Lencana Facebook

banner image

Sunday 2 October 2016

PTK BAHASA INDONESIA SMA KELAS IX



LAPORAN
PENELITIAN TINDAKAN KELAS


UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIDATO MELALUI PENERAPAN TEKNIK PEMODELAN PADA SISWA KELAS IX          
SMAN 2 ............ KABUPATEN ............
TAHUN PELAJARAN ….. / ……



Diajukan untuk Memenuhi  Persyaratan Kenaikan Pangkat
............................... dst disesuaikan








Oleh :

………………………………………..
NIP. ……………..








DINAS PENDIDIKAN………………………
SMAN........................................................................................
Jl. ……………………………………………………..
20….

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa peneliti panjatkan kehadirat Allah, Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan kasih dan karunia-Nya sehingga Laporan Penelitian Tindakan Kelas  (PTK) ini dapat selesai dengan baik.
Dalam PTK ini peneliti menentukan judul yaitu Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpidato melalui Penerapan Teknik Pemodelan pada Siswa Kelas IX SMAN 2 ............ Kabupaten ............  Tahun Pelajaran ….. / …… Penelitian ini diajukan untuk melengkapi syarat-syarat Kenaikan pangkat dari golongan ………. ke golongan …...
Peneliti mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan penelitian ini khususnya kepada:
1.    ……………….., selaku Kepala Dinas  ………………..
2.    ……………….., selaku Pengawas SMA ……………
3.    ……………….., selaku Kepala Sekolah ……………………………..
4.    Segenap warga …………….  khususnya guru-guru ……… yang telah membantu penyelesaian karya ini.
Akhirnya penulis mohon saran dan kritik dari pembaca demi perbaikan langkah berikutnya. Harapan peneliti semoga hasil penelitian ini dapat memberikan dampak positip terhadap perkembangan peningkatan sumber daya manusia.
............,     ............
Penulis

ABSTRAK


Kemampuan berpidato yang rendah menjadi permasalahan tersendiri dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Untuk mengatasinya diperlukan strategi yang tepat, salah satunya dengan penerapan teknik pemodelan. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana Upaya Peningkatan Kemampuan Berpidato Melalui Penerapan Teknik Pemodelan pada Siswa Kelas IX SMAN 2 ............ Kabupaten ............  Tahun Pelajaran ….. / ……. Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran di kelas khususnya berpidato dengan menggunakan teknik pemodelan dan meningkatkan hasil belajar siswa agar kemampuan berpidato dengan menggunakan teknik pemodelan meningkat. Penelitian ini dilaksanakan di kelas IX SMPN 1 Batu Ampar  tahun pelajaran …../….. yang berjumlah 27 orang, …. orang perempuan dan ….. orang laki-laki. Data kemampuan berpidato siswa diambil melalui tes lisan berpidato. Berdasarkan analisis data pembelajaran sebelumnya membuktikan bahwa penerapan teknik pemodelan telah memberikan efek peningkatan pada aktivitas dan hasil belajar siswa pada setiap siklus. Peningkatan aktivitas belajar dari 5 siswa atau 18,52%  dengan kriteria nilai baik pada pra siklus, menjadi 21 siswa atau 77,78% dengan kriteria nilai baik dan sangat baik, dan 25 siswa pada siklus terakhir dengan kriteria nilai baik dan kriteria sangat baik atau 92,59%. Adapun peningkatan hasil belajar pada pra siklus nilai rata-rata 45,83 dan hanya ada 4 siswa atau 14,81% siswa yang dinyatakan tuntas karena memperoleh nilai minimal 70 sesuai dengan KKM. Pada siklus pertama setelah pembelajaran dilakukan dengan menerapkan metode pemodelan, hasil belajar meningkat menjadi  13 siswa  atau 48,15% dengan nilai rata-rata sebesar 67,13. Pada siklus kedua dengan menerapkan metode pemodelan hasil belajar meningkat  menjadi rata-rata 81,02 dengan tingkat ketuntasan belajar siswa sebesar 88,89%. Adapun siswa belum tuntas sebesar 85,19% atau 23 siswa pada kondisi awal, menurun menjadi 14 siswa atau 51,85% pada siklus pertama dan 3 siswa atau 11,11% pada siklus kedua. Hasil ini telah mencapai persentase target keberhasilan yang telah ditentukan oleh peneliti sebelum penelitian dilakukan yaitu 85% dan nilai rata-rata minimal 70. Dari hasil penelitian tindakan kelas ini dapat disimpulkan bahwa penerapan teknik pemodelan dapat meningkatkan kemampuan dan hasil belajar berpidato siswa IX SMAN 2 ............ Kabupaten ............  Tahun Pelajaran ….. / ……..

Kata kunci: berpidato, teknik pemodelan, kemampuan, hasil belajar,








DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR JUDUL.............................................................................................       i
LEMBAR PENGESAHAN..............................................................................      ii
ABSTRAK.........................................................................................................     iii
KATA PENGANTAR.......................................................................................     iv
DAFTAR ISI.....................................................................................................      v
DAFTAR TABEL..............................................................................................     vi
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................    vii
DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................................   viii

BAB      I      PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang Masalah ........................................................       
B.      Rumusan Masalah ..................................................................       
C.      Tujuan Penelitian ...................................................................       
D.      Manfaat Penelitian .................................................................       
BAB      II     TINJAUAN PUSTAKA
A.  Kajian Teori ...........................................................................       
B.   Kerangka Berpikir .................................................................       
C.   Hipotesis Tindakan ................................................................       
BAB     III    METODE PENELITIAN
A.    Setting Penelitian....................................................................       
B.     Metode dan Rancangan Penelitian.........................................       
C.     Subjek Penelitian ...................................................................       
D.    Teknik Pengumpulan Data .....................................................       
E.     Teknik Analisis Data ..............................................................       
F.      Prosedur Penelitian ................................................................       
G.    Indikator Keberhasilan...........................................................       

BAB     IV    HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN
A.  Hasil Penelitian.......................................................................       
B.   Pembahasan............................................................................       

BAB      V     PENUTUP
A.  Simpulan ................................................................................       
B.   Saran.......................................................................................       

DAFTAR PUSTAKA                       
LAMPIRAN-LAMPIRAN




DAFTAR TABEL

TABEL                                                                                                       Halaman

Tabel   3.1 ... Kriteria Penilaian Hasil Observasi Aktivitas Siswa.....................         
Tabel   3.2.... Indikator Bobot Penilaian Kemampuan Penyajian Lisan (Pidato)                   
Tabel   3.3 ... Tolok Ukur Penilaian Kemampuan Berpidato.............................         
Tabel   4.1.... Rekapitulasi  Hasil Observasi Siswa Terhadap Kegiatan Peneliti Pada Pra siklus                   
Tabel   4.2.... Rekapitulasi  Pelaksanaan Tes Hasil Belajar Pada Pra siklus......         
Tabel   4.3.... Rekapitulasi  Hasil Observasi Siswa Terhadap Kegiatan Peneliti Pada Siklus Pertama           .....................................................................................................
Tabel   4.4.... Rekapitulasi  Pelaksanaan Tes Hasil Belajar Pada Siklus Pertama                   
Tabel   4.5.... Rekapitulasi  Hasil Observasi Siswa Terhadap Kegiatan Peneliti Pada Siklus Kedua              .....................................................................................................
Tabel   4.6.... Rekapitulasi  Pelaksanaan Tes Hasil Belajar Pada Siklus Kedua                     
Tabel   4.7.... Rekapitulasi  Hasil Observasi Terhadap Aktivitas Siswa selama Proses Pembelajaran pada Pra siklus, Siklus I dan Siklus II .......................................................         
Tabel   4.8.... Rekapitulasi  Tes Hasil Belajar pada Pra siklus, Siklus I dan Siklus II            





















DAFTAR GAMBAR

GAMBAR                                                                                                  Halaman

2.1    Kerangka Berpikir ...................................................................................         

4.1    Peningkatan Hasil Observasi Terhadap Kegiatan dan Aktivitas Siswa selama Proses Pembelajaran pada Pra siklus, Siklus I dan Siklus II..............................................................         

4.2    Peningkatan Tes Hasil Belajar pada Pra siklus, Siklus I dan Siklus II ...         



































DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN                                                                                                             

Lampiran    1     Surat Ijin Penelitian
Lampiran    2     Jurnal Kegiatan Penelitian
Lampiran    3     Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I
Lampiran    4     Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II
Lampiran    5     Daftar Hadir Siswa Pra siklus, Siklus I dan Siklus II
Lampiran    6     Daftar Hadir Peneliti Dan Observer
Lampiran    7     Hasil Nilai Tes Formatif Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
Lampiran    8     Data Hasil Observasi Siswa Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
Lampiran    9     Data Hasil Observasi Guru Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
Lampiran    10   Contoh Hasil Pekerjaan Siswa
Lampiran    11   Dokumentasi  Pelaksanaan Kegiatan Penelitian Pra siklus, Siklus I dan Siklus II



BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang Masalah
Dalam praktik pendidikan formal selama ini, pengajaran bahasa Indonesia masih menitikberatkan pada aspek pengetahuan atau teori yang bersifat kognitif, padahal untuk terampil dalam berbahasa Indonesia perlu didukung peranan sikap afektif dan psikomotor. Kondisi pembelajaran itulah yang menyebabkan pengajaran bahasa Indonesia dalam berbagai aspek keterampilan (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis) tidak dapat diterima secara maksimal. Dari keempat keterampilan tersebut, keterampilan menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang rumit dan kompleks karena dalam menulis seluruh unsur keterampilan berbahasa dilibatkan agar menghasilkan sebuah karya tulis yang baik. Keterampilan menulis tidak akan datang secara otomatis, melainkan harus sering berlatih dan mempraktikkannya.
Dalam kehidupan sehari-hari fungsi utama bahasa adalah sarana komunikasi. Bahasa dipergunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antarpenutur untuk berbagai keperluan dan situasi pemakaian. Berkomunikasi dalam rangka menyampaikan sesuatu dapat dilakukan secara lisan maupun tulisan. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia tentu tidak terlepas dari keterampilanketerampilan yang harus dicapai dalam berbahasa Indonesia
Keterampilan-keterampilan tersebut adalah mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Berdasarkan fakta di lapangan, peserta didik sering mengalami kesulitan dalam menguasai keterampilan berbicara. Kesulitan tersebut meliputi faktor kebahasaan yaitu ketepatan ucapan, intonasi (penempatan tekanan, sendi, nada, durasi yang sesuai), diksi dan faktor nonkebahasaan yaitu sikap yang wajar (tenang dan tidak kaku), pandangan kepada lawan bicara, gerak-gerik dan mimik yang tepat, kenyaringan suara, dan kelancaran (penguasaan topik). Kesulitan penguasaan ini berkaitan dengan kompetensi dasar (10.1) yaitu berpidato / khutbah / ceramah dengan intonasi yang tepat serta artikulasi dan volume suara yang jelas. Sedangkan indikator yang ingin dicapai adalah (1) siswa 2 mampu menyusun garis besar kerangka pidato / khutbah / ceramah melalui kegiatan diskusi, (2) siswa mampu mengembangkan kerangka pidato/ khutbah/ ceramah, (3) siswa mampu berpidato / khutbah / ceramah dengan intonasi yang tepat serta artikulasi dan volume suara yang jelas. (Model Silabus dan RPP, 2006: 46)
Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan (Tarigan, 1990:15). Berbicara merupakan keterampilan berbahasa selain keterampilan mendengarkan, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis (Nida dan Haris dalam Tarigan, 1990:1). Keterampilan berbicara merupakan keterampilan kebahasaan yang sangat penting. Syafi'ie (1993:33) mengemukakan, dengan keterampilan berbicaralah pertama-tama kita memenuhi kebutuhan untuk berkomunikasi dengan masyarakat tempat kita berada. Keraf (1997:314) menyebutkan bahwa peranan pidato, ceramah, penyajian lisan pada suatu kelompok masa merupakan hal yang sangat penting, baik pada waktu sekarang maupun waktu mendatang. Selain pentingnya keterampilan berbicara untuk berkomunikasi, keterampilan berbicara juga dapat bermanfaat secara praktis, yaitu untuk meningkatkan kualitas kehidupan sesorang. Melalui ketermpilan berbicara seseorang dapat meningkatkan penghasilannya sehingga mampu mendongkrak perekononomian keluarga, seperti menjadi seorang pembicara dalam sebuah seminar atau sebagai pembawa acara.
Dari uraian di atas, diketahui betapa pentingnya keterampilan berbicara bagi seseorang. Oleh karena itu, pembelajaran keterampilan berbicara perlu mendapat perhatian agar para siswa memiliki keterampilan berbicara, sehingga mampu berkomunikasi untuk menyampaikan isi hatinya kepada orang lain dengan baik. Selain betapa pentingnya keterampilan berbicara bagi seseorang, pembelajaran keterampilan berbicara perlu mendapatkan perhatian karena keterampilan berbicara tidak bisa diperoleh secara otomatis, melainkan harus belajar dan berlatih (Syafi'ie, 1993:33).
Berdasarkan hasil kegiatan pra-siklus, ternyata kemampuan berbicara khususnya pidato siswa kelas XI masih rendah dan belum memuaskan. Hal ini terlihat dari jumlah siswa yang 27 orang di kelas XI, hanya 4 siswa (14,81%) mendapatkan skor 70 ke atas, sisanya 23 siswa (85,19%) memperoleh skor di bawah 70 dengan nilai rata-rata 45,83. Hal tersebut jauh dari harapan karena 85% dari jumlah siswa belum bisa memenuhi standar ketuntasan minimal, yaitu 70. Penyebabnya adalah siswa belum memiliki cukup keberanian, kurang percaya diri, dan tidak mampu menyampaikan gagasannya secara lancar dan sistematis. Permasalahan tersebutlah yang mendorong peneliti untuk melakukan penelitian dengan topik, penggunaan media pemodelan untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa di XI SMAN 2 ............ Kabupaten ............ Tahun Pelajaran 2014/2015 dengan harapan mampu menjadi solusi dan alternatif dalam pembelajaran sehingga mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam pembelajaran berbicara khususnya berpidato.
Pendekatan kontekstual (Contexstual Teaching and Learning) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa. Dengan demikian, mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapan dalam kehidupan sebagai anggota keluarga dan masyarakat, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yaitu: konstruktivisme (contructivism), bertanya (questioning), penilaian sebenarnya (authentic assessment), menemukan (inquiry), masyarakat belajar (learning comunity), pemodelan (modeling), dan refleksi (reflection) (Depdiknas, 2005:5).
Dengan konsep pendekatan kontekstual tersebut, proses pembelajaran dapat berlangsung secara alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Pembelajaran berdasarkan pendekatan kontekstual mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa. Media pemodelan sebagai salah satu komponen pendekatan kontekstual mempunyai peran penting dalam pembelajaran keterampilan berbicara.
Berdasarkan hasil belajar siswa, peneliti merasa penting untuk melakukan penelitian tindakan kelas dalam upaya mengatasi kesulitan siswa. Peneliti memilih metode yang tepat dalam mengatasi kesulitan tersebut. Hal ini dilakukan guna memperbaiki hasil belajar berpidato siswa yang masih menggunakan metode membaca keras pidato yang telah dibuat.
Berdasarkan pengalaman mengajar berpidato yang dilakukan penulis, metode membaca keras membuat siswa tidak  memahami topik yang disampaikan. Siswa juga lebih terfokus pada teks yang dibaca daripada berkomunikasi dengan pendengar.
Dalam pembelajaran berbicara, tampaknya masih sedikit guru yang menggunakan media dalam mengajarkan keterampilan berbicara khususnya berpidato. Sebaiknya guru mempersiapkan berbagai macam media untuk menggairahkan pembelajaran berpidato. Peneliti mencoba memberikan contoh model berpidato yang bersumber dari video ”Juara lomba berpidato yang diadakan oleh Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Pada hari selasa, 16 Oktober 2012”. Model ini dipilih karena ketika berpidato sudah mampu menyampaikan gagasannya dengan kategori baik sekali, baik dari segi kebahasaan ataupun non kebahasaan. Tema yang dibawakan juga sangat dekat dengan situasi dunia nyata siswa yaitu, pengaruh pergaulan remaja. Kegiatan pemberian model dalam pembelajaran keterampilan berbicara bertujuan untuk mengomunikasikan gagasan yang dipikirkan dengan cara mendemonstrasikan, siswa diharapkan untuk belajar atau melakukan sesuatu. Komponen pemodelan melibatkan guru, siswa, dan orang luar sebagai model (dalam bentuk video). Penelitian mengenai keterampilan berbicara bukanlah hal baru dalam dunia pendidikan. Penelitian-penelitian tersebut sudah banyak dilakukan oleh mahasiswa pendidikan bahasa dan sastra Indonesia dan kebanyakan merupakan penenlitian tindakan kelas untuk memperbaiki pembelajaran keterampilan berbicara yang selama ini berlangsung.
Penulis menerapkan metode yang lebih kontekstual yaitu dengan teknik pemodelan (modeling karena penerapan teknik pemodelan dapat memberikan gambaran nyata kepada siswa tentang bagaimana cara berpidato yang benar dengan melihat model yang ada di sekitar kehidupan sehari-hari. Selain itu teknik pemodelan memiliki keunggulan yaitu, dapat membuat pengajaran menjadi lebih jelas dan konkret dengan adanya model, siswa lebih mudah memahami apa yang dipelajari dengan adanya model daripada hanya diberikan penjelasan, dan model bisa diperoleh langsung dari yang berkompeten/ahlinya.
Dari penjelasan sebagaimana diuraikan pada latar belakang permasalahan di atas, maka peneliti tertarik untuk melaksanakan kegiatan penelitian sebagai salah satu upaya perbaikan dengan judul Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpidato melalui Penerapan
Teknik Pemodelan pada Siswa Kelas XI   SMAN 2 ............ Kabupaten ............ Tahun Pelajaran 2014/2015
B.  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan masalah sebagai berikut: “Bagaimana Upaya Peningkatan Hasil dan Aktivitas Belajar Pembelajaran Bahasa Indonesia Materi berpidato melalui Penerapan Teknik Pemodelan pada Siswa Kelas XI SMAN 2 ............ Kabupaten ............ Tahun Pelajaran 2014/2015?”
C.  Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas tujuan penelitian adalah sebagai berikut.
1.  Memperbaiki proses pembelajaran di kelas khususnya berpidato dengan menggunakan teknik pemodelan.
2.  Meningkatkan hasil belajar siswa agar kemampuan berpidato dengan menggunakan teknik pemodelan meningkat.
D.  Manfaat Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, manfaat penelitian mencakup manfaat teoretis dan praktis.
1.    Manfaat Secara Teoretis
a.    Menambah pengetahuan tentang penerapan teknik pemodelan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia pada keterampilan berpidato.
b.    Meningkatkan kemampuan guru dan siswa di dalam pembelajaran dengan menggunakan teknik pemodelan.
2.    Manfaat Secara Praktis
a.    Manfaat bagi guru
1)        Sebagai masukan guru dalam meningkatkan minat belajar siswa dalam pelajaran Bahasa Indonesia.
2)        Memotivasi guru untuk meningkatkan kualitas dan kreativitas dalam proses pembelajaran di kelas.
3)        Bagi guru bidang studi agar dapat mengetahui kemampuan berpidato siswa kelas XI SMAN 2 ............ Kabupaten ............ Tahun Pelajaran 2014/2015.
b.    Manfaat bagi siswa
1)        Meningkatkan aktivitas dan minat belajar dalam meningkatkan keterampilan berbicara.
2)        Memotivasi siswa dalam melaksanakan aktivitas belajar di kelas, baik secara individu maupun kelompok.
c.    Manfaat bagi sekolah
1)        Dapat meningkatkan kinerja guru secara profesional.
2)        Menambah wawasan bagi guru mata pelajaran lain tentang pemanfaatan sumber belajar berbasis aneka sumber.




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.  Tinjauan Teori
1.    Berpidato
a.    Pengertian Pidato
Pidato adalah pengungkapan pikiran dalam bentuk kata-kata yang ditujukan kepada orang banyak atau wacana yang disiapkan untuk diucapkan di depan khalayak. (KBBI, 1990: 681) Pidato umumnya ditujukan kepada orang atau sekumpulan orang untuk menyatakan selamat, menyambut kedatangan tamu, memperingati hari-hari besar dan lain sebagainya. (Karomani, 2011: 12)
b.    Menyampaikan Pidato
Menyampaikan pidato atau berpidato adalah berbicara di hadapan orang banyak (di depan umum) dalam rangka menyampaikan suatu masalah untuk mencapai suatu tujuan tertentu, misalnya untuk bermusyawarah, memberikan rujukan dan sebagainya. (Tarigan, 1997:73) Berpidato juga merupakan suatu kegiatan menyampaikan gagasan secara lisan dengan menggunakan penalaran yang tepat serta memanfaatkan aspek-aspek nonkebahasaan (ekspresi wajah, kontak pandang, gerak tangan dan lain-lain) yang  dapat mendukung efisiensi dan efektifitas pengungkapan gagasan kepada orang banyak dalam suatu acara tertentu.
Hal- hal yang perlu disiapkan oleh orang yang berpidato sebagai berikut.
1)   Menentukan topik dan tujuan pidato
Topik merupakan persoalan yang dikemukakan, sedangkan tujuan pembicaraan berhubungan dengan tanggapan yang diharapkan dari para pendengar berkenaan dengan persoalan yang dikemukakan.
2)   Menganalisis pendengar dan situasi
Dengan menganalisis situasi akan didapatkan jalan keluar untuk menyiapkan cara-cara bagaimana pembicara harus menyesuaikan diri dalam menyampaikan uraiannya dan memberi jalan untuk menentukan suatu sikap yang harus diambil dalam menghadapi para pendengar. Menganalisis pendengar dapat dilakukan dengan cara mengaitkan pokok pembicaraannya dengan persoalan hidup pendengar.
3)   Memilih topik dan menyempitkan topik
Pemilihan topik hendaknya disesuaikan dengan sifat pertemuan serta data dan informasi tentang situasi dan pendengar yang akan hadir dalam pertemuan. Topik yang akan disajikan harus disempitkan atau dibatasi, disesuaikan dengan waktu yang disediakan.
4)   Mengumpulkan materi pidato
Materi pidato harus berhubungan dengan persoalan atau topik yang akan dibahas. Lebih banyak dan lebih lengkap bahan yang diperoleh akan memperlancar pembicara dalam menyusun suatu naskah.
5)   Menyusun dan mengembangkan kerangka pidato
Kerangka pidato dibuat terperinci dan tersusun baik. Dalam kerangka tersebut persoalan yang akan dibahas dibagi menjadi beberapa bagian / sub-subtopik. Tiap bagian dibagi menjadi bagian-bagian yang lebih kecil yang menjelaskan bagian sebelumnya.
6)   Menguraikan secara mendetail
Dalam penyusunan naskah hendaknya dipergunakan kata-kata yang tepat, penggunaan kalimat yang efektif, pemakaian istilah-istilah dan gaya bahasa yang dikehendaki sehingga dapat memperjelas uraian.
7)   Melatih dengan suara nyaring
Dengan melakukan latihan, seorang pembicara akan dapat membiasakan diri dan menemukan cara dan gaya yang tepat. (Gorys Keraf, 1994: 317-339)
c.    Tujuan Berpidato
Pidato memiliki empat tujuan penyajian yaitu:
1)   Menyampaikan informasi (informative) yaitu pidato yang bertujuan memberikan laporan atau pengetahuan atau sesuatu yang menarik untuk pendengar. Contoh: pidato penyuluhan cara pemakaian kompor gas.
2)   Meyakinkan dan mempengaruhi sikap pendengar (persuasive) yaitu pidato yang berisi tentang usaha untuk mendorong, meyakinkan dan mengajak pendengar untuk melakukan suatu hal. Contoh: pidato calon legislatif.
3)   Menghibur pendengar (rekreatif) yaitu pidato yang bertujuan untuk menghibur atau menyenangkan pendengar. Contoh: pidato di posko bencana, pidato dalam acara bakti sosial.
4)   Menekankan aspek-aspek pendidikan (educative) yaitu pidato yang berupaya menekankan pada aspek-aspek pendidikan. Contoh: pidato keagamaan. (Ochs and Winner dalam Tarigan, 2008:16)
d.   Kriteria Pidato yang Baik
Seseorang yang berpidato dengan baik akan meyakinkan pendengarnya untuk menerima dan mematuhi pikiran, informasi, gagasan atau pesan yang disampaikannya. Faktor- faktor yang harus diperhatikan agar dapat berpidato dengan baik adalah sebagai berikut.
1)   Harus mempunyai tekad dan keyakinan bahwa pembicara mampu meyakinkan orang lain. Dengan memiliki tekad ini maka akan tumbuh keberanian dan sikap percaya diri sehingga pembicara tidak akan raguragu mengucapkan pidatonya.
2)   Harus memiliki pengetahuan yang luas sehingga pembicara dapat menguasai materi dengan baik.
3)   Harus memiliki pembendaharaan kata yang cukup, sehingga pembicara mampu mengungkapkan pidato dengan lancar dan meyakinkan.
4)   Harus memiliki kebiasaan atau latihan yang intensif. Persiapan yang matang dan latihan yang intensif akan sangat membantu kelancaran berpidato. (Maidar dalam Karomani, 2011:12)
e.    Jenis-Jenis Pidato
Berdasarkan pada sifat isi pidato, pidato dibedakan sebagai berikut:
1)   Pidato pembukaan, yaitu pidato singkat yang dibawakan oleh pembawa acara atau MC (master of ceremony) dalam sebuah acara, seperti acara pernikahan, ulang tahun.  
2)   Pidato pengarahan, yaitu pidato yang dilakukan oleh seseorang pada suatu pertemuan resmi yang berfungsi untuk memberi pengarahan dalam melakukan sesuatu, seperti pidato kepala sekolah dalam mengarahkan acara PERSAMI.
3)   Pidato sambutan, yaitu pidato yang disampaikan pada suatu acara kegiatan atau peristiwa tertentu yang dapat dilakukan oleh beberapa orang dengan waktu yang terbatas secara bergantian, seperti pidato pada acara perpisahan sekolah.
4)   Pidato peresmian, yaitu pidato yang dilakukan oleh orang yang berpengaruh untuk meresmikan sesuatu, seperti pidato peresmian gedung baru oleh rektor.
5)   Pidato laporan, yaitu pidato yang berisi laporan suatu tugas atau kegiatan yang telah selesai dilaksanakan, seperti pidato laporan ketua kelompok kegiatan Pelatihan mengenai kegiatan-kegiatan pelatihan yang dilakukan.
6)   Pidato pertanggungjawaban, yaitu pidato yang berisi suatu laporan pertanggungjawaban, seperti pidato pertanggungjawaban ketua koperasi pada rapat akhir tahun. (http://organisasi.org/pengertian-pidato-tujuan-sifat-metode-susunan-danpersiapan-pidato-sambutan)
2.    Metode Pidato
Metode dalam berpidato dapat dibedakan menjadi empat:
a.    Metode menghafal, yaitu membuat suatu rencana pidato lalu menghapalnya kata per kata. Metode ini kebalikan dari metode impromtu. Pembicara mempersiapkan pidato yang akan disampaikan secara lengkap sebelum menyampaikan pidato, kemudian dihafal kata demi kata. Metode ini dapat melatih pembicara untuk melatih pemahaman sebelum menghafal teks pidato yang akan disampaikan. Selain itu, metode ini akan membuat pembicara lebih terfokus dengan teks yang telah dihafal dan audience yang dihadapi.
b.    Metode serta-merta, yaitu membawakan pidato tanpa persiapan dan hanya mengandalkan pengalaman dan wawasan. Metode ini dilakukan berdasarkan kebutuhan sesaat. Pembicara sebelum berbicara tidak melakukan persiapan sama sekali, melainkan secara serta merta berbicara berdasarkan kemampuannya dan pengetahuannya yang dikaitkan dengan situasi dan kepentingan saat itu.
c.    Metode naskah, yaitu berpidato dengan menggunakan naskah yang telah dibuat sebelumnya dan umumnya dipakai pada pidato-pidato resmi. Pembicara menyampaikan pidato dengan membacakan naskah yang telah ditulis, baik oleh diri sendiri maupun orang lain.
d.   Metode tanpa persiapan naskah (ekstemporan), yaitu metode tanpa persiapan naskah yang lengkap. Pembicara masih mempunyai kesempatan untuk membuat persiapan khusus berupa kerangka pembicaraan / catatan penting. Metode ini sangat dianjurkan sebagai jalan tengah. Uraian yang akan dibawakan pada metode ini direncanakan dengan cermat dan dibuat catatan yang penting, yang sekaligus menjadi urutan bagi uraian itu. Catatan-catatan ini hanya digunakan untuk mengingat urutan-urutan idenya. (Mulgrave, 1954:25)
Dari beberapa metode tersebut pada penelitian tindakan kelas ini peneliti memilih metode menghafal. Metode ini dipadukan dengan teknik pemodelan di mana  siswa akan melihat model menyampaikan pidato dengan cara menghafal, sehingga siswa akan terdorong untuk memahami terlebih dahulu pidato yang akan dihafalkan sebelum disampaikan.
Contoh Kerangka Pidato yang dikemukakan oleh Asul Wiyanto (2009:65)
Kerangka pidato tentang perpisahan
A. Pembuka (Ucapan syukur)
B. Isi
1. Cerita mulai pertemuan, kebersamaan, sampai saat perpisahan
2. Ucapan minta pamit
3. Ucapan terima kasih atas segala kebaikan dan kerjasama
4. Permintaan maaf atas segala kesalahan
5. Saling mendoakan
C. Penutup (Harapan agar yang berpisah tetap sehat dan dapat berjumpa lagi)
Contoh Teks Pidato
Pidato Perpisahan Siswa Kelas IX
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, Bapak Kepala Sekolah yang kami hormati, Ibu dan Bapak guru yang kami hormati, Teman-teman semuanya, Marilah kita ucapan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat, hidayah dan karunia-Nya kepada kita semua sehingga saat ini kita masih dapat berkumpul bersama di Aula SMP Negeri ………. dalam acara perpisahan kelas IX dengan adik-adik kelas VII dan VIII, tahun ajaran 2010/2011.
Ibu dan bapak guru yang kami hormati dan teman-teman semuanya,
Dulu kita tidak saling kenal, kita berasal dari berbagai sekolah, setelah diterima menjadi siswa kita saling kenal, dekat, baik itu antar siswa maupun siswa dengan guru. Kita sekolah bukan hanya sehari atau dua hari tetapi cukup lama waktunya. Kita berkumpul bersama belajar bersama bercanda bersama seperti hidup dalam sebuah keluarga. Namun semua itu tidaklah akan selamanya bersama. Setiap ada pertemuan pasti ada perpisahan. Perpisahan bukan berarti berpisah tidak akan bertemu lagi. Tetapi perpisahan itu hanyalah untuk menyelesaikan pendidikan kami di sekolah ini. Kami juga akan selalu ingat dengan sekolah yang kami tinggalkan. Dengan segala kerendahan hati kami memohon pamit kepada ibu dan bapak guru yang kami hormati dan selamat tinggal kepada adik-adik kelas VII dan VIII, semoga adik-adik bisa lebih baik dari kakak kalian sekarang.
Ibu dan Bapak guru yang kami hormati dan teman-teman semuanya,
Dalam kesempatan ini kami secara khusus mengucapakan terima kasih kepada bapak kepala sekolah, ibu dan bapak guru yang telah membimbing kami. Berkat bimbingan yang tekun, sabar, dan ikhlas kami dapat lulus dengan nilai yang cukup baik. Jasa ibu dan bapak guru tidak akan kami lupakan. Mudah-mudahan Allah SWT membalas jasa ibu dan bapak guru dengan balasan yang berlipat ganda. Kami sadar bahwa selama belajar di sekolah ini kami sering membuat jengkel ibu dan bapak guru. Kami sering melakukan kesalahan. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini kami mohon maaf. Demikian pula kepada adik-adik kelas VII dan VIII, kami minta maaf atas kesalahan kami selama bergaul dan bermain bersama. Akhirnya, kepada Ibu dan Bapak guru, kami pamit dan mohon doa restu. Mudahmudahan kami semua dapat melanjutkan ke sekolah pilihan kami masing-masing. Kepada adik-adik kami ucapkan selamat belajar dan selamat berjuang, semoga kelak lulus dengan nilai yang lebih baik lagi. Kalau ada sumur di ladang boleh kita menumpang mandi, kalau ada umur yang panjang kita dapat berjumpa lagi. Sekian. Atas perhatian Ibu dan Bapak guru serta adik-adik semuanya, kami ucapkan terima kasih.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
3.    Faktor-Faktor Penunjang Keefektifan Berpidato
Untuk menjadi pembicara yang baik, seorang pembicara harus memberikan kesan bahwa ia menguasai masalah yang dibicarakan, pembicara harus memperlihatkan keberanian dalam berbicara. Selain itu pembicara harus berbicara dengan tepat dan jelas. Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan oleh pembicara untuk keefektifan berbicara yaitu faktor kebahasaan dan nonkebahasaan. (Arsjad dan Mukti, 1988:17-22)
a.    Faktor Kebahasaan
Berikut ini adalah faktor kebahasaan yang dikemukakan oleh Arsjad dan Mukti (1988:17-22).
1)   Ketepatan Ucapan
Seorang pembicara harus membiasakan diri mengucapkan bunyi-bunyi bahasa secara tepat. Pengucapan bunyi bahasa yang kurang tepat dapat  mengalihkan perhatian pendengar. Sudah tentu pola ucapan dan artikulasi yang digunakan tidak selalu sama untuk setiap kalimat.
2)   Penempatan Tekanan, Sendi, Nada, Durasi yang Sesuai
Kesesuaian tekanan, sendi, nada, dan durasi akan menjadi daya tarik tersendiri dalam berbicara, bahkan kadang-kadang merupakan faktor penentu. Walaupun masalah yang dibicarakan kurang menarik, dengan penempatan tekanan, sendi, nada, dan durasi yang sesuai dapat menjadikan topik pembicaraan menjadi menarik. Sebaliknya jika penempatannya datar saja, maka dapat dipastikan akan menimbulkan kejemuan dan keefektifan berbicara menjadi berkurang.
3)   Pilihan Kata (Diksi)
Pilihan kata hendaknya tepat, jelas dan bervariasi. Maksudnya mudah dimengerti pendengar yang menjadi sasaran. Pendengar akan lebih termotivasi dan akan lebih paham kalau kata-kata yang digunakan kata-kata yang sudah dikenal.
4)   Ketepatan Sasaran Pembicaraan
Pembicara sebaiknya menggunakan kalimat efektif agar memudahkan pendengar menangkap pembicaraannya. Susunan penuturan kalimat ini sangat besar pengaruhnya terhadap keefektifan penyampaian sehingga menimbulkan pengaruh, meninggalkan kesan, atau menimbulkan akibat.
b.   Faktor Nonkebahasaan
Berikut ini adalah faktor nonkebahasaan yang dikemukakan oleh Arsjad dan Mukti (1988:17-22).
1)   Sikap yang wajar, tenang, dan tidak kaku
Pembicara yang tidak tenang, kaku akan memberi kesan pertama yang kurang menarik. Padahal, kesan pertama ini sangat penting untuk menjaga kesinambungan perhatian pihak pendengar.
2)   Pandangan pada lawan bicara
Supaya pendengar dan pembicara betul-betul terlibat dalam kegiatan berbicara, pandangan pembicara harus diarahkan kepada semua pendengar.
3)   Kesediaan menghargai pendapat orang lain
Pembicara hendaknya memiliki sikap terbuka dalam arti dapat menerima pendapat orang lain, bersedia menerima kritik, dan bersedia mengganti pendapatnya jika memang pendapat tersebut keliru.
4)   Gerak-gerik dan mimik yang tepat
Gerak-gerik dan mimik juga merupakan faktor yang penting dalam berbicara. Dengan gerak-gerik dan mimik yang tepat akan menghidupkan komunikasi sehingga tidak kaku.
5)   Kenyaringan suara
Kenyaringan suara harus disesuaikan dengan situasi, tempat, jumlah pendengar, agar semua pendengar dapat mendengar suara pembicara dengan jelas.
6)   Kelancaran dalam berbicara
Berbicara dengan lancar akan memudahkan pendengar dalam menangkap apa yang disampaikan oleh pembicara. Dalam berbicara perlu dihindari penyelipan bunyi a, e, o yang dapat mengganggu pendengar dalam memahami pesan yang disampaikan pembicara.
7)   Relevansi(penalaran)
Ide dari hal yang dibicarakan harus logis dan berkesinambungan. Kalimat-kalimat yang digunakan dapat ditangkap oleh nalar dan tidak melompat jauh dari topik yang dibicarakan.
8)   Penguasaan topik
Dalam berpidato diperlukan kesiapan yang matang. Penguasaan topik akan sangat membantu pembicara menjadi lebih percaya diri dalam menyampaikan pidato.
4.    Model Pembelajaran
a.    Pengertian Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan/ suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas. Dengan kata lain model pembelajaran adalah suatu perencanaan/ pola yang dapat digunakan untuk mendesain pola-pola mengajar secara tatap muka di dalam kelas dan untuk menentukan material/ perangkat pembelajaram termasuk di dalamnya buku-buku, media(film-film), tipe-tipe, program-program media komputer dan komputer. (Joyce dalam Trianto, 2010: 22).
Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar. Sejalan dengan yang dikemukakan oleh Eggen dan  Kauchak bahwa model pembelajaran memberikan kerangka dan arah bagi guru untuk mengajar. (Soekamto dalam Trianto, 2010:22)
b.   Fungsi Model Pembelajaran
Fungsi model pembelajaran adalah sebagai pedoman perancangan dan pelaksanaan pembelajaran. Pemilihan model pembelajaran dipengaruhi oleh sifat dari materi yang akan dibelajarkan, tujuan (kompetensi) yang akan dicapai dalam pembelajaran tersebut, serta tingkat kemampuan peserta didik.
c.    Pendekatan, Metode dan Teknik Pembelajaran
Dalam pembelajaran terdapat tiga komponen penting yang menunjang tercapainya tujuan pembelajaran, yaitu pendekatan, metode, dan teknik. Berikut merupakan pendapat Anthony dalam Brown (2001:14) mengenai ketiga komponen tersebut. Pendekatan merupakan seperangkat asumsi yang berkenaan dengan hakikat bahasa, pembelajaran, dan pengajaran. Metode merupakan keseluruhan rencana untuk penyajian bahasa yang sistematis yang didasarkan pada pendekatan yang dipilih. Teknik merupakan aktivitas tertentu yang diterapkan di kelas yang pelaksanaannya konsisten dengan metode sejalan dengan pendekatan. Teknik mengajar dapat berupa berbagai kegiatan yang menyajikan pelajaran di depan kelas dengan cara tertentu. Teknik tersebut bergantung pada interpretasi terhadap pendekatan dan metode.
5.    Pendekatan Kontekstual
Pendekatan kontekstual atau contextual teaching and learning (CTL) adalah pengajaran yang memungkinkan siswa untuk menguatkan, memperluas, dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan akademik mereka dalam berbagai macam tatanan dalam sekolah dan di luar sekolah agar dapat memecahkan masalah-masalah dunia nyata atau masalah-masalah yang disimulasikan (University of Washington dalam Trianto, 2010:105).
Pendekatan contextual teaching and learning (CTL) memiliki tujuh komponen utama, yaitu konstruktivisme, inkuiri, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, penilaian sebenarnya (Depdiknas, 2002)
a.    Konstruktivisme (Constructivism)
Pendekatan ini menekankan pada pentingnya siswa membangun sendiri pengetahuan mereka lewat keterlibatan aktif proses belajar mengajar. Sebagian besar waktu dalam proses belajar mengajar berbasis pada aktivitas siswa.
b.    Inkuiri (Inquiry)
Inkuiri merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Guru harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan, apapun materi yang diajarkan.
c.    Bertanya (Questioning)
Questioning (bertanya) merupakan strategi utama yang berbasis kontekstual. Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. Bagi siswa, kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis inquiry, yaitu menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya.
d.   Masyarakat Belajar (Learning Community)
Masyarakat belajar bisa terjadi apabila ada proses komunikasi dua arah. Dalam masyarakat belajar, dua kelompok/ lebih yang terlibat dalam komunikasi pembelajaran saling belajar satu sama lain. Seseorang yang terlibat dalam komunikasi pembelajaran saling belajar satu sama lain. Seseorang yang terlibat dalam kegiatan masyarakat belajar memberi informasi yang diperlukan oleh teman bicaranya dan sekaligus juga meminta informasi yang diperlukan dari teman belajarnya.
e.    Pemodelan (Modeling)
Dalam sebuah pembelajaran keterampilan/ pengetahuan tertentu, ada model yang bisa ditiru oleh siswanya. Guru bukan satu-satunya model. Pemodelan dapat dirancang dengan melibatkan siswa. Seseorang bisa ditunjuk untuk memodelkan sesuatu berdasarkan pengalaman yang diketahuinya. Model dapat juga didatangkan dari luar yang ahli di bidangnya.
f.       Refleksi (Reflection)
Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan di masa lalu. Siswa mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru, yang merupakan pengayaan dari pengetahuan sebelumnya. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang baru diterima.
g.    Penilaian Autentik (Authentic Assessment)
Assessment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran tersebut perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar. Apabila data yang dikumpulkan guru mengidentifikasikan bahwa siswa mengalami kemacetan dalam belajar, guru segera bisa mengambil tindakan yang tepat agar siswa terbatas dari kemacetan belajar. Assessment dilakukan bersama-sama secara terintegrasi (tidak terpisahkan) dari kegiatan pembelajaran. (Trianto, 2010:103)
6.    Teknik Pemodelan
a.    Pengertian
Teknik pemodelan (modeling) merupakan cara penyajian pelajaran di mana guru menampilkan model yang bisa ditiru oleh siswanya. Modeling adalah strategi yang dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa seseorang dapat belajar melalui pengamatan perilaku orang lain. Ada dua alasan yang mendasari mengapa diterapkannya strategi modeling dalam suatu pembelajaran. Alasan yang pertama adalah untuk mengubah perilaku baru peserta didik melalui pengamatan model pembelajaran yang dilatihkan dalam hal ini pidato. Dengan mengamati model yang melakukan kegiatan semisal demonstrasi maka peserta didik dapat meniru perilaku (langkah-langkah yang dimodelkan). Alasan yang kedua adalah untuk mendorong perilaku peserta didik tentang apa yang dipelajari, memperkuat atau memperlemah hambatan. (Trianto, 2010:53)
b.   Tujuan Teknik Pemodelan
Teknik pemodelan mempunyai tujuan sebagai berikut.
1)   Untuk mengubah perilaku baru siswa melalui pengamatan model pembelajaran yang dilatihkan.
2)   Untuk memotivasi siwa atau mendorong siswa tentang kegiatan berpidato.
3)   Untuk membuat siswa dapat meniru perilaku yang dimodelkan atau terampil melakukan kegiatan berpidato seperti yang dimodelkan. (Trianto, 2010:53)
Dengan menggunakan teknik pemodelan ini, penulis bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa tentang bagaimana menyampaikan pidato dengan benar sehingga dapat mencapai KKM 75%.
c.    Penerapan Teknik Pemodelan
Teori pembelajaran sosial memberikan penjelasan tentang peran pengamatan dalam pembelajaran. Prinsip-prinsip dalam pembelajaran ini ditekankan pada proses mental internal. Berikut merupakan empat fase dalam teknik pemodelan (modeling) yang dikemukakan oleh Albert Bandura (2000:11).
1)   Fase Atensi
Dalam fase atensi, guru memberikan model/contoh yang melakukan kegiatan berpidato di depan siswa. Siswa melakukan observasi terhadap keterampilan model dalam melakukan kegiatan berpidato. Guru bersama-sama siswa mendiskusikan hasil pengamatan yang dilakukan. Tujuan diskusi ini adalah untuk mencari kekurangan dan kesulitan siswa dalam mengamati langkahlangkah kegiatan berpidato yang disampaikan oleh model.
2)   Fase Retensi
Fase retensi diisi dengan kegiatan guru menjelaskan struktur langkahlangkah kegiatan berpidato (demonstrasi) yang telah diamati oleh siswa.
3)   Fase Produksi
Pada fase ini siswa ditugasi untuk menyiapkan langkah-langkah kegiatan berpidato (demonstrasi) sendiri sesuai dengan langkah-langkah yang telah dicontohkan. Selanjutnya, hasil kegiatan disajikan dalam bentuk diskusi kelas yang dilakukan secara bergiliran. Guru dan siswa akan memberikan refleksi pada saat diskusi sesudah KBM berlangsung yang dilakukan secara bergantian.
4)   Fase Motivasi
Fase ini berupa presentasi hasil kegiatan (simulasi) dan kegiatan diskusi. Pada saat diskusi, kelompok lain diberi kesempatan untuk menyampaikan hasil pengamatannya.
d.   Kelebihan dan Kekurangan Teknik Pemodelan
Berikut merupakan kelebihan dan kekurangan teknik pemodelan yang dikemukakan oleh Masnur Muslich (2007:46)
1)   Kelebihan
a)    Dapat membuat pengajaran menjadi lebih jelas dan konkret dengan adanya model.
b)   Siswa lebih mudah memehami apa yang dipelajari dengan adanya model daripada hanya diberikan penjelasan.
c)    Model bisa diperoleh langsung dari yang berkompeten/ahlinya.
2)   Kekurangan
a)    Pelaksanaan pemodelan (demonstrasi) tidak akan efektif jika model yan memperagakan sulit ditiru siswa
b)   Memerlukan kesiapan dan perencanaan yang matang dan memerlukan waktu yang cukup panjang.
Pembelajaran keterampilan berpidato dengan menerapkan teknik pemodelan dalam kegiatan berpidato sesuai dengan tujuan pembelajaran. Dalam kegiatan berpidato siswa didorong untuk terampil atau mampu berpidato dengan intonasi yang tepat, artikulasi dan volume suara yang jelas, serta ekspresi yang sesuai konteks, maka siswa perlu belajar untuk berpidato sampai mencapai keberhasilan sesuai KKM yang ditetapkan.
B.  Kerangka Pikir
Berdasarkan hasil kegiatan pra-siklus, ternyata kemampuan berbicara khususnya pidato siswa kelas IX masih rendah dan belum memuaskan. Hal ini terlihat dari jumlah siswa yang 21 orang di kelas XI, hanya 3 siswa (14,29%) mendapatkan skor 70 ke atas, sisanya 18 siswa (85,71%) memperoleh skor di bawah 70 dengan nilai rata-rata 48,21. Hal tersebut jauh dari harapan karena 85% dari jumlah siswa belum bisa memenuhi standar ketuntasan minimal, yaitu 70. Penyebabnya adalah siswa belum memiliki cukup keberanian, kurang percaya diri, dan tidak mampu menyampaikan gagasannya secara lancar dan sistematis. Permasalahan tersebutlah yang mendorong peneliti untuk melakukan penelitian dengan topik, penggunaan media pemodelan untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa di IX SMAN 2 ............ Kabupaten ............ Tahun Pelajaran 2014/2015 dengan harapan mampu menjadi solusi dan alternatif dalam pembelajaran sehingga mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam pembelajaran berbicara khususnya berpidato.
Pendekatan kontekstual (Contexstual Teaching and Learning) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa. Dengan demikian, mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapan dalam kehidupan sebagai anggota keluarga dan masyarakat, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yaitu: konstruktivisme (contructivism), bertanya (questioning), penilaian sebenarnya (authentic assessment), menemukan (inquiry), masyarakat belajar (learning comunity), pemodelan (modeling), dan refleksi (reflection) (Depdiknas, 2005:5).
Dengan konsep pendekatan kontekstual tersebut, proses pembelajaran dapat berlangsung secara alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Pembelajaran berdasarkan pendekatan kontekstual mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa. Media pemodelan sebagai salah satu komponen pendekatan kontekstual mempunyai peran penting dalam pembelajaran keterampilan berbicara.
Ada dua alasan yang mendasari mengapa diterapkannya strategi modeling dalam suatu pembelajaran. Alasan yang pertama adalah untuk mengubah perilaku baru peserta didik melalui pengamatan model pembelajaran yang dilatihkan dalam hal ini pidato. Dengan mengamati model yang melakukan kegiatan semisal demonstrasi maka peserta didik dapat meniru perilaku (langkah-langkah yang dimodelkan). Alasan yang kedua adalah untuk mendorong perilaku peserta didik tentang apa yang dipelajari, memperkuat atau memperlemah hambatan. Diharapkan dengan penerapan metode permodelam maka kendala yang dihadapi yaitu rendahnya kemampuan siswa dalam berpidato dapat diatasi.
Dalam bentuk diagaram, penerapan pembelajaran dengan metode permodelan pada pelaksanaan kegiatan penelitian tindakan kelas ini sebagaimana dijelaskan pada diagram di bawah ini.


 














C.  Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir di atas, penulis merumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut: “Peningkatan Kemampuan dan Aktivitas Belajar Siswa Kelas IX SMAN 2 ............ Kabupaten ............ Tahun Pelajaran 2014/2015 pada materi berpidato dapat ditingkatkan melalui Penerapan Teknik Pemodelan”

 
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A.  Simpulan
Berdasarkan analisis dari data-hara hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut.
1.    Pembelajaran berpidato dengan penerapan teknik pemodelan dapat meningkatkan kemampuan dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran berpidato siswa kelas XI SMAN 2 ............ pada setiap siklus.
2.    Penerapan teknik pemodelan telah memberikan efek peningkatan pada aktivitas belajar siswa pada setiap siklus. Hasil analisis data hasil observasi terhadap aktivitas siswa selama proses pelaksanaan pembelajaran ketuntasan siswa mengalami peningkatan dari 5 siswa atau 18,52%  dengan kriteria nilai baik pada pra siklus, menjadi 21 siswa atau 77,78% dengan kriteria nilai baik dan sangat baik, dan 25 siswa pada siklus terakhir dengan kriteria nilai baik dan kriteria sangat baik atau 92,59%
3.    Penerapan teknik pemodelan telah memberikan efek peningkatan pada hasil  belajar siswa pada setiap siklus. Hasil analisis data hasil belajar pada pra siklus nilai rata-rata 45,83 dan hanya ada 4 siswa atau 14,81% siswa yang dinyatakan tuntas karena memperoleh nilai minimal 70 sesuai dengan KKM. Pada siklus pertama setelah pembelajaran dilakukan dengan menerapkan metode pemodelan, hasil belajar meningkat menjadi  13 siswa  atau 48,15% dengan nilai rata-rata sebesar 67,13. Pada siklus kedua dengan menerapkan metode pemodelan hasil belajar meningkat  menjadi rata-rata 81,02 dengan tingkat ketuntasan belajar siswa sebesar 88,89%. Adapun siswa belum tuntas sebesar 85,19% atau 23 siswa pada kondisi awal, menurun menjadi 14 siswa atau 51,85% pada siklus pertama dan 3 siswa atau 11,11% pada siklus kedua
B.  Saran
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan keterampilan menulis teks pidato siswa XI SMAN 2 ............ melalui teknik pemodelan. Hal itu ditandai oleh adanya peningkatan kualitas pembelajaran menulis teks pidato siswa kelas XI, baik kualitas hasil maupun kualitas proses pembelajaran. Berkaitan dengan hal tersebut, demi tetap terjaganya kualitas pembelajaran, disarankan hal-hal sebagai berikut.
1.      Perlu disosialisasikan kepada guru-guru secara intensif tentang konsep teknik pemodelan sehingga mereka di sekolah dapat secara efektif menggunakan teknik tersebut dalam setiap pembelajaran guna mengatasi kesulitan siswa dalam mencapai kompetensi pembelajaran
2.      Iklim sekolah yang kondusif yang mampu menciptakan suasana senang dalam pembelajaran perlu terus dikembangkan oleh segenap warga sekolah, khususnya guru-guru. Hal itu akan mampu membentuk budaya belajar yang positif di kalangan siswa sebagai salah satu langkah pencapaian visi dan misi sekolah dalam bidang pembelajaran.
3.      Dalam pembelajaran menulis, hendaknya dibiasakan adanya kegiatan merevisi dan mengedit tulisan. Hal itu dimaksudkan agar siswa dan guru secara tegas dapat membedakan pengertian perevisian dan pengeditan yang selama ini disamakan guna mendukung terbentuknya kompetensi menulis.
4.      Setiap guru bahasa Indonesia hendaknya mampu menyajikan pembelajaranmenulis secara menarik yang ditandai, antara lain, oleh timbulnya rasa senang siswa dalam mengikuti pembelajaran. Hal itu diperlukan demi mendorong terbentuknya kompetensi menulis yang bertahan lama pada diri siswa.
5.      Setiap guru bahasa Indonesia hendaknya memahami adanya tahap-tahap proses penulisan yang meliputi prapenulisan, pengedrafan, perevisian, pengeditan, dan pemublikasian. Untuk itu, setiap melakukan pembelajaran menulis hendaknya pembelajaran pada tahapan tahapan tersebut selalu dilakukan.
6.      Semangat gotong-royong dalam pembelajaran kepada diri siswa perlu terus dikembangkan di sekolah melalui diskusi atau sharing untuk mendukung terbentuknya kemandirian belajar sebagaimana yang telah dicanangkan dalam visi sekolah.
7.      Untuk melatih keberanian dan kreativitas dalam pembelajaran, siswa perlu diakrabkan dengan kegiatan presentasi baik di hadapan teman maupun guru.
8.      Mengingat bahwa kompetensi pidato merupakan salah satu refleksi kemampuan berpikir dan bernalar yang dapat menjadi salah satu bentuk kecakapan hidup, siswa perlu dibiasakan akrab dengan kegiatan pidato baik melalui kegiatan mendengarkan, berbicara, membaca, maupun menulis.