Lencana Facebook

banner image

Saturday 20 October 2012

Contoh Proposal PTK



I.       PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
1.      Data Awal
Perubahan dalam belajar bisa berbentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, pengetahuan, atau apresiasi (Penerimaan atau penghargaan). Perubahan tersebut bisa meliputi keadaan dirinya, pengetahuannya, atau Perbuatannya. Artinya, orang yang sudah melakukan Perbuatan belajar bisa merasa lebih bahagia, lebih pandai menjaga kesehatan, memanfaatkan alam sekitar, meningkatkan pengabdian untuk kepentingan umum. Sifat aktif berarti perubahan itu terjadi karena usaha yang dilakukan pelajar, bukan terjadi dengan sendirinya seperti karena proses kematangan. Sifat efektif berarti perubahan itu memberikan pengaruh dan manfaat bagi pelajar. Adapun sifat fungsional berarti perubahan itu relatif tetap serta dapat direproduksi atau dimanfaatkan setiap kali dibutuhkan.
Seorang guru juga dituntut untuk memiliki kemampuan pribadi (tegar, kreatif, rajin, jujur, dan sebagainya) dan kemampuan sosial (tenggang rasa, empati), toleran, murah hati, dan sebagainya). Di antara tugas pokok guru profesional yang langsung terkait adalah melaksanakan pengembangan profesi, yaitu kemampuan melakukan penelitian sederhana dalam rangka meningkatkan kualitas profesional guru, khususnya kualitas pembelajaran.
Keberhasilan suatu pembelajaran apa pun yang dikelola dengan baik ditunjukan oleh keberhasilan siswa dalam mencapai suatu kompetensi yang diharapkan. Untuk itu guru perlu mengerahkan segenap kemampuannya agar pembelajaran yang dikelolanya mempermudah proses belajar siswa dalam mempelajari materi yang disajikan. Apabila tuntutan ini dapat dipenuhinya, besar kemungkinan hasil belajar yang menjadi target pembelajaran akan tercapai oleh individu siswa. Namun jika tidak, bukan saja akan berdampak pada proses belajar siswa tetapi juga pada hasil belajarnya akan tampak lain dari harapan.
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan peneliti, diperoleh adanya perbedaan antara harapan dengan kenyataan sebagaimana tuntutan pembelajaran yang diselenggarakan guru dan siswa yang bersangkutan. Proses belajar siswa tampak kurang berkesan produktif. Sementara itu perolehan hasil belajarnya pun masih sangat jauh dari target yang diharapkan. Dari 35 orang siswa baru diketahui ada empat orang siswa atau 11,42% yang dinyatakan berhasil menjawab pertanyaan yang diajukan pada saat tes dan menguasai materi pembelajaran sebesar 80% ke atas.  Sebagian besar dari siswa diketahui kurang mampu memberikan alternatif pernyataan yang benar seperti empat orang siswa yang sudah terkategori mampu memenuhinya.
2.      Indentifikasi Masalah
Upaya yang diambil penulis sebagai upaya untuk mengatasi hal itu, peneliti mencoba berkolaborasi dengan kepala sekolah, rekan sejawat, dan supervisor. Hasil diskusi dengan mereka, akhirnya dapat teridentifikasi beberapa masalah sebagai berikut.
a.       Minat belajar siswa rendah
b.      Hasil  belajar siswa rendah
c.       Media pembelajaran yang kurang menarik siswa
d.      Siswa kurang memahami materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru
e.       Keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran masih sangat kurang
f.       Ketidakberanian siswa dalam menanyakan materi pelajaran yang belum jelas atau belum dikuasai.
3.      Analisis Masalah
Analisis masalah guna kepentingan penelitian perbaikan pembelajaran ini dilakukan dengan cara melakukan refleksi dan kinerja yang telah dilakukan, serta mengkaji literatur dan berdiskusi dengan supervisor . Hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut :
a.       Kurang tepatnya metode yang digunakan dalam pembelajaran Matematika materi  mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang.
b.      Sistem belajar aktif tidak diciptakan guru pada saat menyelenggarakan pembelajaran Matematika materi mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang.
c.       Pusat belajar bukan pada materi, melainkan pada guru. Atau, proses pembelajaran bersifat abstrak, sehingga siswa pasif.
d.      Metode pembelajaran yang diambil tidak tepat dan penjelasan materi terlalu cepat, sehingga berakibat pada berkurangnya minat belajar siswa terhadap materi pembelajaran.
e.       Guru tidak melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran dan penemuan informasi
Adapun harapan timbul dari pelaksanaan dalam pelaksanaan perbaikan melalui penelitian tindakan kelas ini adalah :
1.      Meningkatnya minat belajar siswa dalam pembelajaran Matematika materi  mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang.
2.      Meningkatnya hasil belajar siswa dalam pembelajaran Matematika materi  mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang.
Persoalan seperti ini tidak boleh dibiarkan berlarut-larut, karena dampaknya sudah jelas akan mengakibatkan pada keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pembelajaran matematika lainnya. Atas dasar itu, peneliti bermaksud memperbaikinya melalui penelitian tindakan kelas ini. Adapun altenatif upaya yang diterapkan sebagai solusinya yaitu melalui langkah belajar berdasarkan metode inquiri.
Dasar pertimbangan penelitian alternatif ini, bertolak dari kenyataan yang telah menyokong dilakukannya perbaikan pembelajaran yang akan diselenggarakan. Besar harapan, apa yang menjadi target dari perbaikan pembelajaran ini akan tercapai sebagaimana yang diinginkan. Sadar akan hal tersebut agar tidak berdampak buruk bagi proses dan hasil belajar selanjutnya, dengan refleksi diri dan mendiskusikan dengan teman sejawat peneliti termotivasi untuk melakukan upaya untuk memperbaiki pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas dalam pembelajaran materi pokok mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang melalui metode inquiri.

B.     Perumusan Masalah
Berdasarkan hasil analisis latar belakang masalah di atas, peneliti dapat merumuskan masalah yang dijadikan sebagai fokus penelitian perbaikan pembelajaran ini, yaitu :
1.      Bagaimana upaya meningkatkan  minat belajar kelas IV  SD Negeri Cibalung 03 Kecamatan Cimanggu Kabupaten Cilacap pada pembelajaran Matematika materi pokok mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang melalui metode inquiri ?.
2.      Bagaimana upaya meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV  SD Negeri Cibalung 03 Kecamatan Cimanggu Kabupaten Cilacap pada pembelajaran Matematika materi pokok mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang melalui metode inquiri ?.

C.    Tujuan Penelitian
1.      Untuk meningkatkan minat belajar siswa kelas IV  SD Negeri Cibalung 03 Kecamatan Cimanggu Kabupaten Cilacap dalam pembelajaran  matematika materi pokok mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang melalui metode inquiri.
2.      Untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV  SD Negeri Cibalung 03 Kecamatan Cimanggu Kabupaten Cilacap dalam dalam pembelajaran matematik materi pokok mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang melalui metode inquiri.

D.    Manfaat Penelitian
Diharapkan penelitian ini juga dapat memberikan manfaat bagi :
1.      Siswa
a.   Dapat meningkatkan minat  belajar siswa
b.   Dapat meningkatkan hasil belajar siswa
2.      Guru
a.   Dapat memperbaiki proses pembelajaran yang dikelolanya
b.   Dapat berkembang secara profesional dan lebih percaya diri
c.   Mendapat kesempatan untuk berperan aktif mengembangkan   pengetahuan dan keterampilan sendiri.
3.      Sekolah
Dapat membantu sekolah untuk berkembang karena adanya peningkatan kemampuan pada diri guru dan pendidikan di sekolah.

II.    TINJAUAN PUSTAKA
A.    Kajian Teori
1.      Proses Pembelajaran
Proses pembelajaran adalah sebuah upaya bersama antara guru dan murid untuk berbagi dan mengolah informasi dengan tujuan agar pengetahuan yang terbentuk ter-“internalisasi” dalam diri peserta pembelajaran dan menjadi landasan belajar secara mandiri dan berkelanjutan. Maka kriteria keberhasilan sebuah proses pembelajaran adalah munculnya kemampuan belajar berkelanjutan secara mandiri.
Sebuah proses pembelajaran yang baik, paling tidak harus melibatkan 3 aspek, yaitu : aspek psikomotorik, aspek kognitif dan aspek afektif.
Aspek Psikomotorik dapat difasilitasi lewat adanya praktikum-praktikum dengan tujuan terbentuknya ketrampilan eksperimental. Aspek  kognitif difasilitas lewatberbagai aktifitas penalaran dengan tujuan adalah terbentuknya penguasaan intelektual. Sedangkan aspek afektif dilakukan lewat aktifitas pengenalan dan kepekaan lingkungan dengan tujuan terbentuknya kematangan emosional. Ketiga aspek tersebut bila dapat dijalankan dengan baik akan membentuk kemampuan berfikir kritis dan munculnya kreatifitas. Dua kemampuan inilah yang mendasari skill problem solving yang diharapkan wujud pada diri mahasiswa.
Peran guru dalam proses belajar-mengajar , guru tidak hanya tampil lagi sebagai pengajar (teacher), seperti fungsinya yang menonjol selama ini, melainkan beralih sebagai pelatih (coach), pembimbing (counselor) dan manager belajar (learning manager). Hal ini sudah sesuai dengan fungsi dari peran guru masa depan.
Kehadiran guru dalam proses belajar mengajar atau pengajaran, masih tetap memegang peranan penting. Peranan guru dalam proses pengajaran belum dapat digantikan oleh mesin, radio, tape recorder ataupun oleh komputer yang paling modern sekalipun. Masih terlalu banyak unsur-unsur manusiawi seperti sikap, sistem, nilai, perasaan, motivasi, kebiasaan dan Iain-lain yang diharapkan merupakan hasil dari proses pengajaran, tidak dapat dicapai melalui alat-alat tersebut. Di sinilah kelebihan manusia dalam hal ini guru dari alat-alat atau teknologi yang diciptakan manusia untuk membantu dan mempermudah kehidupannya
 Untuk menghasilkan sebuah proses pembelajaran yang baik, maka paling tidak harus terdapat 4 tahapan, yaitu :
a.       Tahap berbagi dan mengolah informasi, kegiatan dikelas, laboratorium, perpustakaan adalah termasuk dalam aktifitas untuk berbagi dan mengolah informasi.
b.      Tahap internalisasi, aktifitas dalam bentuk PR, tugas, paper, diskusi, tutorial,  adalah bagian dari tahap internalisasi.
c.       Mekanisme balikan, kuis, ulangan/ujian serta komentar dan survey adalah bagian dari proses balikan.
d.      Evaluasi, aktifitas assesment yang berdasar pada test ataupun tanpa test termasuk assesment diri adalah bagian dari proses evaluasi. Evaluasi dapat dilakukan secara peer review ataupun dengan survey terbatas.
Kegiatan Proses belajar-mengajar meliputi banyak hal sebagaimana yang dikemukakan oleh Adams & Decey dalam Basic Principles Of Student Teaching, antara lain guru sebagai pengajar, pemimpin kelas, pembimbing, pengatur lingkungan, partissipan, ekspeditor, perencana, suvervisor, motivator, penanya, evaluator dan konselor.
Tugas guru dalam bidang kemanusiaan adalah memposisikan dirinya sebagai orang tua ke dua. Dimana ia harus menarik simpati dan menjadi idola para siswanya. Adapun yang diberikan atau disampaikan guru hendaklah dapat memotivasi hidupnya terutama dalam belajar. Bila seorang guru berlaku kurang menarik, maka kegagalan awal akan tertanam dalam diri siswa.
Guru adalah posisi yang strategis bagi pemberdayaan dan pembelajaran suatu bangsa yang tidak mungkin digantikan oleh unsur manapun dalam kehidupan sebuah bangsa sejak dahulu. Semakin signifikannya keberadaan guru melaksanakan peran dan tugasnya semakin terjamin terciptanya kehandalan dan terbinanya kesiapan seseorang. Dengan kata lain potret manusia yang akan datang tercermin dari potret guru di masa sekarang dan gerak maju dinamika kehidupan sangat bergantung dari “citra” guru di tengah-tengah masyarakat.
2.      Minat
Hurlock (1993:18) menjelaskan bahwa minat adalah sumber motivasi yang mendorong seseorang untuk melakukan apa yang ingin dilakukan ketika bebas memilih. Ketika seseorang menilai bahwa sesuatu akan bermanfaat, maka akan menjadi berminat, kemudian hal tersebut akan mendatangkan kepuasan. Ketika kepuasan menurun maka minatnya juga akan menurun. Sehingga minat tidak bersifat permanen, tetapi minat bersifat sementara atau dapat berubah-ubah. 
Crow & Crow (1984:64) menjabarkan bahwa minat dapat menunjukkan kemampuan untuk memperhatikan seseorang, Sesuatu barang atau kegiatan atau sesuatu yang dapat memberi pengaruh terhadap pengalaman yang telah distimuli oleh kegiatan itu sendiri. Minat dapat menjadi sebab sesuatu kegiatan dan hasil dari turut sertanya dalam kegiatan tersebut. Lebih lanjut, Crow and Crow menyebutkan bahwa minat mempunyai hubungan yang erat dengan dorongan-dorongan, motif-motif dan respon-respon emosional.  Hal senada juga dikemukakan oleh Sandjaja (2005 :78) bahwa suatu aktivitas akan dilakukan atau tidak sangat tergantung sekali oleh minat seseorang terhadap aktivitas tersebut, disini nampak bahwa minat merupakan motivator yang kuat untuk melakukan suatu aktivitas. Aiken (Ginting, 2005) mengungkapkan definisi minat sebagai kesukaan terhadap kegiatan melebihi kegiatan lainnya. Ini berarti minat berhubungan dengan nilai-nilai yang membuat seseorang mempunyai pilihan dalam hidupnya, hal tersebut diungkapkan oleh Anastasia dan Urbina (Ginting, 2005). Selanjutnya Ginting (2005) menjelaskan, minat berfungsi sebagai daya penggerak yang mengarahkan seseorang melakukan kegiatan tertentu yang spesifik, lebih jauh lagi minat mempunyai karakteristik pokok yaitu melakukan kegiatan yang dipilih sendiri dan menyenangkan sehingga dapat membentuk suatu kebiasaan dalam diri seseorang.
Nunnally (Sutjipto, 2001:56) menjabarkan minat sebagai suatu ungkapan kecenderungan tentang kegiatan yang sering dilakukan setiap hari, sehingga kegiatan itu disukainya;
3.      Hakikat Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar
Istilah Matematika berasal dari bahasa Yunani, mathein atau manthenien yang artinya mempelajari. Kata matematika diduga erat hubungannya dengan kata Sangsekerta, medha atau widya yang artinya kepandaian, ketahuan atau intelegensia (Sri Subariah, 2006:1). Menurut Ruseffendi (1993), matematika adalah terjemahan dari Mathematics. Namun arti atau definisi yang tepat tidak dapat diterapkan secara eksak (pasti) dan singkat karena cabang-cabang matematika makin lama makin bertambah dan makin bercampur satu sama lainnya. Menurut Rusefendi (1993: 27-28) matematika itu terorganisasikan dari unsurunsur yang tidak didefinisikan, definesi-definisi, aksioma-aksioma dan dalil-dalil yang dibuktikan kebenarannya, sehingga matematika disebut ilmu deduktif. Ruseffendi juga mengutip beberapa definisi matematika menurut pendapat beberapa ahli, yaitu: 1) Menurut James & James matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep yang saling berhubungan satu sama lainnya dengan jumlah yang banyaknya terbagi ke dalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis dan geometri. 2) Menurut Johnson & Rising matematika merupakan pola pikir, pola mengorganisasikan pembuktian logik, pengetahuan struktur yang terorganisasi memuat: sifat-sifat, teori-teori dibuat secara deduktif berdasarkan unsur yang tidak didefinisikan, aksioma, sifat atau teori yang telah dibuktikan kebenarannya (Reseffendi, 1993: 28). 3) Menurut Reys matematika merupakan telaah tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau pola berpikir, suatu seni, suatu bahasa dan suatu alat (Reseffendi, 1993: 28) 4) Menurut Kline matematika bukan pengetahuan tersendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi keberadaanya karena untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi dan alam (Reseffendi, 1993: 28)
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa matematika merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari struktur yang abstrak dan pola hubungan yang ada di dalamnya. Ini berarti bahwa belajar matematika pada hakekatnya adalah belajar konsep, struktur konsep dan mencari hubungan antar konsep dan strukturnya. Ciri khas matematika yang deduktif aksiomatis ini harus diketahui oleh guru sehingga mereka dapat mempelajari matematika dengan tepat, mulai dari konsep-konsep sederhana sampai yang komplek
Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern yang mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya piker manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika khususnya di bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan matematika diskrit. Untuk menguasai dan menciptakan teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini. Untuk itu diperlukan pemahaman yang mendasar tentang fungsi dan tujuan pembelajaran matematika khususnya di Sekolah Dasar yang akan mendasari perkembangan pemahaman anak terhadap matematika selanjutnya.
Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (2006) mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar. Hal ini dimaksudkan untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif. Selain itu dimaksudkan pula untuk mengembangkan kemampuan menggunakan matematika dalam pemecahan masalah dan mengkomunikasikan ide atau gagasan dengan menggunakan simbol, tabel, diagram, dan media lain. Hal senada juga disampaikan oleh Muijs & Reynolds (2008) bahwa matematika merupakan “kendaraan” utama untuk mengembangkan kemampuan berpikir logis dan ketrampilan kognitif yang lebih tinggi pada anak-anak.
Menurut Badan Standart Nasional Pendidikan (2006) menyatakan bahwa tujuan pembelajaran matematika di Sekolah Dasar (SD) adalah untuk:
a.   Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah
b.   Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika
c.   Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh
d.   Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
e.   Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah


4.      Hasil Belajar Matematika
Pada hakekatnya matematika adalah kependidikan yang berfungsi  untuk mengembangkan kemampuan daya nalar serta pembinaan  kepribadian siswa dan adanya kebutuhan yang nyata berupa tuntunan  perkembangan riil dari kepentingan hidup masa kini dan masa mendatang  yang senantiasa berorientasi pada perkembangan pengetahuan seiring  dengan kemajuan ilmu dan tehnologi. Belajar yaitu proses kegiatan yang  berkesinambungan yang dapat mengakibatkan perubahan tingkah laku  karena pengaruh hasil dan pengalaman yang diperoleh. Jadi belajar  diarahkan untuk membangun kemampuan berfikir dan kemampuan  menguasai materi pelajaran.  Hasil belajar yang dimaksud disini adalah hasil belajar yang  dilihat dari skolastik maupun non skolastik. Skolastik merupakan hasil belajar yang dicapai siswa secara kuantitatif, berarti hasil belajar yang berupa skolastik dapat dimaknai sebagai prestasi yang dicapai siswa  setelah pembelajaran. Non skolastik merupakan hasil belajar yang  ditunjukkan dari perubahan perilaku siswa, berarti hasil belajar yang  berupa non skolastik dapat dimaknai sebagai perubahan motivasi belajar  ke arah yang lebih baik.  (Depdiknas, Balitbang, 2007:18)
5.      Tujuan Pembelajaran Matematika di Sekolah
(Bana Kartasasmita, (2007:2) mengemukakan bahwa setiap peninjauan atau penyusunan kurikulum selalu harus berpandu kepada tujuan yang ingin dicapai melalui pembelajaran materi tertentu. Selain tujuan institusional perlu dipahami benar tujuan kurikuler yang diwarnai oleh sifat dari materi ajar yang diberikan. Dengan pesatnya perkembangan matematika dewasa ini perlu direnungkan kembali pertanyaan yang sangat mendasar yaitu “Untuk apa peserta didik belajar matematika?” Sudah barang tentu jawaban umum dan sederhana yang dapat diberikan adalah “Untuk keperluan kehidupan peserta didik masa depan”.
  Mohammad Asikin (2007 : 18) menyebutkan tujuan pembelajaran matematika yang diamanatkan KTSP adalah sebagai berikut.
a.       Melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsisten dan inkonsistensi.
b.      Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.
c.       Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.
d.      Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, catatan, grafik, peta, diagram, dalam menjelaskan gagasan.
6.      Bangun Ruang
Bangun ruang adalah bangun matematika yang mempunyai isi ataupun volume. Bagian-bagian bangun ruang adalah (a) sisi, yaitu bidang pada bangun ruang yang membatasi antara bangun ruang dengan ruangan di sekitarnya, (b) rusuk yaitu pertemuan dua sis yang berupa ruas garis pada bangun ruang dan  (c) titik sudut yaitu titik hasil pertemuan rusuk yang berjumlah tiga atau lebih.(http://Rangkuman-Pelajaran.blogspot.com)
S. Poerwadi (2006 : 162) mengemukakan bahwa bangun datar adalah suatu himpunan titik yang tidak seluruhnya terletak pada bidang datar. Bangun-bangun ruang yang terbentuk oleh perpotongan ruas garis-ruas garis mempunyai bagian-bagian rusuk, titik sudut dan sisi.
7.      Metode Inquiri
Wilson  (dalam Trowbridge, 1990 : 26 ) menyatakan bahwa model inkuiri adalah sebuah model proses pengajaran yang berdasarkan atas teori belajar dan perilaku. Inkuiri merupakan suatu cara mengajar murid-murid bagaimana belajar dengan menggunakan keterampilan, proses, sikap, dan pengetahuan berpikir rasional (Bruce & Bruce, 1992 : 14). Senada dengan pendapat Bruce & Bruce (dalam Cleaf, 1991 : 61) menyatakan bahwa inkuiri adalah salah satu strategi yang digunakan dalam kelas yang berorientasi proses. Inkuiri merupakan sebuah strategi pengajaran yang berpusat pada siswa, yang mendorong siswa untuk menyelidiki masalah dan menemukan informasi. Proses tersebut sama dengan prosedur yang digunakan oleh ilmuwan sosial yang menyelidiki masalah-masalah dan menemukan informasi.
Sementara itu, Trowbridge (dalam Roestiyah, N.K., 1998:35) menjelaskan model inkuiri sebagai proses mendefinisikan dan menyelidiki masalah-masalah, merumuskan hipotesis, merancang eksperimen, menemukan data, dan menggambarkan kesimpulan masalah-masalah tersebut. Lebih lanjut, Trowbridge mengatakan bahwa esensi dari pengajaran inkuiri adalah menata lingkungan/suasana belajar yang berfokus pada siswa dengan memberikan bimbingan secukupnya dalam menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip ilmiah.
Senada dengan pendapat Trowbridge, (dalam Amien, 1987 : 19 dan dalam Roestiyah (1998 : 36) mengatakan bahwa inkuiri adalah suatu perluasan proses discovery yang digunakan dalam cara yang lebih dewasa. Sebagai tambahan pada proses discovery, inkuiri mengandung proses mental yang lebih tinggi tingkatannya, misalnya merumuskan masalah, merancang eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data, menarik kesimpulan, menumbuhkan sikap objektif, jujur, hasrat ingin tahu, terbuka dan sebagainya.
Adapun kelebihan pembelajaran dengan metode inquiri adalah sebagai berikut :
a.       Dapat membentuk dan mengembangkan “self-concept’ pada diri siswa sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide lebih baik
b.      Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer  pada situasi proses belajar yang baru
c.       Mendorong siswa untuk berpikirr dan bekerja atas inisiatif sendiri
d.      Mendorong siswa untuk berpikir intuitif dan merumuskan hipotesa sendiri
e.       Situasi  proses belajar menjadi lebih terangsang
f.       Memberi kepuasan yang bersifat intrinsik
g.      Siswa dapat menghindari cara-cara belajar yang tradisional, yaitu pemberian materi pembelajaran dengan metode ceramah yang monoton dan tidak bervariasi.
h.      Dapat memberi waktu siswa secukupnya sehingga  mereka dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi
Pendekatan inquiri  merupakan sebuah pendekatan yang  melibatkan siswa secara utuh. Pendekatan  ini  merangsang siswa  untuk menemukan sendiri  masalah  dan memecahkannya sendiri. Untuk memperjelas tentang langkah-langkah pelaksanaan  pembelajaran  dengan menggunakan  pendekatan inquiri,  berikut ini  Sudirman (1990 : 173) mengemukakan  bahwa langkah-langkah pembelajaran  dengan menggunakan pendekatan inquiri  adalah sebagai  berikut.
a.       Masalah untuk masing-masing kegiatan dapat dinyatakan sebagai pertanyaan atau pernyataan biasa.
b.      Konsep atau prinsip yang harus ditemukan siswa ditulis dengan jelas dan tepat.
c.       Alat dan bahan harus disediakan sesuai dengan kebutuhan.
d.      Memberikan pengarahan terhadap masalah yang akan ditemukan oleh siswa.
e.       Pelaksanaan penemuan untuk menemukan konsep dan prinsip yang telah ditetapkan guru.
f.       Memberikan pertanyaan yang mengarah kepada pengembangan penyelidikan yang dilakukan siswa.
Berdasarkan definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa inkuiri  merupakan suatu proses yang ditempuh siswa untuk memecahkan masalah, merencanakan eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data, dan menarik kesimpulan. Jadi, dalam model inkuiri ini siswa terlibat secara mental maupun fisik untuk memecahkan suatu permasalahan yang diberikan guru. Dengan demikian, siswa akan terbiasa bersikap seperti para ilmuwan sains, yaitu teliti, tekun/ulet, objektif/jujur, kreatif, dan menghormati pendapat orang lain.
B.     Kerangka Berpikir
Untuk mempermudah pelaksanaan tindakan maka perlu disusun suat kerangka pikir yang merupakan landasan pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini. Secara jelas dapat dilihat pada gambar 2.1 di bawah ini :

 



























Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
C.    Hipotesis Tindakan
Bertolak dari uraian di atas, peneliti dapat merumuskan hipotesis tindakan dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut.
1.      Penggunaan metode inquiri dalam pembelajaran Matematika materi sifat-sifat bangun ruang dapat meningkatkan minat belajar siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri Cibalung 03 Kecamatan Cimanggu Kabupaten Cilacap.
2.      Penggunaan metode inquiri dalam pembelajaran Matematika subkonsep mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang  dapat meningkatkan hasil belajar siswa siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri Cibalung 03 Kecamatan Cimanggu Kabupaten Cilacap.

III. METODE PENELITIAN

A.    Setting Penelitian

1.   Tempat Penelitian
Dalam penelitian ini penulis mengambil lokasi di Kelas IV di Sekolah Dasar Negeri Cibalung 03 UPT Disdikpora Kecamatan Cimanggu Kabupaten Cilacap pada mata pelajaran matematika materi semester 2  pada tahun pembelajaran 2010/2011.
Penulis mengambil lokasi atau tempat ini dengan pertimbangan bekerja pada sekolah tersebut, sehingga memudahkan dalam mencari data, peluang waktu yang luas dan subyek penelitian yang sangat sesuai dengan profesi penulis
2.   Waktu penelitian
Pelaksanaan penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2011 s.d April 2011, dengan perincian sebagai berikut:
1.   Tahap persiapan, minggu pertama, bulan Maret 2011.
2.   Tahap pelaksanaan, minggu kedua, ketiga dan keempat bulan Maret dan minggu pertama dan kedua bulan April 2011
3.   Tahap laporan, minggu ketiga dan keempat bulan April 2011.

B.     Subyek Penelitian

Subyek pelaksanaan perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri Cibalung 03 UPT Disdikpora Kecamatan Cimanggu Kabupaten Cilacap pada mata pelajaran matematika pada tahun pembelajaran 2010/2011.

C.    Data dan Sumber Data

1.      Data
Data yang dikumpulkan adalah data kualitatif dan kuantitatif yang terdiri atas:
a.       Proses belajar mengajar
b.      Data Hasil Belajar / tes formatif
c.       Data keterkaitan antara perencanaan dengan pelaksanaan kegiatan
2.      Sumber Data
Sumber Data dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri Cibalung 03 UPT Disdikpora Kecamatan Cimanggu, dengan jumlah siswa 35 anak terdiri dari 16 siswa laki-laki dan 19 siswa perempuan.

D.    Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan :
1.   Observasi
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti (Usman dan Akbar, 1995 : 54). Subyek penelitian adalah proses pembelajaran matematika, obyek yang diamati adalah hasil kerja siswa.
2.   Wawancara
Wawancara adalah tanya jawab antara dua orang atau lebih secara langsung (Usman dan Akbar, 1995 : 57). Wawancara berguna untuk :
a)    Mendapatkan data ditangan pertama
b)    Pelengkap teknik pengumpulan data
c)   Menguji hasil pengumpulan data lainnya.   
3.   Dokumentasi
a)   Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi ialah pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen (Usman dan Akbar, 1995 : 75)
b)   Dokumentasi adalah suatu metode pencarian data mengenai hal – hal atau variabel berupa catatan transkip, buku, surat kabar, majalan dan lainnya. Aspek-aspek untuk menambah kelengkapan data dalam dokumentasi meliputi catatan-catatan, foto-foto (Arikunto, 1982 : 187).
c)   Teknik dokumentasi untuk mendapatkan latar belakang yang luas, tentang pokok-pokok penelitian, dan dapat dijadikan triangulasi untuk mengecek kesesuaian data (Nasution,1996).
d)   Dokumen lama dapat digunakan dalam penelitian    sebagai sumber data, dan dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan (Moleong, 1989).

E.     Validitas Data

Untuk menjamin kebenaran data yang dikumpulkan dan dicatat dalam penelitian maka dipilih dan ditentukan cara-cara yang tepat untuk mengembangkan validitas data yang diperolehnya. Dalam penelitian ini akan digunakan teknik triangulasi. Menurut Lexy Moeleong (2000:178) Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu, untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut.
Validitas data dimaksudkan agar data yang dikumpulkan untuk keperluan penelitian ini nantinya adalah data yang valid. Menurut Nasution (1998 : 144) ada beberapa cara yang dilakukan agar kebenaran has'il penelitian dapat dipercaya, yaitu dengan cara sebagai berikut :
1. Memperpanjang masa observasi
2. Pengamatan yang terus menerus
3. Trianggulasi
Dalam penelitian ini validitas data dilakukan dengan teknik triangulasi. Triangulasi dilakukan dengan maksud untuk mengecek kebenaran data yang diperoleh dan membandingkannya dengan data yang diperoleh dari sumber lain. Kebenaran hasil wawancara dengan wali kelas dapat dibandingkan dengan arsip atau dokumen maupun melalui pengarnatan ketika proses belajar berlangsung. Triangulasi sumber data dilakukan untuk mengecek kebenaran data dari guru kelas maupun anak. Sedangkan triangulasi metode dilakukan dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda untuk mendapatkan data yang sama. Observasi dapat dicek kebenarannya dari arsip atau dokumen dan wawancara.

F.     Teknik Analisa Data

Pada penelitian tindakan kelas, data dianalisis sejak tindakan pembelajaran dilakukan, dilambangkan selama proses refleksi sampai proses penyusunan laporan. Analisis data ini dilakukan secara kualitatif melalui tiga alur. Menurut Miles dan Hubermen (1992: 15-20) alur yang meliputi reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Sedang menurut Sutama (2000:104) reduksi adalah proses pemilihan pemusatan perhatian pada penyederhanaan dan transportasi data kasar yang muncul dari catatan tertulis di lapangan.
Dalam penelitian ini data diperoleh dari tes, observasi dan wawancara terhadap pihak-pihak yang terkait langsung dalam proses belajar mengajar, hasil reduksi berupa uraian singkat yang telah digolongkan dalam suatu kegiatan tertentu.
Penyajian data berupa sekumpulan infomasi dalam bentuk teks naratif yang disusun, diatur serta diringkas dalam bentuk kategori sehingga mudah dipahami makna yang terkandung didalamnya. Sedangkan penarikan kesimpulan dilaksanakan secara bertahap yaitu dari kumpulan makna setiap kategori disimpulkan sementara, kemudian diadakan vertifikasi untuk menyimpulkan dengan tepat melalui diskusi bersama mitra kolaborasi agar memperoleh derajat kepercayaan yang tinggi. Analisis data menggunakan analisis deskriptif komperatif dengan grafik yaitu membandingkan kondisi nilai tes awal siklus I, siklus II dan nilai tes setelah siklus III.

G.    Kriteria Keberhasilan

Kriteria keberhasilan dalam penelitian ini dapat ditetapkan sebagai berikut.
  1. Siswa dinyatakan tuntas apabila telah menguasai materi sedikitnya 80% atau mendapat nilai 80.
2.      Hasil belajar siswa dalam pembelajaran dinyatakan berhasil jika 85% jumlah siswa tuntas belajar.
  1. Proses perbaikan pembelajaran dinyatakan berhasil jika peningkatan minat belajar siswa mencapai 85% lebih dari jumlah siswa.

H.    Prosedur Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dengan tiga siklus, dan tiap-tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan aktivitas dan kompetensi yang dicapai, berdasarkan perencanaan yang telah didesain sebelumnya. Pengamat melakukan observasi terhadap kegiatan yang dilaksanakan sebagai bahan kajian untuk tujuan perbaikan pelaksanaan pembelajaran yang akan dilakukan.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam tiga siklus yang masing-masing siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.
1.   Perencanaan
a.   Merancang skenario pembelajaran sebanyak tiga siklus.
b.   Melaksanakan tindakan, sesuai jadwal yang telah ditentukan dalam setiap siklus.
c.   Mempersiapkan alat peraga yang sudah disesuaikan dengan proses pembelajaran matematika
d.   Membuat lembar onservasi untuk mengamati kegiatan siswa dan guru selama proses kegiatan pembelajaran berlangsung.

2.   Pelaksanaan Tindakan
Melaksanakan tindakan dengan tiga siklus sesuai dengan rencana yang dibuat.
a.   Siklus Pertama
Dalam pelaksanaan tindakan pada siklus I guru mengadakan apersepsi yang ada hubungannya dengan pemahaman konsep pembelajaran tentang materi pembelajaran setelah itu memasukan kegiatan inti proses pembelajaran dengan jalan guru menerangkan materi pembelajaran. Setelah semua siswa menyelesaikan kegiatan belajar pada siklus satu kemudian diadakan analisis, hal ini sangat diperlukan untuk memperbaiki proses pembelajaran selanjutnya pada siklus yang ke dua.
b.   Siklus kedua
Dalam pelaksanaan tindakan pada siklus II guru mengadakan apersepsi yang ada hubungannya dengan pemahaman konsep pembelajaran tentang materi pembelajaran mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang setelah itu memasukan kegiatan inti proses pembelajaran dengan jalan guru menerangkan materi pembelajaran. Setelah semua siswa menyelesaikan kegiatan belajar pada siklus satu kemudian diadakan analisis, hal ini sangat diperlukan untuk memperbaiki proses pembelajaran selanjutnya pada siklus yang ke ketiga.
c.   Siklus Ketiga
Dalam pelaksanaan tindakan kelas pada siklus kedua ini tidak ada bedanya seperti pelaksanaan pada siklus pertama dan kedua yang meliputi kegiatan proses belajar yang, meliputi tiga kegiatan pokok yaitu apersepsi, kegiatan inti dan penutup dan setelah akhir pelaksanaan tindakan pada siklus ketiga diadakan postest
3.   Pengamatan
Melakukan pengamatan terhadap pelaksaan tindakan kelas dengan lembar observasi yang telah dipersiapkan. Observasi pelaksanaan pembelajaran dilakukan oleh guru lain sebagai kolaborasi yang diamati tentang keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran, mengamati kegiatan guru selama hasil observasi dijadikan bahan untuk perbaikan proses pembelajaran selanjutnya.
4.   Refleksi
Dari hasil observasi tersebut guru merefleksikan diri apakah proses pembelajaran yang telah dilakukan dapat meningkatkan pemahaman konsep pembelajaran tentang materi pembelajaran mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang. Jika pemahaman belum mencapai standar yang ditetapkan, maka perlu dibuat refleksi dengan dilakukan perubahan proses pembelajaran pada siklus ketiga Pada penelitian ini indikator yang ingin dicapai nilai 80.