Lencana Facebook

banner image

Tuesday 12 June 2012

Contoh PTS


LAPORAN

PELAKSANAAN PENELITIAN TINDAKAN SEKOLAH



PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU KELAS VI DALAM PEMBELAJARAN IPS MELALUI METODE PERMAINAN
DI SD NEGERI .....................................
KECAMATAN ........................................ KABUPATEN CILACAP
TAHUN PELAJARAN 2010/2011



















Disusun Oleh :


......................................., S.Pd
NIP.  ............................................






SEKOLAH DASAR NEGERI .................................
UPT DISDIKPORA KECAMATAN ...........................
KABUPATEN CILACAP
2010
KATA PENGANTAR


Segala puji  syukur hanya kita panjatkan kepada Allah SWT, atas limpahan taufik dan hidayah-Nya, peneliti dapat menyusun Laporan Pelaksanaan Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) di SD Negeri ...................... Kecamatan Cimanggu  Kabupaten Cilacap dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Bermain Peran  oleh Guru Kelas VI Dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VI SD Negeri Panimbang 03  Kecamatan Cimanggu  Kabupaten Cilacap Tahun Pelajaran 2010/2011. Laporan pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini disusun dan diajukan untuk memenuhi tugas penulisan laporan penelitian tindakan sekolah pada kegiatan Diklat Penguatan Kemampuan Pengawas dan Kepala Sekolah Tahun 2010.
Penulis menyadari bahwa  penulisan laporan pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini tidak dapat berjalan lancar tanpa ada bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1.      Bapak Kepala UPT Disdikpora Kecamatan Cimanggu
2.      Pengawas TK/SD Disdikpora Kecamatan Cimanggu
3.      Dewan Guru SD Negeri ...................
4.      Anak-anakku, siswa kelas I – VI SD Negeri ............................
5.      Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulisan laporan perbaikan pembelajaran ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu kritik, saran dari segala pihak sangat penulis harapkan. Semoga laporan perbaikan ini dapat bermanfaat bagi peningkatan mutu pendidikan pada umumnya dan pelaksanaan proses pembelajaran di SD Negeri ....................... pada khususnya.

                                                                             ...................................,     Nopember 2010


                                                                                                Penulis


DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..........................................................................................      i
KATA PENGANTAR........................................................................................     ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................    iii
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................    iv

BAB    I     PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................     1
B. Identifikasi Masalah ...................................................................     2
C. Pembatasan Masalah ...................................................................     2
D. Rumusan Masalah .......................................................................     3
E.   Tujuan Penelitian.........................................................................     3
F.   Manfaat Penelitian.......................................................................     3

BAB    II   KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Sekolah........................................................................     5
B. Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan
      1.   Kajian Teori ..........................................................................     5
      2.   Hasil Penelitian yang Relevan ..............................................   11
C. Usulan Penyelesaian Masalah......................................................   12
           
BAB    III METODE PENELITIAN
A. Pentahapan Penelitian Tindakan .................................................   13
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................   13
C. Subjek Penelitian ........................................................................   14
D. Tindakan......................................................................................   14
E.   Teknik Pengumpulan Data ..........................................................   15
F.   Instrumen Penelitian ...................................................................   16
G. Teknik Analisis Data....................................................................   16

BAB    IV SIKLUS TINDAKAN
A. Siklus/tahap 1 ..............................................................................   18
B.  Siklus/tahap 2...............................................................................   21

BAB    V   SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan .....................................................................................   24
B.  Saran............................................................................................   24

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN





DAFTAR LAMPIRAN



Lampiran   1    Instrumen Pelaksanaan Proses Pembelajaran Siklus I...............      26

Lampiran   2    Instrumen Pelaksanaan Proses Pembelajaran Siklus II ............      28

Lampiran   3    Instrumen Penilaian Siswa Pada Pelaksanaan Proses Pembelajaran Siklus I             30
                 
Lampiran   4    Instrumen Penilaian Siswa Pada Pelaksanaan Proses Pembelajaran Siklus II                        31





BAB  I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah pilar utama dalam pembentukan mental/ karakter seorang siswa. Pendidikan yang baik akan membentuk mental atau karakter siswa yang lurus dan terarah. Pembinaan mental yang baik pada akhirnya akan bermuara pada kebaikan di kehidupan yang akan datang. Kehidupan di tengah-tengah masyarakat yang penuh dengan persoalan-persoalan yang rumit. Dengan berbekal pendidikan yang baik, maka siswa akan mempunyai mental/ karakter yang kuat, dan mempunyai pengetahuan yang luas. Pengetahuan yang luas bisa diperoleh dari bangku sekolah. Di sekolah anak-anak akan memperoleh ilmu pengetahuan yang diberikan oleh guru-guru mereka. Dalam pembelajaran guru dan peserta didik sering dihadapkan pada berbagai masalah, baik yang berkaitan dengan mata pelajaran maupun yang menyangkut hubungan social.
Pemecahan masalah pembelajaran dapat dilakukan melalui berbagai cara, melalui diskusi kelas, tanya jawab antara guru dan peserta didik, penemuan dan inkuiri. Guru yang kreatif senantiasa mencari pendekatan baru dalam memecahkan masalah, tidak terpaku pada cara tertentu yang monoton, melainkan memilih variasi lain yang sesuai.
Bermain peran merupakan salah satu alternative yang dapat ditempuh. Hasil penelitian dan percobaan yang dilakukan oleh para ahli menunjukkan bahwa bermain peran merupakan salah satu model yang dapat digunakan secara efektif dalam pembelajaran. Dalam hal ini, bermain peran (role playing) diarahkan pada pemecahan masalah yang menyangkut hubungan antar manusia, terutama yang menyangkut kehidupan peserta didik.
Manusia merupakan makhluk social dan individual, yang dalam hidupnya senantiasa berhadapan dengan manusia lain atau situasi di sekelilingnya. Mereka berinteraksi, berinterdepedensi dan pengaruh mempengaruhi. Sebagai individu manusia memiliki pola yang unik dalam berhubungan dengan manusia lain. Ia memiliki rasa senang, tidak senang, percaya, curiga, dan ragu terhadap orang lain. Namun perasaan tersebut diarahkan juga pada dirinya. Perasaan dan sikap terhadap orang lain dan dirinya itu mempengaruhi pola respon individu terhadap individu lain atau situasi di luar dirinya. Karena senang dan penasaran ia cenderung mendekat. Karena tidak senang dan curiga ia cenderung menjauh. Manipestasi tersebut disebut peran.
Peran dapat didefinisikan sebagai suatu rangkaian perasaan, ucapan dan tindakan, sebagai suatu pola hubungan unik yang ditunjukkan oleh individu terhadap individu lain. Peran yang dimainkan individu dalam hidupnya dipengaruhi oleh persepsi individu terhadap dirinya dan terhadap orang lain. Oleh sebab itu, untuk dapat berperan dengan baik, diperlukan pemahaman terhadap peran pribadi dan orang lain. Pemahaman tersebut tidak terbatas pada tindakan, tetapi pada factor penentunya, yakni perasaan, persepsi dan sikap. Bermain peran berusaha membantu individu untuk memahami perannya sendiri dan peran yang dimainkan orang lain sambil mengerti perasaan, sikap dan nilai yang mendasarinya.
Bermain peran dalam pembelajaran merupakan usaha untuk memecahkan masalah melalui peragaan, serta langkah-langkah identifikasi masalah, analisis, pemeranan, dan diskusi. Untuk kepentingan tersebut, sejumlah peserta didik bertindak sebagai pemeran dan yang lainnya sebagai pengamat. Seorang pemeran harus mampu menghayati peran yang dimainkannya. Melalui peran, peserta didik berinteraksi dengan orang lain yang juga membawakan peran tertentu sesuai dengan tema yang dipilih. Selama pembelajaran berlangsung, setiap pemeranan dapat melatih sikap empati, simpati, rasa benci, marah, senang, dan peran lainnya. Pemeranan tenggelam dalam peran yang dimainkannya sedangkan pengamat melibatkan dirinya secara emosional dan berusaha mengidentifikasikan perasaan dengan perasaan yang tengah bergejolak dan menguasai pemeranan.
Pada pembelajaran bermain peran, pemeranan tidak dilakukan secara tuntas sampai masalah dapat dipecahkan. Hal ini dimaksudkan untuk mengundang rasa kepenasaran peserta didik yang menjadi pengamat agar turut aktif mendiskusikan dan mencari jalan ke luar. Dengan demikian, diskusi setelah bermain peran akan berlangsung hidup dan menggairahkan peserta didik. Hakekat pembelajaran bermain peran terletak pada keterlibatan emosional pemeran dan pengamat dalam situasi masalah yang secara nyata dihadapi. Melalui bermain peran dalam pembelajaran, diharapkan para peserta didik dapat (1) mengeksplorasi perasaannya; (2) memperoleh wawasan tentang sikap, nilai, dan persepsinya; (3) mengembangkan keterampilan dan sikap dalam memecahkan masalah yang dihadapi; dan (4) mengeksplorasi inti permasalahan yang diperankan melalui berbagai cara.
Pembelajaran partisipatif memiliki prinsip tersendiri dalam kegiatan belajar dan kegiatan pembelajaran. Prinsip dalam kegiatan belajar adalah bahwa peserta didik memiliki kebutuhan belajar, memahami teknik belajar, dan berperilaku belajar. Prinsip dalam kegiatan membelajarkan bahwa pendidik menguasai metode dan teknik pembelajaran, memaham materi atau bahan belajar yang cocok dengan kebutuhan belajar, dan berperilaku membelajarkan peserta didik. Prinsip-prinsip tersebut dijabarkan dalam langkah operasional kegiatan pembelajaran, sebagai wujud interaksi dukasi antara pendidik dengan peserta didik dan/atau antar peserta didik. Pendidik berperan untuk memotivasi, menunjukkan, dan membimbing peserta didik supaya peserta didik melakukan kegiatan belajar. Seangkan peserta didik berperan untuk mempelajari, mempelajari kembali, memecahkan masalah guna meningkatkan taraf hidup dengan berpikir dan berbuat di dalam dan terhadap dunia kehidupannya.
Penerapan pembelajaran partisipatif mensyaratkan tersedianya berbagai metode dan teknik pembelajaran yang cocok untuk itu. Metode pembelajaran adalah kegiatan atau cara umum penggolongan peserta didik, sedangkan teknik pembelajaran adalah langkah atau cara khusus yang digunakan pendidik dalam masing-masing metode pembelajaran. Metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran partisipatif ternyata bermacam ragam, yang dapat digolongkan ke dalam tiga kategori yaitu metode pembelajaran perorangan (individual methods), metode pembelajaran kelompok (group methods), dan metode pembelajaran missal atau pembangunan masyarakat (community methods) (Verne dan Knowles, 1977:13). Teknik-teknik pembelajaran partisipatif, berdasarkan pengelompokan metode, beraneka ragam pula. Dalam metode pembelajaran perorangan dikenal teknik pembelajaran yaitu tutorial, bimbingan perorangan, pembelajaran individual, magang, sorogan. Dalam metode pembelajaran kelompok terdapat teknik diskusi, demontrasi, simulasi, kerja kelompok, situasi hiptetis, pemecaham masalah kritis, bermain peran dan sebagainya. Ke dalam metode pembelajaran masal atau pembangunan masyarakat, termasuk teknik kontak social, ‘’paksaan sosial’’ (social pressure), demontrasi proses dan/atau demontrasi hasil, aksi partisipasi. Teknik-teknik pembelajaran dalam setiap metode itu tidak dapat dipisahkan secara mutlak, karena suatu teknik dapat pula digunakan dalam metode yang berbeda, seperti metode demonstrasi yang digunakan dalam metode pembelajaran kelompok dapat digunakan pula dalam metode pembelajaran missal/pembangunan masyarakat atau dalam metode pembelajaran perorangan.
Dalam bermain drama, memerlukan cara/ strategi untuk mengajarkan. Strategi yang cocok untuk meningkatkan keterampilan bermain drama adalah strategi bermain peran (role playing).Pada pelaksanaan studi awal pembelajaran mata pelajaran PKn di seluruh kelas menunjukkan hasil belajar siswa yang kurang memuaskan. Dari enam kelas yang mengikuti tes formatif  menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran PKn yang memperoleh rata-rata paling rendah yaitu kelas VI, sehingga fokus pelaksanaan penelitian tindakan sekolah ini ditetapkan pada kelas VI SD Negeri Cibalung 02 Kecamatan Cimanggu Kabupaten Cilacap Tahun Pelajaran 2010/2011.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian sebagaimana latar belakang di atas, peneliti mengidentifikasi masalah yang muncul dalam proses pembelajaran. Masalah tersebut adalah penggunaan model pembelajaran yang digunakan dalam pelaksanaan proses pembelajaran belum tepat.

C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan indentifikasi masalah yang ada, refleksi diri dan studi literatur peneliti membatasi  masalah  yang akan dibahas pada pelaksanaan penelitian tindakan sekolah ini yaitu penggunaan metode bermain peran  oleh guru  dalam upaya peningkatan hasil belajar mata pelajaran PKN di Kelas VI SD Negeri Cibalung 02 Kecamatan Cimanggu Kabupaten Cilacap Tahun Pelajaran 2010/2011.

D. Rumusan  Masalah
Dari penjelasan pada latar belakang masalah  dan melalui refleksi diri serta diskusi dengan teman sejawat, dapat disimpulkan rumusan masalahnya, yaitu  apakah penggunaan metode bermain peran oleh guru dapat meningkatkan hasil belajar siswa  kelas VI SDN Cibalung 02 Kecamatan Cimanggu Kabupaten Cilacap pada pembelajaran PKN?


E. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dari  pelaksanaan penelitian tindakan sekolah  ini adalah :
1.      Untuk mengetahui dampak penggunaan metode bermain peran pada pembelajaran PKN di kelas VI SD Negeri Cibalung 02 Kecamatan Cimanggu Kabupaten Cilacap Tahun Pelajaran 2010/2011.
2.      Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa setelah menggunakan metode bermain peran pada pembelajaran PKN di kelas VI SD Negeri Cibalung 02 Kecamatan Cimanggu Kabupaten Cilacap Tahun Pelajaran 2010/2011.

F.   Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari pelaksanaan penelitian tindakan kelas  ini adalah :

  1. Bagi Siswa
a.       Meningkatkan hasil belajar siswa
b.      Meningkatkan minat belajar siswa
c.       Melalui pembelajaran aktif, menjadikan pembelajaran menjadi menyenangkan dan memudahkan siswa memahami dan mencapai kompetensi pembelajaran PKN.
  1. Bagi Guru
a.       Memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya.
b.      Meningkatkan profesionalisme pembelajaran guru
c.       Memberi kesempatan untuk berperan aktif mengembangkan pengetahuan dan keterampilan sendiri.
  1. Bagi Sekolah
Pihak sekolah dengan sendirinya akan mengalami peningkatkan kualitas dengan ditandai oleh lulusan yang baik, kualitas dan variasi pembelajaran guru dan membaiknya motivasi siswa serta prestasi hasil belajar siswa pada pelajaran PKN  khususnya dan mata pelajaran lain pada umumnya.


BAB II
KAJIAN PUSTAKA

 

A.    Deskripsi Sekolah

Sekolah Dasar Negeri Cibalung 02 adalah salah satu sekolah negeri yang berada di wilayah kerja UPT Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kecamatan Cimanggu Kabupaten Cilacap. Letak geografis Sekolah Dasar Negeri Cibalung 02 berada di daerah pegunungan yang sarana transportasinya cukup sulit.
Walaupun merupakan sekolah dasar yang berada di daerah terpencil dan cukup jauh letaknya dari ibu kota kecamatan, namun SDN Cibalung 02 merupakan salah satu sekolah yang mempunyai prestasi cukup menonjol baik di bidang akademik maupun non akademik. Hal ini dibuktikan dengan beberapa prestasi lomba-lomba yang diraihnya.

B.     Kerangka Teori  dan Hasil Penelitian yang Relevan

1.      Kerangka Teori
a.       Pembelajaran PKn
Kewarganegaraan (citizenship) adalah mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosio-kultural, bahas, usia, dan suku bangsa untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter sesuai dengan yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945 (Depdiknas, 2002).
Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu mata pelajaran yang dapat membentuk diri yang beragam dari segi agama, sosio-kultural, bahasa, usia, untuk menjadi warga negara yang cerdas, terampil dan berkarakter yang dilandasi oleh UUD 1945. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Depdiknas (2005: 34) bahwa : Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang secara umum bertujuan untuk mengembangkan potensi individu warga negara Indonesia, sehingga memiliki wawasan, sikap, dan keterampilan kewarganegaraan yang memadai dan memungkinkan untuk berpartisipasi secara cerdas dan bertanggung jawab dalam berbagai kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Berdasarkan pendapat di atas jelas bagi kita bahwa PKn bertujuan mengembangkan potensi individu warga negara, dengan demikian maka seorang guru PKn haruslah menjadi guru yang berkualitas dan profesional, sebab jika guru tidak berkualitas tentu tujuan PKn itu sendiri tidak tercapai. Secara garis besar mata pelajaran Kewarganegaraan memiliki 3 dimensi yaitu :
1.   Dimensi Pengetahuan Kewarganegaraan (Civics Knowledge) yang mencakup bidang politik, hukum dan moral.
2.   Dimensi Keterampilan Kewarganegaraan (Civics Skills) meliputi keterampilan partisipasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
3.   Dimensi Nilai-nilai Kewarganegaraan (Civics Values) mencakup antara lain percaya diri, penguasaan atas nilai religius, norma dan moral luhur. (Depdiknas 2003 : 4)
Berdasarkan uraian di atas peneliti berpendapat bahwa dalam mata pelajaran Kewarganegaraan seorang siswa bukan saja menerima pelajaran berupa pengetahuan, tetapi pada diri siswa juga harus berkembang sikap, keterampilan dan nilai-nilai. Sesuai dengan Depdiknas (2005 : 33) yang menyatakan bahwa tujuan PKn untuk setiap jenjang pendidikan yaitu mengembangkan kecerdasan warga negara yang diwujudkan melalui pemahaman, keterampilan sosial dan intelektuan, serta berprestasi dalam memecahkan masalah di lingkungannya.
Untuk mencapai tujuan Pendidikan Kewarganegaraan tersebut, maka guru berupaya melalui kualitas pembelajaran yang dikelolanya, upaya ini bisa dicapai jika siswa mau belajar. Dalam belajar inilah guru berusaha mengarahkan dan membentuk sikap serta perilaku siswa sebagai mana yang dikehendaki dalam pembelajaran PKn.

b.      Metode Pembelajaran
Metodologi mengajar adalah ilmu yang mempelajari cara-cara untuk melakukan aktivitas yang tersistem dari sebuah lingkungan yang terdiri dari pendidik dan peserta didik untuk saling berinteraksi dalam melakukan suatu kegiatan sehingga proses belajar berjalan dengan baik dalam arti tujuan pengajaran tercapai.
Agar tujuan pengajaran tercapai sesuai dengan yang telah dirumuskan oleh pendidik, maka perlu mengetahui, mempelajari beberapa metode mengajar, serta dipraktekkan pada saat mengajar. Menurut Winarno Surakhmad (1984:96), metode adalah cara yang didalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan, berlaku baik bagi guru maupun siswa dalam kegiatan pembelajaran. Efektifitas pencapaian tujuan pembelajaran ditentukan oleh ketepatan guru dalam memilih metode pembelajaran sesuai dengan materi yang harus disampaikan pada siswa. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi suatu metode, diantaranya adalah siswa, tujuan pembelajaran, situasi setempat, fasilitas yang terdapat dalam kelas, dan profesionalisme guru.
Apabila tingkatan SD yang siswanya belum mampu berfikir abstrak, masih berfikir kongrit. Keabstrakan bahan pelajaran dapat dikongritkan dengan kehadiran media, sehinga anak didik lebih mudah mencerna bahan pelajaran daripada tanpa bantuan media. Dalam penggunaan media, perlu diperhatikan bahwa pemilihan media pengajaran haruslah jelas dengan tujuan pengajaran yang telah dirumuskan., apabila diabadikan media pengajaran bukanya membantu proses belajar mengajar, tapi sebagai penghambat dalam pencapaian tujuan secara efektif dan efesien. Dari uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan, membantu mempertegas bahan pelajaran, sehingaga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa dalam proses belajar.
c.       Metode Bermain Peran
Role play adalah sejenis permainan gerak yang didalamnya ada tujuan, aturan dan sekaligus melibatkan unsur senang (Jill Hadfield, 1986:44). Dalam Role Play siswa dikondisikan pada situasi tertentu di luar kelas, meskipun saat itu pembelajaran terjadi di dalam kelas, dengan menggunakan bahasa Inggris. Selain itu, Rote Play sering kali dimaksudkan sebagai suatu bentuk aktivitas dimana pembelajar membayangkan dirinya seolah-olah berada di luar kelas dan memainkan peran orang lain saat menggunakan bahasa Inggris (Basri Syamsu, 2000).
Dalam Role Play siswa diperlakukan sebagai subyek pembelajaran, secara aktif melakukan praktik-praktik berbahasa (bertanya dan menjawab dalam bahasa Inggris) bersama teman-temannya pada situasi tertentu. Belajar efektif dimulai dari lingkungan yang berpusat pada diri siswa (Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama, 2002). Lebih lanjut prinsip pembelajaran bahasa menjelaskan bahwa dalam pembelajaran bahasa, siswa akan lebih berhasil jika mereka diberi kesempatan menggunakan bahasa dengan melakukan berbagai kegiatan bahasa. Bila mereka berpartisipasi, mereka akan lebih mudah menguasai apa yang mereka pelajari (Boediono, 2001:94). Jadi, dalam pembelajaran siswa harus aktif. Tanpa adanya aktivitas, maka proses pembelajaran tidak mungkin terjadi (Sardiman, 2001:99).
Sementara itu, sesuai dengan pengalaman peneliti manfaat yang dapat diambil dari  Role Play adalah: Pertama, Role Play dapat memberikan semacam hidden practise, dimana siswa tanpa sadar menggunakan ungkapan-ungkapan terhadap materi yang telah dan sedang mereka pelajari. Kedua, Role play melibatkan jumlah siswa yang cukup banyak, cocok untuk kelas besar. Ketiga, Role Play dapat memberikan kepada siswa kesenangan karena Role Play pada dasarnya adalah permainan. Dengan bermain siswa akan merasa senang karena bermain adalah dunia siswa. Masuklah ke dunia siswa, sambil kita antarkan dunia kita.
Metode ini dapat dipergunakan di dalam mempraktikan isi pelajaran yang baru, mereka diberi kesempatan seluas-luasnya untuk memerankan sehingga menemukan kemungkinan masalah yang akan dihadapi dalam pelaksanaan sesungguhnya. Metode ini menuntutkan guru untuk mencermati kekurangan dari peran yang diperagakan siswa.
Metode Role Playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal itu bergantung kepada apa yang diperankan
Kelebihan metode pembelajaran dengan menggunakan Role Playing antara lain :
1.   Melibatkan seluruh siswa dapat berpartisipasi mempunyai kesempatan untuk memajukan kemampuannya dalam bekerjasama.
2.   Siswa bebas mengambil keputusan dan berekspresi secara utuh.
3.   Permainan merupakan penemuan yang mudah dan dapat digunakan dalam situasi dan waktu yang berbeda.
4.   Guru dapat mengevaluasi pemahaman tiap siswa melalui pengamatan pada waktu melakukan permainan.
5.   Permainan merupakan pengalaman belajar yang menyenangkan bagi anak.
E. Mulyasa (2003 : 161), mengemukakan tahapan pembelajaran bermain peran meliputi : (1) menghangatkan suasana dan memotivasi peserta didik; (2) memilih peran; (3) menyusun tahap-tahap peran; (4) menyiapkan pengamat; (5) menyiapkan pengamat; (6) tahap pemeranan; (7) diskusi dan evaluasi tahap diskusi dan evaluasi tahap I ; (8) pemeranan ulang; dan (9) diskusi dan evaluasi tahap II; dan (10) membagi pengalaman dan pengambilan keputusan.
Selain itu dengan bermain peran siswa akan lebih menghayati pelajaran yang diberikan (Conny Setiawan : 1992 : 25). Langkah-langkah dalam bermain peran  dalam pembelajaran adalah  :
a.       Siswa menyusun/menyiapkan skenario yang akan ditampilkan berdasarkan gambar yang disajikan.
b.      Menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario untuk dipentaskan.
c.       Guru membentuk kelompok siswa yang anggotanya 5 orang
d.      Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai
e.       Memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario yang sudah dipersiapkan
f.       Masing-masing siswa berada di kelompoknya sambil mengamati skenario yang sedang diperagakan
g.      Setelah selesai ditampilkan, masing-masing siswa diberikan lembar kerja untuk membahas penampilan masing-masing kelompok.
h.      Masing-masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya
i.        Guru memberikan kesimpulan secara umum
j.        Evaluasi dan Penutup
2.      Hasil Penelitian yang Relevan
a.       Diyah Retno Palupi, PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN BERMAIN PERAN (ROLE PLAYING) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN APRESIASI DRAMA. Hasil penelitian dan percobaan yang dilakukan oleh para ahli menunjukkan bahwa bermain peran merupakan salah satu model yang dapat digunakan secara efektif dalam pembelajaran. Dalam hal ini, bermain peran (role playing) diarahkan pada pemecahan masalah yang menyangkut hubungan antar manusia, terutama yang menyangkut kehidupan peserta didik. Dalam bermain drama, memerlukan cara/ strategi untuk mengajarkan. Strategi yang cocok untuk meningkatkan keterampilan bermain drama adalah strategi bermain peran (role playing).
b.      Purnomo, Eko. 2005. Peningkatan Keterampilan Berbicara Bahasa Jawa Krama Dengan Metode Sosiodrama dan Bermain Peran Pada Siswa Kelas IIB SMP Negeri 21 Semarang Tahun Pelajaran 2004/2005. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum dilakukan pembelajaran dengan metode sosiodrama dan bermain peran keterampilan berbicara bahasa Jawa krama siswa berada pada kategori kurang dengan nilai rata-rata 51,02. Setelah dilakukan tindakan siklus I nilai rata-rata menjadi 64,20, berarti ada peningkatan sebesar 25,84%. Nilai rata-rata siklus I belum mencapai target nilai yang telah ditetapkan. Hasil siklus II mencapai nilai rata-rata 75,00, berarti meningkat 16,81 dari siklus I. Dari prasiklus sampai siklus II nilai rata-rata meningkat 46,99%. Peningkatan nilai rata-rata ini juga disertai peningkatan masing-masing aspek dalam keterampilan berbicara.

C.    Usulan Penyelesaian Masalah

Dengan mempertimbangkan dan merujuk pada beberapa pendapat ahli dan kenyataan yang ada di lapangan, maka usaha penyelesaian masalahnya adalah sebagai berikut :
1.      Kepala sekolah dan guru bersepakat untuk melaksanakan penelitian tindakan sekolah untuk meningkatkan hasil belajar pembelajaran PKn di kelas VI SD Negeri Cibalung 02.
2.      Guru menerapkan model pembelajaran Interaktif pada pembelajaran PKn di kelas VI kelas V SD Negeri Cibalung 02.
3.      Diharapkan penggunaan metode bermain peran  oleh guru  pada pembelajaran PKn dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI SD Negeri Cibalung 02.
BAB III
METODE PENELITIAN

A.    Pentahapan Penelitian

Pelaksanaan penelitian tindakan sekolah ini dilakukan dalam dua siklus.  Pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada siklus I dan II, peneliti melakukan observasi terhadap proses pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode permainan yang dilaksanakan di kelas oleh guru kelas VI. Pada tahap ini, peneliti mengadakan pengamatan dengan menggunakan lembar observasi yang telah disusun sebelumnya.
Tindakan selanjutnya  peneliti mendokumentasikan hasil observasi, yaitu antara lain hasil observasi proses pembelajaran oleh guru, data kegiatan siswa dalam kelas selama proses pembelajaran, isi ruangan kelas, kegiatan di dalam kelas serta data-data yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan dalam dua siklus.
Kegiatan akhir dalam pelaksanaan penelitian tindakan sekolah ini adalah mengadakan refleksi untuk menentukan tingkat keberhasilan pelaksanaan proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru dengan menentukan kriteria keberhasilan pelaksanaan proses pembelajaran.

B.     Lokasi dan Waktu Penelitian

1.      Lokasi Penelitian
Tempat pelaksanaan penelitian tindakan sekolah dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Cibalung 02 Kecamatan Cimanggu  Kabupaten Cilacap.
2.      Waktu Pelaksanaan
Penelitian dilaksanakan selama satu bulan, yaitu pada bulan Oktober 2010 sedangkan per siklusnya dapat dirinci sebagai berikut :
Siklus Pertama                  :     22 Oktober 2010
Siklus Kedua                     :     24 Oktober 2010

C.    Subjek Penelitian

Pada pelaksanaan penelitian tindakan sekolah ini yang menjadi subyek penelitian adalah guru kelas VI SDN Cibalung 02 Kecamatan Cimanggu Kabupaten Cilacap dalam melaksanakan pembelajaran PKn dengan menggunakan metode permainan.

D.    Tindakan

Pelaksanaan penelitian tindakan sekolah ini dilaksanakan dalam dua siklus, di mana uraian tiap siklusnya adalah sebagai berikut :
1.      Siklus I
Secara terperinci prosedur penelitian tindakan kelas untuk siklus pertama diuraikan sebagai berikut.
a.   Perencanaan
Kegiatan dalam tahap ini adalah membuat lembar observasi terhadap pelaksanaan proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru
b.   Pelaksanaan
      Meminta guru untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode permainan.
c.   Pengamatan
Dalam tahap ini dilakukan pengamatan jalannya proses pembelajaran.
d.   Refleksi
Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh maka diadakan refleksi dari tindakan yang telah dilakukan sehingga peneliti dapat merefleksikan diri tentang berhasil tidaknya apa yang telah dilakukan dalam siklus I. Hasil dari siklus I digunakan untuk menentukan tindakan pada siklus II.
2.      Siklus II
Secara terperinci prosedur penelitian tindakan kelas untuk siklus II diuraikan sebagai berikut.
1.   Perencanaan
Berdasarkan refleksi siklus I baik yang berkaitan dengan guru, siswa ataupun perangkat, maka diadakan perencanaan ulang terutama mengidentifikasi masalah. Masalah pokok yang dihadapi dikaji dalam refleksi I, kemudian dievaluasi untuk mendapatkan informasi pada bagian yang menjadi kelemahan sehingga pada siklus II dapat direncanakan yang lebih baik lagi.
2.   Pelaksanaan
Setelah perencanaan ulang diambil, pelaksanaan dilaksanakan pada siklus II. Tahapan-tahapan yang dilakukan pada pelaksanaan tindakan ini, sama dengan tindakan pada siklus I.
3.   Pengamatan
Selama pembelajaran berlangsung, peneliti diamati oleh peneliti dengan menggunakan lembar observasi. Adapun poin untuk lembar pengamatan guru menyangkut tentang hal-hal yang berkenaan dengan proses pembelajaran di kelas. Selain itu peneliti sendiri juga melakukan pengamatan terhadap perilaku siswa selama pembelajaran guna mengetahui keaktifan siswa. Pengamatan terhadap siswa ini juga dilakukan berdasarkan lembar observasi .
4.   Refleksi
Peneliti bersama guru menganalisa semua tindakan kelas pada siklus II sebagaimana yang telah dilakukan pada siklus I dan menentukan keberhasilan proses pembelajaran.

E.     Teknik Pengumpulan Data

Keberhasilan dalam pengumpulan data merupakan syarat keberhasilan penelitian. Sedangkan keberhasilan dalam pengumpulan data tergantung pada metode yang digunakan. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode observasi, wawancara dan dokumentasi.
1.   Observasi
Saat proses pembelajaran berlangsung siswa diamati baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengamatan secara langsung dilakukan mencakup semua aktivitas yang dapat diamati dengan panca indra. Sedangkan pengamatan tidak langsung dilakukan melalui lembar pengamatan
2.   Wawancara
Wawancara dilakukan terhadap beberapa siswa yang nilai tesnya tinggi, sedang dan rendah. Dari hasil wawancara ini diharapkan dapat diketahui respon siswa terhadap pembelajaran, dan apa saja kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam pelaksanaan proses pembelajaran.
3.   Dokumentasi
Analisis dokumen dilakukan untuk mengumpulkan data yang bersumber dari arsip dan dokumen baik yang berada di sekolah ataupun yang berada di luar sekolah, yang ada hubungannya dengan penelitian tersebut. Menurut Arikunto (2006: 132), teknik dokumentasi yaitu “mencari data mengenai hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya”..

F.     Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang akan digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah hasil-hasil dari kegiatan peneliti dalam observasi, wawancara dan tes tertulis yang dilaksanakan pada saat pelaksanaan penelitian tindakan sekolah berlangsung.

G.    Teknik Analisa Data

Analisis data bermaksud atas nama mengorganisasikan data, data yang terkumpul banyak sekali dan terdiri dari catatan lapangan dan komentar peneliti, gambar, foto, dokumen, laporan, dan lain-lain, dan pekerjaan analisis data adalahmengatur, mengurutkan, mengelompokkan dan memberikan suatu kode tertentu dan mengkategorikannya, pengelolaan data tersebut bertujuan untuk menemukan tema dan hipotesis kerja yang akhirnya diangkat menjadi teori substantif (Moeloeng, 2007: 103).

BAB IV
SIKLUS TINDAKAN

A.    Siklus Pertama
Kegiatan pelaksanaan penelitian tindakan sekolah pada  pembelajaran PKn di kelas VI dengan menggunakan metode bermain peran, dengan penjelasan kegiatan sebagaimana diuraikan di bawah ini :
1.      Perencanaan
Peneliti menyiapkan dan menetapkan lembar observasi. Lembar observasi mencakup langkah-langkah yang akan dilakukan oleh guru dan siswa dalam kegiatan tindakan atau perbaikan. Terkait dengan rencana perbaikan pembelajaran, peneliti mengecek kesiapan  guru dalam menyiapkan berbagai bahan yang diperlukan dalam pelaksanaan proses pembelajaran seperti : lembar kerja, alat bantu pembelajaran, lembar tes formatif dan lembar observasi.
2.      Pelaksanaan
Dari pelaksanaan siklus I, diperoleh berbagai data yaitu data hasil belajar siswa, data hasil observasi kinerja guru, dan data hasil observasi aktivitas siswa. Hasil penelitian pada siklus I dapat dijelaskan sebagai berikut.
a.       Aktivitas Guru
Kegiatan inti yang dilakukan guru meliputi mengorientasi siswa dalam pembelajaran, khususnya saat pembelajaran dengan penggunaan metode bermain peran sedang berlangsung, dalam hal ini guru memberikan bimbingan kepada kelompok yang mengalami kesulitan. Siswa dalam kelompoknya melakukan kegiatan dengan bimbingan guru, namun demikian bimbingan guru masih belum merata pada setiap kelompok. Guru lebih banyak memberikan bimbingan kepada kelompok yang aktif bertanya, sedangkan kelompok yang cenderung pasif hanya mendapat bimbingan guru secara sekilas sehingga siswa merasa kurang diperhatikan. Guru juga belum memperhatikan sepenuhnya terhadap siswa yang enggan disuruh untuk mengerjakan soal di papan tulis. Dan lamanya waktu yang diberikan guru kepada siswa yang mengerjakan soal dipapan tulis, dapat menyebabkan alokasi waktu yang diberikan seringkali tidak mencukupi. Pada kegiatan penutup guru membimbing siswa dalam menarik kesimpulan. Namun dalam menarik kesimpulan kebanyakan masih dilakukan oleh guru, sehingga siswa belum terbiasa berpikir sendiri. Secara umum pada siklus I ini guru masih mendominasi pembelajaran.
b.      Aktivitas Siswa
Pada siklus 1, dari lembar observasi menunjukkan aktifitas belajar siswa. Misalnya, meningkatnya antusias dan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran, karena dorongan dan pemberian motivasi oleh guru. Untuk kerja kelompokpun menunjukkan aktivitas, seperti diskusi dan tanya jawab antar teman dalam kelompok, serta memberi pendapat tentang hasil yang diperoleh. Beberapa siswa masih kurang percaya diri untuk melakukan kerjasama dengan teman sekelompoknya. Namun ini belum menunjukkan aktivitas yang dilaksanakan siswa optimal sesuai yang diharapkan sehingga perlu ditingkatkan.
3.      Observasi
a.       Hasil Observasi Kinerja Guru
Pengamatan terhadap kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran pada siklus I diperoleh skor akhir kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran mencapai 18  kriteria dari 27 kriteria yang telah ditetapkan. Hal ini menunjukkan bahwa proses pembelajaran dengan menggunakan metode bermain peran  oleh guru  yang termasuk dalam kriteria sangat baik karena berada di rentang 19-27 kriteria.
b.      Hasil Observasi Aktivitas Siswa
Pengamatan aktivitas siswa pada siklus I diperoleh hasil di atas skor total aktivitas siswa dalam pembelajaran juga menunjukkan hal  yang termasuk kriteria baik karena dari empat aspek yang diamati muncul dua aspek, sehingga berada pada rentang 50%.

4.      Refleksi
Pendampingan guru tidak merata dan masih terfokus pada siswa yang aktif, sehingga siswa yang tidak didampingi terlihat bermain sendiri dan mengganggu teman yang lain sehingga tidak semua siswa dapat memperhatikan penjelasan guru dengan lengkap. Sehingga terlihat bahwa proses pembelajaran kurang lancar. Kesiapan dan keaktifan siswa di kelas juga belum maksimal saat diberi pertanyaan maupun latihan soal. Siswa masih enggan saat disuruh untuk mengerjakan soal di papan tulis. Hal ini lebih dikarenakan takut pada ejekan siswa yang lain saat tidak dapat menyelesaikan soal tersebut dengan benar. Siswa juga masih enggan untuk memberikan tanggapan terhadap pekerjaan yang diselesaikan oleh siswa yang lain di papan tulis, walaupun sudah diberikan kesempatan oleh guru.
Berdasarkan hasil lembar observasi aktivitas siswa, skor keaktifan siswa 50%, termasuk dalam kriteria sangat baik. Meskipun demikian masih perlu ditingkatkan. Hal ini disebabkan siswa masih kurang percaya diri dalam bertanya, dan masih canggung untuk bekerja dalam kelompok. Selain itu pengawasan tingkah laku siswa dalam melakukan diskusi kelompok masih kurang.
Belum optimalnya aktivitas dalam pembelajaran tersebut perlu adanya perbaikan dengan memberikan dorongan motivasi kepada siswa untuk bersungguh-sungguh dalam melaksanakan pembelajaran, menyatukan pendapat, tidak boleh mengganggu teman serta melakukan diskusi secara aktif dan memberi pujian bagi siswa yang bertanya dan menjawab pertanyaan. Guru juga harus bisa menumbuhkan rasa percaya diri agar siswa tidak malu lagi untuk bekerjasama dengan teman sekelompoknya. Guru harus mampu memberi perhatian serta motivasi terhadap kegiatan siswa dalam kelompoknya. Permasalahan ini akan diupayakan perbaikan pada siklus II dengan melaksanakan kegiatan pembelajaran menggunakan metode bermain peran.

B.     Siklus Kedua
Kegiatan pelaksanaan penelitian tindakan sekolah pada siklus kedua sebagaimana diuraikan di bawah ini :
1.      Perencanaan
Peneliti menyiapkan dan menetapkan lembar observasi. Lembar observasi mencakup langkah-langkah yang akan dilakukan oleh guru dan siswa dalam kegiatan tindakan atau perbaikan. Terkait dengan rencana perbaikan pembelajaran, peneliti mengecek kesiapan  guru dalam menyiapkan berbagai bahan yang diperlukan dalam pelaksanaan proses pembelajaran seperti : lembar kerja, alat bantu pembelajaran, lembar tes formatif dan lembar observasi sebagaimana pelaksanaan siklus I.
2.      Pelaksanaan
Dari pelaksanaan siklus II, diperoleh berbagai data yaitu data hasil belajar siswa, data hasil observasi kinerja guru, dan data hasil observasi aktivitas siswa. Hasil penelitian pada siklus II dapat dijelaskan sebagai berikut
a.   Aktivitas Guru
Pencapaian hasil belajar siswa yang diharapkan seperti yang ditetapkan dalam indikator keberhasilan tidak lepas dari peran guru dalam proses pembelajaran. Mengingat guru merupakan salah satu komponen yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Berdasar hasil lembar aktivitas guru pada siklus II, dapat diketahui bahwa guru sudah dapat mengkondisikan kelas dengan sangat baik.
Kemampuan guru seperti memunculkan motivasi, memberikan apersepsi, membentuk kelompok, mendampingi siswa, menjawab pertanyaaan siswa dan membantu siswa membuat kesimpulan sudah meningkat ditandai dengan tingginya nilai akhir hasil observasi pada siklus II berada di rentang 76-100% dengan kemunculan kriteria keberhasilan sebanyak 25 kriteria, sehingga termasuk dalam kriteria sangat baik. Guru juga sudah dapat menumbuhkan rasa percaya diri siswa dengan memberikan reward berupa pujian dan dorongan agar siswa mampu bekerjasama dengan teman sekelompok dan mau bertanya bila ada kesulitan baik kepada guru maupun sesama teman sekelompok. Juga kepada siswa yang berhasil mengerjakan soal di papan tulis.
Guru juga memberi kesempatan yang lebih banyak kepada siswa yang lain untuk memberikan tanggapan terhadap pekerjaan yang ditulis oleh siswa di papan tulis. Sehingga terjadi proses pembelajaran dua arah. Pada siklus II ini guru juga sudah memotivasi siswa agar cepat menguasai materi pembelajaran dengan menggunakan metode bermain peran dengan cepat dan memperoleh nilai yang maksimal dalam tes siklus II. Selain itu guru juga sudah dapat mengurangi rasa kurang percaya diri siswa, sehingga apabila disuruh mengerjakan soal di papan tulis siswa segera maju.
b.   Aktivitas Siswa
Pada siklus II aktivitas siswa lebih meningkat lagi dibandingkan dengan siklus I. Ditandai dengan perolehan skor total hasil observasi yang tinggi, yaitu berada di rentang 50-100% dengan kemunculan kriteria sebanyak empat kriteria dari empat kriteria keberhasilan yang ditetapkan sehingga termasuk dalam kriteria sangat baik. Hal ini menunjukkan siswa yang melakukan aktivitas belajar lebih banyak dibandingkan dengan siklus I. Ini berarti siswa lebih menguasai penggunaan manik-manik dibandingkan pada kegiatan pembelajaran pada siklus I dan berhasil dalam menciptakan kondisi kelas yang kondusif.
Siswa juga telah bekerja sama dengan kelompoknya secara baik dan siswa yang pandai sudah mau membantu siswa yang lain. Hal tersebut sesuai bahwa dengan pembagian kelompok secara heterogen memberikan kesempatan untuk saling mendukung, meningkatkan relasi dan interaksi serta memudahkan pengelolaan kelas, karena dengan adanya siswa yang berkemampuan akademis yang tinggi guru mendapatkan asisten untuk kelompok.
Siswa juga sudah tidak malu lagi apabila disuruh mengerjakan soal di papan tulis, walaupun cara menyelesaikan soalnya masih salah. Siswa yang pada pembelajaran pada siklus I masih malu bertanya apabila masih mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran, pada siklus II ini sudah mau bertanya baik kepada guru maupun kepada teman sekelompoknya. Oleh karena itu belajar kelompok sangat diperlukan agar diperoleh hasil belajar yang lebih baik.
3.      Observasi
a.   Hasil Observasi Kinerja Guru
Pengamatan terhadap kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran pada siklus II diperoleh nilai akhir kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran berada pada rentang 50-100% sehingga termasuk dalam kriteria sangat baik.
b. Hasil Observasi Aktivitas Siswa
Pengamatan aktivitas siswa pada siklus II diperoleh hasil di atas skor total nilai aktivitas siswa dalam pembelajaran sebesar 100, yang termasuk dalam kriteria sangat baik karena dari empat kriteria keberhasilan semuanya tercapai.
4.      Refleksi
Dari pembahasan siklus I dan II di atas menunjukkan bahwa indikator keberhasilan tercapai, sehingga hipotesis penelitian ini dapat diterima yang berarti ada peningkatan hasil belajar dan aktivitas belajar siswa kelas VI SD Negeri Cibalung 02 Kecamatan Cimanggu Kabupaten Cilacap pada pembelajaran PKn  dengan menggunakan metode bermain peran.

 
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A.    Kesimpulan

Berdasarkan temuan dan hasi-hasil yang diperoleh, peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa pelaksanaan pembelajaran IPS oleh guru dengan menerapkan metode permainan dapat meningkatkan kemampuan guru dan siswa  dalam penyampaian dan penerimaan  materi pembelajaran. Hal ini dibuktikan dengan peningkatan kemampuan guru dan siswa selama proses pembelajaran pada siklus I dan II dimana pada siklus I dari 27 kriteria yang ditetapkan untuk observasi guru dalam pelaksanaan pembelajaran, muncul 18 kriteria keberhasilan pada siklus pertama, dan 25 kriteria keberhasilan pada siklus II. Adapun observasi siswa juga mengalami peningkatan, yaitu dua kriteria pada siklus pertama menjadi empat kriteria pada siklus II, yang berarti semua kriteria keberhasilan terpenuhi pada akhir pelaksanaan siklus II.

B.     Saran

Saran bagi guru bahasa khususnya dan guru lain pada umumnya, agar terus belajar mengembangkan strategi dan metode pembelajaran yang sesuai. Agar dalam pembelajaran (khususnya drama) menjadi lebih menarik dan menyenangkan. Sehingga tercipta suasana pembelajaran yang tidak membosankan.masih banyak strategi dan cara untuk mengajarkan materi pelajaran yang sesuai. Semua tergantung kita sebagai guru, agar pandai-pandai memilih strategi yang cocok.








DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Sudrajat. 2008. “Model Pembelajaran Inovatif”

Ahmadi, Abu dan Joko T. Prasetyo. 1997. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia.

Antoro, Yuni. 2002. Peningkatan Kemampuan Berbicara Ragam Krama Melalui Permainan Simulasi P4 Pada Siswa Kelas IIIA SLTP Negeri 2 Pekuncen Tahun Pelajaran 2002/2003. Skripsi. Universitas Negeri Semarang, Semarang.

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Graha Widya. John Herf. 2007. “Peran Guru SD dalam menyikapi KTSP” http: //johnherf.wordpress.com/2007/03/13/peran-guru-sd-menyikapi-ktsp/.). (Diunduh Rabu, 20 Oktober  pukul 03.00)

Herman J. Waluyo. 2008. Drama Teori dan Pengajarannya. Yogyakarta: PT. Hanindita


Masnur Muslich. 2007. KTSP: Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta: PN. Bumi Aksara. Situmorang. B.P. 1983. Puisi dan Metodologi Pengajarannya. Ende Flores NTT: Nusa Indah.

Suminto A. Sayuti. 2008. “Pengajran Sastra yang Menyebalkan dan KTSP “ (Makalah) disajikan dalam lokakarya Apresiasi Sastra daerah di Bogor. Tanggal 12-16 Agustus.



Lampiran 1

INSTRUMEN PENILAIAN
PELAKSANAAN PROSES PEMBELAJARAN
SIKLUS I

Nama Guru    :   ......................................                        NIP                          :   .........................................
Kelas               :   VI                                                          Tgl. Pelaksanaan :   .........................................

No
Indikator/Aspek Yang Diamati
Kemunculan
Ket
Ada
Tidak
I
PRA PEMBELAJARAN



1
Memeriksa kesiapan peserta didik
V


2
Menyampaikan materi yang akan dipelajari
V


3
Menyampaikan tujuan yang hendak dicapai
V


4
Menyampaikan pola pembelajaran yang akan digunakan

V

5
Melakukan kegiatan apersepsi
V







II
KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN



A
Penguasaan Materi Pelajaran



6
Menunjukkan penguasaan materi pembelajaran
V


7
Mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan

V

8
Mengaitkan materi dengan jelas dan sesuai dengan hierarki belajar
V


9
Mengaitkan materi dengan realitas kehidupan
V







B
Pendekatan / Strategi Pembelajaran



10
Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai
v


11
Melaksanakan pembelajaran secara runtut

V

12
Menguasai kelas

V

13
Melaksanakan pembelajaran yang bersifat konstektual

V

14
Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan timbulnya kebiasaan positif
V


15
Melaksanakakn pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang direncanakan
V


C
Pemanfaatan Sumber Belajar/Media Pembelajaran  



16
Menggunakan media secara efektif dan efisien

V

17
Menghasilkan pesan yang menarik

V

18
Melibatkan peserta didik dalam pemanfaatan media
V


D
Pembelajaran Yang Memicu Dan Memelihara Ketertiban Peserta Didik



19
Menumbuhkan partisipasi aktif peserta didik dalam pembelajaran
V


20
Menunjukan sikap terbuka terhadap respon peserta didik
V


21
Menumbuhkan keceriaan dan antusiasme peserta didik dalam belajar

V

E
Penilaian Proses Dan Hasil Belajar



22
Memantau kemajuan belajar selama proses

V

23
Melakukan penilaian akhir sesuai dengan kompetensi (tujuan)
V






F
Penggunaan Bahasa



24
Menggunakan bahasa lisan dan tulis secara jelas, baik, dan benar
V


25
Menyampaikan pesan dengan gaya yang sesuai
V




V


III
PENUTUP



26
Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan peserta didik
V


27
Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan atau kegiatan atau tugas sebagai bagian remidial/pengayaan
V



TOTAL SKOR
18
9


Keterangan :
A     = 19 - 27          (Amat Baik )
B      = 10 - 18          ( Baik)
C      = 00 - 09          ( Kurang )


Cibalung,        Oktober 2010
Peneliti





SUMARYONO, S.Pd































Lampiran 2

INSTRUMEN PENILAIAN
PELAKSANAAN PROSES PEMBELAJARAN
SIKLUS II

Nama Guru    :   ...........................................                   NIP                          :   ..........................................
Kelas               :   VI                                                          Tgl. Pelaksanaan :   .........................................

No
Indikator/Aspek Yang Diamati
Kemunculan
Ket
Ada
Tidak
I
PRA PEMBELAJARAN



1
Memeriksa kesiapan peserta didik
V


2
Menyampaikan materi yang akan dipelajari
V


3
Menyampaikan tujuan yang hendak dicapai
V


4
Menyampaikan pola pembelajaran yang akan digunakan
V


5
Melakukan kegiatan apersepsi
V







II
KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN



A
Penguasaan Materi Pelajaran



6
Menunjukkan penguasaan materi pembelajaran
V


7
Mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan
V


8
Mengaitkan materi dengan jelas dan sesuai dengan hierarki belajar
V


9
Mengaitkan materi dengan realitas kehidupan
V







B
Pendekatan / Strategi Pembelajaran



10
Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai
v


11
Melaksanakan pembelajaran secara runtut
V


12
Menguasai kelas
V


13
Melaksanakan pembelajaran yang bersifat konstektual
V


14
Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan timbulnya kebiasaan positif
V


15
Melaksanakakn pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang direncanakan
V


C
Pemanfaatan Sumber Belajar/Media Pembelajaran  



16
Menggunakan media secara efektif dan efisien
V


17
Menghasilkan pesan yang menarik
V


18
Melibatkan peserta didik dalam pemanfaatan media
V


D
Pembelajaran Yang Memicu Dan Memelihara Ketertiban Peserta Didik



19
Menumbuhkan partisipasi aktif peserta didik dalam pembelajaran
V


20
Menunjukan sikap terbuka terhadap respon peserta didik
V


21
Menumbuhkan keceriaan dan antusiasme peserta didik dalam belajar

V

E
Penilaian Proses Dan Hasil Belajar



22
Memantau kemajuan belajar selama proses
V


23
Melakukan penilaian akhir sesuai dengan kompetensi (tujuan)
V






F
Penggunaan Bahasa



24
Menggunakan bahasa lisan dan tulis secara jelas, baik, dan benar
V


25
Menyampaikan pesan dengan gaya yang sesuai
V




V


III
PENUTUP



26
Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan peserta didik
V


27
Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan atau kegiatan atau tugas sebagai bagian remidial/pengayaan

V


TOTAL SKOR
25
2


Keterangan :
A     = 19 - 27          (Amat Baik )
B      = 10 - 18          ( Baik)
C      = 00 - 09          ( Kurang )


Cibalung,        Oktober 2010
Peneliti





SUMARYONO, S.Pd



























Lampiran 3



INSTRUMEN PENILAIAN SISWA
PADA  PELAKSANAAN PROSES PEMBELAJARAN
SIKLUS I



No
Aspek yang diamati
Kemunculan tiap siklus
Ada
Tdk
1
Siswa memperhatikan penjelasan guru

2
Siswa dapat mengekspresikan pembelajaran  yang dilakukan

3
Siswa aktif mengikuti pembelajaran

4
Siswa terampil / lancar dalam mengekspresikan dalam setiap langkah pembelajaran


Komentar :
1.       Siklus I keaktifan siswa dari 4 aspek yang diamati muncul 2 aspek (0 - 50%)
2.       Siklus II keaktifan siswa dari 4 aspek yang diamati muncul 3 aspek (51% - 75%)
3.       Siklus III keaktifan siswa dari 4 aspek yang diamati muncul 4 aspek (75% - 100%)



Cibalung,        Oktober 2010
Peneliti





SUMARYONO, S.Pd



















Lampiran 4



INSTRUMEN PENILAIAN SISWA
PADA  PELAKSANAAN PROSES PEMBELAJARAN
SIKLUS II



No
Aspek yang diamati
Kemunculan tiap siklus
Ada
Tdk
1
Siswa memperhatikan penjelasan guru

2
Siswa dapat mengekspresikan pembelajaran  yang dilakukan

3
Siswa aktif mengikuti pembelajaran

4
Siswa terampil / lancar dalam mengekspresikan dalam setiap langkah pembelajaran


Komentar :
4.       Siklus I keaktifan siswa dari 4 aspek yang diamati muncul 2 aspek (0 - 50%)
5.       Siklus II keaktifan siswa dari 4 aspek yang diamati muncul 3 aspek (51% - 75%)
6.       Siklus III keaktifan siswa dari 4 aspek yang diamati muncul 4 aspek (75% - 100%)



Cibalung,        Oktober 2010
Peneliti





SUMARYONO, S.Pd



SEMOGA BERMANFAAT !!