Lencana Facebook

banner image

Saturday 15 September 2012

PTK kenaikan pangkat IVa ke IVb versi LPMP Jateng



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah

Pembelajaran  IPS  di  Sekolah  Dasar  merupakan  pondasi  sebelum  siswa  melanjutkan  ke  jenjang  yang  lebih  tinggi.  Pendidikan  dan pembelajaran  IPS  adalah  salah  satu  aspek  penting  yang  perlu  diajarkan kepada  siswa  disekolah.  Oleh  karena  itu pemerintah  membuat  kurikulum IPS  yang  wajib  diajarkan  kepada  siswa  pada  setiap  jenjang  pendidikan, yaitu  dari  tingkat  Sekolah  Dasar  (SD)  sampai  dengan  Perguruan  Tinggi (PT).
Dalam proses pendidikan tersebut tentunya sangat terkait erat dengan kegiatan belajar mengajar yang terjadi didalamnya. Kegiatan belajar mengajar merupakan suatu proses  pembelajaran  antara  guru  dan  siswa.  Pembelajaran  merupakan  upaya menciptakan  iklim  dan  pelayanan  terhadap  kemampuan,  potensi,  minat,  bakat,  dan   kebutuhan  peserta  didik  yang  beragam  agar  terjadi  interaksi  optimal  antara  guru dengan siswa serta antara siswa dengan siswa lainnya.
Dengan  melihat  tujuan  mata  pelajaran  IPS,  sekalipun  ditingkat Sekolah Dasar memiliki kedudukan dan fungsi yang sangat penting dalam mempersiapkan  membentuk  individu  yang  memiliki  potensi,  keberanian dan  memahami  keberadaan  dirinya  sendiri  dalam  berinteraksi  dengan lingkungan,  berkehidupan  bermasyarakat  dan  sebagai  warga  negara  yang baik.
Dalam  pencapaian  dari  tujuan  pembelajaran  yang  diberikan  ini,  diperlukan suatu  strategi  pembelajaran,  yaitu  upaya  perencanaan  dan  tindakan  yang  cermat mengenai  kegiatan  pembelajaran  agar  kompetensi  yang  diharapkan  tercapai.  Selain itu, pemilihan metode dalam mengajar, teknik mengajar, dan penggunaan alat peraga atau media pembelajaran akan berpengaruh dari keberhasilan pembelajaran itu sendiri. Pelajaran ilmu pengetahuan sosial merupakan salah satu mata pelajaran yang dirasa cukup sulit  dan  tidak menarik bagi banyak siswa di sekolah. Hal ini berdampak buruk bagi prestasi/hasil  belajar siswa. Peserta didik juga banyak yang mengeluhkan bahwa
ilmu pengetahuan sosial  yang  diajarkan  terlalu  sukar,  Salah  satu  aspek  yang  perlu  ditelusuri dalam  proses  pengajaran  ilmu pengetahuan sosial  tersebut  adalah  aspek  komponen pengajaran.
Discovery/penemuan  secara  terbimbing  dari  guru  merupakan  salah  satu metode  yang  dapat  digunakan  guru  dalam  menyampaikan  materi-materi  yang berhubungan  dengan  geometri,  dan  strategi  yang  dapat  digunakan  guru  untuk menjembatani ilmu ilmu pengetahuan sosial yang masih bersifat abstrak dengan dunia nyata yang dihadapi  siswa  perlu  adanya  alat  peraga.  “Metode  Discovery  didefinisikan  sebagai metode  penemuan,  kata  penemuan  sebagai  metode  mengajar  merupakan  penemuan yang  dilakukan  oleh”  siswa. 

Seperti halnya kegiatan pembelajaran di tempat peneliti bertugas yaitu di SD Negeri Wanareja 02  Kecamatan Wanareja Kabupaten Cilacap untuk mata pelajaran  Ilmu Pengetahuan  Sosial   materi  pokok pembagian waktu pada kelas V, peneliti  menemukan hasil yang cukup rendah.  Dari  27 siswa di kelas V hanya 8 siswa (29,63%)  saja yang mencapai tingkat penguasaan materi 70% ke atas atau yang mendapatkan nilai minimal 70 sesuai dengan KKM, sedangkan 19 orang siswa (70,37%) dinyatakan belum tuntas karena memperoleh nilai di bawah 70, dengan perolehan rata-rata hasil belajar secara klasikal sebesar 59,63.

B.     Identifikasi Masalah

Berdasarkan hal tersebut, peneliti meminta bantuan supervisor, kepala sekolah, dan teman sejawat untuk membantu mengidentifikasi kekurangan dari pembelajaran yang dilaksanakan. Dari hasil diskusi terungkap beberapa masalah yang terjadi dalam pembelajaran yaitu :
  1. Rendahnya minat belajar siswa
  2. Rendahnya keaktifan siswa terhadap materi pembelajaran IPS yang berdampak hasil belajar rendah.
  3. Kurangnya perhatian siswa saat pembelajaran berlangsung sehingga tidak terjadi dialog yang efektif, aktif dan kreatif pada saat proses pembelajaran berlangsung.
  4. Rendahnya minat belajar siswa.
  5. Rendahnya hasil belajar siswa.
Analisis masalah ditempuh dengan cara melakukan refleksi dari kinerja yang telah dilakukan, mengkaji literatur serta diskusi dengan supervisor. Berdasarkan hasil analisis masalah dapat diketahui bahwa kemungkinan yang menjadi faktor penyebab rendahnya hasil belajar, minat, dan kemampuan siswa dalam mengerjakan tugas, terjadi karena hal-hal sebagai berikut:
  1. Metode pembelajaran yang diambil tidak tepat dan penjelasan materi terlalu cepat, sehingga berakibat pada berkurangnya minat belajar siswa terhadap materi pembelajaran.
  2. Guru tidak melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran dan penemuan informasi
  3. Guru tidak mampu mengembangkan model dialog yang efektif, aktif dan kreatif.
  4. Guru tidak mampu menciptakan suasana pembelajaran yang dapat membuat siswa jauh lebih aktif.
Melihat kondisi tersebut di atas, maka peneliti berusaha untuk mengatasi masalah-masalah yang timbul agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik sehingga prestasi belajar siswa dapat tercapai menggunakan penerapan metode discovery.
Adapun prioritas masalah dalam pelaksanaan perbaikan proses pembelajaran adalah :
  1. Meningkatkan keaktifan belajar siswa pada pembelajaran IPS materi pembagian waktu menggunakan penerapan metode discovery.
  2. Meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS materi pembagian waktu menggunakan penerapan metode discovery.
Melihat  masalah  tersebut  penulis  berencana  untuk  melakukan  sebuah  penelitian  berupa  Penelitian  Tindakan  Kelas  untuk  menghindari  agar  pembelajaran  bahasa Indonesia  tidak  bersifat  teacher  oriented  (berpusat  pada  guru)  tetapi  berpusat  pada  siswa  student oriented  dan  agar  tidak  terlalu  verbalistik  dalam  pembelajaran  bahasa Indonesia,  maka  salah  satu metode pembelajaran  yang digunakan adalah metode Discovery. Sebagai upaya tindak lanjut,  peneliti  merasa perlu untuk melakukan upaya perbaikan pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas pada pembelajaran ilmu pengetahuan sosial materi pembagian waktu menggunakan menggunakan penerapan metode discovery  pada siswa kelas V SDN Wanareja 02 Kecamatan Wanareja Kabupaten Cilacap Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012.

C.    Pembatasan Masalah

Untuk mengefektifkan proses penelitian, peneliti memberikan batasan pengkajian sebagai berikut.
1.   Penelitian ini hanya dilaksanakan untuk materi pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial materi pembagian waktu dengan menggunakan metode pembelajaran  discovery, yang terangkum dalam suatu  kegiatan penelitian tindakan kelas  (Classroom Action Research).
2.  Subjek penelitian adalah siswa kelas V SD Negeri Wanareja 02 Kecamatan Wanareja Kabupaten Cilacap berjumlah 27 siswa, terdiri dari siswa laki-laki sebanyak 15 siswa dan perempuan 12 siswa.

D.    Rumusan Masalah

Latar  belakang masalah merupakan bahan acuan bagi pembuatan kesimpulan tentang rumusan masalah pada penelitian yang akan dilakukan, yaitu :
1.      Bagaimana upaya meningkatkan keaktifan belajar siswa kelas V SDN Wanareja 02 Kecamatan Wanareja pada pelajaran IPS materi pembagian waktu menggunakan penerapan metode discovery?
2.      Bagaimana upaya meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN Wanareja 02 Kecamatan Wanareja pada pelajaran IPS materi pembagian waktu menggunakan penerapan metode discovery?

E.     Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, agar memiliki arah yang jelas, maka ditetapkan tujuan penelitian sebagai berikut :
1.      Untuk mengetahui peningkatkan keaktifan siswa kelas V SDN Wanareja 02 setelah penerapan metode discovery pada pelajaran ilmu pengetahuan sosial materi pembagian waktu.
2.      Untuk mengetahui peningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN Wanareja 02 setelah penerapan metode discovery pada pelajaran ilmu pengetahuan sosial materi pokok pembagian waktu.

F.     Manfaat Penelitian

Sedangkan dengan penelitian tindakan kelas  ini  diharapkan dapat bemanfaat bagi :
1.      Manfaat Teoritis
a.   Sebagai bahan dan sumber rujukan pihak-pihak terkait   dalam  pengambilan kebijakan mutu pendidikan.
b.   Sebagai upaya optimalisasi pelaksanaan pembelajaran aktif dan peningkatan profesionalisme guru dan praktek pembelajaran di kelas..
2.      Manfaat Praktis
a.       Siswa yaitu :
1)      Memperbaiki cara belajar siswa.
2)      Meningkatkan hasil belajar siswa.
3)      Menjadi model bagi siswa.
4)      Siswa merasa mendapat perhatian khusus dari guru.
b.      Guru yaitu :
1)      Dapat memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya karena sasaran akhir PTK adalah perbaikan pembelajaran.
2)      Guru dapat berkembang secara profesional karena dapat menunjukkan bahwa ia mampu menilai dan memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya.
3)      Membuat guru jadi lebih percaya diri.
4)      Guru mendapat kesempatan untuk berperan aktif mengembangkan pengetahuan dan keterampilan sendiri.
c.       Sekolah yaitu :
1)      Mengembangkan mutu dan hasil belajarnya.
2)      Meningkatkan kualitas pendidikan.
3)      Mempunyai kesempatan untuk berkembang pesat.
4)      Menumbuhkan iklim kerjasama yang kondusif.
5)      Mempunyai kesempatan besar untuk berubah secara menyeluruh.

semoga bermanfaat !
File lengkap menyusul dilampirkan.

Upaya peningkatan hasil belajar IPS materi mendeskripsikan perkembangan teknologi transportasi dengan metode Inquiri di Kelas IV SD Negeri Tambaksari 01 Tahun Pelajaran 2010/2011



BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang Masalah
IPS  adalah  bidang  studi  yang  mempelajari  dan  menelaah  serta menganalisis  gejala  dan  masalah  sosial  di  masyarakat  ditinjau  dari  berbagai aspek  kehidupan  secara  terpadu.  Sehingga  IPS  di anggap  sebagai  suau  mata pelajaran  yang  sulit  karena  sarat  dengan  muatan  materi.  Selain  itu kebanyakan  guru  masih  menyajikan  pelajaran  dengan  kata-kata  verbal  dan cenderung menggunakan metode pembelajaran yang masih konvensional. Hal ini  menimbulkan  kesan  bahwa  pelajaran  IPS  sangat  menjenuhkan.  Oleh karena itu, pembelajaran IPS harus dibuat lebih menarik dan menyenangkan.
Untuk  mewujudkan  hal  itu    salah  satunya  diperlukan  metode  pembelajaran yang  dapat  mendukung  situasi  pembelajaran,  agar  pelajaran  IPS  menjadi menarik,  mudah  dipahami  dan  menyenangkan  sehingga  pada  akhirnya  akan berdampak pada peningkatan hasil belajar siswa. Keberhasilan belajar tidak lepas dari peran guru dalam proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran tersebut guru menjadi pemeran utama dalam menciptakan situasi interaktif yang edukatif, yakni interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa dan dengan sumber pembelajaran dalam menunjang tercapainya tujuan belajar. Untuk terwujudnya proses pembelajaran seperti itu sudah tentu menuntut upaya guru untuk mengaktualisasikan kompetensinya secara profesional, utamanya dalam aspek metodologis.
Berkenaan dengan hal itu peneliti menyadari sepenuhnya masalah-masalah yang selalu muncul dalam kegiatan pembelajaran. Seringkali guru merasa bingung menentukan model pembelajaran atau metode mengajar apa yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Gambaran ideal tentang siswa yang cerdas, aktif, kreatif dan mempunyai minat yang besar dalam mempelajari materi pembelajaran, serta hasil yang memuaskan dalam setiap tes yang dilakukan tidak terwujud. Kenyataan yang dijumpai malah sebaliknya, siswa kurang aktif dalam kegiatan, tidak berani bertanya, kurang percaya diri dalam menjawab pertanyaan guru, kurang bersemangat dalam mempelajari materi pembelajaran serta hasil tes yang dicapai rendah, dan masih banyak lagi kekurangan yang ditemui pada perilaku siswa yang mencerminkan keberhasilan pembelajaran
Demi tercapainya tujuan di atas perlu diupayakan langkah belajar atau cara mempelajarinya agar diperoleh suatu kemudahan, yang tentunya oleh guru. Hal ini penting mengingat siswa akan belajar apabila dikondisikan oleh guru dalam iklim belajar yang tenang dan menyenangkan (kondusif). Apabila hal ini tidak diusahakan, tidak mugkin siswa akan berhasil mencapai tujuan pembelajaran tersebut. Hal ini seperti yang terjadi kepada siswa kelas IV SD Negeri Tambaksari 01 ketika proses pembelajaran sedang berlangsung, guru mengalami kesulitan dalam membimbing siswa agar mau belajar memenuhi tuntutan indikator hasil belajar. Kondisi ini berdampak pada proses dan hasil belajar siswa binaannya jauh berbeda dari target yang diharapkan.
Pada pembelajaran awal, tingkat kemampuan siswa dalam mendeskripsikan perkembangan teknologi transportasi, dapat diketahui dari 25 orang siswa, baru diketahui ada tujuh orang siswa (28%) yang diketahui sudah mengalami tuntas belajar, dengan perolehan nilai tes formatif nilai 70 ke atas. sedangkan 18 orang siswa lainnya (72%) terbukti belum tuntas, dengan perolehan nilai tes formatif  kurang dari nilai 70, serta perolehan nilai rata-rata hasil belajar yang masih rendah yaitu 59,60.

B.   Identifikasi Masalah
Berdasarkan hal tersebut di atas peneliti meminta bantuan teman sejawat untuk mengidentifikasi masalah pembelajaran. Dari hasil observasi dan diskusi terungkap beberapa masalah yang terjadi dalam pembelajaran. Masalah tersebut antara lain :
1.       Rendahnya minat belajar siswa
2.       Siswa kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran
3.       Siswa kurang menguasai materi pembelajaran
4.       Rendahnya hasil belajar
Sehubungan dengan rendahnya hasil belajar tersebut, peneliti merenung, merefleksi,  dan berdiskusi dengan teman sejawat. Dari hasil diskusi tersebut dapat dimungkinkan penyebab rendahnya hasil belajar siswa antara lain :
1.       Model pembelajaran yang digunakan guru tidak sesuai dengan karakteristik siswa sekolah dasar sehingga penguasaan konsep materi pembelajaran menjadi kurang baik.
2.       Guru tidak melibatkan siswa untuk aktif dalam pembelajaran dan penemuan informasi.
3.       Guru tidak dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menarik.
4.       Guru tidak mampu mengembangkan model dialog yang efektif, aktif dan kreatif.
Sebagai upaya perbaikan, peneliti ingin melaksanakan penelitian tindakan kelas mata pelajaran IPS, materi mendeskripsikan perkembangan teknologi transportasi dengan metode Inquiri di Kelas IV SD Negeri Tambaksari 01 Tahun Pelajaran 2010/2011 yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

C.  Pembatasan Masalah
Agar  masalah  yang  diteliti  tidak  terlalu  luas  maka  peneliti  memfokuskan  penelitian terhadap objek yang akan diteliti dan mencoba membatasi masalah sebagai  berikut:
1.  Penelitian dilaksanakan pada siswa kelas V SD Negeri Tambaksari 01 Tahun Pelajaran 2010/2011.
2.   Penelitian difokuskan pada pembelajaran  IPS materi mendeskripsikan perkembangan teknologi transportasi.
3.   Metode pembelajaran yang digunakan pada pembelajaran IPS materi mendeskripsikan perkembangan teknologi transportasi adalah metode inquiri.


D. Rumusan Masalah
Bertolak dari uraian di atas, peneliti dapat merumuskan masalah yang menjadi pokok perhatian dalam pelaksanaan penelitian ini adalah apakah penggunaan metode inquiri dalam pembelajaran IPS materi mendeskripsikan perkembangan teknologi transportasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Tambaksari 01 ?

E.   Tujuan Penelitian
Adapun untuk memperjelas arah penelitian, maka ditentukan tujuan penelitian tindakan kelas ini, yaitu :.
1.       Mengetahui efektifitas penerapan metode inquiri pada proses pembelajaran khususnya pada pembelajaran IPS materi mendeskripsikan perkembangan teknologi transportasi.
2.       Untuk meningkatkan hasil belajar siswa  dengan penggunaan model pembelajaran inquiri pada pembelajaran IPS materi mendeskripsikan perkembangan teknologi transportasi.

F.   Manfaat Penelitian
Diharapkan pelaksanaan penelitian ini dapat memberikan manfaat antara lain :
1.       Manfaat Teoritis
a.       Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah dalam pembelajaran  pembelajaran IPS materi  perkembangan teknologi transportasi .
b.       Secara teoritis dalam penelitian ini berguna sebagai sarana pengembangan dan  peningkatan  mutu  pembelajaran  serta  meningkatkan  kemampuan siswa  dalam  pembelajaran  IPS melalui penerapan  metode inquiri pada materi perkembangan teknologi transportasi  di  tingkat sekolah dasar.
2.       Manfaat Praktis
a.       Siswa
a.       Dapat meningkatkan hasil belajar siswa
b.       Melatih  siswa  agar  lebih  kreatif,  aktif,  bertangung  jawab,  kerjasama, mandiri, dan menambah pengalaman siswa.
c.       Memberi  pengalaman  kepada  siswa  dalam  memecahkan  suatu  masalah yang melibatkan siswa langsung dengan pembelajaran.
b.       Guru
1)      Memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya
2)      Dapat berkembang secara profesional dan lebih percaya diri
3)      Untuk memperbaiki kinerja guru khususnya dalam kegiatan pembelajaran.
c.       Sekolah
1)      Memberikan kontribusi dalam mengoptimalkan situasi pembelajaran di kelas untuk meningkatkan hasil belajar siswa serta dapat dijadikan sebagai salah  satu  model  pembelajaran  yang relevan  dengan  permasalahan  yang terjadi di sekolah.
2)      Dapat membantu sekolah untuk berkembang karena adanya peningkatan kemampuan pada diri guru dan pendidikan di sekolah serta dalam pengembangan citra kelulusan karena ada peningkatan mutu lulusannya.


File dari bab I s.d lampiran2.... secara lengkap kirim email ke fikrierizaldy@gmail.com lengkap nama+alamat. 

DIMENSI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI NGIJING PADA UPACARA SELAMETAN NYEWU DI DUSUN CIMANGGU WETAN KECAMATAN CIMANGGU



BAB I
PENDAHULUAN

A.          Latar Belakang
Hasil pemikiran, cipta dan karya manusia merupakan kebudayaan yang berkembang pada masyarakat, pikiran dan perbuatan yang dilakukan oleh manusia secara terus menerus pada akhirnya menjadi sebuah tradisi. Tradisi merupakan proses situasi kemasyarakatan yang di dalamnya unsur-unsur dari warisan kebudayaan dan dipindahkan dari generasi ke generasi. Dalam sejarahnya, perkembangan kebudayaan masyarakat Jawa mengalami akulturasi dengan berbagai bentuk kultur yang ada. Oleh karena itu corak dan bentuknya diwarnai oleh berbagai unsur budaya yang bermacam-macam. Setiap masyarakat Jawa memiliki kebudayaan yang berbeda.
Hal ini dikarenakan oleh kondisi sosial budaya masyarakat antara yang satu dengan yang lain berbeda. Kebudayaan sebagai cara merasa dan cara berpikir yang menyatakan diri dalam seluruh segi kehidupan kelompok manusia yang membentuk kesatuan sosial dalam suatu ruang dan waktu. Salah satu unsur budaya Jawa yang menonjol adalah adat istiadat atau tradisi kejawen. Simbol yang juga merupakan salah satu ciri masyarakat Jawa, dalam wujud kebudayaannya ternyata digunakan dengan penuh kesadaran, pemahaman, penghayatan tertinggi, dan dianut secara tradisional dari satu generasi ke generasi berikutnya. Hal ini disebabkan orang Jawa pada masa itu belum terbiasa berfikir abstrak, maka segala ide diungkapkan dalam bentuk simbol yang konkrit.
Dengan demikian segalanya menjadi teka-teki. Simbol dapat ditafsirkan secara berganda. Juga berkaitan dengan ajaran mistik yang memang sangat sulit untuk diterangkan secara lugas, maka diungkapkan secara simbolis atau ungkapan yang miring (bermakna ganda).
Sejarah Islam di Jawa berjalan cukup lama. Selama perjalanan tersebut, banyak hal yang menarik dicermati, dan terjadi dialog budaya antara budaya asli Jawa dengan berbagai nilai yang datang dan merasuk kedalam budaya Jawa. Proses tersebut memunculkan berbagai varian dialektika, sekaligus membuktikan elastisitas budaya Jawa. Pada saat agama Hindu-Budha datang, memunculkan satu varian dialektika bercorak Hindu-Budha dengan corak khusus pengaruh budaya India. Demikian juga saat islam datang dan berinteraksi dengan budaya jawa, melebur menjadi satu. Dalam hal ini ada dua corak yang tampak dipermukaan, yakni Islam mempengaruhi nilai-nilai budaya Jawa dan Islam dipengaruhi oleh budaya Jawa.
Setiap agama dalam arti seluas-luasnya tentu memiiki aspek fundamental, yakni aspek kepercayaan atau keyakinan, terutama kepercayaan terhadap sesuatu yang sakral, yang suci atau yang ghaib. Dalam agama Islam aspek fundamental itu terumuskan dalam istilah aqidah atau keimanan, sehingga terdapatlah rukun iman yang didalamnya terangkum hal-hal yang harus dipercayai/di imani oleh muslim.
Namun, penghayatan tentang prinsip tauhid itu akan berbeda tatkala pemahaman tentang ketuhanan itu masuk dalam dimensi mistik bercorak pantheistic. Terdapatlah sebutan hidup (urip), sukma, sehingga Tuhan Allah disebut sebagai Hyang Maha Hidup, sukma kawekas yang mengandalkan bahwa Tuhan sebagai dzat yang maha hidup, yang menghidupi segala alam. Berkaitan dengan sisa-sisa kepercayaan animisme dan dinamisme, kepercayaan mengesakan Allah itu sering menjadi tidak murni oleh karena tercampur dengan penuhanan terhadap benda-benda yang dianggap keramat, baik benda mati/ hidup.
Kepercayaan-kepercayaan dari agama Hindu, Budha maupun kepercayaan animisme dan dinamisme dalam proses perkembangan Islam itulah yang berinterrelasi dengan kepercayaan-kepercayaan dalam islam. Ritual-ritual yang dibuat atau dipakai orang – orang Jawa Islam yang masih disesuaikan dengan kebiasaan Hindu-Budha nya, yaitu seperti adat mitoni (memperingati 7 bulan kehamilan) memperingati orang mati dengan ritual doa seminggu, 40 hari, nyatos, nyewu dan mendak, ada adat selamatan, gerebek suro nyandran, kliwonan sedekah bumi, nyekar (ziarah kubur) dan masih banyak adat-adat kebiasaan Islam lain yang dihubungkan dengan budaya Hindu-Budha.
Slametan merupakan salah satu dari banyaknya ritual sebagai manifestasi kultur Jawa asli. Di dalamnya lengkap menggunakan simbol-simbol sesaji, menggunakan mantra-mantra tertentu. Oleh karenanya boleh dikatakan slametan merupakan wujud ritual dari teks-teks religi terdahulu. Teks Hindhu, Budha, Islam, dan bahkan pada saat masyarakat Jawa masih menganut animisme dan dinamisme, slametan menjadi sentral mistik kejawen. Ritual slametan dan mistik sulit dilepaskan. Keduanya saling menunjang dan jalin-menjalin merujuk pada budaya spiritual yang hakiki (Endraswara, 2003).
Di kalangan masyarakat Jawa terdapat kepercayaan adanya hubungan yang sangat baik antara manusia dan yang gaib. Oleh karena itu perlu dilakukan berbagai ritual sakral. Geertz menuturkan bahwa hubungan manusia dengan yang gaib dalam dimensi kehidupan termasuk cabang kebudayaan (Geertz, 1982 : 12). Salah satunya adalah Tradisi Ngijing pada Upacara Selametan Nyewu di desa Cimanggu Kecamatan Cimanggu. Tradisi ini merupakan implementasi kepercayaan mereka akan adanya hubungan yang baik antara manusia dengan yang gaib.
Dari latar belakang di atas penulis tertarik untuk lebih mendalami tentang ritual budaya Jawa sehingga dalam menyusun skripsi ini mengambil judul Dimensi Pendidikan Islam Dalam Tradisi Ngijing Pada Upacara Selametan Nyewu Di Dusun Cimanggu Wetan Kecamatan Cimanggu Kabupaten Cilacap.

B.           Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalahpahaman arti dan penafsiran terhadap judul , maka kiranya perlu diuraikan peristilahan-peristilahan yang ada dalam judul tersebut, sehingga diperoleh suatu pemahaman yang sesuai dengan apa yang dimaksudkan secara tepat dan benar. Adapun peristilahan (pharafrase) yang perlu untuk ditegaskan dalam judul di atas, adalah sebagai berikut :

1.            Dimensi Pendidikan Islam
Dimensi pendidika Islam dalam judul penelitian di atas dapat diambil pengertian yaitu komponen-komponen yang membangun pendidikan Islam dan memiliki tujuan, fungsi, dan wilayah yang sendiri-sendiri tetapi saling keterkaitan satu sama lainnya. (Yasin, 2008 : 53)
2.            Tradisi Ngijing
Terdiri dari dua kata yaitu tradisi dan ngijing. Tradisi adalah suatu kebiasaan yang dilakukan dalam masyarakat. Sedangkan ngijing berasal dari kata kijing. Dalam tata bahasa jawa, perubahan konsonan "k" menjadi "ng" berarti juga mengubah makna, kijing artinya nisan (kata benda), sedangkan ngijing adalah kata kerja yang berarti pemasangan kijing (Sudaryanto, 2001 : 442). Tradisi ngijing pada judul skripsi yang dimaksud adalah suatu kebiasaan atau kegiatan yang dilakukan secara turun temurun dalam pemasangan nisan.
3.            Selametan Nyewu
Terdiri dari dua kata yaitu selametan dan nyewu. Slametan  adalah  bentuk ritual persembahan kepada roh halus ( Darori,2004 : 35) dan nyewu adalah seribu hari dalam bahasa Jawa. Selametan nyewu dapat diambil maksud ritual persembahan dalam seribu hari kematian.
Dari judul skripsi yaitu : Dimensi Pendidikan Islam Dalam Tradisi Ngijing Pada Upacara Selametan Nyewu Di Dusun Cimanggu Wetan Kecamatan Cimanggu Kabupaten Cilacap dapat diambil suatu pengertian pengukuran   sifat atau objek  dalam upaya memajukan budi pekerti, pikiran, jasmani agar dapat memajukan kesempurnaan hidup dalam Islam yang terdapat pada suatu kebiasaan atau kegiatan yang dilakukan secara turun temurun dalam pemasangan nisan di ritual persembahan dalam seribu hari kematian
C.          Perumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas penulis merumuskan permasalahan yang akan diteliti adalah bagaimana dimensi pendidikan Islam  yang terkandung dalam tradisi ngijing pada upacara selametan nyewu di Dusun Cimanggu Wetan Kecamatan Cimanggu ?
D.          Tujuan Penelitian
1.            Untuk mengetahui latar belakang dalam tradisi ngijing pada Upacara Selametan Nyewu di Dusun Cimanggu Wetan Kecamatan Cimanggu Kabupaten Cilacap
2.            Untuk mengetahui hal-hal yang terkandung pada dimensi pendidikan Islam yang terdapat dalam tradisi ngijing pada Upacara Selametan Nyewu di Dusun Cimanggu Wetan Kecamatan Cimanggu Kabupaten Cilacap.
3.            Untuk mengetahui dimensi pendidikan Islam dalam tradisi ngijing pada upacara selametan nyewu di Dusun Cimanggu Wetan Kecamatan Cimanggu.


E.           Manfaat Penelitian
1.      Sebagai acuan pengetahuan terutama dalam bidang kebudayaan khususnya budaya Jawa.
2.      Untuk memperkaya khazanah kebudayaan Islam
3.      Untuk menambah wawasan khususnya dalam Tradisi Ngijing Pada Upacara Selametan Nyewu.
4.      Menambah wawasan penulis dalam memperdalam pengetahuan keagamaan dan kebudayaan pada umumnya.
F.           Telaah Pustaka
Sebelum menganalisa lebih lanjut, penulis akan menelaah karya-karya yang ada kaitannya dengan permasalahan ini, baik dari permasalahan dalam pandangan Islam maupun secara umum . Di antara buku-buku dan literatur yang ada kaitannya dengan permasalahan yang dikaji dalam penyusunan skripsi ini adalah  :
Buku dengan judul Mistik Kejawen (Sinkretis, Simbolisme dan Sufisme dalam budaya spiritual Jawa) karya Suwardi Endaswara tahun 2006 dengan penerbit Narasi, membahas tentang mistik kejawen yang selama ini ada di daerah dan berkembang di Jawa.
Buku dengan judul Dimensi-Dimensi Pendidikan Islam Karya A. Fatah Yasin penerbit UIN Malang Press tahun 2008, mengenai pandangan Islam terhadap dimensi-dimensi pendidikan Islam yang dijadikan sebagai landasan atau dasar sebagai tujuan pendidikan.
Buku dengan judul Akhlak Tasawuf (Manusia, Etika dan Makna Hidup) karangan DR. M Solihin penerbit Nuansa tahun 2004, berisikan tentang pengertian dan hubungan akhlak, etika dan susila, akhlak atau etika dalam persepektif Islam, ruang lingkup bahasan akhlak dan hubungan ilmu akhlak dan ilmu lainnya.
Buku Ritual dan Tradisi Islam Jawa karya KH Muhamad Solihin dengan penerbit Narasi tahun 2010 berisikan tentang ritual-ritual dan tradisi tentang kelahiran, kematian dan pernikahan serta kehidupan sehari-hari dalam masyarakat Jawa.
Ahmad Syafi’I Mufid dalam bukunya Taklukan Abangan dan Tarekat, Kebangkitan Agama di Jawa penerbit Yayasan Obor Indonesia tahun 2006 berisikan tentang tarekat, struktur kehidupan keagamaan Islam di Jawa.
Buku berjudul Islam Jawa Karya Ahmad Khalil, M.Fil.I penerbit UIN Malang Press tahun 2008, berisikan tentang sejarah Islam di Jawa dan tradisi-tradisi yang masih dianut atau diyakini dan dijalankan sampai sekarang.
Buku berjudul Filsafat Pendidikan Islam karya Dra. Zuhairini, dkk penerbit Bumi Aksara Jakarta, mengulas tetang arti filsafat dan perkembangannya, analisis filsafat dan teori pendidikan, aliran-aliran dalam filsafat pendidikan, filsafat pendidikan Islam sebagai suatu sistem, konsep-konsep filosofis tentang pendidikan Islam, konsep Islam tentang kehidupan manusia, hakikat manusia, hakikat dan pengertian Islam,


G.          Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi tersusun dalam tiga bagian yaitu bagian awal, bagian utama dan bagian akhir. Pada bagian awal berisi halaman judul, halaman nota pembimbing, halaman pengesahan, halaman motto, halaman persembahan, kata pengantar dan daftar isi.
Bagian  utama dari penulisan skripsi berisi lima bab pokok yang terdiri dari :
BAB I    :  Pendahuluan,
Terdiri dari latar belakang masalah, definisi operasional, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,  telaah pustaka, dan sistematika penulisan skripsi.
BAB II   : Kajian Teori
Tentang dimensi pendidikan dan tradisi ngijing pada upacara selametan nyewu, pengertian dan beberapa jenis ritual budaya Jawa.
BAB III    :        Metode Penelitian  
Berisikan  bab yang membahas tentang jenis dan sifat penelitian, waktu penelitian, sumber data, metode pengumpulan data, teknik analisa data.
BAB IV    :        Hasil penelitian dan pembahasan
Berisikan bab yang menguraikan hasil penelitian dan kemudian diambil pembahasan

BAB V   : Penutup
Merupakan bagian akhir dari bagian utama yang berisi kesimpulan, saran dan penutup.
Bagian akhir penulisan skripsi ini adalah daftar pustaka dan lampiran.


File lengkap kirim email ke fikrierizaldy@gmail.com lengkap nama dan alamat!!
mugi-mugi wonten manfaate. matur nuwun sampun ngunduh file meniko !