Lencana Facebook

banner image

Wednesday 20 March 2013

PTK TK



BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang Masalah
Taman kanak-kanak (TK) adalah peletak awal pempelajaran yang memberikan pondasi dasar persiapan tahap belajar selanjutnya. Perkembangan berpikir di masa anak sangat pesat. Salah satu perkembangan yang paling pesat terjadi adalah perkembangan bahasa sehingga fokus pemberian materi di jenjang TK adalah pada pengembangan bahasa.
Bahasa adalah alat komunikasi utama dalam kehidupan. Bekal utama dan pertama manusia dalam kehidupan komunikasinya adalah bahasa. Penguasaan bahasa secara baik di masa usia dini akan membekali anak untuk dapat terampil berbahasa di kemudian hari. Potensi yang dimilki anak perlu dikembangkan secara baik melalui stimulus yang aktif dari berbagai pihak. Keterlibatan dan peran orang di sekitar anak dapat membantu anak mengusai bahasa secara lebih maksimal. Dalam hal ini, guru sebagai orang terdekat anak di lingkungan sekolah haruslah peka terhadap perkembangan bahasa setiap anak didiknya.
Anak TK memiliki karakter yang unik dan beragam. Tiap anak membawa dan memiliki karakternya yang berbeda-beda. Hal ini yang kadang menimbulkan ‘kerepotan’ bagi guru untuk memberikan rangsang bahasa pada anak didiknya di kelas. Dari beberapa kegiatan dan pertemuan yang melibatkan guru TK berbagai cerita dan ‘keluhan’ permasalahan pembelajaran bahasa di TK selalu muncul dan menjadi topik pembicaraan yang cukup menarik. Namun demikian, persoalan yang ada masih belum terpecahkan secara sempurna.
Berbicara merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang utama dan yang pertama kali dipelajari oleh manusia dalam hidupnya sebelum mempelajari keterampilan berbahasa lainnya. Sejak seorang bayi lahir, ia sudah belajar menyuarakan lambang-lambang bunyi bicara melalui tangisan untuk berkomunikasi dengan lingkungannya. Suara tangisan itu baru menandakan adanya potensi dasar kemampuan berbicara dari seorang anak yang perlu distimuli dan dikembangkan lebih lanjut oleh lingkungannya melalui berbagai latihan dan pembelajaran. Orang akan merasa terusik jika anaknya lahir tanpa suara tangisan. Orang akan merasa lebih sedih lagi jika anaknya tumbuh dewasa tanpa memiliki kemampuan berbicara secara lisan. Setiap manusia dituntut terampil berkomunikasi, terampil menyatakan pikiran, gagasan, ide, dan perasaan. Terampil menangkap informasi-informasi yang didapat, dan terampil pula menyampaikan informasi-informasi yang diterimanya.
Keterampilan berbicara memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Kehidupan manusia setiap hari dihadapkan dalam berbagai kegiatan yang menuntut keterampilan berbicara. Contohnya dalam lingkungan keluarga, dialog selalu terjadi, antara ayah dan ibu, orang tua dan anak, dan antara anak-anak itu sendiri. Di luar lingkungan keluarga juga terjadi pembicaraan antara tetangga dengan tetangga, antar teman sepermainan, rekan kerja, teman perkuliahan dan sebagainya. Terjadi pula pembicaraan di pasar, di swalayan, di pertemuan-pertemuan, bahkan sering pula terjadi adu argumentasi dalam suatu forum. Semua situasi tersebut menuntut agar kita mampu dan terampil berbicara.
Keterampilan berbicara juga memiliki peran penting dalam pendidikan, baik di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat luas. Proses transfer ilmu pengetahuan kepada subyek didik pada umumnya disampaikan secara lisan. Tata krama dalam pergaulan, nilai-nilai, norma-norma, dan adat kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat juga banyak diajarkan terlebih dahulu secara lisan. Hal ini berlaku dalam masyarakat tradisional maupun masyarakat modern. Kemampuan berbicara sangat penting dalam kehidupan manusia karena sebagian besar aktivitas kehidupan manusia membutuhkan dukungan kemampuan berbicara.
Berbicara merupakan suatu proses penyampaian informasi, ide atau gagasan dari pembicara kepada pendengar. Si pembicara berkedudukan sebagai komunikator sedangkan pendengar sebagai komunikan. Informasi yang disampaikan secara lisan dapat diterima oleh pendengar apabila pembicara mampu menyampaikannya dengan baik dan benar. Dengan demikian, kemampuan berbicara merupakan faktor yang sangat mempengaruhi kemahiran seseorang dalam penyampaian informasi secara lisan.
Agar pembicaraan itu mencapai tujuan, pembicara harus memiliki kemampuan dan keterampilan untuk menyampaikan informasi kepada orang lain. Hal itu mengandung maksud bahwa pembicara harus memahami betul bagaimana cara berbicara yang runtut dan efektif sehingga orang lain (pendengar) dapat menangkap informasi yang disampaikan pembicara secara efektif pula. Itulah sebabnya  dalam Kurikulum Pendidikan Nasional untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia sangat ditekankan pentingnya meningkatkan kemampuan siswa untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar, runtut dan efektif, secara lisan maupun tulis. Karena hekekat belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi.
Pembelajaran Bahasa Indonesia yang diberikan kepada siswa di sekolah meliputi empat aspek keterampilan berbahasa, yaitu menyimak (dengan pemahaman), berbicara, membaca (dengan mengerti), dan menulis. Dari keempat macam keterampilan berbahasa itu guru melihat, mengalami dan merasakan adanya masalah di Kelompok A TK Negeri Pembina Majenang Tahun Pelajaran 2011/2012, terutama  keterampilan berbicara secara runtut, baik dan benar dari para siswa. Kendatipun guru telah berusaha keras untuk mengatasinya melalui pembelajaran standar dan dengan menerapkan bahan belajar serta media yang ada, namun tetap saja masalah belum teratasi.
Berdasarkan pengalaman empris di lapangan diketahui bahwa kemampuan berbicara siswa dalam proses pembelajaran masih rendah. Hal itu terdeteksi pada saat siswa diminta oleh guru untuk menjelaskan letak suatu tempat sesuai denah dan petunjuk penggunaan suatu alat dengan bahasa yang runtut, baik, dan benar. Isi pembicaraan yang disampaikan oleh siswa tersebut tidak akurat dan berbelit-belit. Selain itu siswa juga berbicara tersendat-sendat sehingga isi pembicaraan menjadi tidak jelas. Ada pula di antara siswa yang tidak mau berbicara di depan kelas. Bahkan pada saat guru bertanya kepada seluruh siswa di kelas yang hanya berjumlah 19 orang, umumnya siswa lama sekali untuk menjawab pertanyaan guru. Beberapa orang siswa ada yang  tidak mau menjawab pertanyaan guru karena sepertinya malu dan takut salah menjawab. Apalagi untuk berbicara di depan kelas, para siswa belum menunjukkan keberanian. Singkatnya, aktivitas belajar dan keterampilan berbicara siswa sangat rendah. Dan, kalaupun ada beberapa dari mereka yang memiliki keberanian, sekitar 3 sampai 4 siswa (15%-21%), namun berbicaranya masih tersendat-sendat, tidak akurat dan tidak runtut.
Dari latar belakang permasalahan dan pemikiran tersebut, ditambah dengan hasil refleksi dan konsultasi dengan teman sejawat akhirnya diperoleh kesimpulan bahwa perlu segera dicarikan solusi alternatif sebagai upaya untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan berbicara siswa. Hal itu mengingat pentingnya kaitan antara keterampilan berbicara dengan keterampilan berbahasa lainnya. Selain itu,  keterampilan berbicara siswa di sekolah dasar merupakan tumpuan utama bagi pengembangan keterampilan berbicara tingkat lanjut pada jenjang sekolah yang lebih tinggi maupun sebagai bekal kehidupan siswa kelak di tengah masyarakat.
Adapun alternatif pemecahan masalah yang dipilih untuk mengembangkan dan meningkatkan keterampilan berbicara secara runtut pada Kelompok A TK Negeri Pembina Majenang Tahun Pelajaran 2011/2012 ini adalah dengan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) melalui penerapan metode pembelajaran cerita bergambar. Dipilihnya metode ini karena dipandang mampu mengajak siswa untuk berbicara. Dengan metode pembelajaran cerita bergambar, siswa termotivasi untuk berbicara di depan kelas. Siswa dirangsang untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan berimajinasi.
Dari semua yang telah terurai dapatlah kiranya dirumuskan formulasi judul penelitian tindakan ini sebagai berikut: “Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara melalui cerita bergambar pada kelompok A TK Negeri Pembina Majenang Tahun Pelajaran 2011/2012”
B.  Identifikasi Masalah
Mengacu pada latar belakang masalah di atas, ada beberapa permasalahan yang dapat teridentifikasi, antara lain:
1.   Penerapan media yang tepat dalam kegiatan belajar mengajar akan mampu meningkatkan daya keaktifan siswa dalam belajar dan dapat mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan sehingga dapat berkembang secara mandiri.
2.   Keterampilan berbicara merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa yang harus dikuasai oleh anak didik karena merupakan bagian yang turut menentukan prestasi belajar anak didik.
3.   Penguasaan keterampilan berbicara tidak datang dengan sendirinya, akan tetapi diperlukan latihan dan kerja keras.
4.   Agar siswa terampil berbicara, guru dituntut memiliki inovasi-inovasi yang diimplementasikan dalam pernbelajaran. Salah satu bentuk inovasi tersebut antara lain penggunaan media cerita gambar.
C.  Pembatasan Masalah     
Laporan Penelitian Tindakan Kelas ini hanya dibatasi pada pembahasan upaya untuk meningkatkan kemampuan bercerita atau berbicara melalui penggunaan media gambar cerita. Cerita gambar yang dimaksudkan di sini adalah terdiri dari beberapa gambar seri yang apabila dirangkai akan mempunyai sebuah makna cerita.
D.  Perumusan Masalah
Masalah utama yang ingin dicarikan pemecahannya melalui penelitian tindakan  kelas ini adalah apakah melalui penerapan metode cerita bergambar dapat meningkatkan keterampilan berbicara pada siswa kelompok A TK Negeri Pembina Majenang Tahun Pelajaran 2011/2012?
E.  Tujuan Penelitian Tindakan
Tujuan penelitian tindakan kelas ini tidak lain adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya peningkatan keterampilan berbicara pada siswa kelompok A TK Negeri Pembina Majenang Tahun Pelajaran 2011/2012 melalui penerapan metode cerita bergambar.
F.   Manfaat Penelitian
Hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan bisa bermanfaat:
1.   Manfaat Teoritis
Secara umum penelitian ini diharapakan mampu memberikan sumbangan terhadap keterampilan berbahasa khususnya keterampilan berbicara dengan menggunakan metode cerita bergambar.

2.   Manfaat Praktis
a.   Bagi siswa; sebagai wujud pengalaman belajar yang berpusat pada subyek didik, dirasakan menyenangkan, bisa memacu aktivitas belajar, serta meningkatkan keterampilan berbicara.
b.   Bagi guru yang bersangkutan dan teman sejawat; hasil penelitian tindakan ini setidaknya bisa mendorong semangat untuk lebih meningkatkan kompetensi dan profesionalisme guru.
c.   Bagi sekolah; hasil penelitian ini setidaknya bisa dijadikan sebagai referensi untuk menambah dan memperkaya khazanah kepustakaan sekolah.
d.   Bagi penulis, penelitian ini diguankan sebagai syarat untuk mendapatkan gelar sarjana.
e.   Bagi peneliti selanjutnya, sebagai bahan perbandingan dan referensi terhadap penelitian yang relevan.