klasikal yang telah dirancang dan mencatat kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh masing-masing siswa.
3) Peneliti memberikan evaluasi pada siswa untuk mengetahui pemahaman siswa berkaitan dengan materi pembelajaran.
c. Tahap observasi tindakan.
Peneliti mengamati dan mencatat semua kejadian yang terjadi pada saat siswa mengikuti pengajaran dan menanyakan pada siswa yang kurang aktif dalam pembelajaran tentang kesulitan-kesulitan yang dihadapinya.
d. Tahap refleksi.
Peneliti menganalisis hasil pekerjaan siswa dan hasil observasi yang dilakukan pada siswa guna menentukan langkah berikutnya.
Peneliti membuat pengelompokkan siswa didasarkan pada hasil yang didapatkan siswa pada evaluasi yang dilakukan.
2. Siklus II
a. Tahap perencanaan tindakan.
1) Mempersiapkan fasilitas dan sarana yaitu dengan membuat kelompok siswa dengan penyebaran siswa yang menguasai materi awal yaitu materi yang telah disampaikan pada siklus I .
2) Membuat pengurus pada masing-masing kelompok mencakup fasilitator, pencatat , juru bicara dan pengatur waktu.
3) Membuat bahan ajar yang akan disampaikan pada masing – masing kelompok.untuk didiskusikan
b. Tahap pelaksanaan tindakan.
1) Peneliti memberikan penjelasan tentang materi pembelajaran yang akan dipelajari serta menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan berkaitan dengan pengajaran dalam tehnik menstimulir siswa untuk belajar bersama dalam kelompok.
2) Siswa yang telah menguasai pada materi awal di siklus I dimohonkan memimpin pembahasan bahan ajar yang diberikan peneliti. Bahan ajar yang diberikan berisi tugas memecahkan masalah tindak lanjut dari siklus I.
3) Memberi kesempatan pada masing-masing kelompok untuk menyajikan hasil diskusi
4) Pembahasan materi ajar yang siswa dalam satu kelas mengalami kesulitan ataupun salah dalam apersepsinya
5) Memberikan evaluasi pada siswa untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menguasai pengerjaan soal integral.
c. Tahap observasi tindakan.
1) Peneliti mencatat hasil-hasil yang diperoleh anak didik serta mencatat kesalahan-kesalahan yang dilakukan anak didik dalam mengerjakan masalah yang berkaitan dengan bahan ajar yang diberikan.
2) Peneliti mencatat kesalahan–kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan masalah pada bahan ajar yang diberikan..
d. Tahap refleksi.
Peneliti membuat inventarisasi kesulitan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan masalah pada bahan ajar yang diberikan serta mendata siswa yang telah mampu menyelesaikan soal evaluasi dan mampu mendapatkan nilai diatas standart ketuntasan belajar.

3. Siklus III
a. Tahap perencanaan tindakan.
1) Mempersiapkan fasilitas dan sarana yaitu dengan membuat kelompok siswa dengan penyebaran siswa yang menguasai materi awal yaitu materi yang telah disampaikan pada siklus II .
2) Membuat pengurus pada masing-masing kelompok mencakup fasilitator, pencatat , juru bicara dan pengatur waktu.
3) Membuat bahan ajar yang akan disampaikan pada masing – masing kelompok.untuk didiskusikan
b. Tahap pelaksanaan tindakan.
1) Peneliti memberikan penjelasan tentang materi pembelajaran yang akan dipelajari serta menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan berkaitan dengan pengajaran dalam tehnik menstimulir siswa untuk belajar bersama dalam kelompok.
2) Siswa yang telah menguasai pada materi awal di siklus I dimohonkan memimpin pembahasan bahan ajar yang diberikan peneliti. Bahan ajar yang diberikan berisi tugas memecahkan masalah tindak lanjut dari siklus II.
3) Memberi kesempatan pada masing-masing kelompok untuk menyajikan hasil diskusi
4) Memberikan evaluasi pada siswa untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menguasai pengerjaan soal integral.
c. Tahap observasi tindakan.
1) Peneliti mencatat hasil-hasil yang diperoleh anak didik serta mencatat kesalahan-kesalahan yang dilakukan anak didik dalam mengerjakan masalah yang berkaitan dengan bahan ajar yang diberikan.
2) Peneliti mencatat kesalahan–kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan masalah pada bahan ajar yang diberikan..
d. Tahap refleksi.
Peneliti membuat inventarisasi kesulitan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan masalah pada bahan ajar yang diberikan serta mendata siswa yang telah mampu menyelesaikan soal evaluasi dan mampu mendapatkan nilai di atas standart ketuntasan belajar.


I. Jadwal Penelitian

No Kegiatan Minggu Ke Keterangan
Maret April
1 2 3 4 1 2 3 4
I. Persiapan
1 Perencanaan √
II. Pelaksanaan
1 Proses pembelajaran √
2 Evaluasi √
3 Pengumpulan data √
No Kegiatan Minggu Ke Keterangan
Maret April
1 2 3 4 1 2 3 4
4 Analisis Data √
5 Penyusunan Hasil √
III. Laporan
1 Pelaporan Hasil √ √

J. Personalia Penelitian
Penelitian ini melibatkan Tim peneliti, identitas dari Tim tersebut adalah :
1. Nama : RODIATUS SA’ADAH
NIM : 817968635
Pekerjaan : Mahasiswa
Tugas dalam penelitian : Pelaksana, Pengumpulan data, dan analisis data.
2. Nama : SAFILIN, S.Pd.SD
NIP : 19580606 198304 1 001
Pekerjaan : Guru
Tugas dalam penelitian : Pengamat dan Observator

Thursday, 18 August 2011

BAB IV

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian
1. Siklus Pertama
Kegiatan pelaksanaan perbaikan pembelajaran dilaksanakan dalam dua pertemuan, dengan penjelasan kegiatan per pertemuan sebagaimana diuraikan di bawah ini :
Kelas/Semester : V (lima) / 2
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial
Standar Kompetensi Memahami sejarah, ketampakan alam, dan keragaman suku bangsa dilingkungan kabupaten/ kota provinsi
Kompetensi Dasar : Mengenal perkembangan teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi serta pengalaman menggunakannya.
Materi Pokok : Penggunaan alat teknologi.
Indikator : Mengggunakan alat komunikasi dan transportasi serta bercerita pengalamannya tentang penggunaan alat komunikasi / transportasi
Waktu Pelaksanaan : 05 April 2011 dan 05 April 2011
Alokasi Waktu : 3 x 35 menit (2 x pertemuan)
a. Perencanaan
Berdasarkan rumusan hipotesis yang telah dibuat, peneliti menyiapkan dan menetapkan Rencana Perbaikan Pembelajaran beserta skenario tindakan. Skenario tindakan mencakup langkah-langkah yang akan dilakukan oleh guru dan siswa dalam kegiatan perbaikan. Terkait dengan rencana perbaikan pembelajaran, peneliti juga menyiapkan berbagai bahan yang diperlukan sesuai dengan hipotesis yang dipilih : lembar kerja siswa, alat bantu pembelajaran.
Langkah selanjutnya bersama-sama dengan observer menyepakati fokus observasi dan kriteria yang akan digunakan untuk dua pertemuan yang akan dilaksanakan pada siklus pertama. Sebelum dilaksanakan, peneliti bersama observer mengadakan simulasi terlebih dahulu untuk menghindari terjadinya kegagalan dalam tahap pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang diakan dilaksanakan.
b. Pelaksanaan
1) Kegiatan Awal
Sebelum kegiatan berlangsung, peneliti sudah menyiapkan lembar kerja yang berisi beberapa pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk berpikir logis, sistematis dan kritis. “Anak-anak, apakah kalian pernah mendengar kata teknologi ?”, tanya peneliti. “Pernah, Bu Guru teknologi adalah teknologi adalah hasil karya manusia sebagai buah pemikiran, dengan tujuan memenuhi kebutuhan hidupnya.”, jawab Sri Utari. “Coba sebutkan beberapa pemanfaatan teknologi yang ada di masyarakat coba sebutkan yang kalian tahu !, lanjut peneliti. “Televisi, HP dan Radio, Bu Guru “ jawab Selvi Nur Aeni. “Ya, betul. Kalian memang anak-anak yang pintar”, puji peneliti. Sebagai pertanyaan penutup kegiatan apersepsi, peneliti menanyakan, “Coba sebutkan beberapa jenis penerapan teknologi di kehidupan sehari-hari ?”. Ricci menjawab, “Teknologi pangan, sandang dan komunikasi, Bu Guru !”. “Ya, betul ”, jawab peneliti.
2) Kegiatan Inti
a) Pertemuan Pertama
Pada kegiatan inti pertemuan pertama, guru menyampaikan tujuan pembelajaran khusus kepada siswa, menyampaikan materi pelajaran, mengadakan tanya jawab tentang pemanfaatan teknologi.
Kegiatan selanjutnya adalah membagi siswa menjadi beberapa kelompok untuk mengerjakan mengerjakan lembar kerja. dengan dipandu oleh guru. Setelah kegiatan diskusi selesai, siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan hasil kerja kelompok, dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang kesulitan belajar. Kegiatan ini sekaligus mengakhiri pelaksanaan pertemuan pertama.
b) Pertemuan Kedua
Pada kegiatan inti pertemua kedua, peneliti mengulang kegiatan pada pertemuan pertama. Peneliti menampilkan gambar tentang pemanfaatan teknologi yang ada di masyarakat. Siswa mengamati dan melakukan diskusi membahas jenis-jenis pemanfaatan teknologi yang disajikan oleh peneliti. Adapun jenis-jenis pemanfaatan teknologi dalam kehidupan sehari-hari tersebut antara lain :














Gambar 4.1 Gambar jenis-jenis pemanfaatan teknologi (sumber : Buku IPS IV, Is Sadiman, dkk, 2009, 104-105).

Peneliti menerangkan dan memberikan penjelasan mengenai gambar yang ditayangkan di depan kelas, dan memberikan beberapa penjelasan dari gambar tersebut. Siswa diharapkan mendengarkan dan memahami dari apa yang diterangkan. Peneliti kemudian memberikan tanya jawab yang bersifat memotivasi siswa agar memperhatikan.
3) Kegiatan Akhir
Masih dalam rangkaian kegiatan tahap pemantapan tindak lanjut mengulas nilai hasil tes formatif. Peneliti juga memberikan penekanan pada materi-materi pembelajaran yang penting. Pada akhir proses pembelajaran peneliti memberikan saran dan tindak lanjut berdasarkan nilai hasil tes formatif.
c. Observasi
Observer melakukan observasi membantu peneliti terhadap peneliti yang sedang melaksanakan kegiatan pembelajaran. Observer menggunakan lembar observasi yang telah disediakan dan pengamatan ini berlangsung dari awal hingga akhir pembelajaran. Hasil observasi menunjukkan bahwa belum semua siswa dapat memahami konsep pembelajaran karena kurangnya pemahaman serta motivasi siswa terhadap materi pembelajaran yang disampaikan.
d. Refleksi
Pengukuran tingkat keberhasilan disesuaikan dengan kriteria keberhasilan yang telah ditentukan. Hasil pengukuran tersebut menunjukkan bahwa keberhasilan upaya belum sesuai dengan kriteria keberhasilan.
Berdasarkan data hasil tes formatif dan data hasil observasi dilakukan analisis data dan diukur tingkat keberhasilan upaya perbaikan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Pengukuran tingkat keberhasilan disesuaikan dengan kriteria keberhasilan yang telah ditentukan. Hasil pengukuran tersebut menunjukkan bahwa keberhasilan upaya belum sesuai dengan kriteria keberhasilan. Hal ini disebabkan oleh keanggotaan siswa tiap kelompok kerja terlalu banyak dan kurangnya fasilitas referensi buku sumber untuk mengembangkan materi pembelajaran. Kedua penyebab tersebut dijadikan bahan oleh peneliti untuk mendiskusikannya dengan teman sejawat dan supervisor. Diskusi bertujuan untuk menentukan upaya tambahan untuk perbaikan pembelajaran siklus kedua.
2. Siklus Kedua
Kegiatan pelaksanaan perbaikan pembelajaran dilaksanakan dalam dua pertemuan, dengan penjelasan kegiatan per pertemuan sebagaimana diuraikan di bawah ini :
Kelas/Semester : V (lima) / 2
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial
Standar Kompetensi Memahami sejarah, ketampakan alam, dan keragaman suku bangsa dilingkungan kabupaten/ kota provinsi
Kompetensi Dasar : Mengenal perkembangan teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi serta pengalaman menggunakannya.
Materi Pokok : Penggunaan alat teknologi.
Indikator : Mengggunakan alat komunikasi dan transportasi serta bercerita pengalamannya tentang penggunaan alat komunikasi / transportasi
Waktu Pelaksanaan : 07 April 2011 dan 09 April 2011
Alokasi Waktu : 3 x 35 menit (2 x pertemuan)
a. Perencanaan
Berdasarkan rumusan hipotesis yang telah dibuat, peneliti menyiapkan dan menetapkan Rencana Perbaikan Pembelajaran beserta skenario tindakan. Skenario tindakan mencakup langkah-langkah yang akan dilakukan oleh guru dan siswa dalam kegiatan perbaikan. Peneliti juga menyiapkan berbagai bahan yang diperlukan sesuai dengan hipotesis yang dipilih : lembar kerja siswa, alat bantu pembelajaran.
Langkah selanjutnya bersama-sama dengan observer menyepakati fokus observasi dan riteria yang akan digunakan untuk dua pertemuan yang akan dilaksanakan pada siklus kedua. Sebelum dilaksanakan, peneliti bersama observer mengadakan simulasi terlebih dahulu untuk menghindari terjadinya kegagalan pada saat pelaksanaan kegiatan pembelajaran.
b. Pelaksanaan
1) Kegiatan Awal
Setelah siswa selesai berdoa dan menunjukkan buku pelajaran, peneliti mengkondisikan siswa untuk siap mengikuti pembelajaran. Kemudian peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan. Untuk menarik perhatian siswa, peneliti menunjukkan beberapa buku referensi yang bisa digunakan untuk mengembangkan materi pembelajaran. Itulah kegiatan-kegiatan untuk langkah-langkah orientasi pada model pembelajaran inquiri.
2) Kegiatan Inti
a) Pertemuan Pertama
Pada kegiatan inti pertemuan pertama, peneliti memulai dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan seputar materi yang akan diajarkan. “Anak-anak, apakah kalian pernah memakai Handphone?”, tanya peneliti. “Pernah, Bu Guru”, jawab Marsela. “Nah, kalau jaman dulu untuk berkomunikasi kita menggunakan apa?” lanjut peneliti. “surat dan telegram, Bu !”, jawab Marsela. “Ya, betul. Kalian memang anak-anak yang pintar”, puji peneliti. ”Sekarang, coba kalian sebutkan kegunaan teknologi komunikasi yang kalian tahu ?, kata peneliti sambil menunjuk siswa bernama Berliana untuk menjawab. Berliana menjawab, ” Telegram adalah jenis layanan pengiriman berita tertulis dengan mesin telegrap, Dengan surat, orang dapat menyampaikan segala sesuatu kepada orang lain, di tempat lain, Bu Guru”. ”Ya, tepat sekali jawabamu, ternyata kalian murid-murid Ibu yang rajin belajar, ini dibuktikan kalian bisa menjawab semua pertanyaan yang Ibu berikan dengan benar” puji peneliti,
Sebelum melaksanakan kegiatan selanjutnya, untuk penguatan konsep siswa, disajikan beberapa gambar yang berkaitan dengan materi pembelajaran.














Gambar 4.2 Gambar alat-alat teknologi komuniasi yang ada di sekitar kita (sumber : Buku IPS IV, Siti Syamsiyah, dkk, 2009, 104-106).

Setelah berorientasi, langkah selanjutnya yaitu pemunculan gagasan, penyusunan ulang gagasan dan penerapan gagasan, peneliti langsung membimbing siswa untuk membentuk dan berkumpul sesuai kelompok kerja masing-masing. Semua keanggotaannya 5 orang tiap kelompok, maka pada siklus ini keanggotaan tiap kelompok terdiri dari 3 orang agar lebih efektif. Peneliti membagikan LKS dan buku-buku sumber untuk membantu siswa mengerjakan LKS. Pembagian kerja dalam satu kelompok, yaitu seorang siswa membacakan dan menulis jawaban soal, seorang siswa mencari jawaban soal dalam buku sumber, dan seorang lagi menyalin jawaban soal pada buku catatan siswa. Setelah siswa selesai mengerjakan LKS dikumpulkan dan dilakukan pembahasan klasikal dan tanya jawab Setelah semua soal dalam LKS dibahas, maka dilanjutkan pada langkah pemantapan gagasan yaitu melakukan tes formatif. Peneliti mendiktekan soal dan siswa menuliskan jawaban pada selembar kertas yang telah diberi nama. Kegiatan ini sekaligus mengakhiri pelaksanaan pertemuan pertama.
b) Pertemuan Kedua
Pada kegiatan inti kedua, peneliti mengulang pelaksanaan pertemuan pertama dengan maksud agar tingkat pemahaman terhadap materi pembelajaran semakin meningkat. “Anak-anak, sekarang kalian berkelompok sebagaimana pertemuan pertama.”, perintah peneliti. Setelah siswa berkelompok, peneliti membagikan LKS dan buku-buku sumber untuk membantu siswa mengerjakan LKS. Pembagian kerja dalam satu kelompok, yaitu seorang siswa membacakan dan menulis jawaban soal, seorang siswa mencari jawaban soal dalam buku sumber, dan seorang lagi menyalin jawaban soal pada buku catatan siswa. Setelah siswa selesai mengerjakan LKS dikumpulkan dan dilakukan pembahasan klasikal dan tanya jawab Setelah semua soal dalam LKS dibahas, maka dilanjutkan pada langkah pemantapan gagasan yaitu melakukan tes formatif. Peneliti mendiktekan soal dan siswa menuliskan jawaban pada selembar kertas. Pada akhir kegiatan peneliti membuat kesimpulan. “Nah, kalau sudah, Ibu akan membacakan kesimpulan materi pembelajaran, kalian siapkan alat tulis kalian untuk mencatat dalam buku catatan masing-masing”, lanjut peneliti. Kemudian peneliti membacakan kembali kesimpulan materi pelajaran dan meminta siswa untuk mencatat di buku masing-masing.
3) Kegiatan Akhir
Pada kegiatan akhir langkah pemantapan tindak lanjut, peneliti mengulas jawaban benar pada soal-soal tes formatif. Peneliti juga memberi sedikit komentar atas hasil kerja siswa dalam mengembangkan materi pembelajaran, peneliti juga mengingatkan kembali dengan memberikan saran dan tindak lanjut untuk pembelajaran.
c. Observasi
Observer melakukan observasi terhadap peneliti yang sedang melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan. Di samping itu observer mewawancarai siswa yang belum tuntas. Hasil pengamatan yang dilakukan menunjukkan bahwa belum semua siswa memahami konsep pembelajaran, karena kurangnya interaksi antara siswa dan guru dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran.
d. Refleksi
Peneliti merefleksi untuk mencari penyebab belum tercapainya keberhasilan proses pembelajaran siswa yang sesuai dengan kriteria-kriteria yang ditentukan yaitu meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.
Hasil refleksi menemukan penyebab hal tersebut, yaitu keterbatasan waktu pada langkah penerapan gagasan sehingga pembelajaran nampak terburu-buru dan pelaksanaan tes formatif melalui pendekatan soal-soal. Kedua hal penyebab inilah yang akan dijadikan bahan pertimbangan untuk melakukan tambahan perbaikan pembelajaran pada siklus ketiga dengan melaksanakan diskusi kelas untuk menentukan kesimpulan akhir kegiatan pembelajaran proses perbaikan pembelajaran pada siklus kedua.

3. Siklus Ketiga
Kegiatan pelaksanaan perbaikan pembelajaran dilaksanakan dalam dua pertemuan, dengan penjelasan kegiatan per pertemuan sebagaimana diuraikan di bawah ini :
Kelas/Semester : IV / 2
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial
Standar Kompetensi Memahami sejarah, ketampakan alam, dan keragaman suku bangsa dilingkungan kabupaten/ kota provinsi
Kompetensi Dasar : Mengenal perkembangan teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi serta pengalaman menggunakannya.
Materi Pokok : Penggunaan alat teknologi.
Indikator : Mengggunakan alat komunikasi dan transportasi serta bercerita pengalamannya tentang penggunaan alat komunikasi / transportasi.
Waktu Pelaksanaan : 11 April 2011 dan 13 April 2011
Alokasi Waktu : 3 x 35 menit (2 x pertemuan)
a. Perencanaan
Berdasarkan rumusan hipotesis yang telah dibuat, peneliti menyiapkan dan menetapkan Rencana Perbaikan Pembelajaran beserta skenario tindakan. Skenario tindakan mencakup langkah-langkah yang akan dilakukan oleh guru dan siswa dalam kegiatan perbaikan. Terkait dengan rencana perbaikan pembelajaran, peneliti juga menyiapkan berbagai bahan yang diperlukan sesuai dengan hipotesis yang dipilih : lembar kerja siswa, alat bantu pembelajaran.
Langkah selanjutnya bersama-sama dengan observer menyepakati fokus observasi dan riteria yang akan digunakan untuk dua pertemuan yang akan dilaksanakan pada siklus kedua. Sebelum dilaksanakan, peneliti bersama observer mengadakan simulasi terlebih dahulu untuk menghindari terjadinya kegagalan pada saat pelaksanaan kegiatan pembelajaran.
b. Pelaksanaan
1) Kegiatan Awal
Sebelum kegiatan berlangsung, peneliti sudah menyiapkan lembar kerja yang berisi beberapa pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk berpikir logis, sistematis dan kritis. Pada langkah orientasi, peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran dan mengulas proses pembelajaran yang akan dilaksanakan. Dilanjutkan pada langkah pemunculan gagasan peneliti melakukan apersepsi berupa tanya jawab lisan antara lain “Pernahkah kamu melihat komplek perkantoran ?”, tanya peneliti. ”Pernah, Bu Guru !”. ”Apa yang dapat kami lihat di sana ?”, tanya peneliti lagi. ”Banyak gedung perkantoran, Bu Guru !”. Nah, sekarang, pernahkah kamu melihat alat-alat teknologi komunikasi yang digunakan di sama ? Apa yang kamu lihat di sana ?”, tanya peneliti lagi. “Pernah, Bu Guru. Pesawat telepon, HP dan internet!”. “Bagus, kalian memang murid yang pintar”, puji peneliti sekaligus untuk mengakhiri kegiatan apersepsi.
2) Kegiatan Inti
a) Pertemuan Pertama
Pada langkah penyusunan ulang gagasan, siswa dibimbing membentuk kelompoknya masing-masing untuk kembali melaksanakan kegiatan pengembangan materi pembelajaran. Pengembangan materi belajar yang dimaksud, yaitu mencari kejadian-kejadian berupa pemanfaatan perkembangan teknologi yang ada di masyarakat. Semua itu terangkum dalam lembar kerja siswa (LKS). Di sela-sela kegiatan, peneliti mengajukan beberapa pertanyaan untuk meningkatkan pemahaman siswa. ”Anak-anak, coba sebutkan jenis alat tekonologi yang ada di sekitar tempat tinggalmu ?”. Handphone, dan televisi, Bu Guru !”. ”Nah, kalau kamu Epta!”, lanjut peneliti. Epta menjawab, ”Ada Toko TV, Counter HP, Bu Guru !”. ”Ya, betul. Semua yang kalian sebutkan adalah jenis-jenis alat-alat teknologi komunikasi yang ada di sekitar kita”. jelas peneliti. Kegiatan tersebut sekaligus mengakhiri pelaksanaan pertemuan pertama.
b) Pertemuan Kedua
Pada pertemuan kedua, peneliti akan mengadakan kegiatan diskusi kelas membahas hasil kerja pada pertemuan pertama. ”Anak-anak, apakah kalian sudah siap untuk melaksanakan diskusi ?”, tanya peneliti. ”Siap, Bu Guru !”, jawab para siswa. Sebagai penguatan awal pelaksanaan diskusi peneliti menyajikan beberapa gambar mengenai jenis-jenis pemanfaatan teknologi di berbagai bidang yang ada di masyarakat dan di sekitar kita.







Gambar 4.3 Gambar pemanfaatan teknologi bidang pertanian (sumber : Buku IPS IV, Siti Syamsiyah, dkk, 2008, 160-162).






Gambar 4.4 Gambar pemanfaatan teknologi bidang industri (sumber : Buku IPS V, Siti Syamsiyah, dkk, 2008, 164).
Setelah memberikan penjelasan secukupnya, peneliti memulai pelaksanaan diskusi kelas. Peneliti memberikan umpan balik berupa pertanyaan tentang pemanfaatan teknologi. Siswa menjawab dengan cara menunjukkan jari. Peneliti memilih salah satu siswa untuk menjawab. Peneliti memfokuskan perhatian pada siswa belum tuntas, kepada siswa tersebut diberikan perhatian khusus untuk menjawab dan diberi pertanyaan. ”Nabilah, coba kamu ceritakan perbedaan pemenuhan kebutuhan sandang jaman dulu dan sekarang ?”, tanya peneliti. Nabilah menjawab, ” Untuk memenuhi kebutuhan sandang, masyarakat masa lalu menggunakan alat tenun yang terbuat dari kayu dengan rakitan yang sangat sederhana. Untuk bahan pewarnanya biasanya digunakan bahan-bahan dari kulit pohon atau daun tanaman. Mereka meraciknya secara sederhana. Tentu saja pekerjaan ini memerlukan tenaga yang cukup besar dan waktu yang lama. Produk yang dihasilkannya pun tidak banyak. Masyarakat masa kini sudah dapat memenuhi kebutuhan sandangnya dengan mudah. Alat-alat yang berteknologi modern sudah banyak ditemukan. Pabrik tekstil dengan mesin-mesin modern dapat menghasilkan kain dalam jumlah besar dan kualitas yang tinggi. Bahan baku pembuatan kain pun juga lebih bervariasi, misalnya kapas, bulu biri-biri serta bahan sintetis (buatan) ”. ”Lisna, apakah betul jawaban Nabilah?”, peneliti balik bertanya kepada Lisna. Lisna menjawab, ”Betul, Bu !”. . Kegiatan diskusi dan tanya jawab tersebut berlangsung sampai semua siswa yang belum tuntas bisa menjawab pertanyaan dengan benar. Pada akhir kegiatan diskusi, peneliti memberikan penguatan ”Ibu sangat bangga pada kalian, kalian melaksanakan kegiatan diskusi ini dengan baik”, puji peneliti.

3) Kegiatan Akhir
Pada kegiatan akhir siklus, peneliti memberikan tes formatif. Setelah selesai dikerjakan oleh siswa, peneliti mengulas hasil tes formatif dan hasil kerja siswa. Peneliti juga memberikan saran dan tindak lanjut. Saran yang diberikan agar siswa memperbanyak membaca untuk menambah wawasan dan pengetahuannya. Tindak lanjut yang diberikan berupa tugas/soal untuk dikerjakan di rumah sebagai PR.
c. Observasi
Observasi dilaksanakan oleh peneliti dan observer (teman sejawat) pada saat melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan.
Hasil observasi menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran berjalan dengan baik, penguasaan konsep dan materi pembelajaran siswa sudah maksimal. Hal ini dibuktikan dengan nilai tes formatif dan peningkatan motivasi belajar siswa yang memenuhi kriteria ketuntasan belajar.
d. Refleksi
Hampir semua tujuan telah tercapai sesuai dengan kriteria keberhasilan yang ditentukan.Berdasarkan hasil pengolahan data-data dan hasil observasi dilakukan analisis dan dapat diketahui bahwa semua tujuan telah tercapai sesuai dengan kriteria keberhasilan yang ditentukan. Dari jumlah siswa 32 orang, 31 siswa (96,88%) dinyatakan tuntas belajarnya, demikian pula dengan peningkatan motivasi belajar yang mencapai 100%, didukung oleh peningkatan nilai rata-rata kelas sebesar 85,31 pada siklus ketiga. Melihat hasil ketuntasan belajar dan peningkatan motivasi belajar siswa, maka dapat disimpulkan bahwa proses perbaikan pembelajaran IPS tentang perkembangan teknologi komunikasi ini berakhir sampai pada pembelajaran siklus ketiga dan kepada siswa belum tuntas akan diberikan program remidial.

B. Hasil Penelitian
1. Data Hasil Tindakan
Dalam proses belajar banyak faktor- faktor yang mempengaruhi. Faktor- faktor yang mempengaruhi belajar secara garis besar dibedakan menjadi dua macam, yaitu : (1) Faktor Internal, yaitu menyangkut faktor- faktor psikologis pembelajar. Kehadiran faktor- faktor psikologis tersebut akan memberikan landasan dan kemudahan dalam upaya mencapai tujuan belajar. Faktor- faktor internal antara lain : motivasi, kondisi kesehatan jasmani dan rohani, intelektual, emosional, (2) Faktor Eksternal, yaitu faktor dapat mempengaruhi sikap dan reaksi individu dalam aktivitas belajar, karena individu yang belajar adalah berinteraksi dengan lingkungan. Faktor- faktor eksternal antara lain : variasi dan tingkat kesulitan materi yang dipelajari, metode pembelajaran, cuaca, kondisi tempat belajar. Pendapat di atas terbukti dari hasil perbaikan pembelajaran yang dilakukan di kelas IV SDN Panimbang 05 Kecamatan Cimanggu pada pembelajaran IPS materi mendeskripsikan perkembangan teknologi transportasi melalui tiga siklus dengan menggunakan model pembelajaran inquiri, menunjukkan hasil yang maksimal.
a. Siklus I
Setelah dilaksanakan perbaikan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inquiri, hasil yang diharapkan dapat tercapai secara maksimal. Hal tersebut sebagaimana diuraikan pada penjelasan di bawah ini :
1) Data Hasil Perencanaan
Pada tahap perencanaan, data yang diperoleh berupa: rencana pelaksanaan perbaikan pembelajaran (RPPP) yang di dalamnya tercakup komponen skenario pembelajaran yang akan diimplementasikan; seperangkat instrumen yang akan digunakan untuk pengumpulan data; dan data pendukung pembelajaran berupa lembar kerja siswa (LKS).

2) Data Hasil Pelaksanaan Tindakan

Tabel 4.1 Rekapitulasi Nilai Tes Formatif Pembelajaran IPS Materi Mendeskripsikan perkembangan teknologi transportasi

No Nama Siswa Studi Awal (Nilai) Nilai Kriteria Ketuntasan Ket
Siklus I
1 Rita Apriyani 70 70 B
2 Kisman 70 80 T
3 Andi Muhamad 80 80 T
4 Dini Merlinda 60 60 B
5 Dinda Kumiawan 70 70 B
6 Riyan Candra 70 70 B
7 Sri Utari 70 70 B
8 Toha 80 80 T
9 Pupung 60 60 B
10 Arwan 70 80 T
11 Ade Mustika 70 70 B
12 Agis Setiyani 70 80 T
13 Almahera 70 70 B
14 Nabilah Najib 60 70 B
15 Agam Candra 60 70 B
16 Berliana 70 80 T
17 Bagus Lukman D 60 70 B
18 Deden M .Saputra 70 70 B
19 Desi Wulandari 70 80 T
20 Epta Melawati 80 80 T
21 Kena Muhamad F 60 60 B
22 Lisna Sari 70 70 B
23 Laili Qatrum NN 70 70 B
24 Muhamad Putra 70 70 B
25 Marsela Amelia 80 80 T
26 Nurul Fatimah 60 60 B
27 Ricci Ahdiat F 70 80 T
28 Siti Nur Inayah 70 70 B
29 Selvi Nur Aeni 70 80 T
30 Trio Sapariyanto 70 70 B
31 Wal iman Awa1 R 60 70 B
32 Yeni Yuliyanti 60 70 B
Jumlah 2,190 2,310 11
Rata-Rata 68.44 72.19 34.38

Keterangan :
B : BelumTuntas
T : Tuntas
KKM : 80

Dari tabel 4.1 tentang Rekapitulasi Nilai Tes Formatif Pembelajaran IPS Materi Mendeskripsikan perkembangan teknologi transportasi di atas dapat diterangkan sebagai berikut:
a) Pada studi awal nilai rata-rata kelas 68,44 setelah dilakukan perbaikan mengalami kenaikan menjadi 72,19. Rata-rata kelas naik 3,75.
c) Jumlah siswa yang telah mencapai tingkat ketuntasan belajar 11 siswa (34,38%).
3) Data Hasil Pengamatan
Pada tahap pengamatan mengenai motivasi siswa pada pembelajaran IPS Materi Mendeskripsikan perkembangan teknologi transportasi di atas dapat diterangkan sebagai berikut:
Tabel 4.2 Rekapitulasi Motivasi Siswa Pembelajaran IPS Materi Mendeskripsikan perkembangan teknologi transportasi

No Pembelajaran Kenaikan Motivasi Siswa Persentase
1. Studi Awal 10 31,25
2. Siklus I 16 50,00

Dari data pada tabel 4.2 di atas dapat diperoleh keterangan sebagai berikut :
a) Pada studi awal, siswa yang menunjukkan motivasi belajar sebanyak 10 siswa atau 31,25%
b) Pada siklus ke I, siswa yang menunjukkan motivasi belajar sebanyak 16 siswa atau 50,00%
c) Dari studi awal ke siklus I, tingkat motivasi belajar siswa meningkat sebesar 18,75%.
4) Data Hasil Refleksi
a) Pada saat pembentukan kelompok, belum memperhatikan faktor-faktor kedekatan antar anggota dalam kelompoknya, misalnya kedekatan pertemanan dan kedekatan lokasi tempat tinggal.
b) Keanggotaan siswa tiap kelompok kerja terlalu banyak
c) Kurangnya fasilitas referensi buku sumber untuk mengembangkan materi pembelajaran.
Pengukuran tingkat keberhasilan disesuaikan dengan kriteria keberhasilan yang telah ditentukan. Hasil pengukuran tersebut menunjukkan bahwa keberhasilan upaya belum sesuai dengan kriteria keberhasilan. Dari 32 siswa baru 11 siswa (34,38%) yang dinyatakan tuntas, dan masih ada 21 orang siswa (65,63%) yang belum tuntas. Adapun penjelasan tentang peningkatan motivasi belajar siswa pada siklus pertama sebesar 50% atau sebanyak 16 siswa. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan motivasi belajar siswa sebesar 18,75% (6 siswa) dari studi awal pembelajaran, sedangkan penjelasan mengenai peningkatan nilai rata-rata tes formatif meningkat dari 68,44 pada studi awal menjadi 72,19 pada siklus kedua, atau mengalami peningkatan 3,75 dari studi awal.
b. Siklus II
Setelah mempertimbangkan hasil refleksi pada siklus pertama, maka pada siklus kedua peneliti mencoba menyempurnakan pelaksanaan perbaikan pembelajaran. Setelah dilaksanakan perbaikan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inquiri, hasil yang diharapkan dapat tercapai secara maksimal. Hal tersebut sebagaimana diuraikan pada penjelasan di bawah ini :
1) Data Hasil Perencanaan
Pada tahap perencanaan, data yang diperoleh berupa: rencana pelaksanaan perbaikan pembelajaran (RPPP) yang di dalamnya tercakup komponen skenario pembelajaran yang akan diimplementasikan; seperangkat instrumen yang akan digunakan untuk pengumpulan data; dan data pendukung pembelajaran berupa lembar kerja siswa (LKS) dengan penambahan inovasi-inovasi baru seputar pelaksanaan pembelajaran.

2) Data Hasil Pelaksanaan Tindakan

Tabel 4.3 Rekapitulasi Nilai Tes Formatif Pembelajaran IPS Materi Mendeskripsikan perkembangan teknologi transportasi

No Nama Siswa Studi Awal (Nilai) Siklus I Nilai Kriteria Ketuntasan Ket
Siklus II
1 Rita Apriyani 70 70 80 T
2 Kisman 70 80 80 T
3 Andi Muhamad 80 80 90 T
4 Dini Merlinda 60 60 70 B
5 Dinda Kumiawan 70 70 80 T
6 Riyan Candra 70 70 80 T
7 Sri Utari 70 70 80 T
8 Toha 80 80 90 T
9 Pupung 60 60 70 B
10 Arwan 70 80 80 T
11 Ade Mustika 70 70 80 T
12 Agis Setiyani 70 80 80 T
13 Almahera 70 70 80 T
14 Nabilah Najib 60 70 70 B
15 Agam Candra 60 70 70 B
16 Berliana 70 80 80 T
17 Bagus Lukman D 60 70 70 B
18 Deden M .Saputra 70 70 80 T
19 Desi Wulandari 70 80 80 T
20 Epta Melawati 80 80 80 T
21 Kena Muhamad F 60 60 70 B
22 Lisna Sari 70 70 80 T
23 Laili Qatrum NN 70 70 80 T
24 Muhamad Putra 70 70 80 T
25 Marsela Amelia 80 80 80 T
26 Nurul Fatimah 60 60 70 B
27 Ricci Ahdiat F 70 80 80 T
28 Siti Nur Inayah 70 70 80 T
29 Selvi Nur Aeni 70 80 80 T
30 Trio Sapariyanto 70 70 70 B
31 Wal iman Awa1 R 60 70 70 B
32 Yeni Yuliyanti 60 70 80 T
Jumlah 2,190 2,310 2,490 23
Rata-Rata 68.44 72.19 77.81 71.88

Keterangan :
B : BelumTuntas
T : Tuntas
KKM : 80

Dari tabel 4.3 tentang Rekapitulasi Nilai Tes Formatif Pembelajaran IPS Materi Mendeskripsikan perkembangan teknologi transportasi di atas dapat diterangkan sebagai berikut:
a) Pada siklus I nilai rata-rata kelas 72,29 setelah dilakukan perbaikan mengalami kenaikan menjadi 77,81. Rata-rata kelas naik 5,63
b) Jumlah siswa yang telah mencapai tingkat ketuntasan belajar 23 siswa (77,81%).
3) Data Hasil Pengamatan
Pada tahap pengamatan mengenai motivasi siswa pada pembelajaran IPS Materi Mendeskripsikan perkembangan teknologi transportasi di atas dapat diterangkan sebagai berikut:

Tabel 4.4 Rekapitulasi Motivasi Siswa Pembelajaran IPS Materi Mendeskripsikan perkembangan teknologi transportasi

No Pembelajaran Kenaikan Motivasi Siswa Persentase
1. Studi Awal 10 31.25
2. Siklus I 16 50.00
3. Siklus II 24 75.00

Dari data pada tabel 4.4 di atas dapat diperoleh keterangan sebagai berikut :
a) Pada siklus I, siswa yang menunjukkan motivasi belajar sebanyak 16 siswa atau 50,00%
b) Pada siklus ke II, siswa yang menunjukkan motivasi belajar sebanyak 24 siswa atau 75%
c) Dari siklus I ke siklus II, tingkat motivasi belajar siswa meningkat sebesar 25%.
4) Data Hasil Refleksi
a) Kelompok kerja yang telah dibentuk oleh masing-masing siswa berdasarkan kedekatan antar anggota dalam kelompoknya, misalnya kedekatan pertemanan dan kedekatan lokasi tempat tinggal ternyata berjalan efektif. Hal ini dibuktikan dengan makin aktifnya anggota kelompok dalam pelaksanaan kerja kelompok.
b) Jumlah anggota kelompok yang diperkecil terbukti efektif meningkatkan kinerja kelompok, sehingga hasil pembelajaran meningkat.
c) Siswa antusias memilih buku-buku referensi yang dibutuhkan oleh para siswa yang berasal dari pinjaman perpustakaan sekolah.
d) Antisipasi untuk mengurangi para siswa dalam berebut buku-buku referensi dilakukan dengan meminta ketua kelompok saja yang maju ke depan untuk memilih buku-buku yang diperlukan. Hal ini ternyata efektif dan berjalan dengan baik, sehingga keributan yang dikhawatirkan terjadi bisa dihindari.
e) Di samping itu observer mewawancarai siswa yang belum tuntas. Hasil pengamatan yang dilakukan menunjukkan bahwa belum semua siswa memahami konsep pembelajaran, karena kurangnya interaksi antara siswa dan guru dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran.
Berdasarkan data hasil observasi dan data hasil tes formatif, yang dianalisis kemudian peneliti merefleksi untuk mencari penyebab belum tercapainya hasil belajar siswa yang sesuai dengan kriteria-kriteria yang ditentukan, dengan penjelasan tingkat ketuntasan belajar 71,88 (23 siswa) dan peningkatan motivasi sebesar 75% (24 siswa) dari 32 siswa dengan perolehan nilai rata-rata kelas sebesar 77,81. Secara umum baik hasil belajar, ketuntasan maupun motivasi belajar siswa mengalami kenaikan yang cukup baik, hasil belajar meningkat 5,63 dari sikuls pertama, ketuntasan belajar meningkat sebesar 37,50% sedangkan motivasi belajar meningkat 25% dari siklus pertama.
c. Siklus III
Setelah mempertimbangkan hasil refleksi pada siklus kedua, maka pada siklus ketiga peneliti mencoba menyempurnakan pelaksanaan perbaikan pembelajaran. Setelah dilaksanakan perbaikan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inquiri, hasil yang diharapkan dapat tercapai secara maksimal. Hal tersebut sebagaimana diuraikan pada penjelasan di bawah ini :
1) Data Hasil Perencanaan
Pada tahap perencanaan, data yang diperoleh berupa: rencana pelaksanaan perbaikan pembelajaran (RPPP) yang di dalamnya tercakup komponen skenario pembelajaran yang akan diimplementasikan; seperangkat instrumen yang akan digunakan untuk pengumpulan data; dan data pendukung pembelajaran berupa lembar kerja siswa (LKS) dengan penambahan inovasi-inovasi baru seputar pelaksanaan pembelajaran.
2) Data Hasil Pelaksanaan Tindakan

Tabel 4.5 Rekapitulasi Nilai Tes Formatif Pembelajaran IPS Materi Mendeskripsikan perkembangan teknologi transportasi

No Nama Siswa Studi Awal (Nilai) Siklus I Siklus II Nilai Kriteria Ketuntasan Ket
Siklus III
1 Rita Apriyani 70 70 80 90 T
2 Kisman 70 80 80 90 T
3 Andi Muhamad 80 80 90 90 T
4 Dini Merlinda 60 60 70 80 T
5 Dinda Kumiawan 70 70 80 80 T
6 Riyan Candra 70 70 80 80 T
7 Sri Utari 70 70 80 80 T
8 Toha 80 80 90 90 T
9 Pupung 60 60 70 70 B
10 Arwan 70 80 80 80 T
11 Ade Mustika 70 70 80 80 T
12 Agis Setiyani 70 80 80 90 T
13 Almahera 70 70 80 90 T
14 Nabilah Najib 60 70 70 80 T
15 Agam Candra 60 70 70 80 T
16 Berliana 70 80 80 90 T
17 Bagus Lukman D 60 70 70 80 T
18 Deden M .Saputra 70 70 80 90 T
19 Desi Wulandari 70 80 80 90 T
20 Epta Melawati 80 80 80 90 T
21 Kena Muhamad F 60 60 70 80 T
22 Lisna Sari 70 70 80 90 T
No Nama Siswa Studi Awal (Nilai) Siklus I Siklus II Nilai Kriteria Ketuntasan Ket
Siklus III
23 Laili Qatrum NN 70 70 80 90 T
24 Muhamad Putra 70 70 80 90 T
25 Marsela Amelia 80 80 80 90 T
26 Nurul Fatimah 60 60 70 80 T
27 Ricci Ahdiat F 70 80 80 90 T
28 Siti Nur Inayah 70 70 80 90 T
29 Selvi Nur Aeni 70 80 80 90 T
30 Trio Sapariyanto 70 70 70 80 T
31 Wal iman Awa1 R 60 70 70 80 T
32 Yeni Yuliyanti 60 70 80 90 T
Jumlah 2,190 2,310 2,490 2,730 31
Rata-Rata 68.44 72.19 77.81 85.31 96.875

Keterangan :
B : BelumTuntas
T : Tuntas
KKM : 80

Dari tabel 4.5 tentang Rekapitulasi Nilai Tes Formatif Pembelajaran IPS Materi Mendeskripsikan perkembangan teknologi transportasi di atas dapat diterangkan sebagai berikut:
a) Pada siklus II nilai rata-rata kelas 77,81 setelah dilakukan perbaikan mengalami kenaikan menjadi 85,31 Rata-rata kelas naik 7,50.
b) Jumlah siswa yang telah mencapai tingkat ketuntasan belajar 31 siswa (96,88%).
3) Data Hasil Pengamatan
Pada tahap pengamatan mengenai motivasi siswa pada pembelajaran IPS Materi Mendeskripsikan perkembangan teknologi transportasi di atas dapat diterangkan sebagai berikut:
Tabel 4.6 Rekapitulasi Motivasi Siswa Pembelajaran IPS Materi Mendeskripsikan perkembangan teknologi transportasi

No Pembelajaran Kenaikan Motivasi Siswa Persentase
1. Studi Awal 10 31.25
2. Siklus I 16 50.00
3. Siklus II 24 75.00
4. Siklus III 32 100.00
Dari data pada tabel 4.6 di atas dapat diperoleh keterangan sebagai berikut :
a) Pada siklus II, siswa yang menunjukkan motivasi belajar sebanyak 24 siswa atau 75%
b) Pada siklus ke III, siswa yang menunjukkan motivasi belajar sebanyak 32 siswa atau 100%
c) Dari siklus II ke siklus III, tingkat motivasi belajar siswa meningkat sebesar 25%.
4) Data Hasil Refleksi
Hampir semua tujuan telah tercapai sesuai dengan kriteria keberhasilan yang ditentukan. Berdasarkan hasil pengolahan data-data dan hasil observasi dilakukan analisis dan dapat diketahui bahwa semua tujuan telah tercapai sesuai dengan kriteria keberhasilan yang ditentukan. Dari jumlah siswa 32 orang, 31 siswa (96,88%) dinyatakan tuntas belajarnya, demikian pula dengan peningkatan motivasi belajar yang mencapai 100%, didukung oleh peningkatan hasil belajar siswa berupa peningkatan nilai rata-rata kelas sebesar 85,31 pada siklus ketiga. Melihat hasil ketuntasan belajar dan peningkatan motivasi belajar siswa, maka dapat disimpulkan bahwa proses perbaikan pembelajaran IPS tentang perkembangan teknologi komunikasi ini berakhir sampai pada pembelajaran siklus ketiga dan kepada siswa belum tuntas akan diberikan program remidial.

Setelah dilakukan analisa terhadap data yang diperoleh, maka hasil penelitian dapat dirangkum sebagai berikut :
a. Hasil Belajar
Setelah melakukan analisa terhadap data yang peroleh dari tiga siklus yang dilaksanakan maka dapat dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode inqiuri pada pembelajaran IPS Materi Mendeskripsikan perkembangan teknologi transportasi menunjukkan peningkatan yang signifikan terhadap hasil proses pembelajaran. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.7. di bawah ini :

Tabel 4.7 Rekapitulasi Ketuntasan Belajar Siswa pada Pembelajaran IPS Materi Mendeskripsikan perkembangan teknologi transportasi

No Pembelajaran Hasil Belajar Siswa
Nilai Rata-Rata Kelas Tuntas % Belum %
1. Studi Awal 68.44 4 12.50 28 87.50
2. Siklus I 72.19 11 34.38 21 65.63
3. Siklus II 77.81 23 71.88 9 28.13
4. Siklus III 85.31 31 96.88 1 3.13

Dari penjelasan pada tabel 4.7 di atas, diperoleh keterangan sebagai berikut :
1) Pada siklus I, angka ketuntasan belajar naik menjadi 34,38% (bertambah 7 siswa atau 21,88% dari studi awal)
2) Pada siklus II, angka ketuntasan belajar naik menjadi 71,88% (bertambah 12 siswa atau 37,50% dari siklus I)
3) Pada siklus III, angka ketuntasan belajar naik menjadi 96,88% (bertambah 8 siswa atau 25% dari siklus II)
Untuk lebih jelasnya peningkatan ketuntasan belajar siswa dan nilai rata-rata kelas dapat dilihat pada gambar diagram batang berikut ini :














Gambar 4.5 Diagram Batang Perbandingan Angka Nilai Rerata Ketuntasan Belajar, dan Siswa Belum Tuntas pada Setiap Siklus Perbaikan Pembelajaran

b. Motivasi Belajar
Dari hasil analisis peningkatan motivasi belajar siswa pada setiap siklus perbaikan pembelajaran, secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.8. di bawah ini :

Tabel 4.8 Rekapitulasi Peningkatan Motivasi Belajar Siswa pada Pembelajaran IPS Materi Mendeskripsikan perkembangan teknologi transportasi

No Pembelajaran Peningkatan Motivasi Siswa Persentase
1. Studi Awal 10 31.25
2. Siklus I 16 50.00
3. Siklus II 24 75.00
4. Siklus III 32 100.00

Dari penjelasan pada tabel 4.8 di atas, diperoleh keterangan sebagai berikut :
1) Pada studi awal, siswa yang menunjukkan tingkat motivasi belajar sebanyak 10 orang atau 31,25%
2) Pada siklus I, siswa yang menunjukkan motivasi belajar sebanyak 16 orang atau 50,00%
3) Pada siklus II, siswa yang menunjukkan motivasi belajar sebanyak 24 orang atau 75,00%
4) Pada siklus III, siswa yang menunjukkan motivasi belajar sebanyak 32 orang atau 100%
5) Pada studi awal ke siklus I, motivasi belajar mengalami kenaikan sebesar 18,75% atau 6 orang siswa.
6) Pada siklus I ke siklus II, motivasi belajar mengalami kenaikan sebesar 25% atau 8 siswa.
7) Pada siklus II ke siklus III, motivasi belajar mengalami kenaikan sebesar 25% atau 8 siswa.
Untuk lebih jelasnya peningkatan motivasi belajar dapat dilihat pada gambar diagram batang berikut ini :
















Gambar 4.6 Diagram Batang Peningkatan Motivasi Belajar pada Setiap Siklus Perbaikan Pembelajaran

2. Deskripsi Hasil dan Refleksi
Dari beberapa paparan di atas dapat dideskripsikan bahwa, pada studi awal peneliti menggunakan pembelajaran biasa. Hasil tes formatif pada Studi awal motivasi belajar hanya sebesar 31,25% (10 siswa) dan hanya mencapai nilai rata-rata 68,44 dengan jumlah siswa yang mencapai ketuntasan sebanyak 4 siswa (12,50%) dan yang belum mencapai ketuntasan sebanyak 28 siswa (87,50%). Pada studi awal peneliti hanya menggunakan metode ceramah. Seluruh siswa mendengarkan penjelasan peneliti kemudian pada akhir pembelajaran diadakan tes.
Hasil dari Siklus pertama menunjukkan peningkatan motivasi belajar yang cukup baik, Dari 32 siswa baru 11 siswa (34,38%) yang dinyatakan tuntas, dan masih ada 21 orang siswa (65,63%) yang belum tuntas. Adapun penjelasan tentang peningkatan motivasi belajar siswa pada siklus pertama sebesar 20% atau sebanyak 16 siswa. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan motivasi belajar siswa sebesar 18,75% (6 siswa) dari studi awal pembelajaran dengan peningkatan nilai rata-rata kelas sebesar 72,19 atau meningkat 3,75 dari studi awal sebesar 68,44.
Sebagai langkah tindaklanjut dari temuan masalah pada siklus pertama, peneliti bersama-sama dengan observer melakukan refleksi mengapa pada saat pembentukan kelompok, belum memperhatikan faktor-faktor kedekatan antar anggota dalam kelompoknya, misalnya kedekatan pertemanan dan kedekatan lokasi tempat tinggal?, mengapa keanggotaan siswa tiap kelompok kerja yang terlalu banyak dapat mengurangi keefektifan pembelajaran?, dan mengapa kurangnya fasilitas referensi buku sumber untuk mengembangkan materi pembelajaran dapat berpengaruh terhadap tingkat penyerapan materi pembelajaran oleh siswa?
Dari kenyataan temuan pada saat pelaksanaan siklus pertama, maka peneliti bersama-sama dengan observer memutuskan untuk mengadakan perbaikan pada siklus kedua dengan menerapkan : siswa menentukan sendiri kelompoknya berdasarkan faktor-faktor kedekatan antar anggota dalam kelompoknya, misalnya kedekatan pertemanan dan kedekatan lokasi tempat tinggal, keanggotaan siswa tiap kelompok kerja semakin diperkecil sehingga diharapkan dapat meningkatkan keefektifan pembelajaran dan memperbanyak fasilitas referensi buku sumber untuk mengembangkan materi pembelajaran misalnya dengan meminjam buku-buku yang relevan dengan materi pembelajaran di perpustakaan sekolah dan mempersilahkan siswa untuk bebas memilih sendiri buku-buku tersebut sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
Pada siklus II peneliti mengharapkan hasil pembelajaran meningkat. Usaha peneliti untuk meningkatkan hasil belajar tersebut dengan melihat kelemahan-kelemahan pada siklus I. Salah satu kelemahan pada pembelajaran siklus I adalah dalam kerja kelompok dengan teman sebangku tidak ada siswa pendamping. Siklus II peneliti mengembangkan kerja kelompok dengan empat siswa dalam satu kelompok dan menyebarkan siswa yang pandai ke semua kelompok. Hal itu bertujuan agar siswa yang pandai dapat menjadi siswa pendamping pada siswa yang lain. Selain itu proses kerja kelompok juga selalu dibimbing atau diawasi oleh peneliti.
Peningkatan ketuntasan belajar 71,88 (23 siswa) dan peningkatan motivasi sebesar 75% (24 siswa) dari 32 siswa. Secara umum baik ketuntasan maupun motivasi belajar siswa mengalami kenaikan yang cukup baik, ketuntasan belajar meningkat sebesar 71,88% atau sebanyak 23 siswa, sedangkan nilai rata-rata kelas menajdi 77,81 dari siklus pertama sebesar 72,19 atau meningkat 5,63.
Sebagai langkah tindaklanjut dari temuan masalah pada siklus kedua, peneliti bersama-sama dengan observer melakukan refleksi bahwa anggota kelompok kerja yang telah dibentuk oleh masing-masing siswa berdasarkan kedekatan antar anggota dalam kelompoknya, misalnya kedekatan pertemanan dan kedekatan lokasi tempat tinggal masih belum bisa memberikan hasil yang maksimal, jumlah anggota kelompok yang diperkecil terbukti masih belum benar-benar efektif meningkatkan kinerja kelompok, dan penggunaan buku-buku referensi yang dibutuhkan oleh para siswa yang berasal dari pinjaman perpustakaan sekolah masih dirasakan kurang banyak.
Dari kenyataan temuan pada saat pelaksanaan siklus kedua, maka peneliti bersama-sama dengan observer memutuskan untuk mengadakan perbaikan pada siklus ketiga dengan menerapkan pembentukan anggota kelompok kerja oleh masing-masing siswa berdasarkan kedekatan antar anggota dalam kelompoknya, makin difokuskan pada pembimbingan oleh teman yang lebih pandai ke teman yang kurang pandai, jumlah anggota kelompok semakin diperkecil dan diharapkan benar-benar efektif meningkatkan kinerja kelompok, dan semakin memperbanyak jumlah buku-buku referensi yang dibutuhkan oleh para siswa yang berasal dari pinjaman perpustakaan sekolah sehingga diharapkan setiap kelompok dapat menggunakan lebih dari 3-4 buku refensi yang digunakan.
Peningkatan rata-rata kelas pada siklus III ini dikarenakan peneliti melaksanakan pembelajaran seperti pada siklus II ditambah dengan cara bermain yang melibatkan siswa secara aktif. Hasil pembelajaran Siklus III sudah dapat dinyatakan berhasil. Dari jumlah siswa 32 orang, 31 siswa (96,88%) dinyatakan tuntas belajarnya, demikian pula dengan peningkatan motivasi belajar yang mencapai 100%, didukung oleh peningkatan nilai rata-rata kelas sebesar 85,31 pada siklus ketiga yang berarti mengalami peningkatan cukup signifikan dari siklus kedua sebesar 7,50.
Hampir semua tujuan telah tercapai sesuai dengan kriteria keberhasilan yang ditentukan. Berdasarkan hasil pengolahan data-data dan hasil observasi dilakukan analisis dan dapat diketahui bahwa semua tujuan telah tercapai sesuai dengan kriteria keberhasilan yang ditentukan. Hal ini dapat dibuktikan dengan :
1) Pembelajaran berlangsung sangat kondusif dan interaktif. Siswa tampak senang belajar. Hal ini tampak dari kesungguhan siswa dalam melaksanakan tugas yang diberikan guru.
2) Jumlah siswa yang tuntas sudah jauh melampuai kriteria yang ditetapkan bahkan mencapai angka sangat baik yakni 100%.
3) Sesuai dengan indikator yang ditentukan siswa yang benar-benar bersungguh-sungguh dalam belajar berjumlah 32 siswa. Ini berarti semua siswa menunjukkan motivasi dalam belajar

C. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Siklus I
Pada siklus I peneliti menggunakan metode ceramah dan tanya jawab serta kerja kelompok yang terdiri dari tiga-empat siswa setiap kelompok. Hasilnya belum mencapai ketuntasan. Pengukuran tingkat keberhasilan disesuaikan dengan kriteria keberhasilan yang telah ditentukan. Hasil pengukuran tersebut menunjukkan bahwa keberhasilan upaya belum sesuai dengan kriteria keberhasilan.
a. Motivasi Belajar
Dari 32 siswa yang mengikuti proses perbaikan pembelajaran pada siklus pertama, baru 11 siswa (34,38%) yang dinyatakan termotivasi belajarnya, dan masih ada 21 orang siswa (65,63%) yang belum mengalami peningkatan motivasi belajar. Keadaan ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan yang cukup baik dari studi awal, dimana hanya ada 10 siswa (31,25%) menjadi 16 siswa atau sebesar 50%, pada siklus pertama atau mengalami kenaikan 6 siswa (18,75%)
b. Hasil Belajar
Kenaikan prestasi hasil belajar ditunjukkan dengan peningkatan nilai rata-rata kelas pada setiap siklusnya, hal ini ditunjukkan dengan peningkatan dari 68,44 pada studi awal menjadi 72,19 pada siklus pertama atau terjadi kenaikan 3,75 dari studi awal.
c. Ketuntasan Belajar
Ketuntasan belajar siswa juga mengalami kenaikan dimana pada studi awal hanya 4 siswa (12,50%) menjadi 11 siswa (34,38%) pada siklus pertama, atau mengalami kenaikan 7 siswa (21,88%) dari studi awal.
Pengukuran tingkat keberhasilan disesuaikan dengan kriteria keberhasilan yang telah ditentukan. Hasil pengukuran tersebut menunjukkan bahwa keberhasilan upaya belum sesuai dengan kriteria keberhasilan. Hal ini disebabkan oleh keanggotaan siswa tiap kelompok kerja terlalu banyak dan kurangnya fasilitas referensi buku sumber untuk mengembangkan materi pembelajaran. Kedua penyebab tersebut dijadikan bahan oleh peneliti untuk mendiskusikannya dengan teman sejawat dan supervisor.
2. Siklus II
Siklus II peneliti mengembangkan kerja kelompok dengan empat siswa dalam satu kelompok dan menyebarkan siswa yang pandai ke semua kelompok. Hal itu bertujuan agar siswa yang pandai dapat menjadi siswa pendamping pada siswa yang lain. Selain itu proses kerja kelompok juga selalu dibimbing atau diawasi oleh peneliti.
Berdasarkan data hasil observasi dan data hasil tes formatif, yang dianalisis kemudian peneliti merefleksi untuk mencari penyebab belum tercapainya keberhasilan proses pembelajara siswa yang sesuai dengan kriteria-kriteria yang ditentukan.
a. Motivasi Belajar
Dari 32 siswa yang mengikuti proses perbaikan pembelajaran pada siklus kedua, ternyata ada 24 siswa (75%) yang dinyatakan termotivasi belajarnya, dan masih ada 8 orang siswa (25%) yang belum mengalami peningkatan motivasi belajar. Keadaan ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan yang cukup baik dari siklus pertama, dimana hanya ada 16 siswa (50%) menjadi 24 siswa (75%) pada siklus kedua atau mengalami kenaikan 8 siswa (25%).
b. Hasil Belajar
Kenaikan prestasi hasil belajar ditunjukkan dengan peningkatan nilai rata-rata kelas pada setiap siklusnya, hal ini ditunjukkan dengan peningkatan dari 72,19 pada siklus pertama menjadi 77,81 pada siklus kedua atau terjadi kenaikan 5,63 dari siklus pertama.
c. Ketuntasan Belajar
Ketuntasan belajar siswa juga mengalami kenaikan dimana pada studi pertama hanya 11 siswa (34,38%) menjadi 23 siswa (71,88%) pada siklus kedua, atau mengalami kenaikan 12 siswa (37,50%) dari siklus pertama.
Hasil refleksi menemukan penyebab hal tersebut, yaitu keterbatasan waktu pada langkah penerapan gagasan sehingga pembelajaran nampak terburu-buru dan pelaksanaan tes formatif melalui pendekatan soal-soal. Kedua hal penyebab inilah yang akan dijadikan bahan pertimbangan untuk melakukan tambahan perbaikan pembelajaran pada siklus ketiga dengan melaksanakan diskusi kelas
3. Siklus III
Siklus III menggunakan metode Inquiri dalam kerja kelompok sesuai dengan pendapat Suciati (2007:6.15) menyatakan “Diskusi atau kerja kelompok dapat digunakan guru untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar. Guru dapat menggunakan sumber belajar lain dalam membantu siswa memahami materi pelajaran.” Dan Syaekh Muhammad Said Musri (2003: 23) menyatakan anak mempunyai kecenderungan alami untuk meneliti sehingga dia mendapatkan pengetahuan, kemudian dikembangkan berdasarkan pengalaman sendiri.
Peningkatan rata-rata kelas pada siklus III ini dikarenakan peneliti melaksanakan pembelajaran seperti pada siklus II ditambah dengan cara bermain yang melibatkan siswa secara aktif. Penjelasan mengenai peningkatan kriteria keberhasilan proses pembelajaran adalah :
a. Motivasi Belajar
Dari 32 siswa yang mengikuti proses perbaikan pembelajaran pada siklus ketiga, ternyata ada 31 siswa (100%) yang dinyatakan termotivasi belajarnya. Keadaan ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan yang cukup baik dari siklus kedua, dimana hanya ada 24 siswa (75%) menjadi 32 siswa (100%) pada siklus ketiga atau mengalami kenaikan 8 siswa (25%).
b. Hasil Belajar
Kenaikan prestasi hasil belajar ditunjukkan dengan peningkatan nilai rata-rata kelas pada setiap siklusnya, hal ini ditunjukkan dengan peningkatan dari 77,81 pada studi awal menjadi 85,31 pada siklus kedua atau terjadi kenaikan 7,50 dari siklus ketiga.
c. Ketuntasan Belajar
Ketuntasan belajar siswa juga mengalami kenaikan dimana pada pada siklus kedua hanya 23 siswa (71,88%) menjadi 31 siswa (96,88%) pada siklus ketiga, atau mengalami kenaikan 8 siswa (25%) dari studi awal.
Berdasarkan hasil diskusi dengan observer, IPS, materi mendeskripsikan perkembangan teknologi transportasi dengan menerapkan metode inquiri telah memenuhi kriteria keberhasilan yang ditentukan. Hal tersebut dibuktikan dengan kenaikan motivasi dan hasil belajar siswa yang terjadi pada setiap siklus menunjukkan kenaikan yang signifikan. Peningkatan motivasi siswa menunjukkan perolehan pada studi awal hanya 10 siswa atau 31,25%, naik menjadi 16 siswa atau 50% pada siklus pertama, serta 75% pada siklus kedua dan pada siklus teraskhir menjadi 100%. Hal tersebut didukung pula oleh kenaikan hasil belajar siswa dari rata-rata pada studi awal hanya 68,44, naik menjadi 72,19 pada siklus pertama, serta 77,81 pada siklus kedua, dan pada siklus ketiga menjadi 85,31 dengan tingkat ketuntasan belajar sebanyak 4 siswa (23,81%) pada studi awal, 34,88% atau 11 siswa pada siklus pertama, 23 siswa (71,88%) pada siklus kedua dan pada siklus terakhir menjadi 96,88%, atau 31 siswa, dan masih ada satu orang siswa (3,13%) yang belum tuntas, sehingga semua kriteria ketuntasan telah tercapai pada siklus ketiga.
Melihat hasil ketuntasan belajar dan peningkatan motivasi belajar siswa, maka dapat disimpulkan bahwa proses perbaikan pembelajaran IPS tentang perkembangan teknologi komunikasi ini berakhir sampai pada pembelajaran siklus ketiga dan kepada siswa belum tuntas akan diberikan program remidial.