Lencana Facebook

banner image

Saturday 14 July 2012

Penelitian Tindakan Sekolah (PTS)


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Maju mundurnya ataupun baik buruknya dunia pendidikan sangat tergantung pada guru sebagai tenaga pengajar. Hal ini dikuatkan dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, yang mendefinisikan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Hal tersebut bertujuan untuk mengatur kedudukan guru sebagai tenaga profesional. Guru sebagai tenaga profesional disini mengandung arti bahwa pekerjaan guru hanya dapat dilakukan oleh seseorang yang mempunyai kualifikasi akademik, kompetensi, dan sertifikat pendidikan sesuai dengan persyaratan untuk setiap jenis dan jenjang pendidikan tertentu. Dan yang lebih utama lagi adalah guru harus memperoleh penghasilan di atas kebutuhan minimum sehingga memiliki kesempatan untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya.
Selain sebagai tenaga pengajar, guru juga berperan sebagai agen pembelajaran (learning agent). Maksud dari agen pembelajaran adalah guru tidak hanya berperan sebagai tenaga pengajar saja, tetapi guru juga harus bisa berperan sebagai fasilitator, motivator, pemacu, perekayasa pembelajaran, dan pemberi inspirasi belajar bagi peserta didik. Sehingga guru benar-benar menjadi seseorang yang dapat digugu dan ditiru.
Pengakuan dari pemerintah tersebut setidaknya dapat menjadi satu motivasi bagi guru untuk bekerja lebih giat dengan menunjukkan kinerja yang lebih baik demi mempertanggungjawabkan kedudukannya sebagai tenaga profesional. Seperti tertuang dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa pendidik dan tenaga kependidikan berkewajiban untuk: (a) menciptakan suasana pendidikan yang bermakna menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis; (b) mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan; dan (c) memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya.
Guru yang profesional diharapkan dapat mengantar siswa mempelajari ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga siswa mempunyai kompetensi dan mampu bersaing. Oleh karena itu, hal tersebut perlu menjadi  perhatian dan pemikiran pemerintah, masyarakat dan sekolah (guru) untuk bersama-sama menetapkan strategi dan konstribusi optimal terhadap pengembangan profesionalisme guru.  Selain itu,  hal yang penting adalah dibentuknya segera kesadaran bersama bahwa : (1) peningkatan mutu pendidikan merupakan komitmen untuk meningkatkan mutu sumber daya manusia sebagai modal dasar pembangunan bangsa dan (2) pemerataan daya tampung pendidikan harus disertai pemerataan mutu pendidikan, sehingga mampu menjangkau seluruh lapisan masyarakat.           
Kondisi di SD Negeri Rejodadi 04 saat sekarang aktivitas guru dalam pembelajaran lebih mendominasi, bahkan selama belajar pembelajaran guru cenderung tidak memberi kesempatan kepada siswa untuk ikut aktif.  Guru terjebak pada metode mengajar ceramah yang monoton, statis, tanpa menggunakan metode variasi yang lainnya. Hal ini berarti merupakan kendala atau hambatan yang dihadapi oleh guru. Akibatnya aktivitas dan perkembangan potensi siswa dalam pembelajaran rendah dan tidak mencapai secara optimal. Agar pembelajaran bisa mencapai tujuan secara optimal, maka guru berupaya dalam peningkatan kualitas pendidikan dimulai dari peran guru sebagai nahkoda dan yang akan menghantarkan siswa ke tempat tujuan. Melalui kegiatan belajar, pembelajaran seorang guru perlu memilih strategi pembelajaran yang menarik.
Mutu pendidikan yang rendah kadang-kadang ditimpakan kepada siswa dengan berbagai alasan misalnya motivasi siswa rendah, input sekolah rendah, fasilitas tidak memadai dan kurang adanya dana. Jika fenomena ini di cermati, maka permasalahan-permasalahan yang muncul tersebut disebabkan oleh kemampuan guru dalam pembelajaran. Pembelajaran  selama  ini belum baik dan   menyenangkan.  Guru belum memberdayakan semua potensi dalam kelas untuk mendukung ketercapaian tujuan pembelajaran.  Guru mengajar belum dengan penuh motivasi yang tinggi.  Guru mengajar belum mengoptimalkan interaksi guru-siswa di kelas. Siswa dalam kegiatan belajar belum menggunakan berbagai sumber belajar. Siswa dalam belajar belum menggunakan  buku ajar. Guru mengajar belum menggunakan media pembelajaran yang tepat dan sesuai karakteristik pokok bahasan. Guru dalam mengajar belum mempunyai strategi dan panduan pembelajaran. Guru belum mengimplementasikan teknik mengajar yang tepat.
Untuk mewujudkan pembelajaran yang bermutu, para guru dituntut supaya memiliki kemampuan profesional yang memadai agar dapat melaksanakan pembelajaran secara komunikatif dan terpadu, mengingat hasil belajar yang bermutu sangat ditentukan oleh proses pembelajaran. Menurut Sudjarwo (2003) bahwa, mutu pembelajaran bergantung pada tiga unsur yaitu: (1) tingkat partisipasi siswa dan jenis kegiatan pembelajaran; (2) peran guru dalam pembelajaran dengan metode dan teknik-teknik yang bervariasi; dan (3) pengorganisasian kelas.
Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa sebagian besar guru saat ini dalam menyampaikan mata pelajaran masih menggunakan strategi penyampaian dengan komunikasi satu arah. Karena itu guru cenderung aktif dan siswa cenderung pasif. Disamping itu, strategi penyampaian yang digunakan cenderung verbal (hanya dengan kata-kata). Guru jarang menggunakan strategi penyampaian yang menekankan pada aktivitas siswa. Kondisi tersebut memerlukan perhatian yang serius, dan akan membawa implikasi usaha peningkatan kemampuan guru khususnya dalam merencanakan strategi pembelajaran yang sesuai dengan kondisi siswa. Sejalan dengan itu, berdasarkan analisis konseptual dan pembelajaran di SD Negeri Rejodadi 04, pembelajaran masih kurang mengembangkan potensi siswa dan masih belum banyak guru menyampaikan mata pelajaran menggunakan model pembelajaran tertentu sehingga proses pembelajaran kurang variatif dan masih bersifat transfer informasi.
Fenomena rendahnya mutu prestasi belajar siswa dan layanan pembelajaran yang belum mengoptimalkan kemampuan siswa itu merupakan tantangan yang perlu dihadapi. Mutu proses pembelajaran dan hasil belajar siswa akan dapat distimulasi dan dicapai jika guru dapat membangkitkan motivasi belajar, minat atau perhatian, keaktifan, dan kemandirian siswa. Materi pelajaran akan lebih menarik jika dikaitkan dengan kehidupan siswa sehari-hari serta pada kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu perlu dikembangkan dan diterapkan suatu model pembelajaran yang dapat menjawab fenomena tersebut.
Berdasarkan dari permasalahan tersebut di atas maka perlu adanya metode pebelajaran yang menarik bagi siswa untuk mengembangkan kemampuannya melalui pembelajaran. Adapun salah satu cara untuk meningkatkan motivasi dan aktivitas siswa yakni dengan peningkatan mutu pembelajaran dengan model Contextual Teaching and Learning (CTL). Merupakan suatu proses penerapan ide, konsep, kebijakan atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak baik berupa perubahan pengetahuan, keterampilan maupun nilai dan sikap.

B.     Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan tersebut serta mencermati pentingnya kompotensi guru di SD Negeri Rejodadi 04, maka dapat diidentifikasikan beberapa permasalahan sebagai berikut :
  1. Kecenderungan guru yang mengajar di SD Negeri Rejodadi 04 tidak bekerja dengan sepenuh hati, mereka sering menunjukkan sikap yang tidak professional
  2. Guru kurang empati terhadap profesinya sebagai guru, tidak peduli dengan prestasi kerja, apalagi peduli terhadap hasil belajar siswa.
  3. Pemahaman guru dalam proses pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran yang aktual seperti pendekatan kontekstual masih kurang.
  4. Proses pembelajaran yang dilaksanakan cenderung kurang memperhatikan pengalaman peserta didik.
  5. Proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru belum memberikan ruang kepada peserta didik untuk meningkatkan kreativitasnya.
  6. Guru kurang dapat menciptakan suasana belajar yang kondusif dan bermakna, hal ini mengakibatkan peserta didik tidak serius dalam mengikuti proses belajar mengajar.

C.    Pembatasan masalah
Dari beberapa identifikasi yang telah diuraikan tersebut, maka yang akan diteliti adalah masalah yang berkaitan dengan peningkatan kompotensi guru. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan peningkatan melalaui pengetahuan guru tentang metode pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk mencapai pembelajaran secara optimal. Dalam penelitian ini yang akan menjadi pelaku dari penelitian adalah guru SD Negeri Rejodadi 04 sedang peneliti sebagai kolaborator.

D.    Rumusan Masalah
Berdasarkan beberapa permasalahan yang muncul, penelitian merumuskan sebagai berikut :”Apakah dengan peningkatan pengetahuan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL), dapat meningkatkan kompotensi guru SD Negeri Rejodadi 04?”

E.     Pemecahan Masalah
Untuk memecahkan masalah yang ditentunkan diatas yaitu untuk meningkatkan kompotensi guru, maka akan  dilakukan pendampingan pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) pada guru.


F.     Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada latar belakang masalah, pembatasan masalah dan perumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah peningkatan pengetahuan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL), dapat  meningkatkan kompetensi guru-guru SD Negeri Rejodadi 04.

G.    Manfaat Penelitian
Hasil penelitian tindakan sekolah ini diharapkan akan bermanfaat bagi pengembangan dan peningkatan kompotensi guru bagi :
1.      Guru
Guru lebih kompetensi, sehingga           penyampaian materi  menjadi efektif dan lebih menarik karena menggunakan model Contextual Teaching and Learning (CTL). Di samping itu model pembelajaran menjadi efektif tidak monoton dan didukung oleh media pembelajaran yang dimanfaatkan secara optimal. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi guru untuk mengetahui masalah-masalah yang mungkin dan akan dihadapinya.
2.      Sekolah
   Menambah nilai plus dalam beraktivitas dan berkreativitasnya para guru melalui model Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam pembelajaran agar proses kegiatan belajar pembelajaran lebih meningkat.         Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi sekolah terkait untuk mengambil kebijakan dalam rangka meningkatkan kinerja guru sebagai tenaga profesional.
3.      Bagi Ilmu Pengetahuan
Penelitian ini dapat memberikan konstribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan terutama berkaitan dengan kompetensi guru, khususnya pada guru yang mengajar di SD Negeri Rejodadi 04.


Secara lengkap,.... silahkan kasih komentar !